• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH LINE DANCE DENGAN DANSA CHA-CHA TERHADAP PEMAHAMAN GERAK DAN KEMAMPUAN KARDIOVASKULAR SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH LINE DANCE DENGAN DANSA CHA-CHA TERHADAP PEMAHAMAN GERAK DAN KEMAMPUAN KARDIOVASKULAR SISWA."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

Dewi Wulandari

0907303

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Dansa Cha-cha Terhadap Pemahaman

Gerak dan Kemampuan Kardiovaskular

Siswa

Oleh Dewi Wulandari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Dewi Wulandari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

DEWI WULANDARI

0907303

PERBEDAAN PENGARUH LINE DANCE DENGAN DANSA CHA-CHA TERHADAP PEMAHAMAN GERAK DAN KEMAMPUAN KARDIOVASKULAR

SISWA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH,

Pembimbing I

Helmy Firmansyah, M.Pd. NIP. 1979122282005011002

Pembimbing II

Arif Wahyudi, S.Pd. NIP.197405202001121001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

ABSTRAK

PERBEDAAN PENGARUH LINE DANCE DENGAN DANSA CHA-CHA TERHADAP PEMAHAMAN GERAK DAN KEMAMPUAN

KARDIOVASKULAR SISWA

Oleh :

Dewi Wulandari

0907303

Penelitian ini memaparkan mengenai pentingnya line dance dan dansa cha-cha untuk meningkatkan pemahaman gerak dan kemampuan kardiovaskular siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aktivitas ritmik line dance dengan dansa cha-cha terhadap pemahaman gerak dan kemampuan kardiovaskular siswa yang cenderung memiliki karakteristik yang hampir sama. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Teknik sampel yang diambil adalah 15% dari populasi sebanyak 160 siswa yaitu 24 siswa di SMAN 1 Tempuran, yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok, 12 sebagai sampel pembelajaran line dance dan 12 lainnya sebagai sampel pembelajaran dansa cha-cha. Hasil rata-rata tes awal pemahaman gerak 6,5, tes akhir 21,9167, pembelajaran dansa rata-rata cha-cha tes awal 12,5833, tes akhir 33,8793. Kardiovaskular line dance rata-rata tes awal 26,8333, rata-rata tes akhir 27,983. Dansa cha-cha rata-rata tes awal 28,325, tes akhir 29,725. Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa line dance dan dansa cha-cha cha-cha dapat berpengaruh signifikan terhadap pemahaman gerak dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan kardiovaskular.

(5)

ABSTRACT

DIVERENCE EFFECT OF LINE DANCE WITH CHA-CHA DANCE TO THE UNDERSTANDING OF MOTION AND STUDENT CARDIOVASCULAR

CAPABILITIES

By :

Dewi Wulandari

0907303

This riset is describe about the importance of line dance and cha-cha dance to improve the understanding of motion and cardiovascular capabilities. The purpose of this study is to determind the effect of line dance and ritmic activities cha-cha to the understanding of motion and the capabilities of cardiovascular which tend to be similar characteristic. The method of this study is experimental method with quantitative approach. Sampel taken care is 15% from population 160 student in SMAN 1 Tempuran, which is divided inti two groups, 12 to be line dance group, and 12 others to be cha-cha dance group. Average result of initial test of understanding of movement line dance 6,5, final test 21,9167, Average result of initial test of understanding of movement cha-cha dance 12,5833, final test 33,8793. Average result of initial test of cardiovascular capabilities line dance 26,8333, final test 27,983. Average result of initial test of cardiovascular capabilities cha-cha dance 28,325, final test 29,725. So it can be concluded from this results that line dance and cha-cha dance may have a significant effect to understanding of movement and not be concluded significant effect to cardiovascular capabilities.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

DAFTAR LAMPIRAN ………... x

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi Masalah ……… 6

C. Tujuan Penelitian ………. 8

D. Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ……… 9

1. Hakikat Kebugara Jasmani ………... 9

2. Kardiovaskular ………. 15

3. Pemahaman Gerak ……… 17

4. Aktivitas Ritmik ………... 20

B. Kerangka Pemikiran ………... 25

C. Hipotesis ………. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ………... 27

(7)

1. Populasi ………. 28

2. Sampel ………... 29

C. Langkah-langkah Penelitian dan desain penelitian……….. 30

1. Langkah Penelitian……… 30

2. Desain Penelitian ………. 32

D. Instrument Penelitian ………... 33

1. Tes Kemampuan Kardiovaskular ……….. 34

2. Penilaian Pemahaman Gerak ………. 37

E. Uji Instrumen Penelitian ……….. 41

1. Analisis Validitas Instrumen ……….. 42

2. Analisi Reliabilitas Instrumen ……… 44

F. Pelaksanaan Penelitian ………. 45

G. Teknik Analisis Data ……… 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data dan Analisis Data ……… 51

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……….. 51

2. Deskripsi Data ……… 54

3. Analisis Data ……….. 56

B. Diskusi Penemuan ……… 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 63

B. Saran ……… 63

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 dalam Yudaswara (2011) adalah :

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan tidak terlepas dari peranan guru yang merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. Guru sebagai sarana penyampai materi dan sarana untuk mencapai tujuan, oleh karena itu sangat penting bagi guru untuk mengetahui setiap kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Karena kurikulum adalah acuan atau patokan dan sebagai panduan guru dalam melaksanakan setiap pengajaran.

Dalam kurikulum terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang merupakan komponen-komponen yang harus diperhatikan oleh guru. Kompetensi menurut Finch & Crunkilton dalam Susilo (2012 : 98) adalah : „penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.‟

Gordon dalam Susilo (2012 : 99) menjelaskan berapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut :

a. Pengetahuan (knowledge) ;yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya sorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap ppeserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

(9)

c. Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

d. Nilai (value); adalah sesuatu standar perlaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.

e. Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang dating dari luar.

f. Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.

Dalam dunia pendidikan saat ini kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pengertian KTSP menurut http://id.wikipedia.org/wiki adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia didalamnya terdapat berbagai mata pelajaran. Di dalam KTSP terdapat beberapa mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa. Salah satunya adalah mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

(10)

berbagai materi yang harus diajarkan kepada siswa disekolah, salah satunya aktivitas ritmik yang akan menjadi bahasan dalam penelitian ini.

Materi yang diambil pada penelitian ini adalah aktivitas ritmik dan kesehatan atau budaya hidup sehat yang menyangkut kepada kemampuan kardiovaskular. Aktivitas ritmik merupakan adalah rangkaian gerak manusia yang dilakukan dalam ikatan pola irama, disesuaikan dengan perubahan tempo, atau semat-mata gerak ekspresi tubuh mengikuti iringan musik atau ketukan di luar musik.

Aktivitas ritmik dalam pendidikan jasmani memuat beberapa sub materi yang perlu diajarkan diantaranya adalah senam. Menurut Menurut Hidayat,1995 (dalam Mahendra 2010:8) :

Senam adalah suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengambangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual.

Menurut asal kata, senam (gymnastics) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya: „untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh atlet-atlet yang telanjang.‟ Peter H. Werner dalam Mahendra (1994:9) yang dikutip oleh Yudaswara (2011:23) menambahkan mengenai pengertian senam yaitu : „senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau alat, yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh.‟ Senam umum adalah segala jenis senam yang ada diluar keenam jenis senam tersebut, seperti senam poco-poco, senam jantung sehat, senam kebugaran jasmani (SKJ), senam line dance, dansa cha-cha dan masih banyak lagi. Senam irama adalah jenis senam yang tergolong mudah dan menyenangkan untuk dilakukan. Senam irama mengandung pengertian : senam yang dilakukan dengan diiringi musik atau latihan bebas yang dilakukan secara berirama.

(11)

Line dance adalah sebuah tarian koreografi dengan urutan berulang

dari langkah-langkah di mana sekelompok orang menari dalam satu baris atau lebih tanpa memperhatikan jenis kelamin individu, semua menghadap ke arah yang sama, dan melakukan langkah-langkah pada saat yang sama. Kemudian pengertian yang diambil dari http://herliessa.blogspot.com/ „menerangkan kembali bahwa line dance adalah sejenis olahraga dansa cha-cha yang berupa langkah yang membentuk suatu koregrafi dan digerakan pada sejumlah hitungan musik tertentu. Rangkaian gerak itu bisa digerakkan menghadap ke 1, 2, 3 atau 4 bilik (wall).‟ Mengapa disebut olahraga dansa, karena pola langkah dan gayanya diambil dari berbagai jenis dansa cha-cha, rumba, salsa, cha-cha , merengue, waltz jive, hip hop,jazz dan sebagainya.

Selain dari line dance, dalam penelitian ini juga akan ditelaah mengenai dansa, khususnya . Dansa atau dance menurut Mahendra (2009: 9) :

Dansa adalah aktifitas gerak ritmis yang biasanya dilakukan dengan iringan musik, kadang dipandang sebagai sebuah alat ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup budaya tertentu, yang pada perkembangannya digunakan untuk hiburan dan memperoleh kesenangan, disamping sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan pergaulan disamping sebagai kegiatan yang menyenangkan.

(12)

Kegiatan olahraga kesehatan aerobik yang mengambil waktu minimal 10 menit yang disebut waktu minimalyang efektif untuk meningkatkan kapasitas aerobik seseorang, sedangkan waktu maksimalnya ialah 30 menit yang disebutwaktu maksimal yang efisien.

Kebugaran jasmani adalah aspek penting dari domain psikomotorik, menekankan pada kemampuan biologis organ tubuh serta peningkatan fungsi faal tubuh, misalnya peredaran darah, sistem metabolisme, dan lain-lain. Tentunya kebugaran jasmani siswa adalah tujuan yang mutlak harus dicapai. Pendidikan jasmani tidak mengarahkan siswa untuk terampil dalam melakukan suatu cabang olahraga melainkan untuk mengembangkan kebugaran jasmani (domain psikomotor) siswa, disamping juga untuk mengembangkan domain kognitif dan domain afektifnya. Pada umumnya para ahli mengemukakan bahwa unsur kesegaran jasmani yang dititikberatkan kepada faal kerja, yaitu:

1. Daya tahan terhadap penyakit 2. Kekuatan dan daya tahan otot

3. Daya tahan jantung, peredaran darah dan pernafasan 4. Kelentukan

5. Kecepatan

6. Kelincahan melakukan perubahan arah 7. Koordinasi

8. Keseimbangan 9. ketepatan

(13)

pendidikan jasmani juga memberikan pengaruh yang positif terhadap berkembanganya kemampuan akademik siswa dalam hal ini adalah pemahaman gerak dalam pembelajaran penjas. Seperti yang dikemukakan oleh Lutan (2001a:32) dalam Taurusina „aktivitas jasmani dapat digunakan untuk memacu penguasaan konsep akademik.‟ Dengan pendekatan pembelajaran terpadu, maka penyajian pengalaman gerak dalam pendidikan jasmani memacu peningkatan prestasi belajar siswa.

Senada dengan pernyataan diatas, Ibrahim (2003:7) menyatakan bahwa :

Melalui pengajaran penjas dan olahraga yang bermutu, pada dasarnya tidak hanya dapat mengembangkan aspek fisik, keterampilan dan kebugaran jasmani semata, tetapi lebih jauh dari itu juga dapat mengembangkan aspek-aspek lain yang amat penting dari peserta didik atau santri sebagai seorang manusia seutuhnya, seperti aspek pengetahuan, penalaran, intelektual, emosional, perilaku sosial dan moral serta aspek lainnya yang membuat kepribadian seseorang menjadi tangguh sepanjang hayat.

Berdasarkan fakta tersebut, pada penelitian ini penyusun bermaksud untuk meneliti tentang perbedaan pengaruh line dance dengan ansa cha-cha terhadap pemahaman gerak dan kemampuan kardiovaskular siswa.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

(14)

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari line dance terhadap pemahaman gerak siswa?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari line dance terhadap kemampuan kardiovaskular siswa?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari dansa cha-cha terhadap pemahaman gerak siswa?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari dansa cha-cha terhadap terhadap kemampuan kardiovaskular?

5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara line dance dengan dansa cha-cha terhadap pemahaman gerak?

6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara line dance dengan dansa cha-cha terhadap kemampua kardiovaskular ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis menetapkan tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari Line dance terhadap pemahaman gerak siswa.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari line dance terhadap kemampuan kardiovaskular siswa.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari dansa cha-cha terhadap pemahaman gerak siswa.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari dansa cha-cha terhadap kemampuan kardiovaskular.

5. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara line dance dengan dansa cha-cha terhadap pemahaman gerak.

(15)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya.

1. Dapat memperoleh data mengenai perbedaan pengaruh line dance dengan dansa cha-cha terhadap pemahaman gerak dan kemampuan kardiovaskular. 2. Dapat diketahui hasil mengenai jenis latihan yang dapat meningkatkan

pemahaman gerak dan kemampuan kardiovaskular yang lebih tinggi terutama dalam pendidikan jasmani.

E. Batasan Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian, diperlukan adanya batasan penelitian agar permasalahan yang dibahas tidak menyimpang dari pembahasan. Dalam penelitian ini, batasan penelitiannya yaitu :

1. Ruang lingkup penelitian ini hanya pada perbedaan pengaruh line dance dan dansa cha-cha terhadap pemahaman gerak dan kemampuan kardiovaskular siswa.

2. Metode penelian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen.

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode agar penelitian berjalan

dengan baik. “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.” Sugiyono (2012:1). Untuk itu perlu dipilih secara cermat metode yang akan dipakai dalam suatu penelitian. Metode adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan, sedangkan tujuan dari penelitian adalah mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara – cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Lebih lanjut Surakhmad (1998:131) dalam Hidayatiningsih (2011:48) menjelaskan bahwa :

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik dan alat – alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajaran ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Pengertian metode eksperimen dijelaskan oleh Surahmad (1990) dalam Sabran

(2011:43) yaitu : „eksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil.‟ Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa penelitian eksperimen yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Sugiyono juga menjelaskan bahwa “ penelitian dengan pendekatan eksperimen, adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi

yang terkontrol secara ketat.”

(17)

coba, juga untuk mengetahui perbedaan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti. Seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (2006:4) bahwa :

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan kausal antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi, atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu.

Metode eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal, masalah atau variabel untuk mendapatkan hasil. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel bebas dan dua variabel terikat. Sugiyono (2009) menjelaskan mengenai variabel penelitian yaitu :

1. Variabel bebas (independen ) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat

2. Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dua variabel bebas yang akan dicobakan kepada sampel yaitu line dance dan dansa cha-cha, sedangkan dua variabel terikatnya adalah kemampuan kardiovaskular dan pemahaman gerak.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam suatu penelitian, diperlukan adanya populasi yang akan menjadi objek uji coba permasalahan yang akan diteliti. Pengertian populasi dijelaskan oleh

Sugiyono (2012: 90) sebagai berikut : “Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas : objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.” Riduwan dan Akdon (2010:237) juga menjelaskan mengenai populasi yaitu sebagai berikut : “populasi adalah wilayah

(18)

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peeliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.” Berdasarkan beberapa pendapat diatas,

penulis memilih populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tempuran yang berjumlah 160 siswa.

2. Sampel

Penelitian terhadap populasi dengan jumlah yang besar namun terkendala biaya waktu dan sebagainya maka bisa dilakukan pengambilan sampel. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2012:91) bahwa :

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, peneliti dapat menggunakan sampel pada populasi itu.

Sampel harus mewakili karekteristik populasi tersebut. Sudjana (2005:6)

mejelaskan bahwa : “sampel itu harus representatif, dalam arti segala karakteristik

populasi hendaknya tercerminkan pula dalam sampel yang diambil.” Kemudian

Arikunto (1992:104) menjelaskan bahwa : “jika kita hanya meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.” Penarikan sampel

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik nonprobability sampling, mengenai teknik nonprobability sampling. Ada beberapa jenis teknik penarikan sampel dalam teknik nonprobabilita ini, yang akan penulis ambil dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel purposif. Menurut Sugiyono

(2009:85) “sampel purposif adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu.” Sedangkan untuk penentuan jumlah sampel yang akan diambil dalam

penelitian ini penulis mengacu pada pendapat Arikunto (1992:107) yaitu sebagai

berikut :” untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 –

25% atau lebih.” Kemudian Nasution (2003) dalam Riduwan dan Akdon

(19)

besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain

penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.‟

Berdasarkan paparan diatas penulis menyimpulkan sampel yang akan diambil adalah sebanyak 15% dari jumlah populasi yaitu menjadi 24 orang, hal ini dikarenakan populasinya kurang dari 100, yang kemudian dari sampel tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, 12 orang untuk kelompok Line dance dan 12 orang untuk kelompok Cha-cha.

C. Langkah – langkah Penelitian dan Desain Penelitian 1. Langkah – langkah Penelitian

Gay (1996:91-98) yang dikutip oleh Herdiana (2009) dan Rahmawati

(2013:44) menjelaskan bahwa : „umumnya langkah penelitian diawali dengan

proses penelusuran masalah, penelusuran data dan teori, perumusan hipotesis, penentuan metode penelitian, analisis dan interpretasi data, penarikan kesimpulan,

implikasi dan saran.‟

Adapun langkah – langkah yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menentukan populasi dan sampel

b. Melakukan tes awal (Pre-Test) kemampuan kardiovaskular dana pemahaman gerak kepada sampel

c. Memberikan perlakuan/treatment kepada sampel, kelompok A diberikan perlakuan Line dance, kelompok B diberikan perlakuan Dansa cha-cha. d. Melakukan tes akhir (Post-Test) kemampuan kardiovaskular dan pemahaman

gerak setelah diberikan perlakuan.

e. Menghitung perbedaan perubahan hasil antara kelompok A dan kelompok B f. Memakai pengujian hipotesis apakah perbedaan tersebut cukup berarti

menerima hipotesis yang diajukan dalam penelitian atau sebaliknya.

(20)

Gambar 3.1

Langkah-langkah penelitian POPULASI

SAMPEL

TES AWAL KEMAMPUAN KARDIOVASKULAR

TES AWAL PEMAHAMAN GERAK

KELOMPOK A

LINE DANCE

KELOMPOK B

DANSA CHA-CHA

TES AKHIR KEMAMPUAN KARDIOVASKULAR

TES AKHIR PEMAHAMAN GERAK

PENGOLAHAN DATA

(21)

D. Desain Penelitian

Untuk mempermudah suatu penelitan, diperlukan desain penelitian yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan variabel yang terkandung didalam penelitian dan hipotesis penelitian ini. Metode penelitian eksperimen mempunyai berbagai desain eksperimen. Penggunaan desain tersebut disesuaikan dengan aspek yang akan diteliti serta pokok permasalahan yang ingin diungkapkan. Nasution (2004:40) dalam Rahmawati (2013:43) memaparkan mengenai desain eksperimen

yaitu sebagai berikut : „ desain penelitian merupakan suatu rencana tentang cara

mengumpulkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.‟ Melihat

dari permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan desain penelitian pre-test post-test control group design sebagai desain penelitian. Dalam desain penelitian ini sampel diperoleh secara acak dari populasi. Setelah sampel terkumpul kemudian diadakan pre-test (tes awal). Tes awal ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan kardiovaskular serta pemahaman gerak awal sampel sebelum diberikan perlakuan. Sampel kemudian dibagi menjadi dua yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A adalah sampel yang akan diberikan perlakuan line dance yang kemudian disebut kelompok eksperimen 1, sedangkan kelompok B adalah sampel yang akan diberikan perlakuan dansa cha-cha yang kemudian disebut kelompok eksperimen 2. Kemudian setiap kelompok diberikan perlakuan atau treatment sesuai dengan kelompoknya masing – masing selama 12 kali pertemuan (dua hari sekali). Setelah masa perlakuan berakhir maka dilakukan post test (tes akhir). Setelah data tes awal dan tes akhir terkumpul maka data – data tersebut diolah.

(22)

Gambar 3.2 Desain penelitian Keterangan :

A = Kelompok eksperimen 1 B = Kelompok eksperimen 2

X1 = Tes awal kemampuan kardiovaskular X2 = Tes awal pemahaman gerak

O1 = Perlakuan line dance O2 = Perlakuan dansa cha-cha

Y1 = Tes akhir kemampuan kardiovaskular Y2 = tes akhir pemahaman gerak

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data hasil dari penelitian maka diperlukan instrumen penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes. Mengenai

pengertian tes, Nurhasan dalam Nurlatipah (2012:54) menjelaskan bahwa „tes

merupakan suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang

objektif.‟ Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan

kardiovaskular dengan menggunakan Multistage-Fitness Test (MFT Test) atau bleep test dan tes pemahaman gerak melalui Kuesioner.

A X1 O1 Y1

X2 O1 Y2

B X1 O2 Y1

(23)

1. Tes Kemampuan Kardiovaskular

Ada banyak tes yang dapat dilakukan untuk mengukur kebugaran jasmani khususnya menyangkut kemampuan kardiovaskular, diantaranya adalah Cooper Test, Harvard Step Test, Multi-Stage Fitness Test atau Bleep Test dan sebagainya.

Dalam penelitian ini jenis tes yang digunakan adalah Multi-Stage Fitness Test atau Bleep Test.

a. Perlengkapan Tes

Gambar 3.3 Lintasan lari MFT Test

1) Lintasan tes dapat berupa halaman, lapangan olahraga atau tanah datar yang tidak licin sepanjang 20 meter.

2) Pengeras suara dan tape recorder. 3) Kaset atau CD berisi panduan tes MFT. b. Persiapan Pelaksanaan Tes

1) Ukur panjang lintasan lari adalah 20 meter dan beri tanda di kedua ujungnya. 2) Pastikan kaset atau CD yang berisi panduan tes MFT telah diseting dengan

benar.

3) Sebelum melakukan tes jangan makan selama dua jam sebelum mengikuti tes, pakai pakaian olahraga dan sepatu olahraga yang tidak licin.

4) Melakukan peregangan terutama untuk otot-otot tungkai sebelum melaksanakan tes. Disarankan juga untuk melakukan pemanasan secara umum sehingga secara fisik dan mental siap melakukan tes.

5) Setelah melakukan tes lakukan pendinginan dengan melakukan peregangan. c. Pelaksanaan Tes

1) Hidupkan tape recorder yang berisi kaset atau CD panduan tes MFT mulai dari awal lalu ikuti petunjuknya.

(24)

3) Selanjutnya terdengan penjelasan ringkas mengenai pelaksanaan tes yang mengantarkan pada perhitungan mundur selama lima detik menjelang dimulainya tes.

4) Setelah itu akan keluar sinyal tut pada beberapa interval yang teratur.

5) Peserta tes diharapkan berusaha agar dapat sampai ke ujung yang berlawanan bertepatan dengan sinyal tut yang pertama berbunyi, untuk kemudian berbalik dan berlari ke arah yang berlawanan.

6) Setiap kali sinyal tut berbunyi peserta tes harus sudah sampai di salah satu ujung lintasan lari yang di tempuhnya.

7) Selanjutnya interval satu menit akan berkurang sehingga untuk menyelesaikan level selanjutnya peserta tes harus berlari lebih cepat.

8) Setiap kali peserta tes menyelesaikan jarak 20 meter, posisi salah satu kaki harus tepat menginjak atau melewati batas 20 meter, selanjutnya berbalik dan menunggu sinyal berikutnya untuk melanjutkan lari ke arah berlawanan. 9) Setiap peserta tes harus berusaha bertahan selama mungkin, sesuai dengan

kecepatan yang telah diatur. Jika peserta tes tidak mampu berlari mengikuti kecepatan tersebut maka peserta harus berhenti atau dihentikan dengan ketentuan :

10) Jika peserta tes gagal mencapai dua langkah atau lebih dari garis batas 20 meter setelah sinyal tut berbunyi, pengetes memberi toleransi 1 x 20 meter, untuk memberi kesempatan peserta tes menyesuaikan kecepatannya.

11) Jika pada masa toleransi itu peserta tes gagal menyesuaikan kecepatannya, maka dia dihentikan dari kegiatan tes.

(25)

d. Normatif data untuk MFT atau Bleep Test Tabel 3.1

Tabel normatif data untuk MFT atau Bleep test 1) Laki-laki

Usia Unggul Di atas

rata-rata Rata-rata

Di bawah

rata-rata Miskin 14 – 16 L12 S7 S2 L11 L8 S9 L7 S1 <L6 S6 17 – 20 L12 S12 L11 S6 S2 L9 L7 S6 <L7 S3 21 – 30 L12 S12 L11 S7 L9 S3 L7 S8 <L7 S5 31 – 40 L11 S7 L10 S4 L6 S10 L6 S7 <L6 S4 41 – 50 L10 S4 L9 S4 L6 S9 L5 S9 <L5 S2

2) Perempuan

Usia Unggul Di atas

rata-rata Rata-rata

Di bawah

rata-rata Miskin 14 – 16 L10 S9 L9 S1 L6 S7 L5 S1 <L4 S7 17 – 20 L10 S11 L9 S3 L6 S8 L5 S2 <L4 S9 21 – 30 L10 S8 S2 L9 L6 S6 L5 S1 <L4 S9 31 – 40 L10 S4 L8 S7 L6 S3 L4 S6 <L4 S5 41 – 50 L9 S9 S2 L7 L5 S7 S2 L4 <L4 S1

e. Format Penilaian MFT tes atau bleep test

Tabel 3.2

Format penilaian MFT atau Bleep Test

Usia :

Waktu Pelaksanaan

Tes :

(26)

ke : ………. Ke : ………

2. Penilaian Pemahaman gerak menggunakan kuesioner (angket).

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data untuk yang akan dilakukan pemahaman gerak adalah dengan menggunakan kuesioner. Sugiyono (2009 : 142)

menjelaskan bahwa : “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

(27)

kepada responden untuk dijawabnya.” Lebih lanjut Arikunto (2006:151) menjelaskan “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dri responden dalam arti laporan pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.”

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa soal atau kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang sudah disediakan peneliti untuk diisi oleh responden. Responden dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Tempuran. Dalam penyusunan butir – butir pertanyaan kuesioner penulis berpedoman pada penjelasan Surakhand (1990:184) yaitu sebagai berikut :

a. Rumusan setiap pertanyaan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya. b. Mengajukan pertanyaan yang memang dapat dijawab oleh responden,

pertanyaan mana yang tidak menimbulkan kesan agresif. c. Sifat pertanyaan harus netral dan objektif

d. Mengajukan pertanyaan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.

e. Keseluruhan pertanyaan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang khusus kita hadapi.

Kemudian secara lebih jelas mengenai kisi-kisi instrumen pemahaman diungkapkan dalam taksonomi Bloom. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu domain kognitif yang didalamnya terdapat pemahaman. Dari paparan diatas penulis membuat butir – butir petanyaan secara ringkas, jelas dan tegas. Untuk memperoleh data tersebut, penulis terlebih dahulu membuat kisi-kisi angket penelitian pada tabel 3.3 sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kisi- kisi Angket penelitian tes pengetahuan mengenai pemahaman Line dance dan Dansa cha-cha

(28)

pembahasan Soal kemudahan

(29)
(30)

terjadi pada saat praktek

Dari kisi-kisi kuesioner yang telah dibuat, maka disusunlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada sampel. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan bentuk pilihan ganda

dengan empat alternatif jawaban. Menurut Arikunto (2006:152) “kuesioner

tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden

tinggal memilih.”

F. Uji Instrumen Penelitian

Setelah penyusunan butir-butir pertanyaan kuesioner, kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing , tujuannya untuk memperoleh masukan apakan kuesioner tersebut sudah memenuhi syarat dan sudah menggambarkan apa yang menjadi tujuan penelitian, atau masih harus ada perbaikan. Berdasarkan persetujuan dari dosen pembimbing kemudian penulis mengadakan uji coba angket. Hal ini sesuai dengan pendapat Faisal (1988:38) dalam Rahmawati (2013:48) yang memaparkan bahwa :

Setelah angket disusun, lazimnya tak langsung disebarkan untuk penggunaan sesungguhnya (tak langsung dipakai dalam pengumpulan data yang sebenarnya). Sebelum pemakaian yang sesungguhnya, sangat mutlak adanya uji coba angket terlebih dahulu, yaitu uji coba terhadap isi, bahasa, maupun redaksi dari kuesioner yang telah disusun.

Arikunto menjelaskan mengenai instrumen sebagai berikut : “instrumen yang telah yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel.” Dari

(31)

kuesioner sebelum pada penyebaran yang sebenarnya. Selanjutnya dilakukan pengujian validitas dan reliabilitasnya.

1. Analisis validitas instrumen

Menurut Sugiyono (2009:121) “hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada objek yang diteliti.” Pengujian validitas suatu instrumen sangat penting, hal

tersebut dikarenakan instrumen yang memiliki tingkat validitas yang tinggi dapat mengukur apa yang akan diukur dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhasan (2000:23) dalam Rahmawati (2013:49) yang menyatakan

bahwa : „Suatu tes dikatakan sahih apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur.‟

Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisis validitas internal dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Arikunto (1992:136) yaitu sebagai berikut : a. Memberi skor pada masing-masing pertanyaan seuai dengan jawaban. b. Menjumlahkan seluruh skor yang merupakan skor total setiap responden. c. Menyusun skor dari skor yang didapat secara keseluruhan dari yang

tertinggi sampai yang terendah dari setiap responden.

d. Membagi dua soal kedalam kelompok ganjil dan kelompok genap

e. Mencari nilai rata-rata setiap butir pertanyaan , baik kelompok ganjil maupun kelompok genap. Rumus yang digunakan dari Sudjana (1992:67) yaitu sebagai berikut :

̅ ∑

Keterangan :

̅ : rata-rata suatu kelompok n : Jumlah sampel

Xi : Nilai data

(32)

f. Mencari simpangan baku (S) tiap butir pertanyaan, baik kelompok atas maupun kelompok bawah, dengan rumus dari Sudjana (1992:93) sebagai berikut :

√∑ ̅

Keterangan :

S = simpangan baku

X = skor yang dicapai seseorang ̅ = nilai rata-rata

n = jumlah sampel

g. Mencari varians (s2) melalui rumus :

s2 ∑ ∑

Keterangan :

S2 = varians yang dicari N = jumlah sampel

X = skor yang diperoleh seseorang

h. Mencari t hitung setiap butir pertanyaan, baik kelompok atas maupun kelompok bawah dengan rumus :

t = ̅ ̅

Keterangan :

(33)

s22 = varians kelompok bawah N = jumlah orang

j. Menentukan nilai t tabel pada tingkat kepercayaan ( = 0,5 atau 95% dan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2 = 12 + 12-2 =22 atau nilai t tabelnya adalah (0,444)

k. Mengkosulasikan nilai t hitung dengan nilai t tabel (0,444). Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka butir pertanyaan tersebut valid, artinya butir pertanyaan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Jika sebaliknya nilai t hitung lebih kecil dari t tabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid artinya pertanyaan tersebut tidak dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

2. Analisis Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen yang digunakan adalah Internal Consistency dengan metode tes belah dua (Split Half Test).

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. membagi butir pertanyaan yang valid menjadi dua bagian berdasarkan jumlah skor ganjil dan skor genap. Kelompok jumlah skor ganjil sebagai variabel X dan jumlah skor genap sebagai variabel Y.

b. Mengkorelasikan skor total variabel X dengan skor total variabel Y dengan rumus teknik korelasi product moment, yaitu sebagai berikut :

rxy = ∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi yang dicari N = Jumlah butir pertanyaan X = skor X

Y = skor Y

(34)

G. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes awal kepada sampel, kemudian sampel tersebut diberikan treatment, pada akhir masa pemberian treatment tersebut, dilakukan tes akhir untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing treatment. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Tes awal

Seluruh sampel dikumpulkan untuk dilakukan pengambilan data untuk tes awal yaitu tes pemahaman gerak dan tes kemampan kardiovaskular. Yang pertama dilakukan adalah tes pemahaman gerak alasannya karena kondisi sampel masih dalam keadaan segar, jika tes pemahaman gerak dilaukan setelah tes kemampuan kardiovaskular maka hasilnya kurang maksimal karena dalam mengerjakan soal yang diberikan, sampel sudah dalam keadaan lelah. Setelah dilaksanakan tes pemahaman gerak barulah dilaksanakan tes kemampuan kardiovaskular dengan menggunakan Bleep Test.

2. Pemberian Perlakuan / pelaksanaan latihan

Pemberian perlakuan pada sampel yaitu sebanyak 3 kali dalam seminggu selama satu bulan, dilaksanakan pada hari selasa, rabu dan jumat. Hal ini berdasarkan pendapat Bompa (1991:86) dalam Indralestari (2012:31) yang

menyatakan bahwa :‟siswa (atlet) berlatih 3 kali seminggu, tergantung dari tingkat keterlibatannya dalam olahraga.‟ Waktu pemberian treatment untuk kelompok A dan kelompok B dilakukan terpisah. Adapun langkah pemberian perlakuan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kelompok A (Line Dance)

Tabel 3.4

Rencana Pelaksanaan Penelitian Line Dance PERTEMUAN

(35)

1 – 3 (Minggu ke-1)

Senin, Rabu,

Jum‟at

1. Pemanasan : statis dan dinamis

2. Inti : melakukan latihan line dance “cha basic”

1. Pemanasan : statis dan dinamis

2. Inti : melakukan latihan line dance pengulangan “

1. Pemanasan : statis dan dinamis

2. Inti : melakukan latihan pengulangan line dance

“cha basic”, “mustang sally”

dan latihan line dance “let‟s

get loud”

1. Pemanasan : statis dan dinamis

(36)

“get down get funky”

3. Penutup : pendinginan dan evaluasi

5 menit

b. Kelompok B (Dansa Cha-cha)

Tabel 3.5

Rencana Pelaksanaan Penelitian Dansa Cha-cha PERTEMUAN

1. Pemanasan : statis dan dinamis

2. Inti : melakukan latihan dansa cha-cha dasar yang dilakukan sendiri-sendiri. 3. Penutup : pendinginan dan

evaluasi

1. Pemanasan : statis dan dinamis

2. Inti : melakukan latihan dansa cha-cha dasar yang dilakukan berpasangan. 3. Penutup : pendinginan dan

evaluasi

1. Pemanasan : statis dan dinamis

2. Inti : melakukan latihan dansa cha-cha dasar yang dilakukan sendiri – sendiri

5 menit

(37)

dan berpasangan.

3. Penutup : pendinginan dan evaluasi

1. Pemanasan : statis dan dinamis

2. Inti : melakukan latihan dansa cha-cha dasar yang dilakukan sendiri – sendiri dan berpasangan .

Setelah masing-masing sampel diberikan perlakuan selama 1 bulan sesuai dengan kelompoknya, maka dilakukan tes akhir pemahaman gerak dan kemampuan kardiovaskular yang sama dengan yang dilakukan pada tes awal.

H. Teknik Analisis Data

Setelah data test terkumpul maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menghitung rata-rata dan simpangan baku

a. Mencari nilai rata – rata (x ) dengan rumus sebagai berikut :

b. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus :

√∑

(38)

S = Simpangan baku

∑ = jumlah

Xi = Nilai data mentah x = rata rata yang dicari n = jumlah sampel

2. Menguji homogenitas dua variansi

F =

a. Menentukan F dari tabel dengan taraf nyata 0,05 b. Menentukan homogenitasnya dengan criteria :

Apabila Fhitung < Ftabel, maka kedua varian homogen. Apabila Fhitung > Ftabel, maka kedua varian tidak homogen.

3. Menguji normalitas data dengan menggunakan uji kenormalan liliefors. prosedurnya adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan X1, X2,X3,……….Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,Z3,……..Zn dengan menggunakan rumus :

Z1 =

(x dan s masing-masing adalah rata-rata dan simpangan baku dari sampel)

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung peluang F(Z1)=P (ZZ1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi z1,z2, …..zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. jika proporsi ini dinyatakan S(zi), maka :

S(zi) = ∑

d. Menghitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga paling besar diantara harga – harga mutlak selisih tersebut. Harga terbesar ini disebut Lo.

(39)

g. Bandingkan nilai L tersebut dengan Lo untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesisnya dengan criteria :

Terima Ho jika Lo < Lα = Normal Tolak Ho jika Lo > Lα = Tidak Normal

a. Menguji kesamaan dua rata – rata

Pengujian signifikansi peningkatan kemampuan kardiovaskular menggunakan uji t menggunakan rumus sebagai berikut :

Sebelum uji t, terlebih dahulu dicari variansi gabungan (S2) melalui rumus sebagai berikut :

S2 =

Keterangan :

t = nilai yang dicari (thitung) S2 = Simpangan baku gabungan n1 = jumlah sampel kelompok 1 n2 = jumlah sampel kelompok 2 x 1 = rata – rata kelompok 1 x 2 = rata – rata kelompok 2 S12 = Variansi kelompok 1 S22 = Variansi kelompok 2

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan dan analisis data melalui prosedur statistika, penulis mengambil keputusan sebagai hasil dari proses penelitian ini adalah:

1. Line dance memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman gerak siswa.

2. Line dance tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

pemahaman gerak siswa.

3. Dansa cha-cha memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman gerak siswa.

4. Dansa cha-cha tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan kardiovaskular siswa.

5. Tidak terdapat perbedaan yang signnifikan antara line dance dengan dansa cha-cha terhadap pemahaman gerak.

6. Tidak terdapat perbedaan yang signnifikan antara line dance dengan dansa cha-cha terhadap pemahaman gerak.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang menerangkan bahwa:

1. Bagi seluruh guru baik itu pengajar guru penjas, dan pembaca pada umumnya agar mencoba menerapkan line dance dan dansa cha-cha pada materi aktivitas ritmik. karena terdapat pengaruh yang signifikan terhadap keseimbangan siswa.

(41)

perlakuan yang dijadikan sebagai media pembelajaran dibuat dan disajikan secara baik sehingga mudah diterima dan diserap oleh siswa.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar,Bambang.2010.Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani.Bandung:Rizqi press.

Anggaran Dasar The Universal Line Dance 2005

P,Sutopo dkk. Materi Pokok Pendidikan Permainan Anak dan Aktivitas Ritmik. Arikunto, Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Edisi

Revisi VI.Jakarta.Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:Rineka Cipta. Giriwijoyo,H.Y.S Santoso.Ilmu Faal Olahraga.Bandung.FPOK-UPI.

Giriwijoyo,Y.S Santoso.2005.Manusia dan Olahraga.Bandung.ITB.

Mahendra,Agus.Modul Senam Artistik Teori dan Pembelajaran Senam.Bandung:FPOK UPI.

Prasetyo, Bambang. Miftahul Jannah,Lina.2005.Metode Penelitian Kuantitatif.Jakarta:Rajawali Pers.

Rahmawati, Puji.2013.Pengaruh Senam Otak terhadap Pemahaman Bermain Hoki.Bandung.Tidak Diterbitkan.

Riduwan.Akdon.2010.Rumus dan Data dalam Analisis Statistika.Bandung:Alfabeta.

Roesli,Kania.Kamus Sederhana Terminologi Line Dance.

Rudyana.2011.Model Pendekatan Bermain dalam Upaya Meningkatkan Kebugaran Jasmani.Bandung:Tidak Diterbitkan.

Said,Hasan.1980.Erobika (kegiatan sehari-hari untuk kesehatan).Jakarta:Balai Pustaka.

Setyosari,Punaji.2010.Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.Jakarta.Kencana Perdana Media Group.

Sharkley J,Brian.2011.Fitness and Health (Kebugaran dan Kesehatan).Jakarta.Rajawali Grafindo Persada.

(43)

Sugiyono.2009.Metode Penelitan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Susilo, M.Joko.2012.Kurikulum Tigkat Satuan Pendidikan (manajemen pelaksanaan dan kesiapan sekolah menyongsongnya).Yogyakarta.Pustaka Pelajar.

Tarigan,Beltasar.2012.Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Faal Olahraga.Bandung.FPOK UPI Bandung.

Taurusia.2010.Pengaruh Senam aerobik dan permainan bola basket terhadap kebugaran jasmani, konsentrasi dan prestasi akademik.Bandung.Tidak Diterbitkan.

Tristyanto,Budhi.2010.Perbedaan Banyaknya Waktu Luang,Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Kebugaran Jasmani Antara Anak-Anak Usia Sekolah Dasar Suku Baduy dan Kota Serang.Bandung.Tidak Diterbitkan.

Ward, Jeremy.Clark,Robert dan Linden,Roger.2009.at a Glance Fisiologi.Jakarta.Erlangga.

http://artikelpenjas.blogspot.com/2011/12/pengertian-senam.html

http://id.wikipedia.org/wiki/

http://herliessa.blogspot.com/

http://kholifahnurunjfe.blogspot.com/2012/11/sistem-pemberian-skor_29.html

http://mommiesdaily.com/2013/04/29/dansa-yok-dansa/

Gambar

Gambar 3.1 Langkah-langkah penelitian
Gambar 3.3 Lintasan lari MFT Test
Tabel  3.2 Format penilaian MFT atau Bleep Test
Kisi- kisi Angket penelitian tes pengetahuan  Tabel 3.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

UPZ hanya bertanggung jawab untuk menerima zakat yang dibayarkan oleh muzaki, kemudian zakat yang sudah terkumpul segera diserahkan kepada devisi pengumpulan BAZNAS, baik

Dari beberapa ulasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa bagi anak terdapat beberapa metode, yakni ceramah,

Tabel 4.33 Tingkat Ancaman dan Luas Wilayah Terancam Tsunami di Kecamatan Cipatujah Berdasarkan Hasil Overlay

Seseorang untuk dapat memiliki jiwa wirausaha tersebut harus ditanamkan bakat wirausaha sejak masih kecil, hal tersebut bertujuan agar pada waktu dewasa kedepannya

[r]

[r]

Puskesmas Talun Kenas merupakan salah satu Puskesmas PONED yang diintervensi oleh program EMAS yang memiliki tingkat rujukan cukup tinggi pada tahun 2012 yaitu 113 orang dari 640

Latar Belakang: Teh hitam adalah jenis teh paling sering diminum di Indonesia. Teh hitam mengandung senyawa yang dapat mencegah timbulnya penyakit gigi dan mulut dengan