• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar Latar Belakang... I Maksud, Tujuan, dan Sasaran...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar Latar Belakang... I Maksud, Tujuan, dan Sasaran..."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i Laporan Akhir untuk pekerjaan “Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian RTRW Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat” ini disusun dengan tujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan langkah-langkah tim, rencana kerja tim dan pendekatan metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh tim kerja. Laporan Akhir ini merupakan salah satu output pelaporan pelaksanaan pekerjaan.

Laporan Akhir ini dibuat dalam 5 (Lima) bab, yaitu : (1) Pendahuluan; (2) Gambaran Umum RTRW Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat ; (3) Pendekatan, Metodologi, dan Program Kerja; (4) Proses Pendampingan; dan (5) Kesimpulan.

Tim Penyusun mengharapkan laporan ini dapat memenuhi tujuan guna memberikan penjelasan dan gambaran akhir mengenai pekerjaan yang dimaksud. Besar harapan kami laporan akhir ini dapat diterima dengan baik, sehingga pekerjaan dapat dikatakatn telah selesai. Atas kerjasama yang baik, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

(3)

ii Kata Pengantar... i Daftar Isi ... ii Daftar Tabel ... iv Daftar Gambar ... v BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran ... I-2 1.2.1. Maksud... I-2 1.2.2. Tujuan ... I-3 1.2.3. Sasaran ... I-3 1.3. Ruang Lingkup ... I-4 1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah ... I-4 1.3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ... I-4 1.4. Sistematika Pembahasan ... I-5

(4)

iii 2.2. Progress Penyusunan Perda RTRW di Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat... II-3

BAB III PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA

3.1. Pendekatan ... III-1 3.2. Metodologi ... III-6 3.3. Program Kerja ... III-14

BAB IV MANAJEMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Komposisi Tim Pelaksanaan Pekerjaan ... IV-1 4.2. Rencana Kerja ... IV-2 4.3. Progress Pelaksanaan Pendampingan Proses Perda RTRW Kabupaten dan Kota... IV-3 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan ... V-1 5.2. Rekomendasi ... V-2

(5)

iv Tabel 2. 1 Status Awal Perda RTRW Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat ... II-2 Tabel 2.2 Progress, Permasalahan, dan Target Awal Penysunan Perda RTRW

Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Barat ... II-4 Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Pendampingan Teknis Percepatan Perda RTRW

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat ... IV-4 Tabel 4.2 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

Kabupaten KepulauanMentawai ... IV-14 Tabel 4.3 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

Kota Padang Panjang ... IV-14 Tabel 4.4 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

Kabupaten Limapuluh Kota ... IV-15 Tabel 4.5 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

Kabupaten Solok Selatan ... IV-15 Tabel 4.6 Jadwal dan Realisasi PercepatanPenyelesaian Perda RTRW Kota Solok ... IV-16 Tabel 4.7 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

Kabupaten Solok ... IV-16 Tabel 4.8 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

(6)

v Tabel 4.10 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

Kota Sawahlunto ... IV-18 Tabel 4.11 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

(7)

vi Gambar 2. 1 Peta Status Perda RTRW Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat ... II-7 Gambar 3.1 Prosedur Persetujuan Substansi raperda tentang RTRW

Kabupaten/Kota ... II-3 Gambar 3.2 Kerangka Berpikir Percepatan Penyelesaian Perda RTRW Kabupaten/Kota

di Provinsi Sumatera Barat ... III-4 Gambar 3.3 Diagram Simulasi Legal Drafting Ranperda RTRW Kabupaten/Kota ... III-9 Gambar 3.4 Diagram Simulasi Pokok Muatan Ranperda RTRW Kab /Kota ... III-13

(8)

1.1. Latar Belakang

Proses legalisasi RTRW Kabupaten menjadi peraturan daerah tentang RTRW Kabupaten, UU No. 26 tahun 2007 (pasal 18) mengamanatkan upaya harmonisasi substansi RTRW serta kesesuaian RTRW dengan peraturan perundangan yang berlaku melalui proses persetujuan substansi. Proses ini dimaksudkan agar RTRW kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan terbaru bidang penataan ruang dan kebijakan terkait lainnya, saling komplementer (melengkapi dan bersinergi satu dengan lainnya), serta selaras dengan rencana tata ruang wilayah yang berbatasan dengannya.

Proses tersebut saat ini dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yaitu melalui kegiatan sidang BKPRD Provinsi Sumatera Barat, hal ini disebabkan antara lain :

• Terbatasnya SDM Pemerintah Daerah • Keterbatasan Dana Pemerintah Daerah

(9)

Laporan Akhir I- 2 Sampai saat ini RTRW Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan menjadi Perda tentang RTRW ataupun yang telah mendapatkan persetujuan substansi jumlahnya sangat jauh dari harapan.

Dalam rangka mendorong dan mempercepat penyesuaian RTRW Kabupaten dengan UU No. 26 Tahun 2007 dan kebijakan terkait lainnya, maka Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum melalui Satuan Kerja Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Barat akan melakukan pembinaan penataan ruang kepada Pemerintah daerah melalui Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.

Untuk itu perlu segera dilakukan percepatan penyelesaian Perda RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat untuk mendapatkan legalitas hukum (legislasi). Selain merupakan amanah Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan amanah Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, juga karena RTRW merupakan :

1. Perwujudan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.

2. Perwujudan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.

3. Perwujudan perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran 1.2.1. Maksud

Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan bantuan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Barat berupa Pendampingan Teknis dan fasilitasi percepatan penyelesaian proses legislasi Perda RTRW Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Barat, yang meliputi kegiatan :

(10)

Laporan Akhir I- 3 1. Pendampingan teknis percepatan penyelesaian Raperda RTRW Kabupaten/Kota

sebagai upaya untuk mempercepat terselesaikannya Ranperda RTRW Kabupaten/Kota.

2. Penyempurnaan proses legalisasinya sesuai dengan yang diamanatkan di dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

3. Penyempurnaan legal drafting Raperda RTRW Kabupaten/Kota beserta lampiran-lampirannya sesuai dengan peraturan perundangan terkait penataan ruang.

4. Penyempurnaan penyesuaian substansi Raperda terhadap RTRWN dan RTRW Provinsi.

1.2.2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah :

1. Memberikan pendampingan teknis pada aparat tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka mempercepat penyelesaian RTRW Kabupaten/Kota.

2. Agar RTRW 10 (sepuluh) wilayah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat yang belum memiliki Perda RTRW segera mendapatkan proses legislasi dan memiliki kekuatan hukum (legal aspek).

3. Agar RTRW 10 (sepuluh) wilayah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat yang belum memiliki Perda RTRW dapat segera dipergunakan sebagai rujukan/acuan pelaksanaan pembangunan secara komprehensif.

1.2.3. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah terselenggaranya pendampingan teknis kepada Pemerintah daerah yang dilaksanakan melalui Tenaga Pendamping Daerah, yang meliputi kegiatan sebagai berikut :

(11)

Laporan Akhir I- 4 1. Pendampingan terhadap kabupaten/kota dalam menyusun materi teknis Raperda

RTRW Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang, termasuk peraturan/pedoman yang terkait dengan penataan ruang. 2. Pendampingan dalam proses rekomendasi Gubernur di Provinsi dan sidang BKPRD. 3. Pendampingan proses legislasi di daerah pasca persetujuan substansi/rekomendasi

Gubernur.

1.3. Ruang Lingkup

1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah studi pada pekerjaan “Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat” mencakup 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota, yaitu :

1. Kabupaten Lima Puluh Kota 2. Kabupaten Dharmasraya 3. Kabupaten Solok

4. Kabupaten Pasaman Barat 5. Kabupaten Solok Selatan

6. Kabupaten Kepulauan Mentawai 7. Kota Pariaman

8. Kota Sawahlunto 9. Kota Padang Panjang 10. Kota Solok

1.3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan pada pekerjaan “Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat” dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan.

(12)

Laporan Akhir I- 5 1.4. Sistematika Pembahasan

Laporan Akhir “Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat” ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan sistematika pembahasannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas mengenai latar belakang pekerjaan, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup kegiatan, landasan hukum, dan sistematika pembahasan.

BAB II GAMBARAN UMUM RTRW KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA BARAT Bab ini membahas mengenai kondisi awal lokasi, permasalahan penyelesaian RTRW tiap kabupaten dan kota, dan kondisi tiap kabupaten berdasarkan hasil pemetaan masalah di daerah.

BAB III PENDEKATAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA

Bab ini akan membahas mengenai pendekatan pelaksanaan pekerjaan, metodologi pelaksanaan pekerjaan, model dan metode analisis, program kerja, hasil kerja yang diharapkan, dan laporan.

BAB IV PROSES PENDAMPINGAN

Bab ini akan membahas mengenai proses pendampingan dari masing-masing Raperda RTRW Kabupaten dan Kota, target pencapaian tiap tahapan proses penyelesaian RTRW Kabupaten sampai Perda.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berisikan kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang ditemui saat pelaksanaan fasilitasi dan penanganan yang dilakukan tim TPD dalam menanggulangi permasalahan tersebut.

(13)

2.1. Status Perda RTRW Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat

Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, dan merupakan pintu gerbang masuk di wilayah barat pulau ini. Provinsi Sumatera Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi, dan Riau. Secara administrasi, wilayah Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 12 (dua belas) wilayah kabupaten dan 7 (tujuh) wilayah kota dengan jumlah kecamatan sebanyak 166 kecamatan. Secara geografis Provinsi Sumatera Barat terletak antara 0º54’ LU - 3º30’ LS serta 98º36’ BT - 101º53’ BT dan dilalui garis katulistiwa (garis lintang nol derajat/garis equator). Wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara; • Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu;

• Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Riau dan Jambi; dan • Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Luas daratan Provinsi Sumatera Barat ± 42.297,30 km² dan luas perairan (laut) ± 52.882,42 km² dengan panjang pantai wilayah daratan ± 375 km ditambah panjang garis pantai

(14)

Laporan Akhir II-2 Kepulauan Mentawai ± 1.003 km, sehingga total garis pantai keseluruhan ± 1.378 km. Perairan laut ini memiliki 375 pulau-pulau kecil dengan jumlah pulau terbanyak yaitu 323 pulau berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Posisi tersebut menjadikan provinsi ini sebagai gerbang masuk wilayah barat Indonesia yang didukung oleh prasarana baik transportasi darat, laut, dan udara yang memadai, seperti jalan nasional Trans Sumatera, Bandara Internasional Minangkabau (BIM), maupun pelabuhan laut Internasional Teluk Bayur. Provinsi ini juga termasuk dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Sub Regional (KESR) segitiga pertumbuhan Indonesia - Malaysia - Thailand (IMT-GT). Dengan posisinya yang strategis, maka kebijakan RTRW dituntut untuk segera memiliki kekuatan hukum sebagai mekanisme pembangunan dan investasi daerah. Pada awal Juli 2012 hanya terdapat sekitar 106 (seratus enam) kabupaten dan 34 (tiga puluh empat) kota yang telah di Perda kan RTRW-nya seluruh Indonesia (www.penataanruang.net). Sementara dari 12 (dua belas) wilayah kabupaten dan 7 (tujuh) wilayah kota di Provinsi Sumatera Barat, hanya terdapat 6 (enam) wilayah kabupaten dan 3 (tiga) wilayah kota yang sudah memiliki Perda RTRW, sedangkan sisanya, 10 (sepuluh) wilayah kabupaten/kota masih dalam proses Perda. Lebih jelasnya mengenai kondisi sementara dari proses Perda RTRW Kab/Kota di Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.1.

Tabel 2.1 Status Awal Perda RTRW Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat

No Nama Wilayah Lingkup Proses Revisi Rekomgub Proses BKPRN Pem. Menteri Persub

PU Perda RTRW

1 Sumatera Barat Provinsi - - - - Belum ada nomor

2 Solok Kabupaten - - - v -

3 Tanah Datar Kabupaten - - - -

Perda No. 2 Tahun 2012

4 Pesisir Selatan Kabupaten - - - -

Perda No. 7 Tahun 2011

5 Padang Pariaman Kabupaten - - - -

Perda No. 5 Tahun 2011

6 Sijunjung Kabupaten - - - -

Perda No. 5 Tahun 2012

7 Pasaman Kabupaten - - - -

Perda No. 6 Tahun 2011

8 Lima Puluh Kota Kabupaten - - - v -

(15)

Laporan Akhir II-3

9 Agama Kabupaten - - - -

Perda No. 13 Tahun 2011

10 Solok Selatan Kabupaten - - - v -

11 Dharmasraya Kabupaten - - - v -

12 Pasaman Barat Kabupaten - - - v -

13

Kepulauan

Mentawai Kabupaten - - - v -

14 Solok Kota - - - v -

15 Padang Kota - - - -

Perda No. 5 Tahun 2012

16 Payakumbuh Kota - - - -

Perda No. 1 Tahun 2012

17 Padang Panjang Kota - - - v -

18 Bukit Tinggi Kota - - - -

Perda No. 6 Tahun 2011

19 Sawahlunto Kota - - - v -

20 Pariaman Kota - - - v -

Sumber : 1. www.penataanruang.net

2. Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Barat

2.1. Progress Penyusunan Perda RTRW di Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat Penyusunan Perda RTRW di kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Barat saat ini sedang dalam proses yang masih terus belangsung. Kemajuan proses penyusunan perda berbeda di masing-masing kabupaten dan kota. Berdasarkan pentunjuk dari Direktorat Jenderal Penataan Ruang progress penyusunan Perda dibagi menjadi 7 (tujuh) tipologi untuk memudahkan mengambil langkah penyelesaian yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing kabupaten dan kota. Adapun tipologi yang di masksud adalah sebagai berikut : 1. Pengajuan Pembahasan Raperda ke DPRD

2. Pembahasan Raperda RTRW dengan DPRD

3. Kesepakatan Substansi antara Pemda dengan DPRD 4. Pengajuan Evaluasi Raperda kepada Gubernur 5. Evaluasi Raperda oleh Pemerintah Provinsi 6. Surat Hasil Evaluasi Gubernur

(16)

Laporan Akhir II-4 Evaluasi yang dilakukan terhadap Raperda RTRW masing-masing Kabupaten dan Kota, maka dapat diketahui kondisi progress awal terkini dari perkerjaan fasilitasi ini, untuk wilayah yang menjadi prioritas, adalah kabupaten dan kota yang masih berada di tipologi 1 adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Kabupaten Padang Panjang, sedangkan untuk wilayah kabupaten dan kota yang sudah memiliki progress yang jauh lebih baik dan berada di tipologi 7, yaitu Kabupaten dan Kota yang sudah memiliki Perda tetapi masih menunggu proses evaluasi dari gubernur. Untuk lebih jelasnya mengenai tipologi dan permasalahan masing-masing kabupaten dan kota dalam penyusunan perda RTRW dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Progress, Permasalahan, dan Target Awal Penysunan Perda RTRW Kabupaten dan Kota Provinsi Sumatera Barat

No Permasalahan Solusi Penyelesaian Target

Raperda Kabupaten Kepulauan Mentawai (tipologi 1)

1 Sedang proses pengajuan

pembahasan di DPRD Perlu adanya mediasi dari Ditjen Penataan Ruang dan Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Barat untuk memeberi masukan kepada anggota dewan, sehingga pembahasan di DPRD dapat berlangsung efektif

Minggu ke 4 November

Kota Padang Panjang (tipologi 1)

1 Sedang proses pengajuan

pembahasan di DPRD Perlu adanya mediasi dari Ditjen Penataan Ruang dan Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Barat untuk memberi masukan kepada anggota dewan, sehingga pembahasan di DPRD dapat berlangsung efektif

Minggu ke 4 November

Kabupaten Limapuluh Kota (tipologi 2)

1 • Jadwal paripurna sering diundur oleh DPRD

• Kurangnya pengetahuan pansus dan anggota DPRD tentang RTRW sehingga pembahasan memakan waktu yang lama • Kurangnya pendekatan

pimpinan dari SKPD dan pemerintah daerah dengan DPRD, sehingga komunikasi kurang harmonis

Perlu adanya mediasi dari Ditjen Penataan Ruang dan Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Barat untuk memberi masukan kepada anggota dewan, sehingga pembahasan di DPRD dapat berlangsung efektif

Minggu ke 4 Oktober

(17)

Laporan Akhir II-5

No Permasalahan Solusi Penyelesaian Target

Raperda Kabupaten Solok Selatan (tipologi2)

1 Terdapat kendala dengan legislatif Perlu adanya mediasi dari Ditjen Penataan Ruang dan Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Barat untuk memberi masukan kepada anggota dewan

Minggu ke 4 November

Kota Solok (tipologi 3)

1 Penyempurnaan peta Diselesaikan dengan fasilitasi dari tim

TPD Minggu ke 4 November

Kabupaten Solok (tipologi 4)

1 Ada beberapa

penambahan/pengurangan lokasi pada peta rencana struktur ruang wilayah kabupaten, yaitu untuk PPK dan PPL

Diselesaikan dengan fasilitasi dari tim TPD

Minggu ke 2 November 2 Perbaikan peta :

- Peta administrasi

- Peta sebaran wilayah nagari Kabupaten Solok

- Peta struktur ruang

- Peta rencana pengembangan sistem jaringan prasarana - Seluruh nama peta

Diselesaikan dengan fasilitasi dari tim TPD

3 Perbedaan luas wilayah kabupaten antara peta kehutanan dengan SK Pembentukan Wilayah

Tim dari pusat dan provinsi

mendatangi DPRD untuk memberikan penjelesan materi teknis RTRW , untuk memberikan kepastian dari batas wilayah yang sebenarnya. (Dari Depdagri, Bakorsurtanal, dan BPN)

Kabupaten Pasaman Barat (tipologi 5)

1 Pengajuan evaluasi Raperda kepada Gubernur sudah diajukan pada tanggal 26 Juni 2012, tetapi belum ada tanggapan dari Biro Hukum Provinsi Sumatera Barat

Mencoba cek ke Biro Hukum agar segera keluarnya hasil evaluasi dari

Gubernur Minggu ke 4 September

Kabupaten Dharmasraya (tipologi 5)

1 Permohonan Bupati untuk evaluasi Perda dari Gubernur sudah

disampaikan, dan usulan perbaikan sudah dikoreksi, tetapi belum ada respon dari pihak Biro Hukum Provinsi

Mencoba cek ke Biro Hukum agar segera keluarnya hasil evaluasi dari

Gubernur Minggu ke 4

(18)

Laporan Akhir II-6

No Permasalahan Solusi Penyelesaian Target

Raperda Kota Sawahlunto (tipologi 5)

1 Pengajuan evaluasi Raperda kepada Gubernur sudah diajukan pada tanggal 11 Mei 2012, tetapi belum ada tanggapan dari Biro Hukum Provinsi Sumatera Barat

Mencoba cek ke Biro Hukum agar segera keluarnya hasil evaluasi dari

Gubernur Minggu ke 4 September

Kota Pariaman (tipologi 5)

1 Pengajuan evaluasi Raperda kepada Gubernur sudah, tetapi belum ada tanggapan dari Biro Hukum Provinsi Sumatera Barat

Mencoba cek ke Biro Hukum agar segera keluarnya hasil evaluasi dari

Gubernur Minggu ke 4 September Sumber : Hasil Analisa Tahun 2012

(19)

Laporan Akhir II-7

(20)
(21)

3.1. Pendekatan

Pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan kepada pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota) untuk melaksanakan penyusunan maupun penyesuaian dengan muatan dari Undang-Undang Penataan Ruang tersebut. Hal ini diamanatkan pada Pasal 78 ayat (4), berbunyi "dengan berlakunya Undang-Undang Penataan Ruang ini :

Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional disesuaikan paling a.

lambat dalam waktu 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan;

Semua Peraturan Daerah Provinsi tentang rencana tata ruang wilayah provinsi disusun b.

atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan; dan

Semua Peraturan Daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang wilayah kota/kab c.

disusun atau disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan.

Perda RTRW daerah merupakan acuan bagi implementasi pembangunan dan investasi di kabupaten /kota dengan tetap menjaga koridor keberlanjutan lingkungan, oleh karena itu beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mempercepat penyelesaian

(22)

Laporan Akhir III-2 Perda RTRW, sehingga diharapkan dengan adanya RTRW sebagai acuan, pembangunan di daerah tidak terhambat, investasi dapat berjalan, dan lingkungan yang berkelanjutan dapat dipertahankan.

Penyebab belum terselesaikannya Perda RTRW bukanlah disebabkan karena ketidakmampuan pemerintah dalam mengkoordinasi dan memfasilitasi penyelenggaraan penataan ruang dalam penetapan Perda RTRW, namun lebih kepada masalah-masalah yang cukup pelik di lapangan. Gambar bagan alir 3.1 – 3.2 merupakan kerangka pemikiran dalam percepatan penyelesaian perda RTRW kabupaten/kota.

Pelaksanaan amanat dari Undang-Undang Penataan Ruang dan beberapa uraian di atas, diketahui bahwa hingga saat ini di Provinsi Sumatera Barat sebanyak 5 (lima) wilayah kabupaten dan 3 (tiga) wilayah kota sudah memiliki Perda RTRW Kabupaten/Kota, sedangkan sisanya 7 (tujuh) wilayah kabupaten dan 4 (empat) wilayah kota telah mendapatkan persetujuan substansi, namun belum dilegalisasi/belum memiliki kekuatan hukum (legal aspek).

Sebanyak 6 (enam) kabupaten dan 4 (empat) kota tersebut, dengan status RTRW saat ini telah melampaui batas ketentuan yang ditetapkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang berbunyi yaitu semua peraturan daerah kota/kabupaten tentang rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten disusun atau disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman melakukan kegiatan percepatan penyelesaian perda RTRW kabupaten/kota tersebut melalui mekanisme pendampingan teknis terhadap pemerintah 10 wilayah kabupaten/kota, agar target penyelesaian tercapai hingga akhir tahun 2012 ini.

Berikut beberapa pendekatan yang akan kami gunakan dalam langkah awal penyelesaian pekerjaan :

Pendekatan proaktif a.

Merupakan kemampuan individu dalam mengambil tindakan atau merespon tindakan melalui langkah yang positif, suatu perbuatan untuk mengantisipasi problem yang akan datang. Dengan kata lain proaktif berkaitan dengan upaya-upaya antisipasi yang berkesinambungan (continues anticipation efforts) mencegah munculnya permasalahan baru (quick resolution responsibility).

Dalam kaitannya dengan pekerjaan ini, maka individu tenaga ahli harus mampu dan selalu memiliki sikap proaktif dalam penyelesaian-penyelesaian masalah yang muncul sepanjang proses pelaksanaan pekerjaan, agar pekerjaan dapat terselesaiakan sesuai target dan pencapaian.

(23)

Laporan Akhir III-3 Gambar 3. 1 Prosedur Persetujuan Substansi Raperda Tentang RTRW Kabupaten/Kota

(24)

Laporan Akhir III-4 Gambar 3. 2 Kerangka Berpikir Percepatan Penyelesaian Perda RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat

(25)

Laporan Akhir III-5 Pendekatan politik dan silahturahmi

b.

Mempelajari alokasi dan transfer kekuasaan dalam pembuatan keputusan, peran dan sistem pemerintahan termasuk pemerintah dan organisasi kemasyarakatan, perilaku politik, dan kebijakan publik.

Dalam kaitannya dengan pekerjaan ini, maka situasi perpolitikan di setiap kabupaten /kota di Provinsi Sumatera Barat harus dapat dipelajari walaupun sekilas pandang, hal ini berpengaruh terhadap dukungan kekuasaan politik dalam percepatan paripurna DPRD dalam menetapkan perda (legislasi).

Pendekatan de-birokratisasi c.

Yaitu pendekatan yang mengubah /menyesuaikan prosedur yang harus ditempuh secara berliku-liku menjadi prosedur yang tidak bertele-tele dan memberikan kemudahan.

Dalam kaitannya dengan pekerjaan ini, maka langkah-langkah jalan pintas (shortcut) namun tetap dalam koridor kewajaran akan coba ditempuh dalam proses penyelesaian pekerjaan dan proses menghantarkan materi Ranperda hingga ke sidang paripurna. Pendekatan multi-sektor melalui sinkronisasi program pemanfaatan ruang

d.

Pendekatan ini diperlukan agar setiap institusi /lembaga pemerintahan (SKPD) yang berada di kabupaten/kota dapat memberikan andil yang cukup besar dalam penyelesaian Ranperda RTRW-nya, tidak hanya terbatas hanya oleh institusi teknis saja, agar terjadi sinkronisasi atau kesepakatan dalam perencanaan ruang maupun pemanfaatan ruang.

Berikut ini dapat disampaikan sistematika Naskah Akademis dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah, sebagai berikut :

Judul 1.

Kata Pengantar 2.

Daftar Isi terdiri dari : 3.

Bab I : Pendahuluan a.

Bab II : Kajian teoritis dan praktik empiris b.

Bab III : Evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait c.

Bab IV : Landasan filosofis, sosiologis dan yuridis d.

(26)

Laporan Akhir III-6 Bab V : Jangkauan, arah pengaturan dan ruang lingkup materi muatan Perda e.

Bab VI : Penutup f.

Daftar Pustaka 4.

Lampiran Rancangan Perda 5.

3.2. Metodologi

Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan coba kami uraikan meliputi 3 (tiga) tahapan, yaitu tahapan inventarisasi dan identifikasi status dan progress Perda RTRW Kabupaten/Kota, tahapan proses pendampingan evaluasi, koreksi, perbaikan /penyempurnaan materi Ranperda, dan tahapan penyiapan bahan pembahasan rapat teknis Gubernur/anggota tim BKPRD Provinsi dan kepala daerah/anggota dewan (DPRD kabupaten /kota).

A. Metodologi inventarisasi dan identifikasi status dan progress Perda RTRW Kabupaten /Kota

Metodologi inventarisasi dan identifikasi melalui mekanisme pembuatan tabulasi daftar RTRW kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat status dan progress terakhir baik yang terarsipkan di Dinas Pekerjaan Umum Bidang Penataan Ruang Provinsi Sumatera Barat maupun yang terarsipkan di setiap kabupaten /kota.

B. Metodologi pendampingan teknis

Metodologi pendampingan teknis evaluasi, koreksi, perbaikan/penyempurnaan materi Ranperda kabupaten/kota, melalui mekanisme :

1. Tabulasi cek kelengkapan dan kesesuaian materi teknis RTRW kabupaten/kota bab per bab beserta arahan dan penyesuaian terhadap RTRWP Sumatera Barat dan RTRW Nasional, mulai dari bab 1 Pendahuluan, bab 2 Tujuan, Kebijakan dan Strategis Penataan Ruang, bab 3 Rencana Struktur Ruang, bab 4 Rencana Pola Ruang, bab 5 Penetapan Kawasan Strategis, bab 6 Arahan Pemanfaatan Ruang, bab 7 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang, hingga bab 8 Peran Masyarakat dan Kelembagaan;

2. Tabulasi cek kelengkapan dan kesesuaian materi Ranperda RTRW kabupaten/kota beserta arahan penyesuaian berdasarkan Undang-Undang Republik Nomor 10 Tahun 2004, doktrin legal drafting, konvensi penyusunan rancangan peraturan

(27)

Laporan Akhir III-7 perundang-undangan, berdasarkan substansi materi teknis RTRW kab /kota. Mulai dari judul, pembukaan, batang tubuh, penutup, penjelasan, hingga lampiran;

3. Tabulasi cek kelengkapan dan kesesuaian substansi peta lampiran Ranperda RTRW kabupaten/kota beserta arahan penyesuaian mulai dari kartografis, layout, simbologi, hingga cek koordinat yang meliputi peta administrasi, peta rencana struktur ruang, peta rencana pola ruang, dan peta kawasan strategis.

C. Metodologi pembahasan

Metodologi pembahasan melalui mekanisme fasilitasi penyelenggaraan konsinnyasi/diskusi, rapat teknis, audiensi, dan pembahasan di daerah bersama :

1. Tim teknis Dinas Pekerjaan Umum Bidang Penataan Ruang Provinsi Sumatera Barat ; 2. Kepala Daerah dan anggota dewan (DPRD) setiap Kabupaten /Kota;

3. Gubernur Provinsi Sumatera Barat c.q anggota tim BKPRD Provinsi.

Pada Gambar 3.3 – 3.4 kami coba sampaikan simulasi legall drafting dalam Peraturan Daerah tentang RTRW kabupaten/kota.

Untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang disediakan dan kualitas pekerjaan tetap terjaga dan sesuai dengan KAK, maka diperlukan beberapa stategi dan skenario untuk menyelesaikan permasalahan dan kendala yang mungkin ditemui pada saat pekerjaan dilaksanakan.

Metode Penanganan

• Mempersiapkan konsep dan skenario pendampingan : strategi makro (seluruh kabupaten) dan strategi masing-masing kabupaten, kategorisasi per kabupaten/kota, metode pendampingan, jadwal makro dan jadwal per kabupaten/kota, alokasi personil, dan pembagian peran.

Pemilahan masalah per kabupaten/kota menjadi Tipologi Status RTRW : Status legal RTRW, progress penyusunan dan pembiayaan penyusunan, prioritas wilayah dan substansi, progress penyelesaian teknis (belum disusun, sedang disusun, sudah selesai, sudah diPerdakan, dsb), tingkatan masalah (banyaknya perbaikan, adanya konflik, banyaknya hambatan, kualitas SDM lokal, belum ada pendanaan, kesulitan geografis, dsb.) yang diikuti dengan penentuan jadwal penanganan seluruh kabupaten secara berurutan sehubungan dengan banyaknya kabupaten vs terbatasnya personil konsultan dan waktu yang tersedia.

(28)

Laporan Akhir III-8 • Penyiapan format isian (tabel check list) untuk memeriksa kesesuaian substansi RTRW

(struktur RTRW yang ada atau sedang disusun, kelengkapan substansi (terhadap pedoman), kualitas/kedalaman analisis, harmonisasi/keselarasan sektoral & wilayah, Jadwal survei/kunjungan untuk setiap kabupaten sehubungan dengan terbatasnya tenaga ahli per bidang dan waktu.

• Metode kerjasama/pendampingan dengan Pemda : penjelasan kepada aparat terkait tentang tujuan, metodologi dan jadwal pekerjaan, sosialisasi UU No. 26/2007 serta peraturan dan pedoman terkait lainnya, sosialisasi prosedur pengajuan persetujuan substansi Raperda tentang RTRW Kabupaten, konsultasi, diskusi, dan pembahasan status RTRW dengan Pemda Kabupaten untuk menjaring isu strategis dan permasalahan per kabupaten, identifikasi kebutuhan pendampingan teknis di setiap kabupaten, membuat komitmen untuk kerjasama (team work) dengan aparat dan Konsultan Penyusun RTRW Kabupaten, mempersiapkan Tim Teknis Daerah (aparat daerah dan stakholder terkait), membuat uraian tugas masing-masing aparat (pembagian peran antar pelaku), membuat jadwal kerjasama (dengan target) dengan aparat, pemilihan personil Pemda sesuai dengan bidang keahlian/otoritasnya, metode review bersama & brain storming untuk identifikasi isu-isu strategis dan permasalahan, FGD, pembahasan RTRW, memberi kesempatan lebih banyak kepada aparat untuk mengembangkan gagasan (dan koreksi-koreksi yang perlu terhadap gagasan tersebut), mereview pedoman/peraturan/UU dan kebijakan sektoral secara bersama-sama dengan aparat, untuk efisiensi waktu mengaktifkan aparat sektor dalam pengumpulan data sektoral.

• Menggunakan metode peningkatan RTRW Kabupaten/kota yang disesuaikan (diringkas secara lebih praktis dan cepat) dalam evaluasi dan revisi substansi RTRW dan Raperda Kabupaten.

• Menggunakan komunikasi via internet untuk menjamin kelancaran dan kecepatan pengiriman data dari daerah ke pusat dan sebaliknya;

• Membangun database Konsultan Manajemen Pendampingan Teknis : status RTRW kabupaten dan Raperda, data-data penunjang, laporan-laporan hasil kegiatan, dokumen RTRW dan Raperda, hasil pembahasan, kesepakatan, dan lain-lain, yang bermanfaat juga untuk komunikasi Pusat – Daerah.

Strategi Pekerjaan Lapangan : menyusun jadwal kunjungan (survei dan pembahasan/diskusi) untuk setiap kabupaten/kota, menyusun jadwal survei dan

(29)

Laporan Akhir III-9 pembahasan per kabupaten/kota, menentukan metode pengumpulan data dan informasi di setiap kabupaten/kota (semuanya dapat dibuat setelah diketahui tingkat permasalahan di masing-masing kabupaten/kota), metode yang digunakan tergantung kondisi permasalahan spesifik di masing-masing kabupaten/kota; seperti misalnya observasi lapangan oleh aparat daerah tidak perlu jika peta tematis cukup lengkap, interview pejabat sektoral tidak dilakukan jika profil permasalahan sudah lengkap, kuesioner tidak perlu ada jika tidak ada masalah yang meragukan, dan seterusnya, Menetukan jadwal kunjungan Team Konsultan ke tiap kabupaten/kota berdasarkan letak geografis untuk efisiensi waktu dan biaya.

(30)
(31)
(32)
(33)

Laporan Akhir III-13 Gambar 3.4 Diagram Simulasi Pokok Muatan Ranperda RTRW Kabupaten/Kota

(34)

Laporan Akhir III-14 3.3. Program Kerja

Garis besar program kerja “Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian RTRW Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat” adalah sebagai berikut :

a. Pendalaman Kerangka Acuan Kerja (KAK);

b. Studi literatur, pemantapan metodologi, dan penyusunan program kerja; c. Penyiapan tabel cek (checklist) kelengkapan dan kesesuaian materi Ranperda; d. Review dokumen rencana /materi teknis RTRW 10 kabupaten /kota;

e. Review, studi banding (empiric studie), dan pendalaman dokumen /materi Ranperda RTRW 10 kabupaten/kota;

f. Mengidentifikasi dan inventarisasi status dan progress Ranperda masing-masing kabupaten/kota;

(35)

Laporan Akhir III-15 g. Melakukan pendampingan teknis evaluasi, koreksi, perbaikan/penyempurnaan

dokumen rencana (mateks RTRW) dan materi Ranperda berdasarkan tabel cek (cheklist) kelengkapan dan kesesuaian;

h. Penyiapan materi evaluasi, koreksi, perbaikan/penyempurnaan dokumen rencana (mateks RTRW) dan materi Ranperda berdasarkan tabel cek (cheklist) kelengkapan dan kesesuaian;

i. Menyiapkan bahan paparan materi teknis RTRW dan materi Ranperda hasil perbaikan /penyempurnaan berdasarkan tabel cek kelengkapan dan kesesuaian dan berdasarkan kesepakatan;

j. Melakukan fasilitasi penyelenggaraan rapat koordinasi/konsultasi/asistensi di tingkat provinsi;

k. Melakukan fasilitasi koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota terkait penyiapan rapat teknis bersama kepala daerah /DPRD Kabupaten/Kota;

l. Finalisasi pekerjaan.

Untuk rencana kerja lebih detailnya, penanganan masing-masing kabupaten/kota akan disesuaikan dengan tipologinya masing. Berikut ini rencana kerja untuk masing-masing tipologi :

(1) Pengajuan Pembahasan Raperda ke DPRD

Dalam tahap ini konsultan mendorong kepada pihak Pemerintah Daerah untuk segera menyusun pengajuan pembahasan Raperda RTRW Kabupaten ke DPRD melalui penyampaian surat permohonan pembahasan Raperda yang dilengkapi dengan:

 dokumen Raperda RTRW beserta lampirannya  dokumen Materi Teknis RTRW

 Album Peta

(36)

Laporan Akhir III-16 (2) Pembahasan Raperda RTRW dengan DPRD

Pada tahap ini konsultan melakukan pendampingan teknis kepada Pemerintah Daerah dan DPRD terkait dengan beberapa substansi Raperda RTRW yang bersifat teknis dan membutuhkan penyesuaian berdasarkan kesepakatan bersama.

(3) Kesepakatan Substansi antara Pemda dengan DPRD

Berdasarkan pembahasan Raperda RTRW tersebut kemudian disepakati bersama yang diterjemahkan dalam Berita Acara Kesepakatan antara DPRD dengan Pemda.

(4) Pengajuan Evaluasi Raperda kepada Gubernur/Mendagri

Surat permintaan evaluasi untuk RTRW Provinsi diajukan ke Mendagri, dengan syarat dilakukan setelah :

 Ada persetujuan Gubernur bersama DPRD Provinsi

 Ada persetujuan substansi teknis dari instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang

Sedangkan untuk permintaan evaluasi RTRW Kabupaten diajukan ke Gubernur, dengan syarat dilakukan setelah :

 Ada persetujuan Bupati/Walikota bersama DPRD Kabupaten/Kota

 Ada surat rekomendasi Gubernur untuk mendapatkan surat persetujuan substansi teknis dari instansi pusat yang membidangi urusan tata ruang

(5) Evaluasi Raperda oleh Pemerintah Provinsi/Kemendagri

Dalam tahap evaluasi Perda RTRW Provinsi, Mendagri dapat berkoordinasi dengan kementerian yang membidangi tata ruang, dalam hal ini adalah Kementerian PU. Sedangkan untuk RTRW Kabupaten, Gubernur dapat berkoordinasi dengan BKPRD Provinsi untuk melakukan evaluasi Perda RTRW Kabupaten yang bersangkutan.

(37)

Laporan Akhir III-17 (6) Surat hasil evaluasi Gubernur/Mendagri

Pada tahap ini Konsultan membantu dan mendampingi Pemerintah Daerah dalam menindaklanjuti hasil Evaluasi Mendagri (untuk RTRW Provinsi) dan Evaluasi Gubernur (untuk RTRW Kabupaten). Tindak lanjut tersebut dapat berupa perbaikan dan penyempurnaan beberapa hal yang dianggap substantif sesuai hasil evaluasi yang diberikan.

(7) Penetapan Raperda menjadi Perda oleh Kepala Daerah.

Setelah semua proses di atas dipenuhi, maka Raperda tentang RTRW Provinsi/Kabupaten selanjutnya dapat ditetapkan secara legal formal oleh Gubernur/Bupati/Walikota bersama-sama dengan DPRD.

Untuk dapat menyelesaikan pekerjaan-perkerjaan diatas, maka akan ditempatkan tim TPD (Tenaga Pendamping Daerah) di masing-masing kabupaten dan kota. TPD (Tenaga Pendamping Daerah) merupakan tenaga ahli bidang perencanaan wilayah/kota atau setara, yang ditempatkan di Kabupaten/Kota untuk melakukan pendampingan teknis kepada pemerintah kabupaten/kota dalam rangka percepatan penyelesaian RTRW Kabupaten/Kota. Tujuan kegiatan adalah melakukan percepatan penyelesaian RTRW Kabupaten/Kota, mengawal proses persetujuan substansi dari Menteri Pekerjaan Umum dan mengawal proses penetapan Perda RTRW Kabupaten/Kota.

Dalam Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian Perda RTRW Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat, kategori tim TPD yang akan ditempatkan di daerah adalah tipe B, yaitu tipe TPD untuk Kabupaten dan Kota yang Sudah Mendapatkan Persetujuan Substansi Perda Tetapi Belum Melakukan Penetapan Perda. Adapun kualifikasi dari TPD yang akan ditempatkan disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi Pemda dalam penetapan Perda RTRW.

TPD akan ditempatkan di kabupaten/kota yang belum mempunyai Perda RTRW kabupaten/kota, tetapi sudah mendapatkan persetujuan substansi dari Menteri Pekerjaan Umum dan tugas utama untuk TPD tipe B ini meliputi :

(38)

Laporan Akhir III-18 • Melakukan bantuan teknik kepada pihak pemda, baik legal drafting Raperda maupun

perbaikan materi tenkis dan perbaikan peta;

• Melakukan koordinasi dengan pihak Pemda Kabupaten/Kota, Kabupaten/Kota, Ditjen Penataan Ruang, Konsultan KMW, Biro Hukum Provinsi, dan Dinas PU Provinsi;

• Melakukan pendampingan dalam pembahasan pasca persetujuan substansi di kabupaten/kota maupun di pusat di dalam proses penetapan Perda RTRW Kabupaten/Kota; dan

• Melakukan pendampingan proses penetapan Perda RTRW Kabupaten/Kota di kabupaten/kota.

(39)
(40)

Komposisi tim dan penugasannya sesuai yang disyaratkan untuk dapat mempercepat proses Raperda RTRW adalah sebagai berikut :

1. Ketua Tim (Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota)

Ahli Perencanaan dan Kota bertugas memimpin pelaksanaan pekerjaan sampai selesai (5 bulan penuh) serta melakukan koordinasi dan konsolidasi terhadap seluruh tenaga ahli (anggota tim) dalam rangka penyusunan program kerja dan kegiatan serta tahapan pencapaian sesuai dengan kontrak, membuat pembagian tugas tenaga ahli; menyusun jadwal kegiatan kerja dan mengatur waktu konsultasi dengan tim teknis; membuat rumusan dan konsep substansi materi pekerjaan; mengidentifikasi dan menganalisis deviasi dalam materi Ranperda; melakukan evaluasi, perbaikan/penyempurnaan terhadap kelengkapan dan kesesuaian materi Ranperda; membuat rumusan strategi percepatan penyelesaian pekerjaan; dan menyusun setiap tahapan pelaporan pekerjaan.

2. Anggota Tim Ahli Perancana Wilayah

Tenaga ahli ini bertugas khususnya dalam evaluasi, perbaikan/penyempurnaan mengenai kebutuhan pengembangan prasarana, sarana, utilitas (PSU), dan atau sistem prasarana

(41)

Laporan Akhir IV-2 wilayah; memberikan masukan kepada ketua tim mengenai strategi perbaikan/penyempurnaan terkait materi Raperda sub bagian prasarana wilayah di kabupaten/kota; membantu ketua tim dalam menyusun dan menyelesaikan laporan; serta bertanggung jawab menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan.

Ahli Hukum

Tenaga ahli ini bertugas melakukan evaluasi, perbaikan/penyempurnaan materi Raperda, dengan cara melakukan pengecekkan bahasa hukum (legal drafting) dengan mengacu pada dasar hukum kaidah-kaidah legal drafting yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, doktrin legal drafting, dan konvensi penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan; melakukan pengecekkan kelengkapan dan kesesuaian substansi mulai dari judul, pembukaan, batang tubuh, penutup, penjelasan, dan lampiran; membantu ketua tim dalam penyusunan dan penyelesaian pekerjaan serta pelaporan; bertanggung jawab penuh atas beban pekerjaan yang telah dilimpahkan.

Ahli Sistem Informasi Geografi

Tenaga ahli ini dibutuhkan untuk melakukan evaluasi, perbaikan /penyempurnaan terhadap kelengkapan dan kesesuaian jenis peta dan substansi peta berdasarkan kaidah-kaidah ketelitian peta dalam penataan ruang. Jenis peta meliputi peta dasar, peta tematik, dan peta rencana. Substansi peta meliputi pengecekkan layout, simbologi, koordinat (geografis dan UTM), dan kartografis. Membantu ketua tim dalam penyusunan pelaporan dan penyelesaian pekerjaan. Bertanggung jawab terhadap beban pekerjaan yang dilimpahkan. Sedangkan tenaga pendukung yang dibutuhkan terdiri dari sekretaris dan operator komputer sebagai penunjang kinerja tenaga ahli, bertugas :

Membantu evaluasi, review, dan perbaikan /penyempurnaan redaksional materi Raperda;

• Membantu penyusunan pelaporan pekerjaan; • Membantu persiapan pekerjaan; dan

• Mendampingi tenaga ahli dalam membuat rumusan, rencana program, dan tahapan penyelesaian pekerjaan.

4.2. Rencana Kerja

Penugasan tenaga ahli sesuai dengan jadwal akan mempermudah dalam pengaturan dan pendistribusian setiap materi pekerjaan berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan

(42)

Laporan Akhir IV-3 dilaksanakan, serta tugas dan tanggungj awab setiap tenaga ahli yang membidangi keahlian tersebut, dalam rangka pelaksanaan pekerjaan “Pendampingan Teknis Percepatan Penyelesaian RTRW Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Barat” dan diharapkan akan dapat diselesaikan tepat waktu dan tepat sasaran.

Pelaksanaan pekerjaan ini direncanakan selesai dalam waktu 5 (lima) bulan kalender atau sekitar 150 (seratus lima puluh) hari kalender, terhitung sejak SPMK ditandatangani. Dengan mengacu pada waktu yang disediakan tersebut, maka disusun rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan yang menjadi acuan setiap kemajuan pekerjaan dan target dalam penyelesaian pekerjaan, termasuk jadwal pembahasan laporan dan penyerahan laporan, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

4.3. Progress Pelaksanaan Pendampingan Proses Perda RTRW Kabupaten dan Kota 1. Kabupaten Lima Puluh Kota

Kabupaten Lima Puluh Kota berdasarkan temuan dan analisa pada awal pekerjaan termasuk dalam tipologi 2, yaitu dalam proses pembahasan dengan DPRD dan target awal untuk penyelesainnya adalah minggu ke 4 Bulan Oktober.

Pada pelaksanaannya progress Raperda RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota saat ini memasuki tahap evaluasi dari Biro Hukum Provinsi untuk mendapatkan surat rekomendasi hasil evaluasi dari Gubernur Sumatera Barat.

Dari hasil pelaksanaan pendampingan di Kabupaten Lima Puluh Kota diketahui ada beberapa permasalahan utama yang ditemui selama proses pendampingan, yaitu :

- Kurangnya pengetahuan pansus dan anggota DPRD tentang RTRW sehingga pembahasan memakan waktu yang lama.

- Kurangnya pendekatan pimpinan dari SKPD dan pemerintah daerah dengan DPRD, sehingga komunikasi kurang harmonis.

- Lamanya proses evaluasi di Biro Hukum Provinsi.

- Kurangnya SDM di Bappeda Kabupaten Lima Puluh Kota yang menjadi tim teknis perbaikan Raperda RTRW.

- Terdapat koreksi untuk peta pola ruang dan beberapa peta tematik agar disesuaikan.

- Perbaikan terhadap materi Raperda yang memakan waktu cukup lama, meliputi beberapa poin perbaikan seperti penyesuaian dengan perubahan pola ruang, penggunaan istilah asing yang harus dihilangkan, perbaikan penulisan dan sinkronisasi antara raperda, peta, dan laporan.

(43)

Laporan Akhir IV-4 Tabel 4. 1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Pendampingan Teknis Percepatan Perda RTRW Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Barat

Bulan Ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 A Tahapan Kegiatan

1

a. Pendalaman Kerangka Acuan Kerja (KAK) b. Mobilisasi personil dan koordinasi awal

c. Studi literatur, pemantapan metodologi dan penyusunan program kerja d. Penyiapan tabel cek (checklist ) kelengkapan dan kesesuaian materi ranperda e. Review dokumen rencana /materi teknis RTRW 13 kabupaten /kota

f. Review, studi empirik (empiris studie ), pendalaman dokumen /materi ranperda RTRW 14 kab /kota g. Penyusunan Laporan Pendahuluan

2

a. Koordinasi tim teknis dan supervisi terkait jadwal pelaksanaan

b. Mengidentifikasi dan inventarisasi status dan progres ranperda masing-masing kabupaten /kota c. Melakukan pendampingan teknis evaluasi, koreksi, perbaikan /penyempurnaan dokumen rencana

(mateks RTRW) dan materi ranperda berdasarkan tabel cek (cheklist ) kelengkapan dan kesesuaian d. Penyiapan materi evaluasi, koreksi, perbaikan /penyempurnaan dokumen rencana (mateks RTRW)

dan materi ranperda berdasarkan tabel cek (cheklist ) kelengkapan dan kesesuaian

e. Menyiapkan bahan paparan materi teknis RTRW dan materi ranperda hasil perbaikan /penyempurnaan berdasarkan tabel cek kelengkapan dan kesesuaian dan berdasarkan kesepakatan

f. Melakukan fasilitasi penyelenggaraan rapat koordinasi /konsultasi /asistensi di tingkat Provinsi g. Melakukan fasilitasi koordinasi dengan pemerintah kabupaten /kota

terkait penyiapan rapat teknis bersama kepala daerah /DPRD Kabupaten/Kota i. Penyusunan Laporan (konsep dan akhir)

3 B Pelaporan 1 2 3 4

C Diskusi teknis (koordinasi, konsultasi, asistensi, rapat, pembahasan)

1 2 3 4 6 Ringkasan Eksekutif Laporan Akhir

Rapat dan pembahasan bersama anggota tim BKPRD Provinsi (fasilitasi) Rapat dan pembahasan bersama kepala daerah /DPRD kab /kota (fasilitasi) Pembahasan laporan pendahuluan

Laporan Proceeding

Asistensi berkala bersama tim teknis

Pembahasan laporan akhir

Nama Perusahaan : PT. SANTIKA CONSULINDO

Finalisasi : Pemantapan, penetapan materi pekerjaan, dan penyerahan seluruh produk pekerjaan Laporan Pendahuluan

Pelaksanaan, melakukan

V

Persiapan, melakukan

(44)

Laporan Akhir IV-5 Sedangkan tindak lanjut tim TPD untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi antara lain :

- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera mengevaluasi Raperda.

- Memberikan bantuan teknis perbaikan peta-peta yang harus dikoreksi, oleh tenaga ahli data spasial TPD sehingga perbaikan peta pola ruang dan peta tematik lainnya dapat diselesaikan tepat waktu.

- Memberikan bantuan teknis perbaikan Raperda oleh tenaga ahli hukum TPD sehingga dapat segera menyelesaikan hasil rekomendasi-rekomendasi dari Biro Hukum.

2. Kabupaten Dharmasraya

Kabupaten Dharmasraya termasuk dalam kabupaten yang perkembangan proses Raperdanya cukup baik, pada awal pekerjaan stasusnya sudah memasuki tipologi 5, sehingga target untuk Perda RTRW Kabupaten Dharmasraya adalah September 2012. Saat ini Kabupaten Dharmasraya adalah salah satu kabupaten yang sudah menyelesaikan proses Perda RTRW, sehingga dapat menjadi contoh bagi kabupaten dan kota lain yang masih terhambat progress Raperdanya.

Dari hasil pelaksanaan pendampingan di Kabupaten Dharmasraya diketahui ada beberapa permasalahan utama yang ditemui selama proses pendampingan, yaitu :

- Peta-peta yang akan diajukan ke Biro Hukum Provinsi untuk proses evaluasi gubernur masih kurang lengkap dan sempurna.

- Lamanya proses evaluasi di Biro Hukum Provinsi, dikarenakan banyaknya Raperda yang harus dievaluasi oleh tim Biro Hukum.

- Kurangnya SDM di lingkungan pemerintah daerah untuk memperbaiki dan mengakomodir masukan-masukan dari Biro Hukum Provinsi, sehingga perbaikan materi Raperda dan petanya sedikit terhambat.

- Terdapat koreksian dari Biro Hukum Provinsi terhadap peta-peta yang menjadi lampiran untuk Raperda, sehingga perlu diperbaiki dan disesuaikan dengan Raperda dan materi laporan.

- Terdapat koreksian dari Biro Hukum Provinsi terhadap materi Raperda, terutama mengenai penulisan dan materi yang harus disinkronkan antara satu dengan lainnya.

(45)

Laporan Akhir IV-6 Sedangkan tindak lanjut tim TPD untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi antara lain:

- Memberikan bantuan penyelesaian perbaikan peta agar dapat segera masuk ke Biro Hukum untuk proses evaluasi Gubernur.

- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera mengevaluasi Raperda.

- Memberikan bantuan teknis untuk perbaikan peta-peta yang harus dikoreksi oleh tim data spasial TPD.

- Memberikan bantuan teknis perbaikan dan sinkronisasi Raperda dengan peta dan laporan akhir oleh tim TPD dengan bantuan ahli hukum dan ahli data spasial, sehingga dapat segera menyelesaikan hasil rekomendasi dari Biro Hukum, sehingga dapat diproses lebih lanjut sehingga dapat keluar nomor untuk Perda.

3. Kabupaten Solok

Posisi awal Kabupaten Solok adalah pada tipologi 4, dimana sudah terjadi kesepakatan dengan pihak DPRD tetapi terdapat beberapa catatan perbaikan untuk segera diperbaiki sebelum masuk ke tahap berikutnya, yaitu pengajuan evaluasi di Biro Hukum Provinsi.

Dari hasil pelaksanaan pendampingan di Kabupaten Solok diketahui beberapa permasalahan utama yang menjadi penyebab tersendatnya proses Perda RTRW Kabupaten Solok, yaitu :

- Masalah utama adalah peta-peta yang belum sesuai standar BIG (Badan Informasi Geospasial) seperti luasan, batas wilayah, sumber peta yang digunakan, dan lainnya. Sehingga fokus perbaikan adalah penyesuaian peta dengan standar BIG agar dapat masuk ke Biro Hukum Provinsi untuk proses evaluasi Gubernur.

- Kurangnya sumberdaya manusia (SDM) di pemerintahan daerah yang paham dalam perbaikan peta yang sesuai standar yang berlaku.

- Raperda yang akan diajukan ke Biro Hukum Provinsi harus disesuaikan dengan perbaikan peta yang dilakukan oleh tim data spasial.

Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui di Kabupaten Solok adalah sebagai berikut :

- Mengundang perwakilan dari BIG (Badan Informasi Geospasial) agar dapat memberi arahan terhadap tim yang ada di Bappeda agar peta yang dihasilkan sesuai dengan standar yang berlaku.

(46)

Laporan Akhir IV-7 - Memberikan bantuan teknis oleh tim data spasial TPD dalam perbaikan

peta-peta yang belum standar. Adapun perbaikan peta-peta yang dilakukan meliputi batas wilayah, luas wilayah, perbaikan peta fisik, dan perbaikan peta rencana. - Memberikan bantuan teknis perbaikan Raperda oleh tenaga ahli hukum TPD

agar dapat segera masuk ke tahap evaluasi di Biro Hukum Provinsi.

- Melakukan transfer knowlegde khususnya masalah perpetaan, sehingga pada saat program pendampingan penyusunan Raperda RTRW sudah selesai, masih ada SDM di daerah yang dapat mengerjakan perbaikan pasca proses-proses selanjutnya.

4. Kabupaten Pasaman Barat

Proses Raperda Kabupaten Pasaman Barat pada awal pekerjaan termasuk tipologi 5, yaitu sedang dilakukan evaluasi di Biro Hukum, dan hasil dari evaluasi dari Biro Hukum baru keluar pada tanggal 1 Oktober 2012.

Dari hasil pelaksanaan pendampingan di Kabupaten Pasaman Barat, diketahui terdapat beberapa permasalahan utama yang mengakibatkan tersendatnya proses penyusunan Perda RTRW, yang antara lain :

- Lamanya proses evaluasi Gubernur di Biro Hukum Provinsi yang diakhibatkan banyaknya Raperda yang mengantri untuk dievaluasi, dan kurangnya SDM yang ada.

- Adanya koreksi dari Biro Hukum untuk perbaikan peta-peta, seperti peta pola ruang, peta struktur ruang, peta hutan, dan peta fisik eksisting.

- Raperda perlu disinkronkan dengan peta-peta lampirannya dan buku laporan teknis.

- Kurangnya sumber daya manusia yang ada di daerah, baik untuk penanganan data spasial maupun Raperda, sehingga perbaikan hasil evaluasi dari Biro Hukum Provinsi hingga kini masih tersendat.

Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui di Kabupaten Pasaman Barat adalah sebagai berikut :

- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera mengevaluasi Raperda.

- Memberikan bantuan teknis dalam perbaikan Raperda oleh tenaga ahli hukum agar dapat segera masuk ke tahap evaluasi di Biro Hukum Provinsi. - Memberikan bantuan teknis oleh tim data spasial TPD dalam perbaikan

(47)

Laporan Akhir IV-8 - Melakukan transfer knowlegde, sehingga pada saat program pendampingan

penyusunan Raperda RTRW sudah selesai, masih ada SDM di daerah yang dapat mengerjakan perbaikan pasca proses-proses selanjutnya.

Hingga kini hasil evaluasi dari Biro Hukum masih dikerjakan oleh Pemda dengan fasilitasi tim TPD, dan diharapkan selesai pada bulan Desember ini sehingga dapat segera keluar nomor untuk Perda RTRW Kabupaten Pasaman Barat.

5. Kabupaten Solok Selatan

Posisi awal progress Raperda RTRW Kabupaten Solok Selatan adalah di tipologi 2, dengan target awal penyelesaian pada minggu ke 4 November 2012.

Dari hasil pelaksanaan pendampingan di Kabupaten Solok Selatan, diketahui terdapat beberapa permasalahan utama yang mengakibatkan tersendatnya proses penyusunan Perda RTRW, yang antara lain :

- Lamanya proses pembahasan dengan DPRD Kabupaten Solok Selatan, yang diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan Pansus dan anggota DPRD tentang RTRW.

- Kurangnya pendekatan pimpinan dari SKPD dan pemerintah daerah dengan DPRD, sehingga komunikasi kurang harmonis yang mengakibatkan proses pembahasan sedikit terhambat.

- Lamanya proses evaluasi di Biro Hukum Provinsi, yang dikarenakan banyaknya Raperda yang harus dievaluasi oleh Biro Hukum Provinsi.

- Kurangnya sumber daya manusia yang menguasi peta di daerah, sehingga perbaikan peta hasil evaluasi dari Biro Hukum Provinsi sangat tergantung kepada tim TPD (GIS).

Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui di Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut :

- Memberikan masukan terhadap Pansus DPRD mengenai Perda RTRW Kabupaten, sehingga dapat mempercepat proses pembahasan di DPRD.

- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera mengevaluasi Raperda.

- Memberikan bantuan teknis dalam perbaikan Raperda khususnya masalah perbaikan peta, agar dapat segera masuk ke tahap evaluasi di Biro Hukum Provinsi.

(48)

Laporan Akhir IV-9 - Melakukan transfer knowlegde, sehingga pada saat program pendampingan

penyusunan Raperda RTRW sudah selesai, masih ada SDM di daerah yang dapat mengerjakan perbaikan pasca proses-proses selanjutnya.

Perbaikan peta saat ini sudah selesai di lakukan oleh tim TPD GIS, sehingga perbaikan dari Biro Hukum tinggal menunggu perbaikan untuk Raperda yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Pada pelaksanaannya Kabupaten Solok Selatan saat ini sudah memasuki tipologi 5, yaitu perbaikan hasil dari Biro Hukum yang hingga saat ini masih diperbaiki oleh pihak Pemerintah Daerah difasilitasi oleh tim TPD.

6. Kabupaten Kepulauan Mentawai

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan kabupaten dengan progress penyusunan Raperda paling lambat, hingga saat ini proses penyusunan masih terkendala oleh jadwal pembahasan di DPRD yang masih belum keluar.

Dari hasil pelaksanaan pendampingan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, diketahui terdapat beberapa permasalahan utama yang mengakibatkan tersendatnya proses penyusunan Perda RTRW, yang antara lain :

- Belum adanya jadwal pembahasan oleh DPRD sehingga pada prosesnya Raperda RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai selama 6 bulan fasilitasi masih tetap jalan ditempat.

- Masih ada peta-peta yang harus diperbaiki dan beberapa rencana dan masukan yang belum diakomodir, seperti peta status hutan yang belum disesuaikan dengan status hutan baru yang berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 141 Tahun 2012, rencana Trans Mentawai yang belum dimasukan, dan penyesuaian rencana pola ruang.

Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebagai berikut :

- Memfasilitasi Pemerintah Daerah dan DPRD agar segera dapat dibentuk Pansus yang akan membahas Raperda RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai, sehingga proses Raperda dapat berjalan ke tahap berikutnya. - Mengundang tim dari Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman

Provinsi Sumatera Barat dan Kementerian PU (Ditjen Penataan Ruang) untuk berdiskusi dengan DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai mengenai urgensi dari Perda RTRW Kabupaten.

(49)

Laporan Akhir IV-10 - Manfasilitasi perbaikan materi peta oleh tenaga ahli data spasial TPD agar

peta-peta yang akan dibahas bersama dengan Pansus DPRD telah sesuai dengan standar, terutama mengenai kawasan hutan, trans Mentawai, dan rencana pola ruang.

- Memfasilitasi perbaikan dan penyesuaian materi Raperda dan materi teknis agar sesuai dengan perbaikan peta-peta yang telah dilakukan, sehingga terdapat keselarasan antara Raperda, album peta, dan materi teknis.

Kondisi dari Raperda, album peta, dan materi teknis RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai saat ini sudah selesai untuk perbaikan materi untuk persiapan pembahasan sudah dilakukan dengan fasiltasi tim TPD, khususnya untuk masalah peta, tetapi hingga selesainya pekerjaan fasilitasi ini, belum ada jadwal dari DPRD Kabupaten Kepulauan Mentawai untuk membahas Perda RTRW.

7. Kota Pariaman

Kota Pariaman termasuk dalam kota yang perkembangan proses Raperda-nya cukup baik, pada awal pekerjaan stasusnya sudah memasuki tipologi 5, sehingga target untuk Perda RTRW Kota Pariaman adalah September 2012.

Dari hasil pelaksanaan pendampingan di Kota Pariaman, diketahui terdapat beberapa permasalahan utama yang mengakibatkan tersendatnya proses penyusunan Perda RTRW, yang antara lain :

- Lamanya proses evaluasi di Biro Hukum Provinsi dikarenakan banyak Raperda yang harus dievaluasi.

- Ada beberapa poin perbaikan pasca evaluasi Gubernur yang harus segera diperbaiki agar mendapat rekomendasi evaluasi Raperda, diantaranya adalah perbaikan peta-peta agar disesuaikan dengan rencana di RTRW Provinsi Sumatera Barat, kemudian agar disinkronisaikan antara Raperda, album peta, dan materi teknis.

- Kurangnya sumber daya manusia di daerah, sehingga perbaikan dari hasil evaluasi Biro Hukum Provinsi tidak tepat waktu.

Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui di Kota Pariaman adalah sebagai berikut :

- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera mengevaluasi Raperda.

(50)

Laporan Akhir IV-11 - Memfasilitasi perbaikan peta oleh tim data spasial TPD yang berkonsentrasi

kepada penyempurnaan peta rencana pola ruang sesuai dengan masukan dari Biro Hukum Provinsi.

- Memfasilitasi perbaikan Raperda oleh tenaga ahli hukum, sehingga penulisan Raperda sesuai dengan legal drafting, serta penyelarasan Raperda dengan album peta dan materi teknis.

Progress Raperda RTRW Kota Pariaman saat ini adalah menunggu surat hasil evaluasi dari Gubernur, yang diharapkan dapat keluar dalam waktu dekat, sehingga Perda RTRW dapat segera disahkan.

8. Kota Sawahlunto

Kota Sawahlunto termasuk dalam kota yang perkembangan proses Raperda-nya cukup baik, pada awal pekerjaan statusnya sudah memasuki tipologi 5, sehingga target untuk Perda RTRW Kota Sawahlunto adalah September 2012.

Dari hasil pelaksanaan pendampingan di Kota Sawahlunto, diketahui terdapat beberapa permasalahan utama yang mengakibatkan tersendatnya proses penyusunan Perda RTRW, yang antara lain :

- Lamanya proses evaluasi di Biro Hukum Provinsi yang diakibatkan banyaknya Raperda yang perlu dievaluasi.

- Terdapat pebaikan pada peta terutama untuk peta lokasi tambang yang perlu ditambahkan lokasi potensi tambang minyak yang terdapat di tiga titik.

- Perlu adanya penyelarasan antara Raperda, album peta, dan materi teknis pasca evaluasi Gubernur di Biro Hukum.

- Kurangnya sumber daya manusia di daerah, sehingga perbaikan dari hasil evaluasi Biro Hukum Provinsi tidak tepat waktu.

Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui di Kota Sawahlunto adalah sebagai berikut:

- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera mengevaluasi Raperda.

- Memfasilitasi perbaikan peta yang dilakukan oleh tim data spasial TPD, agar dapat mengakomodir perbaikan dari Biro Hukum.

- Memfasilitasi perbaikan Raperda oleh tenaga ahli hukum TPD, sehingga masukan-masukan dari Biro Hukum dapat diperbaiki dan sesuai dengan album peta dan materi teknis.

(51)

Laporan Akhir IV-12 Saat ini Kota Sawahlunto adalah salah satu kota yang sudah menyelesaikan proses Perda RTRW dengan Perda No 8 Tahun 2012 yang ditetapkan tanggal 18 Oktober 2012, sehingga dapat menjadi contoh bagi kabupaten dan kota lain yang masih terhabat progress Raperda-nya.

9. Kota Padang Panjang

Posisi awal progress Raperda RTRW Kota Padang Panjang adalah dalam tahap pengajuan untuk pembahasan dengan DPRD. Dari hasil pelaksanaan pendampingan di Kota Padang Panjang, diketahui terdapat beberapa permasalahan utama yang mengakibatkan tersendatnya proses penyusunan Perda RTRW, yang antara lain :

- Lamanya proses pengajuan untuk pembahasan di DPRD.

- Proses pembahasan di DPRD yang memakan waktu cukup lama, yang hingga saat ini masih belum ditemui kesepakatan Raperda yang diajukan oleh pihak Pemerintah Daerah.

- Terdapat beberapa perbaikan untuk rencana pola ruang dan rencana jaringan jalan baik jaringan jalan baru, mapun peningkatan status jalan pada saat pembahasan dengan DPRD yang perlu diakomodir secara cepat, sehingga proses pembahasan dengan DPRD dapat terus berlangsung dan tercapai kesepakatan.

Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui di Kota Padang Panjang adalah sebagai berikut :

- Memantau proses pembahasan di DPRD, sehingga perkembangannya dapat terus dimonitor.

- Memfasilitasi perbaikan peta berdasarkan masukan-masukan dari hasil pembahasan di DPRD oleh tim data spasial TPD.

- Memfasilitasi penyesuaian Raperda oleh tenaga ahli hukum TPD sehingga perbaikan yang dilakukan pada peta dapat segera diakomodir dalam Raperda RTRW Kota padang Panjang.

Hingga saat ini Raperda RTRW Kota Padang Panjang masih dalam proses pembahasan, sehingga belum keluar surat kesepakatan substansi antara Pemda dengan DPRD.

10. Kota Solok

Dari hasil telaah pada awal pekerjaan, Kota Solok termasuk pada tipologi 3, yaitu sudah ada kesepakatan dengan DPRD dan masuk ke Biro Hukum Provinsi.

(52)

Laporan Akhir IV-13 Dari hasil pelaksanaan pendampingan di Kota Solok, diketahui terdapat beberapa permasalahan utama yang mengakibatkan tersendatnya proses penyusunan Perda RTRW, yang antara lain :

- Lamanya proses evaluasi di Biro Hukum Provinsi dikarenakan banyaknya Raperda yang dievaluasi.

- Rekomendasi hasil evaluasi dari Biro Hukum yang keluar, merekomendasi agar dikembalikan ke Kementerian PU untuk perbaikan materi, sedangkan yang dievaluasi oleh Biro Hukum Provinsi adalah legal drafting dan kesesuaian dengan RTRW Provinsi.

- Kurangnya sumber daya manusia di daerah, sehingga perbaikan dari hasil evaluasi Biro Hukum Provinsi tidak tepat waktu.

Tindak lanjut dari tim TPD untuk dapat menyeselesaikan permasalahan yang ditemui di Kota Solok adalah sebagai berikut :

- Mengontrol dan memantau proses evaluasi di Biro Hukum agar dapat segera mengevaluasi Raperda.

- Melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Prasana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Provinsi Sumatera Barat maupun dengan Ditjen Penataan Ruang, Kementerian PU, mengenai rekomendasi dari hasil evaluasi dari Biro Hukum yang menyerankan untuk materi dikembalikan ke Kementerian PU untuk diperbaiki.

- Memfasilitasi perbaikan peta, terutama sinkronisasi dengan peta RTRW Provinsi Sumatera Barat oleh tim data spasial TPD.

- Memfasilitasi perbaikan Raperda oleh tenaga ahli hukum TPD, agar materi Raperda sesuai dengan album peta dan materi teknis, dan secara legal drafting sesuai dengan standar yang ada

Hasil evaluasi dari Biro Hukum terdapat perbaikan terutama pada perbaikan peta. Perbaikan peta saat ini masih dilakukan oleh pihak pemerintah daerah dengan fasilitasi dari tim TPD GIS agar dapat segera masuk lagi untuk di evaluasi, sehingga dapat keluar surat hasil evaluasi dari Gubernur untuk dapat segera ditetapkan sebagai Perda RTRW Kota Solok.

Untuk lebih jelasnya mengenai target dan realisasi percepatan penyelesaian Raperda RTRW untuk masing-masing kabupaten dan kota yang di fasilitasi oleh tim TPD dapat dilihat pada Tabel-Tabel berikut ini.

(53)

Laporan Akhir IV-14 Tabel 4.2 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

Kabupaten Kepulauan Mentawai Tipologi 1

No Uraian Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persetujuan substansi Menteri PU 2 Pengajuan pembahasan Raperda ke DPRD 3 Pembahasan Raperda dengan DPRD 4 Persetujuan substansi antara pemerintah kabupaten/kota

dengan DPRD 5 Pengajuan evaluasi Raperda kepada Gubernur 6 Evaluasi Raperda oleh Pemerintah Provinsi 7 Evaluasi Gubernur 8 Penetapan Perda RTRW Keterangan :

Target Realisasi

Tabel 4.3 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW Kota Padang Panjang

Tipologi 1

No Uraian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Agustus September Oktober November

1 Persetujuan substansi Menteri PU 2 Pengajuan pembahasan Raperda ke DPRD 3 Pembahasan Raperda dengan DPRD 4 Persetujuan substansi antara pemerintah kabupaten/kota

dengan DPRD 5 Pengajuan evaluasi Raperda kepada Gubernur 6 Evaluasi Raperda oleh Pemerintah Provinsi 7 Evaluasi Gubernur 8 Penetapan Perda RTRW Keterangan :

Target Realisasi

(54)

Laporan Akhir IV-15 Tabel 4.4 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW

Kabupaten Limapuluh Kota Tipologi 2

No Uraian Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persetujuan substansi Menteri PU 2 Pengajuan pembahasan Raperda ke DPRD 3 Pembahasan Raperda dengan DPRD

4

Persetujuan substansi antara pemerintah kabupaten/kota

dengan DPRD 5 Pengajuan evaluasi Raperda kepada Gubernur 6 Evaluasi Raperda oleh Pemerintah Provinsi 7 Evaluasi Gubernur 8 Penetapan Perda RTRW Keterangan :

Target Realisasi

Tabel 4.5 Jadwal dan Realisasi Percepatan Penyelesaian Perda RTRW Kabupaten Solok Selatan

Tipologi 2

No Uraian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Agustus September Oktober November

1 Persetujuan substansi Menteri PU 2 Pengajuan pembahasan Raperda ke DPRD 3 Pembahasan Raperda dengan DPRD 4 Persetujuan substansi antara pemerintah kab/kota dengan DPRD 5 Pengajuan evaluasi Raperda kepada Gubernur 6 Evaluasi Raperda oleh Pemerintah Provinsi 7 Evaluasi Gubernur 8 Penetapan Perda RTRW Keterangan :

Target Realisasi

Gambar

Tabel 2.1 Status Awal Perda RTRW Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat
Tabel 2.2 Progress, Permasalahan, dan Target Awal Penysunan Perda RTRW Kabupaten  dan Kota Provinsi Sumatera Barat
Gambar 2. 1 Peta Status Perda RTRW Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat
Gambar 3. 3 Diagram Simulasi Legal Drafting Ranperda RTRW Kabupaten/Kota
+5

Referensi

Dokumen terkait

SKPD Kantor Camat Reban sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan sosial kemasyarakatan berdasarkan

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Demikian halnya jika ada anggota masyarakat yang pernah meminta kepada seorang Notaris untuk dibuatkan Akta Otentik namun Notaris yang bersangkutan kemudian meninggal dunia,

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Ruangan yang terdapat pada halaman Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh (.. naskah harus diisi penuh (  justified ), artinya  justified  ), artinya

Empat kolompok lainnya menahan laju deflasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,04 persen; kelompok kesehatan 0,02 persen; kelompok sandang 0,01

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi pasien hipertensi di poli ginjal hipertensi RSUP Haji Adam Malik yang menderita gangguan pendengaran