• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi pemahaman dan gambaran penggunaan jamu instan kunyit asam pada masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi pemahaman dan gambaran penggunaan jamu instan kunyit asam pada masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ii

STUDI PEMAHAMAN DAN GAMBARAN PENGGUNAAN JAMU INSTAN KUNYIT ASAM PADA MASYARAKAT

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Elfrieda Ignatine Yaninavita Mursita Putri NIM: 068114053

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

iii Skripsi

STUDI PEMAHAMAN DAN GAMBARAN PENGGUNAAN JAMU INSTAN KUNYIT ASAM PADA MASYARAKAT

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh:

Elfrieda Ignatine Yaninavita Mursita Putri NIM: 068114053

telah disetujui oleh Pembimbing I

(3)

iv

Pengesahan Skripsi Berjudul

STUDI PEMAHAMAN DAN GAMBARAN PENGGUNAAN JAMU INSTAN KUNYIT ASAM PADA MASYARAKAT

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh:

Elfrieda Ignatine Yaninavita Mursita Putri NIM: 068114053

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal: 26 Oktober 2009

Pembimbing I:

Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. Panitia Penguji:

1. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt.

2. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., Apt.

(4)

v

Skripsi Berjudul

STUDI PEMAHAMAN DAN GAMBARAN PENGGUNAAN JAMU INSTAN KUNYIT ASAM PADA MASYARAKAT

PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

“Let the music heal your soul.”

(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Elfrieda Ignatine Yaninavita Mursita Putri Nomor Mahasiswa : 068114053

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

STUDI PEMAHAMAN DAN GAMBARAN PENGGUNAAN JAMU INSTAN KUNYIT ASAM PADA MASYARAKAT PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal

Yang menyatakan

(6)

vi PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan karena berkat

bimbingan-Nya skripsi berjudul “STUDI PEMAHAMAN DAN GAMBARAN

PENGGUNAAN JAMU INSTAN KUNYIT ASAM PADA MASYARAKAT PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma. 2. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing dan penguji

yang telah memberi arahan, saran, kritik, dan dorongan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., Apt. atas kesediaan menjadi dosen penguji serta memberikan saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. atas kesediaan menjadi dosen penguji serta

memberikan saran dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing akademis yang telah memberi motivasi kepada penulis.

6. Bapak Ignatius Mursito dan Ibu Laurentia Hertatik atas kepercayaan dan dukungannya selama ini.

(7)

vii

8. Para aparat pemerintah dari Kota/Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan, RW, dan RT atas izin dan bantuan yang diberikan untuk penelitian ini.

9. Seluruh responden yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner. 10. Veronika Yuni Candra Sari, Dewi Prasetyaningrum, Andreas Sugiarto, dan

Pricila Agatha Kristi atas bantuan dan dukungannya.

11. Teman-teman seperjuangan, Yuniar Handayani, Melia Sari Dewi, Gracia Stefani, Gessy Purnamasari, Frida Mayasari, Gadissa Meiheritta, Agnes Dotie, Novica Ardiani, Maria Laksmi Parahita, Anastasia Aprilistyawati, Stefani Santi, Ayem Nastiti, Inge Maria Wibowo, Aroma Mayangsari, Prasetya Jati, Thomas Anggun, dan Alvonsus Rudianto.

12. Teman-teman kelompok KKN angkatan XXVIII atas kelonggaran yang telah diberikan untuk mengambil data penelitian.

13. Teman-teman kos Dahlia, Devie, Emy, Adien, Tika, dan Fani serta teman-teman kos Perumnas atas bantuan dan semangatnya.

14. Teman-teman di Semarang yang selalu memberikan dukungan dan semangat. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Oleh karena itu penulis

sangat mengharapkan saran dan kritik, lebih baik bila disertai solusi yang yang membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna. Terima kasih.

(8)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Oktober 2009 Penulis

(9)

ix INTISARI

Sejak dahulu jamu dimanfaatkan masyarakat untuk pemeliharaan kesehatan atau pengobatan penyakit. Masyarakat dapat menyediakan jamu dengan membuat sendiri atau menggunakan produk dari industri obat tradisional. Saat ini tersedia berbagai jenis jamu instan produksi industri obat tradisional. Jamu instan kunyit asam digunakan oleh ibu-ibu dan remaja putri pada umumnya sebagai minuman penyegar yang diharapkan dapat mengurangi nyeri haid serta menghilangkan bau badan selama menstruasi. Penelitian ini mempelajari tentang pemahaman dan gambaran penggunaan jamu instan kunyit asam pada masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental deskriptif dengan instrumen berupa kuisioner. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Data yang ada diolah menggunakan analisis deskriptif dan disajikan dalam bentuk persentase dengan batasan pemahaman tinggi bila >50%.

Dari hasil penelitian diketahui pemahaman masyarakat tergolong tinggi untuk manfaat (77,62%), perbandingan manfaat dengan jamu ramuan segar dan jamu instan lain (67,5%), serta aturan penggunaan (89,5%). Jamu instan kunyit asam sebagian besar digunakan oleh perempuan (54,5%) dan menurut aturan pada kemasan (76,5%). Sebanyak 50% responden menyatakan anggota keluarganya menggunakan jamu instan kunyit asam, 44% responden lebih memilih jamu instan daripada jamu ramuan segar, 16% responden mengalokasikan dana untuk pembelian setiap bulan, dan 44% responden menyarankan penggunaan jamu instan kunyit asam kepada keluarga/teman.

(10)

x ABSTRACT

For many years herbal medicines have been consumed by society to keep them healthy or for medicinal treatment. The society can provide medicinal herbs by themselves or by consuming the products of traditional medicine industries. Nowadays, there are various kinds of instant medicinal herbs made by traditional medicine industries.

Tamarind turmeric herbal medicines are consumed by women and girls in common as refreshing drinks that are expected can decrease menstruation painful and eliminate unpleasant body odor while having menstruation. This research learns about the understanding and desciption of the consumption of tamarine turmeric instant medicinal herbs toward the people in Special District of Yogyakarta.

This research is a non-experimental descriptive research with an instrument, that is questionnaire. This research is conducted in Bantul Regency and Yogyakarta City. The data that are obtained are processed by using descriptive analyze and in a form of percentage, high understanding if more than 50%.

From the research data, it can be found out that the society understanding level is high toward the consumption (77.62%), the consumption equivalency between medicinal herbs of fresh concoction and the other instant medicinal herbs (67.5%), and also the consumption rules. Tamarine turmeric instant medicinal herbs are mostly consumed by women (54.5%) and are consumed based on the rules on the herb boxes (76.5%). That 50% of the respondents state that their family members also consume tamarine turmeric instant herbal medicine, 44% of the respondents prefer instant herbal medicine to medicinal herbs of fresh concoction, 16% of the repondents alocate their money for monthly purchasing, and 44% of the respondents suggest to consume tamarine turmeric instant herbal medicine to their family/friends.

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 2

2. Keaslian penelitian ... 3

3. Manfaat penelitian ... 3

a. Manfaat teoritis ... 3

b. Manfaat praktis... 3

B. Tujuan ... 3

(12)

xii

2. Tujuan khusus ... 4

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 5

A. Perilaku ... 5

1. Teori tentang perilaku ... 5

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ... 6

a. Faktor kebudayaan ... 6

b. Faktor sosial ... 6

c. Faktor pribadi ... 7

d. Faktor psikologis ... 8

3. Perilaku kesehatan ... 9

B. Obat Tradisional ... 9

C. Kunyit dan Asam Jawa ... 12

D. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 15

E. Keterangan Empiris ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian ... 16

C. Definisi Operasional ... 16

D. Waktu Penelitian ... 18

E. Instrumen Penelitian ... 18

F. Tata Cara Penelitian ... 19

1. Penentuan lokasi penelitian ... 19

(13)

xiii

3. Penetapan subyek penelitian ... 20

4. Pembuatan kuisioner ... 24

5. Uji validitas dan reabilitas kuisioner ... 24

6. Penyebaran kuisioner ... 25

G. Analisis Data Penelitian ... 25

H. Keterbatasan Penelitian ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Karakteristik Responden ... 27

1. Usia ... 27

2. Pendidikan ... 28

3. Pekerjaan ... 29

4. Pengeluaran per bulan ... 29

B. Pemahaman Responden Tentang Jamu Instan Kunyit Asam ... 30

1. Manfaat jamu instan kunyit asam ... 30

a. Jamu instan kunyit asam memperlancar haid ... 31

b. Jamu instan kunyit asam mengurangi nyeri saat haid... 32

c. Jamu instan kunyit asam mengurangi bau badan ... 32

d. Jamu instan kunyit asam membuat badan sehat dan segar ... 33

2. Sumber pengenalan ... 34

a. Informasi dari keluarga atau teman ... 35

b. Informasi dari iklan ... 36

c. Informasi dari kemasan ... 36

(14)

xiv

3. Perbedaan manfaat jamu instan kunyit asam dengan jamu ramuan

segar dan jamu instan lain... 39

a. Perbedaan manfaat dengan jamu ramuan segar... 39

b. Perbedaan manfaat dengan jamu instan lain ... 40

4. Penggunaan jamu instan kunyit asam ... 40

a. Jamu instan kunyit asam boleh dikonsumsi laki-laki ... 41

b. Jamu instan kunyit asam boleh dikonsumsi kapan saja ... 41

c. Jamu instan kunyit asam sebagai minuman penyegar ... 42

C. Gambaran Penggunaan Jamu Instan Kunyit Asam ... 43

1. Kenyataan yang ditemukan responden ... 43

a. Penggunaan jamu instan kunyit asam oleh perempuan ... 44

b. Jamu instan kunyit asam dalam siklus menstruasi ... 44

2. Penggunaan oleh responden... 45

a. Penggunaan jamu instan kunyit asam di luar saat haid ... 46

b. Pengunaan jamu instan kunyit asam menurut aturan pada kemasan ... 46

c. Penggunaan jamu instan kunyit asam berdasarkan saran/anjuran keluarga/saudara/teman ... 47

d. Penggunaan jamu instan kunyit asam berdasarkan saran/anjuran penjual ... 47

e. Penggunaan jamu instan kunyit asam dengan jamu instan lain ... 48

f. Penggunaan jamu instan kunyit asam dengan jamu ramuan segar ... 49

3. Tujuan konsumsi ... 49

(15)

xv

5. Waktu konsumsi ... 51

6. Kepentingan manfaat jamu instan kunyit asam ... 52

7. Pemilihan jamu ... 52

8. Hasil setelah konsumsi ... 54

9. Anggota keluarga yang mengkonsumsi jamu isntan kunyit asam ... 55

10. Saran kepada keluarga/teman ... 56

11. Anggaran khusus untuk pembelian jamu instan kunyit asam... 56

12. Produk jamu instan kunyit asam yang diketahui dan digunakan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 63

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kota/Kabupaten dan jumlah penduduk di DIY ... 19 Tabel II. Jumlah dan distribusi subjek penelitian ... 21 Tabel III. Skor berdasarkan sifat pernyataan ... 24 Tabel IV. Pemahaman responden tentang manfaat jamu instan

kunyit asam ... 31 Tabel V. Sumber pengenalan manfaat jamu instan kunyit asam ... 35 Tabel VI. Pemahaman responden tentang perbedaan jamu instan kunyit

asam dengan jamu ramuan segar dan jamu instan lain ... 39 Tabel VII. Pemahaman responden terhadap penggunaan jamu instan

kunyit asam ... 41 Tabel VIII. Penggunaan jamu instan kunyit asam yang ditemukan

responden ... 43 Tabel IX. Penggunaan jamu instan kunyit asam oleh responden ... 45 Tabel X. Produk jamu instan kunyit asam yang diketahui dan

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema teori Weber ... 5

Gambar 2. Rimpang kunyit (Curcumae domesticae Rhizoma) ... 13

Gambar 3. Buah asam jawa (Tamarindi fructus) ... 14

Gambar 4. Skema jumlah dan distribusi subjek di Kota Yogyakarta ... 22

Gambar 5. Skema jumlah dan distribusi subjek di Kabupaten Bantul ... 23

Gambar 6. Karakteristik usia responden ... 27

Gambar 7. Karakteristik pendidikan responden ... 28

Gambar 8. Karakteristik pekerjaan responden ... 29

Gambar 9. Karakteristik pengeluaran per bulan responden ... 30

Gambar 10. Persentase manfaat jamu instan kunyit asam yang diketahui responden... 34

Gambar 11. Persentase sumber pengenalan manfaat jamu instan kunyit asam ... 38

Gambar 12. Tujuan konsumsi jamu instan kunyit asam oleh responden ... 50

Gambar 13. Sumber jamu instan kunyit asam yang digunakan responden ... 51

Gambar 14. Waktu konsumsi jamu instan kunyit asam oleh responden ... 52

Gambar 15. Alasan pemilihan jamu instan kunyit asam ... 53

Gambar 16. Alasan pemilihan jamu ramuan segar kunyit asam ... 54

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil uji reliabilitas ... 63

Lampiran 2. Kuisioner penelitian ... 64

Lampiran 3. Karakteristik responden... 69

Lampiran 4. Hasil kuisioner ... 76

Lampiran 5. Surat izin dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ... 82

(19)

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penggunaan obat tradisional di Indonesia telah menjadi budaya bangsa sejak berabad-abad lalu hingga saat ini. Data yang akurat mengenai nilai pasar obat tradisional di Indonesia belum dimiliki, tetapi nilainya diperkirakan 2 triliun setahun (Gsianturi, 2004). Ramuan asli Indonesia atau jamu telah ada sejak zaman dulu. Jamu berkembang dan dikenal karena digunakan oleh kaum bangsawan kerajaan-kerajaan di Indonesia, terutama yang ada di tanah Jawa, sebagai upaya perawatan atau pengobatan untuk kesehatan. Informasi tertulis tentang jamu hingga saat ini terpelihara dengan baik di Perpustakaan Kraton Surakarta dalam Serat Kawruh dan Serat Centhini (Anonim, 2007).

(20)

pilihan jamu instan bagi masyarakat, seperti jamu kunyit asam, jamu beras kencur, jamu temu lawak, jamu jahe, dan sebagainya.

Jamu kunyit asam dibuat dari kunyit dan asam. Kunyit mengandung kurkumin yang memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, imunostimulan, antibakteri (Bermawie dkk, 2008), dan antioksidan (Phan et al., 2003). Jamu kunyit asam secara tradisional digunakan oleh ibu-ibu dan remaja putri sebelum, selama, dan setelah haid. Pada masa haid biasanya disertai dengan rasa sakit, pegal, nyeri, dan bau badan. Penggunaan jamu kunyit asam diharapkan mampu mengatasi keluhan tersebut. Dari penelitian Wisely (2008) diketahui 27,59% masyarakat Desa Maguwoharjo lebih memilih menggunakan jamu instan daripada jamu ramuan segar karena praktis (28,83%) atau rasanya enak dan segar ketika dikonsumsi (16,22%). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap pemahaman masyarakat tentang jamu instan kunyit asam beserta gambaran penggunaannya.

1. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana karakteristik responden pengguna jamu instan kunyit asam di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

b. Bagaimana pemahaman masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang jamu instan kunyit asam?

(21)

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh penulis, belum pernah dilakukan studi tentang pemahaman khasiat dan gambaran penggunaan jamu instan kunyit asam pada masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun, penelitian terkait yang pernah dilakukan adalah “Studi tentang Pemahaman Obat Tradisional berdasarkan Informasi pada Kemasan dan Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan pada Masyarakat Desa Maguwoharjo” oleh Wisely (2008).

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan dalam bidang kefarmasian, khususnya yang terkait dengan obat tradisional.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar untuk mendesain kegiatan promosi tentang jamu instan kunyit asam serta sebagai acuan dalam merencanakan pengembangan obat tradisional dari bahan baku kunyit dan asam.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

(22)

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik responden pengguna jamu instan kunyit asam di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Mengetahui sejauh mana pemahaman masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang jamu instan kunyit asam.

(23)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Perilaku

Perilaku manusia merupakan respon/reaksi terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Sarwono, 2007).

1. Teori tentang perilaku

Menurut Weber tindakan yang dilakukan individu berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsirannya atas suatu stimulus atau situasi tertentu (Sarwono, 2007). Teori Weber dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Skema teori Weber (Sarwono, 2007)

Rogers dan Shoemaker membagi proses pembuatan keputusan menjadi empat tahap:

1. Tahap pengetahuan (knowledge) di mana individu menerima informasi dan pengetahuan, menimbulkan minat untuk mengenal lebih jauh tentang suatu objek/topik.

2. Tahap pertimbangan (persuasion) di mana individu dibujuk atau motivasinya ditingkatkan untuk menerima objek/topik tersebut.

3. Tahap keputusan (decision) di mana keputusan dibuat untuk menerima atau menolak objek/topik tersebut.

STIMULUS

INDIVIDU Pengalaman Persepsi Pemahaman

Penafsiran

(24)

4. Tahap penguatan (confirmation) di mana individu meminta dukungan dari lingkungan atas keputusan yang telah diambil (Sarwono, 2007).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Perilaku dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis. a. Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan terdiri dari tiga sub-faktor: 1) Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari pembelajaran budaya. 2) Sub-budaya

Setiap budaya memiliki kelompok-kelompok sub-budaya yang lebih kecil. Sub-budaya ini dapat dibagi menjadi empat, yaitu kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras, dan kelompok berdasarkan wilayah geografis.

3) Kelas sosial

Orang dalam kelas sosial yang sama cenderung berperilaku serupa dan dipandang mempunyai pekerjaan yang rendah atau tinggi sesuai kelas sosialnya. Setiap kelas sosial menunjukkan pilihan produk dan merek yang berbeda (Kotler, 2006).

b. Faktor sosial

Faktor sosial terdiri dari tiga sub-faktor: 1) Kelompok referensi

(25)

kelompok di mana seseorang menjadi anggota kelompok tersebut dan melakukan interaksi dengan anggota yang lain. Kelompok yang memberikan pengaruh tidak langsung terdiri dari kelompok yang ingin dimasuki orang tersebut dan kelompok yang nilai-nilai yang perilakunya ditolak.

2) Keluarga

Keluarga berperan sebagai sumber orientasi di mana seseorang memperoleh orientasi terhadap agama, politik, ekonomi, ambisi pribadi, atau harga diri. Keluarga mampu memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku, meskipun seseorang lama tidak berinteraksi dengan keluarganya.

3) Peranan dan status

Kedudukan seeseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalam pengertian peranan dan status. Seseorang sering memilih produk tertentu untuk menyatakan peranan dan status mereka dalam masyarakat.

c. Faktor pribadi

Faktor pribadi terdiri dari empat sub-faktor: 1) Faktor usia dan tahap siklus hidup

Orang membeli barang dan jasa yang berubah-ubah selama hidupnya. Barang dan jasa yang dibeli itu dipengaruhi oleh usia orang tersebut karena kebutuhan yang berbeda untuk setiap tingkatan usia.

2) Pekerjaan

(26)

3) Keadaan ekonomi

Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan, dan milik kekayaan yang dapat diuangkan. Keadaan ekonomi seseorang berpengaruh besar terhadap pilihan produk.

4) Gaya hidup

Gaya hidup seseorang merupakan pola hidup seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat.

d. Faktor psikologis

Faktor psikologis terdiri dari empat sub-faktor: 1) Motivasi

Seseorang memiliki beberapa kebutuhan pada suatu waktu. Suatu kebutuhan menjadi dorongan atau motivasi bila kebutuhan itu muncul hingga mencapai taraf intensitas yang cukup.

2) Persepsi

Perbuatan seseorang dipengaruhi oleh persepsi terhadap situasi yang dihadapinya. Dua orang pada situasi yang sama mungkin melakukan sesuatu yang berbeda karena menanggapi situasi tersebut secara berbeda.

3) Pembelajaran

Kebanyakan perilaku manusia diperoleh dari proses pembelajaran. Pembelajaran ini dapat bersumber dari pengalaman.

4) Kepercayaan dan sikap

(27)

dan kecenderungan terhadap suatu objek atau gagasan. Sikap seseorang bertahan dalam suatu pola yang tetap.

3. Perilaku Kesehatan

Perilaku dan usaha yang dilakukan oleh masyarakat ketika terserang penyakit ada bermacam-macam, diantaranya adalah tanpa tindakan atau no action. Masyarakat memilih no action dengan alasan kondisi yang dialami tidak mengganggu kegiatan atau pekerjaan mereka sehari-hari dan mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apa-apa gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Alternatif berikutnya adalah mengobati sendiri (self treatment)

dengan alasan yang sama seperti di atas, ditambah dengan kepercayaan terhadap diri sendiri untuk mengobati penyakit yang diderita berdasarkan pengalaman-pengalaman pengobatan sendiri yang sudah menimbulkan kesembuhan. Self treatment yang dilakukan ada dua macam, yaitu mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional dan mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung. Obat-obat yang digunakan umumnya adalah obat-obat tanpa resep. Tindakan lainnya adalah mencari pangobatan ke fasilitas pengobatan modern, baik itu dokter praktek, rumah sakit, balai pengobatan, atau puskesmas (Notoatmodjo, 2003).

B. Obat Tradisional

(28)

berdasarkan pengalaman (Anonim, 1992). Dalam Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), disebutkan bahwa obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku (Anonim, 2007).

Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Ketiganya dibedakan dengan logo sebagai penanda pada kemasan. Jamu atau obat tradisional Indonesia, harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, 2. klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, 3. memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Jenis klaim penggunaan harus sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata-kata: “Secara tradisional digunakan untuk ….” atau sesuai dengan yang disetujui pada

pendaftaran (Anonim, 2004).

Menurut Handayani dan Suharmiati (2002), berdasarkan sumber pembuat atau yang memproduksi, obat tradisional dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Obat tradisional buatan sendiri

(29)

kesehatan atau penanganan penyakit ringan. Sumber tanaman untuk membuat obat tradisional disediakan oleh masyarakat sendiri, dapat secara individu maupun secara kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Tidak tertutup kemungkinan bahan baku dibeli dari pasar tradisional di mana banyak dijual bahan jamu yang umumnya merupakan bahan untuk keperluan bumbu dapur masakan asli Indonesia. 2. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu/herbalist

Yang termasuk pembuat jamu herbalist yaitu pembuat sekaligus penjual jamu gendong, tabib lokal dan sinshe.

3. Obat tradisional buatan industri

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.246/Menkes/Per/V/1990, Industri obat tradisional digolongkan menjadi industri obat tradisional dan industri kecil obat tradisional berdasarkan total aset yang dimiliki, tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Dewasa ini perusahaan atau industri jamu semakin banyak menghasilkan produk jamu sebagai obat tradisional dalam bentuk pil, serbuk, tablet, dan kapsul (Hutapea, 2000).

(30)

perlu disikapi secara bijak karena masih ada pendangan yang keliru bahwa obat tradisional selalu aman, tidak ada risiko bahaya bagi kesehatan dan keselamatan konsumen. Kenyataannya beberapa jenis obat tradisional dan atau bahannya diketahui toksik, baik sebagai sifat bawaannya maupun akibat kandungan bahan asing yang berbahaya atau tidak diizinkan (Anonim, 2007).

Obat tradisional telah diterima secara luas terutama di negara berkembang untuk dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan. Di banyak negara maju, penggunaan obat tradisional makin populer (Anonim, 2007). Obat tradisional digunakan oleh penduduk Indonesia, antara lain untuk pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit, dan penguat seks. Penggunaannya untuk memelihara kesehatan dilakukan oleh 25,36% penduduk, untuk mengobati penyakit dilakukan oleh 3,51% penduduk, dan sebagai penguat seks dilakukan oleh 0,50% penduduk. Penggunaan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit lebih banyak dilakukan oleh penduduk di pedesaan, sementara sebagai penguat seks lebih banyak dilakukan oleh penduduk di perkotaan (Jamal, 1999).

C. Kunyit dan Asam Jawa

(31)

domestica Val.), sehingga tanaman ini sering digunakan sebagai bahan baku obat. Secara tradisional, rimpang kunyit digunakan dalam ramuan dengan buah asam jawa untuk pengobatan berbagai penyakit seperti menghilangkan nyeri pada wanita haid. Kunyit asam adalah salah satu jamu yang biasanya dijajakan oleh penjaja jamu dari rumah ke rumah atau sering disebut jamu gendong. Ada dua cara dalam membuat jamu gendong. Pertama dengan merebus semua bahan. Kedua dengan memeras sari yang ada kemudian mencampurnya dengan air matang. Penggunaan bahan baku jamu kunyit asam pada umumnya tidak jauh berbeda di antara pembuat. Perbedaan terlihat pada komposisi bahan penyusunnya. Jamu dibuat dengan bahan utama buah asam ditambah kunir/kunyit, namun beberapa pembuatnya ada yang mencampur dengan sinom (daun asam muda), temulawak, biji kedawung, dan air perasan buah jeruk nipis. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan, serta dibubuhkan sedikit garam (Handayani & Suharmiati, 2002).

(www.jamu-herbal.com)

Gambar 2. Rimpang kunyit (Curcumae domesticae Rhizoma)

(32)

Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.

Kunyit mengandung kurkumin sebagai senyawa aktif. Dari uji pra-klinik diperoleh hasil bahwa kurkumin memiliki aktivitas sebagai antibakteri broad spectrum. Aktivitas kurkumin sebagai imunostimulan diketahui dengan meningkatkan sintesis IgG (Bermawie dkk, 2008). Kurkumin diketahui mampu memberikan perlindungan terhadap reaksi oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas (Phan et al., 2003). Kurkumin lebih stabil dalam kondisi asam dan akan terdegradasi pada pH > 7,2 (Bermawie dkk, 2008). Oleh karena itu kunyit sebagai obat tradisional digunakan bersama dengan asam untuk menjaga stabilitas kurkumin.

(www.indonesiamedia.com) Gambar 3. Buah asam jawa (Tamarindi fructus)

(33)

berjumlah 2-5 yang berbentuk pipih dengan warna coklat agak kehitaman (Anonim, 1995; Anonim, 2008).

D. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi ini beribukota di Yogyakarta. Status sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah berdirinya provinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pada saat ini Kraton Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Puro Pakualaman oleh Sri Paduka Paku Alam IX. Keduanya memainkan peranan yang sangat menentukan di dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat-istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta (Anonim, 2009).

E. Keterangan Empiris

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental karena subjek penelitian atau responden tidak diberi perlakuan. Penelitian ini bersifat deskriptif karena bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penggunaan jamu instan kunyit asam secara objektif.

B. Variabel Penelitian

1. Pemahaman masyarakat tentang jamu instan kunyit asam.

2. Gambaran penggunaan jamu instan kunyit asam oleh masyarakat.

C. Definisi Operasional

1. Pemahaman: kemampuan untuk mengartikan, menjelaskan, dan menangkap arti dari informasi tentang jamu instan kunyit asam.

2. Pemahaman rendah: jika persentase pemahaman kurang dari atau sama dengan 50% (≤50%).

3. Pemahaman tinggi: jika persentase pemahaman lebih besar dari 50% (>50%). 4. Manfaat: manfaat yang diperoleh dari penggunaan suatu produk obat

(35)

5. Alasan: faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu pengambilan keputusan/pemilihan, dipengaruhi oleh pemikiran pribadi maupun kondisi lingkungan sosial.

6. Pemilihan: proses menentukan berdasarkan alasan-alasan yang telah diterima dan dipikirkan.

7. Penggunaan: proses pemanfaatan obat tradisional yang telah dipilih, yaitu jamu instan kunyit asam.

8. Gambaran: uraian atau penjelasan secara objektif tentang penggunaan jamu instan kunyit asam oleh responden

9. Obat tradisional: obat dari bahan tumbuhan segar atau simplisia yang diramu sehingga dihasilkan jamu berbentuk cairan ataupun serbuk kering, dengan klaim khasiat tertentu.

10. Jamu: obat tradisional yang meliputi tiga kategori menurut Ketentuan Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

11. Jamu ramuan segar: jamu yang dibuat dari bahan alami dengan cara direbus atau diperas, umumnya berbentuk cairan dan langsung dapat diminum tanpa pengolahan lebih lanjut.

(36)

14. Kemasan: pembungkus luar dengan informasi meliputi logo, nama produk, komposisi, khasiat, cara pemakaian, efek samping, kontraindikasi, peringatan/perhatian, nomor izin edar, nomor batch, keterangan kadaluarsa. 15. Masyarakat: ibu-ibu dan remaja putri berusia 13-60 tahun, yang telah atau

pernah mengalami menstruasi.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan September 2009. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2009.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuisioner merupakan alat pengumpul data yang sering disebut dengan istilah “angket”. Data

dikumpulkan dari subjek penelitian yang disebut dengan “responden” (Notoatmodjo, 1993). Kuisioner yang digunakan dibagi menjadi 3 bagian.

Bagian pertama dari kuisioner berisi pertanyaaan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik responden. Pada bagian ini responden harus mengisi jawaban sendiri karena tidak disediakan pilihan jawaban.

Bagian kedua dari kuisioner terdiri dari 21 pernyataan di mana responden diminta memilih sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), atau sangat tidak setuju (STS) untuk setiap pernyataan. Pada bagian ini terdapat pernyataan bersifat

(37)

Bagian ketiga dari kuisioner berisi pertanyaan semi-terbuka. Responden dapat memilih jawaban yang tersedia, namun juga dapat memberikan jawaban lain maupun alasan.

F. Tata Cara Penelitian

1. Penentuan lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di mana terdapat 1 wilayah kota dan 4 wilayah kabupaten.

Tabel I. Kota/Kabupaten dan jumlah penduduk di DIY (www.pemda-diy.go.id) Nomor Kota/Kabupaten Jumlah Penduduk

1. Kota Yogyakarta 596.472

2. Kabupaten Sleman 913.079

3. Kabupaten Kulonprogo 460.388

4. Kabupaten Bantul 813.722

5. Kabupaten Gunungkidul 764.461

Total 3.548.122

Untuk menentukan lokasi penelitian dilakukan pengundian dari tingkat kota/kabupaten sampai pada klaster terakhir, yaitu RW/pedukuhan. Pengundian menggunakan prinsip acak sederhana (simple random sampling). Hasil pengundian pada tingkat kota/kabupaten adalah Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.

(38)

Timbulharjo, Gunungan dan Plumbungan di Kelurahan Sumbermulyo, serta Palihan dan Tempel di Kelurahan Sidomulyo.

2. Pengurusan izin penelitian

Pengurusan izin penelitian dilakukan dari tingkat kota/kabupaten, yaitu Dinas Perizinan di Kota Yogyakarta dan BAPPEDA di Kabupaten Bantul. Izin yang diperoleh dilanjutkan ke masing-masing kecamatan yang terpilih sampai dengan tingkat kelurahan. Dari kelurahan dibuatkan surat pengantar ke pengurus RW/pedukuhan untuk ditindaklanjuti, termasuk pengurusan di setiap RT dalam lokasi penelitian.

3. Penetapan subjek penelitian

Kriteria inklusi ditetapkan berdasarkan latar belakang penggunaan jamu kunyit asam secara tradisional oleh perempuan pada masa haid. Kriteria inklusi untuk subjek penelitian ini adalah ibu-ibu dan remaja putri berusia 13-60 tahun yang telah atau pernah mengalami haid, bertempat tinggal di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ibu-ibu yang berusia hingga 60 tahun, namun sudah tidak haid tetap termasuk dalam kriteria inklusi. Remaja putri yang telah berusia 13 tahun, namun belum haid tidak termasuk dalam kriteria inklusi.

Jumlah subjek ditentukan sesuai rumus berikut (Notoatmodjo, 1993):

n : besar sampel yang diambil N : besar populasi

d : tingkat signifikansi (10 %)

(39)

orang. Subjek yang digunakan ditetapkan sebanyak 200 orang, mengingat jumlah populasi yang cukup besar dan rentang usia subjek yang panjang. Selain itu jumlah subjek yang besar cenderung memberikan hasil yang lebih mendekati nilai sesungguhnya (Mantra & Kasto, 1985).

Jumlah subjek sebesar 200 ini didistribusikan secara proporsional di setiap wilayah, yaitu sebagai berikut:

 Jumlah subjek di Kota Yogyakarta dari perhitungan 596.472 dibagi 1.410.194 dikalikan 200 didapatkan sebanyak 85 orang.

 Jumlah subjek di Kabupaten Bantul dari perhitungan 813.722 dibagi 1.410.194 dikalikan 200 didapatkan sebanyak 115 orang.

Tabel II. Jumlah dan distribusi subjek penelitian

No. Kota/Kabupaten Jumlah Penduduk Jumlah Subjek

1. Kota Yogyakarta 596.472 85

2. Kabupaten Bantul 813.722 115

Total 1.410.194 200

(40)
(41)
(42)

4. Pembuatan kuisioner

Daftar pertanyaan dan pernyataan dalam kuisioner dibuat berdasarkan tema penelitian. Kuisioner yang digunakan dibagi menjadi 3 bagian.

Bagian pertama dari kuisioner merupakan jenis pertanyaaan terbuka untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik responden. Pada bagian ini responden harus mengisi jawaban sendiri karena tidak disediakan pilihan jawaban.

Bagian kedua dari kuisioner terdiri dari 21 pernyataan di mana responden diminta memilih sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), atau sangat tidak setuju (STS) untuk setiap pernyataan. Kecenderungan jawaban dilihat dengan menjumlahkan persentase jawaban SS + S dan TS + STS. Pada bagian ini terdapat pernyataan bersifat favorable dan unvaforable. Pemberian skor berdasarkan skala Likert sesuai tabel berikut ini:

Tabel III. Skor berdasarkan sifat pernyataan Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Bagian ketiga dari kuisioner berisi pertanyaan semi-terbuka untuk mendapatkan gambaran penggunaan jamu instan kunyit asam. Responden dapat memilih jawaban yang tersedia, namun juga dapat memberikan jawaban lain maupun alasan.

5. Uji validitas dan reliabilitas kuisioner

(43)

digunakan adalah validitas isi untuk menguji sejauh mana kuesioner mencerminkan atribut yang hendak diukur (Azwar, 2008). Pengujian dilakukan dengan analisis rasional atau lewat profesional judgement. Analisis menggunakan uji korelasi

Product Moment Pearson di mana dilakukan uji korelasi skor setiap pertanyaan dengan skor total. Dari 24 pernyataan yang diujikan, diperoleh 21 pernyataan yang valid. Dari 18 pertanyaan, diperoleh 17 pertanyaan yang valid.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan perhitungan koefisien Cronbach Alpha. Kriteria reliabilitas yang baik adalah jika nilai Alpha di atas 0,60 (α > 0,60). Dari hasil perhitungan diperoleh α = 0,760, sehingga dapat dikatakan

bahwa kuisioner telah memenuhi kriteria. 6. Penyebaran kuisioner

Kuisioner ditujukan kepada responden di lokasi penelitian yang telah ditentukan. Kuisioner yang disebarkan adalah kuisioner yang lolos hasil uji validitas dan reliabilitas. Kuisioner diisi sendiri oleh responden dengan didampingi oleh peneliti untuk menghindari kesalahan saat pengisian, sekaligus memeriksa kelengkapan data. Setelah pengisian kuisioner, disediakan waktu untuk kegiatan tanya-jawab dengan responden tentang jamu instan kunyit asam. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk timbal-balik kepada responden atas kesediaannya telah mengisi kuisioner.

G. Analisis Data Penelitian

(44)

Penghitungan persentase dilakukan dengan menggunakan rumus:

P : persentase jawaban (dalam %) A : jumlah jawaban yang sejenis B : jumlah responden total

H. Keterbatasan Penelitian

1. Data jumlah penduduk untuk tingkat kota/kabupaten sampai kecamatan merupakan data tahun 2006, sehingga dilakukan penyesuaian data jumlah penduduk dengan persentase pertumbuhan penduduk per tahun.

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, dan besarnya pengeluaran per bulan.

1. Usia

Dalam penelitian ini dilakukan pengelompokan usia responden dengan menentukan jumlah kelas dan interval kelas. Jumlah kelas ditentukan dengan menggunakan rumus Sturgess: M = 1 + 3,3 log N, di mana M merupakan jumlah kelas dan N merupakan jumlah data. Interval kelas dihitung dengan rumus: (nilai maksimum-nilai minimum)/M.

Gambar 6. Karakteristik usia responden

(46)

kemampuannya untuk melakukan swamedikasi (Holt & Hall, 1990), sehingga usia responden dalam penelitian ini dibatasi hingga usia 60 tahun. Jumlah responden paling banyak pada usia 19-24 tahun sebesar 23% dan usia paling muda 13 tahun.

2. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi yang diterima oleh seseorang, termasuk dalam hal kesehatan. Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan ketepatan swamedikasi (Holt & Hall, 1990). Hal ini dimungkinkan karena berkaitan dengan ketepatan dalam interpretasi informasi yang ada pada label obat. Sebagian besar responden (56,5%) dalam penelitian ini adalah lulusan SMA/sederajat.

(47)

3. Pekerjaan

Pekerjaan mempengaruhi pola konsumsi di mana setiap kelompok pekerjaan atau jabatan memiliki kecenderungan konsumsi yang berbeda (Kotler, 2006). Sebagian besar (37,5%) responden merupakan ibu rumah tangga.

Gambar 8. Karakteristik pekerjaan responden

4. Pengeluaran per bulan

(48)

Gambar 9. Karakteristik pengeluaran per bulan responden

B. Pemahaman Responden tentang Jamu Instan Kunyit Asam

Pemahaman responden yang diteliti meliputi: manfaat jamu instan kunyit asam, sumber pengenalan responden, perbedaan manfaat dengan jamu ramuan segar dan jamu instan lain, serta pendapat responden terhadap penggunaan jamu instan kunyit asam.

1. Manfaat jamu instan kunyit asam

(49)

TabelIV. Pemahaman responden tentang manfaat jamu instan kunyit asam kunyit asam dapat mengurangi nyeri saat haid.

a. Jamu instan kunyit asam memperlancar haid

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya tahu bahwa jamu instan kunyit asam membantu haid menjadi lancar.” Hasil yang diperoleh adalah

32,5% (65 responden) menyatakan sangat setuju, 60,5% (121 responden) menyatakan setuju, 6% (12 responden) menyatakan tidak setuju, dan 1% (2 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 93%.

(50)

b. Jamu instan kunyit asam mengurangi nyeri saat haid

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya tahu bahwa jamu instan kunyit asam dapat mengurangi nyeri saat haid.” Hasil yang diperoleh adalah

27% (54 responden) menyatakan sangat setuju, 65,5% (131 responden) menyatakan setuju, 7,5% (15 responden) menyatakan tidak setuju, dan tidak satupun responden menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 92,5%.

Secara tradisional, rimpang kunyit digunakan bersama buah asam jawa untuk menghilangkan nyeri pada wanita haid (Handayani & Suharmiati, 2002). Sebelum haid terjadi kejang arterial yang hebat dan kontraksi otot polos yang diduga disebabkan oleh prostaglandin (Sohn & Korberly, 1990). Kurkumin yang merupakan senyawa aktif dari kunyit memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi dengan menghambat lipoksigenase dan siklooksigenase (Bermawie dkk, 2008) yang sintesisnya diperantarai oleh prostaglandin.

c. Jamu instan kunyit asam mengurangi bau badan

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya tidak tahu bahwa jamu instan kunyit asam dapat mengurangi bau badan.” Hasil yang diperoleh adalah 8,5%

(51)

Kandungan kurkumin dalam kunyit diketahui dapat memiliki aktivitas sebagai antibakteri broad spectrum (Bermawie dkk, 2008). Aktivitas inilah yang membuat kunyit mampu menghambat pertumbuhan mikroba penyebab bau badan. d. Jamu instan kunyit asam membuat badan sehat dan segar

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya tidak tahu bahwa jamu instan kunyit asam dapat menjaga badan tetap sehat dan segar.” Hasil yang diperoleh

adalah 8,5% (17 responden) menyatakan sangat setuju, 24,5% (49 responden) menyatakan setuju, 57,5% (115 responden) menyatakan tidak setuju, dan 9,5% (19 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung tidak setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 67 %.

Kurkumin dalam kunyit mampu melindungi tubuh dari reaksi oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas (Phan et al., 2003. Aktivitas sebagai antioksidan inilah yang mampu membuat badan tetap sehat dan segar. Selain itu kurkumin meningkatkan sintesis IgG (Bermawie dkk, 2008), sehingga meningkatkan daya tahan tubuh.

(52)

Gambar 10. Persentase manfaat jamu instan kunyit asam yang diketahui responden

Dari data di atas dapat dilihat manfaat jamu instan kunyit asam yang diketahui oleh responden adalah untuk memperlancar haid (28%), meredakan nyeri haid (25%), mengurangi bau badan (20%), serta membuat badan sehat dan segar (24%). 3% responden menyebutkan manfaat lain dari jamu instan kunyit asam seperti membuat kulit lebih halus, memperlancar digesti, sebagai antibiotik, atau sebagai minuman penyegar.

2. Sumber pengenalan manfaat

(53)

Tabel V. Sumber pengenalan manfaat jamu instan kunyit asam

No. Pernyataan SS + S TS + STS Kecenderungan 1. Saya tahu tentang khasiat dan

kegunaan jamu instan kunyit asam dari keluarga atau teman.

83% 17% SETUJU

2. Saya tahu tentang khasiat dan kegunaan jamu instan kunyit asam dari iklan di televisi, koran, atau majalah. dan kegunaan jamu instan kunyit asam.

31,5% 68,5% TIDAK

SETUJU

a. Informasi dari keluarga atau teman

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya tahu tentang khasiat dan kegunaan jamu instan kunyit asam dari keluarga atau teman.” Hasil yang

diperoleh adalah 17% (34 responden) menyatakan sangat setuju, 66% (132 responden) menyatakan setuju, 14,5% (29 responden) menyatakan tidak setuju, dan 2,5% (5 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 83%.

(54)

b. Informasi dari iklan

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya tahu tentang khasiat dan kegunaan jamu instan kunyit asam dari iklan di televisi, koran, atau

majalah.” Hasil yang diperoleh adalah 16,5% (33 responden) menyatakan sangat setuju, 65% (130 responden) menyatakan setuju, 14% (28 responden) menyatakan tidak setuju, dan 4,5% (9 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 81,5%.

Dari hasil penelitian Vania (2009) diketahui bahwa iklan tidak mempengaruhi mahasiswa-mahasiswi Fakultas Farmasi di DIY terhadap obat tradisional. Adanya perbedaan hasil penelitian tersebut dengan kecenderungan responden dimungkinkan karena responden memiliki karakteristik yang berbeda. Seperti pada penelitian Iangleraq (2009) diketahui bahwa mahasiswa non-farmasi di sebagian wilayah Provinsi Banten tidak sepenuhnya memahami obat tradisional. Menurut teori Weber, adanya stimulus dapat mempengaruhi persepsi, pemahaman, atau penafsiran individu (Sarwono, 2007). Iklan di televisi, koran, atau majalah sebagai media promosi jamu instan kunyit asam dapat menjadi stimulus bagi masyarakat karena di dalam iklan disebutkan tentang manfaat produk.

c. Informasi dari kemasan

(55)

dan 16,5% (33 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung tidak setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 89%.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka bab V pasal 17 ayat (2), informasi tentang khasiat/kegunaan merupakan salah satu informasi yang tercantum pada kemasan. Sebagian besar (89%) responden membaca khasiat/kegunaan jamu instan kunyit asam dari kemasannya.

d. Informasi dari buku atau berita

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya tidak pernah membaca buku atau berita tentang khasiat dan kegunaan jamu instan kunyit asam.” Hasil yang diperoleh adalah 5,5% (11 responden) menyatakan sangat setuju, 26% (52 responden) menyatakan setuju, 55% (110 responden) menyatakan tidak setuju, dan 13,5% (27 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung tidak setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 68,5%.

Informasi dari buku atau berita seperti halnya iklan, juga merupakan stimulus yang dapat mempengaruhi persepsi, pemahaman, atau penafsiran individu (Sarwono, 2007).

(56)

Gambar 11. Persentase sumber pengenalan manfaat jamu instan kunyit asam

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengetahui manfaat jamu instan kunyit asam dari keluarga atau teman (34%), maupun dari iklan di televisi, koran, atau majalah (34%). Beberapa responden (28%) mengetahui dari kemasan jamu dan hanya sedikit responden (4%) yang menyebutkan sumber lain seperti dari apotek, situs kesehatan, atau pengalaman pribadi.

(57)

3. Perbedaan manfaat jamu instan kunyit asam dengan jamu ramuan segar

dan jamu instan lain

Jamu kunyit asam yang digunakan di masyarakat terdiri dari jamu instan dan jamu ramuan segar (jamu perasan/jamu gendong). Selain itu beredar juga jamu instan yang lain seperti jamu beras kencur, temu lawak, dan jahe dengan manfaat yang berbeda. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemahaman masyarakat termasuk tinggi, yaitu sebesar 67,5%.

Tabel VI. Pemahaman responden tentang perbedaan jamu instan kunyit asam dengan jamu ramuan segar dan jamu instan lain

No. Pernyataan SS + S TS + STS Kecenderungan 1. Bagi saya khasiat dan kegunaan jamu

instan kunyit berbeda dari jamu gendong kunyit asam yang dijual di pasar atau dijajakan keliling.

52% 48% SETUJU

2. Bagi saya khasiat dan kegunaan jamu instan kunyit asam berbeda dari jamu instan lain, seperti jamu instan temu lawak, beras kencur, atau cabe puyang.

87% 13% SETUJU

a. Perbedaan manfaat dengan jamu ramuan segar

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Bagi saya khasiat dan kegunaan jamu instan kunyit berbeda dari jamu gendong kunyit asam yang dijual di

pasar atau dijajakan keliling.” Hasil yang diperoleh adalah 12% (24 responden) menyatakan sangat setuju, 40% (80 responden) menyatakan setuju, 43,5% (87 responden) menyatakan tidak setuju, dan 4,5% (9 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 52%.

(58)

ramuan segar yang diwariskan secaran turun-menurun di masyarakat (Handayani & Suharmiati, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut masyarakat manfaat jamu instan kunyit asam berbeda dengan jamu ramuan segarnya.

b. Perbedaan manfaat dengan jamu instan lain

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Bagi saya khasiat dan kegunaan jamu instan kunyit asam berbeda dari jamu instan lain, seperti jamu instan

temu lawak, beras kencur, atau cabe puyang.” Hasil yang diperoleh adalah

17,5% (35 responden) menyatakan sangat setuju, 69,5% (139 responden) menyatakan setuju, 11% (22 responden) menyatakan tidak setuju, dan 2% (4 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 87%.

Setiap bahan penyusun yang ada dalam sediaan obat tradisional memiliki manfaat tersendiri. Jamu instan kunyit asam memiliki bahan penyusun yang berbeda dari jamu instan lain seperti temu lawak, beras kencur, atau cabe puyang, sehingga manfaatnya juga berbeda.

4. Penggunaan jamu instan kunyit asam

(59)

Tabel VII. Pemahaman responden terhadap penggunaan jamu instan kunyit asam digunakan sebagai minuman penyegar.

89,5% 10,5% SETUJU

a. Jamu instan kunyit asam boleh dikonsumsi laki-laki

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Menurut pemikiran saya jamu instan kunyit asam juga boleh dikonsumsi oleh laki-laki.” Hasil yang diperoleh adalah 15,5% (31 responden) menyatakan sangat setuju, 68,5% (137 responden) menyatakan setuju, 13% (26 responden) menyatakan tidak setuju, dan 3% (6 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 84%.

Jamu instan kunyit asam memiliki berbagai khasiat sebagai antiinflamasi, antibakteri (Bermawie dkk, 2008), dan antioksidan (Phan et al., 2003), selain digunakan untuk mengatasi masalah saat haid (Anonim, 2008; Hume & Strong, 2006). Hal ini mendukung penggunaan jamu instan kunyit asam tidak terbatas pada perempuan, namun juga dapat digunakan oleh laki-laki.

b. Jamu instan kunyit asam boleh dikonsumsi kapan saja

(60)

yang diperoleh adalah 26% (52 responden) menyatakan sangat setuju, 69% (138 responden) menyatakan setuju, 4% (8 responden) menyatakan tidak setuju, dan 1% (2 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 95%.

Jamu instan kunyit asam memiliki berbagai macam manfaat, sehingga penggunaannya tidak terbatas hanya pada saat haid. Jamu instan kunyit asam dapat dikonsumsi kapan saja sesuai dengan kebutuhan.

c. Jamu instan kunyit asam sebagai minuman penyegar

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Menurut pemikiran saya jamu instan kunyit asam dapat digunakan sebagai minuman penyegar.” Hasil yang diperoleh adalah 17% (34 responden) menyatakan sangat setuju, 72,5% (145 responden) menyatakan setuju, 9% (18 responden) menyatakan tidak setuju, dan 1,5% (3 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 89,5%.

(61)

C. Gambaran Penggunaan Jamu Instan Kunyit Asam

Penggunaan jamu instan kunyit asam yang diteliti meliputi: kenyataan yang ditemukan responden, penggunaan oleh responden, tujuan konsumsi, sumber penggunaan, waktu konsumsi, pentingnya manfaat, alasan pemilihan dibandingkan jamu ramuan segar, hasil setelah konsumsi, ada/tidaknya anggota keluarga yang mengkonsumsi, saran kepada keluarga/teman, ada/tidaknya anggaran pembelian, dan produk jamu instan kunyit asam yang diketahui atau digunakan. Perhitungan persentase dilakukan terhadap sejumlah responden yang pernah mengkonsumsi jamu instan kunyit asam (177 orang), kecuali pada kenyataan yang ditemukan oleh responden.

1. Kenyataan yang ditemukan oleh responden

Kenyataan yang ditemukan responden meliputi penggunaan jamu instan kunyit asam oleh perempuan saja dan waktu konsumsi pada saat haid atau tidak. Perhitungan persentase ini dilakukan terhadap seluruh responden (200 orang). Sebanyak 54,5% responden menemukan bahwa jamu instan kunyit asam hanya dikonsumsi oleh perempuan dan 29% responden menemukan bahwa jamu instan kunyit asam dikonsumsi pada saat haid.

Tabel VIII. Penggunaan jamu instan kunyit asam yang ditemukan responden No. Pernyataan SS + S TS + STS Kecenderungan hanya dikonsumsi pada saat haid.

29% 71% TIDAK

(62)

a. Penggunaan jamu instan kunyit asam oleh perempuan

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Selama ini saya menemukan bahwa jamu instan kunyit asam hanya dikonsumsi oleh kaum perempuan.”

Hasil yang diperoleh adalah 7,5% (15 responden) menyatakan sangat setuju, 47% (94 responden) menyatakan setuju, 39% (78 responden) menyatakan tidak setuju, dan 6,5% (13 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 54,5%.

Menurut Hume dan Strong (2006), perempuan lebih senang menggunakan obat tradisional di mana lebih dari 75% perempuan menyatakan untuk mengatasi keluhan saat haid. Beberapa jamu instan kunyit asam yang beredar di masyarakat mencantumkan kata-kata “lancar datang bulan” atau “sehat datang bulan” pada kemasannya, sehingga dapat muncul persepsi bahwa jamu instan kunyit asam hanya dikonsumsi oleh perempuan.

b. Jamu instan kunyit asam dalam siklus menstruasi

(63)

Secara turun-temurun, masyarakat menggunakan jamu kunyit dan asam untuk mengatasi berbagai masalah saat haid seperti kram dan bau tidak sedap (Anonim, 2008). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sejauh yang ditemui oleh masyarakat, jamu instan kunyit asam tidak hanya dikonsumsi pada saat haid. Hal ini dimungkinkan karena beberapa jamu instan kunyit asam mencantumkan “Minum 3 hari sebelum, selama haid, sampai 3 hari setelah haid” pada bagian penggunaan di kemasannya.

2. Penggunaan oleh responden

Penggunaan jamu instan oleh responden meliputi: waktu penggunaan, aturan penggunaan, konsumsi dengan jamu instan lain, dan konsumsi dengan jamu ramuan segar. Besarnya kecenderungan responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IX. Penggunaan jamu instan kunyit asam oleh responden

No. Pernyataan SS + S TS + STS Kecenderungan 1. Saya minum jamu instan kunyit

asam kapanpun saya

membutuhkan, meskipun tidak sedang haid.

75% 25% SETUJU

2. Saya minum jamu instan kunyit asam menurut aturan pemakaian yang saya baca pada kemasan.

76,5% 23,5% SETUJU

3. Saya minum jamu instan kunyit asam berdasarkan saran/anjuran dari keluarga/saudara/teman.

55,5% 44,5% SETUJU

4. Saya minum jamu instan kunyit asam berdasarkan saran/anjuran dari penjual.

instan kunyit asam bersamaan dengan jamu ramuan segar (jamu gendong) yang lain.

(64)

a. Penggunaan jamu instan kunyit asam di luar saat haid

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya minum jamu instan kunyit asam kapanpun saya membutuhkan, meskipun tidak sedang haid.” Hasil yang

diperoleh adalah 13% (26 responden) menyatakan sangat setuju, 62% (124 responden) menyatakan setuju, 12% (24 responden) menyatakan tidak setuju, dan 13% (26 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 75%.

Penggunaan kunyit dan asam secara turun-menurun untuk mengatasi berbagai masalah saat haid seperti kram dan bau tidak sedap (Anonim, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu instan kunyit asam tidak hanya dikonsumsi pada saat haid. Hal ini dimungkinkan karena pada beberapa kemasan jamu instan kunyit asam dicantumkan “Minum 3 hari sebelum, selama haid, sampai 3 hari setelah haid” untuk aturan penggunaanya.

b. Penggunaan jamu instan kunyit asam menurut aturan pada kemasan

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya minum jamu instan kunyit asam menurut aturan pemakaian yang saya baca pada kemasan.” Hasil yang

(65)

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.41.1384 tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka bab V pasal 17 ayat (2), salah satu informasi yang tercantum pada kemasan adalah aturan penggunaan. Sebagian besar konsumen jamu instan kunyit asam membaca aturan penggunaan, sehingga penggunaan jamu instan kunyit asam dipengaruhi oleh informasi yang tercantum pada kemasan.

c. Penggunaan jamu instan kunyit asam berdasarkan saran/anjuran

keluarga/saudara/teman

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya minum jamu instan kunyit asam berdasarkan saran/anjuran dari keluarga/saudara/teman.” Hasil yang diperoleh adalah 4% (8 responden) menyatakan sangat setuju, 51,5% (103 responden) menyatakan setuju, 32% (64 responden) menyatakan tidak setuju, dan 12,5% (25 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 55,5%. Adanya interaksi dengan keluarga maupun dengan teman dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang (Kotler, 2006).

d. Penggunaan jamu instan kunyit asam berdasarkan saran/anjuran penjual

(66)

menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 70,5%.

Pernyataan ini dibedakan dengan pernyataan “Saya minum jamu instan kunyit asam berdasarkan saran/anjuran dari keluarga/saudara/teman.” karena saran/anjuran yang diterima oleh responden dapat berasal dari keluarga/saudara/teman maupun dari penjual. Pada kuisioner dilihat kecenderungan yang lebih besar dan hasilnya adalah penggunaan berdasarkan saran/anjuran dari penjual.

e. Penggunaan jamu instan kunyit asam dengan jamu instan lain

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya tidak mengkonsumsi jamu instan yang lain, selain jamu instan kunyit asam.” Hasil yang diperoleh adalah 11% (22 responden) menyatakan sangat setuju, 27,5% (108 responden) menyatakan setuju, 54% (55 responden) menyatakan tidak setuju, dan 7,5% (15 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung tidak setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 61,5%.

(67)

f. Penggunaan jamu instan kunyit asam dengan jamu ramuan segar

Pada kuisioner tercantum pernyataan “Saya tidak mengkonsumsi jamu instan kunyit asam bersamaan dengan jamu ramuan segar (jamu gendong)

yang lain.” Hasil yang diperoleh adalah 19,5% (39 responden) menyatakan sangat setuju, 54,5% (109 responden) menyatakan setuju, 22,5% (45 responden) menyatakan tidak setuju, dan 3,5% (7 responden) menyatakan sangat tidak setuju. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden cenderung setuju terhadap pernyataan tersebut, dengan persentase sebesar 74%.

Dari persentase jawaban terhadap pernyataan tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengkonsumsi jamu instan dengan jamu ramuan segar (jamu perasan/jamu gendong). Responden yang setuju (26%) menyebutkan jamu beras kencur, brotowali, daun pepaya, dan sirih. Alasan yang disebutkan adalah untuk menjaga kesehatan atau meningkatkan daya tahan tubuh.

3. Tujuan konsumsi

(68)

instan kunyit asam oleh responden dapat dilihat pada Gambar 12 di mana responden diperbolehkan memilih lebih dari satu jawaban.

Gambar 12. Tujuan konsumsi jamu instan kunyit asam oleh responden

4. Sumber penggunaan

(69)

Gambar 13. Sumber jamu instan kunyit asam yang digunakan oleh responden

5. Waktu konsumsi

(70)

Gambar 14. Waktu konsumsi jamu instan kunyit asam oleh responden

6. Kepentingan manfaat jamu instan kunyit asam

Sebagian besar (72%) responden menyatakan bahwa manfaat jamu instan kunyit asam penting. Seluruh responden yang menyatakan penting memberikan alasan bahwa jamu instan kunyit asam mampu membantu mengatasi keluhan yang terjadi pada masa haid.

7. Pemilihan jamu

(71)

Gambar 15. Alasan pemilihan jamu instan kunyit asam

(72)

Gambar 16. Alasan pemilihan jamu ramuan segar kunyit asam

Dari alasan pemilihan jamu ramuan segar dapat dilihat bahwa sebagian besar (49%) responden menyatakan bahwa jamu ramuan segar lebih alami dan tanpa bahan pengawet. Jamu instan kunyit asam mengandung bahan tambahan seperti sodium benzoat dan kalium sorbat sebagai pengawet, atau asam sitrat sebagai perasa. Adanya bahan-bahan ini tidak dikehendaki oleh masyarakat.

8. Hasil setelah konsumsi

(73)

Sebanyak 19 responden (10,7%) yang memilih jawaban lainnya, menyebutkan manfaatnya kurang terasa bila dibandingkan dengan jamu ramuan segar. Hal ini merupakan tantangan bagi industri obat tradisional untuk semakin meningkatkan mutu produk.

Gambar 17. Hasil yang dirasakan responden setelah mengkonsumsi jamu instan kunyit asam

9. Anggota keluarga yang mengkonsumsi jamu instan kunyit asam

(74)

10. Saran kepada keluarga/teman

Perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok keanggotaan di mana seseorang menjadi anggotanya dan berinteraksi dengan anggota yang lain. Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam interaksi tersebut seseorang menyarankan penggunaan jamu instan kunyit asam. Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 44% responden menyarankan penggunaan jamu instan kunyit asam pada keluarga/teman.

11. Anggaran khusus untuk pembelian jamu instan kunyit asam

Gambar

Gambar 1. Skema teori Weber (Sarwono, 2007)
Gambar 2.  Rimpang kunyit (Curcumae domesticae Rhizoma)
Gambar 3. Buah asam jawa (Tamarindi fructus)
Tabel I. Kota/Kabupaten dan jumlah penduduk di DIY (www.pemda-diy.go.id)
+7

Referensi

Dokumen terkait

asal, sebagai penggantinya dapat digunakan Surat Pernyataan dari dosen yang bersangkutan yang menyatakan sudah tidak lagi sebagai dosen tetap di P.T.. asal Æ Kopertis akan

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dan untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan terlalu luas, maka penulis membatasi

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dialami pihak RSISA tersebut, maka setidaknya dibutuhkan sebuah sistem aplikasi yang membantu pengunjung serta karyawan

Akan tetapi ketika pada saat itu saksi sedang berada dirumah tepatnya pada Hari Kamistanggal 11 Oktober Tahun 2012 sekira pukul 15.00 WIB mendapatkan laporan dari

Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien.

bahwa sesuai ketentuan dalam Pasal 38 dan Pasal 39 Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 9 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, ketentuan mengenai penerimaan

Pada hasil penelitian dari 92 siswi bahwa tipe pola asuh orang tua yang paling banyak dipersepsikan oleh responden adalah demokratis 64,1% yang sebagian besar 71,2% memiliki