• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian 3.2. Definisi operasional

- Latihan fisik pada penelitian ini adalah naik turun bangku dengan metode Harvard Step Test.

- Tingkat kebugaran adalah indeks kesanggupan badan (IKB) yang diukur dengan rumus berdasarkan perubahan denyut nadi setelah melakukan latihan fisik.

- Minuman beroksigen adalah minuman dengan kandungan oksigen 7-10 kali lebih banyak dibandingkan dengan air biasa.

- Minuman air putih biasa adalah air minum biasa dalam kemasan.

3.3. Hipotesis

Terdapat perbedaan tingkat kebugaran antara mahasiswi FK USU yang diberikan minuman beroksigen dengan yang diberikan minuman air putih biasa.

Tingkat kebugaran

Variabel independen Variabel dependen

Latihan fisik + Minuman Beroksigen

Latihan fisik + Minuman Air Putih

(2)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (intervensional) dengan metode post test design with control, yaitu mengukur nadi pada masa pemulihan setelah kedua kelompok sampel (yang diberikan minuman beroksigen dan minuman air putih biasa) melakukan latihan fisik, lalu menghitung indeks kesanggupan badan (IKB) pada kedua kelompok tersebut.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Pengambilan dan pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan selama bulan September 2013 sampai dengan bulan November 2013.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2012. Subyek penelitian dipilih dengan cara simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana.

Pemilihan sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ini.

Kriteria inklusi :

- Mahasiswi FK USU Angkatan 2012 - Usia 18-20 tahun

- IMT normal - sehat jasmani

- tidak melakukan olahraga rutin

Kriteria eksklusi :

(3)

- mempunyai riwayat penyakit berat/sistemik - sedang menstruasi

Menurut Supranto J (2000) perhitungan sampel untuk penelitian eksperimental secara sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut:

(t-1) (r-1) > 15 Dimana :

t = banyaknya kelompok perlakuan r = jumlah sampel

Kelompok perlakuan pada penelitian ini ada 2 kelompok, maka berdasarkan rumus diatas, jumlah sampel untuk penelitian ini adalah:

(t-1) (r-1) > 15 (2-1) (r-1) > 15

(r-1) > 15 r > 15 + 1

r > 16

Dari hasil perhitungan rumus diatas, maka diambil jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 17 orang per kelompok.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi FK USU angkatan 2012 yang memenuhi kriteria inklusi.

2. Data-data dasar yang diambil dari sampel adalah berat badan, tinggi badan, dan usia yang dicatat dalam satu lembar isian (lampiran).

3. Lalu dilakukan pengukuran denyut nadi pada arteri radialis dan frekuensi

nafas sampel kemudian dicatat di lembar pengamatan.

(4)

4. Kemudian sampel dibagi secara acak sederhana menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (minuman air putih biasa) dan kelompok yang diberikan intervensi (minuman beroksigen). Lima belas menit sebelum latihan fisik dilakukan, kelompok kontrol diberi 300cc minuman air putih biasa dan kelompok yang diberikan intervensi diberi minuman beroksigen sebanyak 300cc.

5. Saat melakukan Harvard Step Test, sampel hanya menggunakan kaos dan celana olahraga tanpa sepatu, diminta untuk berdiri dengan tenang tetapi dengan penuh perhatian di depan bangku yang digunakan.

6. Sebuah metronom yang sebelumnya sudah diperiksa ketelitiannya, diatur irama dengan kecepatan 120x/menit.

7. Pada saat tanda “mulai” diberikan, sampel menempatkan salah satu kakinya diatas bangku tepat pada suatu ketukan metronom yang sekaligus merupakan tanda permulaan tes. Pada ketukan metronom yang kedua, sampel menempatkan kedua kakinya diatas bangku. Pada ketukan ketiga sampel turun dan menurunkan dulu kakinya yang pertama kali naik tadi. Pada ketukan keempat, kakinya yang kedua diturunkan pula, sehingga sampel sekarang berdiri tegak lagi diatas lantai.

Siklus ini terus diulangi sampai selama mungkin tapi tidak lebih dari 5 menit.

8. Sampel saat menaiki bangku harus tetap tegak dan tidak boleh membungkuk.

9. Sampel mengikuti irama ketukan metronom dengan tepat, jika ada tanda- tanda gerakan tidak sesuai irama, maka peringatan diberikan supaya kembali mengikuti irama dengan baik.

10. Apabila irama/sikap tetap salah selama 10-15 detik. Walaupun sudah diberikan peringatan, maka tes harus dihentikan dan lama masa kerja dicatat.

11. Untuk mencegah terjadinya kelelahan pada satu tungkai, sampel diizinkan untuk sesekali mengubah langkahnya.

12. Saat tes dihentikan, kedua stopwatch dihentikan. Penghentian stopwatch

pertama akan menunjukkan waktu lama masa kerja naik turun bangku, sedangkan

penghentian stopwatch yang kedua merupakan tanda permulaan masa pemulihan

sekaligus digunakan untuk menghitung nadi.

(5)

13. Nadi dihitung pada arteri radialis di pergelangan tangan dari 1-1,5 menit, 2- 2,5 menit dan 3-3,5 menit.

14. Indeks kesanggupan badan dihitung dengan menggunakan rumus yang ada.

15. Tiap tes didahului oleh suatu tes percobaan guna memberikan kesempatan kepada sampel untuk membiasakan diri naik turun bangku dan mengikuti irama metronom. Test percobaan ini hanya dilakukan sebentar saja. Setelah tidak merasa lelah sama sekali, barulah tes yang sesungguhnya dimulai.

16. Suhu kamar harus berada diantara 25

o

C-35

o

17. Setelah selesai melakukan latihan fisik, maka hitung kembali denyut nadi di lokasi yang sama dan frekuensi nafas sampel. Kemudian hitung Indeks Kesanggupan Badan (IKB) dengan rumus yang ada.

C

Cara menghitung indeks kesanggupan badan:

=

Tabel 4.1. Kriteria Indeks Kesanggupan Badan dan Nilainya

Kriteria Nilai Hasil Perhitungan IKB

Sangat baik 5 >90

Baik 4 80-89

Cukup 3 65-79

Sedang 2 50-64

Kurang 1 <50

Sumber : Rusip, 2006

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yakni hasil data yang diperoleh dari pengukuran langsung. Data diolah dengan menggunakan SPSS for WINDOWS. Pertama-tama dilakukan uji normalitas

I.K.B

2 x (nadi 1 + nadi 2 + nadi 3)

Lama naik turun (dalam detik) x 100

(6)

terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan analisa data menggunakan uji non-

parametrik yaitu dengan uji Mann-Whitney U. Hasil dari uji Mann-Whitney U

dinyatakan bermakna apabila nilai p < 0.05 pada tingkat kepercayaan (Confidence

Interval) 95% (Mukhtar, 2011).

(7)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU), Medan. Laboratorium Fisiologi FK USU memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan penelitian, seperti bangku untuk pelaksanaan step test, metronom, stopwatch, pengukur berat badan dan tinggi badan. Laboratorium Fisiologi FK USU terletak di lantai 2 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Gedung Fakultas Kedokteran USU terdapat di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Jl.Dr.Mansur No.5 Medan dengan batas wilayah:

batas utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan batas selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU batas timur : Jalan Universitas, Padang Bulan batas barat : Fakultas Psikologi USU

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 orang yang dibagi ke dalam dua kelompok (kelompok minuman beroksigen dan kelompok air putih biasa) yang tiap kelompoknya berjumlah masing-masing 17 orang.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kelompok Usia Sampel

Usia (tahun) Frekuensi Persen

18 13 38,2

19 17 50,0

20 4 11,8

Total: 34 100

(8)

Berdasarkan tabel 5.1., didapatkan sampel terbanyak dari kelompok usia 19 tahun, yaitu 17 orang (50%). Lalu sebanyak 13 orang (38,2%) dari kelompok usia 18 tahun, dan hanya 4 orang (11,8%) dari kelompok usia 20 tahun.

5.1.3. Hasil Analisa Statistik

Tabel 5.2. Rata-rata Indeks Kesanggupan Badan (IKB) Kelompok perlakuan Rata-rata IKB Std. Error

Air Putih 29,1824 5,78597

Air Oksigen 25,6800 2,07039

Dari tabel 5.2., didapati bahwa rata-rata indeks kesanggupan badan (IKB) pada kelompok yang diberikan minuman air putih adalah 29,1824 dengan standar error 5,78597. Sedangkan pada kelompok yang diberikan minuman beroksigen didapati rata-rata indeks kesanggupan badan (IKB) sebesar 25,6800 dengan standar error 2,07039.

Tabel 5.3. Uji Normalitas Data

Kolmogorov-Smirnov

a

Shapiro-Wilk Perlakuan Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

IKB air putih ,323 17 ,000 ,628 17 ,000 air oksigen ,137 17 ,200 ,934 17 ,257

Sebelum dilakukan analisa statistik dari hasil penelitian ini, maka

dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu dan dari tabel 5.3., didapati bahwa

data tidak terdistribusi secara normal. Oleh karena itu analisa statistik yang

digunakan adalah uji non-parametrik Mann-Whitney U yang merupakan uji

alternatif dari uji T independen.

(9)

Tabel 5.4. Uji Mann-Whitney U

Indeks Kebugaran Badan

Mann-Whitney U 125,000

Wilcoxon W 278,000

Z -,672

Asymp. Sig. (2-tailed) ,502

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

,518

a

Dari hasil tes Mann-Whitney U pada tabel 5.4., didapati nilai sg.2-tailed adalah 0,502 (p>0,05). Karena itu hasil uji dinyatakan tidak signifikan secara statistik, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara konsumsi minuman beroksigen dengan air putih biasa terhadap indeks kesanggupan badan (IKB) setelah melakukan latihan fisik (Harvard step test) pada mahasiswi FK USU 2012.

5.2. Pembahasan

Penelitian tentang minuman beroksigen sudah banyak dilakukan dalam beberapa tahun ini karena maraknya promosi dari produsen yang menjanjikan banyak manfaat dari konsumsi minuman beroksigen. Akan tetapi hal yang masih sering dipertanyakan hingga saat ini adalah seefektif apakah oksigen yang diserap melalui saluran cerna sehingga bisa dimanfaatkan oleh tubuh. Disebutkan dalam penelitian Porcari dkk (2002) tentang efek minuman beroksigen pada latihan fisik dan masa pemulihan, walaupun oksigen diserap melalui saluran cerna, oksigen tersebut akan masuk ke pembuluh darah vena, dimana aliran darah vena akan membawa oksigen kembali ke paru-paru, bukan ke otot yang aktif.

Pada penelitian ini sampel diberikan minuman air putih dan minuman

beroksigen sebelum melakukan latihan fisik, yang berarti pemberian oksigen

melalui saluran cerna. Hasilnya ditemukan bahwa tidak ada perbedaan bermakna

(10)

antara konsumsi minuman beroksigen dengan air putih biasa terhadap indeks

kesanggupan badan (IKB) setelah melakukan latihan fisik (Harvard step test) pada

mahasiswi FK USU 2012. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sommer (2013) tentang efek hidrasi minuman beroksigen pada atlet yang

beraktifitas di lingkungan panas dan lembab. Dikatakan pada hasil penelitiannya

bahwa efek hidrasi minuman beroksigen tidak jauh berbeda dengan air putih

biasa. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Porcari dkk (2002) dimana

konsumsi oksigen tidak memiliki efek yang besar terhadap latihan fisik dan masa

pemulihan. Selain itu, pada penelitian Wing-Gaia (2005) tentang efek minuman

beroksigen terhadap performa saat berolahraga pada kondisi yang hipoksia,

disebutkan bahwa minuman beroksigen tidak meningkatkan performa, yang

artinya minuman beroksigen tersebut tidak memiliki efek yang besar terhadap

performa dalam berolahraga.

(11)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini didapati bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara konsumsi minuman beroksigen dengan air putih biasa terhadap indeks kesanggupan badan (IKB) setelah melakukan latihan fisik (Harvard step test) pada mahasiswi FK USU 2012 usia 18-20 tahun.

6.2. Saran

Adapun saran peneliti berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui absorpsi oksigen di dalam saluran cerna pada pemberian oksigen secara oral.

2. Dibutuhkan pengukuran kadar Hemoglobin pada sampel penelitian

sebelum menjalani intervensi untuk menilai apakah sampel

berkemungkinan memiliki masalah dengan proses pengikatan oksigen atau

tidak.

Referensi

Dokumen terkait

Pada rekam medis tersebut dilihat variabel yang akan diteliti yaitu umur,jenis kelamin, suku dan pekerjaan sebagai karakteristik penderita apendisitis selama tahun 2009,

Berdasarkan hasil penelitian, di dapatkan gangguan kualitas hidup penderita tinitus dengan jumlah terbesar adalah gangguan ringan yaitu sebesar 39,2%, dilanjutkan dengan tidak

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah : apakah terdapat perbedaan efektivitas obat kumur yang

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan terjadinya Diabetes Mellitus dimana wanita yang telah mengalami menopause punya kecenderungan untuk lebih

Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar neutrofil antara golongan sampel dengan hasil infeksi positif dan negatif.

Karakteristik terbanyak pada pasien PGK dengan HD yang mendapatkan antihipertensi lebih dari satu dalam penelitian ini adalah usia rata- rata pasien adalah 50,94 tahun

Dari data tabel 5.3., terdeskripsi bahwa tingkat pengetahuan responden tentang dampak negatif penggunaan lensa kontak dengan kategori sedang memiliki persentasi yang paling

Pencatatan dan penyimpanan data rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan diharapkan dapat lebih lengkap dan teratur karena banyak kasus yang diekslusikan dalam