ABSTRAK
Brigitta Dwi Utami. 2012. Pengembangan Pemahaman Siswa Tentang Kalor dan Perpindahannya Beradasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development (ZPD) Siswa Kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pemahaman awal siswa tentang kalor dan perpindahannya sebelum pembelajaran, (2) Profil Zone of Proximal Development siswa tentang kalor dan perpindahannya, (3) Pemahaman akhir siswa tentang kalor dan perpindahannya setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal Development.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret-April 2016 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan subyek siswa kelas VIIB. Pengumpulan data menggunakan pretest dan wawancara pra pembelajaran, untuk menentukan ZPD siswa, posttest dan wawancara akhir pembelajaran.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemahaman awal siswa masih berada di klasifikasi sedang dan dapat ditentukan dimana letak Zone of Proximal Development (ZPD) siswa untuk merancang pembelajaran yang efektif.
ABSTRACT
Brigitta Dwi Utami. 2012. The Development of Students Understanding About Kalor and The Movement Based on Zone of Proximal Development (ZPD) Identification of 7thB Grader Students of Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Junior High School. Physic Education Study Program. Departement of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research aims to know: (1) Initial understanding of students about Kalor and The movement before learning, (2) Profil Zone of Proximal Development of students about Kalor and The Movement, (3) Final understanding of students about Kalor and The Movement after learning that are designed based on the Zone of Proximal Development.
Research carried out from March until April 2016 in Junior High School Pangudi Luhur 1 Yogyakarta with subject were students of class VIIB. Data collection use pretest and interview before learning, to determine ZPD of students, posttest and interview after learning.
The result research showed that the initial understanding was still in the middle classification and be determined where the location Zone of Proximal Development(ZPD) of students to design effective learning.
i
PENGEMBANGAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KALOR DAN PERPINDAHANNYA BERADASARKAN IDENTIFIKASI ZONE OF
PROXIMAL DEVELOPMENT (ZPD)SISWA KELAS VIIB SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA
HALAMAN JUDU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh:
Brigitta Dwi Utami
121424009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“kulakukan yang terbaikku Kau yang selebihnya, Tuhan selalu punya cara membuatku menang pada
akhirnya”
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”
(Amsal 23:18)
Skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus Ayahku Lukas Sarjono Ibuku Margarita Bustinah Kakakku Yohanes Chriatianto A.W
Kakakku Nur Diyan Ariyanti
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Juli 2016
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Brigitta Dwi Utami
NIM : 121424009
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:
PENGEMBANGAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KALOR DAN PERPINDAHANNYA BERADASARKAN IDENTIFIKASI ZONE OF
PROXIMAL DEVELOPMENT (ZPD)SISWA KELAS VIIB SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak
untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 28 Juli 2016
Yang menyatakan
vii ABSTRAK
Brigitta Dwi Utami. 2012. Pengembangan Pemahaman Siswa Tentang Kalor dan Perpindahannya Beradasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development (ZPD) Siswa Kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pemahaman awal siswa tentang kalor dan perpindahannya sebelum pembelajaran, (2) Profil Zone of Proximal Development siswa tentang kalor dan perpindahannya, (3) Pemahaman akhir siswa tentang kalor dan perpindahannya setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal Development.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret-April 2016 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan subyek siswa kelas VIIB. Pengumpulan data menggunakan pretest dan wawancara pra pembelajaran, untuk menentukan ZPD siswa, posttest dan wawancara akhir pembelajaran.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemahaman awal siswa masih berada di klasifikasi sedang dan dapat ditentukan dimana letak Zone of Proximal Development (ZPD) siswa untuk merancang pembelajaran yang efektif.
viii ABSTRACT
Brigitta Dwi Utami. 2012. The Development of Students Understanding About Kalor and The Movement Based on Zone of Proximal Development (ZPD) Identification of 7thB Grader Students of Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Junior High School. Physic Education Study Program. Departement of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research aims to know: (1) Initial understanding of students about Kalor and The movement before learning, (2) Profil Zone of Proximal Development of students about Kalor and The Movement, (3) Final understanding of students about Kalor and The Movement after learning that are designed based on the Zone of Proximal Development.
Research carried out from March until April 2016 in Junior High School Pangudi Luhur 1 Yogyakarta with subject were students of class VIIB. Data collection use pretest and interview before learning, to determine ZPD of students, posttest and interview after learning.
The result research showed that the initial understanding was still in the middle classification and be determined where the location Zone of Proximal Development(ZPD) of students to design effective learning.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan
Pemahaman Siswa Tentang Kalor dan Perpindahannya Berdasarkan Identifikasi
Zone of Proximal Development (ZPD) Siswa Kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak yang membimbing dan memberi petunjuk serta motivasi. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph. D. selaku Dosen Pembimbing atas
bimbingan, bantuan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan
skripsi.
2. Segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah memberikan pengajaran yang sangat bermanfaat.
3. Br. Yosep Anton Utmiyadi, FIC,S.S. selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta yang telah mengijinkan mengadakan penelitian di
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
4. Al. Bambang Wiharjanto, S.Pd. selaku Guru Mata Pelajaran IPA yang
telah membimbing, memberi motivasi, saran dan kritikan selama
penelitian berlangsung di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
5. Orang Tua, kakak Yohanes Christianto dan Diyan Ariyanti yang telah
mendukung, memberi nasehat dan motivasi. Terima kasih untuk semua
yang telah kalian berikan.
6. Yohanes Dominikus Gawe yang selalu memberikan dukungan, bantuan,
doa, dan kasihnya.
x
8. Sahabat-sahabatku, Ayang, Ditta, dan Neneng atas kebersamaannya.
9. Teman-temanku angkatan 2012, kakak tingkat, adik tingkat semuanya atas
pengalaman hidup dalam menjalin persahabatan selama ini.
10. Murid kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah banyak
membantu dan mau bekerjasama dengan baik dari awal hingga akhir
penelitian.
11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung hingga
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Kegunaan Penelitian... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
A. Teori Belajar Konstruktivistik... 5
1. Teori Konstruktivisme Personal ... 5
2. Teori Konstruktivisme Sosial ... 6
3. Prinsip - prinsip Konstruktivisme ... 6
B. Zone of Proximal Development (ZPD) ... 7
C. Scaffolding ... 9
D. Peran Guru ... 10
E. Metode Pembelajaran IPA ... 11
1. Eksperimen ... 11
xii
3. Diskusi- Presentasi ... 13
F. Kalor dan Perpindahannya ... 15
G. Penelitian yang Relevan ... 24
H. Kerangka Pemikiran ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Subyek Penelitian ... 26
C. Design Penelitian ... 26
D. Waktu dan Tempat penelitian ... 27
E. Treatment ... 27
F. Instrumen Penelitian... 28
G. Metode Pengumpulan Data ... 35
H. Metode Analisis data ... 37
1. Data Kuantitatif ... 37
2. Data Kualitatif ... 40
BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Data ... 42
A.1 Pelaksanaan Penelitian ... 42
A.2 Pretest ... 43
A.3 Wawancara Pra Pembelajaran ... 44
A.4 Posttest ... 44
A.5 Wawancara Akhir Pembelajaran... 46
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 46
B.1 Hasil Pretest ... 46
B.2 Wawancara Pra Pembelajaran ... 51
B.3 Analisis Pemahaman Awal ... 68
B.4 Zone of Proximal Development (ZPD) dan Pembelajaran ... 69
B5. Hasil Posttest ... 76
B.6 Wawancara Akhir Pembelajaran ... 81
xiii
BAB V PENUTUP ... 96
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kalor Jenis Beberapa Bahan ... 16
Tabel 2. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ... 28
Tabel 3. Tingkat Ketercapaian Butir Soal ... 35
Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Awal Siswa ... 35
Tabel 5. Langkah Pengumpulan Data ... 35
Tabel 6. Analisis Pretest ... 37
Tabel 7. Analisis Posttest ... 37
Tabel 8. Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa ... 38
Tabel 9. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest ... 38
Tabel 10. Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 38
Tabel 11. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Posttest ... 39
Tabel 12. Analisis Wawancara Pra Pembelajaran... 41
Tabel 13. Analisis Wawancara Akhir Pembelajaran... 41
Tabel 14. Analisis Hasil Pretest ... 43
Tabel 15. Analisis Hasil Posttest ... 44
Tabel 16. Hasil Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa ... 47
Tabel 17. Hasil Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest ... 48
Tabel 18. Hasil Analisis Wawancara Pra Pembelajaran ... 53
Tabel 19. Hasil Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 77
Tabel 20. Hasil Klasifikasi Penilaian Butir Soal Posttest ... 79
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Empat Tahap Perkembangan ZPD ... 9
Gambar 2. Kalor ... 15
Gambar 3. Proses Perubahan Wujud ... 17
Gambar 4. Grafik Peristiwa Kalor Laten ... 20
Gambar 5. Perpindahan Kalor Secara Langsung ... 21
Gambar 6. Bahan-Bahan Konduktor dan Isolator Panas ... 22
Gambar 7. Arus Konveksi Pada Air yang Dipanaskan ... 22
Gambar 8. Diagram Desain Penelitian ... 27
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1. Surat Jawaban Ijin Penelitian ... 102
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 103
Lampiran 3. Soal Pretest dan Posttest ... 119
Lampiran 4. Analisis Jawaban Pretest ... 123
Lampiran 5. Analisis Jawaban Posttest ... 125
Lampiran 6. Transkip Wawancara Pra Pembelajaran ... 127
Lampiran 7. Transkip Wawancara Akhir Pembelajaran ... 143
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Sampai saat ini IPA masih
dianggap mata pelajaran yang sulit dan membosankan.
Dalam mempelajari IPA, pemahaman konsep sangatlah penting
karena IPA merupakan pengetahuan yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Untuk memahami konsep yang baru, diperlukan
prasyarat pemahaman konsep awal. Jika pemahaman konsep awal siswa
sudah baik, siswa akan dengan mudah mengembangkan pemahaman
konsep yang telah dimiliki oleh siswa. Tetapi jika belum siswa butuh
bantuan untuk mengembangkan pemahamannya.
Menurut teori konstruktivisme, siswa membangun pengetahuannya
sendiri secara aktif. Konstruktivisme adalah salah satu teori pembelajaran
yang baik digunakan dalam pembelajaran. Teori konstruktivisme
menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang adalah bentukan (konstruksi)
dari orang itu sendiri. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu
konstruktisi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang
membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang
Dalam teori konstruktivisme sosial, guru berperan sebagai
fasilitator sehingga guru harus mengetahui dimana Zone of Proximal Developmant (ZPD) siswa. Untuk mengetahui ZPD guru perlu mengetahui pemahaman awal siswa terhadap suatu materi dengan memberikan
pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan harus sesuai dengan
materi yang ada. Dengan mengetahui ZPD siswa, guru dapat membantu
siswa untuk mengembangkan pemahaman awal dengan suatu metode.
Menurut Vygotsky, interaksi dengan teman sebaya, perancah
(scaffolding), dan modeling merupakan faktor penting yang memfasilitasi perkembangan kognitif dan pemerolehan pengetahuan individu (Thalib,
2010: 95).
Metode eksperimen, demonstrasi, dan diskusi-presentasi dapat
dipilih karena metode tersebut melibatkan siswa langsung dengan
pengalaman-pengalaman yang ada dan dapat berinteraksi dengan
temannya, sehingga dengan mudah siswa mengembangkan
pemahamannya.
Oleh karena itu peneliti ingin melaksanakan sebuah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui Pengembangan Pemahaman Siswa tentang
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pemahaman awal siswa tentang kalor dan
perpindahannya sebelum pembelajaran?
2. Bagaimanakah profil Zone of Proximal Development siswa tentang
kalor dan perpindahannya?
3. Bagaimanakah pemahaman akhir siswa tentang kalor dan
perpindahannya setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan
Zone of Proximal Development ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pemahaman awal siswa tentang kalor dan perpindahannya sebelum
pembelajaran
2. Profil Zone of Proximal Development siswa tentang kalor dan perpindahannya.
3. Pemahaman akhir siswa tentang kalor dan perpindahannya setelah
D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi guru dan calon guru
Guru dan calon guru dapat menyadari betapa pentingnya mengetahui
Zone of Proximal Development siswa, sehingga dapat mengembangkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa dengan pembelajaran yang
efektif.
2. Bagi peneliti
Bagi peneliti dapat dimanfaatkan sebagai latihan untuk mengetahui
5 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Belajar Konstruktivistik
Konstruktivisme adalah filosofi pembelajaran yang dilandasi
premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun,
mengkonstruksi pengetahuan, pemahaman kita tentang usia tempat kita
hidup (Suyono dan Haryanto, 2011: 105).
Belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai
penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktivitas
kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Aktivitas yang demikian
memungkinkan si pembelajar memiliki pemahan yang berbeda terhadap
pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang dipakai
dalam menginterpretasikannya. Pembelajaran merupakan aktivitas
pengaturan lingkungan agar terjadi proses belajar, yaitu interaksi si
pembelajar dengan lingkungannya (Khodijah, 2014: 80-81).
1. Teori Konstruktivisme Personal
Konstruktivisme psikologis dimulai dari karya Piaget mengenai
bagaimana seorang anak membangun pengetahuan kognitifnya. Piaget
menyoroti bagaimana seorang anak pelan-pelan membentuk skema,
mengembangkan skema, dan mengubah skema. Piaget menekankan
berinteraksi dengan pengalaman dan objek yang dihadapi. Piaget
menekankan seorang anak mengadakan abtraksi, baik secara sederhana
maupun secara refleksi. Dalam membentuk pengetahuan fisis dan
matematisnya. Tampak bahwa tekanan perhatian Piaget lebih pada
keaktifan individu dalam membentuk pengetahuan. Bagi Piaget,
Pengetahuan lebih dibentuk oleh si anak itu sendiri yang sedang
belajar (Suparno, 1997: 43-44).
2. Teori Konstruktivisme Sosial
Teori sosiocultural Vygotsky menekankan pentingnya perkembangan kecerdasan/intelegensi melalui kultur atau masyarakat.
Perkembangan individu terjadi melalui dua tahap, yaitu dimulai
dengan pertukaran sosial antarpribadi (interaksi dengan lingkungan
sosial), kemudian terjadi internalisasi intrapersonal. Keterampilan
individu dapat dikembangkan melalui interaksi individu dengan
bantuan atau bimbingan orang dewasa (guru) dan kolaborasi dengan
teman sebaya (Thalib, 2010: 96).
3. Prinsip - prinsip Konstruktivisme
Menurut Suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip
konstruktivisme yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh
siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (2)
pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan
keaktifan siswa sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi
konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah;
(4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi siswa berjalan mulus.
B. Zone of Proximal Development (ZPD)
Vygotsky (Yohanes, 2010: 129) mengemukakan konsep tentang
Zone of Proximal Development (ZPD) yang dapat diartikan sebagai Daerah Perkembangan Terdekat. Vygotsky yakin bahwa pembelajaran
terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas atau
masalah kompleks yang masih dalam jangkauan kognitif siswa atau
tugas-tugas tersebut berada dalam Daerah Perkembangan Terdekat (Zone of
Proximal Development). Vygotsky (1978: 86) mendefinisikan Zone of Proximal Development sebagai berikut:
Zone of Proximal Development is the distance between the actual developmental level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or collaboration with more capable peers.
Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara perkembangan aktual, seperti yang nampak dalam pemecahan masalah secara mandiri dan
tingkat perkembangan potensial, seperti yang ditunjukan dalam
pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau dengan
Menurut Tharp & Gallimore (Yohanes, 2010: 131-132),
perkembangan ZPD terdiri atas empat tahap, yaitu:
Tahap Pertama: More Dependence to Others Stage
Tahapan dimana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak
lain, seperti teman-teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli,
dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau
kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.
Tahap Kedua: Less Dependence External Assistence Stage
Tahap dimana kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan
bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri.
Tahap Ketiga: Internalization and Automatization Stage
Tahap dimana kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara
otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul
dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak
lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai
kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam
upaya mencapai kapasitas diri yang matang.
Tahap Keempat: De-automatization Stage
Tahap dimana kinerja anak mampu mengeluarkan perasaan dari
kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang,
Gambar 1. Empat Tahap Perkembangan ZPD (Tharp & Gallimore, 1998:
35)
C. Scaffolding
Rudi (2010: 131) menjelaskan bahwa scaffolding adalah pemberian
bantuan (tuntunan) yang dapat mendukung siswa lebih kompeten dalam
usahanya menyelesaikan tugas di daerah jangkauan konitifnya. Scaffolding
ini dapat berupa penyederhanaan tugas, memberikan petunjuk kecil
mengenai apa yang harus dilakukan siswa, pemberian model prosedur
penyelesaian tugas, menunjukkan kepada siswa apa saja yang telah
dilakukannya dengan baik, pemberitahuan kekeliruan yang dilakukan
siswa dalam langkah pengerjaan tugas, dan menjaga agar rasa frustasi
siswa masih berada pada tingkat yang masih dapat ditanggungnya.
Scaffolding mengacu kepada kegiatan guru dalam membimbing kegiatan belajar anak (Thalib, 2010: 96)
D. Peran Guru
Dalam pendekatan konstruktivisme sosial, instruktur lebih
berperan sebagai fasilitator daripada sebagai guru menurut pengertian
konvensional. Jika seorang guru menyampaikan materinya dengan
ceramah didaktis yang menyangkut pokok bahasan, maka fasilitator
membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap suatu
pokok bahasan.
Bila dalam model pembelajaran lama pembelajar berperan secara
pasif, sedangkan dalam paradigma baru pembelajar memegang peran aktif
dalam pembelajaran. Perubahan ini mengakibatkan fasilitator harus
menunjukkan keterampilan yang berbeda dari seorang guru. Jika guru
berceramah, maka seorang fasilitator akan bertanya. Jika guru
menyediakan jawaban, maka seorang fasilitator akan menyediakan
bimbingan serta menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa untuk
sampai pada simpulannya sendiri. Jika pembelajaran guru secara monolog,
maka seorang fasilitator mengakomodasi adanya dialog yang kontinyu
E. Metode Pembelajaran IPA 1. Eksperimen
Pelaksanaan metode ilmiah dalam suatu proses pembelajaran IPA
di kelas dapat dilakukan dengan metode eksperimen. Metode
eksperimen yang dilaksanakan oleh peserta didik level SMP berada
pada level pembuktian suatu teori, meskipun tidak menutup
kemungkinan, seorang peserta didik level SMP dapat menemukan
suatu fakta baru tentang fenomena gejala alam.
Metode eksperimen bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir peserta didik dalam menemukan dan memahami suatu
konsep atau teori IPA yang sedang dipelajari. Kemampuan berpikir
peserta didik dimulai dengan adanya pertanyaan apa, mengapa, kapan,
dimana, dan bagaimana suatu fenomena alam terjadi.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diberikan oleh guru sebagai stimulus untuk
melaksanakan eksperimen, tetapi juga dapat berasal dari peserta didik
akibat melihat fenomena yang mereka jumpai.
Pelaksanaan proses pembelajaran IPA berdasarkan kurikulum 2013
mengoptimalkan penggunaan metode eksperimen. Metode
eksperimen yang digunakan dalam kurikulum 2013 menggunakan
metode discovery dengan pola dasar melakukan pengamatan, menginferensi, dan mengkomunikasikan/ menyajikan. Pola dasar
pengamatan lanjutan, menganalisis data, dan menarik kesimpulan
(Wisudawati dan Sulistyowati, 2013: 53-54).
2. Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan cara pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan dengan menggunakan media atau
alat peraga yang sesuai dengan materi yang disampaikan ( Wisudawati,
Asih Widi, 2014: 148-149).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi dalam
proses pembelajaran IPA adalah :
a. Siswa akan dapat memusatkan perhatian pada objek IPA yang
di demonstrasikan.
b. Proses pembelajaran IPA akan lebih terarah pada materi yang
dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan akibat dari demonstrasi yang dilakukan
akan lebih melekat pada siswa.
Kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
a. Membenatu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu
proses atau system kerja, mekanisme kerja suatu benda, dan
langkah-langkah eksperimen.
b. Memudahkan dalam memberikan berbagai jenis penjelasan
c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan
menghadirkan objek sebenarnya.
Kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
a. Siswa terkadang sukar melihat demonstrasi dengan jelas jika
dilaksanakan dalam kelas yang besar.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh guru yang kurang
menguasai materi.
3. Diskusi - Presentasi
Metode diskusi-presentasi merupakan cara pencapaian tujuan
pembelajaran IPA dengan komunikasi interaktif dalam penyampaian
ide atau pendapat dalam suatu forum ilmiah untuk membahas suatu
permasalahan IPA. Metode diskusi-presentasi diaplikasikan dalam
proses pembelajaran IPA untuk :
a. Mendorong peserta didik berpikir kritis.
b. Mendorong peserta didik mengekspresikan pendapatnya secara
bebas.
c. Mendorong peserta didik menyumbangkan buah pikirnya untuk
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif
jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi-presentasi antara lain :
a. Menyadarkan peserta didik bahwa masalah dapat dipecahkan
dengan berbagai jalan.
b. Menyadarkan peserta didik bahwa dengan berdiskusi, merekan
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga
dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan pendapat
orang lainsekalipun berbeda dengan pendapatnya dan
membiasakan bersikap toleransi.
d. Menanamkan karakter kooperatif atau mau bekerja sama
dengan orang lain.
Kelemahan metode diskusi-presentasi antara lain :
a. Metode diskusi tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar
atau kelas dengan jumlah yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara/agresif
sehingga peserta didik yang cenderung pendiam/nonassertive
mempunyai kesempatan yang terbatas dalam menyampaikan
Metode diskusi memberikan kesempatan peserta didik menyampaikan
ide atau gagasan menurut apa yang mereka ketahui. Guru dapat
mengetahui sejauh mana konsep yang telah dipahami oleh peserta
didik ketika menyampaikam ide atau gagasan. Guru juga dapat
mengetahui salah konsep yang dimiliki peserta didik dari metode
diskusi. Proses pembelajaran IPA yang menggunakan metode ini dapat
mengubah paradigm teacher centered menjadi student centered dan mendorong peserta didik membagun pengetahuan IPA, sikap ilmiah
IPA dan perilaku /karakter kooperatif (Wisudawati, Asih Widi, 2014:
146 – 148).
F. Kalor dan Perpindahannya 1. Pengertian Kalor
Gambar 2. Kalor
Energi panas yang berpindah dari benda yang bersuhu lebih tinggi
2. Satuan Kalor
Dalam SI, satuan kalor adalah joule (J), tetapi kalor sering juga
dinyatakan dalam satuan kalori. Satu kalori adalah jumlah energi panas
yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air hingga naik sebesar
1ºC. Satu kalori sama dengan 4,184 J, sering dibulatkan menjadi 4,2 J.
3. Kalor dan Perubahan Suhu Benda
Ketika kalor diberikan kepada suatu zat, molekul-molekulnya
bergetar/ bergerak lebih cepat sehingga suhu zat naik. Suhu zat bisa
saja tetap, tetapi kalornya digunakan untuk mengatasi gaya tarik antar
molekul sehingga wujud zat berubah. Dengan demikian, kalor dapat
menyebabkan perubahan suhu zat atau perubahan wujud zat.
Tabel 1. Kalor Jenis Beberapa Bahan
Bahan Kalor Jenis (J/ (Kg °K) )
Air 4148
Alkohol 2450
Alumunium 920
Karbon (grafit) 710
Pasir 664
Besi 450
Tembaga 380
a. Kalor untuk menaikkan suhu benda bergantung pada jenis benda
itu
b. Semakin besar kenaikan suhu benda, kalor yang diperlukan
semakin besar pula
c. Semakin besar massa benda, kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu semakin besar pula
Jadi, pernyataan diatas dapat dirumuskan secara matematis, seperti di
bawah ini:
Kalor yang diperlukan untuk kenaikan suhu =
kalor jenis x massa benda x kenaikan suhu
4. Kalor pada Perubahan Wujud Benda
Gambar 3. Proses Perubahan Wujud
a. Melebur dan Membeku
Melebur/ mencair adalah perubahan wujud zat dari padat ke
cair. Proses kebalikannya yaitu membeku, adalah perubahan wujud
zat dari cair ke padat. Untuk melebur zat memerlukan kalor, tetapi
sewaktu melebur suhu zat tetap. Ketika zat padat dipanaskan,
molekul-molekulnyanya bergerak lebih cepat, jarak antar partikelnya makin
jauh, dan suhu zat terus bertambah. Pada suhu tertentu, energi yang
dimiliki molekul-molekul digunakan untuk mengatasi gaya
tarik-menarik antar molekul (disebut juga gaya kohesi) yang menahan
molekul-molekul zat padat tetap ditempatnya. Sebagai hasilnya,
molekul-molekul sekarang dapat berpindah tempat dan dapat
dikatakan zat padat telah melebur menjadi zat cair. Contoh : es
yang dipanaskan.
Proses kebalikannya, yaitu membeku, bisa terjadi jika zat cair
terus didinginkan. Zat melepas kalor ketika membeku, tetapi suhu
zat tetap. Contoh : air dimasukan ke dalam freezer.
b. Menguap dan Mengembun
Menguap adalah perubahan wujud zat dari cair ke gas. Ketika
proses menguap, zat memerlukan kalor, tetapi suhu zat tetap.
Contoh : Alkohol yang diteteskan ke kulit akan segera menghilang
dan kulit akan terasa dingin. Hal tersebut terjadi karena alkohol
memiliki titik didih yang lebih rendah dari air, tetapi memiliki suhu
yang sama antara alkohol dan kulit. Karena memiliki titik didih
yang rendah alkohol mudah menguap sehingga memerlukan kalor
yang diambil dari kulit. Kulit terasa dingin karena kehilangan
Cara mempercepat penguapan :
Memanaskan, memperluas permukaan, meniupkan udara di atas
permukaan, menyemburkan zat cair, mengurangi tekanan pada
permukaan.
Proses kebalikannya, mengembun adalah perubahan wujud zat dari
gas ke cair. Ketika proses mengembun, zat melepaskan kalor,
tetapi suhu zat tetap. Contoh : Terdapat titik-titik air di dinding
gelas yang berisi air es yang diakibatkan mengembunnya udara di
sekitar gelas. Kembali ke prinsip kalor yaitu energi panas mengalir
dari benda yang bersuhu tinggi ke rendah. Karena suhu udara
sekitar lebih tinggi maka udara disekitar gelas tersebut akan
melepas kalor ke dinding-dinding gelas yang bersuhu lebih rendah.
c. Menyublim dan Menghablur/ Desposisi
Menyublim adalah proses perubahan wujud dari padat langsung ke
gas. Ketika proses menyublim, zat memerlukan kalor. Contoh :
Kapur barus yang diletakkan di lemari lama kelamaan akan
menghilang.
Desposisi adalah perubahan wujud zat dari gas langsung ke padat,
ketika proses menghablur, zat memerlukan kalor. Contoh : Kristal
es.
5. Kalor Laten
Ketika benda melebur, kalor tidak digunakan untuk menaikkan
seolah-olah kalor ini tidak ada (tersembunyi). Oleh karena itu, kalor
yang terlihat dalam perubahan wujud, termasuk kalor pada proses
melebur yang disebut kalor laten.
Dengan:
Q = kalor yang dibutuhkan/ dilepas untuk berubah wujud (J)
m = massa zat yang berubah wujud (kg)
L = kalor lebur atau kalor beku (J/kg)
U = kalor penguapan atau kalor pengembunan (J/kg)
Gambar 4. Grafik Peristiwa Kalor Laten
Keterangan :
A-B : Wujud Es
B-C : Wujud es dan air (proses melebur) - Kalor Laten
C-D : Wujud Air
D-E : Wujud air dan uap ( proses menguap) - Kalor Laten Kalor lebur/beku
Kalor Laten
Kalor penguapan
Q = m x U
6. Perpindahan Kalor
a. Konduksi
Konduksi merupakan perpindahan kalor melalui bahan
tanpa disertai perpindahan partikel-partikel bahan itu. Saat
menyetrika, setrika yang panas bersentuhan dengan kain yang
disetrika. Kalor berpindah dari setrika ke kain. Perpindahan kalor
seperti ini disebut konduksi. Perhatikan mekanisme perpindahan
kalor secara konduksi pada gambar 5.
Gambar 5. Perpindahan Kalor Secara Langsung
Benda yang jenisnya berbeda memiliki kemampuan
menghantarkan panas secara konduksi (konduktivitas) yang
berbeda pula. Bahan yang mampu menghantarkan panas dengan
Gambar 6. Bahan-Bahan Konduktor dan Isolator Panas
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor dari satu tempat ke
tempat lain bersama dengan gerak partikel-partikel bendanya.
Contoh konveksi adalah ketika air bagian bawah dipanaskan,
ternyata air bagian atas juga panas. Bagian bawah air mendapatkan
kalor dari pemanas, air memuai sehingga menjadi lebih ringan dan
bergerak naik dan digantikan dengan air dingin bagian atas.
Dengan cara ini, panas dari bagian bawah berpindah bersama aliran
air menuju bagian atas. Pola aliran air membentuk arus konveksi.
Gambar 7. Arus Konveksi Pada Air yang Dipanaskan
Konveksi dimanfaatkan pada berbagai peralatan. Contohnya oven,
c. Radiasi
Ketika berjalan di siang hari terasa panasnya matahari di
wajah. Kalor di matahari dapat sampai di wajah. Kalor dapat
menempuh jarak berjuta-juta kilometer dan melewati ruang hampa,
dimana di ruang hampa tidak ada materi yang memindahkan kalor
secara konduksi dan konveksi. Jadi perpindahan kalor dari
matahari sampai ke bumi dengan cara lain. Cara tersebut adalah
radiasi. Radiasi adalah adalah transfer energi oleh gelombang
elektromagnetik, seperti pada matahari (Giancoli, 2001: 511).
Setiap benda dapat memancarkan dan menyerap radiasi
kalor, yang besarnya antara lain bergantung pada suhu benda, luas
permukaan benda, dan warna benda.
1) Makin panas benda dibandingkan dengan panas lingkungan
sekitar, makin besar pula kalor yang diradiasikan ke
lingkungannya. Makin rendah suhu benda, makin besar pula
kalor yng diterima dari lingkungannya.
2) Makin luas permukaan benda panas, makin besar pula kalor
yang diradiasikan ke lingkungannya. Makin luas permukaan
benda dingin, makin besar pula kalor yang diterima dari
lingkungannya.
3) Makin gelap benda panas, makin besar pula kalor yang
diradiasikan ke lingkungannya. Makin gelap benda dingin,
G. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, terdapat
penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:
Skripsi yang ditulis oleh Gandha Setiawan, Jurusan Pendidikan
Matematika dan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta tahun 2015, dengan judul Pemahaman Siswa Tentang
Konsep Usaha dan Energi: Sebuah Studi Kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pemahaman siswa tentang konsep usaha dan
energi. Hasil dari penelitian ini diungkapkan bahwa terdapat perubahan
pemahaman setelah partisipan diberi pertanyaan baru yang mengarah pada
suatu konsep. Pada skripsi Gandha Setiawan leebih memfokuskan pada
perubahan pemahaman melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
pada suatu konsep. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan selain
mengetahui perubahan pemahaman partisipan, peneliti juga ingin
mengenal letak Zone of Proximal Development partisipan.
H. Kerangka Pemikiran
Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa pembelajaran akan
optimal ketika siswa aktif dan berada pada Zone of Proximal Development.
Sehingga peneliti berusaha menerapkan teori tersebut ke dalam penelitian
ini.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pemahaman
mengacu kepada konstruktivisme, mengetahui profil Zone of Proximal Development siswa tentang kalor dan perpindahannya dalam pembelajaran yang mengacu kepada konstruktivisme dan mengetahui pemahaman akhir
siswa tentang kalor dan perpindahannya setelah pembelajaran yang
dirancang berdasarkan Zona of Proximal Development dan mengacu kepada konstruktivisme.
Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut dipersiapkan
langkah-langkah penelitian. Langkah pertama yaitu dengan melakukan pretest kepada seluruh siswa kelas VIIB. Kemudian dilakukan wawancara kepada
3 orang siswa untuk mengetahui pemahaman awal dan Zone of Proximal Development (ZPD) yang dimiliki siswa tentang kalor dan perpindahannya.
Untuk mengembangkan pemahaman awal siswa dilakukan
treatment yang sesuai dengan hasil pretest dan wawancara mengenai
pemahaman awal siswa tentang kalor dan perpindahannya. Treatment yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan metode eksperimen. Dimana di
dalam pembelajaran siswa akan dibagi dalam kelompok dan melakukan
eksperimen.
Setelah dilakukan treatment, seluruh siswa kelas VIIB diberikan
test (posttest). Wawancara kembali dilakukan kepada 3 orang siswa yang
26 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kualitatif
dan kuantitatif. Penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara.
Penelitian kuantitatif menggunakan metode pretest dan posttest. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya
(Sukardi, 2008: 157). Metode deskriptif digunakan karena peneliti ingin
mengetahui perkembangan pemahaman siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran yang mengacu pada ZPD dengan teori konstruktivisme.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta berjumlah 43. Untuk mengkonfirmasi pemahaman siswa
melalui wawancara, dipilih 3 siswa yang masing-masing memiliki nilai
tertinggi, menengah, dan terendah pada saat pretest
C. Design Penelitian
Penelitian ini menggunakan design penelitian wawancara bebas
terpimpin, pewawancara sudah mempersiapkan beberapa pertanyaan atau
point yang ingin diajukan dalam wawancara (Suparno, 2010: 62).
Sedangkan untuk design one group pretest-posttest, satu kelompok
diobservasi atau diukur bukan hanya akhir treatment (posttest) tetapi juga
sebelumnya (pretest) (Suparno, 2010: 140).
Gambar 8. Diagram Desain Penelitian
D. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
E. Treatment
Treatment yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pemberian pembelajaran IPA tentang kalor dan perpindahannya yang sesuai dengan
kurikulum 2013 pada peserta didik kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.
Pretest Analisis Pretest Wawancara Pra
Pembelajaran
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan
Pembelajaran
Posttest
Analisis
Posttest
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya adalah penelitian
dengan menggunakan instrumen wawancara bebas terpimpin dan test
yang dilakukan dua kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)
pembelajaran. Dalam penelitian ini diberikan treatment yang mengacu pada hasil pretest dan wawancara awal sehingga dapat disusun Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan pemahaman awal siswa.
Penyusunan pretest dan posttest mengacu pada indikator yang ingin dicapai sesuai dengan materi yang diteliti. Berikut tabel kisi-kisi soal
pretest dan posttest:
Tabel 2. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest
Indikator Soal
Siswa dapat
menjelaskan
pengertian kalor
1. Apabila dua benda yang suhunya berbeda
disentuhkan, maka...
a. Kalor mengalir dari benda bersuhu rendah
ke benda bersuhu tinggi
b. Kalor mengalir dari benda bersuhu tinggi
ke benda bersuhu rendah
c. Benda bersuhu rendah melepaskan kalor
d. Benda bersuhu tinggi suhunya bertambah
Siswa dapat
menyebutkan
3. Satuan kalor dalam sistem internasional
satuan kalor
a. Perubahan wujud dan massa zat
b. Perubahan ukuran dan massa zat
c. Perubahan suhu dan wujud zat
d. Perubahan suhu dan ukuran zat
Siswa dapat
pada faktor-faktor di bawah ini, kecuali...
a. Massa zat c. Tekanan udara luar
2. Kalor yang sama diberikan kepada dua benda
dengan massa sama dan pada suhu awal yang
sama, tetapi kedua benda tersebut terbuat dari
bahan yang berbeda. Ternyata benda A
mengalami perubahan suhu lebih tinggi
dibandingkan benda B. Kesimpulan tentang
tinggi dari benda B adalah…
energi kalor daripada benda B
d. Benda A menyerap lebih banyak energi
kalor daripada benda B
Siswa dapat
Kalor yang diperlukan untuk melakukan ini
adalah…
kemudian dipanaskan. Es berubah menjadi air.
Apabila terus menerus dipanaskan, air
mendidih dan menguap. Apa kesimpulanmu
perubahan bentuk zat?
a. Melebur dan menguap memerlukan kalor
b. Menguap dan mengembun memerlukan
kalor
c. Membeku dan melebur melepaskan kalor
d. Melebur dan mengembun melepaskan
kalor
9. Pernyataan yang benar tentang proses
mengembun dan membeku adalah…
a. Keduanya melepaskan kalor ke
lingkungan
b. Keduanya menyerap kalor dari lingkungan
c. Tidak mempengaruhi suhu sekitarnya
d. Tidak melibatkan kalor
10. Titik-titik air yang menempel pada bagian luar
gelas yang berisi es terjadi karena…
a. Air yang berada di dalam menembus gelas
b. Es di dalam gelas mencair
c. Udara di sekitar gelas mengembun
d. Gelas menyerap air yang berlebih
11. Bagian kulit kita terasa dingin jika diusapkan
alkohol. Hal ini karena…..
daripada temperatur tubuh
b. Adanya partikel alkohol yang meresap
masuk ke dalam pori-pori kulit
c. Alkohol menguap dan menyerap kalor dari
tubuh
d. Alkohol menguap dan melepaskan kalor
ke tubuh
12. Ketika es melebur menjadi air, gaya yang
harus diatasi adalah…
a. Tarik – menarik antara elektron dan inti
atom
b. Tarik - menarik antara atom-atom dalam
molekul
c. Gaya antara molekul-molekul
d. Gaya gravitasi
Siswa dapat
menjelaskan
Kalor Laten
6. Air yang sudah mendidih pada 100°C
dipanaskan terus, ternyata suhu air tersebut
tidak berubah. Hal ini menunjukkan bahwa…
a. Kalor yang diberikan berfungsi untuk
mengubah wujud
b. Kalor yang diberikan menghambat
c. Jumlah kalor yang diberikan sebanding
13. Peristiwa yang menunjukkan adanya
perpindahan kalor secara konduksi adalah...
a. Terjadinya arus vertikal di laut
b. Memanaskan setrika listrik
c. Mencairkan es di kutub
d. Pemancaran energi surya ke bumi
14. Berikut adalah peristiwa perpindahan kalor
dalam kehidupan sehari-hari
1) mendidihkan air di atas bara api
2) berjalan pada siang hari yang panas
3) memanaskan ujung logam di dalam bara api
4) berdiam disekitar api unggun
Yang merupakan perpindahan kalor secara
konveksi adalah....
a. 1
b. 2
c. 3
15. Perpindahan kalor secara radiasi ditunjukkan
oleh gambar....
a. c.
b. d.
Untuk setiap butir soal yang benar bernilai 1 maka ditentukan
presentasi setiap butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut:
P = x 100%
Keterangan:
P = Persentase setiap butir soal (%)
Sbs = Skor setiap butir soal
Tingkat ketercapaian butir soal diklasifikasikan menjadi 3 tingkat
yaitu rendah, sedang, tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Tingkat Ketercapaian Butir Soal
Presentase Kategori
0-30% Rendah
31-60% Sedang
61-100% Tinggi
Tingkat pemahaman awal siswa diklasifikasikan menjadi 5 tingkat
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Awal Siswa
Nilai Kategori
10-29 Sangat Kurang
30-49 Kurang
50-69 Cukup
70-89 Baik
90-100 Sangat Baik
G. Metode Pengumpulan Data
Tabel 5. Langkah Pengumpulan Data
2. Letak Zone of
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu
dengan wawancara bebas terpimpin dan test (pretest dan posttest).
Wawancara digunakan untuk mengetahui lebih dalam lagi pemahaman
partisipan tentang konsep kalor dan perpindahannya dengan
mewawancarai 3 orang peserta didik yang digunakan sebagai sampel.
Dalam kegiatan wawancara dibuat pertanyaan-pertanyaan yang bisa
digunakan untuk mengidentifikasi pemahaman awal partisipan yang
mengacu pada hasil pretest. Hasil wawancara ini direkam menggunakan recorder supaya tidak kehilangan data-data yang diperlukan.
Metode pengumpulan data menggunakan Test dilakukan dua kali,
yakni sebelum dan sesudah pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui
perkembangan pemahaman siswa kelas VIIB tentang kalor dan
wawancara pra pembelajaran diberikan treatment yang sesuai, kemudian
dilakukan tes setelah pembelajaran (posttest) dan wawancara akhir.
H. Metode Analisis data 1. Data Kuantitatif
Data kuntitatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang
telah dilakukan seluruh siswa kelas VIIB. Berikut adalah tabel
analisis hasil pretest dan posttest siswa:
Tabel 6. Analisis Pretest
No Kode
Tabel 7. Analisis Posttest
Untuk mengetahui klasifikasi pemahaman awal siswa
dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 8. Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa
No Kode
Untuk menganalisis tingkat pemahaman siswa dalam setiap
butir soal digunakan hasil pretest. Data ditampilkan dalam tabel klasifikasi penilaian butir soal pretest.
Tabel 9. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest
Untuk mengetahui distribusi klasifikasi pemahaman akhir
siswa dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 10. Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa
Untuk menganalisis tingkat pemahaman siswa dalam setiap
butir soal digunakan hasil posttest. Data ditampilkan dalam tabel klasifikasi penilaian butir soal posttest.
Tabel 11. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Posttest
Hasil test juga dianalisis menggunakan T-Test untuk kelompok dependen. T-test ini digunakan untuk mengetes satu
kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest. Kelompok dependen merupakan kelompok yang saling
bergantung, berkaitan atau bahkan sama. Untuk cara
menghitungnya dapat digunakan rumus: (Suparno, 2011:87)
Trel= ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
√[∑ ∑ ]
Dimana:
D = perbedaan antara skor setiap subjek = Xi1 – Xi2
N = Jumlah pasang skor (jumlahpasangan)
Derajat kebebasan: df = N – 1 Indikator No.
Soal
Presentasi (%)
Setelah diperoleh nilai Treal , kemudian |Treal| dibandingkan
dengan |Tcrit| dalam tabel korelasi dengan level significant 0,05.
Jika | Treal| > |Tcrit| maka significant, artinya ada perubahan yang
significant, jika sebaliknya |Treal| < |Tcrit| maka tidak significant.
Untuk mempermudah dalam menganalisis data yang
diperoleh, peneliti menggunakan program SPSS 20.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dengan cara melakukan
wawancara. Wawancara tersebut dilakukan pada sampel yang
terpilih. Wawancara direkam menggunakan recorder kemudian ditranskip dari bentuk rekaman ke dalam bentuk percakapan, agar
mempermudah peneliti dalam menganalisis pendapat partisipan
mengenai kalor dan perpindahannya. Wawancara dilakukan dua
kali pada sampel terpilih yang sama yakni sebelum dan sesudah
treatment.
Untuk menentukan profil ZPD dilakukan analisis
berdasarkan hasil pretest dan wawancara pra pembelajaran. Profil ZPD digunakan untuk menyusun rancangan pembelajaran.
Tabel 12. Analisis Wawancara Pra Pembelajaran
No. Soal
Hasil Pretest Kelas
Pertanyaan Wawancara Pra
Pembelajaran
Hasil Wawancara Pra Pembelajaran
Untuk menganalisis hasil posttest wawancara akhir
pembelajaran dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 13. Analisis Wawancara Akhir Pembelajaran
No. Soal
Hasil Posttest Kelas
Pertanyaan Wawancara Pra
Pembelajaran
42 BAB IV
DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Data
A.1 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta,
yaitu pada bulan Maret - April 2016. Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas VIIB dengan jumlah 43 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti
memberikan pretest seluruh siswa dan wawancara pra pembelajaran kepada 3 siswa terpilih untuk mengetahui Zone of Proximal Development siswa. Dari hasil pretest dan wawancara pra pembelajaran dirancang proses pembelajaran sesuai ZPD siswa. Setelah proses pembelajaran
selesai dilaksanakan penelti memberikan kembali posttest kepada seluruh siswa dan wawancara akhir pembelajaran pada siswa yang terpilih
sebelumnya untuk mengetahui pemahaman akhir siswa. Berikut adalah
kegiatan yang dilakukan selama penelitian.
Pretest : 2 Maret 2016
Wawancara pra pembelajaran : 18-19 Maret 2016
Pelaksanaan Pembelajaran : 21 Maret 2016, 6 dan 13 April 2016
Posttest : 13 April 2016
A.3 Wawancara Pra Pembelajaran
Data disajikan dalam bentuk transkip wawancara (terlampir pada
lampiran 6)
A.4 Posttest
Tabel 15. Analisis Hasil Posttest
Data disajikan dalam bentuk transkip wawancara (terlampir pada
lampiran 7).
B. Analisis Data dan Pembahasan B.1 Hasil Pretest
Nilai rata-rata pretest kelas adalah 50,5.
Dilihat dari tabel hasil prestest diatas, dapat disimpulkan bahwa
skor yang diperoleh siswa berada diantara 4-12.
Siswa yang mendapat skor tertinggi saat pretest yaitu 12, dengan
kode siswa 21.
Siswa yang mendapatkan skor terendah saat pretest yaitu 4, dengan
kode siswa 38.
Soal untuk jumlah siswa yang menjawab benar terbanyak saat
pretest adalah nomor 13 dan 15 dengan jumlah siswa 39 orang. Soal nomor 13 dan 15 ini mengenai macam-macam perpindahan
kalor dalam kehidupan sehari-hari.
Soal untuk jumlah siswa yang menjawab benar paling sedikit saat
pretest adalah nomor 2 dengan jumlah siswa sebanyak 1 orang. Soal nomor 2 mengenai hubungan kenaikan suhu dengan kalor
33 33 66.7
Hasil Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest
Tabel 17. Hasil Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest
Indikator No.Soal Presentase (%)
Tingkat Ketercapaian Rendah Sedang Tinggi Siswa dapat menjelaskan
pengertian kalor
1 76,7
Siswa dapat menyebutkan satuan kalor dalam SI
3 14,0
Siswa dapat menyebutkan perubahan yang dialami benda jika diberikan kalor
4 48,8 suhu dengan kalor jenis
2 2,3
peristiwa
Dari tabel diatas dapat dilihat klasifikasi penilaian pretest butir soal
dan tingkat pemahaman awal siswa tentang kalor dan perpindahannya.
Presentase tingkat ketercapaian untuk beberapa soal masih di bawah
30%. Terdapat lima soal yang masuk dalam kategori rendah yaitu soal
nomor 3 mengenai satuan kalor dalam Sistem Internasional. Dimana
masih banyak siswa yang belum mengetahui satuan kalor yaitu Joule.
Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat banyak siswa yang
menjawab satuan kalor dalam Sistem Internasional yaitu kWh.
Soal nomor 2 mengenai hubungan kenaikan suhu dengan kalor
jenis. Dimana hubungan kenaikan suhu berbanding terbalik dengan
sebuah benda mengalami kenaikan suhu yang tinggi maka kalor jenis
nya juga besar atau berbanding lurus.
Soal nomor 8 dan 10 memiliki indikator yang sama yaitu kalor
pada perubahan wujud benda. Soal nomor 8 membahas tentang proses
mengembun dan membeku. Siswa hanya paham mengenai perubahan
wujud yang terjadi namun siswa tidak mengerti bahwa dalam proses
mengembun dan membeku, keduanya melepaskan kalor ke
lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat masih banyak siswa yang
memilih jawaban kedua proses tersebut menyerap kalor dari
lingkungan.
Soal nomor 10 membahas tentang sebuah peristiwa bagian kulit
kita terasa dingin jika diusapkan alkohol. Dalam soal ini masih banyak
siswa yang kurang paham bahwa alkohol dan kulit memiliki
temperatur yang sama tetapi alkohol memiliki titik didih yang rendah.
Dapat dilihat banyak siswa yang memilih jawaban alkohol memiliki
temperatur lebih rendah daripada temperatur tubuh sehingga alkohol
lebih cepat menguap dan menyerap kalor dari tubuh.
Soal nomor 6 mengenai kalor laten. Dimana soal tersebut
membahas mengenai apa yang menyebabkan air yang sudah mendidih
pada 100°C dipanaskan terus, ternyata suhu air tersebut tidak berubah.
mengetahui bahwa hal tersebut terjadi karena kalor yang digunakan
untuk merubah wujud.
Untuk soal yang masuk dalam kualifikasi tingkat ketercapaian
sedang berjumlah empat yaitu soal nomor 4 mengenai perubahan yang
dialami benda jika diberikan kalor, nomor 5 mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kalor, nomor 11 mengenai kalor pada perubahan
wujud benda, dan 12 mengenai kalor yang diperlukan dalam sebuah
peristiwa. Sedangkan pada kolom tingkat ketercapaian tinggi
berjumlah enam soal yaitu nomor 1 mengenai pengertian kalor, 7 dan 9
mengenai kalor pada perubahan wujud benda, serta 13, 14, dan 15
mengenai macam-macam perpindahan kalor dalam kehidupan
sehari-hari.
B.2 Wawancara Pra Pembelajaran
Peneliti mengoreksi hasil pretest yang telah dilaksanakan. Nilai dari hasil pretest menjadi acuan peneliti untuk melakukan wawancara dengan mengambil 3 siswa yang memiliki kriteria nilai terendah, tertinggi
dan menengah. Ketiga siswa yang terpilih akan mewakili keadaan
pemahaman awal seluruh siswa sebelum diberikan treatment atau pembelajaran. Tetapi pada penelitian kali ini siswa yang mendapat nilai
tertinggi dan terendah tidak bisa mengikuti wawancara pra pembelajaran
karena beberapa alasan. Sehingga peneliti memutuskan untuk
memiliki kode siswa 33, kategori rendah rendah memiliki kode siswa 29,
dan menengah memiliki kode siswa 9. Wawancara dilakukan diluar jam
pelajaran setelah pulang sekolah. Dari hasil pretest dan wawancara pra pembelajaran, peneliti merancang proses pembelajaran yang akan
Tabel 18. Hasil Analisis Wawancara Pra Pembelajaran
No. Soal
Hasil Pretest Kelas Pertanyaan Wawancara Pra Pembelajaran
Hasil Wawancara Pra Pembelajaran
1 Siswa sudah paham mengenai
pengertian kalor. Terbukti sudah 33
siswa yang menjawab benar bahwa
kalor mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke rendah.
Saya punya air panas bermassa 100
gram suhu nya sebesar 40º. Apakah air
tersebut mempunyai energi panas ?
Kira-kira air panas bermassa 100 gram
suhu nya sebesar 40º C mempunyai
kalor juga ga?
Apa itu kalor?
Jadi menurutmu kalor sama energi
panas sama atau tidak?
Siswa masih kurang paham
perbedaan antara energi panas dan
kalor. Karena siswa menganggap
bahwa energi panas dan kalor
3 Banyak siswa yang belum
mengetahui satuan kalor dalam
Sistem Internasional yaitu Joule.
Hal tersebut dapat dilihat 6 siswa
yang menjawab benar yaitu Joule.
Sebanyak 26 siswa yang menjawab
satuan kalor dalam Sistem
Internasional yaitu kWh.
Apa satuan kalor dalam Sistem
Internasional?
Siswa L tidak bisa menyebutkan
satuan kalor dalam SI
Siswa D dapat menyebutkan satuan
kalor dalam SI adalah Joule
Siswa R tidak bisa menyebutkan
satuan kalor dalam SI
4 Siswa sudah bisa menyebutkan
perubahan yang dialami benda jika
diberikan kalor yaitu perubahan
suhu dan wujud. Hal tersebut dapat
diketahui dari sebanyak 21 siswa
Perubahan apa saja yang dialami oleh
suatu benda jika diberikan kalor?
Siswa L sudah paham karena bisa
menyebutkan perubahan yang
dialami benda jika diberikan kalor
adalah perubahan wujud dan
yang menjawab benar. Tetapi
sebanyak 19 siswa memilih
jawaban perubahan suhu dan
ukuran
Siswa D belum paham mengenai
perubahan yang dialami benda jika
diberikan kalor. Karena siswa tidak
mengetahuinya
Siswa R cukup paham mengenai
perubahan yang dialami oleh suatu
benda ketika diberikan kalor.
Karena siswa R menjawab
perubahan panas, suhu, dan zat.
5 Siswa sudah bisa menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi
kalor. Hal tersebut dapat terlihat 23
siswa tersebut bisa memilih
Menurutmu kalor yang diserap oleh
suatu zat tergantung sama massa nya?
Jenis zat nya? Kenaikan suhu nya?
Tekanan udara luar?
Siswa kurang paham mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi
kalor. Karena siswa hanya bisa
jawaban bahwa tekanan udara luar
tidak mempengaruhi kalor. Tetapi
sebanyak 20 siswa lainnya masih
berbanding terbalik.. Siswa lainnya
masih salah dalam memilih
jawaban. Mereka memiliki
pemahaman awal bahwa ketika
sebuah benda mengalami kenaikan
Kalor yang sama diberikan kepada
tinggi dibandingkan benda B.
Menurutmu bagaimana kalor jenis
yang dimiliki oleh benda A yang
Siswa belum paham hubungan
antara kenaikan suhu dan kalor
jenis karena siswa tidak dapat
menjelaskan hubungan antara
suhu yang tinggi maka kalor jenis
nya juga besar atau berbanding
lurus.
memiliki perubahan suhu lebih tinggi
dari benda B?
12 Siswa cukup paham dalam
menggunakan rumus kalor (Q) =
mc∆T untuk menentukan besarnya
kalor yang diperlukan dalam
sebuah peristiwa. Dalam soal ini
sebanyak 20 siswa yang menjawab
benar. Tetapi 23 siswa masih
terkecoh dengan jawaban lainnya.
7 Siswa sudah paham mengenai kalor
pada perubahan wujud benda di
peristiwa mencair dan menguap.
Pada peristiwa tersebut sebanyak
31 siswa sudah mengetahui bahwa
mencair dan menguap memerlukan
kalor.
Dulu kita sudah pernah belajar
tentang perubahan wujud, kamu bisa
menyebutkannya macam-macam
perubahan wujud?
Misalnya mba punya sepotong es trus
dipanaskan, apa yang terjadi?
Menurut mu itu melepas kalor atau
menerima kalor?
Es yang tadi berubah menjadi air
sama mba air nya terus dipanaskan,
Siswa L sudah bisa menyebutkan
macam-macam perubahan wujud.
Siswa sudah bisa menjelaskan
dalam peristiwa mencair dan
menguap akan menerima kalor
Siswa D sudah bisa menyebutkan
macam-macam perubahan wujud.
Tetapi siswa belum benar
menjelaskan kalor pada peristiwa