• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN 1 Kawasan Pasar Tengah dan Kawasan Permukiman Tradisional sekitar sungai

Mahakam merupakan bagian dari Lingkungan Perkotaan Pontianak, dimana kawasan ini memiliki pertumbuhan fisik yang cepat namun berkembang kurang tertib, tidak selaras dan serasi dengan lingkungannya, sehingga kawasan tersebut menjadi tidak produktif. Suatu kawasan yang berkembang dengan pola demikian memerlukan pengaturan lebih khusus terutama dari segi tata

bangunan dan lingkungannya.

Maka diharapkan melalui upaya penataan dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dapat tercapai kualitas lingkungan yang lebih baik,

pemanfaatan lahan sesuai Tata Ruang yang berlaku, tercapainya perwujudan arsitektur lingkungan yang baik. RTBL juga diharapkan dapat melengkapi peraturan daerah tentang tata bangunan dan lingkungan yang telah ada.

(2)

PENDAHULUAN 2

1.1 Latar Belakang

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.06/PRT/M/2007, tentang penyusuan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dokumen RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/ kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/ kawasanKota. Dalam konteks regional, Kota Pontianak merupakan Kota Orde I dalam sistem kota-kota di Provinsi Kalimantan Barat, dengan demikian jangkauan wilayah pelayanan Kota Pontianak tidak terbatas pada wilayah Kecamatan Pontianak melainkan sampai pada wilayah lainnya yang berada dalam lingkup pelayanan Kawasan Metropolitan Pontianak (KMP) yang meliputi Kota Pontianak, Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak dan Kecamatan Sungai Kakap, Sungai Ambawang, Rasau Jaya, Sungai Raya, dan Kuala Mandor di Kabupaten Kubu Raya serta wilayah kabupaten lainnya. Hal ini disebabkan dinamika perkembangan kota sebagai sentra kegiatan regional dan pertumbuhan jumlah peduduk dan ekonomi yang cepat, Kota Pontianak berkembang menjadi pusat kegiatan regional dan nasional yang berperan penting dalam pembangunan, antara lain :

1. Kota Pontianak sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional (khususnya ASEAN) dan menjadi pendorong bagi daerah sekitarnya. Dalam konstelasinya terhadap wilayah regional yaitu sebagai pusat perdagangan dan jasa serta sebagai pintu masuk dan keluar baik barang maupun orang ke wilayah propinsi Kalimantan Barat

2. Kota Pontianak berkembang sebagai pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank dengan skala pelayanan nasional atau melayani beberapa provinsi.

3. Kota Pontianak berkembang sebagai pusat pengolahan/pengumpul barang secara nasional atau beberapa provinsi.

4. Kota Pontianak berkembang sebagai simpul transportasi secara nasional atau untuk beberapa provinsi di sekitarnya.

5. Kota Pontianak berkembang sebagai pusat jasa pemerintahan untuk nasional atau meliputi beberapa provinsi di sekitarnya.

6. Kota Pontianak berkembang sebagai pusat jasa-jasa kemasyarakatan.

Kawasan perencanaan RTBL merupakan elemen penting dari Kota Pontianak yang memiliki fungsi yang cukup dominan dalam perjalanan perkembangan kota, dimana kawasan perencanaan RTBL ini merupakan bagian dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Pontianak Kota meliputi Keluaran Tengah, Kelurahan Darat Sekip, dan Kecamatan Pontianak Selatan meliputi Kelurahan Benua Melayu Laut.

Adapun Secara fisik kawasan perencanaan RTBL meliputi koridor selatan sepajang Jl. Tanjung Pura-Jl,. Kom. Yos Sudarso menerus sampai dengan tepian Sungai Kapuas. Kawasan ini memiliki fungsi yang penting dalam sistem hirarki pelayanan kota dan memiliki sejarah yang cukup panjang dalam perjalanan perkembangan Kota Pontinak, dimana citra kawasan ini telah terbentuk sebagai kawasan perdagangan tertua di Kota Pontianak sejak zaman kolonial, dan menjadi cikal bakal pusat kota pontianak, adapun kawasan ini dikenal dengan nama Kawasan Pasar Tengah dan Kawasan Permukiman Tradisional Sekitar Sungai Kapuas.

Adapun kawasan ini merupakan gabungan dari karakteristik kawasan baru berkembang cepat yang tidak terkontrol perkembangannya, kawasan terbangun yang tidak tertata, kawasan yang memiliki sejarah yang kuat dan perlu dilestarikan, dan kawasan rawan bencana karena berada di sempadan Sungai Kapuas. Sehingga merupakan kawasan yang dapat di RTBL-kan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.06/PRT/M/2007, tentang penyusuan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Dengan karakteristik tersebut diatas, kawasan ini menyimpan permasalahan yang cukup banyak dan potensi pengembangan yang besar. Menurut Hamid Shirvani dalam bukunya “Urban Design Process”, terdapat 8 (delapan) elemen yang membentuk sebuah kawasan kota yakni tata guna lahan, tata bangunan, ruang terbuka hijau, parkir dan sirkulasi, jalur pejalan kaki, tata informasi, pendukung aktivitas dan preservasi, berikut adalah uraiannya.

(3)

PENDAHULUAN 3 Fungsi Aktivitas dan wisata Sekitar

Kawasan perencanaan berada pada kawasan yang strategis dengan fungsi pintu masuk dan keluar barang dan orang ke Kota Pontianak, beberapa fasilitas inlet dan outlet kawasan yang tersedian antara lain : Kelas Jalan Arteri (Jl.Tanjung Pura), Jembatan penyeberangan (pelampong), dermaga penyeberangan lokal transportasi sungai dan pelabuhan regional Seng Hie.

Kawasan perencanaan berada pada lingkage Sistem Wisata Kota Pontianak, dimana terdapat beberapa lokasi destinasi wisata disekitar kawasan sehingga, berpotensi sebagai pengembangan wisata terpadu. Diantaranya yaitu Keraton Kadariyah, Tugu Khatulistiwa, Mesjid Jami’ dan Kampung Beting, Makam Batu Layang, Kampung Jeruju, Taman Alun Kapuas, dan Kota Siantan.

Fungsi kawasan yang strategis tidak didukung oleh kondisi sarana dan prasarana yang memadai, dimana terdapat beberapa masalah penurunan kualitas dermaga, lebar jalan arteri yang berfungsi kurang optimal akibat hambatan samping (aktivitas kawasan perdagangan dan permukiman), kegiatan inlet dan outlet yang mengganggu sirkulasi internal kawasan dan kota, citra kawasan yang menurun akibat

Rendahnya pengendalian kepadatan bangunan berpotensi menimbulkan kawasan kumuh, rute trayek angkutan yang tidak mengalami penambahan dan cenderung hilang akibat banyaknya kendaraan motor sehingga sulit untuk memperoleh angkutan publik untuk menuju ke setiap titik aktivitas wisata, dan benyaknya PKL yang belum tertata.

(4)

PENDAHULUAN 4 Penggunaan Lahan

Citra kawasan ini telah terbentuk sebagai kawasan perdagangan tertua di Kota Pontianak yang dikenal dengan nama Pasar Tengah, kawasan ini ada sejak zaman kolonial, atau menjadi cikal bakal Pusat Kota Pontianak.

Aktivitas yang ada di kawasan perencanaan telah terklasifikasi dan membentuk cluster - cluster fungsional kegiatan, akan tetapi fungsi ruang – ruang mikro yang ada disetiap cluster memiliki permasalahan tata bangunan, sirkulasi dan tata informasi sehingga perlu ditata. Pada saat ini terdapat hubungan fungsional kegiatan yang tidak baik(tidak co exist) disetiap cluster dan antara cluster yang ada. Setiap cluster fungsional Kegiatan di kawasan ini mempunyai latar belakang yang kuat untuk dipertahankan, di tata dan diperkuat karakternya, sehingga tercapai citra kawasan yang baik. Kelembagaan kawasan telah terbentuk sesuai dengan fungsi di setiap cluster, misal perkumpulan PKL barang bekas, perkumpulan PKL ikan/ ayam, PKL Barang Bekas, dst. Sehingga potensi revitalisasi kawasan, melalui metoda pembangunan pelembagaan dan partisipatif sangat tinggi.

Pada saat ini fungsional kegiatan mengganggu citra kawasan dan fungsi utilitas kota antara lain :

(1) Banguan heritage tertutup oleh terpal-terpal pedagang,

(2) Arcade bangunan beralih fungsi jadi parkir,

(3) Parit sebagai drainase kota tidak berfungsi akibat sampah basah, kaleng dan plastik yang tidak terangkut,

(4) Aktivitas bongkar muat mengganggu sirkulasi kawasan)

Melihat permasalahan pada kawasan perencanaan maka pendekatan manajemen lahan perlu untuk digunakan, agar tercipta penggunaan lahan dan tata bangunan yang baik. Akan tetapi perubahan status tanah dan bangunan dari Hak Guna Bangunan (HGB) menjadi sertifikat hak milik, menjadi kendala dalam upaya penataan melaui pendekatan menejemen lahan. Dengan kondisi ini biaya penataan kawasan akan jadi lebih tinggi dan memerlukan pentahapan yang panjang.

Kondisi Alun Kapuas yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau Kota Pontianak, pada saat ini berfungsi cukup baik

Kondisi Kawasan Perdagangan Jl. Sultan Muhammad ketika jam puncak, kawasan ini dipadati truk dengan muatan sembako dan barang bangunan

Kondisi kawasan permukiman yang padat penduduk

(5)

PENDAHULUAN 5 Tata Bangunan

Kawasan perencanaan merupakan kawasan yang bersejarah, di kawasan ini terdapat bangunan – bangunan dengan usia > 50 tahun, diantaranya adalah bangunan perdagangan dengan gaya arsitektural belanda di kawasan pasar tengah dan rumah dengan gaya arsitektural melayu yang berusia ±150 tahun di Kp.Kamboja.

Beberapa bangunan di kawasan ini memiliki design arsitektural yang serupa, ciri ini terlihat dari bentuk design balkon, bentuk Fasade bangunan, papan nama toko yang unik. Bangunan ini membentuk cluster sendiri, tepatnya berada di Pasar Tengah. Cluster ini memiliki ciri khas yang cukup unik, dimana kawasan ini memiliki konsep solid dan void yang khas, prinsip bangunan sudut pada beberapa titik persimpangan, konsep step back dan set back bangunan, konsep sky line kawasan yang berorientasi pada sungai dan konsep aksial pada koridor – koridor tertentu.

Usia bangunan yang sudah cukup tua, kualitas struktur bangunan yang buruk dan bangunan yang terbuat dari material kayu menimbulkan permasalahan keamanan bangunan pada beberapa bangunan di kawasan ini. Seiring dengan perkembangan kota, kawasan ini mengalami penurunan kualitas tata bangunan yang cukup signifikan, dimana terdapat ornamen-ornamen bangunan yang hilang, gaya arsitektural telah banyak di rombak tanpa mempertimbangkan faktor nilai cagar budaya dan sejarah, keserasian konsep antara bangunan, keamanan bangunan. Sehingga bangunan bersejarah kehilangan ciri khasnya. Munculnya fungsi PKL (baik bermanen/ temporer) pada ruang – ruang mikro kawasan, menimbulkan hilangnya konsep solid & void kawasan.

Kondisi tata bangunan pada koridor jalan tanjungpura

Kondisi bangunan tua di area pasar tengah, dengan gaya arsitektural yang unik dan ornamen bangunan yang menarik

Kondisi bangunan di sempadan sungai Kapuas, dengan kualitas struktur bangunan yang buruk

(6)

PENDAHULUAN 6 Ruang Terbuka Hijau

Warga Kota Pontianak telah akrab dengan ruang terbuka sebagai pusat aktivitas dan wisata (contoh alun kapuas, cafe pinggir jalan dengan aktivitas waktu yang temporal). Kawasan perencanaan terdiri dari empat zona dengan fungsi dominan yang berbeda, diantaranya yaitu zona Sempadan Sungai Kapuas, zona perdagangan, zona ruang terbuka publik kota, dan zona permukiman. Setiap zona memiliki permasalahan dan potensi ruang terbuka hijau yang berbeda, diantaranya :

1) Zona ruang terbuka publik kota (kawasan alun Kapuas)

Kawasan ini merupakan hasil penataan pemerintah kota yang diperuntukan sebagai taman kota aktif, ruang publik, dan area civic center. Zona ini berpotensi dikembangkan sebagai gerbang masuk kawasan, Landmark kota, dan Node aktivitas warga kota, zona ini nantinya dapat diintegrasikan dengan lingkage sistem kawasan yang menghubungkan node aktivitas di kawasan perencanaan. 2) Zona permukiman

Terdapat potensi ruang terbuka hijau di kawasan permukiman untuk dikembangkan sebagai ruang terbuka ekologi dan ruang terbuka utilitas. Dimana kondisi eksisting ruang terbuka hijau di zona permukiman didominasi oleh fungsi makam tradisional dan tanah kosong yang luasnya cukup besar dengan status sengketa sehingga tidak laku dipasaran.

3) Zona perdagangan

Tidak terdapat ruang terbuka hijau di zona ini, akan tetapi terdapat ruang terbuka yang diperkeras (RTB) dengan fungsi terminal angkutan regional, fungsi jalur pejalan kaki berupa arcade, fungsi frontage bangunan perdagangan yang sebenarnya dirancang untuk aktif, potensi ruang terbuka mikro (persimpangan, bran gank, dsb) dan fungsi pelabuhan regional. Permasalahan utama zona ini adalah ruang terbuka yang ada digunakan oleh PKL baik permanen/ temporer dan parkir

4) Zona sempadan sungai

Batas antara fungsional guna lahan terbangun dan fungsi sempadan sungai tidak jelas. Sehingga perkembangan ke arah sungai tidak dapat dikendalikan, munculnya bangunan-bangunan di sempadan sungai dapat menurunkan kualitas visual ke arah sungai, padahal sungai adalah vocal point kawasan dan landmark Kota Pontianak.

Kondisi ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai tempat pemakaman umum Kondisi ruang terbuka non hijau yang berfungsi sebagai terminal angkutan regional

Kondisi RTH alun Kapuas yang berpotensi untuk ditata dan ditingkatkan kualitasnya

(7)

PENDAHULUAN 7 Sirkulasi dan parkir

Kawasan perencanaan berada di Area Pusat Kota Pontianak dengan intensitas kegiatan yang tinggi, berada pada jalur perlintasan moda darat regional dan lokal, kawasan dengan lalu lintas yang ramai, zona peralihan moda darat dan moda sungai, dan jalur pejalan kaki yang ramai. Sehingga kawasan ini memiliki permasalahan sirkulasi yang cukup rumit.

Kawasan perencanaan merupakan pusat perdagangan skala regional, sehingga pergerakan orang menggunakan kendaraan baik kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat cukup tinggi, hal ini mengakibatkan kebutuhan parkir di kawasan ini cukup tinggi dan memunculkan permasalahan parkir diantaranya yaitu :

1) Parkir motor Di Jl. Asahan & Jl. Batang Hari yang intensitas keluar-masuk kendaraannya cukup tinggi, menimbulkan hambatan pergerakan di jalur jalan arteri (Jl. Tanjungpura)

2) Karena minimnya ruang parkir kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat, maka kendaraan terpaksa menggunakan badan jalan dan arcade yang ada disepanjang Jl. Tanjungpura. Sehingga aktivitas parkir kendaraan mengganggu sirklulasi pejalan kaki

3) Kondisi parkir Di Jl. Sultan Muhamad tidak tertata dan bercampur dengan aktivitas bongkar muat, sehingga pada jam sibuk (09.00 – 14.00) menimbulkan kemacetan total.

4) Parkir perahu sepanjang sempadan Sungai Kapuas yang tidak tertata menimbulkan permasalahan visual dan titik-titik pelabuhan penumpang & barang sirkulasi pengunjung tidak teratur.

Kondisi parkir on street di jalan tanjung pura

Kondisi parkir on street di jalan sultan Muhammad menambah macetnya lalu lintas di koridor ini

Kondisi parkir motor di jalan asahan yang ramai setiap harinya

(8)

PENDAHULUAN 8 Sirkulasi Pejalan Kaki

Kondisi sirkulasi pejalan kaki di kawasan perencanaan cukup tinggi, hal ini disebabkan kawasan perencanaan merupakan pusat perdagangan skala regional dan merupakan salah satu destinasi wisata. Permasalahan sirkulasi yang muncul antara lain :

1) Sirkulasi pejalan kaki tertanggu akibat arcade pada bangunan ruko disepanjang Jl. Tanjung pura, arcade pada bangunan ruko pada area pasar tengah, dan arcade pada bangunan ruko disekitar Jl. Indra Giri (Parit Besar) digunakan untuk parkir motor

2) Jalur pejalan kaki pada arcade pada bangunan ruko tidak rata, sehingga tidak ramah terhadap pejalan kaki

3) Pejalan kaki tidak aman ketika malam hari karena gelap dan rawan kriminalitas

4) Pejalan kaki di area pasar tengah berdesak-desakan karena koridor yang sempit dan penuh PKL, beberapa koridor jalan di kawasan ini becek dan tidak nyaman

5) Terdapat jalur pejalan kaki Di Sepanjang Sempadan Sungai Kapuas dari Kp.kamboja hingga Pelabuhan Seng Hie, akan tetapi jalur pejalan kaki terputus dan tidak ada lanjutanya.

6) Terjadi persinggungan antara jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki, sehingga jalur pejalan kaki tidak aman

Dari beberapa permasalahan diatas, terdapat juga potensi pengembangan jalur pejalan kaki di kawasan perencanaan yaitu arcade pada bangunan ruko disepanjang Jl. Tanjung pura, arcade pada bangunan ruko pada area pasar tengah, dan arcade pada bangunan ruko disekitar Jl. Indra Giri (Parit Besar) yang bila difungsikan akan sangat menarik dan nyaman.

Kondisi jalur pejalan kaki di sepanjang ruko pertokoan di jalan tanjung pura, yang permukaannya tidak rata sehingga berbahaya bagi pejalan

Kondisi jalur pejalan kaki di sepanjang ruko pertokoan di jalan tanjung pura, terhambat oleh parkir kendaraan

Kondisi jalur pejalan kaki di alun Kapuas dalam kondisi baik

(9)

PENDAHULUAN 9 Tata Informasi

Kawasan perencanaan merupakan kawasan yang bersejarah dengan usia >50 tahun, bangunan perdagangan dengan gaya arsitektural belanda dan rumah dengan gaya arsitektural melayu banyak ditemui dikawasan ini.

Keunikan dari kawasan ini terlihat dari beberapa bangunan arsitektural belanda dengan bentuk design balkon, bentuk Fasade bangunan, dan papan nama toko yang berbeda. Akan tetapi tidak sedikit papan nama toko yang menjadi ciri khas bangunan heritage hilang, hal ini menjadi karakter yang dapat diperkuat.

Masalah tata informasi muncul dari papan-papan reklame baru yang ukurannya tidak beraturan, sehingga terkadang sulit dikenali dan terkadang menghalangi visual bangunan heritage yang unik

Minim rambu-rambu penunjuk arah dan lalu lintas, sehingga sirkulasi kendaraan bermotor tidak teratur.

Kondisi papan nama toko yang cukup tua usianya

Kondisi papan nama toko baru menghalangi ornamen bangunan heritage

Kondisi papan reklame yang tidak tertata, sehingga menyebabkan visual koridor buruk

(10)

PENDAHULUAN 10 Utilitas dan Fasilitas

Kondisi utilitas dan fasilitas kawasan perencanaan dapat dikatakan cukup bermasalah, dari tiga zona yang ada yaitu zona perdagangan (Area Pasar Tengah), zona ruang terbuka publik kota(Alun Kapuas), dan zona permukiman. Banyak ditemui utilitas dan fasilitas yang tidak memadai antara lain :

1) Terdapat utilitas kota yang vital yaitu parit / drainase sekunder yang tidak berfungsi dan perlu dinormalisasi

2) Terdapat drainase-drainase tersier eksisting yang telah mati, tersumbat dan rusak

3) Tidak terdapatnya bin sampah yang cukup dan kawasan tidak memiliki TPS yang higienis, banyak Lokasi TPS sementara yang tidak sesuai

4) Ritasi truk sampah yang ada, tidak dapat mengangkut seluruh sampah di kawasan setiap harinya, sehingga sampah menumpuk di lokasi TPS sementara dan menyebabkan bau yang tidak sedap 5) Kondisi penerangan jalan umum (PJU) yang tidak

memadai sehingga koridor gelap saat malam hari, dan rawan kriminalitas.

6) Fasilitas –fasilitas umum di area Pasar Tengah seperti kantor polisi, pos keamanan, shelter, jembatan penyeberangan umum (JPU) tidak memadai.

Akan tetapi kelembagaan pengelolaan sampah yang baik di kawasan perencanaan dan dedikasi petugas kebersihan yang tinggi, menjadikan kawasan selalu rapih dan bersih setiap harinya.

(11)

PENDAHULUAN 11

1.2 Maksud & Tujuan

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.06/PRT/M/2007, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/ kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/ kawasan.

Maksud

Sebagai dokumen panduan umum yang menyeluruh dan memiliki kepastian hukum tentang perencanaan tata bangunan dan lingkungan dari suatu kawasan tertentu baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Tujuan

Sebagai dokumen pengendali pembangunan dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk suatu lingkungan/kawasan tertentu supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang berkelanjutan meliputi:

1) Pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan;

2) Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang publik;

3) Perwujudan pelindungan lingkungan, serta; 4) Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan.

Manfaat

1) Mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini;

2) Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;

3) Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung;

4) Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan lingkungan/kawasan;

5) Mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/kawasan;

6) Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/ kawasan yang berkelanjutan;

7) Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pascapelaksanaan, karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan.

Legalisasi

Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana teknik ruang dalam bentuk Surat Keputusan Walikota/Bupati dalam hal Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai penjabaran Rencana Detail tata Ruang Kawasan Perkotaan.

Dalam hal terjadi perubahan fungsi lingkungan sebagai akibat dari dinamika perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang bersangkutan ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah. Hal ini selanjutnya menjadi masukan bagi peninjauan kembali dan penyempurnaan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten.

(12)

PENDAHULUAN 12

1.3 Dasar Hukum

Penyusunan Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didasarkan

pada:

1. UURI No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;

2. UURI No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;

3. UURI No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;

4. UURI No. 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup;

5. UURI No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.10 tahun 1993 tentang

Pelaksanaan Undang-undang No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar

Budaya;

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung.

8. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman

Persyaratan Teknis Bangunan Gedung.

9. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan

Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan

Lingkungan.

10. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan

Perumahan di Perkotaan.

11. Peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah setempat.

12. Peraturan daerah tentang bangunan gedung.

(13)

PENDAHULUAN 13

1.4 Ruang Lingkup

Sesuia dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi, ruang lingkup materi dalam penyusunan RTBL Kota Pontianak diarahkan pada muatan –muatan sebagai berikut :

1) Rencana aksi/ kegiatan komunitas (community-action plan/CAP),

2) Rencana penataan lingkungan (neighbourhood-development plan/NDP),

3) Panduan rancang kota (urban-design guidelines/UDGL).

Adapun seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam penyusunan Dokumen RTBL harus merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, kota, maupun wilayah. Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan gedung dan lingkungan

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan

Wilayah perencanaan RTBL Pontianak ini merupakan bagian dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Pontianak Kota meliputi Keluaran Tengah, Kelurahan Darat Sekip, dan Kecamatan Pontianak Selatan meliputi Kelurahan Benua Melayu Laut.

Adapun Secara fisik kawasan perencanaan RTBL meliputi koridor selatan sepajang Jl. Tanjung Pura-Jl,. Kom. Yos Sudarso menerus sampai dengan tepian Sungai Kapuas. Dengan Luas ... Ha

(14)

PENDAHULUAN 14

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung pasal 27 ayat (2), struktur dan sistematika dokumen RTBL sebagaimana digambarkan dalam Gambar 1.12. Dalam hal ini, penyusunan dokumen RTBL terdiri atas 3 (tiga ) tahapan utama, yaitu:

1. Tahap Analisis Kawasan Perencanaan

2. Tahap Perumusan dan Pengembangan Perancangan 3. Tahap Pengembangan Dukungan Pelaksanaan

(15)

PENDAHULUAN 15 Tahap Analisis Kawasan Perencanaan (Program Bangunan dan Lingkungan)

Komponen Analisis a. sosial-kependudukan

b. prospek pertumbuhan ekonomi c. daya dukung fisik & lingkungan d. aspek legal konsolidasi lahan

e. daya dukung prasarana dan fasilitas lingkungan f. kajian aspek historis kawasan

Program bangunan dan lingkungan merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan dan peruntukan lahan yang telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu, yang memuat jenis, jumlah, besaran, dan luasan bangunan gedung, serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial, prasarana aksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana penyehatan lingkungan, baik berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada maupun baru.

Penyusunan program bangunan dan lingkungan dilakukan melalui analisis kawasan dan wilayah perencanaan termasuk mengenai pengendalian dampak lingkungan, dan analisis pengembangan pembangunan berbasis peran masyarakat, yang menghasilkan konsep dasar perancangan tata bangunan dan lingkungan.

(16)

PENDAHULUAN 16 Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan

Merupakan proses untuk mengidentifikasi, menganalisis, memetakan dan mengapresiasi konteks lingkungan dan nilai lokal dari kawasan perencanaan dan wilayah sekitarnya.

Tahapan analisis ini memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Mendapatkan gambaran kemampuan daya dukung fisik dan lingkungan serta kegiatan sosial ekonomi dan kependudukan yang tengah berlangsung. b. Mendapatkan kerangka acuan perancangan kawasan yang memuat rencana

pengembangan program bangunan dan lingkungan, serta dapat mengangkat nilai kearifan dan karakter khas lokal sesuai dengan spirit dan konteks kawasan perencanaan.

Hasil analisis kawasan dan wilayah perencanaan mencakup indikasi program bangunan dan lingkungan yang dapat dikembangkan pada kawasan perencanaan, termasuk pertimbangan dan rekomendasi tentang indikasi potensi kegiatan pembangunan kawasan/lingkungan yang memiliki dampak besar dan penting serta yang memerlukan penyusunan AMDAL sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Analisis Pengembangan Pembangunan Berbasis Peran Masyarakat

Pembangunan berbasis peran masyarakat (community-based development) adalah pembangunan dengan orientasi yang optimal pada pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan berkontribusi untuk merumuskan program-program bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya.

Proses penyusunan Dokumen RTBL harus melibatkan peran aktif masyarakat dalam setiap tahap kegiatan. Tahapan analisis ini memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak, kewajiban, dan peranannya di dalam proses pembangunan, sehingga tumbuh rasa memiliki dan tanggung jawab yang kuat terhadap hasil-hasilnya.

b. Meminimalkan konflik, sehingga mempercepat proses kegiatan secara keseluruhan, serta terbangunnya suatu ikatan di masyarakat.

c. Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan bersifat efisien dan efektif jika sesuai dengan kondisi yang ada, baik kebutuhan, keinginan, maupun sumber daya di masyarakat.

d. Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam hal membentuk dan membangun kepercayaan diri, kemampuan bermasyarakat dan bekerja sama.

Sedangkan prinsip utama yang digunakan Pembangunan berbasis peran masyarakat (community-based development) antara lain adalah:

a. Berdasarkan kesepakatan dan hasil kerjasama Kesepakatan yang dicapai adalah hasil dialog dan negosiasi berbagai pihak yang terlibat atau pun pihak yang terkena dampak perencanaan.

b. Sesuai dengan aspirasi publik Perencanaan disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan dan kondisi yang ada di masyarakat.

c. Kejelasan tanggung jawab

i. Adanya sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan yang transparan dan terbuka bagi publik.

ii. Terbuka kemungkinan untuk mengajukan keberatan dan gugatan melalui instansi yang berwenang menangani gugatan kepada pemilik, pengelola, dan/atau pengguna atas penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya.

d. Kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam proses pembangunan. Setiap anggota masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders), terutama yang akan terkena dampak langsung dari suatu kegiatan pembangunan, memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk berkiprah.

(17)

PENDAHULUAN 17

ATURAN SELUBUNG BANGUNAN 3 DIMENSI

Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan

Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan, yang merupakan hasil tahapan analisis program bangunan dan lingkungan, memuat gambaran dasar penataan pada lahan perencanaan yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan penjabaran gagasan desain secara lebih detail dari tiap elemen desain. Perumusan Konsep Dasar Perancangan Bangunan dan Lingkungan ini memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Mengarahkan penyusunan visi dan karakter perancangan.

b. Mengendalikan suatu intervensi desain lingkungan sehingga berdampak baik, terarah dan terukur terhadap suatu kawasan yang direncanakan.

c. Mengintegrasikan desain elemen-elemen kota yang berpengaruh pada suatu perencanaan kawasan.

d. Mengarahkan indikasi program dan desain penataan yang tepat pada tiap sub-bagian kawasan yang direncanaka

Tahap Perumusan dan Pengembangan Perancangan (Rencana Umum Dan Panduan Rancangan)

Rencana Umum dan Panduan Rancangan merupakan ketentuan-ketentuan tata bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan/ kawasan yang memuat rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana tapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan, dan ruang terbuka hijau.

Panduan Rancangan bersifat melengkapi dan menjelaskan secara lebih rinci rencana umum yang telahditetapkan sebelumnya, meliputi ketentuan dasar implementasi rancangan dan prinsip-prinsip pengembangan rancangan kawasan.

Rencana Umum

Rencana Umum merupakan ketentuan-ketentuan rancangan tata bangunan dan lingkungan yang bersifat umum dalam mewujudkan lingkungan/ kawasan perencanaan yang layak huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan. Rencana Umum ini bermanfaat untuk:

a. Memberi arahan lugas dan sistematis bagi implementasi ketentuan dasar dari perancangan tata bangunan dan lingkungan.

b. Memberi gambaran simulasi bangunan secara keruangan (3dimensional) sebagai model penerapan seluruh arahan materi pokok rencana tata bangunan dan lingkungan.

c. Memudahkan pengembangan desain sesuai dengan visi dan arahan karakter lingkungan yang telah ditetapkan.

d. Memudahkan pengelolaan, pengendalian pelaksanaan dan pengoperasian kawasan sesuai dengan visi dan arahan karakter lingkungan yang telah ditetapkan.

e. Mencapai intervensi desain kawasan yang berdampak baik, terarah dan terukur pada suatu kawasan yang direncanakan.

f. Mencapai integrasi elemen-elemen desain yang berpengaruh pada suatu perancangan kawasan.

(18)

PENDAHULUAN 18

KOMPONEN PENATAAN

KDB

KLB

KDH

KTB

TDR

ATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN

KOMPONEN PENATAAN

pengaturan blok lingkungan

pengaturan kaveling

pengaturan bangunan

pengaturan ketinggian & elevasi lantaibangunan

ATURAN TATA BANGUNAN

KOMPONEN PENATAAN

jaringan jalan & pergerakan

sirkulasi kendaraan umum

sirkulasi kendaraan pribadi

sirkulasi kendaraan umum informal setempat

pergerakan transit

parkir

jalur servis lingkungan

sirkulasi pejalan kaki & sepeda

jalur penghubung terpadu

(19)

PENDAHULUAN 19

KOMPONEN PENATAAN

konsep identitas lingkungan

konsep orientasi lingkungan

wajah jalan

KOMPONEN PENATAAN

ruang terbuka umum

ruang terbuka pribadi

ruang terbuka pribadi untuk umum

pepohonan & tata hijau

bentang alam

jalur hijau

ATURAN SISTEM RUANG TERBUKA DAN TATA HIJAU

ATURAN TATA KUALITAS LINGKUNGAN

KOMPONEN PENATAAN

jaringan air bersih

jaringan air limbah & air kotor

jaringan drainase

jaringan persampahan

jaringan listrik

jaringan telepon

jaringan pengamanan kebakaran

jaringan jalur evakuasi

(20)

PENDAHULUAN 20

PANDUAN RANCANGAN SIMULASI RANCANGAN TIGA DIMENSI

ATURAN DASAR

1 Aturan wajib

2 Aturan anjuran utama

3 Aturan anjuran

(21)

PENDAHULUAN 21 Tahap Pengembangan Dukungan Pelaksanaan (Rencana Investasi)

Rencana Investasi

Rencana investasi disusun berdasarkan dokumen RTBL yang memperhitungkan kebutuhan nyata para pemangku kepentingan dalam proses pengendalian investasi dan pembiayaan dalam penataan lingkungan/kawasan. Rencana ini merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan atau pun menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan. Rencana ini menjadi alat mobilisasi dana investasi masing-masing pemangku kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan perannya dalam suatu sistem wilayah yang disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai konflik kepentingan dalam investasi/ pembiayaan. Rencana investasi juga mengatur upaya percepatan penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan prasarana/sarana dari suatu lingkungan/kawasan. 1. Aspek-aspek Perencanaan

a. Program bersifat jangka menengah, minimal untuk kurun waktu 5 (lima) tahun, serta mengindikasikan investasi untuk berbagai macam kegiatan, yang meliputi: tolok ukur/kuantitas pekerjaan, besaran rencana pembiayaan, perkiraan waktu pelaksanaan dan kesepakatan sumber pendanaannya.

b. Meliputi investasi pembangunan yang dibiayai oleh pemerintah daerah/pusat (dari berbagai sektor), dunia usaha/swasta, dan masyarakat.

c. Menjelaskan pola-pola penggalangan pendanaan, kegiatan yang perlu dilakukan khususnya oleh Pemda setempat, sekaligus saran/alternatif waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut.

d. Menjelaskan tata cara penyiapan dan penyepakatan investasi dan pembiayaan, termasuk menjelaskan langkah, pelaku, dan perhitungan teknisnya.

e. Menuntun para pemangku kepentingan dalam memperoleh justifikasi kelayakan ekonomi dan usulan perencanaan lingkungan dengan memisahkan jenis paket berjenis cost recovery, noncost recovery, dan pelayanan publik.

2. Strategi perencanaan investasi dengan skenario sebagai berikut:

a. Langkah I : Penetapan paket kegiatan pada tiap jangka waktu pentahapan dan penyiapan rincian sumber pembiayaan.

b. Langkah II : Perencanaan pembiayaan meliputi perhitungan prospek ekonomi, besaran investasi yang dibutuhkan, keuntungan setiap paket dan perhitungan investasi publik.

c. Langkah III : Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk masing-masing pelaku pembangunan.

d. Langkah IV : Penyiapan detail investasi tahunan sebagai pengendalian selama pelaksanaan.

Pola Kerja Sama Operasional Investasi diatur sebagai berikut:

1 Kesepakatan bentuk Kerja Sama Operasional (KSO) yang menyangkut pola investasi antara lain dapat berbentuk: Build Operate and Transfer (BOT), Build Own Operate and Transfer (BOOT), dan Build Own and Operate (BOO).

2 Pada prinsipnya pola Kerja Sama Operasional ini dapat dilakukan oleh 3 (tiga) pihak, yaitu pemerintah, swasta dan/atau masyarakat (penghuni kawasan). 3 Pemilihan alternatif pola KSO dengan mempertimbangkan beberapa aspek

kesepakatan kontrak dengan pemangku kepentingan, sebagai berikut:

a. Jangka waktu kontrak harus cukup untuk pengembalian hutang dan memberikan keuntungan yang disesuaikan dengan risiko kepada para investor.

b. Permintaan akan layanan dijamin oleh otoritas pemerintah (badan yang mengontrak).

c. Jaminan kerja sama berkaitan dengan minimalisasi risiko pembangunan, risiko pengembangan lingkungan, risiko kredit pembiayaan, risiko operasional, risiko politik, dan risiko keadaan pasar, serta pertimbangan dukungan pemerintah.

d. Fasilitas akan ditransfer (diserahkan) kepada pemerintah—dan sebagai milik pemerintah—pada akhir periode kontrak. Kontrak harus menyebutkan secara jelas bagaimana proses pengalihan pemilikan dilakukan dan keharusan pihak swasta untuk menyiapkan fasilitas yang akan diserahterimakan. Sektor pemerintah harus menyiapkan unit kelembagaan untuk menangani pemindahtanganan ini.

e. Di saat pengakhiran kontrak, sering kali terdapat penyediaan layanan untuk dilanjutkan. Hal ini dapat dilaksanakan untuk memastikan terjadinya transisi yang mulus dalam manajemen.

(22)

PENDAHULUAN 22 Ketentuan Pengendalian Rencana

Ketentuan pengendalian rencana disusun sebagai bagian proses penyusunan RTBL yang melibatkan masyarakat, baik secara langsung (individu) maupun secara tidak langsung melalui pihak yang dianggap dapat mewakili (misalnya Dewan Kelurahan, Badan Keswadayaan Masyarakat/BKM dan Forum Rembug Desa).

Ketentuan Pengendalian Rencana menjadi alat mobilisasi peran masingmasing pemangku kepentingan pada masa pelaksanaan atau masa pemberlakuan RTBL sesuai dengan kapasitasnya dalam suatu sistem yang disepakati bersama, dan berlaku sebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk mengukur tingkat keberhasilan kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan.

Ketentuan Pengendalian Rencana ditujukan untuk:

a. Mengendalikan berbagai rencana kerja, program kerja maupun kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTBL dan pelaksanaan penataan suatu kawasan.

b. Mengatur pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam mewujudkan RTBL pada tahap pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan.

Aspek-aspek Pengendalian Rencana adalah sebagai berikut:

a. Ketentuan administratif untuk mengendalikan pelaksanaan seluruh rencana dan program serta kelembagaan yang diperlukan pemerintah daerah agar materi RTBL terlaksana secara efektif

b. Arahan yang bersifat mengantisipasi terjadinya perubahan pada tahap pelaksanaan, tetapi masih dapat memenuhi persyaratan daya dukung dan daya tampung lahan, kapasitas prasarana lingkungan binaan, masih sejalan dengan rencana dan program penataan kota, serta masih dapat menampung aspirasi masyarakat.

Sedangkan strategi pengendaliannya diatur sebagai berikut:

a. Strategi pengendalian rencana diatur dengan Rencana Kelembagaan, yang mencantumkan organisasi pelaksana, SDM yang terlibat, dan aturan tata laksana kelembagaannya.

b. Untuk pengelolaan pelaksanaan RTBL dapat disiapkan suatu organisasi pelaksana tersendiri, dengan menggambarkan pola koordinasi, alur dan pola pertanggungjawaban, serta proses lainnya.

Arahan Pengendalian Rencana

1 Penetapan rencana dan indikasi program pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan, termasuk kesepakatan wewenang dan kelembagaan.

2 Penetapan paket kegiatan pelaksanaan dan pengendalian jangka menengah. 3 Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk setiap

pemangku kepentingan.

4 Identifikasi dan penyesuaian aspek fisik, sosial, dan ekonomi terhadap kepentingan dan tanggung jawab para pemangku kepentingan.

Penetapan persyaratan teknis masing-masing aspek (fisik, sosial dan ekonomi), perencanaan pelaksanaan, dan pengendalian di lapangan.

Pedoman Pengendalian Pelaksanaan

Pedoman pengendalian pelaksanaan dimaksudkan untuk mengarahkan perwujudan pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan/kawasan yang berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan kawasan agar dapat berkualitas meningkat berkelanjutan. Pedoman pengendalian pelaksanaan diharapkan dapat: a. Menjamin pelaksanaan kegiatan berdasarkan dokumen RTBL;

b. Menjamin pemanfaatan investasi dan optimalisasi nilai investasi;

c. Menghindari fenomena lahan tidur atau bangunan terbengkalai sebagai akibat investasi yang ditanamkan tidak berjalan semestinya;

d. Menarik investasi lanjutan dalam pengelolaan lingkungan setelah masa pascakonstruksi.

Aspek-aspek Pengendalian terdiri dari:

a. Penetapan alat-alat dan prosedur pengendalian pelaksanaan, seperti dalam mekanisme perizinan IMB, review tim ahli bangunan gedung (TABG), dan penerapan insentif/disinsentif;

b. Pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan materi teknis dokumen RTBL; c. Evaluasi pelaksanaan peran para pemangku kepentingan sesuai kesepakatan

dalam penataan bangunan dan lingkungan, baik pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat, maupun Pemerintah;

d. Pengawasan teknis atas pelaksanaan sistem perizinan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan di lokasi penataan;

e. Penerapan mekanisme sanksi dalam penyelenggaraan pembangunan sesuai peraturan perundang-undangan.

Kriteria dan Pertimbangan Pengendalian: a. Memperhatikan kepentingan publik;

b. Mempertimbangkan keragaman pemangku kepentingan yang dapat memiliki kepentingan berbeda;

c. Mempertimbangkan pendayagunaan SDM dan sumber daya alam (ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan) lokal, seperti masyarakat setempat beserta kegiatan sosial-budayanya.

(23)

PENDAHULUAN 23

1.5 Jadwal Kegiatan Penyelenggaraan RTBL

Pekerjaan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ini berlangsung pada 7 (tujuh) bulan, terhitung sejak penandatanganan Surat Perintah Mulai Kerja (SMPK) pada tanggal 1 Juni 2010 sampai dengan tanggal 27 Desember 2012. Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan pekerjaan RTBL Pontianak yang dilakukan oleh konsultan (lihat Tabel 1.1):

Tabel 1.1 Jadwal Penyelenggaraan Kegiatan

Tabel 1.1 Jadwal Penyelenggaraan Kegiatan

(24)

PENDAHULUAN 24

1.6 Gambaran dan Rekap Progress Kegiatan Konsultan

Dalam kegiatan RTBL ini, progress kegiatan yang dilakukan oleh konsultan sudah sampai tahap penyusunan Rencana Tata Bangunan & Tata Lingkungan, berikut kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Tim Konsultan (lihat Tabel 1.2):

Tabel 1.2 Progress Kegiatan Konsultan

Adapun kegiatan-kegiatan diluar yang tertera pada jadwal kegiatan yang telah dilakukan diantaranya yaitu;

a. Survey awal Kawasan yang dilakukan pada tanggal 2 Juni - 3 Juni 2012 sebagai peninjauan perencanaan penataan kawasan RTBL;

b. Audiensi dengan para Pedagang Kaki Lima (PKL) dan penduduk di lokasi kawasan yang dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 2012, untuk menjaring aspirasi awal mengenai penataan kawasan RTBL yang diharapkan. Pada kesempatan tersebut, audiensi dihadiri pula oleh Asosiasi Pedagang Indonesia (API) sebagai mediator komunitas PKL di sekitar kawasan penataan RTBL; c. Ausiensi dengan Walikota Pontianak (Bapak Sutarmidji,

SH, M.Hum) pada tanggal 26 Juni 2012. Dalam kesempatan tersebut, kegiatan audiensi ini hadiri oleh Kepala Dinas Tata Ruang, Permukiman dan Cipta Karya (Bapak Ir. Ismail), Kepala Bidang Cipta Karya (Bapak Hendra Bachtiar, ST, MT), dan Tim Konsultan RTBL Pontianak;

d. Wawancara dengan tokoh Tionghwa (Bapak Asali dan Bapak Karel), para ketua RT yang berada dikawasan penataan kawasan, ketua BKM Kelurahan Benua Melayu Laut & BKM Kelurahan Darat Sekip serta tokoh masyarakat lainnya untuk mengidentifikasi permasalahan kawasan dan aspirasi masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 sampai dengan bulan Juli 2012;

e. Survey teknis lokasi dan aktivitas serta stake out hasil digitasi peta kawasan yang dilakukan pada tanggal 7 Juli – 11 Juli 2012;

f. Pra FGD-1 sebagai pendekatan awal untuk penyelenggaraan FGD-1 yang dilakukan dari tanggal 8 Agustus 2012 sampai dengan tanggal ....

g. FGD-1 yang dilakukan pada tanggal .. September 2012 sebagai media untuk menjaring aspirasi masyarakat dan PKL di kawasan penataan RTBL.

i. Secara keseluruhan, progress kegiatan yang telah dilakukan oleh tim konsultan sudah pada tahap pelaporan Laporan Antara dan sedang melakukan kegiatan perumusan dokumen Detail Engineering Design (DED).

(25)

PENDAHULUAN 25

1.7 Sistematika Pelaporan

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab yang berisikan tentang latar belakang serta maksud dan tujuan pekerjaan, ruang lingkup dan jadwal penyelenggaraan kegiatan, gambaran dan rekap progress kegiatan konsultan dan sistematika pelaporan Laporan Antara.

BAB 2 GAMBARAN UMUM KOTA

Bab yang memuat gambaran serta kondisi wilayah kota pontianak, termasuk dari sektor ekonomi dan kependudukan; dalam bab ini juga berisikan visi, misi dan issu pembangunan kota pontianak yang

terkandung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pontianak; dan gambaran komitmen sharing

stakeholder terhadap kerjasama pengembangan kawasan RTBL.

BAB 3 ANALISIS STAKEHOLDER & ANALISIS PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN

Bab yang berisikan mengenai gambaran umum stakeholder, serta analisis kondisi, aspirasi dan potensi peran stakeholder dalam pengembangan kawasan.

BAB 4 ANALISIS MAKRO KOTA

Bab ini berisikan identifikasi peran dan fungsi kota pontianak, pusat-pusat kegiatan kota, sistem pergerakan di kota pontianak serta overview kebijakan yang terkait dengan kawasan RTBL.

BAB 5 ANALISIS MESO KOTA

Bab ini berisikan mengenai identifikasi mengenai kondisi eksisting Kota Pontianak, diantaranya profil kependudukan, sosial dan budaya, penggunaan lahan, aksesibilitas, pusat-pusat kegiatan, heritage, dan intensitas kepadatan blok kawasan.

BAB 6 ANALISIS MIKRO KOTA

Bab ini berisikan identifikasi mengenai kondisi eksisting kawasan RTBL, termasuk diantaranya identifikasi mengenai kondisi geografis,

kependudukan, perekonomian, budaya, aktivitas keseharian masyarakat, RTH, tata bangunan, sirkulasi, identifikasi status kepemilikan lahan dikawasan RTBL dan prosedur legalisasi RTBL dengan pemerintah kota setempat.

BAB 7 KONSEP AWASL PENGEMBANGAN KAWASAN *BERDASARKAN PERMEN PU 06/2007 Bab yang berisikan mengenai arahan konsep pengembangan kawasan berdasaran Permen PU No. 16 Tahun 2007 dan contoh kasus pengembangan RTBL di kawasan lain.

Gambar

Tabel 1.1 Jadwal Penyelenggaraan Kegiatan
Tabel 1.2 Progress Kegiatan Konsultan

Referensi

Dokumen terkait

Permainan pola suku kata adalah metode permainan membaca yang dilakukan dengan pemakaian kartu huruf sebagai sarana pembelajaran untuk menarik minat baca anak yang

Uji korelasi menunjukkan variabel pertumbuhan koloni bakteri memiliki korelasi berlawanan arah yang sangat kuat (r= -0,976) dengan konsentrasi infusa. Kesimpulan: Infusa

Spiritia tetap yakin bahwa ketersediaan informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan pengobatannya adalah unsur penting bagi Odha untuk mengatur kehidupan dan kesehatan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini

Berdasarkan analisa pasar bersangkutan, Komisi menyimpulkan Pengambilalihan Saham (Akuisisi) Perusahaan Phu My Plastics and Chemicals Company Limited oleh Asahi Glass Company

Selain itu, secara khusus penelitian yang dilakukan oleh Spevack (2013) menyebutkan bahwa setelah menggunakan KB suntik dalam 2 tahun, sebanyak 70% pengguna Depo Provera

Pengga- bungan model pembelajaran guided inquiry dan mind mapping diharapkan dapat mengeksplorasi kemampuan siswa dalam belajar dengan bimbingan dari guru, melatih

Dalam penelitian ini hasil penggunaan algoritma least connection untuk load balancing lebih memberikan performa yang baik dibandingankan algoritma round robin