1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Bank Sampah Bersinar (BSB)
Bank Sampah Bersinar yang beralamatkan di Jl. Terusan Bojong Soang No. 174 Baleendah. Bank Sampah Bersinar yang awal pendiriannya bernama Bank Sampah Bandung Mandiri di bawah naungan Yayasan Matahari Tama. Bank Sampah Bersinar diresmikan oleh Bupati Kabupaten Bandung pada tanggal 27 September 2014. Bank sampah ini berdiri karena adanya keprihatinan masyarakat akan lingkungan hidup yang semakin lama semakin dipenuhi dengan sampah. Terutama dengan kondisi Sungai Citarum yang semakin kotor oleh tumpukan sampah. Sampah yang semakin banyak tentu akan menimbulkan banyak masalah, sehingga memerlukan pengolahan seperti membuat sampah menjadi bahan yang berguna. Yang membedakan dalam hal ini adalah warga tidak menabung uang, tetapi menabung sampah mereka masing-masing yang dikonversi menjadi rupiah di dalam rekeningnya masing-masing. Dengan sistem ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional, pengontrolan, dan pengawasan pada Bank Sampah dengan data yang akurat dan terbaru (Wisma putra, 2014).
Saat ini Bank Sampah Bersinar sudah memiliki ± 4000 member (nasabah) tersebar di empat kecamatan yaitu Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah dan Ciparay. Bank Sampah Bersinar menyajikan berbagai pelayanan masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan sampah dan lingkungan dengan metode modern dan bermanfaat bagi masyarakat yaitu melalui TABUNGAN SAMPAH. Dengan harapan para nasabah akan memperoleh berbagai macam manfaat dari pengelolaan sampah dimana dengan menabung sampah, member (nasabah) dapat membeli sembako, membayar listrik, membeli pulsa, membayar tagihan telepon, biaya pendidikan dan kesehatan, penghijauan lingkungan, membayar tagihan PDAM, dll (Bank Sampah Bersinar).
2
1.1.2 VISI BANK SAMPAH BERSINAR (BSB)
Bahwa Bank Sampah Bersinar tidak hanya sekedar membeli sampah dari masyarakat tetapi kami juga ingin membangun lingkungan yang sehat yang kemudian dirumuskan melalui visi yaitu:
BERSIH = membangun lingkungan yang bersih SEHAT = membangun lingkungan yang sehat
BERMANFAAT = pengelolaan sampah dapat mendatangkan manfaat dimana ada nilai ekononi yang diperoleh masyarakat. (Bank Sampah Bersinar)
1.1.3 TUJUAN BSB
Untuk mencapai visi BSB yaitu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat ditetapkan beberapa tujuan yang dijabarkan menjadi 3 tujuan yaitu :
1. Tujuan Jangka Pendek
BSB menginginkan agar seluruh masyarakat tidak membuang sampah sembarangan lagi. Dengan harapan semakin banyak masyarakat yang mau mengelola sampah dengan cara memilah sampah (tidak mencapur) antara sampah organik dan anorganik, sehingga lingkungan yang bersih dan sehat bisa tercapai.
2. Tujuan Jangka Menengah
Adapun tujuan jangka menengah adalah menjangkau masyarakat dengan cakupan wilayah yang lebih luas untuk itu akan didirikan Kantor Cabang Pembantu (KCP) dengan target awal menjangkau masyarakat se-Bandung Raya yaitu Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kab. Bandung Barat.
3. Tujuan Jangka Panjang
Mimpi besar BSB adalah membangun kota dengan sampah. Untuk itu, selain mengelola sampah anorganik, disini juga sedang menyiapkan sebuah program pengelolaan sampah organik menjadi bio gas/ gas metan. Dengan demikian masyarakat dapat menikmati manfaat sampah organik untuk
3 memasak dan untuk pembangkit listrik. Kedepan BSB juga bertekad untuk memulihkan kondisi sungai Citarum yang dulu dikenal sebagai sungai yang bersih tetapi sekarang menjadi sungai yang terkotor sedunia (Bank Sampah Bersinar).
1.1.4 Struktur Organisasi
Gambar 1.1 Struktur Organisasi BSB Sumber: Bank Sampah Bersinar
Yayasan
Direktur
Manajer Operasional Akuntan
Bag. Produksi Marketing Umum
4
1.1.5 Logo Bank Sampah Bersinar (BSB)
Berikut adalah gambar logo dari perusahaan Bank Sampah Bersinar
Gambar 1.2 Logo BSB Sumber: Bank Sampah Bersinar
1.1.6 Produk Yang Dikelola BSB
Adapun produk-produk daur ulang yang dihasilkan oleh Bank Sampah Bersinar diantaranya ada pada gambar-gambar berikut:
Gambar 1.3 Kumpulan botol-botol plastik yang sudah dipilah dan dibersihkan Sumber: Dokumentasi Penulis (23 Maret 2016)
5 Gambar 1.4 Kumpulan kertas HVS yang sudah dipilah dan disatukan
Sumber: Dokumentasi Penulis (23 Maret 2016)
Gambar 1.5 Pelabelan jenis sampah Sumber: Dokumentasi penulis(23 Maret 2016)
Barang-barang pada gambar tersebut di kumpulkan kemudian siap dibawa ke pengepul untuk dicairkan menjadi uang, lalu dimasukan ke dalam rekening nasabah Bank Sampah Bersinar. Adapun nasabah dapat melihat jenis sampah yang mereka setorkan beserta nilai uang dari jenis sampah tersebut yang dapat dilihat ketika berkunjung ke Bank Sampah Bersinar. Sehingga nasabah tidak perlu bertanya lagi berapa nilai uang dari sampah yang mereka bawa.
6
1.1.7 Flowchart Aktifitas Menabung Sampah
Gambar 1.6 Flowchart Membuka Rekening dan Menabung di BSB Sumber: Bank Sampah Bersinar
7 1.2 Latar Belakang Penelitian
Saat ini kerusakan lingkungan di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukan angka yang memprihatikan. Ini semua tidak terlepas dari gaya hidup masyarakat yang kurang memperhatikan lingkungan sekitar, terutama terkait sampah. Limbah dari sampah ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kita masyarakat Indonesia. Jumlah dari sampah terutama pada sampah rumah tangga dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Ini terjadi karena semakin tingginya aktifitas manusia terutama pada kota-kota besar. Demikian juga jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu, pengelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari gaya hidup masyarakat. (www.alpensteel.com)
Dengan meningkatnya populasi penduduk, ditambah lagi dengan perkembangan industri dan sistem pengelolaan sampah yang masih menggunakan cara konvensional yang selama ini sudah tidak sesuai lagi. Ini berpengaruh terhadap peningkatan volume sampah di kota-kota besar maupun daerah industri. Biaya operasional dan lokasi pembuangan sampah yang membutuhkan lahan yang luas merupakan beberapa kendala dalam penanganan sampah. Dampaknya kota-kota besar di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang kurang lebih 50 persen saja dari seluruh produksi sampahnya, sisanya ditangani dan dibuang sembarangan di sungai, saluran air, dan tempat-tempat yang bukan semestinya. Jika pengelolaan sampah di daratan terkelola dengan baik maka ini menjadi kunci keberhasilan secara menyeluruh, dan lingkungan sekitarnya seperti sungai dan laut merupakan indikator keberhasilan tersebut (https://walhijabar.wordpress.com) .
Menurut Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia (IKLHI) pada tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, secara nasional indeks lingkungan hidup nasional hanya 63,13 %. Dalam konteks ini provinsi yang dijadikan titik referensi untuk menuju angka ideal, adalah diangka 100. Semakin jauh dengan angka 100, maka daerah tersebut terindikasi memiliki tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi. Dengan kata lain daerah tersebut harus berupaya lebih dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dari IKLH nasional tersebut, Provinsi Jawa Barat mendapatkan nilai total IKLH peringkat
ke-8
3 terbawah, setelah DKI Jakarta dan Banten yaitu 47,61 (Jawa Barat), 46,33 (Banten), 31,97 (DKI Jakarta). Berikut tabel IKLH Nasional Tahun 2013:
Tabel 1.1 Indeks Nasional Kualitas Lingkungan Hidup
Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup 2013
Dari data di atas bisa kita lihat IKLH Pulau Jawa mendapatkan perhatian lebih, karena memiliki nilai yang jauh dari kata ideal. Maka perlu adanya kesadaran dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah khususnya pada pulau Jawa. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi dengan IKLH Nasional terendah ke-3 mencoba
9 melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintah dan menurut penelitian dari 5 kota besar yang ada di Indonesia, Jakarta dan Bandung menjadi penyumbang terbesar produksi sampah harian yaitu 6000 ton/hari (Jakarta) dan 2000 ton/hari (Bandung) (mesinsakti.blogspot.co.id, 2015).
Gambar 1.7 Jumlah produksi sampah/hari di 5 kota besar Indonesia Sumber: (http://mesinsakti.blogspot.co.id)
Pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Se Dunia Tahun 2015 Tingkat Provinsi Jawa Barat yang telah disampaikan melalui (blhdjabar.go.id) bahwa pemerintah mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk dapat berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, khususnya dalam menjaga kelestarian bumi, serta merubah pola pikir para pemangku kepentingan menjadi masyarakat yang peduli lingkungan. Dari kegiatan Hari Lingkungan Hidup Se Dunia tersebut pemerintah kembali mengevaluasi rancangan upaya untuk memulihkan Lingkungan Hidup pada Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia Tingkat Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014, berikut langkah-langkah yang akan dilakukan pemerintah dalam mengatasi kerusakan lingkungan:
10
1. Melaksanakan Gerakan Citarum BESTARI, yang difokuskan di DAS Citarum Hulu Segmen I (Km 0-20) dan II (Km 21-40) di 120 Desa (14 Kecamatan) Kabupaten Bandung.
2. Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Lingkungan Hidup. 3. Pembentukan Satuan Tugas (SATGAS) Penegakan Hukum Lingkungan
Terpadu,
4. Melakukan berbagai operasi penindakan bagi para Penjahat Lingkungan di Jabar Selatan, Cekungan Bandung, Kawasan Kars Pangkalan (Kabupaten Karawang), Penambangan di Bogor Barat, Gunung Guntur, Kawasan Bandung Utara, dll (http://www.bplhdjabar.go.id) .
Berdasarkan laporan dari Menteri Lingkungan Hidup, pada tahun 2013 terdapat penurunan beban pencemaran limbah sebanyak 0,75% yang bersumber dari usaha kecil, dimana usaha kecil merupakan industri yang memiliki jumlah karyawan 5-19 orang. Usaha kecil tersebut, dapat membantu dalam penurunan angka pencemaran terhadap lingkungan (Kementerian Linkungan Hidup 2012). Berikut ini tabel data penurunan beban pencemaran limbah di Indonesia, yang salah satu sumber penurunan beban pencemarannya melalui bisnis usaha kecil organik/ramah lingkungan seperti di tabel 1.2 .
11 Tabel 1.2 Penurunan Beban Pencemaran
Sumber: Laporan Deputi Menteri Lingkungan Hidup, Bidang pengendalian Pencemaran Lingkungan 2012
Bicara tentang Jawa Barat, wilayah yang menjadi sorotan terhadap pencemaran lingkungan salah satunya yaitu Kabupaten Bandung. Terutama pada daerah Bandung Selatan, seperti Dayeuhkolot Baleendah, Bojongsoang, dan sekitarnya. Dimana sering kita temui diberitakan oleh media massa seperti bencana banjir yang hampir terjadi setiap tahun pada daerah ini. Banyaknya sampah-sampah yang kurang dikelola, menjadikan sampah hanya sebagai limbah yang dibuang sembarangan dan menimbulkan berbagai kerusakan yang merugikan manusia sendiri. Bencana banjir yang sering terjadi di daerah Dayeuhkolot dan tercemarnya sungai Citarum merupakan hal yang harus diperhatikan oleh masyarakat sekitar. Bencana banjir yang terjadi pada wilayah Bandung Selatan ini sebenarnya tidak lepas dari kebiasaan buruk membuang sampah ke sungai. Banyaknya sampah disekitar sungai Citarum di daerah Dayeuhkolot salah bukti buruk nya pengelolaan sungai dan sampah. Selama bertahun-tahun warga di daerah Bandung Selatan terendam banjir, namun tidak meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan (http://daerah.sindonews.com) .
12
Gambar 1.8 Gubernur Jawa Barat memantau sampah sungai di daerah Bojongsoang
Sumber: http://www.aktual.com/gubernur-jabar-tinjau-das-citarum/
Berdasarkan data dari Dispertasih (2015) persentase pelayanan pengangkutan sampah baru mencapai 21% atau kurang lebih terdapat 608.063 jiwa yang sampahnya diangkut petugas kebersihan menuju TPPAS. Pelayanan ini masih belum optimal mengingat belum semua kecamatan terlayani dan dalam satu kecamatan belum semua warga terlayani dan masih ada beberapa lokasi yang mendapat pelayanan pengangkutan sampah 1 minggu sekali. Sementara itu keluarga lain yang belum mendapatkan pelayanan, melakukan pembuangan sampah dengan cara ditimbun, dibakar, dibuang ke kali dan lain-lain. Cara-cara pembuangan tersebut berpotensi mencemari lingkungan baik tanah maupun air. (SLHD Kabupaten Bandung 2015).
13 Gambar 1.9 Peta Pelayanan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Bandung
Sumber : SLHD Kabupaten Bandung 2015
Saat ini pemerintah Kabupaten Bandung sedang mengupayakan terciptanya lingkungan hidup yang lebih baik, hal ini melihat terjadi peningkatan aktifitas ekonomi. Seperti yang disampaikan pada Status Laporan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bandung 2015 oleh BPLH Kabupaten Bandung bahwa terjadi pergeseran pendapatan bruto Kabupaten Bandung. Dimana sebelumnya didominasi oleh sektor industri, namun saat ini telah bergeser ke sektor perdagangan, hotel dan restoran. (SLHD Kabupaten Bandung 2015). Hal tersebut mendorong pemerintah Kabupaten Bandung untuk mempersiapkan konsep pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di Kabupaten Bandung. Salah satu upaya mewujudkan hal tersebut dengan perancangan green economy Kabupaten Bandung tahun 2014 (Perancangan Green Economy Kabupaten Bandung, 2014). Menurut Surna Tjahja Djajadiningrat et al (2011) bahwa green economy atau ekonomi hijau adalah suatu paradigma pembangunan yang didasarkan kepada efisiensi pemanfaatan sumber
14
daya (resources efficiency), pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan (sustainable consumption and production pattern) serta internalisasi biaya-biaya lingkungan dan sosial (internalization the externalities) (Ekonomi Hijau, 2011).
Dari data pengelolaan sampah yang buruk dan fakta tentang jumlah sampah di atas,menimbulkan adanya keprihatinan masyarakat akan lingkungan hidup yang semakin lama semakin dipenuhi dengan sampah. Maka dari itu, masalah ini mendorong beberapa orang untuk melakukan perubahan terkait dengan masalah sampah yang ada di wilayah Kabupaten Bandung, contohnya seperti Pak John Sumual dan Bu Fifi Raharja yang mencoba untuk mengurangi sampah dan kemiskinan melalui bank sampah. Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah yang mengadopsi konsep manajemen perbankan (Wikipedia, 2016). Bapak John dan Ibu Fifi juga merupakan pendiri sekaligus penggagas dari Bank Sampah Bersinar atau BSB, yang terletak di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Bapak John disini berposisi sebagai Direktur di BSB dan Ketua Yayasan Matahari Tama yang menaungi Bank Sampah Bersinar, dan Ibu Fifi berposisi sebagai penasehat BSB.
Saat ini Bank Sampah Bersinar yang dipimpin oleh Bapak John Sumual sudah memiliki ± 4000 nasabah dan terus bertambah setiap bulannya. Padahal bank sampah ini belum genap 2 tahun sejak pertama diresmikan pada bulan September 2014. Bank sampah yang mereka bangun tersebut telah membantu banyak pihak dalam menekan jumlah sampah, khususnya limbah sampah rumah tangga. Dari hasil upaya nya dalam membangun Bank Sampah Bersinar, Pak Jhon sering di undangan oleh pemerintah Kabupaten Bandung maupun pihak umum untuk menjadi narasumber terkait pengolahan sampah, eco-village, dan kegiatan bertema perbaikan lingkungan lainnya. Konsistensi Bapak John dan Bu Fifi dalam mengatasi masalah sampah ini disambut baik oleh pemerintah daerah Kabupaten Bandung. Setelah mereka diusung oleh pemerintah Kabupaten Bandung untuk menjadi bank sampah induk di Kabupaten Bandung (wawancara dengan Yuyun Nurhayati, 6 Juni 2016) dan menjadi indikator penilaian Adipura 2016 (wawancara dengan Asri, 6 Juni 2016).
15 Bank Sampah Bersinar yang didirkan oleh Pak Jhon dan Bu Fifi ini menyediakan pengelolaan simpanan nasabah seperti bank-bank konvensional pada umumnya, dimana ada nomor rekening, nasabah, proses menabung, pengambilan hasil tabungan, dan ada buku tabungan sampah (http://wismaputratile.blogspot.co.id) . Upaya yang dilakukan oleh Pak Jhon dan Bu Fifi disini sebagai entrepreneur yang peduli lingkungan berkaitan dengan apa yang disampaikan oleh Ciputra. Beliau menyampaikan bahwa seorang entrepreneur harus memiliki upaya prosperity atau kemakmuran dalam perjalanannya. Entrepreneur harus bisa membuat lingkungan menjadi lebih baik. Pro-prosperity dan pro-environment menjadi aspek yang harus dibangun pengusaha untuk menjadi nilai tambah dan keberlangsungan lingkungan agar lebih baik. Ini menjadi nilai tambah yang bisa dibawa untuk bisa bersaing di dunia bisnis. (http://news.okezone.com)
Dalam menghadapi tantangan di wilayah Kabupaten Bandung terhadap dampak pencemaran lingkungan akibat sampah, maka diperlukan sosok seperti Pak Jhon dan Ibu Fifi sebagai ecopreneur. Ecopreneur adalah wirausaha/pengusaha yang menciptakan dan menjual produk ramah lingkungan atau jasa termasuk makanan organik, upaya daur ulang, atau konstruksi hijau (http://www.businessdictionary.com/definition/ecopreneur.html) . Ecopreneurship memberikan peluang untuk memenuhi agenda pembangunan nasional yang ditargetkan yaitu pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut penelitian yang dilakukan Kirkwood dan Walton (2010: 215), terdapat lima faktor motivasi ecopreneurship yaitu green values, gap in the market, making a living, be their own boss dan passion. Faktor-faktor motivasi tersebut yang akan penulis uji dalam penelitian ini.
Melihat kondisi dan fakta tersebut, perlu adanya suatu kajian lebih lanjut untuk mengetahui dorongan dan motivasi apa yang dimiliki oleh pelaku BSB yaitu Pak Jhon dan Bu Fifi dalam menjalankan usaha mereka dengan mengusung sistem ramah lingkungan yang berbasis ecopreneurship. Dengan pertimbangan tersebut maka dalam penelitian ini, penulis mengambil judul “ANALISIS MOTIVASI ECOPRENEUR DALAM MEWUJUDKAN GREEN ECONOMY DI
16
WILAYAH KABUPATEN BANDUNG (STUDI KASUS BANK SAMPAH BERSINAR)”.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, diketahui bahwa pencemaran air dan udara banyak disebabkan karena limbah industri. Kemudian jumlah sampah yang dapat tertangani oleh pemerintah masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah total sampah yang dihasilkan perhari. Namun di samping itu, terdapat juga beberapa masyarakat yang memperhatikan dampak pencemaran di lingkungan mereka. Para penggiat lingkungan ini perlu di dorong secara kuantitas agar sampah yang terdekat dari mereka bisa terkelola secara mandiri. Namun jika kita lihat angka nya hanya masih sangat kecil dibandingkan dengan pertumbuhan sampah yang tiap tahun semakin bertambah seiring dengan bertambah pula populasi penduduk.
Kehadiran ecopreneurs di sini sangat diperlukan untuk mendukung meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan sosial, dan membantu mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Namun jumlah ecopreneurs saat ini tidak sebanding dengan pertumbuhan kerusakan lingkungan. Untuk itu perlunya penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memotivasi pelaku bisnis pada pelaku BSB dalam mengembangkan bisnisnya yang dapat menginspirasi serta mendorong pertumbuhan bisnis berbasis ramah lingkungan lainnya yang menjanjikan dalam sisi bisnis serta mewujudkan green economy daerah tersebut.
1.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan dari perumusan masalah, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan green value terhadap pelaku bisnis ecopreneur pada Bank Sampah Bersinar?
2. Bagaimana pemahaman pelaku bisnis ecopreneur pada Bank Sampah Bersinar terhadap gap in market?
17 3. Bagaimana penerapan make a living terhadap pelaku bisnis ecopreneur pada
Bank Sampah Bersinar?
4. Bagaimana pemahaman pelaku bisnis ecopreneur pada Bank Sampah Bersinar terhadap be own boss?
5. Bagaimana pemahaman pelaku bisnis ecopreneur pada Bank Sampah Bersinar terhadap passion?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini berdasarkan dari perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan green value oleh pelaku bisnis ecopreneur pada Bank Sampah Bersinar
2. Untuk mengetahui pemahaman pelaku bisnis ecopreneur pada Bank Sampah Bersinar terhadap gap in market
3. Untuk mengetahui penerapan make a living oleh pelaku bisnis ecopreneur pada Bank Sampah Bersinar
4. Untuk mengetahui pemahaman pelaku bisnis ecopreneur pada Bank Sampah Bersinar terhadap be own boss
5. Untuk mengetahui pemahaman pelaku bisnis ecopreneur pada Bank Sampah Bersinar tentang passion
18
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun secara khusus manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegunaan Praktis
Dapat dijadikan referensi untuk pengambilan keputusan oleh pihak manajemen Bank Sampah Sampah Bersinar untuk menjadikan BSB lebih baik.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan kepada pemerintah daerah agar konsep manajemen bank sampah dapat diterapkan atau direplikasi di daerah mereka.
Dapat mendorong munculnya ecopreneur baru yang dapat membantu penurunan dampak pencemaran lingkungan.
2. Kegunaan Teoritis
Untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu tentang Entrepreneurship dan Ecopreneurship yang selama ini didapat pada perkuliahan serta membandingkannya dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
3. Kegunaan Akademis
Diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain yang ingin menggunakannya sebagai bahan pertimbangan atau referensi dalam kegiatan penelitian atau karya ilmiah yang lain.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pelaku ecopreneur di Bank Sampah Bersinar di daerah Baleendah, Kabupaten Bandung untuk menganalisis faktor motivasi ecopreneur dalam mewujudkan green economy.
1.7.2 Batasan Responden
Penelitian ini mempunyai target responden yaitu pelaku ecoprenuer dari Bank Sampah Bersinar.
19 1.7.3 Periode Penelitian
Periode penelitian ini terdapat dua tahap yaitu pengumpulan data dan analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada koresponden. Lalu setelah data terkumpul akan dilakukan analisis data. Berikut adalah rencana penyelesaian penelitian:
Tabel 1.3 Waktu Penelitian
No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni 1 Studi Pustaka 2 Studi Pendahuluan 3 Penelitian Lapangan 4 Pengolahan Data 5 Penyusunan Laporan
1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami materi yang terdapat dalam skripsi, maka penulisan skripsi disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas tentang tinjauan objek studi, latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penelitian terdahulu, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai cara pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data yang telah melalui proses pengolahan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyajikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan menyajikan saran atau rekomendasi berdasarkan hasil dari penelitian.