• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELITIAN DOSEN PEMULA UNIVERSITAS LAMPUNG

DAMPAK PANDEMI COVID-19

TERHADAP KINERJA BANK SYARIAH DI NEGARA ASEAN

TIM PENGUSUL

Widya Rizki Eka Putri, S.E., M.S.Ak 0001118803/ 6681182 Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si 0017037602/ 6758283

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG 2021

(2)
(3)

IDENTITAS DAN URAIAN UMUM

1. Judul Penelitian

: .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. Dampak Pandemi Covid-19 terhadap kinerja Bank Syariah

di Negara ASEAN 2. Tim Peneliti

No Nama Jabatan

Bidang Keahlian

Program Studi

Alokasi Waktu (jam/minggu) 1 Widya Rizki Eka

Putri, S.E., M.S.Ak Ketua Akuntansi

Keuangan Akuntansi 15 jam/minggu 2 Harsono Edwin Puspita,

S.E., M.Si Anggota 1 Akuntansi

Keuangan Akuntansi 12 jam/minggu 3 Erin Junjung Insyani Anggota 2 Akuntansi

Keuangan Akuntansi 12 jam/minggu 3. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian):

Perusahaan Perbankan Syariah yang terdaftar pada bursa efek syariah pada Negara – Negara ASEAN

4. Masa Pelaksanaan

5. UsulanBiaya:Rp.15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah) 6. Lokasi Penelitian : Indonesia

7. Instansi lain yang terlibat : -

8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu :

Penelitian ini memberikan bukti empiris kepada stakeholder mengenai ketahanan Bank Syariah di Negara ASEAN pada masa pandemi COVID-19 dengan berbagai kebijakan Pemerintah yang berbeda di setiap Negara. Sehingga penelitian ini akan membuktikan efektifitas kebijakan Pemerintah terhadap keuangan Negara terutama perbankan.

9. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran untuk setiap penerima hibah : Dipublikasikan pada jurnal ilmiah SINTA 4

Mulai : bulan Mei tahun 2021

Berakhir : bulan Oktober tahun 2021

(4)

RINGKASAN

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian global, termasuk perbankan syariah yang berada di Negara – Negara ASEAN. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk mempertahankan keberlangsungan perekonomian negara. Kebijakan yang diterapkan di masing- masing Negara memberikan dampak yang berbeda pada kinerja perbankan syariah.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang perbedaan kinerja perbankan syariah di Negara – Negara ASEAN saat terjadi pandemi covid -19. Serta membandingkan ketahanan perbankan syariah melalui kinerja bank yang diproksikan dengan rasio CAMEL pada masa pandemi. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran umum kepada stakeholder mengenai ketahanan kinerja perbankan syariah di Negara ASEAN pada masa pandemi covid-19.

Kata Kunci: kinerja Bank syariah, dampak ekonomi covid-19,

(5)

BAB I PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 tidak hanya memberikan dampak terhadap kesehatan, namun juga terhadap perekonomian seluruh dunia tidak terkecuali industri jasa keuangan.

Kebijakan pemerintah untuk melakukan pembatasan sosial bersekala besar sebagai upaya untuk menghentikan penyebaran virus memberikan dampak terhadap perekonomian secara keseluruhan. Banyaknya perusahaan yang tidak dapat memenuhi target terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya, pemangkasan dan relokasi anggaran dilakukan untuk menjaga keberlangsungan usaha.

Hal ini berdampak pada meningkatnya persentase kredit macet pada perbankan sehingga berpengaruh terhadap kinerja bank secara keseluruhan.

Perbankan syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertugas menyeimbangkan, mengatur, dan mengkoordinasikan berbagai sektor perekonomian.

Melalui stabilitas nasional dan pertumbuhan ekonomi, peran strategis dalam pembangunan adalah meningkatkan taraf kehidupan warga negara secara keseluruhan.

Perkembangan industri keuangan syariah yang pesat dan stabil menjadikan Asia Tenggara sebagai bagian penting dalam keuangan Islam global. Negara - negara di Asean memiliki variasi yang beragam dalam pengembangan perbankan Syariah.

Malaysia merupakan Negara yang paling cepat dalam pengembangan perbankan syariah diantara negara-negara di Asean. Pendekatan yang digunakan di Malaysia adalah pendekatan (state driven), sedangkan perbankan syariah di Indonesia lebih banyak digerakkan oleh masyarakat (market driven). Selain di kedua Negara tersebut, Brunei Darussalam juga intens dalam mengembangkan industri perbankan syariah.

Selanjutnya Singapura, Filipina, dan Thailand yang merupakan Negara minoritas muslim juga mengembangkan industri ini dengan mengakomodir keberadaan bank syariah di negaranya. (Ghozali et.al, 2019).

(6)

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian global, termasuk perbankan syariah. Berbagai kebijakan diambil pemerintah untuk mempertahankan keberlangsungan perekonomian negara.

Berdasarkan data yang dihimpun dari International Monetary Fund (IMF) beberapa kebijakan yang diambil oleh Negara – Negara di Asia Tenggara untuk meminimalisir dampak Covid-19 di bidang perekonomian adalah sebagai berikut : Di Indonesia, pemerintah mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.11/POJK.03/2020 tentang Relaksasi Kredit/Pembiayaan bagi masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. Regulasi ini bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan perbankan, karena kebijakan tersebut mempunyai dampak terhadap kinerja perbankan (Albanjari & Kurniawan, 2020; Disemadi & Shaleh, 2020; Wahyudi et al., 2019). Selain itu, diterbitkan perpres yang menambah kewenangan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di tengah pandemik Covid-19 dengan membolehkan bantuan likuiditas BI kepada perbankan, sehingga BI bisa membeli obligasi pemerintah di pasar primer sebagai cara terakhir (last resort), dan membiayai Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Di Malaysia, kebijakan yang dilakukan Bank Negara Malaysia (BNM) : (i) memangkas Overnight Policy Rate (OPR) sebesar 25 basis points menjadi 2,5 persen, karena adanya disrupsi pasar, volatilitas pasar keuangan, dan kondisi keuangan yang makin sulit akibat Covid-19; pada 5 Mei, BNM kembali menurunkan OPR menjadi 2 persen karena melemahnya perekonomian global dan tekanan inflasi, (ii) BNM memangkas rasio Statutory Reserve Requirement (SRR) BNM juga meningkatkan fasilitas pembiayaan 0,9 persen dari PDB. Selain itu, otoritas moneter mengumumkan kebijakan untuk membantu pendanaan usaha oleh bank swasta atau BUMN senilai 0,4 persen dari PDB, (iii) Securities Commission Malaysia (SC) dan Bursa Malaysia menghentikan short-selling sampai 30 April; pada 28 April, suspensi itu diperpanjang hingga 30 Juni.

Di Brunei, Otoritas Moneter Brunei Darussalam (AMBD) bersama Kementerian Keuangan dan Perekonomian (MOFE) mengumumkan insentif keuangan tambahan

(7)

berupa : i) memperluas penerapan penundaan pembayaran cicilan pokok pinjaman ke semua sektor, (ii) membolehkan restrukturisasi utang atau penundaan cicilan pokok utang perorangan dan kredit (iii) penundaan pembayaran cicilan pokok kredit properti, (iv) memberikan konversi neraca kartu kredit untuk pinjaman yang tidak melebihi tiga tahun bagi perorangan terdampak khusus di sektor swasta, termasuk wiraswasta, dan (v) menghapus semua pungutan dan biaya bank terkait fasilitas-fasilitas tersebut (kecuali biaya pihak ketiga).

Pemerintah Filipina meluncurkan empat pilar strategi ekonomi-sosial untuk menghadapi Covid-19. Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) mengumumkan sejumlah relaksasi regulasi perbankan termasuk: (i) relaksasi sementara dalam persyaratan laporan kepatuhan, penalti atas syarat minimal cadangan, dan batasan pinjaman tunggal; (ii) akses lebih mudah untuk fasilitas rediscounting BSP; (iii) relaksasi sementara untuk syarat provisioning (atas persetujuan BSP), dan (iv) relaksasi regulasi kehati-hatian marking-to-market dalam sekuritas utang. Rangkaian kebijakan ini dimaksudkan agar bank juga meringankan persyaratan untuk peminjam mereka (misalnya memberi grace period dalam cicilan utang).

Monetary Authority of Singapore (MAS) memberi dukungan pada bank dan perusahaan asuransi di Singapura yang memberi keringanan pada nasabah selama wabah Covid-19. MAS dan industri keuangan Singapura mengumumkan paket kebijakan untuk membantu perorangan dan UMKM yang mengalami kesulitan arus kas. Paket ini terbagi dalam tiga komponen: (i) membantu perorangan melunasi pinjaman dan premi asuransi; (ii) mendukung UMKM dengan akses kredit perbankan dan perlindungan asuransi; dan (iii) memastikan pendanaan pasar antar-bank tetap likuid dan berfungsi dengan baik.

Merespon wabah Covid-19, kabinet Thailand menyetujui langkah-langkah untuk menjaga stabilitas keuangan seperti: (i) pembentukan Corporate Bond Stabilization Fund (BSF) bagi Bank of Thailand (BOT) untuk menjembatani pendanaan senilai THB 400 miliar bagi perusahaan-perusahaan papan atas dengan obligasi yang jatuh tempo 2020-2021, dengan bunga yang lebih tinggi dari tingkat penalti pasar; (ii) BOT membeli kelebihan obligasi pemerintah senilai THB 100 miliar Maret laly untuk

(8)

memastikan pasar obligasi pemerintah tetap berfungsi normal; (iii) obligasi yang diterbitkan BOT dikurangi atau dibatalkan; dan (iv) dibentuk fasilitas khusus untuk menjamin likuiditas reksa dana melalui perbankan.

Kinerja dan kesehatan bank merupakan bagian penting dari sebuah bank karena dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu bank dan pembanding terhadap bank lain.

Berbagai teknik analisis seperti teknik analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk melengkapi analisis perhitungan kinerja keuangan bank. Analisi rasio CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earnings dan Liquidity) merupakan alat ukur kinerja bank yang dibuat oleh Bank Indonesia, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank dari semua aspek yang mempengaruhi kondisi dan perkembangan bank dengan mengevaluasi faktor-faktor yang ada (Kasmir, 2018).

Belum banyak penelitian yang mengkaji kinerja keuangan perbankan syariah di masa pandemi ini. Berbagai kebijakan yang berbeda yang diambil pemerintah di berbagai Negara ASEAN berdampak pada kinerja keuangan perbankan di masing - masing Negara. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji kinerja perbankan syariah pada masa pandemi covid-19 guna mendapatkan bukti empiris ketahanan kinerja bank syariah di Negara ASEAN di masa pandemi.

1.2 Permasalahan

1. Apakah terdapat perbedaan dari indikator Capital pada kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina?

2. Apakah terdapat perbedaan dari indikator Asset Quality pada kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina?

3. Apakah terdapat perbedaan dari indikator Management pada kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina?

(9)

4. Apakah terdapat perbedaan dari indikator Earning pada kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina?

5. Apakah terdapat perbedaan dari indikator Liquidity pada kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris bahwa:

1. Terdapat perbedaan indikator Capital pada kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina?

2. Terdapat perbedaan indikator Asset Quality pada kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina?

3. Terdapat perbedaan indikator Management pada kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina?

4. Terdapat perbedaan indikator Earning pada kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina?

5. Terdapat perbedaan indikator Liquidity pada kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, dan Filipina?

Penelitian ini mencoba memberikan kontribusi berupa bukti empiris tentang perbedaan kinerja perbankan syariah di Negara – Negara ASEAN saat terjadi pandemi covid -19. Serta membandingkan ketahanan perbankan syariah melalui kinerja bank yang diproksikan dengan rasio CAMEL pada masa pandemi. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran umum kepada stakeholder mengenai ketahanan kinerja perbankan syariah di Negara ASEAN pada masa pandemi covid-19.

(10)

1.4 Luaran Penelitian

Luaran dari penelitian ini adalah:

1. Diseminarkan pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) 2021.

2. Diterbitkan pada jurnal nasional terindeks SINTA pada tahun 2022

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Fundamental

Menurut Brigham (2014) teori fundamental merupakan teori yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teori ini didasarkan pada keadaan atau kondisi ekonomi, politik, dan keamanan secara global. Teori ini berfokus pada rasio keuangan serta peristiwa-peristiwa yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan. Sebagian ahli berpendapat bahwa teori fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Pada intinya, tujuan teori fundamental adalah membandingkan kinerja keuangan sebuah perusahaan terhadap:

1. Kinerja perusahaan pesaing dalam satu sektor industri.

2. Kinerja keuangan masa lalu perusahaan itu sendiri.

2.2 Teori Stewardship

Adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer (bank) tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Teori stewardship didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para eksekutif dalam perusahaan sebagai pelayan dapat termotivasi untuk bertindak dengan cara terbaik pada principalnya (Usamah, 2010).

Pemaparan diatas secara implisist menyatakan bahwa para manajer (bank) akan bertindak sesuai kepentingan pemilik dana (nasabah) dari pada memenuhi kepentingan mereka sendiri.

2.2 Kinerja Keuangan Perbankan

Surat Edaran BI No.13/24/DPNP tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank dan Peraturan BI No.13/1/PBI/2011 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Penilaian tingkat kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari :

(12)

1. Permodalan (Capital)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut:

1) kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyedia Modal Minimum (KPPM) terhadap ketentuan yang berlaku;

2) komposisi permodalan;

3) trend ke depan/proyeksi KPMM;

4) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank;

5) kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan);

6) rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha;

7) akses kepada sumber permodalan; dan

8) kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan Bank.

2. Kualitas Aset (Asset Quality)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut:

1) aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif;

2) debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit;

3) perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dibandingkan dengan aktiva produktif;

4) tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP);

5) kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif;

6) sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif;

7) dokumentasi aktiva produktif; dan

8) kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

(13)

3. Manajemen (Management)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) manajemen umum;

2) penerapan sistem manajemen risiko; dan

3) kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

4. Rentabilitas (Earnings)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut:

1) return on assets (ROA);

2) return on equity (ROE);

3) net interest margin (NIM);

4) Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO);

5) perkembangan laba operasional;

6) komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan;

7) penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya; dan 8) prospek laba operasional.

5. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut:

1) aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan;

2) 1-month maturity mismatch ratio;

3) Loan to Deposit Ratio (LDR);

4) proyeksi cash flow 3 bulan mendatang;

5) ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti;

6) kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management/ALMA);

(14)

7) kemampuan Bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya; dan

8) stabilitas dana pihak ketiga (DPK).

2.3 Pengembangan Hipotesis

Perbandingan Indikator Capital (Permodalan) pada Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di ASEAN

Tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari aspek modal dapat dinilai atau diukur menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan dinilai cukup rentan tergerus pada masa pandemi Covid-19 saat ini akibat meningkatnya risiko kredit bermasalah yang diproyeksi membengkak seiring dengan menurunnya kemampuan debitur dalam memenuhi kewajiban. Perbedaan kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah dinegara ASEAN juga akan berdampak pada kinerja bank di masing – masing Negara.

Penelitian yang dilakukan oleh Karini et al (2018) menunjukkan bahwa indikator CAR perbankan syariah di empat negara ASEAN berbeda secara signifikan.

Wibowo (2014) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darussalam. Sedangkan penelitian yang dilakukan Wibowo (2015) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator CAR antara kinerja keuangan perbankan syariah di negara ASEAN, dan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2016) menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kinerja keuangan perbankan di Indonesia, Thailand, dan Filipina. Berdasarkan pemaparan tersebut maka hipotesis pertama dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan indikator Capital pada perbankan syariah di Negara ASEAN.

(15)

Perbandingan Indikator Asset Quality (Kualitas Aktiva) pada Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di ASEAN

Kualitas aktiva produktif mencerminkan kinerja keuangan perusahaan perbankan. Pengukuran tingkat kesehatan bank berdasarkan aspek kualitas aktiva dapat dilihat dari salah satu rasio yaitu Return On Risked Asset (RORA). melambatnya pertumbuhan kredit sebagai dampak dari penurunan permintaan kredit ditengah kondisi pandemi Covid-19 yang belum pulih serta dampak kebijakan relaksasi kredit diberbagai Negara ASEAN mengakibatkan menururnnya persentase Asset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) pada masing – masing Negara.

Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2015) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator asset quality antara perbankan syariah Indonesia dengan negara ASEAN lainnya, dan pada penelitian yang dilakukan oleh Widyawati (2018) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator asset qulity antara kinerja keuangan perbankan Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Dharma (2016) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator asset quality antara kinerja keuangan perbankan syariah dan perbankan konvensional.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan indikator Asset Quality pada perbankan syariah di Negara ASEAN.

Perbandingan Indikator Management (Manajemen) pada Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di ASEAN

Tingkat kesehatan bank dari aspek manajemen dapat diukur secara kuantitatif melalui penghitungan Net Profit Margin (NPM). Rasio keuangan ini mengukur tingkat kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan operasional pokoknya.

Dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 mulai menggerus rasio Net Profit Margin diberbagai Negara ASEAN. Perbankan memperlambat penyaluran dana sehingga berdampak pada pendapatan bagi hasilnya. Pada saat yang sama, beban dana

(16)

simpanan yang harus dibayarkan kepada nasabah tidak dapat dikurangi untuk menjaga kecukupan likuiditas.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari (2015) dan Majid et al (2014) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator NPM pada kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional yang mempunyai unit usaha syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Widyawati (2018) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator management pada perbankan Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan indikator Management pada perbankan syariah di Negara ASEAN

Perbandingan Indikator Earning (Rentabilitas) pada Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di ASEAN

Bank yang sehat dan kinerjanya baik tentu akan dilihat dari kemampuannya memperoleh pendapatan berupa laba. Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba dan tingkat efisiensi usaha bank dimana semakin besar nilai rasio menunjukkan tingkat rentabilitas bank semakin baik atau sehat. Selama masa pandemi, terjadi penurunan rasio ROA di Negara – Negara ASEAN, hal ini diakibatkan oleh meningkatnya beban pencadangan, pengakuan beban atas debitur restrukturisasi maupun turunnya potensi debitur baru untuk peningkatan bagi hasil.

Penelitian yang dilakukan Wahyuni (2016) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator earning antara kinerja keuangan perbankan Indonesia dengan kinerja keuangan perbankan Thailand dan Filipina. Penelitian Wibowo (2014) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Thailand, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Indonesia dan Brunei Darussalam. Karini et al (2018) menyimpukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap indikator rentabilitas yang diproksikan rasio ROA antara perbankan syariah Indonesia, Malaysia,

(17)

Brunei, dan Thailand. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan indikator Earnings pada perbankan syariah di Negara ASEAN

Perbandingan Indikator Liquidity (Likuiditas) pada Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di ASEAN

Aspek likuiditas berkaitan dengan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Semakin mampu suatu bank membayar kewajibannya, maka semakin likuid bank tersebut. Pada aspek ini, penilaian ditekankan pada Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu seberapa besar Dana Pihak Ketiga (DPK) bank syariah yang disalurkan untuk pembiayaan. Pandemi covid-19 yang terjadi saat ini meningkatkan resiko pembiayaan di seluruh dunia termasuk Negara – Negara ASEAN. Berbagai kebijakan yang diterapkan pemerintah maupun perusahaan, menigkatkan resiko gagal bayar oleh debitur akibat melambatnya perekonomian dan menurunnya kemampuan perekonomian masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2014) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari indikator rasio FDR antara kinerja keuangan perbankan syariah Indonesia, Brunei Darussalam, dan Filipina. Sedangkan penelitian Lengga et al (2015) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap indikator likuiditas antara BNI dan BNI syariah. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan indikator Liquidity pada perbankan syariah di Negara ASEAN.

(18)

Berikut Fishbone dari penelitian ini :

Gambar 2. Fishbone Penelitian

2.4 Road Map Penelitian

Gambar 3. Roadmap Penelitian

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini yaitu perbankan syariah atau Islamic banking yang terdaftar di bursa saham masing-masing negara di ASEAN Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode non probability sampling, yaitu berarti setiap elemen populasi tidak memiliki kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel didasarkan pada criteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan merupakan perusahaan yang berbasiskan pada syariat Islam bukan bank konvensional baik milik pemerintah maupun swasta (local) yang ada di masing-masing negara di ASEAN.

2. Perbankan telah menerbitkan laporan keuangan tahunan (annual report) lengkap dan dipublikasikan di tahun 2021.

3. Laporan keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir pada 31 Desember, guna menghindari adanya waktu parsial dalam penghitungan rasio keuangan.

3.2 Pengukuran Variabel Capital Adeqaucy Ratio (CAR)

Menurut Kasmir (2018), CAR adalah perbandingan rasio tersebut antara rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. Rasio ini penting karena dengan menjaga CAR pada batas aman (minimal 8%), berarti juga melindungi nasabah dan menjaga stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. Semakin besar nilai CAR mencerminkan kemampuan perbankan yang semakin baik dalam menghadapi kemungkinan risiko kerugian. Capital adeqaucy ratio dirumuskan sebagai berikut:

(20)

Return On Risk Asset (RORA)

RORA adalah rasio yang membandingkan antara laba kotor dengan besarnya risked assets yang dimiliki. Laba kotor adalah hasil pengurangan pendapatan terhadap biaya sedangkan risked assets terdiri atas surat berharga dan kredit yang disalurkan.

Nilai RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa pendapatan yang diterima besar sehingga laba yang diperoleh juga optimal dan berpengaruh pada kenaikan harga saham. Menurut Dendawijaya (2005), rasio RORA dapat dihitung dengan rumus:

RORA = Operating Income

Total Loans+Invesment x 100%

Net Profit Margin (NPM)

Tingkat kinerja manajemen dapat diukur dengan penghitungan Net Profit Margin (NPM). NPM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasional pokok bank. Rasio ini menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Menurut Kasmir (2018), rasio NPM dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPM = Laba Bersih Setelah Pajak

Pendapatan Operasional x 100%

Return On Asset (ROA)

ROA adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset (Riyadi, 2006).

ROA digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan laba, semakin tinggi rasio menunjukkan hasil yang semakin baik. Menurut Hasibuan (2009), perhitungan ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:

(21)

ROA = Laba Bersih Setelah Pajak

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 x 100%

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Menurut Kasmir (2018) FDR adalah rasio untuk mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Perhitungan FDR dapat dirumuskan sebagai berikut:

FDR = Total Pembiayaan

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑛𝑎 x 100%

(22)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pengukuran kinerja perbankan dengan menggunakan proksi rasio CAR, ROA, NPL, BOPO, dan LDR pada perbankan Syariah Negara –negara ASEAN yang digambarkan dalam nilai rata – rata setiap variabel dari masing - masing Negara sebagai berikut :

Negara CAR ROA NPL BOPO LDR Indonesia 2,2325 ,9867 1,9650 9,5133 3,0783 Malaysia 2,0458 ,9933 1,7933 7,8467 3,0467 Singapura 1,9300 ,8700 1,2600 7,1200 2,9900 Brunei

Darussalam 2,1100 1,1800 ,7900 7,5500 3,2300 Tabel 4.1 Descriptive Statistic

Dari table di atas dapat dilihat bahwa pada masa pandemi covid-19 rasio CAR perbankan Syariah Indonesia tertinggi dibandingkan tiga Negara ASEAN lainnya, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perbankan Syariah Indonesia dalam menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang beresiko pada masa pandemi adalah paling tinggi di ASEAN. Nilai ROA tertinggi ada pada perbankan Syariah Malaysia, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pengelolaan asset perbankan Syariah Malaysia dalam menghasilkan laba pada masa pandemi paling tinggi di ASEAN. Rasio NPL dan BOPO tertinggi ada pada perbankan Syariah Indonesia, menurunnya kemampuan bayar debitur yang disebabkan oleh pandemi covid-19 meningkatkan angka kredit bermasalah di Indonesia, hal ini juga berdampak pada meningkatnya Biaya Operasional akibat adanya restrukturisasi kredit yang massif dilakukan sehingga berakibat pada menurunnya pendapatan operasional yang diperoleh dari bagi hasil atas dana yang disalurkan. Rasio LDR tertinggi berada pada Negara Brunei Darussalam,

(23)

hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perbankan Syariah Brunei Darussalam dalam memenuhi kewajibannya terhadap pihak ketiga paling tinggi di ASEAN.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji ANOVA terhadap 26 sampel perbankan syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam diperoleh hasil sebagai berikut :

Ratio Sig

CAR ,038

ROA ,983

NPL ,384

BOPO ,000

LDR ,785

Tabel 4.2 Hasil uji ANOVA

Dari table di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan signifikan rasio CAR dan BOPO pada perbankan Syariah di Negara – Negara ASEAN. Untuk memitigasi dampak covid-19 di bidang ekonomi khususnya perbankan, pemerintah Negara – Negara ASEAN menetapkan kebijakan berupa pemberian kewenangan kepada Bank Sentral untuk menurunkan suku bunga dan membeli surat berharga/obligasi pemerintah. Adanya kebijakan ini terbukti mampu untuk menambah modal perbankan sehingga dapat menjamin aktiva tertimbang menurut risiko pada saat pandemi covid- 19 terjadi. Kebijakan restrukturissasi kredit yang diambil oleh pemerintah Negara – negara ASEAN berdampak pada menurunnya pendapatan operasional perbankan sehingga meningkatkan rasio BOPO pada perbankan Syariah Negara ASEAN.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perbankan Syariah dalam megelola asset dalam menghasilkan laba pada masa pandemi covid-19 relatif sama. Penurunan laba yang

(24)

dialami akibat berkurangnya penerimaan yang berasal dari dana bagi hasil atas pinjaman akibat melemahnya perekonomian masyarakat selama pandemi.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPL. Hal ini menunjukkan bahwa selama pandemi covid-19, peningkatan angka kredit bermaslah yang dialami perbankan Syariah Negara – Negara ASEAN relaitf sama. Menurunnya perekonomian masyarakat berakibat pada bertambahnya risiko gagal bayar atas pinjaman, sehingga mengakibatkan bertambahnya nilai kredit bermaslah pada perbankan.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio LDR. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuditasnya pada masa pandemi covid-19 di ASEAN relative sama. Peningkatan rasio LDR pada masa pandemi covid-19 bukan disebabkan oleh bertambahnya nilai kredit yang dapat disalurkan bank, melainkan karena adanya penarikan dana oleh pihak ketigat akibat kebutuhan selama pandemi.

(25)

BAB 5 KESIMPULAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris perbedaan kinerja keuangan perbankan Syariah Negara – Negara ASEAN pada masa pandemi covid-19. Hasil pengujian atas pengukuran kinerja perbankan Syariah yang diproksikan dengan rasio CAR, ROA, NPL, BOPO, dan LDR menemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada rasio CAR dan BOPO. Kebijakan pemerintah Negara –negara ASEAN dengan pemberian kewenangan pada Bank Sentral untuk menurunkan suku Bunga dan membeli obligasi pemerintah terbukti dapat memenuhi rasio kecukupan modal perbankan pada masa pandemi.

Kebijakan restrukturisasi kredit yang diterapkan pemerintah terbukti mengakibatkan penurunan pendapatan bank yang mengakibatkan meningkatnya rasio BOPO pada masa pandemi. Sedangkan rasio ROA, NPL dan LDR tidak terdapat perbedaan signifikan. Kesulitan menghasilkan laba dari asset yang dimiliki, peningkatan kredit bermasalah, serta penarikan dana oleh pihak ketiga akibat kebutuhan pada masa pandemi Covid-19 relatif sama dialami oleh perbankan Syariah Negara ASEAN.

(26)

REFERENSI

Dendawijaya, Lukman. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ghozali, Mohammad, Muhammad Ulul Azmi, dan Wahyu Nugroho. 2019.

Perkembangan Bank Syariah di Asia Tenggara: Sebuah Kajian Historis.

Falah Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 4, No. 1, ISSN: 2502-7824.

Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Jahja, Adi Susilo dan Muhammad Iqbal. 2012. Analisi Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional. Epistemé, Vol. 7, No. 2, Desember 2012.

Karini, Adyagunita dan Diah Fillianti. 2018. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah di Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand Periode 2011-2016. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 5 No. 10, Oktober 2018: 831-843.

Kasmir. 2018. Analisis Laporan Keuangan B. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Majid, M. Shabri Abd., Said Musnadi, dan Indra Yadi Putra. 2014. A Comparative

Analysis of the Quality Islamic and Conventional Bank’s Asset Management in Indonesia. Gadjah Mada International Journal of Business Vol. 16, No. 2:

185-200.

Prasetyo, Indra. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 6, No. 2, hal 164-174.

Putri, Eskasari dan Arief Budhi Dharma. 2016. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1 (2), 2016, hal 98-107.

Rofiatun, Nurul Fatimah. 2013. Analisis Kinerja Bank Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk dengan Metode CAMEL. Artikel Ilmiah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Solikah, Hanina Maya, Ronny Malavia Mardani, dan Budi Wahono. 2017. Analisis Perbandigan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia. Warta Ekonomi, Vol. 7, No. 17, Februari 2017, hal 20-32.

Sumintro, Warkum. 2004. Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga Terkait. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

(27)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah Bab 1 Ayat 1.

Wahyuni, Anggun. 2016. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan ASEAN. Jurnal Nominal, Vol. V, Nomor 2.

Wibowo, Susanto. 2015. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Metode CAMEL di ASEAN (Studi Komparatif: Indonesia, Malaysia, Thailand). Journal of Research in Economics and Management, Vol. 15, hal. 136-153.

__________. 2014. Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di ASEAN (Studi Komparatif: Indonesia, Filipina, Brunei Darussalam). 3rd Economics & Business Research Festival.

Widyawati, Wiwik. 2018. Analisis Komparatif Tingkat Kesehatan Perbankan dengan Metode CAMELS di ASEAN. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 6, No.

4, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.

(28)

Ketua Peneliti

RIWAYAT HIDUP

a. Identitas Diri

Nama : Widya Rizki Eka Putri, S.E., M.S.Ak.

Tempat/ Tgl Lahir : Bandar Lampung, 24 November 1988 Alamat : Jl. Pagar Alam Gg. Disbun No.5, Gunung

Agung, Langkapura, Bandar Lampung

NIP : 19881124 201504 2 004

NIDN : 0001118803

SINTA ID : 6681182

Pangkat/ Golongan : Penata Muda tingkat I/ III B Jabatan Akademik : Asisten Ahli

Pekerjaan : Dosen FEB Universitas Lampung Handphone/WA : 081273554890

Email : widyarizkiekaputri@gmail.com

b. Riwayat Pendidikan

S1 S2

Nama Perguruan Tinggi Universitas Lampung Universitas Lampung

Bidang Ilmu Akuntansi Akuntansi

Tahun Masuk - Lulus 2006 - 2011 2011 - 2013 c. Pengalaman penelitian 5 tahun terakhir

1. Analisis kualitas Laba Sebelum dan sesudah diterapkan SAK adopsi IFRS di Indonesia dan Implikasinya terhadap Reaksi Investor (2017)

2. Korelasi Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Stress- Related Growth Pada Akuntan Yang Bekerja Di Kantor Akuntan Publik (2017)

3. Hubungan implementasi Good Corporate Governance dan strategi diversifikasi pada perusahaan keluarga serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan (2017) 4. Pengaruh pengungkapan emisi karbon terhadap reaksi investor dengan kinerja

lingkungan sebagai variable Moderasi (2018)

5. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan (2019)

6. Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Dividen Dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Di Indonesia Dan Malaysia (2020)

7. The Effect Of Independent Commissioner, Audit Committee, Financial Distress, And Debt Rate On Accounting Conservatism (2020)

(29)

8. The Effect Of Leverage, Profitability, Company Age And Islamic Good Corporate Governance On Islamic Social Reporting Disclosure (2020)

d. Pengalaman pengabdian 5 tahun terakhir

1. Penyusunan laporan keuangan berpedoman pada akuntansi keuangan desa di kecamatan natar lampung selatan (2018)

2. Pendampingan penyusunan Laporan keuangan masjid Di bandar lampung (2018)

3. Pemberdayaan ibu rumah tangga melalui Wirausaha decoupage (2018) 4. Pemberdayaan desa wisma merak batin dalam peningkatan pendapatan

melalui optimalisasi pekarangan dengan budidaya ikan lele (2018)

5. Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Melalui Wirausaha Sospeso Dan Pengelolaan Keuangan Bisnis Sederhana (2019)

6. Peningkatan Pemahaman dan Kemampuan Pengelolaan Keuangan Keluarga Dalam Rangka Pencapaian Kesejahteraan dan Kemandirian Rumah Tangga (2020)

7. Peningkatan Kemampuan Manajemen Risiko Pengelolaan Keuangan Keluarga melalui Pemahaman Bahaya Perilaku Konsumtif guna Mencapai Kebebasan Finansial Rumah Tangga (2020)

e. Karya Buku

1. Sistem Akuntansi Manufaktur. 2017. Zam – Zam Tower Publishing.

ISBN 978-602-5548-07-9

2. Pengantar Akuntansi I. 2018. CV. Anugerah Utama Raharja Publishing.

ISBN 978-602-5940-29-3

3. Modul Sistem Akuntansi. 2019. CV. Pustaka At-Tirmidzi Publishing.

ISBN 978-602-5777-66-0

4. Analisis Laporan Keuangan. 2020. Aura Publishing.

ISBN 978-623-2112-28-5

Bandar Lampung, 19 April 2021

Widya Rizki Eka Putri, S.E.., M.S.Ak

(30)
(31)

Anggota (1)

RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si.

Tempat/ Tgl Lahir : Waringin Timur, 17 Maret 1976 Alamat : Jl. Bhayangkara Gg. Kutilang No.41

NIP : 19760317 200212 1002

NIDN : 0017037602

SINTA ID : 6758283

Pangkat/ Golongan : Penata / III C Jabatan Akademik : Lektor

Pekerjaan : Dosen FEB Universitas Lampung Handphone/WA : 085769665554

Email : harsono_76id@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan

S1 S2

Nama Perguruan Tinggi Universitas Merdeka Malang

Universitas Gadjah Mada

Bidang Ilmu Akuntansi Akuntansi

Tahun Lulus 1999 2001

Pengalaman penelitian

1. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI

2. Pengaruh Opini Audit, Solvabilitas, Ukuran Kap Dan Laba/Rugi Terhadap Audit Report Lag

3. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Perusahaan Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta: Suatu Penelitian Empiris

4. Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Tingkat Profitabilitas Dan Likuiditas Pada Industri Perbankan

5. Pengaruh Financial Classification, Financial Indicators, Dan Corporate Performance Terhadap Manajemen Laba

6. Analisis Factor Factor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Konservatisme Akutansi

7. Agency Cost Influence Toward Dividends Policy at Manufacturing Company Listed in IDX (2018)

(32)

Bandar Lampung, 19 April 2021

Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si.

Gambar

Gambar 2. Fishbone Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dimulai dari melakukan akuisisi data primer citra daun tumbuhan obat. Selanjutnya data citra akan di praprosesing menggunakan scallingsize dan juga

25 penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan kinerja perusahaan perbankan antara sebelum dan saat penerapan internet banking didasarkan atas equity to total

Disamping paradigma hakim yang klasik hal ini juga disebabkan karena didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia hampir 78% jenis sanksi yang terdapat di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Emosi negatif (Neuroticism) pada persepsi pelanggan tidak berpengaruh signifikan terhadap service quality perbankan

Langkah selanjutnya adalah membuat produk awal berupa rangkaian pengembangan model latihanPassinguntukmahasiswa yang nantinya dapat dijadikan sebagai referensi atau

Selama beberapa tahun, analisis kohesi dalam teks telah menjadi topik utama dalam studi wacana. Kohesi mengacu pada hubungan makna yang ada di dalam teks. Ini

Urgensi Penelitian yang akan dilakukan adalah bahwa potensi silika sekam padi dengan mengkompositkan bahan polimer dapat digunakan sebagai separator membran

Keberadaan Omah Mbok Mase di Laweyan mempunyai kedudukan penting sebagai asset budaya. Rumah tinggal merupakan ruang privat yang membentuk karakter kebudayaan