• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI REACT

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V

I. B. Kt. Dharma Putra

1

, I Gst. Ngurah Japa

2

, Nym. Kusmariyatni

3

1,2,3

Jurusan PGSD, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e–mail: guz_dharma90@yahoo.com

1

,

ngrjapa_pgsd@yahoo.co.id

2

,

nyomankusmariyatni@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi REACT dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan penelitian quasi eksperimen non equValent post–test only control group design. Populasi penelitian ini adalah 138 orang siswa kelas V SD tahun pelajaran 2013/2014 di Gugus V Kecamatan Gianyar. Sampel penelitian yaitu kelas V SD Negeri 1 Sidan yang berjumlah 30 orang dan kelas V SD Negeri 3 Sidan yang berjumlah 21 orang. Data hasil belajar Matematika siswa dikumpulkan dengan instrumen tes berbentuk test pilihan ganda. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji–t). Rata–rata hasil belajar matematika yang dibelajarkan dengan strategi REACT adalah 25,60 sedangkan rata–rata hasil belajar matematika yang dibelajarkan dengan model konvensional adalah 13,95 sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan strategi REACT dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

Kata kunci : Hasil Belajar Matematika , REACT

Abstract

This study aimed to determine differences in mathematics achievement between students who take lessons with a strategy of REACT and students who take lessons with the conventional model . To achieve these objectives the research carried out experiments by using a quasi experimental research design non equvalent post-test only control group design . The population was 138 fifth grade elementary students in academic year 2013/2014 in Gianyar District V Cluster . The research sample is fifth grade students of SD Negeri 1 Sidan who were 30 and fifth grade students of SD Negeri 3 Sidan which totaled 21 people . Mathematics student learning outcomes data collected by instruments shaped test multiple choice test . The data collected were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics (t-test). The average result of learning mathematics is learned with REACT strategy is 25.60 while the average mathematics learning outcomes are learned with the conventional models is 13.95 so the result of this study indicate that there are significant differences in mathematics learning outcomes between the students who learned with REACT strategy and the students who learned with conventional learning models.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu

komponen yang ikut menunjang

keberhasilan pembangunan bangsa. Pendidikan juga sebagai pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, kualitas kehidupan bangsa juga meningkat. Pendidikan bertujuan untuk membangun dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas. Ini sesuai dengan pendapat Nurhadi dan Senduk (2003) yang menyatakan bahwa peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis.

Mengingat peran pendidikan tersebut, sudah semestinya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas. Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi. Kemampuan-kemampuan tersebut membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melalui penyempurnaan kurikulum, yang telah dilakukan antara lain adalah penyempurnaan kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004. Kemudian KBK kembali mengalami revisi yang akhirnya menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

KTSP menuntut guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang bersifat Student Oriented. Proses Pembelajaran yang bersifat Student Oriented menurut Ardana (2007) memiliki

ciri-ciri: (1) siswa aktif guru aktif; (2) siswa mengkontruksi sendiri kemampuannya; (3) siswa menemukan; (4) siswa berusaha menyelesaikan permasalahan di dalam kelompok; (5) siswa bebas memilih model representasi yang sesuai dengan struktur kognitifnya. KTSP sebagai kurikulum yang bersifat desentralistik serta berorientasi pada pencapaian kompetensi, mendorong

proses pendidikan tidak hanya berfokus pada pengembangan intelektual saja, tetapi juga pembentukan sikap dan keterampilan secara seimbang yang dapat direfleksikan dalam kehidupan nyata. Namun, hal ini tentunya tidak selalu dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan seperti halnya pemberlakuan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika.

Khusus untuk mata pelajaran matematika, orientasi KTSP ini dapat

disarikan dalam bentuk model

pembelajaran matematika yang memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) menggunakan permasalahan kontekstual (permasalahan nyata atau dekat dengan kehidupan siswa atau paling tidak dapat dibayangkan oleh siswa), (2) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving) serta kemampuan beragumentasi dan berkomunikasi secara matematis, (3) memberikan kesempatan yang luas untuk penemuan kembali dan membangun konsep, definisi, prosedur, serta rumus-rumus matematika secara mandiri, (4) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan

eksperimen, (5) mengembangkan

kreativitas berpikir yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan melalui pemikiran divergen, original, membuat prediksi dan mencoba-coba, (6) menggunakan model, (7) memperhatikan dan mengakomodasikan perbedaan-perbedaan karakteristik individual siswa (Rizkianto, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika yang dirancang oleh guru hendaknya membuat siswa merasa senang, gembira dan tidak merasa tertekan atau terpaksa dalam belajar matematika. Selain itu, pembelajaran matematika harus mampu menjadikan siswa aktif, baik secara fisik maupun mental. Pembelajaran yang dirancang agar selalu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengoptimalkan dan memanfaatkan semua indranya untuk belajar dengan mengaktifkan komunikasi, kerjasama, serta kolaborasi dengan siswa yang lain. Hal tersebut akan memperkuat rekaman

(3)

memori di otak siswa, mempermudah dan mempercepat siswa memahami sesuatu, meningkatkan keterampilan siswa, serta meningkatkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran matematika. Akan tetapi, ditengah rasa optimis ciri pembelajaran matematika di atas, bukan berarti implementasinya di kelas akan terjadi secara memuaskan. Banyak yang masih memerlukan pemikiran dan kerja keras dari

guru, misalnya dalam membuat

pembelajaran matematika yang berorientasi pada masalah kontekstual, membuat siswa aktif, dalam membangun pengetahuannya sendiri, dan menumbuhkan motivasi belajar.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran matematika yang dirancang oleh guru hendaknya membuat siswa merasa senang, gembira dan tidak merasa tertekan atau terpaksa dalam belajar matematika. Selain itu, pembelajaran matematika harus mampu menjadikan siswa aktif, baik secara fisik maupun mental. Pembelajaran yang dirancang agar selalu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengoptimalkan dan memanfaatkan semua indranya untuk belajar dengan mengaktifkan komunikasi, kerjasama, serta kolaborasi dengan siswa yang lain. Hal tersebut akan memperkuat rekaman memori di otak siswa, mempermudah dan mempercepat siswa memahami sesuatu, meningkatkan keterampilan siswa, serta meningkatkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran matematika. Akan tetapi, ditengah rasa optimis ciri pembelajaran matematika di atas, bukan berarti implementasinya di kelas akan terjadi secara memuaskan. Banyak yang masih memerlukan pemikiran dan kerja keras dari

guru, misalnya dalam membuat

pembelajaran matematika yang berorientasi pada masalah kontekstual, membuat siswa aktif, dalam membangun pengetahuannya sendiri, dan menumbuhkan motivasi belajar.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Matematika diberikan kepada siswa untuk membantu siswa agar tertata nalarnya, terbentuk

kepribadiannya serta terampil

menggunakan matematika dan

penalarannya dalam kehidupan kelak (Soedjadi, 2000). Adapun tujuan matematika di sekolah dalam Permen Depdiknas No. 22 Tahun 2006 dinyatakan bahwa:

1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam bentuk menarik kesimpulan. 2) Mengembangkan aktifitas yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, rasa ingin tahu, prediksi dan dugaan serta mencoba-coba. 3) Mengembangkan kemampuan

memecahkan masalah. 4)

Mengembangkan kemampuan

menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan.

Pembelajaran matematika sekolah, terutama di SD saat ini sebagian besar belum mampu mencapai keempat tujuan tersebut. Hal ini disebabkan karena dalam proses kegiatan pembelajaran guru menggunakan pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran yang menggunakan metode ceramah sebagai metode utama. Model pembelajaran tersebut dirasakan kurang efektif karena model yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dalam proses pembelajaran, anak kurang

didorong untuk mengembangkan

kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, sehingga anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya kreatifitas dan kemampuan berpikir matematika siswa tidak dapat berkembang secara optimal.

Kegiatan pembelajaran ini juga mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru tanpa adanya penekanan pada bagaimana soal dapat dipecahkan, sehingga siswa cenderung hanya menunggu jawaban yang akan diberikan oleh guru. Akhirnya akan

(4)

berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SD gugus V Kecamatan Ginyar menunjukkan rendahnya hasil belajar matematika siswa dilihat dari nilai

rata-rata Ujian Akhir Semester (UAS) yang tidak sesuai dengan target Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-rata UAS siswa di SD gugus V Kecamatan Gianyar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Nilai Rata-Rata UAS Siswa di SD gugus V Kecamatan Gianyar

Nama SD Kelas Nilai Rata-rata UAS KKM

SD Negeri 1 Sidan IV 61,6 69 SD Negeri 2 Sidan IV 63,1 68 SD Negeri 3 Sidan IV 61,3 69 SD Negeri 4 Sidan IV 59,7 69 SD Negeri 1 Temesi IV 60,8 68 SD Negeri 2 Temesi IV 58,8 67

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika yang mengajar di kelas IV di SD gugus V Kecamatan Gianyar, bahwa siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran matematika, siswa sulit memahami materi yang diberikan oleh guru, sehingga mengakibatkan hasil belajar matematika siswa rendah.

Hasil belajar yang dimaksudkan merupakan sebuah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar merupakan cerminan kemampuan siswa yang sesungguhnya sehingga dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi yang telah dipelajari. Bloom (dalam Sudjana, 2006) membagi hasil belajar dalam tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut sebagai kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah

afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri

dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Ranah Psikomotoris

berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

Salah satu aspek ranak kogitif yang telah dijelaskan adalah siswa harus

memahami konsep dari materi yang diperolehnya dengan baik. Menurut Bruner (dalam Suherman, 2003), belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pembelajaran diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan. Misalnya, siswa diberikan tugas merangkum materi yang akan dibahas dan membuat pertanyaan terkait dengan materi tersebut. Setelah siswa mampu memahami konsep, barulah diperlukan keterampilan untuk mengaplikasikan konsep tersebut. Pembekalan konsep yang kuat dalam matematika merupakan tonggak utama dan sangat membantu bagi siswa dalam

memahami suatu pokok bahasan

matematika.

Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif juga dipengaruhi oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Ada lima karakteristik ranah afektif yang penting untuk dikembangkan berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, moral, minat, konsep diri, dan nilai. Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang utama perlu dinilai menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar.

Sikap merupakan suatu

kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu konsep. Sikap dapat dibentuk melalui cara

(5)

mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap siswa terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, dan sebagainya. Peserta didik yang memiliki sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, untuk itu diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kedepannya. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah strategi REACT

(Relating, Experiencing, Applying,

Cooperating, Transfering).

Strategi REACT merupakan salah satu strategi pembelajaran kontekstual yang memberikan ruang gerak kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Strategi ini terdiri dari lima tahapan yaitu: relating (mangaitkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan),

cooperating (kerja sama), transferring

(menggunakan dalam konteks yang lebih luas). Di dalam strategi REACT,

pembelajaran dikaitkan dengan konteks nyata sambil menggali sejauh mana pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dikaji (relating). Dengan demikian, persepsi siswa mengenai materi dapat diketahui dan siswa sendiri menyadari tentang hubungan materi yang dikaji dengan permasalahan dalam konteks nyata hal ini akan menumbuhkan motivasi siswa untuk ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mendapatkan konsep-konsep yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan (experiencing). Setelah siswa mendapatkan konsep tersebut, siswa dituntun untuk menerapkan konsep tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan mampu menerapkan kembali (applying). Dalam mencari solusi, siswa dimungkinkan untuk bekerjasama dan berkomunikasi dengan siswa lain dalam suatu kelompok (cooperating).

Terakhir siswa dituntut untuk mencoba

menerapkan hasil yang telah diperoleh untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks yang baru dan melatih kemampuan berpikir siswa (transfering).

Penerapan strategi REACT dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk tahu manfaat dari materi yang dipelajari bagi kehidupannya, aktif dalam kegiatan pembelajaran, menemukan sendiri konsep-konsep yang telah dipelajari tanpa harus selalu tergantung pada guru, mampu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari, mampu bekerja sama dengan siswa lain, dan berani untuk mengemukakan pendapat. Dengan demikian, siswa menjadi lebih tertantang untuk belajar dan berusaha menyelesaikan semua permasalahan matematika yang ditemui.

Mengingat masalah tersebut sangat penting, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui: 1) deskripsi hasil belajar matematika siswa kelas V di SD Gugus V Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014 yang mengikuti Model Pembelajaran Konvensional, 2) deskripsi hasil belajar matematika siswa kelas V di SD Gugus V Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014 yang mengikuti Strategi REACT, dan 3) pengaruh yang signifikan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti Strategi REACT dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Gugus V Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen semu (quasi

eksperimental research). Tempat

pelaksanaan penelitian ini adalah di SD gugus V Kecamatan Gianyar tahun pelajaran 2013/2014 pada rentang waktu semester I (ganjil) tahun pelajaran 2013/2014.

Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di Gugus V Kecamatan Gianyar. Jumlah SD keseluruhannya sebanyak 6 SD dengan jumlah seluruh siswa adalah 138 siswa.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling. Teknik ini

(6)

dilakukan dengan cara mendistribusikan seluruh siswa ke dalam kelas-kelas sehingga pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan tanpa pengacakan individu dan menarik sampel secara individu. Oleh karena itu, pemilihan sampel dilakukan secara acak dari 6 kelas sehingga setiap kelas memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sampel yang dirandom dalam penelitian ini adalah kelas, karena dalam eksperimen tidak memungkinkan untuk merubah kelas yang ada.

Dari enam sekolah dasar yang ada di Gugus V Kecamatan Gianyar, dilakukan pengundian untuk diambil dua kelas yang dijadikan sampel penelitian. Berdasarkan hasil random sampling, diperoleh siswa kelas V SD Negeri 1 Sidan yang berjumlah 30 orang dan siswa kelas V SD Negeri 3 Sidan yang berjumlah 21 orang sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh siswa kelas V SD Negeri 1 Sidan sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 3 Sidan sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan strategi REACT dan kelas kontrol diberikan pembelajaran konvensional

Penelitian eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan rancangan atau desain Posttest-Only Control Design.

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan oleh peneliti kemudian dilakukan pengukuran, sedang kelompok kedua yang digunakan sebagai kelompok pengontrol tidak diberi perlakuan tetapi hanya dilakukan pengukuran saja. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Thoha (2003), menjelaskan bahwa tes adalah alat

pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditunjukan kepada

testee untuk mendapatkan respon sesuai

dengan petunjuk itu. Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap sejauh mana pengaruh srategi REACT dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pengaruh srategi ini akan ditunjukan melalui seberapa signifikan peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini hanya terbatas pada hasil belajar secara khusus hanya pada ranah kognitif dengan menekankan pada bentuk tes tertulis. Dengan demikian istilah tes hasil dalam hal ini mengacu pada tes hasil belajar matematika pada ranah kognitif dalam bentuk tes tulis.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik poligon. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (separated varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Kedua prasyarat tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu, maka untuk memenuhi hal tersebut dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disajikan rekapitulasi data hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada Tabel 2.

(7)

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Data Hasil Belajar Siswa

Kelompok mean (M) Median (Md) Modus (Mo)

Eksperimen

25,60

27,36 29,03

Kontrol 13,95 12,64 11,5

Berdasarkan Tabel 2, dapat dideskripsikan pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa mean (M) = 25,60

tergolong kriteria sangat tinggi, median (Md) = 27,36, modus (Mo) = 29,03. Sedangkan kelompok kontrol menunjukkan bahwa mean (M) = 13,95 tergolong kriteria sedang, median (Md) = 12,64, modus (Mo) = 11,5. Secara deskriptif dapat disampaikan bahwa pengaruh srategi REACT lebih unggul dibandingkan dengan model konvensional untuk hasil belajar matematika Siswa Kelas V di SD gugus V Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014.

Data hasil belajar matematika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dapat disajikan ke dalam bentuk grafik poligon pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Grafik Poligon Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

Berdasarkan kurva poligon pada Gambar 1, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor hasil belajar matematika cenderung tinggi.

Gambar 2. Grafik Poligon Data Hasil Belajar Masalah Matematika Kelompok Kontrol

Berdasarkan kurva poligon pada Gambar 2, diketahui modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor hasil belajar matematika cenderung rendah.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan uji–t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data penelitian yang akan diuji hipotesisnya, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Uji normalitas data dilakukan terhadap data hasil belajar matematika kelompok eksperimen dan kontrol. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan

menggunakan rumus chi–kuadrat, diperoleh

data hasil belajar matematika kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol

berdistribusi normal. Uji homogenitas

varians menggunakan uji–F diketahui

varians kedua kelompok homogen.

Sehingga untuk menguji hipotesis menggunakan uji–t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled

varians. Rekapitulasi hasil perhitungan uji–t

M = 25,60 Mo = 29,03

Md = 27,36

Mo = 11,5

(8)

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji–t

Kelompok

N

X

s

2

t

hit

t

tab

(t.s. 5%)

Eksperimen 30 25,60 8,73

8,33 2,00

Kontrol

21

13,95

29,65

Berdasarkan Tabel 3, hasil

perhitungan uji–t diperoleh thitung sebesar

8,33. Sedangkan

t

tabel dengan db = 49 dan

taraf signifikansi 5% adalah 2,00. Hal ini berarti thitung lebih besar dari

t

tabel

(thitung ttabel) sehingga H1 diterima.

Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan strategi REACT dan kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Gugus V Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014.

Hasil uji hipotesis telah berhasil menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan srategi REACT sebagai sumber belajar dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Secara keseluruhan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan srategi REACT sebagai sumber belajar tidak sama dengan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Secara deskriptif, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Strategi REACT memiliki hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini terbukti dari skor rata-rata kelompok siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT sebagai sumber belajar lebih tinggi

dibandingkan skor rata-rata siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Jika skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian skor siswa cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, jika skor hasil belajar siswa digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah.

Adapun beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar penentuan bahwa penerapan strategi REACT lebih baik dalam peningkatan hasil belajar matematika dibandingkan dengan model pengajaran konvensional adalah sebagai berikut. Secara teoritis proses pembelajaran dengan menggunakan srategi REACT menekankan pada keaktifan siswa dalam kelas melalui langkah-langkah, yaitu:

relating (mengaitkan), experiencing

(mengalami), applying (menerapkan),

cooperating (bekerja sama), dan transfering

(menggunakan dalam konteks tang lebih luas).

Pada tahap relating, guru mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. Pada tahap

experiencing, siswa belajar dengan

melakukan, atau melalui eksplorasi, dan penemuan. Pada tahap applying, siswa menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Pada tahap

cooperating, siswa bekerjasama dalam

kelompok. Dan pada transfering, siswa mempelajari sesuatu dalam konteks

pengetahuan yang telah ada,

menggunakan dan memperluas apa yang telah diketahui.

Dampak yang terjadi setelah penerapan strategi REACT yaitu membuat

(9)

pemahaman siswa menjadi lebih dalam. Selain itu, pada diri siswa juga tumbuh sikap saling memiliki, tumbuh sikap saling menghargai, dan tumbuh sikap mencintai lingkungan. Proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan dengan strategi tersebut juga menjadi lebih menyenangkan. Dampak tersebut menunjukkan keunggulan dari strategi REACT. Menurut Fadlisyah (2012) adapun keunggulan dari pendekatan kontekstual dengan strategi

REACT yaitu sebagai berikut: (1)

Memperdalam pemahaman siswa, (2) Mengembangkan sikap kebersamaan dan saling memiliki, (3) Mengembangkan sikap menghargai diri dan orang lain, (4) Meningkatkan sikap positif terhadap pengalaman belajar, (5) Membentuk sikap mencintai lingkungan, (6) Pembelajaran dilaksanakan secara menyeluruh dan menyenangkan.

Berbeda halnya dalam

pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional yang membuat siswa lebih banyak belajar matematika secara prosedural. Dalam penelitian ini, guru lebih

banyak mendominasi kegiatan

pembelajaran. Siswa berperan sebagai pendengar yang pasif dan mengerjakan apa yang disuruh guru serta melakukannya sesuai dengan yang dicontohkan. Antar siswa sangat jarang terjadi interaksi. Selain itu, dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional, siswa jarang diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi terhadap suatu masalah dengan cara pikirnya sendiri. Pembelajaran seperti ini membuat siswa tidak terlatih untuk berinvestigasi dan hanya

akan menunggu perintah guru.

Pemahaman yang diperoleh siswa tentunya tidak akan bertahan lama diingatan siswa karena pemahaman tersebut hanya berdasarkan informasi guru dan tidak diperolehnya dengan pengalaman sendiri.

Hal tersebut didukung pendapat

Coleman (dalam Rasana, 2009)

mengatakan bahwa pembelajaran konvensional merupakan asimilasi informasi dengan ciri-ciri (1) pemerolehan informasi, (2) pengorganisasian informasi menjadi prinsip umum, (3) penggunaan prinsip umum pada kasus-kasus yang spesifik, dan (4) penerapan prinsip umum

pada keadaan-keadaan baru. Berdasarkan pendapat tersebut, guru berperan sebagai pemroses informasi yang diberikan kepada pebelajar. Sedangkan pebelajar berperan memperoleh informasi tersebut dengan cepat dan tepat melalui kegiatan-kegiatan mendengarkan dan membaca informasi.

Perbedaan langkah dan proses pembelajaran antara pembelajaran dengan srategi REACT dan dengan model pembelajaran konvensional tentunya akan memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar siswa. Penerapan strategi REACT dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk tahu manfaat dari materi yang dipelajari bagi kehidupannya, aktif dalam kegiatan pembelajaran, menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari tanpa harus selalu

tergantung pada guru, mampu

memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari, bekerja sama dengan siswa lain, dan berani untuk mengemukakan pendapat. Siswa menjadi lebih tertantang untuk belajar dan

berusaha menyelesaikan semua

permasalahan matematika yang ditemui, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih diingat oleh siswa. Dengan demikian, hasil belajar matematika siswa yang mengikiuti pembelajaran dengan menggunakan srategi REACT akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa peneliti lainnya tentang strategi REACT. Widnyana (2009) melakukan penelitian pada siswa kelas VII D di SMP Negeri 2 Sawan. Penelitian tersebut menunjukkan perbedaan

kemampuan pemecahan masalah

matematika dan motivasi belajar yang diakibatkan oleh perbedaan strategi pembelajaran. Implementasi strategi

REACT dalam pembelajaran matematika

mampu meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa. Serta penelitian yang dilakukan Putra (2009) pada siswa kelas X semester genap di SMA Negeri 4 Singaraja tahun ajaran 2008/2009. Dalam penelitiannya diperoleh bahwa srategi REACT telah memberikan

(10)

konstribusi yang cukup signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi REACT, dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Deskripsi hasil belajar matematika siswa kelas V di SD Gugus V Kecamatan Gianyar yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional tergolong sedang. Hal ini dapat dilihat dari skor rata–rata hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol dengan

mean (M) = 13,95. Deskripsi hasil belajar

matematika siswa kelas V di SD gugus V Kecamatan Gianyar yang mengikuti pembelajaran dengan srategi REACT

tergolong sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari skor rata–rata hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen dengan mean (M) = 25,60. Ini berarti Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi REACT dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional pada siswa kelas V di SD Gugus V Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Rata-rata skor hasil belajar matematika kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan srategi REACT lebih besar dibandingkan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pengajaran konvensional, yaitu 25,60 > 13,95. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan srategi REACT lebih baik daripada kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, guru-guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu srategi pembelajaran kontekstual untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kedua, siswa-siswa di sekolah dasar agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus mengembangkan

pemahamannya dengan membangun

sendiri pengetahuan tersebut melalui pengalaman. Ketiga, Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Untuk itu disarankan kepada kepala sekolah yang mengalami masalah pada hasil belajar peserta didiknya di sekolah yang dipimpinnya untuk mengambil sutu kebijakan untuk menggunakan srategi pembelajaran REACT sebagai sumber belajar sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah tersebut. Keempat, kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang srategi pembelajaran REACT dalam bidang ilmu matematika maupun bidang ilmu lainnya, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Ardana, M. 2007. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Makalah disajikan dalam Seminar Matematika Regional Bali. Universitas Pendidikan Ganesha. Depdiknas. 2006. PERMEN 22 Th.

2006-STANDAR ISI, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SD-MI. Jakarta: Dirjen Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah. Diknas.

Fadlisyah. 2012. BAB II Landasan Teori.

Tersedia pada

http://www.scrib.com.Fadlisyah/d/16 851561-BAB-II (diakses tanggal 16 Februari 2013).

Nurhadi dan Senduk, A G. 2003.

Pembelajaran Kontekstual dan

penerapannya dalam KBK. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Putra, I Komang Agus Aryadi. 2009. Pengaruh Srategi REACT. Terhadap Kinerja Pemecahan Masalah Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 4 Singaraja Tahun Ajaran 2008/2009. Srkipsi (tidak diterbitkan) Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan

(11)

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha.

Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009.

Model-Model Pembelajaran. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha Rizkianto, Ilham, dkk. 2009. “Pengaruh

Model Pembelajaran Berorientasi Masalah “Open Ended” Berbantuan

LKS Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Singaraja”. Proposal (tidak

diterbitkan). Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan

Matematika di Indonesia. Jakarta:

Depdiknas.

Sudjana, 2006. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Suherman, E. 2003. Srategi Pembelajaran

Matematika Matematika

Kontemporer (edisi revisi). Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia. Thoha, M. Chabib. 2003. Teknik Evaluasi

pendidikan. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Widnyana, I Wayan. 2009. Implementasi Srategi REACT (Releting,

Exsperiencing, Applying,

Cooperating, Transfering) untuk

Meningkatkan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII D SMP Negeri 2 Sawan . Skripsi. (Tidak Di Terbitkan) Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha.

Gambar

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Data Hasil Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Pendidikan Provinsi/ Kabupaten/ Kota/ Kantor Wilayah Kementerian Agama/Kementerian lain/LPNK... Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan hasilseleksiadministratif terhadap calon peserta TOT yang masuk, 125 (seratus dua puluh&gt;lirna) orang peserta sebagairnana terlampir dinyatakan lulus untuk mengikuti

No guarantee of the accuracy of the information is made and the products discussed are sold without conditions or warranties expressed or implied.. No warranties beyond the

[r]

[r]

Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses

pekerjaan Cetak Blanko atau Formulir Logistik RS Bayung Lencir adalah sebagai

golongan B ( air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum) mengalami. pencemaran yang berasal dari air limbah sehingga tidak dimanfaatkan