GAYA HIDUP MAHASISWA K-POPERS
(STUDI DESKRIPTIF PADA MAHASISWA K-POPERS FISIP USU)
SKRIPSI DIAJUKAN OLEH
OLEH : Rotua Sinaga NIM : 170901036
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
GAYA HIDUP MAHASISWA K-POPERS
(STUDI DESKRIPTIF PADA MAHASISWA K-POPERS FISIP USU)
SKRIPSI DIAJUKAN OLEH
OLEH : Rotua Sinaga NIM : 170901036
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Mempreroleh Gelar Sarjana Sosial
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
ABSTRAK
K-Pop adalah sebuah singkatan dari “Korean Pop” yaitu jenis music populer yang mendunia dari Korea Selatan. Fenomena demam Korea yang tersebar luas melalui Korean pop culture ke segala negeri termasuk Indonesia. Lalu kemudian melahirkan para penggemar K-Pop di seluruh dunia, khususnya bagi kalangan anak muda.
Dengan tujuan untuk mengikuti trend gaya hidup sekarang ini. Penelitian dengan judul “Gaya Hidup Mahasiswa K-Popers (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa K-Popers FISIP USU)”, memiliki rumusan masalah “Bagaimana gaya hidup mahasiswa K- Popers FISIP USU melalui telaah teori praktik social Pierre Bourdieu?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya hidup mahasiswa K-Popers FISIP USU melalui telaah teori praktik social Pierre Bourdieu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam. Landasan teori yang digunakan adalah teori praktik sosial Pierre Bourdieu. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gaya hidup mahasiswa K-Popers FISIP USU yang peneliti telaah melalui teori praktik social Pierre Bourdieu yaitu lebih dominan mengarah kepada praktik sosial dalam dunia fashion, dimana praktik sosial mereka didalam berpenampilan didasari atas eksistensi diri mereka dalam kepemilikan barang di dunia fashion, meniru gaya rambut, mengisi waktu dengan menonton tayangan K-Pop dan mendengar lagu K-Pop yang seakan sudah menjadi prioritas gaya hidup mereka yang pada akhirnya menjadikan hal tersebut sebagai ciri khas atau identitas diri dan hal tersebut mereka tampilkan ketika berada di kampus dan juga di luar kampus seperti café, mall, dan ketika nongkrong dan jalan-jalan ke tempat wisata lainnya.
Kata kunci : K-Pop, K-Popers, Gaya hidup
ABSTRACT
K-Pop is an abbreviation of "Korean Pop" which is a type of popular music worldwide from South Korea. The phenomenon of Korean fever is widespread through Korean pop culture to all countries including Indonesia. Then later gave birth to K-Pop fans around the world, especially for young people. With the aim of following the current lifestyle trends. The research entitled "Lifestyle of K-Popers FISIP USU Students (Descriptive Study of USU FISIP K-Popers Students)", has a problem formulation "How is the lifestyle of USU FISIP K-Popers students through a study of Pierre Bourdieu's theory of social practice?". This study aims to determine the lifestyle of USU's K-Popers FISIP students through a study of Pierre Bourdieu's theory of social practice. This study uses a qualitative method with a descriptive study. Data collection techniques were carried out by observation and in-depth interviews. The theoretical basis used is Pierre Bourdieu's theory of social practice.
From the results of this study, it can be concluded that the lifestyle of USU's K-Popers FISIP students which the researchers studied through Pierre Bourdieu's theory of social practice, which is more dominantly leads to social practices in the fashion world, where their social practice in appearance is based on their existence in the possession of goods in the world of fashion. the fashion world, imitating hairstyles, filling time by watching K-Pop shows and listening to K-Pop songs which seem to have become a priority for their lifestyle which in the end makes it a characteristic or identity and they show it when they are on campus and also off campus such as cafes, malls, and when hanging out and traveling to other tourist attractions.
Keywords : K-Pop, K-Popers, Lifestyle
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Gaya Hidup Mahasiswa K-Popers (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa K- Popers FISIP USU)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) pada Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas penelitian ini mendeskripsikan Gaya Hidup Mahasiswa K-Popers FISIP USU.
Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan banyak pihak skripsi ini tidak akan selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa bantuan moril sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga tak hentinya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk kesempatan, waktu dan pikiran yang diluangkan oleh pihak- pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yaitu kepada:
1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku rektor Universitas Sumatera Utara.
Penulis ucapkan terimakasih banyak atas ilmu pengetahuan hingga motivasi yang telah diberikan. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan Panjang umur selalu kepada bapak dan keluarga
2. Dr. Harmona Daulay, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Penulis ucapkan terimakasih banyak atas ilmu pengetahuan hingga motivasi yang telah
diberikan selama ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan Panjang umur selalu kepada ibu dan keluarga.
3. Drs, T, Ilham Saladin, MSP selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Rizabuana, M.Phil., Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi, saran, untuk dapat menyelesaikan kendala akademik secara baik demi tercapainya prestasi mahasiswa.
5. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si sebagai Dosen Pembimbing penulis. Terimakasih karena telah menjadi pembimbing yang sangat luar biasa dan menyenangkan dalam penulisan skripsi ini, dan telah bersedia meluangkan banyak waktu dan selalu sabar membimbing penulis selama penyelesaian skripsi, dan juga telah banyak mencurahkan ilmu, memberikan ide, kritikan, saran serta motivasi, penulis merasa sangat beruntung mendapat kesempatan menjadi anak bimbingan beliau.
6. Segenap seluruh Dosen Sosiologi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis menjalankan studi di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.
7. Staf Administrasi yaitu kak Ernita Yanti Siregar S.Sos, dan Bang Abel yang sudah banyak membantu administrasi penulis selama awal perkuliahan hingga akhir masa perkuliahan.
8. Terkhusus untuk kedua orang tua penulis, Bapak Morden Sinaga dan Ibu Jentina Siburian, yang penulis hormati dan banggakan atas segala jerih payah yang dilakukan untuk kelancaran masa belajar sebagai mahasiswa, serta memberikan motivasi, nasihat, saran kepada penulis untuk menjadi pribadi yang terdidik.
9. Secara khusus dan istimewa untuk Kakak dan Abang penulis, Meli Sinaga, Aseng Sinaga, Windi Sinaga, dan Ronal Sinaga yang penulis sayangi dan banggakan atas segala perhatian dan dukungan moril kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini.
10. Terimakasih untuk Mahasiswa K-Popers FISIP USU yang telah bersedia menjadi informan penulis, bersedia meluangkan waktu dan memberikan informasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
11. Secara khusus untuk teman-teman senasib perjuangan, yang menemani setiap aktivitas penulis dalam proses perkuliahan baik diskusi, dan penelitian yang berkesan selama pendidikan Sosiologi yaitu Nasib Tarihoran, Dicky Fernanda Sinurat, Nabila Aristia, Cindy Gemilang, Misnawati Ginting, Riski Fadila, dan Fahmi Ahmadi yang pernah menjadi kelompok kecil diskusi diawal hingga akhir perkuliahan untuk memotivasi penulis dalam menjalani masa perkuliahan.
12. Semua mahasiswa/i Sosiologi stambuk 2017 yang telah bersama-sama menjalani perkuliahan dari awal semester hingga saat ini, terus berproses dan mencapai cita-cita teman-teman, semoga sukses. Harapannya kita dapat bertemu kembali dalam waktu dan kesempatan yang lain.
Terima kasih. Medan, 2021
ROTUA SINAGA
NIM: 170901036
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ...ii
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ...ix
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Rumusan masalah ...7
1.3. Tujuan Penelitian ...7
1.4. Manfaat Penelitian ...7
1.5. Definisi Konsep ...8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...13
2.1. Budaya Populer ...13
2.2. Korean Wave DI Indonesia ...16
2.3. Gaya Hidup ...21
2.4. Indikator Dan Pengukuran Gaya Hidup ...23
2.5. Teori Praktik Sosial Pierre Bourdieu ...26
2.6. Penelitian Terdahulu ...31
BAB III METODE PENELITIAN ...34
3.1. Jenis Penelitian...34
3.2. Lokasi Penelitian ...34
3.3. Unit Analisis Dan Informan ...34
3.4. Teknik Pengumpulan Data ...35
3.5. Interpretasi Data ...37
BAB IV HASIL PENELITIAN...38
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 38
4.1.1. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 38
4.1.2. Program Studi ... 40
4.1.3. Struktur Pimpinan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 40
4.1.4. Visi Misi Fisip Usu ...42
4.1.5. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ...43
4.2. Profil Informan ...45
4.3. Munculnya K-Pop ...70
4.4. Daya Tarik K-Pop Bagi Mahasiswa K-Popers ...72
4.5. Pengenalan Awal Mahasiswa K-Popers Terhadap K-Pop ...75
4.6. Analisis Gaya Hidup Mahasiswa K-Popers FISIP USU...78
4.6.1. Habitus ...78
4.6.2. Modal ...82
4.6.3. Ranah Terjadinya Praktik ...88
4.6.4. Praktik Sosial Gaya Hidup Mahasiswa K-Popers FISIP USU...91
4.7. Indikator dan Pengukuran Gaya Hidup Mahasiswa K-Popers ...94
4.8. Analisis Hasil Penelitian ...98
BAB V PENUTUP...103
5.1.Kesimpulan ...103
5.2. Saran ...104
Daftar Pustaka ...106
Lampiran ...109
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Profil Informan ...69
Table 4.2. Pendapat mahasiswa K-Popers mengenai daya tarik K-Pop ...74
Table 4.3. Pengenalan Awal Terhadap K-Pop ...77
Table 4.4. Habitus mahasiswa K-Popers ...80
Table 4.5. Modal mahasiswa K-Popers Fisip USU ...86
Table 4.6. Ranah Terjadinya Praktik ... 89
Table 4.7. Kegiatan Mahasiswa K-Popers FISIP USU... 95
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Peta Fisip USU ...4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang perguruan tinggi yang memiliki peranan penting dalam mewujudkan cita-cita pembangunan nasional, sementara itu perguruan tinggi yang merupakan lembaga pendidikan yang secara formal diserahi tugas dan tanggung jawab mempersiapkan mahasiswa sesuai dengan tujuan pendidikan tinggi. Tujuan pendidikan tinggi dapat tercapai apabila Tridharma perguruan tinggi dapat terlaksana yaitu, mampu menyelenggarakan pendidikan, melakukan penelitian, dan melakukan pengabdian pada masyarakat (UU RI nomor 12 tahun 2012)
Perguruan tinggi yang merupakan sebagai ranah para mahasiswa untuk menemukan jati diri dan mengembangkan kemampuan intelektual melahirkan berbagai situasi-situasi baru dalam kehidupan sosialnya. Anak muda ataupun mahasiswa kemudian memasuki sebuah ranah organisasi-organisasi baru sebagai tempat untuk mengembangkan kualitas-kualitas dalam diri mahasiswa tersebut.
Organisasi-organisasi tersebut memiliki berbagai jenis yang dapat dipilih oleh mahasiswa yang memiliki kriteria pada kemampuan diri mereka. Banyak organisasi-organisasi yang berdasarkan etnik, hobi dan minat, dan bahkan kelompok-kelompok yang berdasar pada trend globalisasi.
Masa globalisasi didukung kokoh oleh pertumbuhan teknologi, perlengkapan transportasi serta ilmu pengetahuan, seseorang di sesuatu daerah bisa mengenali
data dari bermacam tipe secara global. Globalisasi diucap sebagai dunia satu atap ataupun dunia tanpa batasan, yang mana dunia bisa nampak secara luas lewat teknologi. Perihal ini sangat memberikan akibat yang nyata terhadap warga dunia di mana bisa pengaruhi kehidupan warga selaku penikmat teknologi secara global.
Media massa mempunyai kedudukan besar selaku sumber data utama, yang mana media massa dapat membagikan data apa saja serta dapat membawa sesuatu yang baru terhadap lingkungan dekat. Semacam media bawa budaya terkenal ke segala dunia, di mana media berfungsi selaku perlengkapan utama dalam penyebaran budaya. Media massa berkedudukan selaku media buat mendistribusikan budaya- budaya terkenal tersebut kepada khalayak dunia.
Korea Selatan diketahui sebagai salah satu negeri yang gencar dalam meningkatkan budaya negaranya ke segala penjuru dunia. Korean wave ataupun disebut dengan hallyu (gelombang Korea) dalam Wardani, (2018) menampilkan kenaikan yang sangat pesat atas popularitasnya secara global semenjak abad ke- 21, terkhususnya di kalangan anak muda. Korean wave ialah fenomena demam Korea yang tersebar luas melalui Korean pop culture ke segala negeri termasuk Indonesia. Demam Korean wave ini masuk ke Indonesia lewat media massa semacam tv serta internet. Media massa memberikan efek terhadap perkembangan media sehingga menghasilkan sebuah budaya populer. Hingga akhirnya menciptakan fenomena khusus yang dilandasi oleh perkembangan globalisasi, kemudian terciptanya fenomena tersebut terus bergerak dalam masyarakat global dan menjadikan bagian dari proses manusia global itu sendiri. Globalisasi meleburkan budaya barat dan timur menjadi satu dan tidak akan terpisahkan. Hal ini yang memudahkan Korean Wave sebagai budaya populer lebih cepat masuk dan mudah menyebar keseluruh dunia (Soraya, 2013).
Korea Selatan mempunyai 4 aspek terkuat dalam penyebaran budaya ke seluruh dunia, yakni pertama lewat musik Korean pop yang diketahui selaku musik K- Pop yang dikemas khas dalam rupa boyband serta girlband yang sudah mempunyai keahlian di bidang musik, tarian (dance), dan keahlian secara visual yang membuat style tariknya jadi besar. Kedua lewat drama Korea ataupun perfilman Korea yang di dalamnya menggambarkan kebudayaan Korea Selatan dalam kehidupan tiap hari. Ketiga lewat masakan khas Korea yang telah menyebar luas di seluruh dunia, semacam kimchi, ramen serta lain- lain. Penyebaran terakhir lewat mode Korea, dari segi berpakaian serta bergaya semacam orang Korea, memakai perawatan kulit serta wajah dari Korea. (Zahra,dkk. 2020). Tumbuhnya budaya populer Korea tidak lepas dari intervensi pemerintah Korea untuk memajukan perekonomian negara di tengah himpitan utang luar negeri.
Pemerintah Korea sangat serius dan sistematis dalam mengembangkan dan mengekspor budayanya. Pemerintah Korea pun menggelontorkan dana yang fantastis untuk mendanai budaya populer Korea. “Kantor Urusan Konten Budaya memiliki dua anggaran. Pertama digunakan untuk proyek budaya. Kedua, untuk
“mesin” budaya Korea. Dana investasi tidak dihibahkan secara cuma-cuma, tetapi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Saat ini besaran dananya hampir $1 miliar (sekitar Rp13 triliun). Dana itu diperuntukan hanya untuk industri budaya populer Korea”. (Hong, 2016:105).
Globalisasi sebetulnya memberikan kita kemudahan untuk mentransfer kultur ataupun budaya beserta ide- ide kreatif warga dunia secara kilat. Maraknya fenomena K- Pop ataupun Korean Wave bisa diucap pula Hallyu dalam bahasa Korea ialah salah satu dari budaya yang lagi sangat diminati warga dunia saat ini ini. Awal sebutan Korean Wave ini timbul sesungguhnya buat menampilkan
maraknya bahan-bahan dari Korea Selatan di luar negerinya, tetapi pada perkembangannya saat ini, sebutan ini tumbuh serta digunakan buat mengatakan para selebritis-selebritis asal Korea Selatan yang sukses mengepakkan sayapnya di dunia internasional. K-Pop mempunyai karakteristik khas musik yang bisa membagikan kesenangan tertentu untuk para penikmatnya. Kesenangan yang dialami oleh penikmat K-Pop membuat tipe musik tersebut terus menjadi digemari serta disantap oleh banyak orang tiap harinya. Mengkonsumsi dari K- Pop pada kesimpulannya hendak menimbulkan kelompok penggemar yang ialah bagian yang sangat nampak dari khalayak bacaan serta aplikasi budaya. Orang- orang yang menggemari K-Pop disebut dengan K-Popers (K- pop Lovers) sebaliknya kelompok penggemar yang timbul dalam satu komunitas disebut fandom (fans kingdom), yang bertujuan selaku wadah penggemar buat mewakili budaya partisipatif dalam menunjang para idola K-Pop. Dimana lewat fandom/K-Popers inilah sebagian kegiatan penggemar bisa terwujud, termasuk di fisip USU Medan.
Keterlibatan kelompok penggemar K-Pop tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi suatu dorongan kebutuhan informasi yang mengacu pada perilaku penemuan informasi terhadap kegemaran tersebut seperti keaktifan menemukan informasi serta pemecahan masalah yang dihadapi pada saat penemuan informasi mengenai K-Pop. Penemuan informasi sendiri menjadi suatu kebutuhan primer bagi penggemar agar mereka selalu terlihat uptodate terhadap informasi-informasi idolanya. Penggemar K-Pop biasa nya mencari informasi idola nya melalui media online, seperti media sosial (Twitter dan Instagram) ataupun website-website yang menyediakan informasi tentang K-Pop. Dalam fenomena ini, para penggemar K- Pop mulai mengonsumsi sebuah produk budaya. Konsumsi atas produk budaya populer Korea berupa musik (K-Pop) juga telah melahirkan penggemar-
penggemarnya di seluruh dunia yang biasa disebut K-Pop Lovers. K-Pop mampu membentuk sebuah dunia baru, menghasilkan nilai-nilai baru, dan juga melahirkan trend baru yang diikuti oleh banyak orang. Refleksi dari interpretasi penggemar tersebut terhadap materi yang dimanfaatkan akan menciptakan gaya hidup. Gaya hidup yang terbentuk akan memberikan identitas tertentu bagi diri mereka. Dengan kata lain, pemilihan konsumsi produk budaya akan termanifestasi ke dalam gaya hidup.
Hal ini sangat menarik untuk diteliti dikarenakan pada dasarnya anak muda atau mahasiswa adalah generasi intelektual yang seharusnya menghabiskan waktunya dengan belajar, Namun pada situasi sekarang ini mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk keinginan gaya hidupnya sendiri. Dengan bantuan teknologi yang saat ini telah maju membuat budaya K-Pop ini sangat mudah untuk diakses oleh penggemarnya dari berbagai negara. Mudahnya para penggemar untuk mendapatkan informasi tentang K-Pop menjadi semakin mempermudah mereka untuk mengikuti serta mengimitasi apapun yang mereka lihat dan dinikmati dalam kehidupan nyata mereka sebagai gaya hidup mereka.
Universitas Sumatera Utara (USU) yang merupakan salah satu universitas terluas serta terpopuler di Sumatera Utara juga mengikuti berbagai perubahan yang diakibatkan oleh industri K-Pop. Banyak mahasiswa yang mengakui dirinya sebagai bagian dari mahasiswa K-Popers dan telah merasakan dampak dari K-Pop terhadap praktik sosial mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dampak tersebut diantaranya adalah banyaknya mahasiswa yang lebih senang menghabiskan waktu mereka untuk menonton comeback para idola mereka, mengubah cara berpakaian mereka menjadi lebih modis, mengubah cara berbicara mereka dengan seringnya menggunakan bahasa Korea di setiap interaksi yang
mereka lakukan, dan juga gaya make-up yang digunakan, bahkan mengubah kebiasaan hidup hemat mereka menjadi lebih boros. Dalam hal ini mahasiswa K- Popers Fisip Universitas Sumatera Utara mencoba menampilkan identitas dirinya lewat penggunaan waktu, uang dan barang (modal ekonomi) serta modal sosial mereka dengan adanya jaringan sosial yang dimiliki mahasiswa K-Popers Fisip USU (individu atau kelompok) untuk dapat mencapai sesuatu gaya hidup yang dinginkan, biasanya seseorang harus pula mengeluarkan biaya lebih atau ekstra.
Pengeluaran biaya yang berlebih tersebut memicu seseorang mengkonsumsi barang dan jasa. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh globalisasi telah berhasil melahirkan gaya hidup baru bagi para pecinta K-Pop. Melalui media sosial masyarakat begitu cepat dan mudah meniru gaya hidup yang ditawarkan oleh para idola mereka. Praktik sosial tersebut membuat habitus para penggemar K-Pop menjadi lebih sering mengabiskan waktunya untuk mencari tahu tentang idola mereka serta menonton hal-hal yang berkaitan dengan para idola mereka. Disadari atau tidak, keberadaan K-Pop berpengaruh pada gaya hidup dalam kehidupan pribadi dari para penikmat K-Pop termasuk mahasiswa K-Popers FISIP USU.
Kecintaan terhadap musik K-Pop, perlahan merubah gaya hidup para mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan gaya hidup tersebut terlihat dari munculnya berbagai simbol dan perbuatan. Dengan munculnya banyak fenomena dan perilaku penggemar K-Pop ini, maka saya tertarik untuk membuat penelitian lebih lanjut tentang : “GAYA HIDUP MAHASISWA K-POPERS (STUDI DESKRIPTIF PADA MAHASISWA K-POPERS FISIP USU)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gaya hidup mahasiswa K-Popers Fisip USU melalui telaah teori praktik sosial Pierre Bourdieu?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya hidup mahasiswa K-Popers pada mahasiswa FISIP USU melalui telaah teori praktik sosial Pierre Bourdieu
1.4. Manfaat Penelitian
Secara umum, manfaat penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmiah bagi mahasiswa ilmu sosial khususnya mahasiswa jurusan Sosiologi. Serta penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah bahan referensi dalam wawasan kajian di bidang sosiologi postmodern dan sosiologi perkotaan.
1.4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis rangkaian kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian sebelumnya mengenai gaya hidup mahasiswa K-Popers. Penelitian ini diharapkan juga dapat
menambah wawasan mahasiswa fisip USU, termasuk perguruan tinggi tentang hadirnya kelompok sosial yang baru berdasarkan tren globalisasi dan juga gejala global. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi kelompok-kelompok mahasiswa agar dapat menerima keragaman pilihan rasional tentang gaya hidup mahasiswa.
Penelitian ini juga bermanfaat bagi para mahasiswa K-Popers untuk lebih meningkatkan kualitas diri agar lebih mengalokasikan waktu dengan baik dan juga ekonomi. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan dalam memahami fenomena merebaknya kegemaran masyarakat khususnya remaja akan kebudayaan Korea dan diharapkan dapat menambah wawasan tentang gaya hidup serta perubahan perilaku yang terjadi terhadap penggemar Korea.
1.5. Definisi Konsep
1.5.1. Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan tertentu yang membedakan antara satu orang dengan yang lainnya, yang dapat diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Pola-pola tindakan tersebut diyakini sebagai pembentuk identitas diri seseorang. Gaya hidup sebagai cara hidup mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan, dan pola-pola respon terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup.
Menurut Plumer Gaya hidup adalah salah satu cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Ketertarikan tersebut
dapat dilihat dari simbol-simbol gaya hidup yang dipakai oleh orang atau kelompok tersebut dimana setiap orang atau kelompok akan memiliki simbol yang berbeda karena gaya hidup mereka yang berbeda.
Dalam penelitian ini gaya hidup (life style) merupakan pola tingkah laku sehari-hari manusia untuk menunjukkan identitasnya dalam masyarakat.
Gaya hidup dapat dilihat dari pola konsumsi, gaya berpenampilan, dan bagaimana seseorang mengisi kesehariannya. Dalam penelitian ini, gaya hidup yang akan diteliti adalah gaya hidup mahasiswa K-Popers FISIP USU. Gaya hidup mahasiswa K-Popers FISIP USU yang akan dilihat adalah terkait pola konsumsi, aktivitas, minat, dan cara mereka mengekspresikan identitas mereka sebagai K-Popers.
1.5.2. Mahasiswa
Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang menempuh atau menjalani pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi seperti sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum ialah universitas.
Sejarahnya, mahasiswa dari berbagai negara memiliki peran yang cukup penting dalam sejarah suatu negara. Mahasiswa mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri. kemahasiswaan, berasal dari sub kata mahasiswa. sedangkan mahasiswa terbagi lagi menjadi dua suku kata yaitu maha dan siswa.
Maha artinya “ter” dan Siswa artinya “pelajar” jadi secara pengartian mahasiswa artinya terpelajar. maksudnya bahwa seorang mahasiswa tidak hanya mempelajari bidang yang ia pelajari tapi juga mengaplikasikan serta mampu menginovasi dan berkreatifitas tinggi dalam bidang tersebut.
Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan mahasiswa adalah seseorang yang sedang belajar di Perguruan Tinggi, berstatus aktif sebagai mahasiswa ditandai dengan adanya Kartu Tanda Mahasiswa dan yang berada pada rentan usia 18- 25 tahun.
1.5.3. Korean Pop
Korean pop (K-Pop) merupakan salah satu genre musik dari Korea Selatan. K-Pop yang paling dikenal oleh remaja saat ini identik dengan boygroup/girlgroup, karena hampir secara keseluruan industri K-Pop didominasi oleh boygroup/girlgroup. Kepopuleran akan K-Pop merupakan bagian yang tak terpisahkan dari demam Korea di berbagai negara. Korean pop tidak hanya mengenalkan musik tetapi juga mengenalkan budaya melalui kostum, pakaian, dan juga gaya hidup. Sekarang ini K-Pop mampu mendominasi budaya populer ke mancanegara, hal ini terbukti dengan banyaknya penggemar artis K-Pop yang sudah ada di berbagai negara.
1.5.4. Praktik Sosial Pierre Bourdieu
Praktik merupakan perwujudan dari habitus dan modal dengan wadahnya yaitu ranah. Perguruan Tinggi yang menjadi ranah mahasiswa menjelaskan bahwa ranah sebagai sebuah jaringan antara relasi objekitf dan posisi, posisi ada dalam menentukan struktur pendistribusian kekuasaan
(modal) para agen yang memiliki keuntungan tertentu yang dapat dipertaruhkan dalam ranah dengan tujuan mereka untuk posisi yang lain.
Dalam melakukan praktik sosial ranah merupakan sebauh tempat pertarungan untuk mempertahankan dan mengatur posisi seseorang dalam sebuah lingkungan sosial meraka, di ranah juga sebuah pertarungan antara modal dan habitus yang dibawa masing-masing aktor dipertaruhkan. Dengan memamerkan atau memperlihatkan modal yang dimiliki masing-masing mahasiswa K-Popers membuktikan bahwa dengan membawa modal-modal yang mereka miliki juga menentukan posisi mereka dalam perguruan tinggi tersebut. Bentuk praktik sosial antara mahasiswa K-Popers FISIP USU pada dasarnya dipengaruhi oleh modal dan habitus dari masing-masing mahasiswa, yang pada akhirnya membentuk sebuah habitus yang menjadi identitas.
Praktik sosial mahasiswa K-Ppopers Fisip USU lebih dominan mengarah kepada praktik sosial dalam dunia fashion dan cara menghabiskan waktu, dimana praktik sosial mereka didasari atas eksistensi diri mereka dalam kepemilikan barang di dunia fashion dan ketertarikan menonton MV K-Pop yang pada akhirnya menjadi ciri khas. Sehingga di dalam ranah pun terjadi pertarungan antara modal, terutama modal ekonomi dan modal social dari beberapa mahasiswa yang akan menentukan posisi mereka dalam perguruan tinggi tersebut. Seperti rumus Bourdieu bahwa praktik = (habitus x modal) + ranah, dimana praktik sosial adalah hasil dari relasi habitus sebagai produk sejarah dan di dalam ranah memiliki pertaruhan yang mana kekuatan-kekuatan serta orang yang banyak memiliki modal, serta orang yang tidak memiliki modal dalam hal ini modal merupakan sebuah konsentrasi dari kekuatan
dimana kekuatan spesifik yang beroprasi dalam ranah (Takwin,dalam Harker dkk.ed,2009)
1.5.5 K-Popers
K-Popers adalah sebutan bagi para fans boyband atau girlband asal Korea. K-Popers lebih mengarah pada pecinta music Korea, beda dengan pecinta drama Korea. Dimana pada K-Drama lovers lebih focus pada drama Koreanya. K-Popers merupakan bagain dari gaya hidup populer sekarang ini.
Melihat pengaruh budaya Korea yang sudah begitu mendunia, baik dari musiknya maunpun dramanya. Pada penelitian ini para mahasiswa K-Ppopers adalah mereka yang sering mendengar dan selalu menonton MV K-Pop, baik itu ketika comeback ataupun konser melalui streaming youtube.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budaya Populer
Budaya populer adalah budaya yang lahir atas kehendak media.
Artinya, jika media mampu memproduksi sebuah bentuk budaya, maka publik akan menyerapnya dan menjadikannya sebagai sebuah bentuk kebudayaan.
Populer yang kita bicarakan disini tidak terlepas dari perilaku konsumsi dan determinasi media massa terhadap publik yang bertindak sebagai konsumen.
(Strinati, 2003). Media sosial mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan teknologi komunikasi yang dimana kebanyakan remaja maupun orang dewasa lah yang menggunakan media sosial tersebut. Melalaui twitter ini lah pengaruh budaya luar masuk begitu saja dengan mudah dan diikuti oleh budaya lain yang membuat kesan positif maupun negatif terhadap objeknya maupun pelaku yang mengalami. Di Indonesia sendiri sudah terjadi beberapa pengaruh budaya luar salah satunya adalah budaya popular Korean pop itu, dengan bermunculannya boyband/girlband yang meniru gaya berpakaian dan musik menyerupai musik Korean pop itu sendiri. Sudah sewajarnya jika pengaruh budaya luar dapat merubah budaya yang lain tetapi tidak melupakan budaya aslinya sendiri. Budaya popular menurut Frankfurt, budaya populer adalah budaya massa yang dihasilkan industri budaya untuk stabilitas maupun kesinambungan kapitalisme. Sedangkan Williams (1983) mendefinisikan kata ”populer”menjadi empat pengertian yaitu (1) banyak disukai orang; (2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk
menyenangkan orang; (4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri.
Berbicara tentang komunikasi massa, tentu layak bila kita memasukkan televisi sebagai media dari budaya populer. Televisi sejak kemunculan perdananya pada tahun 1926 telah menjalankan fungsinya sebagai media komunikasi, yang paling jelas terlihat adalah fungsi sebagai media informasi dan media hiburan. Televisi juga menjalankan fungsinya sebagai media massa, yang melayani konsumen atau khalayak yang anonim, heterogen, dan tersebar. Hal ini didukung oleh sifat kebaruan (novelty), gerak, warna, dan audiovisual yang dimilikinya. Media televisi saat ini tidak lagi hanya menjadi sarana komunikasi yang menyuguhkan informasi berita tentang pemerintahan, politik, hukum, ekonomi dan berbagai kejadian yang terjadi seputar masalah sosial maupun bencana perang maupun alam yang terjadi di dalam dunia kesehariannamun juga hiburan berupa film, drama, sinetron yang penuh dengan action melankolis, kemesraan, hantu, perang dan berbagai skenario yang dibangun untuk meraih rating tinggi lantaran disukai dan ditonton oleh banyak pemirsa. Budaya populer merupakan suatu pola tingkah laku yang disukai sebagian besar masyarakat. Tanda-tanda pesatnya pengaruh budaya populer ini dapat kita lihat pada masyarakat Indonesia yang sangat konsumtif. Membeli barang bukan didasarkan pada fungsi guna dan kebutuhan tetapi lebih didasarkan pada image atau prestise. Ciri-ciri budaya populer diantaranya sebagai berikut:
1. Tren, sebuah budaya yang menjadi trend dan diikuti atau disukai banyak orang berpotensi menjadi budaya populer.
2. Keseragaman bentuk, sebuah ciptaan manusia yang menjadi tren akhirnya diikuti oleh banyak penjiplak. Karya tersebut dapat menjadi pionir bagi karya-karya lain yang berciri sama, sebagai contoh genre musik pop (diambil dari kata popular) adalah genre musik yang notasi nada tidak terlalu kompleks, lirik lagunyasederhana dan mudah diingat.
3. Adaptabilitas, sebuah budaya populer mudah dinikmati dan diadopsi oleh khalayak, hal ini mengarah pada tren.
4. Durabilitas, sebuah budaya populer akan dilihat berdasarkan durabilitas menghadapi waktu, pionir budaya populer yang dapat mempertahankan dirinya bila pesaing yang kemudian muncul tidak dapat menyaingi keunikan dirinya, akan bertahan-seperti merek Coca-cola yang sudah ada berpuluh-puluh tahun.
5. Profitabilitas, dari sisi ekonomi, budaya populer berpotensi menghasilkan keuntungan yang besar bagi industri yang mendukungnya.
Kebudayaan negara maju yang masuk, diserap secara masif oleh masyarakat. Ia menjadi konsumsi masyarakat secara terus menerus hingga menjadi kebudayaan baru bagi kehidupan masyarakat tersebut. Inilah yang memicu timbulnya budaya populer atau budaya pop. Budaya pop adalah budaya yang dibentuk oleh masyarakat yang secara tidak sadar diterima dan diadopsi secara luas dalam masyarakat. Masyarakat membentuk budaya baru dari budaya-budaya yang mereka serap melalui informasi yang mereka peroleh dari kehadiran media global. Munculnya budaya pop ini, dikhawatirkan menghilangkan budaya asli suatu negara. Orang-orang bersifat
konsumtif hanya untuk mengikuti trend budaya pop itu. Budaya pop ini mendorong orang untuk up to date agar tak ketinggalan jaman.
William memaknai budaya popular adalah budaya yang banyak disukai, dan karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang (Storey :2003:10). Merupakan sebuah konsep yang menghasilkan suatu produk yang disebut produk budaya populer yang banyak disukai orang. Keberadaan budaya populer sendiri merupakan wujud perlawanan terhadap kemapanan nilai-nilai budaya tinggi yakni budaya yang dihasilkan oleh kaum-kaum intelektual. Namun kini budaya populer sudah tidak lagi dianggap sebagai budaya rendahan karena kaum intelektual pun telah terpapar oleh produk budaya populer. Budaya populer dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa
2.2. Korean Wave Di Indonesia
Korean Wave masih tergolong baru sejak kemunculannya di akhir 1990- an. Korean Wave terdiri dari beberapa konten kebudayaan yang menjadi salah satu komoditas ekspor utama bagi Korea Selatan, di antaranya yakni film, drama televisi (K-drama), musik (K-pop) dan K-fashion dimana konten- konten ini saling berkaitan satu sama lain. Produk Korean Wave yang pertama kali di ekspor yaitu drama Korea yang ditayangkan di Tiongkok pada tahun 1990. Selain itu, boyband Korea H.O.T pada saat itu juga mendapatkan popularitas di Tiongkok. Pada perkembangannya, Korean Wave mulai meluas ke Jepang, Taiwan, dan Vietnam. Pada paruh pertama tahun 2000-an, Korean Wave telah merambah di negara-negara Asia Tenggara. Pada paruh kedua,
yakni pada tahun 2000, Korean Wave mulai menyebar ke negara-negara di Amerika Selatan, Timur-Tengah dan sebaghian wilayah Afrika, hingga pada awal abad ke-21 Korean Wave telah menyentuh kawasan Amerika Serikat dan Eropa (Simbar 2016).
Korean Wave sendiri muncul di Indonesia pada awal tahun 2002 yang ditandai dengan pemutaran drama Endless Love di salah satu stasiun TV nasional Indonesia. Pernyataan tersebut didukung oleh statement jurnal UMN yang menyatakan bahwa wabah budaya pop Korea di Indonesia dipicu dengan program Piala Dunia Korea-Jepang tahun 2002 yang berakhir dengan masuknya Korea sebagai kekuatan empat besar dunia dalam persepakbolaan dunia. Kesuksesan Korea di Piala Dunia tahun 2002 semakin mempersohorkan nama Korea di mata dunia. Beberapa waktu menjelang, selama dan setelah hiruk-pikuk Piala Dunia, beberapa stasiun televisi swasta tanah air bersaing menayangkan musik, film, maupun drama seri Korea. Endless Love pun ditayangkan ulang di saluran televisi Indonesia pada tahun 2003.
K-pop tak kalah populer dari K-drama sehingga juga berdampak pada penyebaran Korean Wave dalam skala yang lebih luas. Fenomena ini terus berlanjut pada tahun 2012 dimana industri musik mulai menjadi bisnis yang menjanjikan, mengingat adanya pencapaian popularitas K-pop yang tinggi di berbagai negara. Terkait dengan komoditas K-fashion,tidak dapat dipungkiri jika K-fashion memang takkan bisa berkembang sebagai Korean Wave jika tidak diperkenalkan secara visual melalui K-Drama dan K-Pop. Oleh karena itu, promosi K-fashion melalui para aktor dan aktris dalam K-drama dan para idol dalam K-pop pun gencar dilakukan. Hingga kini, K-fashion telah menjadi referensi fashion utama bagi wanita maupun pria terutama di kawasan Asia.
Selain fashion style, riasan wajah Korea juga cukup banyak diminati oleh remaja dan wanita. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya permintaan pasar terhadap produkproduk kosmetik maupun perawatan wajah asal Korea Selatan terutama di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand dan Fillipina. Tren riasan wajah ala Korea yang dikenal dengan nama ulzzang ini juga merupakan dampak dari promosi yang dilakukan melalui K- drama dan K-pop.
Di Indonesia, Korean Wave dapat diterima dengan lebih baik karena lebih kompatibel dengan nilai-nilai lokal dibandingkan dengan Westernisasi. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh faktor geografis di mana Indonesia dan Korea Selatan sama-sama terletak di benua Asia dan cenderung memiliki kebudayaan yang sama dengan menganut budaya ketimuran. Misalnya dalam hal berbusana, budaya Barat berbusana cenderung lebih bebas dan terbuka.
Bahkan dalam Westernisasi terdapat budaya nudisme atau telanjang yang merupakan hal yang biasa bagi orang Barat. Meskipun dalam westernisasi, budaya berbusana tidak selalu vulgar. Sedangkan dalam Korean Wave, budaya berbusana lebih sopan dan cenderung lebih tertutup dibandingkan dengan westernisasi. Oleh karena itu, meskipun westernisasi terlebih dahulu menyentuh kehidupan masyarakat Indonesia, Korean Wave lebih berkembang dibandingkan dengan Westernisasi. Sama seperti Westernisasi, kesuksesan Korean Wave juga didukung oleh perkembangan teknologi informasi yang masif akibat adanya globalisasi sehingga persebaran dan penyerapan kebudayaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Melalui drama-drama Korea inilah muncul para pecinta drama Korea di Indonesia. Hingga pada tahun 2008 mulai muncul boyband dan girlband
Korea seperti Super junior, Bigbang, 2PM, Girls Generation, Wonder girls dan lainnya ikut meramaikan musik Internasional. Fans-fans mereka mulai muncul.
Selain dari genre musik pop Korea yang enak untuk didengar, penampilan mereka pun benar-benar disiapkan. Dari segi kostum, aksesoris, tarian hingga olah tubuh mereka sengaja dibuat seragam. Gaya berpakaian mereka juga unik sehingga mampu membuat trend baru. Hal inilah yang menarik minat para masyarakat untuk mengandrungi artis-artis pop Korea ini. Fenomena hallyu yang saat ini sedang melanda Indonesia banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya kawula muda. Banyak generasi muda yang saat ini menggandrungi tayangan entertainer Korea mulai dari drama, film, maupun musik. Fenomena hallyu kemudian diikuti dengan banyaknya perhatian terhadap produk Korea seperti, makanan, bahasa, dan produk-produk teknologi Korea. Korean wave atau disebut dengan hallyu (gelombang Korea) dalam Wardani, (2018) menunjukkan peningkatan yang sangat pesat atas popularitasnya secara global sejak abad ke-21, terkhususnya di kalangan anak muda. Korean wave merupakan fenomena demam Korea yang tersebar luas melalui Korean pop culture ke seluruh negara termasuk Indonesia. Demam Korean wave ini masuk ke Indonesia melalui media massa seperti televisi dan internet.
Korea Selatan memiliki empat aspek terkuat dalam penyebaran budaya ke seluruh dunia, yaitu pertama melalui musik Korean pop yang dikenal sebagai musik K-Pop yang dikemas khas dalam rupa boyband dan girlband yang telah memiliki kemampuan di bidang musik, tarian (dance), serta kemampuan secara visual yang membuat gaya tariknya menjadi tinggi. Kedua
melalui drama Korea atau perfilman Korea yang di dalamnya menggambarkan kebudayaan Korea Selatan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga melalui masakan khas Korea yang sudah menyebar luas di seluruh dunia, seperti kimchi, ramen dan lain-lain. Penyebaran terakhir melalui fashion Korea, dari segi berpakaian dan bergaya seperti orang Korea, menggunakan perawatan kulit dan wajah dari Korea.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat dikatakan bahwa pengaruh dan eksistensi Hallyu (Korean Wave) sebagai budaya global di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Westernisasi, meskipun Westernisasi telah menjadi budaya global jauh sebelum Korean Wave. Sebelum Korean Wave muncul, Westernisasi memang mendominasi setiap lini kehidupan masyarakat Indonesia. Namun, kini Korean Wave mampu menyaingi eksistensi Westernisasi sebagai budaya global. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa westernisasi dan Korean Wave merupakan bentuk dari homogenitas budaya yang nyata, dimana kedua bentuk budaya global ini membentuk dunia yang lebih homogen yang mengadopsi nilai-nilai yang sama. Selain itu juga menimbulkan standardisasi budaya tertentu. Namun, meskipun Korean Wave lebih dapat diterima dengan baik, bukan berarti Korean Wave tidak memiliki dampak negatif. Tetapi saat ini Korean Wave memang tengah berada dalam puncak popularitasnya sehingga dapat menyaingi Westernisasi. Meskipun pada nyatanya, Westernisasi masih dapat bertahan dengan produk-produknya seperti film-film Hollywood dan lagu-lagu pop barat.
2.3. Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan kebutuhan sekunder manusia yang bisa diubah tergantung zaman atau keinginan seseorang untuk merubahnya. Menurut Munandar gaya hidup seseorang adalah fungsi dari ciri-ciri dalam diri individu yang telah dibentuk melalui interaksi sosial sewaktu orang tersebut menjalankan kehidupan. Gaya hidup dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam diri individu dan faktor-faktor di luar individu seperti budaya, status sosial, kelompok dan keluarga. Munandar juga menambah pengertian gaya hidup adalah manifestasi dari konsep diri atau citra diri. Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002) gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Untuk dapat mencapai sesuatu gaya hidup yang dinginkan, biasanya seseorang harus pula mengeluarkan biaya lebih atau ekstra. Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya hidup atau lifestyle mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dalam lingkungannya.
Gaya hidup adalah bentuk khusus pengelompokan status modern. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Selain itu gaya hidup dapat membantu memahami apa yang orang lakukan, mengapa melakukannya, dan apakah yang dilakukan bermakna bagi dirinya maupun orang lain. Gaya dapat menjadi sangat personal dan juga merujuk pada identitas budaya dan sejarah. Gaya hidup juga merupakan simbol prestise suatu kelas tertentu serta dapat bersifat modis yang penyebarannya melalui komunikasi massa menembus batas-batas stratifikasi sosial. Gaya hidup menurut Bourdieu adalah proses sosial yang panjang melibatkan modal, habitus, selera, system tanda, dan praktik sosial. Gaya
hidup menyangkut penampilan diri. Salah satu cara untuk menampilkan diri adalah dengan perlengkapan tertentu yang disebut dengan habitus. Pierre Bourdieu berpandangan bahwa habitus lahir dari pembiasaan yang dialami individu dalam interaksi dengan dunia dan manusia lainnya. Pembiasaan serta pertemuan manusia dengan dunia dan manusia lain menyebabkan adanya proses internalisasi melalui proses imitasi dan identifikasi. Proses internalisasi tersebut akan memperkaya perlengkapan dalam diri manusia tersebut sehingga menghasilkan pengaruh tertentu dengan cara-cara tertentu sehingga akan membentuk habitus. Selanjutnya individu dengan habitusnya berinteraksi dengan individu lain dengan berbagai realitas sosial yang ada sehingga menghasilkan praktik tertentu yang menghasilkan posisi, kelas, dan kekuasaan tertentu yang akhirnya mengarah pada gaya hidup tertentu. Habitus merupakan perlengkapan dari gaya hidup yang ditampilkan dalam ruang sosial, sehingga bisa dikatakan habitus adalah kerangka gaya hidup. Modal merupakan segala sesuatu yang dapat diputar atau dikembangkan dalam mencapai keuntungan (modal dalam hal ini bisa modal ekonomi, modal simbol, modal sosial, dan modal kultural). Dimana kondisi obyektif sangat ditentukan oleh modal yang dimiliki seseorang.
Gaya hidup pada mahasiswa cenderung bersifat konsumerisme pada masa modern sekarang ini. Melihat semakin maraknya fenomena gaya hidup Korea yang sudah mendunia membuat gaya hidup mahasiswa kini semakin beragam, mulai dari simbol-simbol yang digunakan hingga kebiasaan serta praktik sosial yang mereka lakukan. Perubahan pada praktk sosial yang sering menghabiskan waktu dengan menonton comeback idola mereka hingga mengubah gaya hidup hemat menjadi boros serta mengubah gaya berpakaian
hingga make up mereka menjadi terlihat modis. Hal tersebut banyak dipengaruhi oleh media sosial dan lingkungan mereka tinggal.
Gaya hidup pada masyarakat saat ini, memang sudah mengalami perubahan yang sangat pesat akibat berkembangnya teknologi. Kita bisa melihat masyarakat dahulu tidak terlalu mementingkan urusan penampilan dan berbanding terbalik dengan keadaan saat ini. Mereka, lebih mementingkan urusan penampilan dan hanya meningkatkan prestise di lingkungannya. Terlebih lagi, gaya hidup kini bukan lagi monopoli suatu kelas, tapi sudah lintas kelas. Mana yang kelas atas, menengah, dan bawah semua sudah bercampur baur dan terkadang dipakai berganti-ganti.
2.4. Indikator dan Pengukuran Gaya Hidup
Menurut Sunarto (Mandey, 2009:93) terdapat tiga indikator gaya hidup seseorang yaitu sebagai berikut :
Kegiatan (Activity) adalah apa yang dikerjakan konsumen, produk apa yang dibeli atau digunakan, kegiatan apa yang dilakukan untuk mengisi waktu luang. Walaupun kegiatan ini biasanya dapat diamati, alasan untuk tindakan tersebut jarang dapat diukur secara langsung. Berikut ini penjelasan mengenai indikator dari aktivitas yang meliputi hobi, hiburan, dan berbelanja (Ahmad, Omar, & Ramayah, 2011) :
1. Hobi : Hobi mengacu pada aktivitas yang dilakukan individu yang didasarkan pada kegemaran dan kesenangan pribadi. Hobi cenderung dilakukan secara rutin oleh individu ketika mereka memiliki waktu luang,
dan individu akan mengalokasikan sejumlah uang serta waktu yang dimiliki untuk menjalankan hobi yang sesuai dengan kesenangan mereka.
2. Hiburan : Merupakan aktivitas yang menjadi pilihan individu untuk menghilangkan kejenuhan ditengah rutinitas sehari-hari. Karakteristik remaja yang lebih berorientasi pada teman-teman kelompoknya (Jauzi, 2011) maka akan membuat para remaja memilih untuk menikmati hiburan bersama temantemannya dibandingkan dengan keluarga. Hiburan yang dipilih oleh seseorang, khususnya remaja dengan gaya hidup hedonis, selain untuk menghilangkan kejenuhan juga bertujuan untuk menunjukkan status sosial mereka sehingga dapat diterima di lingkungannya. Aktivitas hiburan yang dapat dilakukan antara lain adalah mengunjungi pusat perbelanjaan, restoran ataupun cafe yang sedang populer dibicarakan banyak orang, menonton live music ataupun pertandingan olahraga.
Minat (Interest) adalah objek peristiwa, atau topik dalam tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus-menerus kepadanya. Interest dapat berupa kesukaan, kegemaran dan prioritas dalam hidup konsumen tersebut. Minat merupakan apa yang konsumen anggap menarik untuk meluangkan waktu dan mengeluarkan uang. Minat merupakan faktor pribadi konsumen dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Bourdieu mengemukakan bahwa minat/selera berfungsi sebagai penanda status social.
Selera juga dipengaruhi oleh seberapa besar modal ekonomi, budaya, social, dan simbolik yang dimiliki seseorang. Selera juga dipengaruhi oleh ranah, dimana pada arena tersebut akan menciptakan pilihan selera yang berbeda pula. (Bourdieu, 1979 dalam buku Distinction : a social critique of the
judgement of taste). Berikut ini penjelasan mengenai indikator dari interests atau minat antara lain, yaitu fashion, makanan, dan media (Easey, 2009) :
1. Fashion : Fashion meliputi perubahan-perubahan, didefinisikan sebagai sebuah suksesi dari tren atau mode jangka pendek. Dari pemahaman ini, maka fashion ada hampir di setiap kegiatan yang dijalankan oleh individu.
Minat remaja hedonis terhadap fashion dapat dilihat dari ketertarikan mereka terhadap sesuatu yang sedang tren, seperti pada bidang pakaian, musik, tas, aksesoris, sepatu, kosmetik, dan lainnya.
2. Makanan : Minat seseorang terhadap makanan dapat terlihat dari ketertarikannya untuk mengunjungi dan mencoba makanan di tempat- tempat makan yang sedang populer dan banyak dibicarakan oleh masyarakat umum. Para remaja akan mengunjungi tempat-tempat makan yang sedang populer saat ini untuk menunjang gaya hidup hedonis mereka yang cenderung menyukai untuk menghabiskan waktu di luar rumah.
Dengan mengunjungi tempat-tempat tersebut membuat para remaja merasa bahwa mereka adalah individu gaul yang mengikuti berkembangnya zaman.
3. Media : Ketertarikan para remaja terhadap perkembangan fashion dan tempat makan yang sedang populer saat ini, tentu tidak terlepas dari peran media sebagai alat untuk mendapatkan informasi serta menunjang gaya hidup yang mereka jalankan. Ketertarikan terhadap perkembangan media yang diikuti oleh seseorang akan memberikan nilai tambah dengan kehebatan teknologi yang diberikan untuk memudahkan semua aktivitas yang dilakukan (Engel, Blackwell, & Miniard, 1994).
Opini (Opinion) adalah pandangan dan perasaan konsumen dalam menanggapi isu-isu global, lokal oral ekonomi dan sosial. Opini digunakan untuk mendeskripsikan penafsiran, harapan dan evaluasi, seperti kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa masa datang dan penimbangan konsekuensi yang memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif.
2.5. Teori Praktik Sosial Pierre Bourdieu
Menurut Bourdieu gaya hidup seseorang dipahami sebagai hasil dari interaksi antara manusia sebagai subjek sekaligus objek dalam masyarakat, hasil dari pemikiran sadar dan tak sadar yang terbentuk sepanjang sejarah hidupnya. Bourdieu menempatkan gaya hidup dalam sebuah rangkaian atau sebuah proses sosial panjang yang melibatkan modal, kondisi objektif, habitus, disposisi, praktik, gaya hidup, sistem tanda, dan struktur selera. Habitus adalah pengetahuan praktis dari agen mengenai cara melakukan sesuatu, merespons situasi, dan memahami apa yang terjadi. Habitus merupakan kebiasaan yang dilakukan tanpa sengaja, melainkan dipikirkan atau diolah terlebih dahulu.
Habitus merupakan skema persepsi, apresiasi, dan tindakan yang dihasilkan oleh institusi sosial yang diinternalisasi tubuh manusia. Pertemuan individu dengan unsur dunia fisik, biologis, dan sosial menghasilkan jejak- jejak pengaruh dalam diri yang saling berinteraksi dan beradu pengaruh dengan kesadarannya sebagai subjek. Setiap 'perlengkapan' yang diinternalisasi berinteraksi dengan perlengkapan-perlengkapan lain dan menghasilkan pengaruh tertentu dengan cara-cara tertentu.Habitus merupakan seperangkat kecenderungan yang menghasilkan praktik dan persepsi
sosial, mengandung pengalaman masa lalu yang pengaruhnya siap ditampilkan di masa kini sehingga habitus menjadi sumber penggerak tindakan, pemikiran, dan representasi. Individu dengan habitusnya masing- masing berhubungan dengan individu lain dan berbagai realitas sosial, hal ini akan menghasilkan tindakan-tindakan yang sesuai dengan ranah dan modal yang dimiliki masing-masing individu dalam ruang sosial. Gaya hidup merupakan perwujudan habitus serta modal-modal tertentu dalam ruang sosial. Habitus merupakan segala perlengkapan gaya hidup yang ditampilkan seseorang dalam ruang sosial. Habitus mengarahkan individu untuk memilih suatu gaya hidup tertentu berdasarkan kondisi dan realitas sosial.
Habitus mampu melukiskan disposisi yang dimiliki seseorang atau disposisi yang dimiliki suatu kelas sosial. Disposisi berperan sebagai prinsip tak sadar yang melandasi tindakan, persepsi, dan refleksi. Kemudian, melalui praktik, individu melakukan tindakan sosial dalam rangka mereproduksi atau memodifikasi habitus dan disposisi yang dimilikinya. Gaya hidup dibentuk, diubah dan dikembangkan sebagai hasil dari interaksi antara disposisi, habitus dengan realitas. Melalui gaya hidup, individu menjaga tindakannya agar dapat menyesuaikan diri dengan ruang sosial berdasarkan habitus, modal, dan posisinya dalam ruang sosial. Terdapat relasi antara satu gaya hidup dengan gaya hidup lainnya, dalam pandangan Bourdieu relasi tersebut memperebutkan posisi dalam suatu ranah atau medan sosial. Sistem tanda menjadi ruangan dimana gaya hidup saling dipertukarkan, dikirim, dan diterima serta diberi makna secara simbolik karena gaya hidup hanya dapat diaktualisasikan secara konkret melalui tanda dan citra sebagai mediumnya.
Selanjutnya, selera menunjukkan tingkat sensibilitas seorang individu atau
kelompok dalam memberikan penilaian dan pemilihan terhadap objek-objek.
Gaya hidup merupakan sebuah proyek refleksif dan penggunaan fasilitas konsumen secara sangat kreatif.
Sebagai makhluk sosial, manusia mendapati dirinya berada dalam lingkungan sosial yang menempatkannya untuk berinteraksi dengan orang lain. Melalui interaksi sosial manusia secara aktif menyusun dan memilih pola tindakannya, seperti diungkapkan oleh Goffman bahwa manusia ibarat berada di atas panggung. Ranah diartikan sebagai ranah pertempuran dan juga sebagai ranah perjuangan. Ranah tidak bisa dipisahkan dari ruang sosial dimana individu tersebut berada, jadi di dalam Ranah terdapat sebuah perlawanan.
Ranah perlawanan yang dimaksud adalah sebuah ranah dalam memperebutkan akses-akses kekuasaan. Ranah juga bisa diartikan sebuah semesta sosial sesungguhnya, tempat terjadinya akumulasi bentuk-bentuk modal tertentu dan juga sebagai tempat relasi-relasi kekuasaan berlangsung (Bourdieu, 2010:
215).
Habitus berkaitan dengan modal. Modal dapat dianggap sebagai suatu energi sosial yang diproduksi dan memproduksi dalam arena sosial. Modal memiliki peranan yang penting, karena modal yang memungkinkan orang untuk mengendalikan orang untuk mengendalikan nasibnya sendiri maupun nasib orang lain. Modal merupakan suatu energi sosial yang hanya ada dan membuahkan hasil-hasil ranah perjuangan dimana modal memproduksi dan mereproduksi (Bourdieu, 2010:68).
Pierre Bourdieu memformulasikan modal penting dalam arena sosial yakni: pertama, modal sosial adalah jumlah sumber daya yang ada dan
potensial, individu juga bisa mengandalkan jaringan sosial. Modal sosial juga diwujudkan dalam bentuk hubungan-hubungan sosial yang dilaksanakan oleh individu di lingkungan sosialnya, hubungan tersebut berhubungan erat dengan jaringan sosial yang telah diandalkan adalah jaringan sosial. Kedua, modal ekonomi, agen-agen saling bersaing demi modal ekonomi melalui berbagai strategi investasi dengan menggunakan akumulasi modal ekonomi. Ketika membahas mengenai habitus mahasiswa K-Popers fisip USU modal ekonomi dapat berupa kemampuan individu untuk memberikan fasilitas kepada dirinya sendiri untuk menunjang gaya hidup seperti pakaian untuk menampilkan dirinya karena tidak bisa dipungkiri hal tersebut saat ini sangat dibutuhkan.
Ketiga, modal simbolis berhubungan dengan kedudukan seseorang yang tidak terlepas dari kekuasaan secara simbol-simbol. Keempat, modal budaya memiliki beberapa dimensi yaitu pengetahuan obyektif tentang seni dan budaya, cita rasa budaya (cultural taste) dan preferensi Kualifikasi-kualifikasi formal (seperti gelar-gelar universitas), kemampuan-kemampuan budayawi dan pengetahuan praktis. Kemampuan untuk dibedakan dan untuk membuat perbedaan antara yang baik dan buruk. Praktik adalah hasil dari dinamika dialektis antara internalisasi eksterior dan eksternalisasi interior inilah yang menghubungkan antara habitus dengan dunia sosial. Eksterior adalah struktur objektif yang ada di luar perilaku sosial, sedangkan interior adalah segala sesuatu yang melekat pada diri pelaku sosial. Jadi, segala sesuatu yang diamati dan dialami yang berada di luar diri pelaku sosial (interior) berjalan dinamis secara dialektis dengan pengungkapan dari segala sesuatu yang diinternalisasi dan menjadi bagian dari diri pelaku sosial (interior). Praktik memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik pertama adalah praktik terdapat dalam
ruang dan waktu. Praktik atau interaksi sosial berlangsung dalam ruang tertentu dalam juga dalam waktu tertentu sehingga tidak dapat dilepaskan dari konteks ruang dan waktu. Dalam gaya hidup, seseorang memerlukan habitus yang memberinya strategi dan kerangka tingkah laku yang memungkinkannya menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkunganya. Proses pencarian manusia akan gaya hidup membuat manusia menghasrati gaya hidup tertentu, obrolan tertentu, kepemilikan tertentu, komunitas pergaulan tertentu, agar ia dapat hidup seperti manusia umumnya sambil mencoba mendefinisikan identitas dirinya, dimana pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Apa yang melekat pada diri individu menunjukkan gaya hidup yang ada dalam kehidupannya.
(Habitus x Modal) + Ranah = Praktik
Dalam hal ini mahasiswa berupaya untuk mengubah gaya hidupnya melalui habitus, modal, ranah hingga mengubah praktik sosial mereka.
Mahasiswa K-Popers mengubah gaya hidup tersebut melalui aktifitas, minat, dan opininya terhadap gaya hidup K-Pop. Gaya hidup tersebut sebagai perlengkapan yang ditampilkan dalam raung sosial mereka. Penulis memilih Teori Gaya Hidup Bourdieu sebagai alat menganalisa permasalahan dalam penelitian ini dikarenakan kesesuaian dari penjelasan pada teori tersebut.
Dimana pada teori gaya hidup Bourdieu membahas tentang perilaku yang menunjukkan adanya pengaruh dari media, kelompok sosial atau kelas sosial, lingkungan hingga kapital yang berdampak pada bagaimana individu tersebut dapat beradaptasi dan memiliki gaya hidup sesuai dengan realitas sosialnya.
2.6. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan telah mengilhami penelitian ini baik secara referensi, perbandingan maupun sebagai dasar pemilihan topik.
Masing-masing dari penelitian tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
1. Penelitian Citra Rosalyn Anwar (2018) : Mahasiswa Dan K-Pop (Studi Interaksi Simbolik K-Popers di Makassar)
Hasil penelitian menemukan bahwa Kesadaran tentang sesuatu hal merupakan hasil konstruksi dalam diri seseorang. Makna tentang perjuangan, cinta, budaya, dan etika merupakan hasil konstruksi yang dibangun oleh para K-Popers tentang pengusung K-Pop. Bagaimana narasumber berkomunikasi antara makna budaya Korea melalui K-Pop dalam diri pribadi mereka. Apa yang mereka tonton, baca, dengar dan tuliskan merupakan makna hasil kontruksi sosial dan budaya. Bangunan makna tentang Korea selatan dalam pribadi mahasiswa yang terkait dengan konsep diri yang dimilikinya. Maka makna K-Pop bagi mahasiswa di Makassar yaitu sebagai bentuk pemenuhan hiburan hati, bahkan psikologis mereka. Dimana para idol ini mereka maknai sebagai pemenuhan fantasi mereka akan adat budaya, gaya, hingga etika yang mereka hadirkan dalam kehidupan nyata mereka. Fantasi tentang sosok
“kekasih, ataupun saudara hingga suami” yang sempurna (romantic, ganteng, cerdas, baik, kaya, setia , badan yang bagus,santun dan berkelakuan baik).
Kondisi yang mungkin akan sulit mereka temui di dunia nyata.
Konstruksi makna mengenai bagaimana mahasiswa memaknai K-Pop di Makassar ini lahir dari bentukan nilai-nilai sosial dan interaksi dengan lingkungan. Motif Penonton Mahasiswa terhadap K-Pop yaitu karena awalnya
tertarik ketika menonton drakor, mendengar soundtracknya lalu akhirnya malah menjadikan penyanyinya sebagai idol. Motif lainnya adalah kejenuhann oleh tayangan Indonesia, india, maupun western, karena narasumber menganggap Korea menwarkan variasi yang jauh lebih „nyaman‟ buat mereka.
Mulai dari dramanya, lagu-lagu, dandanan hingga gossip-gosip yang jauh lebih menyenangkan. Korea memang tidak banyak menawarkan gossip hingga skandal, gimmick hingga gaya hidup yang ramai dibicarakan ketimbang pencapaian prestasi. Korea lebih mengedepankan tentang „comeback‟,
„debut‟,‟single‟, drama terbaru, dan hal-hal yang berkaitan dengan keartisan.
Simbolisasi Makna K-Pop bagi Mahasiswa K-Popers Makassar yaitu makna perjuangan, makna Makna K-Pop mengajarkan gaya Hidup yang bersih jauh dari skandal, Makna K-Pop Mengajarkan Etika yang Bagus, Makna K-Pop mengutamakan Pendidikan, Makna K-Pop mengajarkan Kedisiplinan, Makna K-Pop sebagai ajang belajar bahasa dan Budaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan menggunakan pandangan Interaksi Simbolik.
Perbedaan dengan peneliti terdahulu terdapat pada fokus pembahasan, dimana pada penelitian terdahulu membahas tentang makna K-Pop sebagai bagian dari keseharian mereka, bahkan menjadi konsep diri mereka, sehingga meski tak lagi ABG K-Pop masih melekat kuat di antara mereka. sedangkan pada penelitian saya membahas gaya hidup mahasiswa K-Popers ditinjau dari teori gaya hidup Pierre Bourdieu.
2. Hasil Penelitian Rizal Noor Rahadeandra (2018) : Gaya Hidup Mahasiswa Bidikmisi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.
Penelitian ini membahas permasalahan tentang Gaya Hidup Mahasiswa Bidikmisi Di Lingkungan FISIP Universitas Airlangga. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah FISIP Universitas Airlangga.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa bidikmisi ingin mendapatkan pengakuan diri dari lingkungan, dengan melakukan berbagai pola gaya hidup untuk menunjang penampilannya. Dan rasa ingin memiliki status sosial yang lebih tinggi dan ingin diterima oleh ligkungan yang menjadikan munculnya gengsi dan tidak mau kalah dengan orang sekitarnya dan dengan adanya pengaruh kemajuan teknologi dalam hal berkomunikasi dan munculnya gadget dengan fitur yang bisa menciptakan kehidupan baru, dan juga penunjang kehidupan seperti aplikasi instagram yang berefungsi untuk penunjukan yang dilakukan informan, beberapa fasilitas juga bisa mempengaruhi informan dalam mendalami gaya hidup mewah seperti : pergi ke cafe eksklisif dan tempat nongkrong yang bisa membuat gengsi dan status sosial semakin tinggi. peneliti menggunakan pendekatan penelitian dnegan metodelogi kualitatif. Dengan menghasilkan perkataan dan tingkah laku dari informan yang secara langsung terjadi pada saat melakukan wawancara mendalam. Dalam penelitian ini menggunakan medote pendekatan kepada informan, sebagai secara langsung kepada informan agar mendapatkan informasi secara alamiah dari pembicaraan peneliti dengan informan.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saya terdapat pada pemilihan teori dan juga objek penelitian serta informan yang dipilih. Dimana pada penelitian terdahulu memilih informan yang berlatarbelakang mahasiswa bidik misi, sedangkan dalam penelitian ini memlilih informan yang berlatarbelakang mahasiswa K-Popers.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk menghasilkan deskripsi yang lengkap dari hal yang diteliti, dalam arti menghasilkan gambaran yang jelas antara variabel.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa (Moleong, 2005:6). Pada hal ini peneliti ingin menggali lebih dalam mengenai gaya hidup mahasiswa K-Popers FISIP Universitas Sumatera Utara
3.2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian kali ini, peneliti memilih lokasi penelitian di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi yang diteliti pun berlandaskan alasan adanya mahasiswa K-Popers yang memiliki banyak perbedaan gaya hidup yang ditonjolkan dibanding dengan mahasiswa lainnya yang membuat peneliti semakin tertarik untuk mencari lebih jauh gaya hidup mahasiswa K- Popers FISIP Universitas Sumatera Utara.
3.3. Unit Analisis dan Informan
3.3.1. Unit Analisis
Unit Analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007). Adapun yang