• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KINERJA MIKRO PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG SKAL A KECIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KINERJA MIKRO PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA TAMBAK UDANG SKAL A KECIL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KINERJA MIKRO PEMBANGUNAN PERIKANAN

BUDIDAYA TAMBAK UDANG SKAL A KECIL

Sonny Koeshendrajana, Hikmah, Hakim Miftakhul Huda, dan Asep Jajang Setiadi Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Jl. K.S. Tubun, Petamburan VI, Slipi, Jakarta 10260 E-mail: sonny_koes@yahoo.com

ABSTRAK

Pengukuran kinerja secara mikro dampak pembangunan perikanan budidaya, khususnya tambak udang, masih sangat terbatas dan bersifat sporadis; lebih lanjut, belum dijumpai data dasar di tingkat mikro pada pelaku usaha di pedesaan perikanan budidaya tambak yang dapat dijadikan basis bagi perumusan kebijakan yang bersifat responsif maupun antisipatif. Makalah ini merupakan bagian dari hasil penelitian PANELKANAS yang dilakukan tahun 2010 bertujuan untuk mengkaji kinerja mikro pembangunan perikanan budidaya tambak skala kecil di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Pangkep. Metode survai monitoring digunakan dalam penelitian ini. Pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan bantuan kuisioner terstruktur melalui wawancara terhadap 30-35 responden pembudidaya udang terpilih. Analisis statistik deskriptif dan penyajian tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan kinerja budidaya tambak udang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja usaha pembudidayaan udang di Kabupaten Gresik relatif lebih baik dibandingkan di Kabupaten Pangkep. Ketergantungan rumah tangga pembudidaya udang di Kabupaten Pangkep terhadap sektor perikanan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga pembudidaya udang di Kabupaten Gresik. Meskipun secara absolut pembudidaya udang di Kabupaten Pangkep lebih konsumtif dibandingkan di Kabupaten Gresik, tingkat kesejahteraan pembudidaya udang di Kabupaten Gresik relatif lebih sejahtera. Upaya peningkatan kinerja usaha dapat dilakukan melalui kebijakan penentuan harga jual produk, jaminan kualitas benih, dan pakan, serta bantuan permodalan.

KATA KUNCI: indikator kinerja mikro, perikanan budidaya tambak udang, skala kecil, kesejahteraan

PENDAHULUAN

Peningkatan jumlah penduduk dunia ditenggarai membutuhkan penyediaan produk perikanan yang lebih besar dikarenakan saat ini telah bergesernya pola konsumsi masyarakat ke produk perikanan. Jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat yaitu sekitar 119,6 Juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40% dan selebihnya sekitar 299 juta ton/tahun (60%) dibutuhkan untuk bahan baku industri farmasi, pakan, dan sebagainya (Hikmah et al., 2011). Sebagai salah satu produsen perikanan dunia, peluang dan tantangan tersebut diharapkan dapat menjadi pemacu terhadap peningkatan pendapatan hasil perikanan. Sulitnya meningkatkan produksi dari perikanan tangkap membuat perikanan budidaya (laut, tambak, dan tawar) menjadi alternatif utama pengembangan perikanan. Sehingga pembangunan perikanan di sentra-sentra produksi budidaya pada beberapa tahun terakhir mulai menunjukkan eksistensinya. Hal ini ditunjukkan dengan semakin menurunnya sumbangan produksi perikanan tangkap yang tergeser oleh hasil perikanan budidaya.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah menetapkan udang sebagai komoditas unggulan. Komoditas udang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan konsumsi domestik. Indonesia saat ini merupakan negara produsen udang keempat terbesar dunia. Volume produksi udang masih bisa ditingkatkan mengingat pengelolaan potensi sumberdaya belum maksimal. Data perkiraan volume ekspor udang Indonesia pada tahun 2010 sebesar 140.940 ton dengan nilai ekspor sebesar USD 989.708 atau 45% total nilai ekspor hasil perikanan (Anonimous, 2010).

Pengukuran kinerja secara mikro dampak pembangunan perikanan budidaya, khususnya tambak udang, masih sangat terbatas dan bersifat sporadis; lebih lanjut, belum dijumpai data dasar di tingkat mikro pada pelaku usaha di pedesaan perikanan budidaya tambak yang dapat dijadikan basis bagi

(2)

perumusan kebijakan yang bersifat responsif maupun antisipatif. Pelaku usaha tambak udang di pedesaan ini merupakan penyokong dalam peningkatan produksi udang nasional. Secara umum, istilah ‘indikator’ mengandung pengertian sebuah refleksi (tolak ukur) suatu keadaan dari sistem sesuai dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai oleh ‘masyarakat pengelola sistem’ tersebut. Urgensi suatu indikator adalah untuk memberikan suatu ukuran sederhana yang dapat disepakati secara umum dalam menggambarkan status pencapaian pembangunan atau pengelolaan sumberdaya alam yang sangat kompleks (Nasution et al., 2003).

Makalah ini merupakan bagian dari hasil penelitian PANELKANAS yang dilakukan tahun 2010 bertujuan untuk mengkaji kinerja mikro pembangunan perikanan budidaya tambak skala kecil di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Pangkep.

METODOLOGI

Kerangka Pemikiran dan Ruang Lingkup Penelitian

Secara umum kerangka konseptual pelaksanaan riset PANELKANAS adalah seperti pada Gambar 1. Metodologi survai digunakan dalam penelitian PANELKANAS.

Keterkaitan kerangka konseptual dengan tahapan input, proses, dan output kegiatan riset dapat direfleksikan seperti Gambar 2. Riset PANELKANAS merupakan sebuah riset yang dirancang untuk memonitor dinamika sosial ekonomi desa perikanan sebagai dampak kegiatan pembangunan nasional.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada pada Desa Pangkah Wetan Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur dan Kelurahan Talaka Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan yang dilaksanakan pada bulan Mei-November Tahun 2010.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan responden terpilih menggunakan kuesioner terstruktur dan pengamatan

(3)

langsung (observasi). Data primer ini meliputi kondisi usaha perikanan tambak, pola pendapatan, dan konsumsi rumah tangga. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan meliputi data sekunder dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gresik dan Pangkep serta Kelautan dan Perikanan Dalam Angka yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi Kelautan dan Perikanan (PUSDATIN).

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan melalui survai monitoring, selanjutnya data primer ini disebut data panel mikro. Panel data mikro merupakan data berkala yang dikumpulkan dari responden (baik individu maupun keluarga) yang sama. Panel data mikro dikumpulkan melalui survai penampang lintang terhadap sejumlah responden yang dilakukan secara berkala. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan kondisi usaha tambak responden skala mikro (< 5 ha) dan skala kecil (5-15 ha). Jumlah responden yang diwawancarai adalah sebanyak 30-35 orang.

Metode Analisis Data

Data dianalisis secara statistik deskriptif dan penyajian tabulasi silang. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mencari jumlah sampel, nilai maksimum dan minimum, rata-rata dan standar deviasinya. Hasil dari analisis kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian. Analisis dilakukan pada modul usaha, pendapatan, dan konsumsi. Penyajian tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan kinerja budidaya tambak udang.

HASIL DAN BAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Pemanfaatan lahan tambak payau di Indonesia pada saat ini hanya berkisar 21% (628.726 ha) dari total potensi (2.963.717 ha) yang dapat dimanfaatkan. Berdasarkan data-data tersebut, maka peluang pengembangan lahan usaha perikanan tambak masih terbuka lebar yaitu sebesar 2.280.991 ha. Di antara wilayah yang telah dikenal sebagai lokasi sentra produksi perikanan tambak payau di Indonesa adalah Provinsi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Provinsi Jawa Timur memiliki luas lahan potensial sebesar 190.917 ha dengan realisasi pemanfaatan adalah sebesar 50.229 ha atau 8% terhadap luas total pemanfaatan aktual. Sedangkan Provinsi Sulawesi Selatan memiliki luas lahan potensial sebesar

Gambar 2. Keterkaitan tahapan pelaksanaan kegiatan riset dengan

(4)

164.075 ha dengan realisasi pemanfaatan sebesar 101.952 ha atau 16% terhadap luas total pemanfaatan aktual (Anonimous, 2010).

Kelurahan Talaka terletak di Kecamatan Ma’rang, Kabupaten Pangkajene, dan Kepulauan (Pangkep), Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 1.164 ha, dengan proporsi penggunaan lahan digunakan untuk tambak (936 ha), tegalan (11,25 ha), dan pekarangan (15,85 ha). Iklim di desa ini termasuk iklim kering basah dengan banyak bulan hujan adalah 8 (delapan) bulan. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Talaka sebagian besar sebagai petani tambak, baik itu pemilik tambak maupun petani penggarap tambak. Hampir setiap keluarga di Kelurahan Talaka mempunyai lahan tambak meskipun hanya berupa lahan sempit. Selain mempunyai mata pencaharian sebagai petani tambak, sebagian penduduk ada juga yang bermata pencaharian lain baik dalam bidang perikanan maupun non perikanan. Mata pencaharian penduduk dalam bidang perikanan yaitu dalam bidang perikanan tangkap skala kecil sebagai nelayan kecil dan membudidayakan rumput laut. Mata pencaharian penduduk dalam bidang non perikanan antara lain menjadi pegawai negeri sipil, pedagang warung kecil, dan tukang ojeg.

Desa Pangkah Wetan merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur. Desa Pangkah Wetan dijadikan sebagai desa contoh untuk budidaya air payau karena sebagian besar wilayahnya merupakan lahan tambak. Luas Desa Pangkah Wetan adalah 31,86 km2 dengan dibatasi oleh Desa Pangkah Kulon di sebelah Barat, Laut di sebelah

Utara dan Timur, serta Desa Karang Rejo di sebelah Selatan. Di Desa Pangkah Wetan banyak ditemui usaha budidaya bandeng, udang windu, dan kerapu.

Tabel 1. Karakteristik responden pembudidaya tambak di Desa Pangkah Wetan, Kecamatan Ujung Pangkah Gresik, dan Kel. Talaka, Kec. Ma’rang Kabupaten Pangkep tahun 2010

Sumber: Data Primer Diolah (2010)

J umlah responden Per sentase (% ) J umlah r esponden Per sentase (% ) Umur r esponden (tahun)

< 15 0 - 0 -15-25 0 - 0 -26-45 12 39 14 44 46-60 19 61 16 50 > 60 0 0 2 6 J umlah 3 1 1 0 0 3 2 1 0 0

Ting kat pendidikan

Tidak tamat SD 1 3 1 3

Tamat SD - Tidak tamat SLTP 10 32 13 41

Tamat SLTP - Tidak tamat SLTA 3 10 2 6

Tamat SLTA 17 55 12 37

S 1 0 0 4 13

J umlah 3 1 1 0 0 3 2 1 0 0

J umlah ang g ota keluar g a (orang )

< 4 15 48 1 3

4-5 15 48 11 34

> 5 1 3 20 63

J umlah 3 1 1 0 0 3 2 1 0 0

Kar akter istik r esponden

(5)

Kecamatan Ujung Pangkah merupakan kecamatan di Kabupaten Gresik yang memiliki potensi besar bidang perikanan baik penangkapan maupun budidaya tambak. Luas lahan tambak di Kecamatan Ujung Pangkah sebesar 4.304 ha, tegalan sebesar 3.275,12 ha, pemukiman sebesar 1.156,00 ha, dan sawah 874,78 ha. Berdasarkan data tersebut, penggunaan lahan tambak merupakan penggunaan lahan terbesar (BPS, 2002).

Usaha pertambakan di Desa Ujung Pangkah telah lama dikembangan oleh masyarakat setempat. Pada awalnya kegiatan pertambakan hanya untuk budidaya ikan bandeng, namun dengan adanya pasar domestik dan internasional, terjadi peningkatan jenis komoditas ikan bandeng ke komoditas udang windu. Pada tahun 1990-an terjadi pergeseran pola usaha dari usaha tradisional ke usaha semi intensif dan intensif. Pergeseran pola usaha ini tidak dikuti dengan pengelolaan pertambakan yang baik dengan membuang air limbah ke perairan dan digunakan kembali untuk tambak lainnya. Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan produksi tambak menurun sehingga petani banyak yang kembali ke pola usaha tradisional atau tradisional plus (Prasita, 2007).

Tabel 1 menunjukkan bahwa kisaran umur responden pembudidaya lebih didominasi usia produktif yakni berkisar antara 46-60 tahun (61% dan 50%). Menurut Decco (1989), umur berpengaruh pada kematangan fisik dan emosi. Umur adalah salah satu karakteristik individu yang ikut mempengaruhi fungsional biologis dan psikologis individu tersebut. Selanjutnya Kamaluddin (1994), menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang membatasi produktivitas dan karir tiap individu. Pada usia kurang dari 25 tahun adalah masa eksploitasi, periode 26-45 tahun adalah masa matang di mana produktivitas seseorang berada pada titik puncak dan setelah itu usia lebih dari 45 tahun produktivitas dan karir seseorang pada umumnya menurun.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan pembudidaya di Gresik tergolong kategori tinggi, yakni tamat SLTA (55%) sedangkan pembudidaya di Pangkep tingkat pendidikannya relatif rendah yaitu tamat SD (41%). Tingkat pendidikan berpengaruh pada kemampuan manajerial dalam pengambilan keputusan dan penguasaan aset produktif. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Kasryno & Suryana (1992), sumberdaya manusia berpengaruh pada penguasaan aset produktif, seperti sarana dan modal. Sebaran jumlah tanggungan keluarga responden pembudidaya di Gresik yang kurang dari 4 orang sebesar 48% menunjukan bahwa rata-rata pembudidaya memiliki tanggungan keluarga sedikit, namun sebaliknya di Pangkep jumlah anggota keluarga yang lebih dari 5 orang mencapai 63%.

Tabel 2. Luas kepemilikan lahan tambak dan status kepemilikannya responden pembudidaya udang di Kabupaten Gresik dan Pangkep tahun 2010

Sumber: Data Primer Diolah (2010) J umlah responden Per sentase (% ) J umlah responden Persentase (% ) Kepemilikan lahan (ha)

< 2 2 6 22 69 2 - < 5 13 42 6 19 5 - < 8 8 26 4 12 8-11 5 16 0 0 ? 11 3 10 0 0 J umlah 3 1 1 0 0 3 2 1 0 0

Status kepemilikan lahan

Milik Sendiri 27 88 31 97

Sewa 2 6 1 3

Sakap 2 6 0 0

J umlah 3 1 1 0 0 3 2 1 0 0

Uraian

(6)

Luas dan Status Kepemilikan Lahan

Pada umumnya luas lahan yang dimiliki responden pembudidaya udang dan bandeng di Kecamatan Ujung Pangkah lebih dari 2 ha dan status kepemilikan lahan tambak sebagian besar milik sendiri (87,10%). Luas lahan tambak yang dimiliki pembudidaya di Ujung Pangkah didominasi 2-<5 ha (41,94%). Tidak ada responden yang memiliki luas lahan tambak kurang dari 2 ha. Kondisi sebaliknya terjadi pada responden pembudidaya di Pangkep di mana 69% responden hanya mempunyai lahan kurang dari 2 ha. Status kepemilikan lahan tambak responden pembudidaya di Kabupaten Pangkep sebagian besar merupakan milik sendiri yaitu mencapai 97%.

Investasi Usaha

Komponen investasi usaha tambak udang tradisional pada skala kecil dan menengah di Kabupaten Gresik dan Pangkep secara umum adalah sama, perbedaan yang relatif menyolok adalah nilai harga satuan komponen investasi. Komponen investasi usaha meliputi lahan tambak, rumah jaga, serokan, pintu air, pompa air, pipa/selang air, lampu/neon/petromak dan lain-lain, serta biaya operasional satu siklus produksi.

Usaha tambak udang di Kabupaten Gresik dan Pangkep termasuk dalam kategori skala mikro dan skala kecil berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun 2009 tentang pengelompokkan skala usaha tambak menurut luas lahan. Pada Tabel 3 bisa dilihat bahwa investasi yang diperlukan untuk usaha pertambakan tradisional dengan skala mikro (luas lahan kurang dari 5 ha) adalah sebesar Rp 113.713.889,- di Gresik dan Rp 32.476.590,- di Pangkep, sedangkan investasi usaha tambak skala kecil (luas lahan tambak antara 5-15 ha) sebesar Rp 304.969.909,- di Gresik dan Rp 130.974.491,- di Pangkep. Dalam investasi termasuk pula biaya operasional satu siklus produksi. Biaya investasi tersebut merupakan estimasi yang diberikan pembudidaya terhadap nilai aset usaha saat ini. Tingginya nilai investasi khususnya harga tanah di Gresik dipengaruhi oleh isu tentang adanya perluasan salah satu perusahaan pengeboran minyak yang akan memperluas wilayah operasional kerjanya.

Investasi usaha utama pada usaha tambak udang tradisional selain lahan adalah rumah jaga yang digunakan untuk tempat beristirahat penjaga tambak. Selanjutnya adalah pintu air yang biasanya terbuat dari kayu yang tahan air sehingga nilai perolehannya juga mahal. Proporsi investasi usaha pada budidaya udang tradisional skala mikro dan kecil dapat dilihat pada Gambar 3.

Komponen investasi usaha budidaya pada tambak udang tradisional skala mikro dan kecil didominasi oleh biaya pengadaan lahan. Proporsi biaya investasi lahan mencapai 80% sampai dengan 90% dari total biaya investasi awal. Biaya investasi awal tertinggi selanjutnya adalah modal kerja

Tabel 3. Investasi usaha tambak udang di Gresik dan Pangkep, tahun 2010

Sumber: Data Primer Diolah (2010)

Jumlah Nilai (Rp) Ju mlah Nilai (Rp) Ju mlah Nilai (Rp) Ju mlah Nilai (Rp)

Lahan tambak (m2) 30,385 101,250,000 73,733 286,000,000 14,534 26,535,714 58,333 116,666,667

Rumah jaga (buah) 1 3,666,667 2 4,615,385 1 1,136,364 2 1,666,667

Pintu air (unit) 2 3,505,000 3 7,742,917 2 1,520,000 2 3,000,000

Tempat ikan (buah) 3 164,167 5 200,000 1 12,143 1 10,000

Lain-lain 1,580,415 3,430,000

Biaya operasional

satu siklus produksi 5,128,056 6,411,607 1,691,954 6,201,158

Total inv estasi 1 1 3 , 7 1 3 , 8 8 9 3 0 4 , 9 6 9 , 9 0 9 3 2 , 4 7 6 , 5 9 0 1 3 0 , 9 7 4 , 4 9 2 Uraian

Kabu pat en G resik Kab u paten Pang kep

Kec il (5 - 1 5 ha) Mikro (< 5 h a) Kec il (5 - 1 5 ha) M ikro (< 5 h a)

(7)

untuk operasional selama satu siklus usaha. Bagi pembudidaya udang yang telah mempunyai aset produktif sendiri (khususnya lahan) mempunyai keuntungan untuk memperoleh bantuan pinjaman modal kerja dengan jaminan aset produktif yang dimiliki sehingga usaha budidaya udang dapat lebih optimal.

Kinerja Usaha

Pertambakan tradisional di Kelurahan Talaka, Kab. Pangkep dan Desa Pangkah Wetan Kab. Gresik merupakan jenis tambak polikultur yaitu pada satu lahan tambak dibudidayakan bandeng dan udang (udang vaname atau udang windu). Benih bandeng dan benih udang berasal dari pasar di Kelurahan Bonto-bonto dan didapatkan dari pedagang benih pada masing-masing lingkungan yang ada di Kelurahan Talaka. Adapun benih bandeng dan udang di Desa Pangkah Wetan, Gresik sebagian besar diperoleh dari Situbondo, Lamongan, dan Bali yang telah didederkan sebelumnya di wilayah Gresik yang lain seperti Kecamatan Sidayu.

Musim tanam tambak di Kelurahan Talaka terdiri atas 2 (dua) musim tanam, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim tanam bandeng pada musim hujan adalah bulan Oktober-Maret dengan lama pemeliharaan antara 4-6 bulan. Musim tanam udang pada musim hujan juga sekitar bulan Oktober-Maret dengan lama pemeliharaan 3-4 bulan. Pada musim tanam kemarau untuk bandeng adalah pada bulan April-September dengan lama pemeliharaan sekitar 4-6 bulan sedangkan lama pemeliharaan udang pada musim tanam kemarau adalah sekitar 3-4 bulan. Adapun usaha budidaya udang di Gresik dapat berlangsung selama 3 kali dalam setahun dengan lama pemeliharaan berkisar 3-4 bulan per musim panen.

Kegiatan pertambakan polikultur baik di Gresik maupun Pangkep diawali dengan pengolahan lahan/tanah tambak. Lahan tambak terlebih dahulu disurutkan sebelum ditebari dengan benih udang sampai kurang lebih 50 cm. Kemudian, lahan tambak tersebut diberikan zat pembunuh seperti obat-obatan dan pestisida untuk membunuh ikan pemangsa. Keesokan harinya air tambak yang telah diberi pestisida tersebut selanjutnya dikeluarkan dan tambak tersebut dialiri dengan air baru hingga ketinggian 1-1,5 m. Air tambak selanjutnya ditaburi pupuk urea dan TSP yang jumlahnya disesuaikan dengan luas lahan tambak. Tujuan penebaran pupuk tersebut adalah untuk merangsang pertumbuhan plankton baik fitoplankton maupun zooplankton. Setelah satu minggu penebaran pupuk selanjutnya ditebarkan benih udang (benur). Setelah satu atau dua minggu penebaran benih udang (benur) tersebut

Gambar 3. Persentase struktur biaya investasi awal usaha tambak udang tradisional skala mikro dan menengah di Gresik dan Pangkep tahun 2010

(8)

kemudian dilakukan penebaran benih bandeng (nener). Perawatan tambak selanjutnya relatif mudah karena tidak ada pemberian pakan dan pemupukan susulan. Pergantian air harian umumnya berdasarkan pasang surut saja untuk tambak yang bersumber dari air laut dan pengaliran air dengan irigasi untuk tambak yang bersumber dari air tanah/air sungai.

Usaha budidaya pada tambak di Gresik dan Pangkep selain memperoleh penerimaan dari hasil budidaya yaitu bandeng dan udang, para pembudidaya juga mendapatkan hasil sampingan dari tangkapan berupa ikan nila, mujair, dan kepiting, khusus di Gresik juga memperoleh udang putih yang berasal dari alam. Ikan-ikan hasil sampingan tersebut selalu dipanen setiap hari dengan jumlah panen rata-rata sebanyak 2-10 kg ikan/hari tergantung luas lahan tambak dan musim. Selain sebagai hasil sampingan, jenis-jenis ikan tersebut merupakan hama bagi jenis ikan bandeng dan udang yang dibudidayakan. Ikan nila dan mujair menghabiskan pakan sehingga menghambat pertumbuhan bandeng dan udang. Kepiting memakan benih udang dan bandeng yang masih kecil sehingga mengurangi pertumbuhan ikan bandeng dan udang.

Biaya tetap yang dikeluarkan pembudidaya untuk pengelolaan tambak udang dan bandeng adalah pajak, bunga investasi, dan penyusutan sarana produksi (rumah jaga, pintu air, tempat ikan, timbangan, dan serokan). Biaya tetap yang paling besar dikeluarkan adalah bunga investasi, kemudian perbaikan Catatan: Gresik : 3 siklus produksi per tahun; Pangkep : 2 siklus produksi per tahun

Sumber: Data Primer Diolah (2010)

Tabel 4. Perhitungan keuntungan usaha budidaya tambak ikan bandeng dan udang di Desa Pangkah Wetan, Gresik, dan Kelurahan Talaka, Pangkep Selama Setahun, tahun 2010

Jumlah Nilai ( Rp) Jumlah Nilai ( Rp) Jumlah Nilai ( Rp) Ju mlah Nilai ( Rp) 1 7 ,6 6 0 , 0 7 7 2 2 , 1 4 8 ,3 5 4 4 , 7 0 9 ,2 8 4 1 5 , 8 9 4 , 5 5 1

2 ,6 8 5 , 9 1 1 4 , 3 5 3 ,5 3 2 1 , 2 6 5 ,3 7 7 3 , 2 1 4 , 7 3 5

1 tahun 136,667 1 tahun 480,000 101,208 425,000

1 tahun 775,914 0 1,517,196

- Rumah jaga 1 tahun 845,833 1 tahun 905,628 1 tahun 222,803 1 tahun 577,778

- Pintu air 1 tahun 827,778 1 tahun 1,235,952 1 tahun 202,482 1 tahun 353,409

- Tempat ikan 1 tahun 42,222 1 tahun 94,048 1 tahun 8,226 1 tahun 10,000

- Timbangan 1 tahun 30,000 1 tahun 46,333

- Serokan 1 tahun 27,496 1 tahun 74,375 1 tahun 121,708 1 tahun 60,000

- Lain-lain 608,950 0 1.788.548 1 4 ,9 7 4 , 1 6 7 1 7 , 7 9 4 ,8 2 1 3 , 4 4 3 ,9 0 7 1 2 , 6 7 9 , 8 1 6 26,400 2,516,667 44,571 4,507,500 7,145 405,000 19,500 913,333 169,286 6,780,000 345,000 8,153,571 38,371 1,446,296 145,000 8,316,667 337.5 438,750 450 832,500 568 1,003,611 1,200 2,605,000 3 450,000 9 1,350,000 60,000 277,500 3 438,750 5.1 438,750 44 316,000 14 87,316 81 4,350,000 33 2,512,500 213,000 480,000 1 ,4 8 8 2 0 ,4 8 1 , 2 5 0 1 , 8 4 0 2 7 , 3 8 3 ,6 6 7 1 2 , 2 0 2 ,7 2 6 4 1 , 9 3 7 , 0 8 3 Bandeng (kg) 758 7,578,750 2,610 8,168,667 6,458,071 21,498,750 Udang (kg) 199 12,902,500 1,281 19,215,000 5,744,6557,493,441 20,438,33326,042,533 2 ,8 2 1 , 1 7 3 5 , 2 3 5 ,3 1 3 2 .5 9 1 2 . 6 3 8 1 . 3 7 1 . 5 4 1 . 5 9 1 . 6 4 0 . 1 6 0 . 2 4 Biaya v ariab el

Penyusutan sarana produksi*)

Uraian M ikro ( < 5 ha) Kec il (5 -1 5 ha)

Total biaya (TC) Biaya tetap (FC)

M ikro (< 5 ha) Kec il ( 5 - 1 5 h a)

Penerimaan (TR)

Keuntu ng an ( TR-TC) R/ C ratio

Profitab ilitas ( TT/ TC)

Obat-obatan Upah panen (OH)

Kab upaten G resik Kabu paten Pang kep

Benih bandeng (ekor) Benih udang windu (ekor) Pupuk (kg)

Persiapan lahan Pajak

(9)

pintu air dan perbaikan rumah jaga. Biaya variabel yang dikeluarkan pembudidaya adalah pembelian benih, pupuk, persiapan lahan, obat-obatan, dan upah panen.

Struktur biaya terbesar dalam usaha budidaya udang tradisional di Gresik dan Pangkep adalah komponen biaya benih. Biaya benih berada pada kisaran 32%-57% dari total biaya usaha budidaya. Fluktuasi tingkat sintasan (survival rate) benih yang tinggi berpengaruh signifikan terhadap keuntungan pembudidaya udang karena besarnya kontribusi biaya benih terhadap total biaya. Sifat udang yang rentan terhadap penyakit dan serangan hama menuntut pembudidaya untuk lebih selektif dalam memilih benih yang berkualitas sehingga tahan terhadap penyakit dan tumbuh dengan baik. Persentase komposisi biaya dalam usaha budidaya udang tradisional di Gresik dan Pangkep dapat dilihat pada Gambar 4.

Pada kasus di Pangkep, standar deviasi untuk biaya operasional benih udang memiliki nilai lebih besar daripada nilai rata-ratanya, hal ini dikarenakan terdapat responden yang menebar benih udang sangat sedikit dan terdapat responden yang menebar benih udang dalam jumlah yang besar. Usaha tambak udang tradisonal di Pangkep skala mikro memerlukan biaya operasional sebesar Rp 1.691.954,-sedangkan biaya operasional satu siklus produksi usaha pertambakan skala kecil sebesar Rp 6.201.158,-.

Penerimaan usaha didapatkan dari panen bandeng dan panen udang.Nilai penjualan hasil panen dalam satu tahun untuk usaha skala mikro di Pangkep adalah sebesar Rp 12.202.727,- dan untuk skala kecil sebesar Rp 41.937.083,-. Khusus untuk proses penjualan di Gresik sebagian besar pembudidaya menjual dengan sistem “tebas” dengan penentuan harga jual disepakati sebelum diketahui kuantitas hasil tambak sebenarnya sehingga terkadang nilai per satuan hasil tambak lebih rendah dari harga pasar. Keuntungan usaha tambak skala mikro dan kecil dalam kurun waktu satu tahun relatif kecil, hal ini dikarenakan besarnya biaya total yang diperlukan dalam periode satu tahun sedangkan penerimaan panen dalam kurun waktu satu tahun terbilang kecil karena banyak sekali hambatan teknis dalam pemeliharaan bandeng maupun udang. Jumlah tebar benih yang banyak belum tentu menghasilkan panen yang berlimpah. Hal ini dikarenakan teknologi yang dipergunakan oleh masyarakat baik di Pangkah Wetan, Gresik maupun Talaka, Pangkep masih tradisional. Selain teknologi yang masih tradisional juga dikarenakan kurangnya penyuluhan dan bantuan informasi yang diberikan oleh pemerintah.

Gambar 4. Struktur biaya usaha budidaya udang tradisional di Gresik dan Pangkep tahun 2010

(10)

Nilai R/C ratio usaha budidaya tambak udang dan bandeng baik skala mikro maupun kecil di Pangkep lebih tinggi dari yang di Gresik sehingga dapat dikatakan kinerja usaha budidaya udang tradisional di Pangkep lebih baik daripada Gresik.Nilai R/C ratio pada dua lokasi (Gresik dan Pangkep) yang lebih dari satu menunjukkan bahwa usaha budidaya tambak udang dan bandeng layak secara ekonomi untuk diusahakan.

Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Perikanan Pembudidaya Udang

Pendapatan rumah tangga perikanan terdiri atas dua kategori yaitu pendapatan yang berasal dari kepala keluarga dan pendapatan yang berasal dari anggota keluarga. Pendapatan kepala keluarga (KK) meliputi pendapatan utama dan pendapatan sampingan. Struktur pendapatan kepala keluarga dan pendapatan anggota keluarga yang terdiri atas kategori pendapatan utama, pendapatan sampingan (perikanan) dan pendapatan sampingan non perikanan dapat dilihat pada Tabel 5.

Rumah tangga pembudidaya udang skala mikro di Gresik mempunyai pendapatan keluarga yang lebih besar dari pembudidaya skala mikro di Pangkep. Kontributor utama dalam pendapatan rumah tangga pembudidaya udang skala mikro baik di Gresik maupun Pangkep adalah kepala keluarga yaitu sebesar 67% untuk yang di Gresik dan 82% untuk yang di Pangkep. Pada usaha tambak udang Tabel 5. Struktur pendapatan per tahun RTP pembudidaya udang di Kab. Gresik dan Pangkep, tahun

2010

Sumber: Data Primer Diolah (2010)

Nilai (Rp) Persentase (%) Nilai (Rp) Persentase (%) Nilai (Rp) Persentase (%) Nilai (Rp) Persentase (%) 23,082,941 67 54,325,429 89 25,978,147 82 68,813,333 100 - Utama 16,894,706 49 51,711,143 85 20,266,897 64 65,933,333 96 - Sampingan (perikanan) 6,188,235 18 2,614,286 4 1,711,250 5 2,880,000 4 - Sampingan (non perikanan) 4,000,000 13 11,280,588 33 6,428,571 11 5,716,667 18 - Utama 10,221,765 30 6,428,571 11 3,316,667 10 - Sampingan (perikanan) 1,058,824 3 2,400,000 8 34,363,529 100 60,754,000 100 31,694,813 100 68,813,333 100 Kepala keluarga Anggota keluarga Pendapatan rumah tangga

Kabupaten Gresik Kabupaten Pangkep

Kategori Skala mikro Skala kecil Skala mikro Skala kecil

Tabel 6. Konsumsi pangan dan non pangan rumah tangga perikanan pembudidaya udang di Kelurahan Talaka, Kabupaten Pangkep dan Desa Pangkah Wetan, Kabupaten Gresik, tahun 2010

Sumber: Data Primer Diolah (2010)

Nilai (Rp) Persent ase (% ) Nilai (Rp) Persentase (% ) Nilai (Rp) Persentase (% ) Nilai (Rp) Persentase (% ) Pangan 9,954,471 54 15,569,125 41 16,243,201 58 17,936,000 38 Non pangan 8,339,321 46 27,700,563 59 11,983,597 42 28,919,333 62 Total konsumsi 18,293,793 100 43,269,688 100 28,226,798 100 46,855,333 100

Kab upaten G resik Kab upaten Pang kep

Jenis konsumsi

(11)

skala kecil baik di Gresik maupun Pangkep, kepala keluarga juga memegang peranan dominan sebagai penyumbang pendapatan keluarga yaitu mencapai 89% di Gresik dan 100% di Pangkep.

Konsumsi rumah tangga perikanan terdiri atas konsumsi pangan dan konsumsi non pangan. Konsumsi pangan meliputi konsumsi bahan pokok, konsumsi protein hewani, konsumsi protein nabati, dan bahan lainnya. Konsumsi non pangan meliputi rekening, elpiji, bensin/solar, pendidikan, kesehatan, perlengkapan rumah tangga, pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan, dan sandang/ pakaian.

Proporsi konsumsi pangan terhadap total pengeluaran berkisar antara 38% pada pembudidaya udang skala kecil di Pangkep sampai dengan 58% pada rumah tangga pembudidaya udang skala mikro di Pangkep. Masih tingginya alokasi konsumsi untuk keperluan pangan pada pembudidaya udang skala mikro baik di Gresik maupun Pangkep menunjukkan kurang tingginya pendapatan pembudidaya udang skala mikro yang menyebabkan rendahnya daya beli untuk kebutuhan lain selain pangan.

Nilai total konsumsi dan pengeluaran rumah tangga pembudidaya udang tradisional skala mikro dan kecil per tahun berada pada interval Rp 18.293.793,- sampai dengan Rp 46.855.333,-. Besarnya nilai total konsumsi dan pengeluaran juga menunjukkan kualitas barang dan jasa yang dikonsumsi. Nilai total konsumsi pembudidaya udang skala mikro baik di Gresik maupun Pangkep lebih rendah dari pembudidaya udang skala kecil baik di Gresik maupun Pangkep. Kondisi tersebut menunjukkan tingkat kesejahteraan pembudidaya udang pada skala kecil lebih baik daripada pembudidaya udang skala mikro.

Secara keseluruhan, baik pada pembudidaya skala mikro maupun kecil mempunyai nilai konsumsi dan pengeluaran rumah tangga lebih kecil dari pendapatan rumah tangga. Rasio antara pendapatan dan konsumsi yang lebih besar dari satu memungkinkan pembudidaya untuk meningkatkan tabungan maupun mengembangkan investasi usahanya. Kondisi tersebut juga dapat dijadikan pertimbangan lembaga keuangan baik formal atau non formal untuk melakukan kerja sama usaha dalam bentuk pinjaman modal usaha.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja usaha pembudidayaan udang di Gresik relatif lebih baik dibandingkan di Pangkep. Kualitas sumberdaya perairan yang semakin berkurang, terbatasnya benih berkualitas dan minimnya informasi teknis menjadi beberapa penyebab rendahnya hasil produksi tambak pembudidaya di samping teknologi usaha yang masih tradisional. Ketergantungan rumah tangga pembudidaya udang di Pangkep terhadap sektor perikanan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga pembudidaya udang di Gresik. Meskipun secara absolut pembudidaya udang di Pangkep lebih konsumtif dibandingkan di Gresik, tingkat kesejahteraan pembudidaya udang di Gresik relatif lebih sejahtera.

Upaya peningkatan kinerja usaha dapat dilakukan melalui kebijakan pengkajian dan pengawasan kualitas sumberdaya perairan, penentuan harga jual produk, jaminan kualitas benih dan pakan, bantuan permodalan dalam rangka intensifikasi usaha dan pendampingan usaha terkait cara budidaya ikan yang baik.

DAFTAR ACUAN

Anonimous. 2010. Kelautan dan Perikanan Dalam Angka 2010. Pusat Data dan Informasi Kelautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Decco. 1989. Educational physcology. Di edit oleh Joh P. De Cecco Prantice Hall. Inc. Englewood Clipffs New Jersey.

Hikmah, Huda, H.M., & Setiadi, A.J. 2011. Perkembangan Usaha Pertambakan Tradisional Di Desa Pangkah Wetan, Gresik, Jawa Timur. PANELKANAS: Upaya Pemantauan Indikator Kinerja Mikro Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta, hlm. 159-179.

(12)

Kamaluddin, L.M. 1994. Strategi Penyiapan dan Pengembangan Kualitas SDM Pada Pembangunan Agribisnis Perikanan Indonesia. Makalah pada Seminar Sehari Sosial Ekonomi Perikanan. Institut Pertanian Bogor.

Prasita, V.D.J. 2007. Analisis Daya Dukung Lingkungan dan Optimalisasi Pemanfaatan Wilayah Pesisir

untuk Pertambakan di Kabupaten Gresik. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Nasution, Z., Koeshendrajana, S., & Purnomo, A.H. 2003. Prosiding Seminar Indikator Kinerja dan

Hasil Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 14 Mei 2004. Balai Besar Riset Sosial Ekonomi

Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Gambar

Gambar  1. Kerangka  konseptual  pelaksanaan  kegiatan
Gambar  2. Keterkaitan  tahapan  pelaksanaan  kegiatan  riset  dengan input  yang  diperlukan  dan  output  yang  dihasilkan
Gambar  3. Persentase  struktur  biaya  investasi  awal  usaha  tambak  udang  tradisional skala mikro dan menengah di Gresik dan Pangkep tahun 2010
Gambar  4. Struktur  biaya  usaha  budidaya  udang  tradisional  di  Gresik  dan Pangkep  tahun  2010

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis awal dari sistem SOLAP pada penelitian Wipriyance (2013), jumlah titik panas yang ada pada data warehouse mencapai 473 892 titik sedangkan jumlah titik yang

Mengingat hasil uji determinasi variabel bebas (motivasi, kemampuan dan kesempatan) terhadap variabel terikat kinerja Pegawai nilainya baru mencapai level 73,2 %, maka

Mendapatkan beasiswa unggulan dari Departemen Pendidikan Nasional RI Jakarta untuk menempuh S2 di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, Konsentrasi

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Televisi dan Budaya

Ketersediaan jalan yang memadai untuk memfasilitasi evakuasi terhadap gelombang tsunami sangat bergantung kepada moda transportasi yang digunakan dan kapasitas jalan yang

Maka untuk kebutuhan tersebut digunakan analisis faktor yaitu suatu analisis statistika multivariat yang merupakan metode untuk mengelompokkan atau mereduksi

Konsep awal yang digunakan adalah alat pencetak kue culut yang saat ini digunakan pada IKM La Madre, dimana penggunakan memiliki keluhan pada saat menggunakan