• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab II ini menjelaskan beberapa konsep atau teori yang berkaitan dengan penelitian tentang kemampuan menguasai bahan ajar dalam upaya pelaksanaan kompetensi profesional di kalangan guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga.

A. Profesionalisme Guru

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin ditekuni atau akan ditekuni oleh seseorang. Sehubungan dengan itu yang dimaksud dengan profesional dalam kaitannya dengan pendidikan menurut Undang Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah :

“pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.”

Dunia pendidikan tidak bisa lepas dari peran seorang guru yang memegang peranan penting di dalamnya demi tercapaianya tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam Undang Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Dalam Undang Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksudkan dengan seorang guru adalah :

(2)

8

“pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.”

Lebih lanjut Kunandar (2007 : 46) mengartikan suatu profesionalisme guru sebagai“kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan

dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.” Diperlukan adanya upaya upaya

perbaikan bagi seorang guru melalui pengembangan standar kompetensi dan sertifikasi guru untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan serta untuk dapat menjadi seorang guru yang profesional dan berkualitas.

Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas tugas yang ditandai keahlian baik dalam materi maupun metode, selain itu juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Menurut Supriadi dalam Mulyasa (2007 : 11) untuk menjadi guru yang profesional dituntut memiliki minimal lima hal sebagai berikut :

“1) Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya 2) Menguasai secara mendalam bahan / mata pelajaran yang

diajarkannya serta cara mengajarnya kepada peserta didik 3) Bertangung jawab memantau hasil belajar peserta didik

melalui berbagai cara evaluasi

4) Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya

5) Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.”

Dalam Undang Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas seorang guru. Prinsip prinsip tersebut meliputi :

(3)

9

“a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

b) Memilki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaa, dan akhlak mulia

c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas dan bidang

d) Memilki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas

e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan

f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja

g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat

h) Memilki jaminan perlindungan hukum dan melaksanakan tugas keprofesionalan

i) Memiliki organisasai profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.”

Keseluruhan prinsip prinsip profesionalitas guru tersebut merupakan suatu bentuk upaya pemberdayaan serta peningkatan kinerja profesionalisme seorang guru.

Peningkatan profesionalisme guru merupakan upaya untuk membantu guru yang belum memiliki kualifikasi profesional menjadi profesional. Dalam hal ini Pemerintah telah melakukan upaya diantaranya melalui sertifikasi dan diuji kompetensi secara berkala agar kinerjanya terus meningkat dan tetap memenuhi syarat profesional. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial maupun akademis. B. Kompetensi Guru

Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional. Guru yang profesional dapat tercermin dalam pelaksanaan

(4)

10

kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi secara pribadi, sosial, profesional maupun yang bersifat akademis. Kompetensi dalam Undang Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diartikan sebagai :

“seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas-tugas keprofesionalan.”

Sehubungan dengan itu menurut Wina Sanjaya (2006 : 145) kompetensi diartikan sebagai“penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan

(rasional) dalam upaya mencapai tujuan.” Sementara itu Balitbang Depdiknas

merumuskan kompetensi yang menyatakan bahwa:

“Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus-menerus memungkinkan seseorangmenjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan nilai dasar untuk melakukan sesuatu.“

Berdasarkan keseluruhan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah seperangkat kemampuan, ketrampilan dan nilai dasar seorang guru di dalam guru melaksanakan tugasnya dalam rangka mencapai suatu tujuan pendidikan.

Kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dan superior dalam suatu pekerjaaan atau situasi. Karakteristik kompetensi yang berhubungan dengan kinerja efektif menurut Hamzah B. Uno (2008 : 79) adalah sebagai berikut :

“1)Motif adalah suatu yang orang pikirkan dan inginkan yang menyebabkan sesuatu.

2) Sifat adalah karekteristik fisik, tanggapan, konsistensi terhadap situasi atau informasi.

(5)

11

4) Pengetahuan adalah informasi yang seseorang miliki dalambidangtertentu.

5) Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan tugas – tugas yang berkaitan fisik dan mental.”

Karakteristik kompetensi guru merupakan suatu bentuk kualitatif dari perilaku guru atau tenaga kependidikan, yang berarti perilaku disini menunjuk bukan hanya pada perilaku nyata tetapi juga memilki hal-hal yang bersifat abstrak atau tidak tampak. Tugas dan tanggung jawab profesi seorang guru berbeda dengan profesi lainnya, tugas dan tanggung jawab tersebut erat kaitannya dengan kemampuan yang harus dimilki untuk mengembangkan profesi menjadi seorang guru. Kemampuan yang dimaksudkan adalah kompetensi guru.

Menurut Jamal M. Asmani (2009 : 37) kompetensi guru adalah“kesesuaian antara kemampuan, kecakapan dan kepribadian guru dengan

sikap dan tindakannya sebagai guru atau kemampuan yang mumpuni dalam melaksanakan tugas berkaitan dengan aktifitas-aktiftas yang menjadi tanggung jawab sebagai guru”. Aktifitas -aktifitas tersebut dapat tercermin dalam perilaku

kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki oleh seorang guru. Lebih lanjut Bloom dalam Musnar Muslik (2007 : 16) mengalisis perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik mempunyai domain (ranah / kawasan) dimana setiap domain tersebut dibagi kembali dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Analisis kompetensi menurut Taksonomi Bloom dalam Musnar Muslik (2007:16) meliputi :

“1) Kompetensi Kognitif, yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan ketrampilan belajar.

(6)

12

2) Kompetensi Afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

3) Kompetensi Psikomotor, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek ketrampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan mesin.”

Kategori dalam kompetensi kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir, yang mencakup kemampuan intelektual, mulai dari mengingat sampai dengan kemampuan memecahkan masalah. Kompetensi afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Kemampuan afektif bertolak pada yang paling sederhana,yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai yang kompleks yang merupakan faktor internal individu. Kompetensi psikomotor berkaitan dengan ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otak.

Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam dunia pendidikan menuntut peningkatan kualitas guru yang berbasis kompetensi. Kompetensi dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Menurut Hamzah B.Uno (2007 : 112) kemampuan dasar profesional guru dalam proses pembelajaran meliputi :

“1) Kemampuan menguasai bahan bidang studi. 2) Kemampuan merencanakan program pengajaran. 3) Kemampuan melaksanakan program pembelajaran.”

1. Standar Kompetensi Guru

Terwujudnya keberhasilan pendidikan secara keseluruhan, khususnya pencapaian keberhasilan peserta didik yang telah ditetapkan dalam Standar

(7)

13

Kompetensi Lulusan (SKL) diperlukan Guru yang mempunyai standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.16 Tahun 2007. Menurut Mulyasa (2010 : 79) standar kompetensi guru adalah:

“suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk memduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan”

Standar kompetensi guru menurut Endang Kandar bertujuan untuk

”memperoleh acuan buku dalam pengukuran kinerja guru untuk mendapat jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran”(endang965.wordpress.com). Kualitas seorang guru dapat dilihat

dari kompetensi yang dimilki guru tersebut. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2007 ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, kompetensi tersebut ialah ”kompetensi paedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.”

Dalam Undang Undang No.14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa :

“1)Kompetensi Pedagogik, berupa dalam mengelola interaksi pembelajaran yang meliputi pemahaman dan pengembangan potensipeserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta sistem evaluasi pembelajaran.

2) Kompetensi Kepribadian, berupa kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa yang meliputi kemantapan pribadi dan akhlak mulia, kedewasaan dan kearifan, materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi penguasaan matei keilmuan, penguasaan kurikulum dan silabus sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi serta pengembangan wawasan etika dan pengembangan profesi.

3) Kompetensi Profesional, berupa mengasai materi, struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.Menguasai standar kompetensi, mengembangkan materi pembelajaran, mengembangkan keprofesionalan secara

(8)

14

keberlanjutan dan memanfaatkan teknologiinformasi untuk mengembangkan diri.

4) Kompetensi Sosial,berupa kemapuan yang dimiliki seorang pendidik untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali murid dan masyarakat sekitar”

Kompetensi inilah yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk menjadi seorang guru yang profesional.

Setiap kompetensi dijabarkan lagi kedalam suatu kompetensi inti guru. Penjabaran ini untuk memperjelas standar kompetensi guru mata pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, seperti yang tertuang pada tabel 2.1.

“Tabel 2.1. Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK

No Kompetensi Kompetensi Inti Guru

1 Kompetensi

Pedagogik

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

4. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7. Berkomonikasi secara efektif, dan santun dengan peserta didik.

(9)

15

dan hasil belajar

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

10. Melakukan tindakan efektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

2 Kompetesi Kepribadian

11. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

12. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

13. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

14. Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

15. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3 Kompetensi

Sosial

16. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

17. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

18. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

19. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional

20. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

21. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu.

22. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

23. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

24. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.”

Sumber: Indonesia, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. No 16 Tahun 2007 dalam Undang-undang Guru dan Dosen. UU RI No. 14 Tahun 2005. Sinar Grafika, Jakarta,hlm. 147-153.

(10)

16

24 kompetensi inti guru tersebut merupakan penjabaran dari empat standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Penjabaran ini juga digunakan oleh guru untuk memahami standar kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri. Dari keempat kompetensi guru tersebut kompetensi yang cukup penting tanpa mengesampingkan kompetensi kompetensi yang lain adalah kompetensi profesional, di karenakan kompetensi ini berkaitan langsung dengan tugas mengajar seorang guru

2. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang berkaitan dengan tugas mengajar seorang guru. Dalam Undang Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen kompetensi profesional adalah ”kemampuan penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam”. Kompetensi profesional ini disusun untuk

membantu guru melakukan tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan oleh guru agar dapat mengajar dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional ini terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam mengajar agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.16 Tahun 2007 dalam Undang Undang tentang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 terdapat lima kompetensi inti guru yang harus dikuasai oleh guru dalam kaitannya dengan kompetensi profesional.

”Lima kompetensi inti guru tersebut adalah:

1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

(11)

17

2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu.

3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri”

Lima kompetensi inti guru ini harus benar-benar dikuasai oleh seorang guru untuk memberikan arah bagi guru di dalam mengajar secara baik dan benar.

Secara umum kompetensi pofesional Menurut Mulyasa (2007 : 135) dapat diidentifikasi dan disarikan berdasarkan ruang lingkup kompetensi profesional guru yang meliputi :

”1)Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis dan sebagainya

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik

3) Mampu menangani dan mengembangka bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya

4) Mengerti dan dapat menerapkan materi pembelajaran yang bervariasi

5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, mediadan sumber belajar yang relevan

6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran.”

Mulyasa (2007 : 136) juga menjabarkan kompetensi profesional secara lebih khusus. Penjabaran tersebut meliputi :

”1)Memahami Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi : a) Standar Isi

b) Standar Proses

c) Standar Kompetensi Lulusan

d) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan e) Standar Sarana dan Prasarana

f) Standar Pembiayaan

g) Standar Penilaian Pendidikan

2) Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang meliputi :

(12)

18

a) Memahami Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar b) Mengembangkan Silabus

c) Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran d) Melaksanakan pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik e) Menilai hasil belajar

f) Menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan zaman

3) Menguasai materi standar, yang meliputi : a) Menguasai bahan pembelajaran b) Menguasai bahan pendalaman

4) Mengelola Program Pembelajaran, yang meliputi : a) Merumuskan Tujuan pembelajaran

b) Menjabarkan Kompetensi Dasar

c) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran d) Memilih dan menyusun prsedur pembelajaran e) Melaksanakan pembelajaran

5) Mengelola kelas, yang meliputi :

a) Mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran b) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif

6) Menggunakan media dan sumber pembelajaran, yang meliputi: a) Memilih dan menggunakan media pembelajaran

b) Membuat alat alat pembelajaran

c) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka pembelajaran

d) Menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran e) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar 7) Menguasai landasan landasan kependidikan, yang meliputi :

a) Landasan Filosofis b) Landasan Psikologis c) Landasan Sosiologis

8) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, yang meliputi:

a) Memahami fungsi pengembangan peserta didik b) Mengadakan eksrakurikuler dalam rangka

pengembangan peserta didik

c) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam rangka pengembangan peserta didik

9) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, yang meliputi :

a) Memahami penyelenggaraan administrasi sekolah b) Menyelenggarakan administrasi sekolah

10) Memahami penelitian dalam pembelajaran, yang meliputi : a) Mengembangkan rancangan penelitian

(13)

19

c) Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

11) Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran

a) Memberikan cotoh perilaku keteladanan

b) Mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran 12) Mengembangkan konsep teori dan konsep dasar kependidikan

a) Mengembangkan teori teori kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik

b) Mengembangkan konsep konsep dasar yang relevan dengan kebutuhan peserta didik.”

Dengan memahami uraian tersebut, nampak bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utama seorang guru dalam mengajar. Adanya komponen komponen kompetensi profesional yang menunjukkan kualitas mengajar akan lebih memudahkan para guru untuk terus meningkatkan kualitas mengajarnya. Hal ini berarti bahwa setiap guru memungkinkan untuk dapat memiliki kompetensi mengajar secara baik dan menjadi seorang guru yang bermutu.

Salah satu kompetensi inti profesional seorang guru yang telah dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.16 Tahun 2007 adalah ”menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu”. Setiap kompetensi inti guru,

dijabarkan pula sub kompetensi guru mata pelajaran. Dalam upaya untuk menguasai materi, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, terdapat duasub kompetensi guru mata pelajaran yaitu :

”1) Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah 2) Menguasai bahan pendalaman (pengayaan)”

Penguasaan bahan bidang studi dan kurikulum sekolah, serta penguasaan bahan pendalaman sangat menentukan terhadap materi yang akan diajarkan

(14)

20

kepada peserta didik. Selain itu penguasaan bahan bidang studi dan kurikulum sekolah juga bahan pendalaman juga sangat penting karena digunakan oleh guru di dalam menentukan bahan ajar yang akan yang akan diajarkan. Cara menentukan atau memilih bahan ajar semuanya telah terangkum jelas dan diatur dalam sebuah kurikulum.

C. Kurikulum

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang mempunyai peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga dapat memperjelas arah pendidikan akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan, serta isi yang harus dipelajari. Sedangkan pengajaran adalah proses yang terjadi dalam interaksi belajar dan mengajar antara guru dan siswa. Posisi kurikulum dan pengajaran memiliki keterkaitan yang sangat erat.

Menurut Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang Standar Pendidikan Nasional Pendidikan (SPN), Kurikulum adalah ”seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu." Bahan pelajaran itu sendiri adalah susunan dan bahan

(15)

21

bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Lebih lanjut Wina Sanjaya (2008 : 9) mengartikan Kurikulum sebagai :

”sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategidan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.”

Dalam sebuah kurikulum terdapat komponen komponen yang saling terkait. Menurut M. Joko Susilo (2007 : 88) terdapat empat komponen dalam sebuah kurikulum yang meliputi : ”tujuan kurikulum, bahan pelajaran, proses

belajar mengajar, evaluasi dan penilaian.” Tujuan kurikulum bertalian erat

dengan bahan pelajaran, proses belajar mengajar dan penilaian yang artinya tujuan yang berlainan, kognitif, dan atau psikomotorik akan mempunyai bahan ajar yang berlainan, proes belajar mengajar yang berlainan dan harus dinilai dengan cara yang lain pula. M. Joko Susilo (2007 : 92) juga menjelaskan bahwa dalam pengembangan kurikulum :

”secara teoritis biasanya dimulai dengan merumuskan tujuan kurikulum, diikuti oleh penentuan atau pemilihan bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan alat penilaiannya.”

Keterkaitan komponen komponen dalam pengembangan kurikulum tersebut dapat digambarkan pada Gambar 2.1.

(16)

22

Gambar 2.1 Skema Keterkaitan Komponen Kurikulum Dalam Pengembangan Kurikulum

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.

Dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah

”kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing masing satuan pendidikan.” Dengan demikian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) merupakan suatu paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas kepada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan

Merumuskan Tujuan Kurikulum

Membuat Alat

Penilaian Memilih Bahan

Pelajaran

Menentukan PBM

(17)

23

masyarakat dalam rangka mengefekifkan proses belajar mengajar di sekolah. Pada sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekolah memiliki full

authority and responsibility dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran

sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan. Mulyasa (2010 : 21) mengatakan :

”untuk mewujudkan visi,misi, dan tujuan tersebut , sekolah dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah.”

Standar kompetensi dikembangkan dengan menganalisis struktur keilmuan suatu bidang studi, perkembangan psikologis siswa dan kebutuhan masyarakat. Standar kompetensi harus dikuasai oleh guru agar lebih memudahkan bagi guru tersebut dalam menentukan materi ajar, alokasi waktu, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar yang nantinya akan tertuang dalam silabus dan rencana pembelajaran.

Jadi penguasaan standar kompetensi mata pelajaran yang diampu oleh seorang guru yang berkompeten dapat menentukan arah pengembangan-pengembangan peserta didik, melalui materi pelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajaran tersebut.

D. Materi Pembelajaran

Perancangan materi pembelajaran menjadi kunci keberhasilan bagi guru dalam proses belajar mengajar. Dalam penyusunan program pengajaran, terdapat

(18)

24

komponen komponen penting yang perlu diperhatikan. Menurut Moh.Uzer Usman (2002 : 50) :

”Komponen komponen tersebut meliputi : 1) Penguasaan materi pelajaran 2) Analisis materi pelajaran 3) Program tahunan

4) Program satuan pelajaran / persiapan mengajar 5) Rencana Pengajaran”

Adapun beberapa alternatif Menurut Moh.Uzer Usman dalam upaya meningkatkan penguasaan materi bagi guru, antara lain :

“1)Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pendalaman materi dari guru , oleh guru, dan untuk guru 2) Melalui buku sumber yang tersedia atau kegiatan mandiri 3) Melalui ahli / ilmuwan yang bersangkutan

4) Melalui pendidikan khusus.”

Kelima komponen tersebut merupakan perangkat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang harus dibuat oleh setiap guru sebelum mengajar.

Menurut Hamzah B. Uno (2007 : 8) secara umum mengemukakan materi pembelajaran adalah “pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai

peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.”

Lebih lanjut menurut Depdiknas (2007 : 193) dalam Panduan Lengkap Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari:

“pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), ketrampilan, dan sikap atau nilai.”

(19)

25

Penguasaan bidang studi atau bahan ajar oleh guru akan sangat membantu guru tersebut dalam mengajar. Mengajar pada prinsipnya adalah ”membimbing

siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang merupakan suatu usaha mengorganisasikan lingkungan anak didik dan bahan pengajaran, sehingga terjadi proses belajar mengajar.”(wawan-junaidi.blogspot.com). Hal ini berarti

bahwa bahan pengajaran merupakan suatu komponen penting dalam suatu proses belajar mengajar sehingga wajib bagi seorang guru untuk dapat menguasai bahan ajar yang akan diajarkannya.

Penguasaan bidang studi atau bahan ajar akan tampak dalam perilaku nyata ketika guru tersebut mengajar. Perilaku nyata yang dimaksud adalah perilaku di dalam guru menjelaskan bahan ajar dan mengorganisasikan bahan ajar. Semakin baik kemampuan guru di dalam penguasaan bahan ajar semakin baik pula guru tersebut di dalam menjelaskan dan mengorganisasikan bahan ajar.

Suatu materi pembelajaran memuat pesan atau isi mata pelajaran yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah atau teori yang tercakup dalam mata pelatihan sesuai disiplin ilmu serta informasi lain dalam pembelajaran. Atas dasar batasan itulah Oemar Hamalik (2001 : 139) menjelaskan bahwa :

”bahan pengajaran merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar, yang menempati kedudukan yang menentukan keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan pengajaran serta menentukan kegiatan-kegaiatan belajar mengajar.”

Materi pembelajaran dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan tersebut berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan metode pembelajarannya.

(20)

26

Materi pembelajaran perlu dipilih dengan tepat agar seoptimal mungkin membantu siswa dalam mencapai Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar. Sejalan dengan aspek Standar Kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi aspek kognitif, afektif dan psikomorik. Depdiknas (2007 : 195) dalam Panduan Lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa ”materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat

dibagi menjadi empat jenis, yaitu : fakta, konsep, prinsip, dan prinsip.”

Rincian jenis materi tersebut dijelaskan oleh Hamzah B.Uno (2007 : 5) sebagai berikut :

“1).Fakta, adalah segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya.

2) Konsep, adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakekat, inti /isi dan sebagainya.

3) Prosedur, adalah meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.

4) Prinsip, adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.”

Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan

(21)

27

kompetensi dasar, serta tercapainya indikator. Menurut Depdiknas (2007 : 193) dalam Panduan Lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah ”jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan (treatment) terhadap materi

pembelajaran tersebut.” Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna

dan berhasil guna, dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut.

Materi pembelajaran yang baik didasarkan pada prinsip pemilihan materi pembelajaran yang tepat. Adapun prinsip pemilihan materi pembelajaran menurut Depdiknas (2007 : 195) dalam Panduan Lengkap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu:

”1) Relevansi (kesesuaian). Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapainan standar kompetensi dan pencapaian kompetensi dasar. Jika kompetensi / kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.

2) Konsistensi (keajegan). Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

3) Adeguacy (kecukupan). Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang- buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.”

(22)

28

Materi pembelajaran harusnya dapat mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit siswa dalam memahami materi pembelajaran yang sedang dipelajari. Materi pembelajaran harus memenuhi kriteria sebagai berikut, yaitu:

”1) Sesuai dengan topik yang dibahas

2) Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang di bahas;

3) Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana, sistematis, sehingga mudah difahami;

4) Jika perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk lebih mempermudah memahami isinya;

5) Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu oleh siswa;

6) Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa”

(awan965.wordpress.com)

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Wiwid Kemukus dengan judul penguasaan kompetensi profesional mata pelajaran IPS Terpadu oleh guru di SMP Negeri di Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan kompetensi profesional mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu oleh guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu di SMP Negeri di Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Populasi penelitian ini adalah semua guru IPS Terpadu di SMP Negeri Kecamatan Boyolali yang berjumlah 26 orang. Sampel penelitian ini sama dengan populasi yang berjumlah 26 orang guru IPS Terpadu, hal ini dikarenakan jumlah populasi yang sedikit. Instrumen pengumpulan data menggunakan wawancara.

(23)

29

Tekhnik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis deskriptif kuantitatif menunjukan bahwa

1. Sebanyak 19,2% dari jumlah responden guru IPS Terpadu di SMP Kecamatan Boyolali telah menguasai standar kompetensi

2. Sebanyak 19,2% dari jumlah responden guru IPS Terpadu di SMP Kecamatan Boyolali telah menguasai kompetensi dasar

3. Sebanyak 61,5 % dari jumlah responden guru IPS Terpadu di SMP Kecamatan Boyolali telah menguasai indikator pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kuantitatif pada penguasaan standar kompetensi, kompetensi profesional, dan indikator pembelajaran dapat disimpulkan bahwa sebanyak 26,9% guru IPS Terpadu di SMP Negeri Kecamatan Boyolali telah menguasai kompetensi profesional dan sebanyak 73,1% guru IPS Terpadu di SMP Negeri Kecamatan Boyolali belum menguasai kompetensi profesional.

F. Kerangka Penelitian

Kerangka dasar pemikiran dalam sebuah penelitian sangat penting karena menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2010 : 91)”berguna untuk menjelaskan

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.” Gambaran kerangka dasar pemikiran dalam

penelitian ini sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.16 Tahun 2007 dalam Undang Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa salah satu kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah”menguasai materi, struktur, konsep, dan

(24)

30

pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.” Menurut

Kunandar (2007 : 63) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, tercermin dalam sub kompetensi profesional guru meliputi ”kemampuan menguasai bahan bidang studi dan

kurikulum sekolah juga kemampuan menguasai bahan pendalaman (pengayaan).”

Penguasaan materi bidang studi merupakan kompetensi pertama yang harus dimiliki guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga sebagai dasar menguasai bahan ajar disamping menguasai kurikulum sekolah dan juga menguasai bahan pendalaman. Bahan bidang studi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga terdiri dari pokok pokok bahasan atau materi-materi pelajaran yang disajikan setiap kali tatap muka dikelas. Pokok bahasan dirinci lagi menjadi sub pokok bahasan sebagai materi pembelajaran. Pada kenyataannya sebagian besar guru di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 yang mengajar tidak mengajarkan bahan bidang studi melainkan mengajarkan bidang studi atau materi pembelajaran. Disamping itu guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga sebagai agen pendidik dan agen pembelajaran dituntut untuk mampu menguasai kurikulum bidang studi. Menguasai kurikulum bidang studi berarti dapat merumuskan standar kompetensi bidang studi, dapat menentukan kompetensi dasar, memilih materi pokok, mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi yang tepat, dapat melakukan penilaian, sesuai alokasi waktu, dan mampu memanfaatkan sumber dan alat pembelajaran

(25)

31

Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga dalam kaitannya dengan penguasaan kompetensi profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pokok saja akan tetapi juga dituntut untuk menguasai bahan pendalaman yang relevan dengan bidang studi atau dalam kehidupan sehari hari. Guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga dituntut untuk tidak hanya bisa mengajarkan konsep, struktur dan metode keilmuan yang menaungi materi pembelajaran, tapi juga dapat menerapkan konsep konsep keilmuan dalam kehidupan sehari hari yang kemudian dapat memberikan contoh kepada siswanya. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas nampaklah kemampuan menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah juga kemampuan menguasai bahan pendalaman menjadi hal yang cukup mendasar bagi guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga di dalam upaya menguasai bahan ajar serta dalam kaitannya dengan pelaksanaan kompetensi profesional seorang guru.

Kemampuan menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah juga kemampuan menguasai bahan pendalaman digunakan bagi guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga sebagai landasan di dalam menguasai bahan ajar serta dalam upaya pelaksanaan kompetensi profesional seorang guru. Mengacu pada Peraturan Menteri pendidikan Nasional (Permendiknas) No.16 Tahun 2007 dalam Undang Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang berkaitan dengan kompetensi inti profesional seorang guru, menyatakan bahwa seorang guru harus mampu ”menguasai materi, struktur, konsep, dan pola

pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.” Berdasarkan

(26)

32

mampu menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah juga mampu menguasai bahan pendalaman, maka guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Salatiga tersebut dapat dikatakan mampu menguasai bahan ajar dan juga mampu melaksanakan kompetensi profesional seperti yang telah ditentukan..

Gambar 2.2. Kerangka Penelitian

Keterangan :

Y : Kemampuan Menguasai Bahan Ajar

Y1: Kemampuan Menguasai Bahan Bidang Studi dan Kurikulum Sekolah Y2 : Kemampuan Menguasai Bahan Pendalaman

Y

Gambar

Gambar 2.1 Skema Keterkaitan Komponen Kurikulum Dalam   Pengembangan Kurikulum

Referensi

Dokumen terkait

Website SLB N Salatiga ini telah berhasil dibuat dengan menggunakan apliksi CMS Wordpress.Pada website ini terdapat informasi info sekolah, profil sekolah, fasilitas, strategi,

Warna kain hasil pencelupan ekstrak warna biji alpukat memberikan perubahan warna pada kain yang cukup signifikan pada setiap menitnya, membuat hasil akhir kain menjadi gelap

Group efficacy tinggi berarti setiap individu selalu bertindak yang dapat meberikan keuntungan yang positif bagi kelompok dan seriap individu memliki kepercayaan

[r]

Pada industri kerajinan di Kasongan, pemimpin perusahaan dapat memilih diantara enam karakteristik dimensi budaya perusahaan tersebut dalam menjalankan perusahaan sesuai

Dengan merestrukturisasi keduanya menjadi entitas anak terkendali yang dimiliki secara langsung oleh Perseroan, maka pembinaan dan dukungan yang diperlukan dapat diberikan langsung

Hasil penelitian ditemukan bahwa 9 subjek penelitian mengalami PTO yang secara keseluruhan berupa masalah terkait efektivitas terapi (100%) terjadi akibat adanya kombinasi

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis penggunaan bahan ajar sejarah Indonesia yang digunakan di SMA Negeri 1 Surakarta, (2) Mendeskripsikan prosedur