PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PADA KONSEP
MAKANAN DAN KESEHATAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Jurusan Pendidikan Biologi
Oleh:
Rustinah Rahmawati
060766
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
RUSTINAH RAHMAWATI
PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PADA KONSEP
MAKANAN DAN KESEHATAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Mimin Nurjhani K, M.Pd NIP. 196509291991012001
Pembimbing II
Hj. Tina Safaria, M.Si NIP. 19730317200122002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Konsep Makanan dan Kesehatan ” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan,
PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PADA KONSEP
MAKANAN DAN KESEHATAN
Oleh
Rustinah Rahmawati 060766
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
© Rustinah Rahmawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Konsep Makanan dan Kesehatan”.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep makanan dan kesehatan. Penelitian ini dilakukan di SMP Al-Azhar 7 kota Sukabumi 2012/2013. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan praktikum. Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini diukur dari tes yang dikembangkan berdasarkan 5 indikator kemampuan berpikir kritis. Jumlah item tes yang diujikan berjumlah 11 soal berbentuk soal uraian diberikan sebanyak 1 kali setelah pembelajaran. Respon setelah pembelajaran dijaring dengan menggunakan angket. Data perolehan siswa kemudian di persentasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa SMP pada konsep makanan dan kesehatan secara umum berada pada kategori cukup (66,7%). Siswa dan guru memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran yang dilakukan.
DAFTAR ISI
B. Model Pembelajaran Konvensional ... 10
C. Makanan dan Kesehatan ... 13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32
B. Pembahasan ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 47
LAMPIRAN ... 51
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Unsur-unsur Kemampuan Berpikir Kritis ... 5
2.2 Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (1985) ... 7
3.1 Analisis Instrumen Essay ... 27
3.2 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ... 28
3.3 Klasifikasi Kualitas Butir Soal ... 28
3.4 Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... 29
3.5 Kategori Hasil Persentase Angket ... 29
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berpikir
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 51
A.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 71
B. Instrumen Penelitian B.1 Kisi-kisi dan Kriteria Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 80
B.2 Naskah Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 92
B.3 Kisi-kisi Angket Siswa ... 96
B.4 Angket Siswa ... 97
B.5 Kisi-kisi Wawancara Guru ... 98
B.6 Pedoman Wawancara Guru ... 99
C. Analisis Data hasil Uji Coba C.1 Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... .... 100
C.2 Uji Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 101
C.3 Uji Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 103
C.4 Uji Tingkat Kesukaran Soal tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa .... 104
C.5 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 105
D. Data dan Pengolahan Hasil Penelitian D.1 Data Kemampuan Berpikir Kritis ... 106
D.2 Data Angket Tanggapan Siswa ... 108
D.3 Data Wawancara Guru ... 110
E. Dokumentasi Penelitian ... 111
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran di sekolah saat ini merujuk kepada Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar IPA dalam KTSP belum cukup memfasilitasi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga pengembangan kemampuan belum terlalu signifikan. Siswa kurang termotivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Martini (2008) dan Asikin (2006) yang menunjukkan hasil bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih berada pada kategori sedang dan rendah.
IPA sebagai salah satu mata pelajaran sains menghendaki kegiatan pembelajaraan yang memposisikan guru sebagai fasilitator, bukan hanya sebagai pemberi informasi bagi siswa. Proses pembelajaran didalam kelas seharusnya dapat mengarahkan siswa agar terbiasa untuk berpikir. Pembelajaran IPA yang diuraikan diatas belum mampu terwujud dalam proses pembelajaran saat ini. Proses yang dilakukan di dalam kelas masih banyak diarahkan untuk menghafal informasi dan kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa (Sanjaya, 2008).
Berdasarkan uraian diatas , proses pembelajaran yang dilakukan dikelas seharusnya dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa pada taraf yang lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menghafal saja. Hafalan sebenarnya merupakan taraf terendah dari kemampuan berpikir diatas hafalan terdapat kemampuan berpikir dengan taraf tertinggi yaitu memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta (Bloom dan Tatang, 2010).
2
Manusia dikaruniai akal dan pikiran oleh Allah SWT untuk berpikir dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Presseisen (Costa, 1985) membagi tingkatan berpikir pada seorang individu menjadi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Lebih lanjut lagi dikemukakan bahwa keterampilan berpikir dasar meliputi kualifikasi, klasifikasi, hubungan variabel, transformasi, dan hubungan sebab akibat. Sedangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi problem solving, pengambilan keputusan, berpikir kritis dan kreatif.
Pemilihan konsep mengenai makanan dan kesehatan terutama dalam hal penyusunan pola menu seimbang didasarkan pada masih rendahnya penelitian yang memunculkan konsep tersebut. Konsep makanan dan kesehatan ini erat sekali kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Kebiasaan makan yang diperoleh pada masa remaja akan berdampak pada kehidupan selanjutnya. Begitupun siswa-siswa SMP yang masih tergolong ke dalam masa remaja. Pada usianya yang memasuki masa remaja, siswa-siswa SMP mudah terpengaruh oleh lingkungan disekitarnya. Mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend yang sedang berkembang di masyarakat khususnya dalam hal makanan modern (Thyana, 2002). Sehingga, seseorang lebih cenderung merubah pola makannya sendiri sesuai perkembangan zamannya tanpa mempertimbangkan kualitas dari makanan tersebut. Kualitas makanan yang baik dan memenuhi standar gizi yang diperlukan tubuh. Makanan yang mengandung gizi yang seimbang seharusnya menjadi makanan yang dikonsumsi, karena tubuh memerlukannya (Andini, 2009).
3
Pembelajaran konvensional diharapkan dapat membantu siswa agar terlatih berpikir kritis. Hal ini dengan melihat kenyataan bahwa dalam berbagai penelitian, pembelajaran yang digunakan untuk melatih siswa berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran berbasis masalah atau kontekstual. Melihat kenyataan tersebut, menjadikan suatu hal yang penting bagi peneliti ketika dalam pembelajaran yang bersifat konvensional siswa dilatih untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis khususnya pada konsep makanan dan kesehatan. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian yang berjudul “Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Konsep Makanan dan Kesehatan”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP pada konsep Makanan dan Kesehatan ?”
Untuk memperjelas rumusan masalah , permasalahan tersebut dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa setelah melakukan pembelajaran pada konsep makanan dan kesehatan?
2.Bagaimanakah tanggapan siswa tentang pembelajaran yang dilakukan untuk melatih kemampuan berpikir kritis pada konsep makanan dan kesehatan ? 3.Bagaimanakah tanggapan guru tentang pembelajaran yang melatih
kemampuan berpikir siswa pada konsep makanan dan kesehatan?
C.Batasan Masalah
Untuk menghindari permasalahan yang meluas, maka masalah penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kritis yang dijaring meliputi: memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lebih lanjut, dan mengatur strategi dan teknik.
4
3. Materi yang menjadi pokok bahasan pada penelitian ini meliputi makanan dan kesehatan
D.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang profil kemampuan berpikir kritis siswa SMP pada konsep makanan dan kesehatan dalam penyusunan pola menu seimbang.
E. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, diantaranya :
1. Bagi Siswa
a. Memberikan bekal pengetahuan kepada siswa dalam memilih makanan dan menyusun menu makanan seimbang.
b. Membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan makanan dan kesehatan.
2. Bagi Guru
a. Memberikan informasi mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dalam konsep makanan dan kesehatan melalui pembelajaran konvensional.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di salah satu SMP Swasta di Sukabumi. Subjek penelitian adalah satu kelas VIII semester 1 tahun ajaran 2012/2013 yang Kelas yang digunakan adalah kelas VIII C dengan jumlah murid sebanyak 25 orang yang terlibat dalam penelitian.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan (Arikunto, 2007). Hasil penelitian hanya mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan (Sudjana dan Ibrahim, 2009;Sugiyono, 2010).
C. Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian ini. Istilah yang dianggap penting dalam penelitian ini antara lain:
1. Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir siswa dalam bentuk persentase indikator kemampuan berpikir kritis yang terjaring melalui instrumen yang memuat lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok tersebut mengacu pada kelompok keterampilan berpikir menurut Ennis (1985). Profil hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel.
23
kritis dengan kemampuan mereka dalam memilih makanan yang baik sesuai standar kesehatan.
D. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini digunakan beberapa instrumen untuk memperoleh data yang diperlukan yaitu soal tes kemampuan berpikir kritis dan wawancara guru.
1. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Soal tes kemampuan berpikir kritis digunakan untuk menjaring kemampuan siswa melalui pembelajaran. Soal yang diberikan merupakan soal uraian yang termasuk soal kemampuan kognitif. Kisi-kisi instrumen soal mengacu pada indikator kemampuan berpikir kritis meliputi lima keterampilan berpikir (Lampiran B.1). Proses kognitif yang diukur adalah kemampuan berpikir kritis siswa untuk mengaplikasikan yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.
2. Angket digunakan sebagai data pendukung untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang bisa membangun kemampuan berpikir kritis siswa. Angket yang digunakan berupa isian “Ya” atau “Tidak”.
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap awal (Persiapan)
a. Melakukan studi pustaka mengenai teori yang melandasi penelitian. b. Melakukan telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang
dijadikan penelitian guna memperoleh data mengenai tujuan yang harus dicapai dari pembelajaran.
c. Menyusun rencana pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Rencana pembelajaran yang telah disusun dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
24
mengungkap kemampuan berpikir kritis siswa pada konsep makanan dan kesehatan.
e. Judgement dan konsultasi instrumen penelitian (soal tes kemampuan berpikir kritis siswa) kepada dosen ahli untuk meminta pertimbangan dalam hal ketepatan konsep.
f. Revisi instrument penelitian berdasarkan hasil judgement yang menyangkut penentuan kriteria jawaban soal dan revisi konsep yang dilakukan sesuai arahan judger.
g. Melakukan pembelajaran. Materi yang dipelajari yaitu mengenai sistem pencernaan makanan pada manusia fokus pada sub konsep makanan dan kesehatan.. Selama pembelajaran siswa duduk berkelompok yang disusun secara heterogen. Kelompok yang dibentuk akan terus digunakan sampai penelitian berakhir.
2. Tahap Inti (Pelaksanaan)
Pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran pada umumnya tanpa menggunakan pembelajaran dengan model atau metode khusus pada konsep makanan dan kesehatan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah di susun. Kemudian dilaksanakan tes akhir berupa pengerjaan soal kemampuan berpikir kritis oleh siswa dan wawancara kepada guru IPA yang mengajar di kelas penelitian.
3. Tahap Akhir (Analisis Data)
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan diantaranya: a. Mengolah data hasil penelitian.
b. Melakukan pembahasan hasil penelitian.
c. Melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.
25
F. Analisis Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan untuk menjaring kemampuan berpikir kritis siswa diujicobakan terlebih dahulu agar memiliki kualitas memadai. Dengan melakukan analisis terhadap soal dapat diperoleh informasi tentang baik buruknya soal tersebut sehingga dapat dilakukan perbaikan. 1. Validitas Tes
Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kashahihan suati instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2008). Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yng besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Sebuah item yang memiliki validitas tinggi memiliki skor yang sejajar dengan skor total. Kesejajaran itu dapat diartikan korelasi (Arikunto, 2008)
Pengujian dan pengolahan validitas soal dalam penelitian ini dilakuakn dengan bantuan software Anates versi 4.0.7 tahun 2004 yang dioperasikan dengan menggunakan komputer sistem Microsoft Windows
XP. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh kemudian diinterpretasikan
dengan tafsiran nilai pada Tabel 3.1. 2. Reliabilitas Tes
Reliabilitas berkaitan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2008).Pengujian dan pengolahan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakuakn dengan bantuan software Anates versi 4.0.7 tahun 2004 yang dioperasikan dengan menggunakan komputer sistem Microsoft
Windows XP.
26
kemudian diinterpretasikan dengan tafsiran nilai seperti yang tertera pada Tabel. 3.1.
3.Daya Pembeda
Daya pembeda soal merupakan kemampuan soal untuk membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya (Sudjana, 2009:141). Soal yang memperhatikan kualitas daya pembeda, jika diberikan kepada siswa yang mampu akan menunjukkan hasil yang sangat tinggi, sedangkan jika diberikan kepada siswa yang lemah maka akan menunjukkan hasil yang rendah .
Pengujian dan pengolahan daya pembeda dalam penelitian ini dilakuakn dengan bantuan software Anates versi 4.0.7 tahun 2004 yang dioperasikan dengan menggunakan komputer sistem Microsoft
Windows XP. Klasifikasi daya pembeda soal dapat dilihat pada tabel
3.1.
4. Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak tedak terlalu mudah atau terlalu susah. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (Arikunt, 2008). Soal yang terlalu mudah tidak menstimulus siswa untuk berusaha memecahkan masalah dalam soal.
27
Tabel 3.1 Analisis Instrumen Essay
Aspek Rumus Kriteria
Validitas Mean = rata-rata skor siswa
Skor Maksimum = Skor maksimum yang ada
28
Tabel 3.2 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen No
Soal
Reliabilitas Validitas Tingkat
Kesukaran
Berdasarkan tabel diatas, hasil dari uji coba menunjukkan kualitas dari setiap soal. Jika soal tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi, validitas yang cukup, tingkat kesukaran yang sedang, dan daya pembeda yang baik maka soal tersebut dapat digunakan. Namun, ketika tingkat reliabilitas rendah, validitas rendah, tingkat kesukaran rendah dan daya pembedanya pun rendah maka soal tersebut tidak dapat digunakan (Arikunto, 2008). Dasar kriteria kesimpulan analisis instrumen bisa dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Klasifikasi Kualitas Butir Soal
Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kesimpulan
Sangat Rendah Mudah Jelek Ditolak
Sangat rendah Sedang Jelek Ditolak
Sangat Rendah Sedang Cukup Direvisi
Sangat Rendah Sukar Jelek Ditolak
Rendah Mudah Jelek Direvisi
Rendah Mudah Cukup Diterima
Rendah Sedang Baik Diterima
Rendah Sedang Cukup Diterima
29
Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kesimpulan
Cukup Sedang Baik Diterima
Cukup Mudah Baik Diterima
Cukup Mudah Cukup Diterima
Cukup Sedang Baik sekali Diterima
Tinggi Sedang Baik Sekali Diterima
(Priatna, 2013)
G. Teknik Pengolahan Data
1. Pengolahan data soal tes kemampuan berpikir kritis
Soal tes kemampuan berpikir kritis yang merupakan soal uraian akan diolah dengan cara sebagai berikut:
a. Memberikan skor jawaban siswa
Pemberian skor jawaban siswa disesuaikan dengan kriteria jawaban yang sebelumnya telah ditentukan. Untuk setiap soal memiliki bobot nilai yang berbeda.
b. Menghitung persen skor siswa
Skor total yang didapat siswa diubah kedalam bentuk persentase dengan cara dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan sehingga diperoleh persentase penguasaan kemampuan berpikir kritis oleh siswa. Proses pengubahan dari skor menjadi persentase digunakan rumus sebagai berikut:
Skor siswa = skor jawaban siswa x 100 %
skor ideal
(Arikunto, 2008) c. Menafsirkan hasil persentase
30
Tabel 3.4. Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Persentase Skor Perolehan Siswa
Persentase (%) Kategori
76-100 Baik
56-75 Cukup
40-55 Kurang baik
0-39 Tidak baik
(Arikunto, 2008)
2. Untuk melakukan penghitungan persentase tanggapan siswa yang diperoleh dari angket digunakan rumus sebagai berikut:
Persentase respon = Jumlah siswa yang menjawab X 100 % Jumlah seluruh siswa
Hasil persentase perhitungan kuantitatif diatas ditafsirkan dengan menggunakan kategori menurut Koentjaraningrat (Mastufah, 2010) sebagai berikut :
Tabel 3.5. Kategori Hasil Persentase Angket Menurut Koentjaraningrat
Persentase Kategori
0 % Tidak Satupun
1%-30% Sebagian Kecil
31%-49% Hampir setengahnya
50 % Setengahnya
51 %-80% Sebagian besar
81-99 % Hampir seluruhnya
31
3. Pengolahan hasil wawancara guru
Wawancara yang digunakan dalam peneitian ini diolah dengan cara : a. Merekap dan merangkum hasil wawancara guru.
b. Menginterpretasi hasil wawancara untuk dianalisis secara menyeluruh yang bermanfaat bagi data penunjang.
H. Alur Penelitian
Studi pustaka
Penyusunan proposal
- Pembuatan RPP
- Pembuatan Instrumen , Judgment, dan Uji coba Instrumen
Revisi Seminar proposal
Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran
Pengolahan Data Identifikasi Masalah
Revisi proposal
Instrumen dan RPP revisi
Analisis data
Penyusunan Skripsi Pengumpulan data
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa SMP pada Konsep Makanan dan Kesehatan adalah cukup. Hal tersebut terlihat dari rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa secara individu 66,7%. Dari kelima indikator kemampuan yang diukur dan dipaparkan melalui subindikator bahwa kemampuan memberikan penjelasan sederhana dengan sub indikator bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan berada pada skor tertinggi yaitu 80%. Kemampuan berpikir kritis yang paling rendah adalah kemampuan mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi (51 %). Pembelajaran dengan model konvensional juga mampu meningkatakan kemampuan berpikir kritis siswa.
Secara umum, siswa memberikan tanggapan positif terhadap pelaksanaan pembelajaran. Walaupun metode yang digunakan adalah ceramah dan praktikum, namun siswa mampu berperan aktif dalam setiap pembelajaran yang dilakukan. Siswa dilatih untuk membiasakan diri meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan dan hambatan yang dialami dalam proses penelitian. Maka perlu dikemukanan beberapa saran sebagai berikut :
46
2. Kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini hanya dijaring melaui tes kemampuan berpikir kritis saja. Bagi guru dan peneliti lain bisa mengembangkan data lebih akurat dengan tidak hanya menggunakan tes saja. 3. Pelaksanaan pembelajaran membutuhkan waktu yang lama terutama dalam praktik dalam prosedur praktikuum. Sebelum praktikum siswa diminta memahami terlebih dahulu apa yang tertuang dalam lembar kerja siswa. Bagi guru dan peneliti lain sebaiknya merencanakan pembelajaran dengan matang dan terperinci, memaksimalkan waktu belajar.
4. Materi makanan dan kesehatan yang dipaparkan pada penelitian ini tidak dibatasi. Bagi guru dan peneliti lbaiknya membatasi pada konsep tertentu. 5. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
47
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, M. (2008). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umun
Anshori. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa melalui
Pengembangan Perkuliahan Tata Wacana yang Berbasis Analisis Wacana
Kritis. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu// [10 Juli 2010]
Arends, R.I. (2008). Learning to Teach (Edisi ketujuh). New York: McGraw Hill Companies.
Arikunto, S.(2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Arisman. (2007). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta :EGC
Buris,S. Dan Garton,R.L.(2006). An Investigation Of The Critical Thinking Ability Of Secondary Agriculture. Dalam Journal of Southern
Agricultural Education Research, [Online], vol 56,(1), 12 halaman.
Tersedia: www.docstoc.com [10 Juli 2010]
Dahar,R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Ennis, R.H.(1985). Critical Thinking. New Jersey: Prentice-hall
Fraenkel, J.R., dan Wallen, N.E. (1990). How to Design and Evaluate Research in
Education. USA: McGraw-Hill.
48
Rustimah Rahmawati,2013
Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Konsep Makanan Dan Kesehatan Skripsi Harnadek, A. (1980). Critical Thinking. USA: Midwest Publication.
Hanafiah, N. dan Suhana, C. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung,. Refika Aditama
Hassoubah. (2008). Developing Creative & Critical Thinking: Cara Berpikir
Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa
Irianto, K dan Waluyo, K (2004). Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama Widia
Krisno, A.B. (2009). Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press
Kristianti, N. (2009). Hubungan Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Konsumsi Fastf
Food dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta. [online].
Tersedia: www.etd.eprints.ums.ac.id/4021/I/J31004004.pdf. [22 Februari 2010]
Martini,R. (2008). Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP melalui
Pembelajaran Inkuiri Pictorial Riddle pada Konsep Pencemaran Air.
Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.
Mastufah. (2010). Pengaruh Pendekatan Konstektual Berbantuan Power Point
terhadap hasil Belajar Siswa.Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak
diterbitkan
Murti, B. (2009). Berpikir Kritis: Seri Kuliah Blok Budaya Ilmiah. [Online]. Tersedia: http://pdfie.com// [25 Juni 2010]
49
Purwanto. (2004). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Puskur. (2006). Kurikulum Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah
Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas
Quitadamo, I.J. Kurtz, M. (2007). Learning to Improve: Using Writing to Increase
Critical Thinking Performance in General Education Biology. Dalam
CBE-Life Science Education [Online], Vol 6, 14 halaman. Tersedia:
www.criticalthinking.org [17 Februari 2010]
Rustaman, N.Y., Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Ricketts, J.C., Rudd, R. (2005). Critical thinking skills of selected youth leaders:
The efficacy of critical thinking dispositions, leadership, and academic
performance. Dalam Journal of Agricultural Education [Online], vol 46
(1), 12 halaman. Tersedia: www.criticalthinking.org [25 Juni 2010]
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Santoso. (2008). Cara Berpikir Cerdas, Kritis, dan Ilmiah. [Online]. Tersedia. http://uripsantoso.wordpress.com/jurnal/urip// [23 Juni 2010]
Santyasa, I.W. (2008). ”Pembelajaran Berbasis masalah dan Pembelajaran
Kooperatif’. Makalah pada Pelatihan tentang pembelajaran dan Asesmen
Inovatif”. Jakarta:Nusa Penida.
50
Rustimah Rahmawati,2013
Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Konsep Makanan Dan Kesehatan Skripsi
Sudaryanto. (2008). Kajian Kritis tentang Permasalahan Sekitar Pembelajaran
Kemampuan Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia: www.pdfsearchengine.com [4 Februari 2010].
Sudjana, N dan Ibrahim (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Susilana, R. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurtekpen FIP UPI
Syamsuri, I. (2007). IPA Biologi untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga
Tawoto . (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta : Salemba Medika
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wragg,E.C. (1997). Keterampilan Mengajar di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Zohar,A. dan Dori, Y.J. (2003). Higher Order Thinking Skills and low-achieving
Students: Are they mutually Exclusive?. Dalam The Journal of Learning
Sciences [Online], vol 12 (2). 36 halaman. Tersedia: www.docstoc.com