• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan pemahaman siswa tentang kalor dan perpindahannya beradasarkan identifikasi Zone of Proximal Development (ZPD) siswa kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan pemahaman siswa tentang kalor dan perpindahannya beradasarkan identifikasi Zone of Proximal Development (ZPD) siswa kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta."

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Brigitta Dwi Utami. 2012. Pengembangan Pemahaman Siswa Tentang Kalor dan Perpindahannya Beradasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development (ZPD) Siswa Kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pemahaman awal siswa tentang kalor dan perpindahannya sebelum pembelajaran, (2) Profil Zone of Proximal Development siswa tentang kalor dan perpindahannya, (3) Pemahaman akhir siswa tentang kalor dan perpindahannya setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal Development.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret-April 2016 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan subyek siswa kelas VIIB. Pengumpulan data menggunakan pretest dan wawancara pra pembelajaran, untuk menentukan ZPD siswa, posttest dan wawancara akhir pembelajaran.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemahaman awal siswa masih berada di klasifikasi sedang dan dapat ditentukan dimana letak Zone of Proximal Development (ZPD) siswa untuk merancang pembelajaran yang efektif.

(2)

ABSTRACT

Brigitta Dwi Utami. 2012. The Development of Students Understanding About Kalor and The Movement Based on Zone of Proximal Development (ZPD) Identification of 7thB Grader Students of Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Junior High School. Physic Education Study Program. Departement of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

This research aims to know: (1) Initial understanding of students about Kalor and The movement before learning, (2) Profil Zone of Proximal Development of students about Kalor and The Movement, (3) Final understanding of students about Kalor and The Movement after learning that are designed based on the Zone of Proximal Development.

Research carried out from March until April 2016 in Junior High School Pangudi Luhur 1 Yogyakarta with subject were students of class VIIB. Data collection use pretest and interview before learning, to determine ZPD of students, posttest and interview after learning.

The result research showed that the initial understanding was still in the middle classification and be determined where the location Zone of Proximal Development(ZPD) of students to design effective learning.

(3)

i

PENGEMBANGAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KALOR DAN PERPINDAHANNYA BERADASARKAN IDENTIFIKASI ZONE OF

PROXIMAL DEVELOPMENT (ZPD)SISWA KELAS VIIB SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

HALAMAN JUDU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh:

Brigitta Dwi Utami

121424009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“kulakukan yang terbaikku Kau yang selebihnya, Tuhan selalu punya cara membuatku menang pada

akhirnya”

“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”

(Amsal 23:18)

Skripsi ini kupersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus Ayahku Lukas Sarjono Ibuku Margarita Bustinah Kakakku Yohanes Chriatianto A.W

Kakakku Nur Diyan Ariyanti

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Juli 2016

Penulis

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Brigitta Dwi Utami

NIM : 121424009

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

PENGEMBANGAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG KALOR DAN PERPINDAHANNYA BERADASARKAN IDENTIFIKASI ZONE OF

PROXIMAL DEVELOPMENT (ZPD)SISWA KELAS VIIB SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak

untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola di internet

atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 28 Juli 2016

Yang menyatakan

(9)

vii ABSTRAK

Brigitta Dwi Utami. 2012. Pengembangan Pemahaman Siswa Tentang Kalor dan Perpindahannya Beradasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development (ZPD) Siswa Kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pemahaman awal siswa tentang kalor dan perpindahannya sebelum pembelajaran, (2) Profil Zone of Proximal Development siswa tentang kalor dan perpindahannya, (3) Pemahaman akhir siswa tentang kalor dan perpindahannya setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal Development.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret-April 2016 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dengan subyek siswa kelas VIIB. Pengumpulan data menggunakan pretest dan wawancara pra pembelajaran, untuk menentukan ZPD siswa, posttest dan wawancara akhir pembelajaran.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemahaman awal siswa masih berada di klasifikasi sedang dan dapat ditentukan dimana letak Zone of Proximal Development (ZPD) siswa untuk merancang pembelajaran yang efektif.

(10)

viii ABSTRACT

Brigitta Dwi Utami. 2012. The Development of Students Understanding About Kalor and The Movement Based on Zone of Proximal Development (ZPD) Identification of 7thB Grader Students of Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Junior High School. Physic Education Study Program. Departement of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

This research aims to know: (1) Initial understanding of students about Kalor and The movement before learning, (2) Profil Zone of Proximal Development of students about Kalor and The Movement, (3) Final understanding of students about Kalor and The Movement after learning that are designed based on the Zone of Proximal Development.

Research carried out from March until April 2016 in Junior High School Pangudi Luhur 1 Yogyakarta with subject were students of class VIIB. Data collection use pretest and interview before learning, to determine ZPD of students, posttest and interview after learning.

The result research showed that the initial understanding was still in the middle classification and be determined where the location Zone of Proximal Development(ZPD) of students to design effective learning.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan

Pemahaman Siswa Tentang Kalor dan Perpindahannya Berdasarkan Identifikasi

Zone of Proximal Development (ZPD) Siswa Kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerjasama dari berbagai

pihak yang membimbing dan memberi petunjuk serta motivasi. Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph. D. selaku Dosen Pembimbing atas

bimbingan, bantuan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan

skripsi.

2. Segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah memberikan pengajaran yang sangat bermanfaat.

3. Br. Yosep Anton Utmiyadi, FIC,S.S. selaku Kepala Sekolah SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta yang telah mengijinkan mengadakan penelitian di

SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

4. Al. Bambang Wiharjanto, S.Pd. selaku Guru Mata Pelajaran IPA yang

telah membimbing, memberi motivasi, saran dan kritikan selama

penelitian berlangsung di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

5. Orang Tua, kakak Yohanes Christianto dan Diyan Ariyanti yang telah

mendukung, memberi nasehat dan motivasi. Terima kasih untuk semua

yang telah kalian berikan.

6. Yohanes Dominikus Gawe yang selalu memberikan dukungan, bantuan,

doa, dan kasihnya.

(12)

x

8. Sahabat-sahabatku, Ayang, Ditta, dan Neneng atas kebersamaannya.

9. Teman-temanku angkatan 2012, kakak tingkat, adik tingkat semuanya atas

pengalaman hidup dalam menjalin persahabatan selama ini.

10. Murid kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang telah banyak

membantu dan mau bekerjasama dengan baik dari awal hingga akhir

penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung hingga

terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Kegunaan Penelitian... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Teori Belajar Konstruktivistik... 5

1. Teori Konstruktivisme Personal ... 5

2. Teori Konstruktivisme Sosial ... 6

3. Prinsip - prinsip Konstruktivisme ... 6

B. Zone of Proximal Development (ZPD) ... 7

C. Scaffolding ... 9

D. Peran Guru ... 10

E. Metode Pembelajaran IPA ... 11

1. Eksperimen ... 11

(14)

xii

3. Diskusi- Presentasi ... 13

F. Kalor dan Perpindahannya ... 15

G. Penelitian yang Relevan ... 24

H. Kerangka Pemikiran ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Subyek Penelitian ... 26

C. Design Penelitian ... 26

D. Waktu dan Tempat penelitian ... 27

E. Treatment ... 27

F. Instrumen Penelitian... 28

G. Metode Pengumpulan Data ... 35

H. Metode Analisis data ... 37

1. Data Kuantitatif ... 37

2. Data Kualitatif ... 40

BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Data ... 42

A.1 Pelaksanaan Penelitian ... 42

A.2 Pretest ... 43

A.3 Wawancara Pra Pembelajaran ... 44

A.4 Posttest ... 44

A.5 Wawancara Akhir Pembelajaran... 46

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 46

B.1 Hasil Pretest ... 46

B.2 Wawancara Pra Pembelajaran ... 51

B.3 Analisis Pemahaman Awal ... 68

B.4 Zone of Proximal Development (ZPD) dan Pembelajaran ... 69

B5. Hasil Posttest ... 76

B.6 Wawancara Akhir Pembelajaran ... 81

(15)

xiii

BAB V PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kalor Jenis Beberapa Bahan ... 16

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ... 28

Tabel 3. Tingkat Ketercapaian Butir Soal ... 35

Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Awal Siswa ... 35

Tabel 5. Langkah Pengumpulan Data ... 35

Tabel 6. Analisis Pretest ... 37

Tabel 7. Analisis Posttest ... 37

Tabel 8. Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa ... 38

Tabel 9. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest ... 38

Tabel 10. Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 38

Tabel 11. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Posttest ... 39

Tabel 12. Analisis Wawancara Pra Pembelajaran... 41

Tabel 13. Analisis Wawancara Akhir Pembelajaran... 41

Tabel 14. Analisis Hasil Pretest ... 43

Tabel 15. Analisis Hasil Posttest ... 44

Tabel 16. Hasil Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa ... 47

Tabel 17. Hasil Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest ... 48

Tabel 18. Hasil Analisis Wawancara Pra Pembelajaran ... 53

Tabel 19. Hasil Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 77

Tabel 20. Hasil Klasifikasi Penilaian Butir Soal Posttest ... 79

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Empat Tahap Perkembangan ZPD ... 9

Gambar 2. Kalor ... 15

Gambar 3. Proses Perubahan Wujud ... 17

Gambar 4. Grafik Peristiwa Kalor Laten ... 20

Gambar 5. Perpindahan Kalor Secara Langsung ... 21

Gambar 6. Bahan-Bahan Konduktor dan Isolator Panas ... 22

Gambar 7. Arus Konveksi Pada Air yang Dipanaskan ... 22

Gambar 8. Diagram Desain Penelitian ... 27

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Surat Jawaban Ijin Penelitian ... 102

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 103

Lampiran 3. Soal Pretest dan Posttest ... 119

Lampiran 4. Analisis Jawaban Pretest ... 123

Lampiran 5. Analisis Jawaban Posttest ... 125

Lampiran 6. Transkip Wawancara Pra Pembelajaran ... 127

Lampiran 7. Transkip Wawancara Akhir Pembelajaran ... 143

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat

Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Sampai saat ini IPA masih

dianggap mata pelajaran yang sulit dan membosankan.

Dalam mempelajari IPA, pemahaman konsep sangatlah penting

karena IPA merupakan pengetahuan yang saling berkaitan antara satu

dengan yang lainnya. Untuk memahami konsep yang baru, diperlukan

prasyarat pemahaman konsep awal. Jika pemahaman konsep awal siswa

sudah baik, siswa akan dengan mudah mengembangkan pemahaman

konsep yang telah dimiliki oleh siswa. Tetapi jika belum siswa butuh

bantuan untuk mengembangkan pemahamannya.

Menurut teori konstruktivisme, siswa membangun pengetahuannya

sendiri secara aktif. Konstruktivisme adalah salah satu teori pembelajaran

yang baik digunakan dalam pembelajaran. Teori konstruktivisme

menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang adalah bentukan (konstruksi)

dari orang itu sendiri. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu

konstruktisi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang

membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang

(20)

Dalam teori konstruktivisme sosial, guru berperan sebagai

fasilitator sehingga guru harus mengetahui dimana Zone of Proximal Developmant (ZPD) siswa. Untuk mengetahui ZPD guru perlu mengetahui pemahaman awal siswa terhadap suatu materi dengan memberikan

pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan harus sesuai dengan

materi yang ada. Dengan mengetahui ZPD siswa, guru dapat membantu

siswa untuk mengembangkan pemahaman awal dengan suatu metode.

Menurut Vygotsky, interaksi dengan teman sebaya, perancah

(scaffolding), dan modeling merupakan faktor penting yang memfasilitasi perkembangan kognitif dan pemerolehan pengetahuan individu (Thalib,

2010: 95).

Metode eksperimen, demonstrasi, dan diskusi-presentasi dapat

dipilih karena metode tersebut melibatkan siswa langsung dengan

pengalaman-pengalaman yang ada dan dapat berinteraksi dengan

temannya, sehingga dengan mudah siswa mengembangkan

pemahamannya.

Oleh karena itu peneliti ingin melaksanakan sebuah penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui Pengembangan Pemahaman Siswa tentang

(21)

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pemahaman awal siswa tentang kalor dan

perpindahannya sebelum pembelajaran?

2. Bagaimanakah profil Zone of Proximal Development siswa tentang

kalor dan perpindahannya?

3. Bagaimanakah pemahaman akhir siswa tentang kalor dan

perpindahannya setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan

Zone of Proximal Development ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pemahaman awal siswa tentang kalor dan perpindahannya sebelum

pembelajaran

2. Profil Zone of Proximal Development siswa tentang kalor dan perpindahannya.

3. Pemahaman akhir siswa tentang kalor dan perpindahannya setelah

(22)

D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi guru dan calon guru

Guru dan calon guru dapat menyadari betapa pentingnya mengetahui

Zone of Proximal Development siswa, sehingga dapat mengembangkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa dengan pembelajaran yang

efektif.

2. Bagi peneliti

Bagi peneliti dapat dimanfaatkan sebagai latihan untuk mengetahui

(23)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Belajar Konstruktivistik

Konstruktivisme adalah filosofi pembelajaran yang dilandasi

premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun,

mengkonstruksi pengetahuan, pemahaman kita tentang usia tempat kita

hidup (Suyono dan Haryanto, 2011: 105).

Belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai

penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktivitas

kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Aktivitas yang demikian

memungkinkan si pembelajar memiliki pemahan yang berbeda terhadap

pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang dipakai

dalam menginterpretasikannya. Pembelajaran merupakan aktivitas

pengaturan lingkungan agar terjadi proses belajar, yaitu interaksi si

pembelajar dengan lingkungannya (Khodijah, 2014: 80-81).

1. Teori Konstruktivisme Personal

Konstruktivisme psikologis dimulai dari karya Piaget mengenai

bagaimana seorang anak membangun pengetahuan kognitifnya. Piaget

menyoroti bagaimana seorang anak pelan-pelan membentuk skema,

mengembangkan skema, dan mengubah skema. Piaget menekankan

(24)

berinteraksi dengan pengalaman dan objek yang dihadapi. Piaget

menekankan seorang anak mengadakan abtraksi, baik secara sederhana

maupun secara refleksi. Dalam membentuk pengetahuan fisis dan

matematisnya. Tampak bahwa tekanan perhatian Piaget lebih pada

keaktifan individu dalam membentuk pengetahuan. Bagi Piaget,

Pengetahuan lebih dibentuk oleh si anak itu sendiri yang sedang

belajar (Suparno, 1997: 43-44).

2. Teori Konstruktivisme Sosial

Teori sosiocultural Vygotsky menekankan pentingnya perkembangan kecerdasan/intelegensi melalui kultur atau masyarakat.

Perkembangan individu terjadi melalui dua tahap, yaitu dimulai

dengan pertukaran sosial antarpribadi (interaksi dengan lingkungan

sosial), kemudian terjadi internalisasi intrapersonal. Keterampilan

individu dapat dikembangkan melalui interaksi individu dengan

bantuan atau bimbingan orang dewasa (guru) dan kolaborasi dengan

teman sebaya (Thalib, 2010: 96).

3. Prinsip - prinsip Konstruktivisme

Menurut Suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip

konstruktivisme yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh

siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (2)

pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan

keaktifan siswa sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi

(25)

konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah;

(4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar

proses konstruksi siswa berjalan mulus.

B. Zone of Proximal Development (ZPD)

Vygotsky (Yohanes, 2010: 129) mengemukakan konsep tentang

Zone of Proximal Development (ZPD) yang dapat diartikan sebagai Daerah Perkembangan Terdekat. Vygotsky yakin bahwa pembelajaran

terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas atau

masalah kompleks yang masih dalam jangkauan kognitif siswa atau

tugas-tugas tersebut berada dalam Daerah Perkembangan Terdekat (Zone of

Proximal Development). Vygotsky (1978: 86) mendefinisikan Zone of Proximal Development sebagai berikut:

Zone of Proximal Development is the distance between the actual developmental level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or collaboration with more capable peers.

Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara perkembangan aktual, seperti yang nampak dalam pemecahan masalah secara mandiri dan

tingkat perkembangan potensial, seperti yang ditunjukan dalam

pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau dengan

(26)

Menurut Tharp & Gallimore (Yohanes, 2010: 131-132),

perkembangan ZPD terdiri atas empat tahap, yaitu:

Tahap Pertama: More Dependence to Others Stage

Tahapan dimana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak

lain, seperti teman-teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli,

dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau

kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.

Tahap Kedua: Less Dependence External Assistence Stage

Tahap dimana kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan

bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri.

Tahap Ketiga: Internalization and Automatization Stage

Tahap dimana kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara

otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul

dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak

lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai

kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam

upaya mencapai kapasitas diri yang matang.

Tahap Keempat: De-automatization Stage

Tahap dimana kinerja anak mampu mengeluarkan perasaan dari

kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang,

(27)

Gambar 1. Empat Tahap Perkembangan ZPD (Tharp & Gallimore, 1998:

35)

C. Scaffolding

Rudi (2010: 131) menjelaskan bahwa scaffolding adalah pemberian

bantuan (tuntunan) yang dapat mendukung siswa lebih kompeten dalam

usahanya menyelesaikan tugas di daerah jangkauan konitifnya. Scaffolding

ini dapat berupa penyederhanaan tugas, memberikan petunjuk kecil

mengenai apa yang harus dilakukan siswa, pemberian model prosedur

penyelesaian tugas, menunjukkan kepada siswa apa saja yang telah

dilakukannya dengan baik, pemberitahuan kekeliruan yang dilakukan

siswa dalam langkah pengerjaan tugas, dan menjaga agar rasa frustasi

siswa masih berada pada tingkat yang masih dapat ditanggungnya.

(28)

Scaffolding mengacu kepada kegiatan guru dalam membimbing kegiatan belajar anak (Thalib, 2010: 96)

D. Peran Guru

Dalam pendekatan konstruktivisme sosial, instruktur lebih

berperan sebagai fasilitator daripada sebagai guru menurut pengertian

konvensional. Jika seorang guru menyampaikan materinya dengan

ceramah didaktis yang menyangkut pokok bahasan, maka fasilitator

membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap suatu

pokok bahasan.

Bila dalam model pembelajaran lama pembelajar berperan secara

pasif, sedangkan dalam paradigma baru pembelajar memegang peran aktif

dalam pembelajaran. Perubahan ini mengakibatkan fasilitator harus

menunjukkan keterampilan yang berbeda dari seorang guru. Jika guru

berceramah, maka seorang fasilitator akan bertanya. Jika guru

menyediakan jawaban, maka seorang fasilitator akan menyediakan

bimbingan serta menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa untuk

sampai pada simpulannya sendiri. Jika pembelajaran guru secara monolog,

maka seorang fasilitator mengakomodasi adanya dialog yang kontinyu

(29)

E. Metode Pembelajaran IPA 1. Eksperimen

Pelaksanaan metode ilmiah dalam suatu proses pembelajaran IPA

di kelas dapat dilakukan dengan metode eksperimen. Metode

eksperimen yang dilaksanakan oleh peserta didik level SMP berada

pada level pembuktian suatu teori, meskipun tidak menutup

kemungkinan, seorang peserta didik level SMP dapat menemukan

suatu fakta baru tentang fenomena gejala alam.

Metode eksperimen bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir peserta didik dalam menemukan dan memahami suatu

konsep atau teori IPA yang sedang dipelajari. Kemampuan berpikir

peserta didik dimulai dengan adanya pertanyaan apa, mengapa, kapan,

dimana, dan bagaimana suatu fenomena alam terjadi.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diberikan oleh guru sebagai stimulus untuk

melaksanakan eksperimen, tetapi juga dapat berasal dari peserta didik

akibat melihat fenomena yang mereka jumpai.

Pelaksanaan proses pembelajaran IPA berdasarkan kurikulum 2013

mengoptimalkan penggunaan metode eksperimen. Metode

eksperimen yang digunakan dalam kurikulum 2013 menggunakan

metode discovery dengan pola dasar melakukan pengamatan, menginferensi, dan mengkomunikasikan/ menyajikan. Pola dasar

(30)

pengamatan lanjutan, menganalisis data, dan menarik kesimpulan

(Wisudawati dan Sulistyowati, 2013: 53-54).

2. Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan cara pencapaian tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dengan cara memperagakan

barang, kejadian, aturan, dan urutan dengan menggunakan media atau

alat peraga yang sesuai dengan materi yang disampaikan ( Wisudawati,

Asih Widi, 2014: 148-149).

Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi dalam

proses pembelajaran IPA adalah :

a. Siswa akan dapat memusatkan perhatian pada objek IPA yang

di demonstrasikan.

b. Proses pembelajaran IPA akan lebih terarah pada materi yang

dipelajari.

c. Pengalaman dan kesan akibat dari demonstrasi yang dilakukan

akan lebih melekat pada siswa.

Kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :

a. Membenatu siswa memahami dengan jelas jalannya suatu

proses atau system kerja, mekanisme kerja suatu benda, dan

langkah-langkah eksperimen.

b. Memudahkan dalam memberikan berbagai jenis penjelasan

(31)

c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat

diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan

menghadirkan objek sebenarnya.

Kelemahan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :

a. Siswa terkadang sukar melihat demonstrasi dengan jelas jika

dilaksanakan dalam kelas yang besar.

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan

c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh guru yang kurang

menguasai materi.

3. Diskusi - Presentasi

Metode diskusi-presentasi merupakan cara pencapaian tujuan

pembelajaran IPA dengan komunikasi interaktif dalam penyampaian

ide atau pendapat dalam suatu forum ilmiah untuk membahas suatu

permasalahan IPA. Metode diskusi-presentasi diaplikasikan dalam

proses pembelajaran IPA untuk :

a. Mendorong peserta didik berpikir kritis.

b. Mendorong peserta didik mengekspresikan pendapatnya secara

bebas.

c. Mendorong peserta didik menyumbangkan buah pikirnya untuk

(32)

d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif

jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan

pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi-presentasi antara lain :

a. Menyadarkan peserta didik bahwa masalah dapat dipecahkan

dengan berbagai jalan.

b. Menyadarkan peserta didik bahwa dengan berdiskusi, merekan

saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga

dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

c. Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan pendapat

orang lainsekalipun berbeda dengan pendapatnya dan

membiasakan bersikap toleransi.

d. Menanamkan karakter kooperatif atau mau bekerja sama

dengan orang lain.

Kelemahan metode diskusi-presentasi antara lain :

a. Metode diskusi tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar

atau kelas dengan jumlah yang besar.

b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.

c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara/agresif

sehingga peserta didik yang cenderung pendiam/nonassertive

mempunyai kesempatan yang terbatas dalam menyampaikan

(33)

Metode diskusi memberikan kesempatan peserta didik menyampaikan

ide atau gagasan menurut apa yang mereka ketahui. Guru dapat

mengetahui sejauh mana konsep yang telah dipahami oleh peserta

didik ketika menyampaikam ide atau gagasan. Guru juga dapat

mengetahui salah konsep yang dimiliki peserta didik dari metode

diskusi. Proses pembelajaran IPA yang menggunakan metode ini dapat

mengubah paradigm teacher centered menjadi student centered dan mendorong peserta didik membagun pengetahuan IPA, sikap ilmiah

IPA dan perilaku /karakter kooperatif (Wisudawati, Asih Widi, 2014:

146 – 148).

F. Kalor dan Perpindahannya 1. Pengertian Kalor

Gambar 2. Kalor

Energi panas yang berpindah dari benda yang bersuhu lebih tinggi

(34)

2. Satuan Kalor

Dalam SI, satuan kalor adalah joule (J), tetapi kalor sering juga

dinyatakan dalam satuan kalori. Satu kalori adalah jumlah energi panas

yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air hingga naik sebesar

1ºC. Satu kalori sama dengan 4,184 J, sering dibulatkan menjadi 4,2 J.

3. Kalor dan Perubahan Suhu Benda

Ketika kalor diberikan kepada suatu zat, molekul-molekulnya

bergetar/ bergerak lebih cepat sehingga suhu zat naik. Suhu zat bisa

saja tetap, tetapi kalornya digunakan untuk mengatasi gaya tarik antar

molekul sehingga wujud zat berubah. Dengan demikian, kalor dapat

menyebabkan perubahan suhu zat atau perubahan wujud zat.

Tabel 1. Kalor Jenis Beberapa Bahan

Bahan Kalor Jenis (J/ (Kg °K) )

Air 4148

Alkohol 2450

Alumunium 920

Karbon (grafit) 710

Pasir 664

Besi 450

Tembaga 380

(35)

a. Kalor untuk menaikkan suhu benda bergantung pada jenis benda

itu

b. Semakin besar kenaikan suhu benda, kalor yang diperlukan

semakin besar pula

c. Semakin besar massa benda, kalor yang diperlukan untuk

menaikkan suhu semakin besar pula

Jadi, pernyataan diatas dapat dirumuskan secara matematis, seperti di

bawah ini:

Kalor yang diperlukan untuk kenaikan suhu =

kalor jenis x massa benda x kenaikan suhu

4. Kalor pada Perubahan Wujud Benda

Gambar 3. Proses Perubahan Wujud

a. Melebur dan Membeku

Melebur/ mencair adalah perubahan wujud zat dari padat ke

cair. Proses kebalikannya yaitu membeku, adalah perubahan wujud

zat dari cair ke padat. Untuk melebur zat memerlukan kalor, tetapi

sewaktu melebur suhu zat tetap. Ketika zat padat dipanaskan,

(36)

molekul-molekulnyanya bergerak lebih cepat, jarak antar partikelnya makin

jauh, dan suhu zat terus bertambah. Pada suhu tertentu, energi yang

dimiliki molekul-molekul digunakan untuk mengatasi gaya

tarik-menarik antar molekul (disebut juga gaya kohesi) yang menahan

molekul-molekul zat padat tetap ditempatnya. Sebagai hasilnya,

molekul-molekul sekarang dapat berpindah tempat dan dapat

dikatakan zat padat telah melebur menjadi zat cair. Contoh : es

yang dipanaskan.

Proses kebalikannya, yaitu membeku, bisa terjadi jika zat cair

terus didinginkan. Zat melepas kalor ketika membeku, tetapi suhu

zat tetap. Contoh : air dimasukan ke dalam freezer.

b. Menguap dan Mengembun

Menguap adalah perubahan wujud zat dari cair ke gas. Ketika

proses menguap, zat memerlukan kalor, tetapi suhu zat tetap.

Contoh : Alkohol yang diteteskan ke kulit akan segera menghilang

dan kulit akan terasa dingin. Hal tersebut terjadi karena alkohol

memiliki titik didih yang lebih rendah dari air, tetapi memiliki suhu

yang sama antara alkohol dan kulit. Karena memiliki titik didih

yang rendah alkohol mudah menguap sehingga memerlukan kalor

yang diambil dari kulit. Kulit terasa dingin karena kehilangan

(37)

Cara mempercepat penguapan :

Memanaskan, memperluas permukaan, meniupkan udara di atas

permukaan, menyemburkan zat cair, mengurangi tekanan pada

permukaan.

Proses kebalikannya, mengembun adalah perubahan wujud zat dari

gas ke cair. Ketika proses mengembun, zat melepaskan kalor,

tetapi suhu zat tetap. Contoh : Terdapat titik-titik air di dinding

gelas yang berisi air es yang diakibatkan mengembunnya udara di

sekitar gelas. Kembali ke prinsip kalor yaitu energi panas mengalir

dari benda yang bersuhu tinggi ke rendah. Karena suhu udara

sekitar lebih tinggi maka udara disekitar gelas tersebut akan

melepas kalor ke dinding-dinding gelas yang bersuhu lebih rendah.

c. Menyublim dan Menghablur/ Desposisi

Menyublim adalah proses perubahan wujud dari padat langsung ke

gas. Ketika proses menyublim, zat memerlukan kalor. Contoh :

Kapur barus yang diletakkan di lemari lama kelamaan akan

menghilang.

Desposisi adalah perubahan wujud zat dari gas langsung ke padat,

ketika proses menghablur, zat memerlukan kalor. Contoh : Kristal

es.

5. Kalor Laten

Ketika benda melebur, kalor tidak digunakan untuk menaikkan

(38)

seolah-olah kalor ini tidak ada (tersembunyi). Oleh karena itu, kalor

yang terlihat dalam perubahan wujud, termasuk kalor pada proses

melebur yang disebut kalor laten.

Dengan:

Q = kalor yang dibutuhkan/ dilepas untuk berubah wujud (J)

m = massa zat yang berubah wujud (kg)

L = kalor lebur atau kalor beku (J/kg)

U = kalor penguapan atau kalor pengembunan (J/kg)

Gambar 4. Grafik Peristiwa Kalor Laten

Keterangan :

A-B : Wujud Es

B-C : Wujud es dan air (proses melebur) - Kalor Laten

C-D : Wujud Air

D-E : Wujud air dan uap ( proses menguap) - Kalor Laten Kalor lebur/beku

Kalor Laten

Kalor penguapan

Q = m x U

(39)

6. Perpindahan Kalor

a. Konduksi

Konduksi merupakan perpindahan kalor melalui bahan

tanpa disertai perpindahan partikel-partikel bahan itu. Saat

menyetrika, setrika yang panas bersentuhan dengan kain yang

disetrika. Kalor berpindah dari setrika ke kain. Perpindahan kalor

seperti ini disebut konduksi. Perhatikan mekanisme perpindahan

kalor secara konduksi pada gambar 5.

Gambar 5. Perpindahan Kalor Secara Langsung

Benda yang jenisnya berbeda memiliki kemampuan

menghantarkan panas secara konduksi (konduktivitas) yang

berbeda pula. Bahan yang mampu menghantarkan panas dengan

(40)

Gambar 6. Bahan-Bahan Konduktor dan Isolator Panas

b. Konveksi

Konveksi adalah perpindahan kalor dari satu tempat ke

tempat lain bersama dengan gerak partikel-partikel bendanya.

Contoh konveksi adalah ketika air bagian bawah dipanaskan,

ternyata air bagian atas juga panas. Bagian bawah air mendapatkan

kalor dari pemanas, air memuai sehingga menjadi lebih ringan dan

bergerak naik dan digantikan dengan air dingin bagian atas.

Dengan cara ini, panas dari bagian bawah berpindah bersama aliran

air menuju bagian atas. Pola aliran air membentuk arus konveksi.

Gambar 7. Arus Konveksi Pada Air yang Dipanaskan

Konveksi dimanfaatkan pada berbagai peralatan. Contohnya oven,

(41)

c. Radiasi

Ketika berjalan di siang hari terasa panasnya matahari di

wajah. Kalor di matahari dapat sampai di wajah. Kalor dapat

menempuh jarak berjuta-juta kilometer dan melewati ruang hampa,

dimana di ruang hampa tidak ada materi yang memindahkan kalor

secara konduksi dan konveksi. Jadi perpindahan kalor dari

matahari sampai ke bumi dengan cara lain. Cara tersebut adalah

radiasi. Radiasi adalah adalah transfer energi oleh gelombang

elektromagnetik, seperti pada matahari (Giancoli, 2001: 511).

Setiap benda dapat memancarkan dan menyerap radiasi

kalor, yang besarnya antara lain bergantung pada suhu benda, luas

permukaan benda, dan warna benda.

1) Makin panas benda dibandingkan dengan panas lingkungan

sekitar, makin besar pula kalor yang diradiasikan ke

lingkungannya. Makin rendah suhu benda, makin besar pula

kalor yng diterima dari lingkungannya.

2) Makin luas permukaan benda panas, makin besar pula kalor

yang diradiasikan ke lingkungannya. Makin luas permukaan

benda dingin, makin besar pula kalor yang diterima dari

lingkungannya.

3) Makin gelap benda panas, makin besar pula kalor yang

diradiasikan ke lingkungannya. Makin gelap benda dingin,

(42)

G. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, terdapat

penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

Skripsi yang ditulis oleh Gandha Setiawan, Jurusan Pendidikan

Matematika dan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta tahun 2015, dengan judul Pemahaman Siswa Tentang

Konsep Usaha dan Energi: Sebuah Studi Kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pemahaman siswa tentang konsep usaha dan

energi. Hasil dari penelitian ini diungkapkan bahwa terdapat perubahan

pemahaman setelah partisipan diberi pertanyaan baru yang mengarah pada

suatu konsep. Pada skripsi Gandha Setiawan leebih memfokuskan pada

perubahan pemahaman melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarah

pada suatu konsep. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan selain

mengetahui perubahan pemahaman partisipan, peneliti juga ingin

mengenal letak Zone of Proximal Development partisipan.

H. Kerangka Pemikiran

Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa pembelajaran akan

optimal ketika siswa aktif dan berada pada Zone of Proximal Development.

Sehingga peneliti berusaha menerapkan teori tersebut ke dalam penelitian

ini.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pemahaman

(43)

mengacu kepada konstruktivisme, mengetahui profil Zone of Proximal Development siswa tentang kalor dan perpindahannya dalam pembelajaran yang mengacu kepada konstruktivisme dan mengetahui pemahaman akhir

siswa tentang kalor dan perpindahannya setelah pembelajaran yang

dirancang berdasarkan Zona of Proximal Development dan mengacu kepada konstruktivisme.

Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut dipersiapkan

langkah-langkah penelitian. Langkah pertama yaitu dengan melakukan pretest kepada seluruh siswa kelas VIIB. Kemudian dilakukan wawancara kepada

3 orang siswa untuk mengetahui pemahaman awal dan Zone of Proximal Development (ZPD) yang dimiliki siswa tentang kalor dan perpindahannya.

Untuk mengembangkan pemahaman awal siswa dilakukan

treatment yang sesuai dengan hasil pretest dan wawancara mengenai

pemahaman awal siswa tentang kalor dan perpindahannya. Treatment yang

dilakukan yaitu dengan menggunakan metode eksperimen. Dimana di

dalam pembelajaran siswa akan dibagi dalam kelompok dan melakukan

eksperimen.

Setelah dilakukan treatment, seluruh siswa kelas VIIB diberikan

test (posttest). Wawancara kembali dilakukan kepada 3 orang siswa yang

(44)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kualitatif

dan kuantitatif. Penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara.

Penelitian kuantitatif menggunakan metode pretest dan posttest. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya

(Sukardi, 2008: 157). Metode deskriptif digunakan karena peneliti ingin

mengetahui perkembangan pemahaman siswa sebelum dan sesudah

pembelajaran yang mengacu pada ZPD dengan teori konstruktivisme.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta berjumlah 43. Untuk mengkonfirmasi pemahaman siswa

melalui wawancara, dipilih 3 siswa yang masing-masing memiliki nilai

tertinggi, menengah, dan terendah pada saat pretest

C. Design Penelitian

Penelitian ini menggunakan design penelitian wawancara bebas

(45)

terpimpin, pewawancara sudah mempersiapkan beberapa pertanyaan atau

point yang ingin diajukan dalam wawancara (Suparno, 2010: 62).

Sedangkan untuk design one group pretest-posttest, satu kelompok

diobservasi atau diukur bukan hanya akhir treatment (posttest) tetapi juga

sebelumnya (pretest) (Suparno, 2010: 140).

Gambar 8. Diagram Desain Penelitian

D. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016 di SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

E. Treatment

Treatment yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pemberian pembelajaran IPA tentang kalor dan perpindahannya yang sesuai dengan

kurikulum 2013 pada peserta didik kelas VIIB SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.

Pretest Analisis Pretest Wawancara Pra

Pembelajaran

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan

Pembelajaran

Posttest

Analisis

Posttest

(46)

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya adalah penelitian

dengan menggunakan instrumen wawancara bebas terpimpin dan test

yang dilakukan dua kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)

pembelajaran. Dalam penelitian ini diberikan treatment yang mengacu pada hasil pretest dan wawancara awal sehingga dapat disusun Rancangan

Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan pemahaman awal siswa.

Penyusunan pretest dan posttest mengacu pada indikator yang ingin dicapai sesuai dengan materi yang diteliti. Berikut tabel kisi-kisi soal

pretest dan posttest:

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest

Indikator Soal

Siswa dapat

menjelaskan

pengertian kalor

1. Apabila dua benda yang suhunya berbeda

disentuhkan, maka...

a. Kalor mengalir dari benda bersuhu rendah

ke benda bersuhu tinggi

b. Kalor mengalir dari benda bersuhu tinggi

ke benda bersuhu rendah

c. Benda bersuhu rendah melepaskan kalor

d. Benda bersuhu tinggi suhunya bertambah

Siswa dapat

menyebutkan

3. Satuan kalor dalam sistem internasional

(47)

satuan kalor

a. Perubahan wujud dan massa zat

b. Perubahan ukuran dan massa zat

c. Perubahan suhu dan wujud zat

d. Perubahan suhu dan ukuran zat

Siswa dapat

pada faktor-faktor di bawah ini, kecuali...

a. Massa zat c. Tekanan udara luar

2. Kalor yang sama diberikan kepada dua benda

dengan massa sama dan pada suhu awal yang

sama, tetapi kedua benda tersebut terbuat dari

bahan yang berbeda. Ternyata benda A

mengalami perubahan suhu lebih tinggi

dibandingkan benda B. Kesimpulan tentang

(48)

tinggi dari benda B adalah…

energi kalor daripada benda B

d. Benda A menyerap lebih banyak energi

kalor daripada benda B

Siswa dapat

Kalor yang diperlukan untuk melakukan ini

adalah…

kemudian dipanaskan. Es berubah menjadi air.

Apabila terus menerus dipanaskan, air

mendidih dan menguap. Apa kesimpulanmu

(49)

perubahan bentuk zat?

a. Melebur dan menguap memerlukan kalor

b. Menguap dan mengembun memerlukan

kalor

c. Membeku dan melebur melepaskan kalor

d. Melebur dan mengembun melepaskan

kalor

9. Pernyataan yang benar tentang proses

mengembun dan membeku adalah…

a. Keduanya melepaskan kalor ke

lingkungan

b. Keduanya menyerap kalor dari lingkungan

c. Tidak mempengaruhi suhu sekitarnya

d. Tidak melibatkan kalor

10. Titik-titik air yang menempel pada bagian luar

gelas yang berisi es terjadi karena…

a. Air yang berada di dalam menembus gelas

b. Es di dalam gelas mencair

c. Udara di sekitar gelas mengembun

d. Gelas menyerap air yang berlebih

11. Bagian kulit kita terasa dingin jika diusapkan

alkohol. Hal ini karena…..

(50)

daripada temperatur tubuh

b. Adanya partikel alkohol yang meresap

masuk ke dalam pori-pori kulit

c. Alkohol menguap dan menyerap kalor dari

tubuh

d. Alkohol menguap dan melepaskan kalor

ke tubuh

12. Ketika es melebur menjadi air, gaya yang

harus diatasi adalah…

a. Tarik – menarik antara elektron dan inti

atom

b. Tarik - menarik antara atom-atom dalam

molekul

c. Gaya antara molekul-molekul

d. Gaya gravitasi

Siswa dapat

menjelaskan

Kalor Laten

6. Air yang sudah mendidih pada 100°C

dipanaskan terus, ternyata suhu air tersebut

tidak berubah. Hal ini menunjukkan bahwa…

a. Kalor yang diberikan berfungsi untuk

mengubah wujud

b. Kalor yang diberikan menghambat

(51)

c. Jumlah kalor yang diberikan sebanding

13. Peristiwa yang menunjukkan adanya

perpindahan kalor secara konduksi adalah...

a. Terjadinya arus vertikal di laut

b. Memanaskan setrika listrik

c. Mencairkan es di kutub

d. Pemancaran energi surya ke bumi

14. Berikut adalah peristiwa perpindahan kalor

dalam kehidupan sehari-hari

1) mendidihkan air di atas bara api

2) berjalan pada siang hari yang panas

3) memanaskan ujung logam di dalam bara api

4) berdiam disekitar api unggun

Yang merupakan perpindahan kalor secara

konveksi adalah....

a. 1

b. 2

c. 3

(52)

15. Perpindahan kalor secara radiasi ditunjukkan

oleh gambar....

a. c.

b. d.

Untuk setiap butir soal yang benar bernilai 1 maka ditentukan

presentasi setiap butir soal yang diperoleh adalah sebagai berikut:

P = x 100%

Keterangan:

P = Persentase setiap butir soal (%)

Sbs = Skor setiap butir soal

(53)

Tingkat ketercapaian butir soal diklasifikasikan menjadi 3 tingkat

yaitu rendah, sedang, tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Tingkat Ketercapaian Butir Soal

Presentase Kategori

0-30% Rendah

31-60% Sedang

61-100% Tinggi

Tingkat pemahaman awal siswa diklasifikasikan menjadi 5 tingkat

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Awal Siswa

Nilai Kategori

10-29 Sangat Kurang

30-49 Kurang

50-69 Cukup

70-89 Baik

90-100 Sangat Baik

G. Metode Pengumpulan Data

Tabel 5. Langkah Pengumpulan Data

(54)

2. Letak Zone of

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu

dengan wawancara bebas terpimpin dan test (pretest dan posttest).

Wawancara digunakan untuk mengetahui lebih dalam lagi pemahaman

partisipan tentang konsep kalor dan perpindahannya dengan

mewawancarai 3 orang peserta didik yang digunakan sebagai sampel.

Dalam kegiatan wawancara dibuat pertanyaan-pertanyaan yang bisa

digunakan untuk mengidentifikasi pemahaman awal partisipan yang

mengacu pada hasil pretest. Hasil wawancara ini direkam menggunakan recorder supaya tidak kehilangan data-data yang diperlukan.

Metode pengumpulan data menggunakan Test dilakukan dua kali,

yakni sebelum dan sesudah pembelajaran. Tujuannya untuk mengetahui

perkembangan pemahaman siswa kelas VIIB tentang kalor dan

(55)

wawancara pra pembelajaran diberikan treatment yang sesuai, kemudian

dilakukan tes setelah pembelajaran (posttest) dan wawancara akhir.

H. Metode Analisis data 1. Data Kuantitatif

Data kuntitatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang

telah dilakukan seluruh siswa kelas VIIB. Berikut adalah tabel

analisis hasil pretest dan posttest siswa:

Tabel 6. Analisis Pretest

No Kode

Tabel 7. Analisis Posttest

(56)

Untuk mengetahui klasifikasi pemahaman awal siswa

dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 8. Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa

No Kode

Untuk menganalisis tingkat pemahaman siswa dalam setiap

butir soal digunakan hasil pretest. Data ditampilkan dalam tabel klasifikasi penilaian butir soal pretest.

Tabel 9. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest

Untuk mengetahui distribusi klasifikasi pemahaman akhir

siswa dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 10. Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa

(57)

Untuk menganalisis tingkat pemahaman siswa dalam setiap

butir soal digunakan hasil posttest. Data ditampilkan dalam tabel klasifikasi penilaian butir soal posttest.

Tabel 11. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Posttest

Hasil test juga dianalisis menggunakan T-Test untuk kelompok dependen. T-test ini digunakan untuk mengetes satu

kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest. Kelompok dependen merupakan kelompok yang saling

bergantung, berkaitan atau bahkan sama. Untuk cara

menghitungnya dapat digunakan rumus: (Suparno, 2011:87)

Trel= ̅̅̅̅ ̅̅̅̅

√[∑ ∑ ]

Dimana:

D = perbedaan antara skor setiap subjek = Xi1 – Xi2

N = Jumlah pasang skor (jumlahpasangan)

Derajat kebebasan: df = N – 1 Indikator No.

Soal

Presentasi (%)

(58)

Setelah diperoleh nilai Treal , kemudian |Treal| dibandingkan

dengan |Tcrit| dalam tabel korelasi dengan level significant 0,05.

Jika | Treal| > |Tcrit| maka significant, artinya ada perubahan yang

significant, jika sebaliknya |Treal| < |Tcrit| maka tidak significant.

Untuk mempermudah dalam menganalisis data yang

diperoleh, peneliti menggunakan program SPSS 20.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dengan cara melakukan

wawancara. Wawancara tersebut dilakukan pada sampel yang

terpilih. Wawancara direkam menggunakan recorder kemudian ditranskip dari bentuk rekaman ke dalam bentuk percakapan, agar

mempermudah peneliti dalam menganalisis pendapat partisipan

mengenai kalor dan perpindahannya. Wawancara dilakukan dua

kali pada sampel terpilih yang sama yakni sebelum dan sesudah

treatment.

Untuk menentukan profil ZPD dilakukan analisis

berdasarkan hasil pretest dan wawancara pra pembelajaran. Profil ZPD digunakan untuk menyusun rancangan pembelajaran.

(59)

Tabel 12. Analisis Wawancara Pra Pembelajaran

No. Soal

Hasil Pretest Kelas

Pertanyaan Wawancara Pra

Pembelajaran

Hasil Wawancara Pra Pembelajaran

Untuk menganalisis hasil posttest wawancara akhir

pembelajaran dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 13. Analisis Wawancara Akhir Pembelajaran

No. Soal

Hasil Posttest Kelas

Pertanyaan Wawancara Pra

Pembelajaran

(60)

42 BAB IV

DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Data

A.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta,

yaitu pada bulan Maret - April 2016. Subyek penelitian ini adalah siswa

kelas VIIB dengan jumlah 43 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti

memberikan pretest seluruh siswa dan wawancara pra pembelajaran kepada 3 siswa terpilih untuk mengetahui Zone of Proximal Development siswa. Dari hasil pretest dan wawancara pra pembelajaran dirancang proses pembelajaran sesuai ZPD siswa. Setelah proses pembelajaran

selesai dilaksanakan penelti memberikan kembali posttest kepada seluruh siswa dan wawancara akhir pembelajaran pada siswa yang terpilih

sebelumnya untuk mengetahui pemahaman akhir siswa. Berikut adalah

kegiatan yang dilakukan selama penelitian.

Pretest : 2 Maret 2016

Wawancara pra pembelajaran : 18-19 Maret 2016

Pelaksanaan Pembelajaran : 21 Maret 2016, 6 dan 13 April 2016

Posttest : 13 April 2016

(61)
(62)

A.3 Wawancara Pra Pembelajaran

Data disajikan dalam bentuk transkip wawancara (terlampir pada

lampiran 6)

A.4 Posttest

Tabel 15. Analisis Hasil Posttest

(63)
(64)

Data disajikan dalam bentuk transkip wawancara (terlampir pada

lampiran 7).

B. Analisis Data dan Pembahasan B.1 Hasil Pretest

 Nilai rata-rata pretest kelas adalah 50,5.

 Dilihat dari tabel hasil prestest diatas, dapat disimpulkan bahwa

skor yang diperoleh siswa berada diantara 4-12.

 Siswa yang mendapat skor tertinggi saat pretest yaitu 12, dengan

kode siswa 21.

 Siswa yang mendapatkan skor terendah saat pretest yaitu 4, dengan

kode siswa 38.

 Soal untuk jumlah siswa yang menjawab benar terbanyak saat

pretest adalah nomor 13 dan 15 dengan jumlah siswa 39 orang. Soal nomor 13 dan 15 ini mengenai macam-macam perpindahan

kalor dalam kehidupan sehari-hari.

 Soal untuk jumlah siswa yang menjawab benar paling sedikit saat

pretest adalah nomor 2 dengan jumlah siswa sebanyak 1 orang. Soal nomor 2 mengenai hubungan kenaikan suhu dengan kalor

(65)
(66)

33 33 66.7   

 Hasil Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest

Tabel 17. Hasil Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest

Indikator No.Soal Presentase (%)

Tingkat Ketercapaian Rendah Sedang Tinggi Siswa dapat menjelaskan

pengertian kalor

1 76,7 

Siswa dapat menyebutkan satuan kalor dalam SI

3 14,0 

Siswa dapat menyebutkan perubahan yang dialami benda jika diberikan kalor

4 48,8  suhu dengan kalor jenis

2 2,3 

(67)

peristiwa

Dari tabel diatas dapat dilihat klasifikasi penilaian pretest butir soal

dan tingkat pemahaman awal siswa tentang kalor dan perpindahannya.

Presentase tingkat ketercapaian untuk beberapa soal masih di bawah

30%. Terdapat lima soal yang masuk dalam kategori rendah yaitu soal

nomor 3 mengenai satuan kalor dalam Sistem Internasional. Dimana

masih banyak siswa yang belum mengetahui satuan kalor yaitu Joule.

Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat banyak siswa yang

menjawab satuan kalor dalam Sistem Internasional yaitu kWh.

Soal nomor 2 mengenai hubungan kenaikan suhu dengan kalor

jenis. Dimana hubungan kenaikan suhu berbanding terbalik dengan

(68)

sebuah benda mengalami kenaikan suhu yang tinggi maka kalor jenis

nya juga besar atau berbanding lurus.

Soal nomor 8 dan 10 memiliki indikator yang sama yaitu kalor

pada perubahan wujud benda. Soal nomor 8 membahas tentang proses

mengembun dan membeku. Siswa hanya paham mengenai perubahan

wujud yang terjadi namun siswa tidak mengerti bahwa dalam proses

mengembun dan membeku, keduanya melepaskan kalor ke

lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat masih banyak siswa yang

memilih jawaban kedua proses tersebut menyerap kalor dari

lingkungan.

Soal nomor 10 membahas tentang sebuah peristiwa bagian kulit

kita terasa dingin jika diusapkan alkohol. Dalam soal ini masih banyak

siswa yang kurang paham bahwa alkohol dan kulit memiliki

temperatur yang sama tetapi alkohol memiliki titik didih yang rendah.

Dapat dilihat banyak siswa yang memilih jawaban alkohol memiliki

temperatur lebih rendah daripada temperatur tubuh sehingga alkohol

lebih cepat menguap dan menyerap kalor dari tubuh.

Soal nomor 6 mengenai kalor laten. Dimana soal tersebut

membahas mengenai apa yang menyebabkan air yang sudah mendidih

pada 100°C dipanaskan terus, ternyata suhu air tersebut tidak berubah.

(69)

mengetahui bahwa hal tersebut terjadi karena kalor yang digunakan

untuk merubah wujud.

Untuk soal yang masuk dalam kualifikasi tingkat ketercapaian

sedang berjumlah empat yaitu soal nomor 4 mengenai perubahan yang

dialami benda jika diberikan kalor, nomor 5 mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi kalor, nomor 11 mengenai kalor pada perubahan

wujud benda, dan 12 mengenai kalor yang diperlukan dalam sebuah

peristiwa. Sedangkan pada kolom tingkat ketercapaian tinggi

berjumlah enam soal yaitu nomor 1 mengenai pengertian kalor, 7 dan 9

mengenai kalor pada perubahan wujud benda, serta 13, 14, dan 15

mengenai macam-macam perpindahan kalor dalam kehidupan

sehari-hari.

B.2 Wawancara Pra Pembelajaran

Peneliti mengoreksi hasil pretest yang telah dilaksanakan. Nilai dari hasil pretest menjadi acuan peneliti untuk melakukan wawancara dengan mengambil 3 siswa yang memiliki kriteria nilai terendah, tertinggi

dan menengah. Ketiga siswa yang terpilih akan mewakili keadaan

pemahaman awal seluruh siswa sebelum diberikan treatment atau pembelajaran. Tetapi pada penelitian kali ini siswa yang mendapat nilai

tertinggi dan terendah tidak bisa mengikuti wawancara pra pembelajaran

karena beberapa alasan. Sehingga peneliti memutuskan untuk

(70)

memiliki kode siswa 33, kategori rendah rendah memiliki kode siswa 29,

dan menengah memiliki kode siswa 9. Wawancara dilakukan diluar jam

pelajaran setelah pulang sekolah. Dari hasil pretest dan wawancara pra pembelajaran, peneliti merancang proses pembelajaran yang akan

(71)

Tabel 18. Hasil Analisis Wawancara Pra Pembelajaran

No. Soal

Hasil Pretest Kelas Pertanyaan Wawancara Pra Pembelajaran

Hasil Wawancara Pra Pembelajaran

1 Siswa sudah paham mengenai

pengertian kalor. Terbukti sudah 33

siswa yang menjawab benar bahwa

kalor mengalir dari benda yang

bersuhu tinggi ke rendah.

 Saya punya air panas bermassa 100

gram suhu nya sebesar 40º. Apakah air

tersebut mempunyai energi panas ?

 Kira-kira air panas bermassa 100 gram

suhu nya sebesar 40º C mempunyai

kalor juga ga?

 Apa itu kalor?

 Jadi menurutmu kalor sama energi

panas sama atau tidak?

Siswa masih kurang paham

perbedaan antara energi panas dan

kalor. Karena siswa menganggap

bahwa energi panas dan kalor

(72)

3 Banyak siswa yang belum

mengetahui satuan kalor dalam

Sistem Internasional yaitu Joule.

Hal tersebut dapat dilihat 6 siswa

yang menjawab benar yaitu Joule.

Sebanyak 26 siswa yang menjawab

satuan kalor dalam Sistem

Internasional yaitu kWh.

 Apa satuan kalor dalam Sistem

Internasional?

Siswa L tidak bisa menyebutkan

satuan kalor dalam SI

Siswa D dapat menyebutkan satuan

kalor dalam SI adalah Joule

Siswa R tidak bisa menyebutkan

satuan kalor dalam SI

4 Siswa sudah bisa menyebutkan

perubahan yang dialami benda jika

diberikan kalor yaitu perubahan

suhu dan wujud. Hal tersebut dapat

diketahui dari sebanyak 21 siswa

 Perubahan apa saja yang dialami oleh

suatu benda jika diberikan kalor?

Siswa L sudah paham karena bisa

menyebutkan perubahan yang

dialami benda jika diberikan kalor

adalah perubahan wujud dan

(73)

yang menjawab benar. Tetapi

sebanyak 19 siswa memilih

jawaban perubahan suhu dan

ukuran

Siswa D belum paham mengenai

perubahan yang dialami benda jika

diberikan kalor. Karena siswa tidak

mengetahuinya

Siswa R cukup paham mengenai

perubahan yang dialami oleh suatu

benda ketika diberikan kalor.

Karena siswa R menjawab

perubahan panas, suhu, dan zat.

5 Siswa sudah bisa menyebutkan

faktor-faktor yang mempengaruhi

kalor. Hal tersebut dapat terlihat 23

siswa tersebut bisa memilih

 Menurutmu kalor yang diserap oleh

suatu zat tergantung sama massa nya?

Jenis zat nya? Kenaikan suhu nya?

Tekanan udara luar?

Siswa kurang paham mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi

kalor. Karena siswa hanya bisa

(74)

jawaban bahwa tekanan udara luar

tidak mempengaruhi kalor. Tetapi

sebanyak 20 siswa lainnya masih

berbanding terbalik.. Siswa lainnya

masih salah dalam memilih

jawaban. Mereka memiliki

pemahaman awal bahwa ketika

sebuah benda mengalami kenaikan

 Kalor yang sama diberikan kepada

tinggi dibandingkan benda B.

Menurutmu bagaimana kalor jenis

yang dimiliki oleh benda A yang

Siswa belum paham hubungan

antara kenaikan suhu dan kalor

jenis karena siswa tidak dapat

menjelaskan hubungan antara

(75)

suhu yang tinggi maka kalor jenis

nya juga besar atau berbanding

lurus.

memiliki perubahan suhu lebih tinggi

dari benda B?

12 Siswa cukup paham dalam

menggunakan rumus kalor (Q) =

mc∆T untuk menentukan besarnya

kalor yang diperlukan dalam

sebuah peristiwa. Dalam soal ini

(76)

sebanyak 20 siswa yang menjawab

benar. Tetapi 23 siswa masih

terkecoh dengan jawaban lainnya.

7 Siswa sudah paham mengenai kalor

pada perubahan wujud benda di

peristiwa mencair dan menguap.

Pada peristiwa tersebut sebanyak

31 siswa sudah mengetahui bahwa

mencair dan menguap memerlukan

kalor.

 Dulu kita sudah pernah belajar

tentang perubahan wujud, kamu bisa

menyebutkannya macam-macam

perubahan wujud?

 Misalnya mba punya sepotong es trus

dipanaskan, apa yang terjadi?

Menurut mu itu melepas kalor atau

menerima kalor?

 Es yang tadi berubah menjadi air

sama mba air nya terus dipanaskan,

Siswa L sudah bisa menyebutkan

macam-macam perubahan wujud.

Siswa sudah bisa menjelaskan

dalam peristiwa mencair dan

menguap akan menerima kalor

Siswa D sudah bisa menyebutkan

macam-macam perubahan wujud.

Tetapi siswa belum benar

menjelaskan kalor pada peristiwa

Gambar

Gambar 1. Empat Tahap Perkembangan ZPD .......................................................
Gambar 1. Empat Tahap Perkembangan ZPD (Tharp & Gallimore, 1998:
Gambar 2. Kalor
Tabel 1. Kalor Jenis Beberapa Bahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika casing saudara menggunakan kipas pendingin, maka hubungkan ke catu daya atau ke motherboard , sesuai dengan connector yang dimiliki.. Memasang kabel daya

Dalam sebuah buku yang berjudul agama dan politik moral, Julien Benda mengatakan kaum intelektual yang terlibat dalam politik praktis adalah pengkhianat..

Walaupun fokus pada fenomena sosial yang otomatis cakupannya sangat luas, namun dalam suatu penelitian kualitatif, suatu penelitian dilakukan dengan lebih

Oleh karena itu, peneliti akan berusaha mendapatkan informasi melalui wawancara dengan owner Nasi Goreng Mafia dan pihak lain yang terkait seperti praktisi

Kebutuhan manusia tidak lepas dengan tiga hal pokok yaitu air udara dan matahari, akan tetapi sebagian warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih masih ada yang kesulitan, terutama

Kumpulan baris perintah tersebut biasanya disimpan ke dalam file dengan nama ekstensi *.ASM dan lain sebagainya, tergantung pada program Assembler yang akan dipakai untuk

16 Setelah pokok bahasan ini selesai dibahas, mahasiswa peserta kuliah ini dapat menghitung nilai-nilai parameter penguat dan penguat bertingkat yaitu impedans masukan, impedans

Jika ada form yang belum diisi, maka sistem akan memberitahukan anda ketika tombol Lanjut diKlik... Input Riwayat