• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi. Oleh:"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INFLASI, BANK INDONESIA RATE, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP HARGA SAHAM

(Studi Empiris Pada Perusahaan Kelompok Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode Agustus 2013 - Juli 2016)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Regina Elliza Maharani NIM: 142114094

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH INFLASI, BANK INDONESIA RATE, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP HARGA SAHAM

(Studi Empiris Pada Perusahaan Kelompok Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode Agustus 2013 - Juli 2016)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Regina Elliza Maharani NIM: 142114094

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Tuhan menetapkan langkah-langkah orang

yang hidupnya berkenan kepada-Nya,

apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak,

sebab Tuhan menopang tangannya.

(Mazmur 37: 23-24)

Tidak ada kerja keras yang mampu

mengalahkan kejujuran.

Kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi berkat Papa dan Mama yang selalu setia mendukung dan mengingatkan

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI - PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

PENGARUH INFLASI, BANK INDONESIA RATE, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP HARGA SAHAM

(Studi Empiris pada Perusahaan Kelompok Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode Agustus 2013 – Juli 2016)

Dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 18 Mei 2018 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak sengaja, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 Juni 2018 Yang membuat pernyataan,

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Regina Elliza Maharani

NIM : 142114094

Demi pembangunan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH INFLASI, BANK INDONESIA RATE, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP HARGA SAHAM

(Studi Empiris pada Perusahaan Kelompok Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode Agustus 2013 – Juli 2016)

Beserta perangkat yang diberikan. Demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, megalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya.

Yogyakarta, 30 Juni 2018 Yang menyatakan,

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan

dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

yang tak terhingga kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M. Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma.

2. Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA., selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Gabriel Anto Listianto, M.S.A., Akt selaku pembimbing dan dosen

pembimbing akademik yang telah membantu dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini serta memberi semangat dari awal perkuliahan

sampai pada penulis menyelesaikan skripsi.

5. Nicko Kornelius Putra M.Sc. yang telah memberi masukan-masukan yang

berguna dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Semua dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma yang telah

(9)

viii

7. Seluruh karyawan dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

yang telah membantu penulis selama menempuh perkuliahan.

8. Keluarga (Papa, Mama, Eyang, Om, Tante, dan Adik) yang selalu

memberikan motivasi, semangat, dan dukungan.

9. Dea, Dian, dan Tami yang selalu mendukung dan memberikan penghiburan

selama menempuh perkuliahan.

10. Teman – teman Kelas B angkatan 2014 yang sudah menjadi keluarga dan

memberikan warna selama perkuliahan.

11. Teman-teman MPAT Pak Anto yang selama ini saling menyemangati dan

memberi saran agar skripsi dapat selesai tepat waktu.

12. Semua pihak yang telah membentu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca.

Yogyakarta, 30 Juni 2018

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA TULIS... v

HALAMAN LEMBAR PUBLIKASI... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR... vii

HALAMAN DAFTAR ISI... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xiii

HALAMAN ABSTRAK... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

E. Sistematika Penulisan... 5

BAB II LANDASAN TEORI... 7

A. Teori Pendukung... 7 1. Inflasi... 7 a. Pengertian Inflasi... 7 b. Jenis Inflasi... 7 c. Dampak Inflasi... 8 d. Pengukuran Inflasi... 8 2. BI rate ... 9

a. Definisi Bank Indonesia Rate... 9

b. Fungsi Bank Indonesia Rate... 10

c. Penetapan Bank Indonesia Rate... 10

3. Nilai Tukar Rupiah... 11

(11)

x

b. Faktor Penentu Nilai Tukar Rupiah... 11

4. Saham... 14

a. Pengertian Saham... 14

b. Jenis Saham... 14

c. Manfaat Kepemilikan Saham... 17

5. Harga Saham... 18

a. Pengertian Harga Saham... 18

b. Jenis-Jenis Harga Saham... 18

c. Faktor Penentu Harga Saham... 20

6. Indeks LQ45... 24

7. Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 31

A. Jenis Penelitian... 31

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 31

C. Objek dan Subjek Penelitian... 31

D. Teknik Pengambilan Sampel... 32

E. Teknik Pengumpulan Data... 32

F. Variabel Penelitian... 33

G. Teknik Analisis Data... 34

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 43

A. Populasi Sasaran... 43

B. Daftar Perusahaan ... 44

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 46

A. Deskripsi Data... 46

B. Analisis Data... 59

1. Penentuan dan Penghitungan Variabel... 59

2. Pengujian Model Penelitian... 63

3. Pengujian Asumsi GLS... 65

4. Analisis Regresi Berganda Data Panel... 68

5. Pengujian Hipotesis... 69

(12)

xi 7. Penarikan Kesimpulan... 73 C. Pembahasan... 73 BAB VI PENUTUP... 80 A. Kesimpulan... 80 B. Keterbatasan Penelitian... 81 C. Saran... 81 DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN... 86

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria pengujian autokorelasi... 38

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran... 43

Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian... 44

Tabel 5.1 Data Inflasi ... 47

Tabel 5.2 Data BI rate ... 48

Tabel 5.3 Data Nilai Tukar Rupiah... 49

Tabel 5.4 Data Harga Saham... 50

Tabel 5.5 Data Rata-Rata Inflasi... 59

Tabel 5.6 Data Rata-Rata BI rate... 60

Tabel 5.7 Data Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah... 61

Tabel 5.8 Data Rata-Rata Harga Saham... 62

Tabel 5.9 Hasil Uji Chow... 63

Tabel 5.10 Hasil Uji Hausman... 64

Tabel 5.11 Hasil Uji Lagrange Multiplier... 64

Tabel 5.12 Hasil Uji Multikolinearitas... 66

Tabel 5.13 Hasil Uji Autokorelasi... 67

Tabel 5.14 Hasil Uji Heterokedastisitas... 67

Tabel 5.15 Hasil Analisis Regresi Berganda Data Panel... 68

Tabel 5.16 Hasil Uji F-statistik... 70

Tabel 5.17 Hasil Uji t-statistic... 71

Tabel 5.18 Pengambilan Keputusan Uji F... 72

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 5.1 Diagram Uji Normalitas... 67

(15)

xiv ABSTRAK

PENGARUH INFLASI, BANK INDONESIA RATE, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP HARGA SAHAM

(Studi Empiris Pada Perusahaan Kelompok Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode Agustus 2013 - Juli 2016)

Regina Elliza Maharani NIM: 142114094 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, BI rate, dan nilai tukar rupiah terhadap harga saham. Penelitian ini menggunakan data harga saham perusahaan yang konsisten masuk dalam kelompok Indeks LQ45 selama periode Agustus 2013 – Juli 2016.

Jenis penelitian ini merupakan studi empiris. Data diperoleh dengan metode dokumentasi dari data sekunder, sedangkan teknik pengolahan dan analisa data menggunakan analisis regresi berganda data panel.

Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa inflasi, BI

rate, dan nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga saham.

(16)

xv ABSTRACT

THE INFLUENCE OF INFLATION, BANK INDONESIA RATE AND RUPIAH EXCHANGE RATE ON STOCK PRICES

(An Empirical Study on LQ45 Index-Grup Companies Listed in Indonesian Stock Exchange for the Period From August 2013-July 2016)

Regina Elliza Maharani NIM: 142114094 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2018

The aim of this study is to determine whether inflation, BI rate, and the rupiah exchange rate influence stock prices. This study uses the company's stock price data consistently entered in the LQ45 index group during the period of August 2013 - July 2016.

The type of this research is an empirical study. The data for this study are obtained by documentation method from secondary data, while the processing technique and data analysis use multiple regression analysis of panel data.

The results of research showed that inflation, BI rate, and rupiah exchange rate influencede the stock price.

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal dipandang menjadi tempat menabung masyarakat dalam

berbagai bentuk instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, opsi, future dan

sekuritas bagi para pemodal untuk menanamkan kelebihan dananya. Menurut

Sunariyah (2011: 5), pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran

dengan permintaan surat berharga, di tempat ini perusahaan (entities) yang

membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih

dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten. Para pemodal yang

menanamkan uang di pasar modal dengan membeli saham-saham yang

ditawarkan disebut investor. Para investor menggunakan kelebihan dananya

untuk membeli beberapa saham dengan harapan akan mendapatkan keuntungan

di kemudian hari ketika harga sahamnya naik. Keuntungan bagi pihak yang

memiliki saham adalah memperoleh deviden dan memperoleh capital gain di

masa yang akan datang (Fahmi 2015: 73).

Proses pencarian keuntungan dilakukan dengan melihat faktor-faktor

yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga

saham yaitu berasal dari makro ekonomi dan mikro ekonomi. Faktor mikro

ekonomi yang mempengaruhi naik turunnya harga saham adalah laba per

lembar saham, laba usaha per saham, nilai buku per saham, rasio ekuitas

terhadap utang, ratio laba bersih terhadap ekuitas, dan cash flow per saham

(18)

2

ekonomi yang berdampak pada naik turunnya harga saham adalah faktor yang

berada diluar perusahaan tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau

penurunan kinerja perusahaan atau kinerja saham baik secara langsung maupun

tidak langsung antara lain tingkat bunga umum, inflasi, perpajakan, kebijakan

pemerintah, kurs valuta asing, bunga luar negeri, ekonomi internasional, siklus

ekonomi, dan peredaran uang (Samsul 2015: 210).

Dalam penelitian peneliti menguji pengaruh faktor-faktor makro ekonomi

terhadap harga saham pada kelompok Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia

periode Agustus 2013-Juli 2016. Faktor makro ekonomi dipilih adalah inflasi

yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus

menerus (Boediono 2014: 155), BI rate yaitu suku bunga kebijakan yang

mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang diumumkan kepada

publik (Bank Indonesia: 2017), dan nilai tukar rupiah yaitu nilai mata uang

yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain (Adiningsih, dkk 1998:

155). Pemilihan inflasi, BI rate, dan nilai tukar rupiah karena berdasarkan

pemantauan penulis dari penelitian terdahulu faktor makro ekonomi menjadi

pilihan banyak peneliti karena dinilai mempengaruhi volatilitas harga saham.

Harga saham kelompok Indeks LQ45 dipilih sebagai subjek penelitian karena

saham-saham perusahaan yang masuk dalam kelompok Indeks LQ45

merupakan saham-saham yang liquid dan banyak diperdagangkan di Bursa

Efek Indonesia. Periode penelitian Agustus 2013-Juli 2016 dipilih karena

dalam periode penelitian bertepatan dengan pelaksanaan Pemilihan Umum

(19)

3

memanas dan menjadi perhatian seluruh masyarakat dan dunia internasional

karena dalam praktik pasar modal faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi

politik terkadang lebih berpengaruh. Kondisi politik terkadang lebih

berpengaruh karena Pemilu akan menentukan siapa pemimpin yang akan

terpilih yang akan mempengaruhi kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah.

Purnawati dan Werastuti (2013) menyatakan inflasi mempunyai pengaruh

yang positif terhadap harga saham. Musthafa (2009) menyatakan tingkat suku

bunga SBI mempunyai pengaruh yang signifikan pada harga saham. Raharjo

(2009) menyatakan nilai tukar mempunyai pengaruh positif terhadap harga

saham.

Berdasarkan penjelasan di atas dan melihat penelitian yang pernah

dilakukan, maka penulis tertarik melihat pengaruh inflasi, BI rate, dan nilai

tukar rupiah terhadap harga saham LQ45, dengan variabel independen berupa

inflasi, BI rate, dan nilai tukar rupiah dan variabel dependen harga saham

LQ45.Penulis mengajukan skripsi dengan judul Pengaruh Inflasi, BI rate, dan

Nilai Tukar Rupiah terhadap Harga Saham (Studi empiris pada perusahaan

kelompok Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2013 – Juli

2016)

B. Rumusan Masalah

(20)

4

1. Apakah inflasi berpengaruh terhadap harga saham perusahaan

kelompok Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2013

– Juli 2016?

2. Apakah BI rate berpengaruh terhadap harga saham perusahaan

kelompok Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2013 – Juli 2016?

3. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga saham

perusahaan kelompok Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode

Agustus 2013 – Juli 2016?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, BI rate, dan

nilai tukar rupiah terhadap harga saham perusahaan kelompok Indeks LQ45 di

Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2013 – Juli 2016.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Investor

Penelitian ini menjadi sumber referensi dan masukan bagi calon investor

dan para investor, dalam melakukan investasi di pasar modal dan menjadi

bahan pertimbangan pengambilan keputusan pemilihan emiten.

2. Penulis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan penulis tentang faktor

yang mempengaruhi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia dan dapat

(21)

5

3. Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi

perpustakaan Universitas Sanata Dharma sebagai bahan kajian untuk

penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan dengan masalah

penelitian dan digunakan untuk mendukung proses penelitian.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi objek penelitian, metode dan desain penelitian, teknik

pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian,

dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab ini menjelaskan secara garis besar mengenai objek penelitian.

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang deskripsi data, analisis data, dan hasil

penelitian dan interpretasi.

(22)

6

Bab ini berisi kesimpulan atas hasil analisis data yang merupakan

jawaban atas rumusan masalah, keterbatasan, dan saran bagi pihak

(23)

7 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Pendukung 1. Inflasi a. Pengertian Inflasi

Menurut Gilarso (2004: 259), Inflasi dalam arti asli adalah

terganggunya keseimbangan antara arus barang dan arus uang,

sedangkan menurut Boediono (2014: 155), inflasi adalah

kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus

menerus, dan menurut Fahmi (2015: 21), inflasi merupakan suatu

keadaan dimana menurunnya nilai mata uang pada suatu negara dan

naiknya harga barang yang berlangsung secara sistematis.

b. Jenis Inflasi

Menurut Pratama dan Mandala (2008: 365), inflasi terdiri dari dua

jenis yaitu:

1) Inflasi tekanan permintaan (demand-pull inflation)

Inflasi tekanan tekanan permintaan yang terjadi karena

dominasi tekanan permintaan agregat yang menyebabkan

output perekonomian bertambah disertai inflasi, dapat

dilihat dari makin tingginya tingkat harga umum.

2) Inflasi dorongan biaya (cost-push inflation)

Inflasi dorongan biaya (cost-push inflation) terjadi karena

kenaikan biaya produksi yang menyebabkan penawaran

(24)

8 c. Dampak Inflasi

Menurut Pratama dan Mandala (2008: 365), dampak inflasi di dalam

suatu perekonomian sebagai berikut:

1) Inflasi dapat menimbulkan efek redistribusi dari inflasi

(redistribution effect of inflation) yaitu dorongan redistribusi

pendapatan. Redistribusi pendapatan akan menyebabkan

pendapatan riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan riil orang

lainnya jatuh.

2) Inflasi dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi (economic

efficiency) yang terjadi karena inflasi mengalahkan sumberdaya

dari investasi yang produktif (productive investment) ke investasi

yang tidak produktif (unproductive investment) yang berakibat

pada pengurangn kapasitas ekonomi produktif.

3) Inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan di dalam output

dan kesempatan kerja (employment).

d. Pengukuran Inflasi

Pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan indeks harga

konsumen (consumer price index) sebagai basis perhitungan inflasi.

Menurut Rahardja dan Mandala (2008: 367), indeks harga konsumen

adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa

yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Indeks harga

konsumen menganalisis sumber inflasi menjadi lebih rinci kedalam

(25)

9

1) Indeks harga makanan

2) Indeks harga sandang

3) Indeks harga perumahan

4) Indeks harga aneka barang dan jasa

Angka Indeks Harga Kosumen (IHK) akan diperoleh dengan

menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi

masyarakat dalam satu periode tertentu.

Perhitungan tingkat inflasi menurut Indeks Harga Konsumen (IHK)

dapat dilakukan dengan formula sebagai berikut:

Keterangan:

π : inflasi tahun t

IHK : indeks harga konsumen tahun t atau t-1

2. Bank Indonesia Rate

a. Definisi Bank Indonesia Rate

BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

stance kebijakan moneter yang diumumkan kepada publik. Respon

kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI rate (secara

konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam

kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar

terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI rate dapat

dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps (Bank Indonesia:

(26)

10 b. Fungsi Bank Indonesia Rate

BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap

Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi

moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas

(liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran

operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada

perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB

O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh

perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga

kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam

perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate

apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah

ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI rate

apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang

telah ditetapkan (Bank Indonesia: 2017)

c. Penetapan Bank Indonesia Rate

Menurut Bank Indonesia (2017), penetapan respons (stance) kebijakan

moneter dilakukan setiap bulan melalui mekanisme Rapat Dewan

Gubernur (RDG) Bulanan dengan cakupan materi bulanan.

1) Respon kebijakan moneter (BI rate) ditetapkan berlaku sampai

(27)

11

2) Penetapan respon kebijakan moneter (BI rate) dilakukan dengan

memperhatikan efek tunda kebijakan moneter (lag of monetary

policy) dalam memengaruhi inflasi.

3) Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula,

penetapan stance Kebijakan Moneter dapat dilakukan sebelum

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan melalui Rapat Dewan

Gubernur (RDG) Mingguan.

3. Nilai Tukar Rupiah

a. Pengertian Nilai Tukar Rupiah

Menurut Adiningsih, dkk (1998: 155), Nilai tukar rupiah adalah

harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar rupiah

merupakan nilai mata uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata

uang negara lain

b. Faktor Penentuan Nilai Tukar Rupiah

Menurut Arifin dan Hadi (2009: 84), ada dua faktor penyebab

perubahan nilai tukar :

1) Faktor penyebab nilai tukar secara langsung

a) Permintaan valas akan ditentukan oleh impor barang dan jasa

yang memerlukan dolar atau valas lainnya dan ekspor modal

(28)

12

b) Penawaran valas akan ditentukan oleh ekspor barang dan jasa

yang menghasilkan dolar atau valas lainnya dan impor modal

dari luar negeri ke dalam negeri.

2) Faktor penyebab nilai tukar secara tidak langsung

a) Posisi neraca pembayaran

Saldo neraca pembayaran memiliki konsekuensi terhadap

nilai tukar rupiah. Saldo neraca pembayaran defisit,

permintaan terhadap valas akan meningkat. Hal ini

menyebabkan nilai tukar melemah (terdepresiasi). Sebaliknya

jika saldo neraca pembayaran surplus, permintaan terhadap

valas akan menurun, dan hal ini akan menyebabkan nilai

rupiah menguat (terdepresiasi).

b) Tingkat inflasi

Nilai asumsi faktor-faktor lainnya tetap (cateris paribus),

kenaikan tingkat harga akan mempengaruhi nilai tukar mata

uang suatu negara. Sesuai dengan teori paritas daya beli

(purchasing power parity) atau PPP, yang menjelaskan bahwa

pergerakan kurs antara mata uang dua negara bersumber dari

tingkat harga di kedua negara itu sendiri. Menurut teori ini

penurunan daya beli mata uang (yang ditunjukkan oleh

kenaikan harga di negara yang bersangkutan) akan diikuti

dengan depresiasi mata uang secara proporsional dalam pasar

(29)

13

domestik (misalnya rupiah) akan mengakibatkan apresiasi

(penguatan mata uang) secara proporsional.

c) Tingkat bunga

Asumsi cateris paribus adanya kenaikan suku bunga dari

simpanan suatu mata uang domestik, akan menyebabkan mata

uang domestik itu mengalami apresiasi (penguatan) terhadap

nilai mata uang negara lain. Hal ini mudah dipahami karena

meningkatkan suku bunga deposito, misalnya orang yang

menyimpan asetnya di lembaga perbankan dalam bentuk

rupiah akan mendapatkan pendapatan bunga yang lebih besar

sehingga menyebabkan nilai rupiah terapresiasi.

d) Tingkat pendapatan nasional

Kenaikan pendapatan nasional (yang identik dengan

meningkatnya kegiatan transaksi ekonomi) melalui kenaikan

impor akan meningkatkan permintaan terhadap dolar atau

valas lainnya sehingga menyebabkan nilai rupiah terdepresiasi

dibandingkan dengan valas lainnya.

e) Kebijakan moneter

Kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi kegiatan

ekonomi dapat mempengaruhi pergerakan kurs, misalnya

kebijakan Bank Indonesia yang bersifat ekspansif (dengan

menambah jumlah uang beredar) akan mendorong kenaikan

(30)

14

mengalami depresiasi karena menurunkan daya beli rupiah

terhadap barang dan jasa dibandingkan dollar atau valas

lainnya.

f) Ekspektasi dan Spekulasi

Sistem nilai tukar yang diserahkan kepada mekanisme

pasar secara bebas, seperti halnya rupiah dan sebagian besar

mata uang negara-negara di dunia, perubahan nilai tukar rupiah

dapat disebabkan oleh faktor-faktor non ekonomi (misalnya

karena ledakan bom atau gangguan keamanan) akan

berpengaruh terhadap kondisi perekonomian di dalam negari.

4. Saham

a. Pengertian Saham

Saham adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada

suatu perusahaan atau kertas yang tercantum dengan jelas nilai

nominal, nama perusahaan dan di ikuti dengan hak dan kewajiban yang

dijelaskan kepada setiap pemegangnya (Fahmi 2015: 67).

b. Jenis Saham

Jenis saham di pasar modal yang paling umum dikenal oleh

publik yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa

(preference stock). Kedua jenis saham ini memiliki arti dan aturannya

masing-masing (Fahmi 2015: 67).

(31)

15

Common Stock (Saham Biasa adalah suatu surat berharga

yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal

(rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi

hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan

RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta

berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham

terbatas) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan

memperoleh keuntungan dalam bentuk dividen.

Common Stock (Saham Biasa) memiliki beberapa jenis

yaitu (Fahmi 2015: 68):

a) Blue Chip-Stock (Saham Unggulan)

Blue chip-stock (Saham Unggulan) adalah saham dari

perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah

laba, pertumbuhan, dan menajemen yang berkualitas. Contoh

saham unggulan yang bisa dilihat di Indonesia adalah 5 (lima)

besar saham yang termasuk kategori LQ45. LQ45 adalah

likuiditas empat puluh lima buah perusahaan yang dianggap

memiliki tingkat likuiditas yang baik dan sesuai dengan

pengharapan pasar modal.

(32)

16

Growth stock adalah saham-saham yang diharapkan

memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata

saham-saham lain dan karenanya mempunyai PER yang tinggi.

c) Defensive Stock (Saham – saham defensif)

Defensive stock adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam

masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan

dengan deviden, pendapatan, dan kinerja pasar.

d) Cyclical Stock

Cyclical stock adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya

secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat

saat ekonomi lesu.

e) Seasonal Stock

Seasonal stock adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi

karena dampak musiman, misalnya cuaca dan liburan.

f) Speculative Stock

Speculative stock adalah saham yang kondisinya memiliki

tingkat spekulasi yang tinggi, yang kemungkinan tingkat

pengembalian hasilnya rendah atau negatif. Biasanya dipakai

untuk membeli saham pada perusahaan pengeboran minyak.

(33)

17

Preferred Stock (Saham Istimewa) adalah suatu surat berharga

yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal

(rupiah, dolar, yen,dan sebagainya) dimana pemegangnya akan

memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan

diterima setiap kuartal (tiga bulanan) (Fahmi 2015: 67).

Menurut Samsul (2015: 59), saham preferen merupakan jenis

saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan

memiliki laba kumulatif. Hak kumulatif merupakan hak laba yang

tidak didapat pada satu tahun yang mengalami kerugian, tetapi akan

dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan. Pemegang saham

preferen akan menerima laba sebanyak dua kali. Ketika perusahaan

mengalami kebangkrutan, pemegang saham biasa yang akan

menderita.

c. Manfaat Kepemilikan Saham

Bagi pihak yang memiliki saham akan memperoleh beberapa

keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima, yaitu

(Fahmi 2015: 73):

1) Memperoleh deviden yang akan diberikan pada setiap akhir tahun.

2) Memperoleh capital gain, yaitu keuntungan pada saat saham yang

dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih mahal.

3) Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis common stock

(saham biasa), seperti Rapat Umum Pemegang Saham dan Rapat

(34)

18

4) Ketika pengambilan kredit ke perbankan, jumlah kepemilikan

saham yang dimiliki dapat dijadikan sebagai salah satu pendukung

jaminan atau jaminan tambahan, tujuannya untuk membuat lebih

yakin pihak penilai kredit dalam melihat kemampuan calon debitur.

5. Harga Saham

a. Pengertian Harga Saham

Menurut Undang-Undang No 8 tahun 1995 tentang pasar modal,

harga saham adalah penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan

oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan.

Menurut Hartono (2008: 167), harga saham adalah harga suatu

saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan

oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran

saham yang bersangkutan di pasar modal.

b. Jenis-Jenis Harga Saham

Menurut Widoatmojo (2005: 54), jenis-jenis harga saham adalah

sebagai berikut:

1) Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan

oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.

Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena

dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

(35)

19

Harga pada waktu harga saham dicatat di bursa efek. Harga

pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi

(underwrite) dan emten.

3) Harga Pasar

Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan

investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat

dibursa. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau

media lain adalah harga pasar.

4) Harga Pembukaan

Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual

atau pembeli pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat

dimulainya hari bursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham,

dan harga sesuai dengan yang diminta oleh penjual dan pembeli.

Harga pembukuan bisa menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya

harga pasar mungkin juga akan menjadi harga pembukuan.

5) Harga Penutupan

Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual

atau pembeli pada saat akhir dari bursa. Pada keadaan demikian,

bisa saja terjadi pada saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi

atas suatu saham, karena ada kesepakatan antar penjual dan

pembeli. Kalau ini yang terjadi maka harga penutupan itu telah

menjadi harga pasar. Namun demikian, harga ini tetap menjadi

(36)

20

6) Harga Tertinggi

Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi

yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas

suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama.

7) Harga Terendah

Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah

yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi

transaksi atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga

yang sama.

8) Harga Rata-Rata

Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan

terendah.

c. Faktor Penentu Harga Saham

Beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham itu

akan mengalami fluktuasi, yaitu (Fahmi 2015: 74):

1) Kondisi mikro dan makro ekonomi.

2) Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi

(perluasan usaha).

3) Pergantian direksi secara tiba-tiba.

4) Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat

tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.

5) Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap

(37)

21

6) Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara

menyeluruh an telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.

7) Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi

teknikal jual beli saham.

Menurut Samsul (2015: 210), faktor-faktor yang mempengaruhi

harga saham yaitu berasal dari makro ekonomi dan mikro ekonomi,

yang dimaksud dengan faktor mikro ekonomi adalah faktor yang

mempengaruhi harga saham suatu perusahaan berasal dari dalam

perusahaan itu sendiri. Faktor-faktor mikro ekonomi yaitu laba per

lembar saham, laba usaha per saham, nilai buku per saham, rasio

ekuitas terhadap utang, ratio laba bersih terhadap ekuitas, dan cash flow

per saham. Faktor makro ekonomi merupakan faktor yang berada diluar

perusahaan tetapi mempunyai pengaruh terhadap kenaikan atau

penurunan kinerja perusahaan atau kinerja saham baik secara langsung

maupun tidak langsung, yang termasuk faktor makro ekonomi yaitu:

1) Tingkat bunga umum

Kenaikan tingkat bunga pinjaman sangat berdampak negatif bagi

setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan

menurunkan laba bersih. Penurunan laba bersih berarti penurunan

laba per lembar saham dan akhirnya akan berakibat pada turunnya

harga saham dipasar saham. Begitu juga sebaliknya, penurunan

tingkat bunga pinjaman atau deposito akan menaikkan harga saham

(38)

22

2) Inflasi

Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap

harga saham tergantung dari derajat inflasi. Inflasi yang tinggi akan

merugikan perekonomian secara keseluruhan. Hal ini berarti inflasi

yang tinggi akan menjatuhkan harga saham. Inflasi yang rendah

akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang sangat lambat,

yang pada akhirnya mengakibatkan harga saham bergerak secara

lambat pula.

3) Perpajakan

Kenaikan pajak penghasilan badan usaha akan memberatkan

perusahaan dan mengurangi laba bersih yang pada akhirnya dapat

menurunkan harga saham dan kinerja perusahaan.

4) Kebijakan pemerintah

Kebijakan-kebijakan khusus yang dikeluarkan oleh pemerintah

berpengaruh positif atau negatif pada perusahaan tertentu yang

terkait dengan kebijakan tersebut.

5) Kurs valuta asing

Perubahan satu variabel makro ekonomi memiliki dampak yang

berbeda terhadap jenis saham. Artinya suatu saham dapat terkena

dampak positif sedangkan saham lainnya terkena dampak negatif.

6) Bunga luar negeri

Perubahan tingkat bunga uang dikeluarkan oleh FED (Federal

(39)

23

karena pada umumnya emiten yang mempunyai pinjaman dalam

valuta asing dibebani bunga yang berpedoman pada SIBOR

(Singapore Interbank Offered Rate) atau LIBOR (London

Interbank Offered Rate) atau prime rate US di Amerika Serikat.

7) Ekonomi internasional

Bagi perusahaan yang melakukan perdagangan internasional atau

kegiatan ekspor impor, kondisi negara counterpart (negara tujuan

ekspor atau negara asal impor) sangat berpengaruh terhadap kinerja

emiten di masa depan, untuk mengatahui kemajuan dan

kemunduran ekonomi negara counterpart secara umum, salah

satunya tercermin dalam perubahan indeks harga saham gabungan

perusahaan yang tercatat pada bursa efek negara counterpart.

8) Siklus ekonomi

Siklus ekonomi memiliki pengaruh terhadap harga saham untuk

masa yang panjang lebih dari lima tahun. Selama masa ekonomi

yang sedang bertumbuh, jenis saham yang mengalami kenaikan

adalah saham yang berasal dari emiten yang memproduksi

barang-barang tahan lama. Sebaliknya dalam siklus ekonomi yang

menurun, jenis saham yang harganya stabil atau bahkan megalami

kenaikan adalah saham yang berasal dari emiten yang

menghasilkan barang-barang yang tidak tahan lama.

(40)

24

Ketika jumlah yang beredar meningkat, maka tingkat bunga akan

menurun dan harga saham akan meningkat.

6. Indeks LQ 45

Indeks harga saham adalah harga saham yang dinyatakan dalam

angka indeks (Samsul 2015: 131). Indeks harga saham tersebut merupakan

catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan saham sejak

mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu (Sunariyah

2011: 135).

Saham LQ 45 adalah kelompok saham yang terdiri atas 45 emiten

dengan likuiditas tinggi, yang telah diseleksi dengan beberapa kriteria

tertentu. Selain itu pengelompokan saham-saham juga mempertimbangkan

kapitalisasi pasar. Saham-saham yang masuk dalam kelompok LQ45 akan

dilakukan perubahan dan dieveluasi setiap enam bulan sekali yaitu pada

awal bulan Februari dan Agustus (Sunariyah 2011: 140). Menurut Fahmi

(2015:45), Beberapa kriteria pasar untuk masuk dalam kelompok saham

LQ45 antara lain:

1. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi sahamnya masuk dalam

60 saham terbesar di pasar regular.

2. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk

dalam urutan 60 terbesar di pasar regular.

3. Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan.

Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari

(41)

25

100. Selanjutnya bursa efek secara rutin memantau perkembangan kinerja

masing-masing ke-45 saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45

(Tandelilin 2010: 87).

7. Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis a. Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham

Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif

tergantung derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang berlebihan dapat

merugikan perekonomian secara keseluruhan, dalam arti banyak

perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan. Hal ini berarti, inflasi

yang tinggi akan menjatuhkan harga saham di pasar. Inflasi yang

sangat rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi yang sangat

lamban, yang pada akhirnya mengakibatkan harga saham bergerak

secara lamban pula(Samsul 2015: 211).

Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi

pemodal di pasar modal. Infasi meningkatkan pendapatan dan biaya

perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari

peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka

profitabilitas perusahaan akan turun. Apabila profitabilitas perusahaan

menurun akan mempengaruhi kebijakan pemberian deviden, yang

akan mempengaruhi keinginan investor untuk berinvestasi saham.

Ketika permintaan akan suatu saham menurun maka akan

(42)

26

Menurut penelitian Purnawati dan Werastuti (2013) dan

Raharjo (2009) menyatakan inflasi mempunyai pengaruh yang positif

terhadap harga saham. Taufiq dan Kefi (2015) menyatakan inflasi

berpengaruh negatif terhadap harga saham. Amperaningrum dan

Agung (2011) menyatakan bahwa hubungan inflasi terhadap harga

saham berpengaruh negatif. Firdiana (2016) menyatakan inflasi

berpengaruh negatif terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian dan penelitian terdahulu yang telah

dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis 1 sebagai berikut:

Ho1: Inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Ha1: Inflasi berpengaruh terhadap harga saham.

b. Pengaruh BI rate terhadap Harga Saham

Menurut teori investasi pengikut keynes menekankan bahwa

tingkat bunga bukan merupakan variabel kritis dalam menentukan

permintaan investasi. Menurut mereka yang menjadi variabel kritis

adalah variabel yang menentukan keuntungan yang diharapkan, dan

dikenal sebagai “Marginal Efficiency of Investment”. Mereka berpendapat bahwa permintaan investasi inelastik terhadap tingkat

bunga. Hal ini berarti bahwa perubahan tingkat bunga membawa

pengaruh kecil pada permintaan investasi (Iswardono 1996: 232).

Kenaikan tingkat bunga pinjaman sangat berdampak negatif

bagi emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan

(43)

27

per saham dan akhirnya akan berakibat turunnya harga saham di pasar.

Disisi lain naiknya tingkat bunga deposito akan mendorong investor

untuk menjual saham kemudian menabung dalam deposito. Penjualan

saham besar-besaran akan menjatuhkan harga saham di pasar. Oleh

karena itu kenaikan tingkat/suku bunga pinjaman ataupun tingkat

bunga deposito berdampak turunnya harga saham. Sebaliknya,

penurunan tingkat bunga pinjaman maupun tingkat bunga deposito

akan menaikkan harga saham di pasar. Penurunan tingkat bunga

pinjaman akan meningkatkan laba bersih per saham sehingga

mendorong harga saham meningkat. Penurunan tingkat bunga

deposito akan mendorong investor beralih investasi dari produk

perbankan ke pasar modal. Investor banyak mebeli saham sehingga

harga saham terdorong naik akibat permintaan saham yang meningkat

(Samsul 2015: 211).

Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara

terbalik, cateris paribus. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka

harga saham akan turun, cateris paribus. Suku bunga naik, maka

return investasi yang terkait dengan suku bunga (misalnya deposito)

juga akan naik. Kondisi seperti ini bisa menarik minat investor yang

sebelumnya berinvestasi di saham untuk memindahkan dananya dari

saham ke dalam deposito. Jika sebagian besar investor melakukan

tindakan yang sama maka banyak investor yang menjual saham, untuk

(44)

permintaan-28

penawaran, jika banyak pihak yang menjual saham, ceteris paribus,

maka harga saham akan turun (Tandelilin 2001: 48).

Menurut penelitian Purnawati dan Werastuti (2013) menyatakan

menyatakan tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh negatif

dalam jangka pendek maupun jangka panjang pada harga saham

LQ45. Nuriawan (2015) menyatakan terdapat pengaruh yang

signifikan secara parsial suku bunga terhadap harga saham. Tineka

(2015) menyatakan bahwa BI rate secara parsial tidak mempunyai

pengaruh negatif terhadap setiap harga saham. Raharjo (2009)

menyatakan suku bunga mempunyai pengaruh positif terhadap harga

saham. Widianingrum (2017) menyatakan bahwa terdapat pengaruh

positif variabel tingkat suku bunga terhadap harga saham.

Berdasarkan uraian dan penelitian terdahulu yang telah

dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis 2 sebagai berikut:

Ho2: BI rate tidak berpengaruh terhadap harga saham

Ha2 : BI rate berpengaruh terhadap harga saham.

c. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Harga Saham

Sumber risiko yang bisa mempengaruhi harga saham adalah

risiko nilai tukar mata uang. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai

tukar mata uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai

(45)

29

uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk)

(Tandelilin 2010: 104). Kurs mata uang menunjukkan harga mata

uang apabila ditukarkan dengan mata uang negara lain. Penentuan

nilai kurs mata suatu negara dengan mata uang negara lain ditentukan

sebagaimana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran

mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs

rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak dari pada supply maka

kurs rupiah akan terdepresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi

atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai

tukar mengambang bebas (freefloating exchange rate) sehingga nilai

tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro 2001: 41).

Menurunnya kurs dapat meningkatkan biaya impor bahan baku

dan meningkatkan suku bunga walaupun dapat meningkatkan nilai

ekspor (Sunariyah 2011: 23). Jika kenaikan biaya ini, tidak dapat

diserap oleh harga jual kepada konsumen, maka profitabilitas

perusahaan akan menurun. Menurunnya profitabilitas ini, akan

mengakibatkan dampak yang sangat signifikan terhadap pendapatan

dividen yang harus diterima oleh investor, yang gilirannya investasi

pada saham dipasar modal menjadi hal kurang menarik. Hal ini akan

mendorong investor untuk melakukan aksi jual terhadap saham-saham

yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan hal

tersebut, tentu akan mendorong penurunan Indeks Harga Saham

(46)

30

Menurut penelitian Purnawati dan Werastuti (2013) menyatakan

bahwa nilai kurs mempunyai pengaruh negatif dalam jangka pendek

pada harga saham LQ45. Nuriawan (2015) menyatakan nilai tukar

rupiah terdapat pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Raharjo (2009) menyatakan nilai tukar mempunyai pengaruh positif

terhadap harga saham. Coleman dan Tetty (2008) menyatakan variabel

kurs treasury bill ditemukan memiliki nilai positif secara statistik

lemah berpengaruh terhadap kinerja pasar saham.

Berdasarkan uraian dan penelitian terdahulu yang telah

dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis 3 sebagai berikut:

Ho3: Nilai tukar rupiah tidakberpengaruh terhadap harga saham.

(47)

31

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi empiris dengan data sekunder yang

terdiri dari data perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada periode Agustus 2013 – Juli 2016, data harga saham

pada saat penutupan (closing price) dari periode Agustus 2013 – Juli 2016,

data tingkat inflasi, data tingkat suku bunga BI rate, dan data nilai tukar

rupiah dari periode Agustus 2013 – Juli 2016 diperoleh dari website Bank

Indonesia dan Bursa Efek Indonesia.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2017 sampai bulan Januari

2018.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di:

a. Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk data mengenai harga saham.

b. Bank Indonesia untuk data mengenai inflasi, BI rate, dan nilai tukar

rupiah.

C. Objek dan Subjek Penelitian

1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang diduga dapat

(48)

faktor-32

faktor tersebut yaitu inflasi, BI rate, dan nilai tukar rupiah. Jangka waktu

yang digunakan selama periode Agustus 2013 – Juli 2016.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah harga saham LQ45 di Bursa Efek

Indonesia selama periode Agustus 2013 – Juli 2016.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling.

Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan

mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu

(Jogiyanto 2013: 98). Kriteria pengambilan sampel yaitu perusahaan yang

konsisten masuk dalam kelompok Indeks LQ45 periode Agustus 2013 – Juli

2016.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode

dokumentasi yaitu mencatat, mengumpulkan dan mengolah data-data tertulis

dari dokumen yang ada, mengenai inflasi, BI rate, nilai tukar rupiah, dan

harga saham LQ45 selama peride periode Agustus 2013 – Juli 2016. Data

harga saham diambil dari situs resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.com,

kemudian untuk inflasi, BI rate, dan nilai tukar rupiah diambil dari situs resmi

(49)

33 F. Variabel Penelitian

Variabel-variabel penelitian yang dikaji adalah

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang

menjadi perhatian utama peneliti. Variabel dependen merupakan variabel

utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi (Sekaran

2011: 116). Variabel yang digunakan sebagai variabel terikat (Y) adalah

harga saham. Data yang digunakan adalah data harga saham yang

diterbitkan bursa efek indonesia. Periode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah periode Agustus 2013- Juli 2016.

2. Variabel Independen(X)

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang

mempengaruhi variabel terikat, entah secara positif atau negatif yaitu jika

terdapat variabel bebas, variabel terikat juga hadir dan dengan setiap unit

kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat (Sekaran 2011: 118).

Variabel yang digunakan sebagai variabel bebas (X) antara lain:

a. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara

umum dan terus menerus.

b. BI rate

BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

(50)

34

c. Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar adalah nilai yang menunjukkan berapa rupiah yang harus

dibayar untuk satu satuan uang asing.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda data panel untuk

mengetahui pengaruh antara beberapa variabel independen dengan variabel

dependen untuk data seksi silang (beberapa variabel) dan data runtut waktu

(berdasar waktu) (Winarno 2017: 10.1).

1. Menghitung dan menentukan variabel

a. Menentukan variabel indepeden (X)

1) Menentukan tingkat inflasi (X1)

Tingkat inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi rata-rata 6

(enam) bulanan periode Agustus 2013 – Juli 2016 yang

dipublikasikan Bank Indonesia.

2) Menentukan tingkat suku bunga BI rate (X2)

Tingkat suku bunga BI rate yang digunakan adalah BI rate

rata-rata 6 (enam) bulanan periode Agustus 2013 – Juli 2016 yang

dipublikasikan Bank Indonesia.

3) Menentukan nilai tukar rupiah (X3)

Nilai tukar rupiah yang digunakan adalah Kurs Referensi Jakarta

Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) rata-rata 6 (enam) bulanan

periode Agustus 2013 – Juli 2016 yang dipublikasikan Bank

(51)

35

b. Menentukan variabel dependen (Y)

Harga saham yang digunakan adalah harga saham rata-rata

penutupan 6 (enam) bulanan periode Agustus 2013 – Juli 2016 yang

dipublikasikan Bursa Efek Indonesia.

2. Melakukan pemilihan model

Pemilihan model dilakukan untuk memilih model terbaik dalam

melakukan analisis regresi berganda data panel yaitu Common effect

model, fixed effect model, atau random effect model. Berikut pengujian F

(Chow test), Hausman test, dan lagrange multiplier test:

1. Uji F (Chow Test)

Pengujian ini dilakukan memilih model mana yang terbaik

antara common effect dan fixed effect. Hipotesis dalam uji chow

adalah:

Ho : Common Effect Model

Ha : Fixed effect model

Kriteria pengujian pemilihan model regresi sebagai berikut

Jika probabilitas cross section F > 0,05 maka model yang terpilih

adalah Ho diterima.

Jika probabilitas cross section F < 0,05 maka model yang terpilih

(52)

36

2. Uji Hausman

Uji hausman dilakukan untuk memilih model mana yang terbaik

antara fixed effect dan random effect. Hipotesis dalam uji hausman

adalah:

Ho : Random Effect Model

Ha : Fixed effect model

Pengujian pemilihan model regresi sebagai berikut.

Jika probabilitas cross section Random > 0,05 maka model yang

terpilih adalah Ho diterima.

Jika probabilitas cross section Random < 0,05 maka model yang

terpilih adalah Ho ditolak.

3. Uji Lagrange Multiplier

Uji lagrange multiplier dilakukan untuk memilih model yang terbaik

antara random effect dan common effect model. Uji ini

dikembangkan oleh Breusch Pagan sehingga dikenal dengan metode

Breusch Pagan dan dapat digunakan untuk menguji signifikansi

Random Effect Model.

Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:

Ho : Common Effect Model

Ha : Random Effect Model

Pengujian pemilihan model regresi sebagai berikut.

Jika probabilitas cross section BP > 0,05 maka model yang terpilih

(53)

37

Jika probabilitas cross section BP < 0,05 maka model yang terpilih

adalah Ho ditolak.

3. Melakukan uji asumsi OLS

Hasil analisa data regresi berganda panel data dilakukan

pengujian-pengujian asumsi OLS sebagai beikut.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel pengganggu

atau residual mempunyai distribusi normal. Untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak, digunakan uji

statistik. Uji statistik yang digunakan adalah histogram-normality

test. Untuk menguji normalitas residual digunakan uji probability.

Bila nilai probability > 0.05 dan tidak signifikan maka residual

berdistribusi normal (Winarno 2017: 5.42)

b. Uji Multikolinearitas

Multikolineritas adalah adanya hubungan linier antara

variabel independen di dalam model regresi. Penelitian

menggunakan metode parsial antar variabel independen. Rule of

thumb dari metode ini adalah jika koefisien korelasi tinggi di atas

0.85 maka diduga ada multikolinearitas dalam model (Basuki 2016:

(54)

38

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan

residual observasi lainnya, untuk mendiagnosis adanya autokorelasi

dalam suatu model regresi dilakukan pengujian Durbin-Waston (Uji

DW). Kriteria pengujian autokorelasi sebagai berikut (Winarno

2017: 5.31).

Tabel 3.1 Kriteria Pengujian Autokorelasi

Kriteria Keterangan

0 - 1,10 Autokorelasi positif

1,10 -1,54 Tanpa kesimpulan

1,55 – 2,46 Tidak ada autokorelasi

2,47 - 2,90 Tanpa kesimpulan

2.90 – 4 Autokorelasi negatif

d. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Asumsi dalam model regresi

adalah: (1) residual memiliki nilai rata-rata nol, (2) residual memiliki

varian yang konstan, (3) residual suatu observasi tidak saling

berhubungan dengan residual observasi lainnya, sehingga

menghasilkan estimator yang BLUE. Metode untuk mengidentifikasi

ada tidaknya masalah heterokedastisitas adalah Uji Glejser. Model

regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas apabila

probabillitas signifkannya di atas taraf nyata 5% (Winarno 2017:

(55)

39

4. Melakukan Analisis Regresi Berganda Data Panel

Analisis regresi linear berganda data panel digunakan mengetahui

pengaruh antara beberapa variabel independen dengan variabel dependen

untuk data seksi silang (beberapa variabel) dan data runtut waktu

(berdasar waktu) yaitu melihat pengaruh antara inflasi, BI rate, dan nilai

tukar rupiah terhadap harga saham, menggunakan rumus sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan: Y = Harga Saham LQ45 a = Konstanta b1, b2, b3 = Koefisien Regresi X1 = Inflasi X2 = BI rate

X3 = Nilai Tukar Rupiah

e = Tingkat Kesalahan

5. Menguji Hipotesis

a. Merumuskan Hipotesis

Berdasarkan teori yang sudah ada, penelitian ini akan mengambil

hipotesis sementara, yaitu:

1) Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham

Ho: Inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham.

(56)

40

2) Pengaruh BI Rate terhadap Harga Saham

Ho: BI rate tidak berpengaruh terhadap harga saham

H2 : BI rate berpengaruh terhadap harga saham.

3) Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Harga Saham

Ho: Nilai tukar rupiah tidakberpengaruh terhadap harga saham.

H3 : Nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga saham.

b. Menentukan Tingkat Signifikansi (Uji F)

Uji Simultan (Uji F), yaitu pengujian terhadap pengaruh yang

terjadi dari variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel

terikat. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai F

kritis (F tabel) dengan nilai F hitung yang terdapat pada tabel

analysis of variance.

Hipotesis sementara Uji Simultan (Uji F):

Ho : Inflasi, BI rate, dan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh

terhadap harga saham

Ha : Inflasi, BI rate, dan nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap

harga saham.

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas

dengan nilai signifikansi sebesar 5%, kriteria uji yang digunakan

adalah:

Jika Prob. < 0,05 maka Ho ditolak

(57)

41

c. Menghitung nilai t

Uji Signifikansi Individual/Parsial (Uji t) untuk menguji

pengaruh yang terjadi dari masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat secara parsial. Seberapa besar pengaruh variabel

terikat (independent variable) terhadap variabel bebas (dependent

variable) ditentukan dari hasil akhir pengujian. Pengujian

dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas dengan nilai

signifikansi sebesar 5%, kriteria uji yang digunakan adalah:

Jika Prob. < 0,05 maka Ho ditolak Jika Prob. > 0,05 maka Ho diterima 6. Mengambil Keputusan

Setelah diperoleh hasil nilai probabilitas masing-masing variabel

independen maka dapat diambil kesimpulan, jika Prob. < 0,05 maka Ho

ditolak dan jika Prob. > 0,05 maka Ho diterima.

7. Menarik Kesimpulan

a. Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham

Apabila Ho ditolak maka inflasi berpengaruh terhadap harga saham.

Apabila Ho diterima maka inflasi tidak berpengaruh terhadap harga

saham.

b. Pengaruh BI Rate terhadap Harga Saham

Apabila Ho ditolak maka BI rate berpengaruh terhadap harga saham.

Apabila Ho diterima maka BI rate tidak berpengaruh terhadap harga

(58)

42

c. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Harga Saham

Apabila Ho ditolak maka nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap

harga saham.

Apabila Ho diterima maka nilai tukar rupiah tidak berpengaruh

(59)

43

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Populasi Sasaran

Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai populaisnya, yakni

data IDX Monthly Statistic dari situs resmi PT Bursa Efek Indonesia

(www.idx.co.id) per 31 Juli tahun 2016 dan yang telah memenuhi kriteria

yang telah ditentukan. Subjek penelitian adalah seluruh perusahaan go public

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masuk dalam kelompok

Indeks LQ45, sedangkan objek penelitian ini adalah harga saham perusahaan

yang masuk kelompok Indeks LQ45.

Populasi sasaran didapatkan dari penentuan kriteria tertentu sesuai

dengan peneliatian. Penelitian ini menggunakan kriteria perusahaan yang

secara konsisten masuk dalam kelompok Indeks LQ45 selama periode

Agustus 2013 sampai dengan Juli 2016. Kriteria pemilihan perusahaan yang

menjadi populasi sasaran dijabarkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran

Kriteria Sampel Jumlah

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per Desember 2017

536

Perusahaan yang terdaftar dalam kelompok Indeks LQ45 periode Agustus 2013 sampai Juli 2016

62

Perusahaan yang tidak konsisten masuk kelompok Indeks LQ45 periode Agustus 2013 sampai Juli 2016

33

Perusahaan yang konsisten masuk kelompok Indeks LQ45 periode Agustus 2013 sampai Juli 2016

(60)

44

Berdasarkan tabel, terdapat 536 perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Kriteria pengambilan sampel penelitian adalah perusahaan

yang konsisten masuk dalam kelompok Indeks LQ45 periode Agustus 2013

sampai Juli 2016. Perusahaan yang terdaftar dalam kelompok Indeks LQ45

periode Agustus 2013 sampai Juli 2016 sebanyak 62 perusahaan, dikurangi

perusahaan yang tidak konsisten masuk kelompok Indeks LQ45 periode

Agustus 2013 sampai Juli 2016 sebanyak 33 perusahaan, maka jumlah sampel

penelitian yaitu perusahaan yang konsisten masuk kelompok Indeks LQ45

periode Agustus 2013 sampai Juli 2016 sebanyak 29 perusahaan. B. Daftar Perusahaan

Berdasarkan kriteria pengambilan sampel yaitu perusahaan yang konsisten

masuk dalam kelompok Indeks LQ45 periode Agustus 2013-Juli 2016,

berikut ini adalah daftar nama perusahaan yang menjadi sampel:

Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian

Sektor No. Kode

Emiten

Nama Perusahaan

Agricalture 1. AALI Astra Agro Lestari Tbk

2. LSIP PP London Sumatera Tbk

Mining 3. ADRO Adaro Energy Tbk

4. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam

(Persero) Tbk

Basic, Industry, and Chemicals

5. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 6. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 7. SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk

Miscellaneous Industry

Gambar

Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian  Sektor  No.  Kode
Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Sampel Penelitian (Lanjutan)  Sektor  No  Kode  Nama Perusahaan  Consumer Goods
Tabel 5.1 Data Inflasi
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu Inflasi (X1), Suku Bunga (X2), dan Nilai Tukar Rupiah (X3) terhadap Variabel dependen dalam penelitian ini

Penelitian ini menganalisis saham perusahaan sub sektor farmasi dan riset kesehatan di Bursa Efek Indonesia, selain dikarenakan oleh adanya fluktuasi perkembangan

Apakah Dow Jones Industrial Average, tingkat inflasi dan jumlah uang yang beredar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham perusahaan

Tukar Rupiah, Capital Adequacy Ratio, dan Financing to Deposit Ratio Terhadap Non Performing Financing Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode Tahun

Pengaruh Capital Intensity, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris Pada Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(7) Pengaruh Nilai Tukar terhadap Return Saham melalui Return On Equity pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI 2013-2016.. Sampel penelitian ini

Metode tersebut digunakan untuk meneliti pengaruh pengumuman laporan audit wajar tanpa pengecualian terhadap perubahan harga saham dan mengetahui peranan kualitas

mempengaruhi tingkat underpricing pada perusahaan manufaktur yang melakukan initial public offering yang listing di bursa efek Indonesia periode