• Tidak ada hasil yang ditemukan

KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FIB USU MENGACU KKNI DAN SNDIKTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FIB USU MENGACU KKNI DAN SNDIKTI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

1

KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI MAGISTER

PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FIB USU MENGACU KKNI

DAN SNDIKTI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI,

DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

(2)

2

KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI PROGRAM STUDI

MAGISTER PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

FIB USU MENGACU KKNI DAN SNDIKTI

Disusun oleh:

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.

Dra. Torang Naiborhu. M.Hum.

Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Ph.D..

Drs. Fadlin, M.A.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI MAGISTER

PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI

MEDAN

2017

Penerbit:

Bartong Jaya

(3)

iii

Bartong Jaya

Art Design, Publishing & Printing

Jalan Pelajar, Gang Buku, No. 19,

Medan, Indonesia

Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737

Kunjungi kami di:

http://www.bartongjaya.com

Terbitan Pertama 2017

© Bartong Jaya 2017

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperba-nyak, menyalin, merekam

sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis

dari penerbit.

ISBN: 979 764 733 7

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Kurikulum Pendidikan Tinggi Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni

FIB USU Mengacu KKNI dan SNDIKTI/ Takari, Torang, Kumalo, Fadlin,—Medan:

Bartong Jaya, 2017

vii, 86 p. ; ilus. ; 22 cm

Bibliografi

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala limpah

karunia dan rahmat-Nya, maka kami dapat menyelesaikan penyusunan Kurikulum

Pendidikan Tinggii Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara (FIB USU) ini, yang berbasis kepada Kerangka Kualifikasi

Nasional Indonesia (KKNI) dan juga Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNDIKTI).

Buku ini disusun sesuai dengan kebijakan Pemerintah Republik Indonesia melalui

Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Buku ini disusun dalam rangka

peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia di era globalisasi, khususnya untuk

kalangan pendidikan tinggi yang berjuang sebagai garda terdepan dalam menghasilkan

lulusan-lulusan yang berkualitas, yang kemudian diakui kemampuannya baik itu

kemampuan terhadap sikap, penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan umum, dan

keterampilan khusus.

Terima kasih yang sebesar-besarnya diucapkan kepada semua unsur pimpinan di

peringkat Universitas Sumatera Utara dan juga di Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah

mengarahkan perancangan kurikulum baru ini, sesuai dengan tuntutnan zaman. Begitu pula

kepada pihak UPP USU yang telah sudi bersusah payah memotivasi dan mengkritisi

rancangan kurikulum ini, terutama sampai dipresentasikan sebanyak dua kali, yang

mencerminkan keperdulian UPP USU terhadap eksistensi semua prodi yang ada di USU

dalam konteks pengembangan pendidikan.

Semoga saja niat baik kita semua mendapat ridha dari Tuhan Yang Maha Esa,

dalam rangka menuju masyarakat kampus USU yang memiliki kemampuan akademik dan

praktik dalam mengemban tugas-tugas yang diberikan negara kepada setiap warganya.

Demikian pula semoga saja USU akan menjadi universitas terdepan di kawasan ini,

sebagai barometer pendidikan dalam konteks globalisasi.

Medan, 20 April 2017

Hormat kami,

Tim Penyusun Kurikulum

Prodi PP Seni FIB USU

(5)

v

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Proses ... 9 1.3 Sosialisasi ... 9

1.4 KKNI dan SNDIKTI untuk Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni ... 10

1.5 Apa Itu Penciptaan dan Pengkajian Seni? ... 13

1.6 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Prodi Penciptaan dan Pengkajian Seni ... 16

1.6.1 Visi ... 16

1.6.2 Misi ... 17

1.6.3 Tujuan ... 18

1.6.4 Sasaran ... 18

1.7 Profil Lulusan ... 18

BAB II: CAPAIAN PEMBELAJARAN ... 21

2.1 Sikap, Keterampilan Umum, Keterampilan Khusus, dan Penguasaaan Terhadap Pengetahuan untuk Empat Profil Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni ... 21

2.1.1 Peneliti Seni Budaya ... 1

2.1.1.1 Sikap Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Pengkaji Seni Budaya ... 19

2.1.1.2 Keterampilan Umum Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Peneliti Seni Budaya ... 20

2.1.1.3 Keterampilan Khusus Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Peneliti Seni Budaya ... 21

2.1.1.4 Penguasaan terhadap Pengetahuan Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Penelitib Seni Budaya... 22

2.1.2 Narasumber Seni Budaya ... 22

2.1.2.1 Sikap Magister Pengkajian dan Penciptaan Seni sebagai Narasumber Seni Budaya ... 22

2.1.2.2 Keterampilan Umum Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Narasumber Seni Budaya ... 23

2.1.2.3 Keterampilan Khusus Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Narasumber Seni Budaya ... 24

2.1.2.4 Penguasaan terhadap Pengetahuan Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Narasumber Seni Budaya ... 24

2.1.3 Konsultan Seni Budaya ... 25

2.1.3.1 Sikap Magister Pengkajian dan Penciptaan Seni sebagai Konsultan Seni Budaya ... 25

2.1.3.2 Keterampilan Umum Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Konsultan Seni Budaya ... 26

2.1.3.3 Keterampilan Khusus Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Konsultan Seni Budaya ... 27

2.1.3.4 Penguasaan terhadap Pengetahuan Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Konsultan Seni Budaya ... 27

2.1.4 Pencipta Seni Budaya ... 28

2.1.4.1 Sikap Magister Pengkajian dan Penciptaan Seni sebagai Pencipta Seni Budaya ... 28

2.1.4.2 Keterampilan Umum Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Pencipta Seni Budaya ... 29

(6)

vi

2.1.4.3 Keterampilan Khusus Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai

Pencipta Seni Budaya ... 30

2.1.4.4 Penguasaan terhadap Pengetahuan Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Pencipta Seni Budaya... 30

BAB III: STRATEGI PEMBELAJARAN DAN SISTEM PENILAIAN ... 75

3.1 Strategi Pembelajaran ... 75

3.2 Sistem Penilaian ... 75

3.3 Bahan Kajaian (Mata Kuliah) ... 76

3.4 Deskripsi Mata Kuliah ... 78

BAB IV: PENUTUP ... 82

(7)

vii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

BAGAN

Bagan 1: Hubungan antara Jenjang Pendidikan Formal, Peningkatan Profesionalitas,

Peningkatan Karakter di Dunia Kerja, dan Pengalaman atau Belajar Mandiri ... 11 Bagan 2: Deskripsi Capaian Pembelajaran dalam KKNI dan SNDIKTI ... 12 Bagan 3: Skema Penyusunan Capaian Pembelajaran... 13 Bagan 4: Ilmu Penciptaan dan Pengkajian Seni dalam Konteks Induk Disiplin-

disiplin Ilmu ... 15 Bagan 5: Disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni dalam Konteks Kebudayaan... 16

TABEL

Tabel 1: Profil Lulusan Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU ... 19 Tabel 2: Profil dan Deskripsi Lulusan ... 19 Tabel 3: Rincian Bahan Kajian dan Tingkat Kedalaman serta Keluasan Bidang Ilmu

Penciptaan dan Pengkajian Seni yang Harus Dikuasai ... 20 Tabel 4: D Sikap, Keterampilan Umum, Keterampilan Khusus, dan Penguasaan

terhadap Pengetahuanuntuk Empat Profil Lulusan Penciptaan dan

Pengkajian Seni FIB USU ... 34 Tabel 5: Matriks Profil dan Capaian Pembelajaran Kurikulum Pendidikan Tinggi Mengacu

KKNI dan SNDIKTI Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU ... 49 Tabel 6: Matriks Metode Pembelajaran dan Aspek Penilaian Prodi Magister Penciptaan dan

Pengkajian Seni FIB USU... 74 Tabel 7: Persentase Penilaian ... 78 Tabel 8: Kategori Penilaian Angka dan Huruf ... 78 Tabel 9: Distribudi Bahan Kajian (Mata Kuliah) Kurikulum Prodi Magister Penciptaan

(8)

8

BAB SATU

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum pendidikan tinggi merupakan program konseptual yang kemudian diwujudkan dalam realitas untuk menghasilkan lulusan, sehingga program tersebut menjamin lulusannya memiliki kualitas yang setara dengan kualitas yang disepakati dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). KKNI merupakan pernyataan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, di mana tolak ukur kualifikasinya ditetapkan berdasarkan capaian pembelajaran (learning outcomes) yang dimiliki. Jenjang kualifikasi merupakan kesepakatan nasional, khususnya untuk pendidikan tinggi, yaitu lulusan setiap program studi paling rendah harus setara dengan deskripsi capaian pembelajaran tertentu menurut jenjangnya yakni magister (S-2) setara dengan peringkat 7 pada KKNI.

Konsep yang dikembangkan DIKTI (Ditjen Belmawa) selama ini dalam menyusun kurikulum dimulai dengan menetapkan profil lulusan yang kemudian dirumuskan kemampuan/kompetensinya. Dengan adanya KKNI rumusan kompetensi lulusan perlu dikaji terhadap deskripsi dan jenjang kualifikasi yang ditetapkan dalam KKNI.

Dalam KKNI, kompetensi dirumuskan ke dalam istilah “capaian pembelajaran” di mana kompetensi tercakup di dalamnya atau merupakan bagian dari capaian pembelajaran. Penggunaan istilah kompetensi yang digunakan DIKTI selama ini sebenarnya setara dengan capaian pembelajaran yang digunakan dalam KKNI, hanya karena di dunia kerja penggunaan istilah kompetensi diartikan sebagai kemampuan yang sifatnya lebih terbatas, terutama yang terkait dengan uji kompetensi dan sertifikat kompetensi. Maka selanjutnya dalam kurikulum “kompetensi lulusan” digunakan istilah capaian pembelajaran. Di samping hal tersebut di dalam kerangka kualifikasi di dunia internasional, untuk mendeskripsikan kemampuan setiap jenjang kualifikasi digunakan istilah learning outcomes.

Deskripsi capaian pembelajaran dalam KKNI, mengandung 4 (empat) unsur, yaitu unsur sikap dan tatanilai, unsur kemampuan kerja, unsur penguasaan keilmuan, dan unsur kewenangan dan tanggungjawab. Dengan terbitnya Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNDIKTI) rumusan capaian pembelajaran tercakup dalam salah satu standar yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam SNDIKTI capaian pembelajaran terdiri dari unsur sikap, keterampilan umum, keterampilan umum, keterampilan khusus, dan pengetahuan. Unsur sikap dan keterampilan umum telah dirumuskan secara rinci dan tercantum dalam lampiran SNDIKTI, sedangkan unsur keterampilan khusus dan pengetahuan harus dirumuskan oleh forum program studi sejenis yang merupakan ciri lulusan program studi tersebut. Rumusan capaian pembelajaran setiap jenis program studi ditetapkan oleh Dirjen DIKTI setelah melalui kajian tim pakar yang ditunjuk. Berdasarkan rumusan capaian pembelajaran tersebut kurikulum suatu program studi disusun.Secara garis besar kurikulum, sebagai sebuah rancangan, terdiri dari empat unsur, yakni capaian pembelajaran, bahan kajian yang harus dikuasai, strategi pembelajaran untuk mencapai dan sistem penilaian ketercapaiannya.

Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengakjian Seni FIB USU telah menjalankan kegiatan pendidikan S-2 di bidang seni sejak tahun akademik 2009/2010 berdasarkan surat izin operasional dari SK Rektor USU No. 924/H5.1.R/SK/PRS/2009. Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni memiliki konsentrasi

(9)

9

keilmuan Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni: (1) Penelitian etnografi kesenian, (2) Penelitian terapan kesenian (pendidikan dan pemberdayaan), (3) Seni kreatif (jalur kekaryaan), yang dibutuhkan oleh pasar. Sampai kini telah meluluskan lima puluh satu orang yang tersebar di seluruh Provinsi Sumatera Utara. Program Studi bertanggungjawab mempersiapkan peserta didik untuk mampu memenuhi tujuan dan arah pendidikan pada bidang ilmu seni, menghasilkan lulusan yang dapat memenuhi kompetensi yang diharapkan dan dapat bekerja di tempat kerjanya masing-masing dengan kinerja yang baik dan memuaskan.

Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU sebagai salah satu institusi Pendidikan Tinggi dituntut untuk mengadopsi perubahan paradigma di atas. Salah satu wujud respons Program Studi terhadap perubahan itu adalah dalam bentuk tinjauan kurikulum (evaluasi).

Dalam kaitan dengan proses evaluasi kurikulum, Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU membutuhkan masukan pendapat dari para pakar di bidangnya, dan Stakeholder serta pengguna lulusan Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU mengenai kompetensi yang dimiliki oleh lulusan Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU. Selain itu, Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni juga membutuhkan masukan dari alumni dan staf pengajar pendidikan tinggi lain yang menyelenggarakan Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni seperti UGM, ISI Padangpanjang. Berdasarkan pemikiran dan tujuan di atas maka perlu dilakukan lokakarya untuk merevisi kurikulum Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU.

1.2 Proses

1. Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni telah beberapa kali berdiskusi untuk membahas kompetensi utama lulusan S-2 Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU dan menyepakati bahan-bahan kajian mata kuliah yang wajib diberikan.

2. Pembahasan diawali dengan pemetaan kurikulum S-2 Penciptaan dan Pengkajian Seni PTN di Indonesia (UGM, ISI Padangpanjang) yang juga mengacu pada kurikulum di berbagai universitas.

3. Beberapa Program studi telah melakukan tracer study dan diskusi dengan para stakeholder, penggunaan lulusan dan alumni.

a. Hasil diskusi kesepakatan tersebut yang disajikan dasar untuk menetapkan Capaian Pembelajaran dan Stuktur Kurikulum.

b. Rancangan Capaian Pembelajaran dan Kurikulum Inti Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU ini juga sudah diperkaya melalui diskusi dalam beberapa kali pertemuan tim kurikulum.

1.3 Sosialisasi

Upaya penyebaran/sosialisasi visi, misi dan tujuan program studi serta pemahaman sivitas akademika (dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa) secara:

1. Tatap muka dosen dan mahasiswa.

2. Tertulis, visi dan misi ini dinyatakan dalam buku panduan.

3. Banner yang diletakkan di dalam ruang kantor Program Studi Magister (S-2) Penciptaan dan Pengkajian Seni.

4. Brosur yang dibagikan kepada para stakeholder dan masyarakat.

5. Melalui pertemuan-pertemuan dalam Rapat Tinjauan Manajemen, pertemuan informal dengan dosen, mahasiswa dan stakeholder.

(10)

10

7. Publikasi melalui teknologi informasi di media sosial.

1.4 KKNI dan SNDIKTI untuk Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni

Dalam konteks menghadapi persaingan dan kemitraan dalam lingkup global di bidang pendidikan, yang sesuai dengan perkembangan zaman, maka setiap institusi pendidikan tinggi di manapun di dunia ini, mau atau tidak harus menggagas dan menerapkan kurikulumnya bagi kepentingan bersama, terutama kemampuan lulusannya. Untuk hal tersebut, maka setiap program studi pada pendidikan tinggi di Indonesia mendisain sebuah kurikulum yang didasari oleh apa yang disebut Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNDIKTI).

Dasar dibentuknya kurikulum KKNI adalah berdasarkan tantangan eksternal berupa persaingan global, yang memang menjadi fakta internasional, dalam hubungan ilmuwan (scholar) antarnegara. Selain itu pula Indonesia telah melakukan ratifikasi berbagai konvensi di dunia internasional. Sedangkan tantangan internal yang terjadi adalah kenyataan fakta-fakta berikut: (a) kesenjangan mutu, jumlah, dan kemampuan lulusan pendidikan tinggi; (b) relevansi penghasil versus pengguna; (c) beragamnya aturan kualifikasi; dan (d) beragamnya pendidikan.

Oleh karena itu, maka KKNI merupakan sebuah pernyataan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, yang substansinya adalah sebagai penilaian kesetaraan dan pengakuan kualifikasi (secara internasional). Pernyataan kualitas ini dibuktikan melalui kemampuan setiap sumber daya manusia Indonesia, yang berdasarkan pendidikan formalnya mestilah dijenjangkan dengan akurat.

Selaras dengan kebijakan perlunya mendisain kurikulum yang berbasis KKNI ini, maka ditentukanlah setiap jenjang pendidikan itu, lulusannya memiliki kompetensi tertentu. Adapun dalam konteks ini, sebagai gambaran umum, jika dipandang dari pengalaman atau belajar mandiri: (a) lulusan SMP, SMA, dan D1 adalah berkompetensi sebagai operator; (b) lulusan D2, D3, dan S1 adalah sebagai analis (pengkaji) dilihat dari sudut pandang pengalaman atau belajar mandiri, dan sebagai teknisi dalam konteks peningkatan karakter di dunia kerja; dan (c) lulusan profesi, S2, dan S3 adalah sebagai ahli. Jika dilihat dari sudut peningkatan karakter dunia kerja, maka: (i) lulusan SMP, SMA, dan D1 adalah sebagai operator; (ii) lulusan D2, D3, dan S1 adalah sebagai teknisi; dan (iii)

lulusan profesi, S2, dan S3 adalah sebagai ahli. Kesemua jenjang kompetensi ini dibuat dalam kerangka peningkatan profesionalitas setiap jejang lulusan pendidikan tersebut, yang dapat digambarkan seperti pada Bagan 1 berikut ini.

Sesuai dengan bagan berikut, maka lulusan Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (FIB USU), berada di dalam tingkatan 7 sebagai magister penciptaan dan pengkajian seni yang

berkemampuan sebagai ahli yang mengaplikasikan, mengkaji, membuat desain, memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta menyelesaikan masalah-masalah seni di dalam fenomena sosiobudaya masyarakat pendukung seni tersebut di seluruh dunia.

Ada dua acuan dasar secara nasional untuk capaian pembelajaran ini, yaitu yang pertama adalah Keragka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan yang kedua adalah Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNDIKTI). Kedua acuan dasar nasional ini saling bersinerji dan menguatkan. Untuk KKNI diterapkan untuk semua jenjang pendidikan nasional, sedangkan SNDIKTI khusus untuk pendidikan tinggi saja. Di dalam KKNI ada empat unsur deskripsi untuk kemampuan pendidikan di setiap peringkatnya, yang terdiri dari: (1) sikap dan tata nilai; (2) kewenangan dan tanggung jawab; (3) penguasaan pengetahuan; dan (4) kemampuan kerja.

(11)

11 Bagan 1:

Hubungan antara Jenjang Pendidikan Formal, Peningkatan Profesionalitas, Peningkatan Karakter di Dunia Kerja, dan Pengalaman atau Belajar Mandiri

Pada SNDIKTI juga terdapat empat deskripsi mengenai capaian pembelajaran ini. Keempatnya adalah: (i) sikap, (ii) keterampilan umum, (iii) keterampilan khusus, dan (iv) penguasaan pengetahuan. Untuk poin (i) dan (ii) deskripsiya ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Untuk poin (iii) dan (iv) diputuskan oleh forum program studi sejenis. Dalam hal ini, di Indonesia program studi Penciptaan dan Pengkajian Seni sebenarnya perlu mengadakan forum nasional. Program-program studi Penciptaan dan Pengkajian Seni ada di: (a) Fakultas Ilmu Budaya USU, (b) Institut Kesenian Jakarta; (c) Institut Seni Indonesia Yogyakarta; (d) Institut Seni Indonesia Surakarta; (e) Institus Seni Indonesia Denpasar; (f) Institus Seni Indonesia Bandung; (g) Institut Seni Indonesia Padangpanjang, dan (h) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Dalam waktu dikat diharapkan dilakukan forum secara nasional yang khusus membahas KKNI dan SNDIKTI untuk semua Prodi jenjang Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni tersebut. Adapun deskripsi capaian pembelajaran ini dapat dilihat pada Bagan 2 berikut.

(12)

12 Bagan 2.

(13)

13 Bagan 3.

Skema Penyusunan Capaian Pembelajaran

Berdasarkan rumusan yang terkandung di dalam kurikulum yang berdasar kepada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNDIKTI), maka dirancanglah kurikulum Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya USU, dengan mempertimbangkan apa itu Penciptaan dan Pengkajian Seni, visi, misi, tujuan, dan profil lulusan, dengan deskripsi sebagai berikut.

1. 5 Apa Itu Penciptaan dan Pengkajian Seni?

Sebelum mendisain kurikulum berbasis kepada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, maka secara saintifik perlu diuraikan apa itu Penciptaan dan Pengkajian Seni. Alasannya adalah ilmu ini relatif baru, dan di Indonesia pun baru dimulai dasawarsa 1980-an.

Berdasarkan tiga titik pandang filsafat keilmuan, maka secara (1) ontologis yaitu apa yang ingin diketahui di dalam disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni adalah untuk mengetahui secara saintifik seni dalam konteks kebudayaan manusia di seluruh dunia ini. Untuk (2) epistemologis, yaitu bagaimana para ilmuwan disiplin ilmu Penciptaan dan Pengkajian Seni mengetahuinya, maka dilakukan dengan berbagai pendekatan keilmuan seperti: berbasis pada teori-teori, metode-metode, penelitian lapangan, perumusan masalah dan hipotesis, menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, wawancara, perekaman data seni, analisis laboratorium, publikasi keilmuan, dan hal-hal sejenis. Selanjutnya secara (3) aksiologis, nilai apa yang terdapat dalam pengetahuan penciptaan dan pengkajian seni tersebut adalah mengenai seni yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan, dengan mengetahui seni ini maka kita akan dapat melihat karakter kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam seni budaya tersebut terkandung

(14)

14

kearifan-kearifan lokal, norma-norma yang dianut pendukungnya, dan kaya akan nilai-nilai moral, adat, filsafat, kemanusiaan, dan hal-hal sejenis.

Secara kesejarahan, Penciptaan dan Pengkajian Seni merupakan sebuah rumpun ilmu pengetahuan mengenai seni yang terdiri dari berbagai jenis ilmu pendukungnya, seperti: musikologi, etnomusikologi, antropologi tari (etnokoreologi), seni rupa, seni teater, seni media rekam, dan lain-lainnya.

(a) Musikologi adalah disiplin ilmu pengetahuan yang mengkaji dan mengasah kompetensi penciptaan, khususnya musik yang terdapat di dalam kebudayan Barat pada umumnya, seperti musik klasik, romantik, barok, rokoko, ars nova, trobadour, trovere, musik gereja, dan lain-lainnya. Subjek kajian utamanya adalah musik yang terdapat di dalam kebudayaan masyarakat Barat (Eropa dan diasporanya seperti Amerika, Australia dan Selandia Baru, dan lain-lain).

(b) Etnomusikologi adalah sebuah disiplin ilmu pengetahuan yang mengkaji musik dan mampu melakukan praktik pertunjukan musik tersebut dalam konteks kebudayaan masyarakat yang menghasilkan musik tersebut. Musik tidak hanya dipandang secara struktural dan estetik saja, tetapi musik adalah bahagian yang integral dari kehidupan manusia, baik dilihat dari sisi kebudayaan maupun sisi sosialnya.

(c) Antropologi tari atau lazim pula disebut dengan etnokoreologi atau etnologi tari, adalah disiplin ilmu pengetahuan yang mengkaji tari di seluruh dunia ini yang dilihat bukan saja dari sisi struktural dan estetik, namun lebih jauh tari dipandang sebagai bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan di mana tari tersebut tumbuh dan berkembang. Jadi tari adalah bahagian dari fenomena budaya dan sosial manusia yang mendukung keberadaan tari tersebut.

(d) Seni rupa adalah disiplin ilmu pengetahuan yang mengkaji dan juga mempraktikkan karya-karya seni rupa, baik itu yang berlatar belakang kebudayaan, maupun yang bertujuan utama eksplorasi estetika visual dan sejenisnya. Disiplin ilmu ini sangat menekankan kepada hasil akhir berupa visual, baik itu yang masuk dalam kategori seni rupa murni, maupun terapan, termasuk di dalmnya seni kriya atau kerajinan, dan lingkup sejenis.

(e) Seni teater atau adakalanya disebut antropologi teater adalah disiplin ilmu yang mengkaji seni teater baik itu yang tumbuh di dalam masyarakat atau teater sebagai kreativitas seni, berdasarkan eksistensi teater dalam konteks kebudayaan masyarakat yang mendukung keberadaannya.

(f) Seni media rekam adalah disiplin ilmu yang mengkaji media-media rekam, termasuk di dalamnya pertelevisian, radio, media internet, media komunikasi, dan sejenisnya, yang berkait dengan perkembangan teknologi dalam seni, dengan pendekatan multidisiplin ilmu.

(15)

15 Bagan 4.

Ilmu Penciptaan dan Pengkajian Seni dalam Konteks Induk Disiplin-disiplin Ilmu

(16)

16 Bagan 5.

Disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni dalam Konteks Kebudayaan

Bahwa Penciptaan dan Pengkajian Seni adalah sebuah disiplin ilmu pengetahuan multidisiplin yang didukung oleh ilmu-ilmu: musikologi, etnomusikologi, etnologi tari, seni rupa, antropologi teater, seni media rekam, dan sejenisnya. Para ahlinya (lulusan magister Penciptaan dan Pengkajian Seni) disebut sebagai magister seni (M.Sn.). Untuk menghasilkan profil lulusan yang berkualifikasi sebagai magister seni yang diakui secara nasional dan internasional, maka perlu didukung oleh gagasan akademik berupa visi, misi, dan tujuan, seperti yang diuraikan berikut ini.

1.6 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni

1.6.1 Visi

Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara menjadi institusi pendidikan tinggi yang unggul dalam

(17)

17

bidang ilmu penciptaan dan pengkajian seni secara lintas budaya, serta berperan aktif pada peradaban global tahun 2025.

1.6.2 Misi

(1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas secara nasional maupun global; (2) Mengembangkan penelitian dalam bidang penciptaan dan pengkajian seni yang

mendorong kemajuan ipteks untuk kepentingan umat manusia;

(3) Melaksanakan pengabdian pada masyarakat, berwawasan seni untuk memenuhi kebutuhan masyarakat;

(4) Menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang seni untuk mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat;

(5) Menyiapkan lulusan yang berkompetensi seni, berkarakter, beretika, inovatif, jujur, berjiwa kepemimpinan, dan perduli terhadap masalah-masalah kemasyarakatan di bidang seni.

(6) Mempersiapkan pusat kajian seni etnik Nusantara berupa artefak-artefak seni dan literatur hasil penelitian.

(7) Membentuk tempat praktik latihan dan seni pertunjukan dan rupa dengan ciri khas utama seni etnik Sumatera Bahagian Utara.

(8) Melakukan kajian bersama terhadap seni etnik Nusantara dengan lembaga-lembaga sejenis, seperti Institut Seni Indonesia (ISBI) Aceh, Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, ISI Bandung, Institut Kesenian Jakarta, ISI Yogyakarta, ISI Surakarta, dan lainnya, dan kemudian hasil kajian dimuat dalam jurnal bersama, baik dalam lingkup nasional dan internasional yang diurus bersama, dalam kerangka mengembangkan disiplin sejenis.

(9) Mengembangkan prototipe seni Nusantara untuk pertunjukan budaya dalam tingkat global.

(10) Mengembangkan tata pamong Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni yang transparan, akuntabel, dan demokratis.1

1

Visi dan Misi Prodi Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU ini disesuaikan dengan Visi dan Misi FIB USU dan Universitas Sumatera Utara sendiri, yaitu sebagai berikut. A. Visi USU: Menjadi Pendidikan Tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai barometer kemajuan ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dalam tataran dunia global, Selanjutnya, Misi USU: (1) Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis otonomi yang menjadi wadah bagi pengembangan karakter dan profesionalisme sumber daya manusia yang didasarkan pada pemberdayaan yang mengandung semangat demokratisasi pendidikan yang mengakui kemajemukan dengan orientasi pendidikan yang menekankan pada aspek pencarian alternatif penyelesaian masalah aktual berlandaskan kajian ilmiah, moral, dan hati nurani. (2) Menghasilkan lulusan yang menjadi pelaku perubahan sebagai kekuatan modernisasi dalam kehidupan masyarakat luas, yang memiliki kompetensi keilmuan, relevansi dan daya saing yang kuat serta berperilaku kecendekiawanan yang beretika, dan (3) Melaksanakan, mengembangkan, dan meningkatkan pendidikan, budaya penelitian dan program pengabdian masyarakat dalam rangka peningkatan mutu akademik dengan mengembangkan ilmu yang unggul, yang bermanfaat bagi perubahan kehidupan masyarakat luas yang lebih baik. (sumber: Sinar, T. Silvana dkk., 2014. Rencana Jangka Panjang USU 2015--2039. Medan: Universitas Sumatera Utara Press.

B. Visi FIB USU: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara menjadi suatu lembaga pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kebudayaan yang unggul dan terkemuka secara regional, nasional dan internasional dan berwawasan pada nilai-nilai budaya bangsa. Kemudian Misi FIB USU: (1) Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian dalam bidang ilmu budaya yang bermutu tinggi dan mampu bersaing baik secara regional, nasional, dan internasional. (2) Mengembangkan penelitian dalam bidang ilmu budaya yang mendorong kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang bermanfaat untuk kepentingan umat manusia. (3) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat berperspektif budaya untuk menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan. (4) Menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang kebudayaan untuk pengembangan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. (5) Menyiapkan lulusan yang berwawasan dan berkompetensi budaya beserta keberagamannya, berkarakter, beretika, inovatif, jujur, berjiwa kepemimpinan dan peduli terhadap masalah-masalah kemasyarakatan. Di lain sisi, Tujuan FIB USU: (1) Melakukan partisipasi aktif dalam pengajaran dan pengembangan ilmu kebahasaan dan kesusastraan, kesenian, kesejarahan, kepustakaan, dan informasi, dan kepariwisataan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berkarakter dalam ilmu budaya dan yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan akademik. (2) Memperluas partisipasi aktif dalam pengajaran dan pembelajaran sesuai kebutuhan nasional, dan memodernisasikan metode dan sarana

(18)

pengajaran-18

1.6.3 Tujuan

(1) Menghasilkan lulusan yang disebut Magister Seni (M.Sn.), yang memiliki kompetensi sebagai ahli penciptaan dan pengkajian seni, yang berwawasan dan berkarakter, serta menjunjung tinggi nilai-nilai akademik;

(2) Menghasilkan penelitian yang inovatif di bidang ilmu penciptaan dan pengkajian seni, rata-rata 15 penelitian setiap tahun;

(3) Menghasilkan pengabdian di bidang penciptaan dan pengkajain seni yang bermanfaat bagi masyarakat rata-rata 8 pengabdian setiap tahun;

(4) Membangun kerjasama dengan dunia usaha dan lembaga lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri dalam bidang seni budaya untuk membangun pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat;

(5) Membangun pusat kajian seni budaya bertaraf nasional;

(6) Menghasilkan dan mengembangkan tata pamong program studi magister yang transparan, akuntabel, dan demokratis.

1.6.4 Sasaran

Tahap sasaran pengembangan Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajain Seni FIB USU tertuang dalam rencana strategis Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni yang disesuaikan dengan rencana pengembangan Fakultas Ilmu Budaya, dan Universitas Sumatera Utara, yaitu sebagai berikut:

1. 2014-2016 pemantapan daya saing peringkat nasional; 2. 2017-2019 pemantapan daya saing Asia Tenggara, 3. 2020-2022 pencapaian daya saing Asia,

4. 2023-2025 pencapaian daya saing internasional.

Sasaran perencanaan strategis yang akan dicapai Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU dalam lima tahun ke depan untuk mencapai daya saing nasional dibagi ke dalam kelompok utama:

1. Sasaran bidang tridarma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat);

2. Sasaran bidang organisasi dan pengelolaan (manajemen), 3. Sasaran bidang kemahasiswaan dan alumni (lulusan); 4. Sasaran bidang sarana dan prasarana; serta

5. Sasaran bidang kerjasama antara Prodi sejenis di Sumatera, nasional, Asia Tenggara, serta semua lembaga yang terkait dengan Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU.

1.7 Profil Lulusan

Profil lulusan Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU), mengacu kepada tujuan Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni yaitu studi seni dalam konteks kebudayaan umat manusia. Lulusannya disebut magister seni (disingkat M.Sn.).

Setelah menyelesaikan studi di Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (FIB USU), maka lulusan ini akan menjadi:

pembelajaran. (3) Membangun suatu pusat layanan informasi dan teknologi informasi kebudayaan. (4) Memberdayakan departemen/program studi untuk mengelola satu disiplin ilmu dan antar disiplin ilmu. (5) Menciptakan tata pamong fakultas yang transparan, akuntabel, dan demokratis. (6) Menciptakan pendekatan baru yang berfokus pada pembelajaran sesuai kebutuhan. (7) Menciptakan lingkungan pengajaran dan pembelajaran yang kondusif untuk meningkatkan kreativitas sivitas akademika. (8) Menjadi perantara untuk kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan kebudayaan baik secara regional nasional maupun internasional. (9) Meningkatkan kemampuan pendanan melalui usaha fakultas untuk mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. (10) Membina kerja sama tripartit: sivitas akademika, alumni, dan pengguna jasa (sumber: http://fib.usu.ac.id/content/index/4/id_cnt_visi)

(19)

19

1. Peneliti seni budaya khususnya musik, tari, teater, rupa, dan media dalam kebudayaan, yang bisa berprofesi sebagai ilmuwan seni budaya, peneliti ahli untuk seni musik, peneliti ahli untuk seni tari, peneliti ahli untuk seni teater, peneliti ahli untuk seni rupa, peneliti ahli untuk media seni, peneliti ahli untuk bidang seni budaya dan pariwisata, peneliti ahli bidang budaya, tenaga ahli sejarah seni, dan lain-lainnya.

2. Narasumber seni budaya yang berprofesi sebagai narasumber musik, tari, teater, rupa, dan media seni dalam kebudayaan, dan lain-lainnya.

3. Konsultan seni budaya, yang berprofesi sebagai konsultan (pemberi saran dan perencanaan) seni, musik, tari, teater, rupa, dan media seni dalam kebudayaan, dan lain-lainnya.

4. Pencipta seni, yang berprofesi sebagai komponis, koreografer, penggubah lagu, penulis lirik lagu, pencipta tari, koreografer tari, art director, pelukis ahli, pemahat ahli, pematung ahli, pengrajin ahli, pemain tetaer ahli, stage manager ahli, penciptaan media, ahli disain grafis, praktisi seni , dan lain-lain.

Tabel 1.

Profil Lulusan Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU

No. Program Studi Profil

1. Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU

1. Peneliti Seni Budaya 2. Narasumber Seni 3. Konsultan Seni 4. Pencipta Seni

Tabel 2

Profil dan Deskripsi Lulusan

No. Profil Lulusan Deskripsi Lulusan

1. Peneliti Seni Budaya Peneliti Seni berintegritas yang mampu mengelola riset untuk menghasilkan karya seni inovatif dan teruji dengan menggunakan pendekatan interdisipliner maupun multidimensional untuk menjawab

permasalahan kesenian sehingga memberi manfaat bagi pengembangan keilmuan dan masyarakat.

2. Narasumber Seni Narasumber Kesenian yang memiliki kemampuan

dalam menulis artikel tentang berbagai permasalahan kesenian dan mampu menyampaikannya pada pertemuan ilmiah nasional maupun internasional. 3. Konsultan Seni Konsultan Seni yang ahli dalam memberikan advice

pada perancangan dan pengelolaan penelitian seni, pembuatan buku seni, serta pengelolaan situs seni untuk pengembangan industri pariwisata.

4. Pencipta Seni Pencipta seni yang ahli dalam mewujudkan

karya-karya seni (musik, tari, teater, media, dan lainnya) untuk pengembangan penciptaan seni.

(20)

20 Tabel 3:

Rincian Bahan Kajian dan Tingkat Kedalaman

serta Keluasan Bidang Ilmu Penciptaan dan Pengkajian Seni yang Harus Dikuasai Bidang Ipteks yang

Dipelajari

Bahan Kajian yang Harus Dikuasai Tingkat Keluasan Materi Tingkat Kedalaman Penciptaan dan Pengkajian

Seni

Seni dalam konteks kebudayaan 1. Seni sebagai

kebudayaan,

2. Seni dalam kebudayaan, 3. Seni dan hubungannya

dengan kebudayaan.

Konsep teoretis mendalam dan praktis dalam konsep menguasai praktik seni dalam bidang kajiannya.

Sebagai sebuah disiplin ilmu yang akan menghasilkan magister (ahli) seni di bidang penciptaan dan pengkajian: musik, tari, teater, rupa, media, dan lainnya. Bidang ilmu yang dipelajari itu disebut dengan Penciptaan dan Pengkajian Seni, yaitu ilmu yang mempelajari seni dalam konteks kebudayaan. Tingkat keluasan materinya adalah seni dalam konteks kebudayaan, yang dapat dirinci lagi menjadi tiga kajian yang saling terkait, yaitu: (a) seni sebagai kebudayaan, (b) seni dalam kebudayaan, dan (c) seni dan hubungannya dengan kebudayaan. Yang dimaksud seni sebagai kebudayaan, adalah seni yang dikaji oleh para magister pengkajian dan itu dipandang sebagai sebuah ide, kegiatan, maupun bentuk audio, visual, benda-benda seni dari sebuah kebudayaan yang menghasilkannya. Kemudian yang dimaksud dengan seni dalam kebudayaan, adalah seni adalah sebagai salah satu unsur kesenian dan kesenian adalah salah satu unsur kebudayaan universal. Dalam hal ini melihat seni di dalam kebudayaan, adalah berfokus kepada seni itu sendiri dan kemudian melihatnya dengan unsur-unsur kebudayaan lain. Seni menjadi bahagian integral dengan kebudayaan, yang tidak dapat berdiri sendiri.

Di sisi lain, studi seni dan hubungannya dengan kebudayaan adalah bahwa dalam melakukan kajian seni ini, para calon magister penciptaan dan pengkajian seni harus mengaitkannya dengan unsur-unsur seni budaya, seperti dalam konteks bahasa, agama, teknologi, ekonomi, organisasi, dan pendidikan.

Kemudian, tingkat kedalaman bahan kajian yang harus dikuasai oleh seorang magister pengkajian dan lulusan strata satu Penciptaan dan Pengkajian Seni ini adalah konsep teoretis baik yang bersifat emik (yang berasal dari masyarakat yang dikaji) maupun yang bersifat etik (yaitu konsep teoretis yang dikembangkan oleh para ilmuwan di dalam disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni itu sendiri).

(21)

21

BAB DUA

CAPAIAN PEMBELAJARAN

2.1 Sikap, Keterampilan Umum, Keterampilan Khusus, dan Penguasaan terhadap Pengetahuan untuk Empat Profil Magister Pengkajian dan Penciptaan Seni

Seperti sudah diurai pada Bab I, bahwa profil Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, adalah menghasilkan empat profil, yakni: (1) peneliti seni budaya, (2) narasumber seni budaya, (3) konsultan seni budaya, dan (4) pencipta seni budaya. Berikut diuraikan secara detil sikap, keterampilan umum, keterampilan khusus, dan penguasaan terhadap pengetahuan bagi keempat profil tersebut.

2.1.1 Peneliti Seni Budaya

2.1.1.1 Sikap Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Peneliti Seni Budaya

Lulusan Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU dengan profil pengkaji seni wajib memiliki sikap-sikap sebagai berikut.

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius, dengan tugas meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika. b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,

moral, dan etika; terutama dalam tugas meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

c. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila; dalam tugas meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

d. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa; dalam tugas meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain; dalam tugas meneliti fenomena musik dalam konteks sosial dan budaya serta musik itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

f. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan; dalam tugas meneliti fenomena musik dalam konteks sosial dan budaya serta musik itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

g. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara; dalam tugas meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

(22)

22

h. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik; dalam tugas meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta musik itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

i. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri; dalam tugas meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

j. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan, dalam tugas meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

2.1.1.2 Keterampilan Umum Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Peneliti Seni Budaya

Lebih lanjut lagi sesuai dengan KKNI dan SNDIKTI lulusan Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU degan profil pengkaji seni memiliki keterampilan umum sebagai berikut:

a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahlian Penciptaan dan Pengkajian Seni; dalam keterampilan umum meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

b. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; dalam keterampilan umum meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika. c. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan

dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya (yaitu Penciptaan dan Pengkajian Seni) berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni; dalam keterampilan umum meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

d. Mampu menyusun deskripsi saintifik hasil penelitian tersebut di atas dalam bentuk tesis atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman pendidikan tinggi; dalam keterampilan umum meneliti fenomena musik dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

e. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah terutama di bidang Penciptaan dan Pengkajian Seni, berdasarkan hasil analisis informasi dan data; dalam keterampilan umum meneliti fenomena musik dalam konteks sosial dan budaya serta musik itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

f. Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing, kole-ga, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya, dalam keterampilan umum meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

(23)

23

g. Mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan supervisi serta evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya; dalam keterampilan umum meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

h. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada di bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri; dalam keterampilan umum meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

i. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi, dalam keterampilan umum meneliti fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta musik itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

2.1.1.3 Keterampilan Khusus Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Peneliti Seni

Seterusnya, keterampilan khusus yang dimiliki oleh lulusan Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU adalah sebagai berikut.

a. Mampu meneliti secara ilmiah tentang fenomena seni dalam konteks kebudayaan. seperti: artefak seni, seni dan masyarakat, teks pertunjukan, seni dan dinamika kebudayaan, seni dan sejarah, seni dan teknologi, seni dan filsafat, seni dan ritual, dan sejenisnya—dengan pendekatan-pendekatan ilmu penciptaan dan pengkajian seni dan mempublikasikannya secara ilmiah baik dalam bentuk makalah, artikel, kartas karya, maupun tesis magister, dan lainnya baik dalam tingkat nasional maupun internasional;

b. Mampu mengkaji fungsi seni dalam kebudayaan manusia yang mendukung seni tersebut berdasarkan disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni, seperti gunanya untuk upacara, perayaan, kegiatan budaya, juga fungsinya sebagai hiburan, komunikasi, integrasi sosial, pengabsahan upacara, penghayatan estetika, reaksi jasamani, kesinambungan kebudayaan, integrasi sosial, dan lainnya;

c. Mampu mengkaji struktur seni sebagai hasil kebudayaan, baik itu mencakup materi seni itu sendiri maupun dengan segala aspek sosiokulturalnya.

d. Mampu mengkaji teks dan konteks seni yang mendukungnya dengan pendekatan-pendekatan ilmu Penciptaan dan Pengkajian Seni mencakup makna-makna teks dan konteks dalam seni budaya.

e. Mampu mempraktikkan seni, sesuai dengan minat utamanya, dalam lintas etnik di dunia maupun dengan sentuhan estetika baru, dengan capaian pada tingkat ahli. f. Mampu melakukan enkulturasi (pembelajaran) teori dan praktik seni kepada

komunitas yang memerlukannya sesuai dengan prinsip-prinsip enkulturasi budaya dalam disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni.

g. Mampu membuat komposisi seni berdasarkan hasil penelitian seni dalam konteks kebudayaan masyarakat pemilik seni tersebut.

(24)

24

2.1.1.4 Penguasaan terhadap Pengetahuan Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Peneliti Seni Budaya

Sesudah itu, lulusan Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU sebagai peneliti seni berkompetensi terhadap penguasaan terhadap ilmu

pengetahuan, yang dirinci sebagai berikut.

a. Menguasai konsep teoretis, metode, dan perangkat analisis terhadap fenomena seni dalam konteks kebudayaan. seperti: artefak seni, seni dan masyarakat, teks pertunjukan, seni dan dinamika kebudayaan, seni dan sejarah, seni dan teknologi, seni dan filsafat, seni dan ritual, dan sejenisnya—dengan pendekatan-pendekatan ilmu penciptaan dan pengkajian seni dan mempublikasikannya secara ilmiah baik dalam bentuk makalah, artikel, kartas karya, maupun tesis magister, dan lainnya baik dalam tingkat nasional maupun internasional;

b. Menguasai konsep dan teknik penelitian terhadap fungsi seni dalam kebudayaan manusia yang mendukung seni tersebut berdasarkan disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni, seperti gunanya untuk upacara, perayaan, kegiatan budaya, juga fungsinya sebagai hiburan, komunikasi, integrasi sosial, pengabsahan upacara; penghayatan estetika, reaksi jasamani, kesinambungan kebudayaan, integrasi sosial, dan lainnya;

c. Menguasai metode dan teori untuk mengkaji struktur seni sebagai hasil kebudayaan, baik itu mencakup materi seni itu sendiri maupun dengan segala aspek sosiokulturalnya;

d. Menguasai metode, teori, dan terapannya untuk meneliti teks dan konteks seni yang mendukungnya dengan pendekatan-pendekatan ilmu Penciptaan dan Pengkajian Seni mencakup makna-makna teks dan konteks dalam seni budaya.

e. Menguasai secara teoretis dan teknis untuk mempraktikkan seni, sesuai dengan minat utamanya, dalam lintas etnik di dunia maupun dengan sentuhan estetika baru, dengan capaian pada tingkat ahli;

f. Menguasai metodologi dan teknik enkulturasi (pembelajaran) teori dan praktik seni kepada komunitas yang memerlukannya sesuai dengan prinsip-prinsip enkulturasi budaya dalam disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni;

g. Menguasai metode, teori, dan terapan untuk membuat komposisi seni berdasarkan hasil penelitian seni dalam konteks kebudayaan masyarakat pemilik seni tersebut.

2.1.2 Narasumber Seni Budaya

2.1.2.1 Sikap Magister Pengkajian dan Pengelola Seni sebagai Narasumber Seni Budaya

Lulusan Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU dengan profil narasumber seni wajib memiliki sikap-sikap sebagai berikut.

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius, dengan tugas sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika; terutama dalam tugas sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

(25)

25

c. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila; dalam tugas sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

d. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa; dalam tugas sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain; dalam tugas sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

f. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan; dalam tugas sebagai narasumber seni dan menyelesaikan permasalahan pada fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika. g. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara; dalam

tugas sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika. h. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik; dalam tugas sebagai narasumber

seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

i. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri; dalam tugas sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

j. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan, dalam tugas sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

2.1.2.2 Keterampilan Umum Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Narasumber Seni Budaya

Lebih lanjut lagi sesuai dengan KKNI dan SNDIKTI DIKTI lulusan magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU degan profil narasumber seni memiliki

keterampilan umum sebagai berikut:

a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahlian Penciptaan dan Pengkajian Seni; dalam keterampilan umum sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

b. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; dalam keterampilan umum sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika. c. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan

dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya (yaitu Penciptaan dan Pengkajian Seni) berdasarkan kaidah, tata cara

(26)

26

dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni; dalam keterampilan umum sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

d. Mampu menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk tesis magister atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman pendidikan tinggi; dalam keterampilan umum sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

e. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah terutama di bidang Penciptaan dan Pengkajian Seni, berdasarkan hasil analisis informasi dan data; dalam keterampilan umum sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

f. Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing, kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya, dalam keterampilan umum sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika. g. Mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan

supervisi serta evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya; dalam keterampilan umum sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

h. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada di bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri; dalam keterampilan umum sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

i. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi, dalam keterampilan umum sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

2.1.2.3 Keterampilan Khusus Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Narasumber Seni Budaya

Seterusnya, keterampilan khusus yang dimiliki oleh lulusan Program Studi Maagister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU sebagai narasumber seni adalah sebagai berikut.

a. Mampu meneliti dan mendiseminasi penelitian secara ilmiah tentang fenomena seni dalam konteks kebudayaan. seperti: artefak seni, seni dan masyarakat, teks pertunjukan, seni dan dinamika kebudayaan, seni dan sejarah, seni dan teknologi, seni dan filsafat, seni dan ritual, dan sejenisnya—dengan pendekatan-pendekatan ilmu penciptaan dan pengkajian seni dan mempublikasikannya secara ilmiah baik dalam bentuk makalah, artikel, kartas karya, maupun tesis magister, dan lainnya baik dalam tingkat nasional maupun internasional;

(27)

27

b. Mampu mengkaji dan mendiseminasikanya ke masyarakat tentang fungsi seni dalam kebudayaan manusia yang mendukung seni tersebut berdasarkan disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni, seperti gunanya untuk upacara, perayaan, kegiatan budaya, juga fungsinya sebagai hiburan, komunikasi, integrasi sosial, pengabsahan upacara, penghayatan estetika, reaksi jasamani, kesinambungan kebudayaan, integrasi sosial, dan lainnya;

c. Mampu mengkaji dan mendiseminasikan tentang struktur seni sebagai hasil kebudayaan, baik itu mencakup materi seni itu sendiri maupun dengan segala aspek sosiokulturalnya.

d. Mampu mengkaji dan mendiseminasikan teks dan konteks seni yang mendukungnya dengan pendekatan-pendekatan ilmu Penciptaan dan Pengkajian Seni mencakup makna-makna teks dan konteks dalam seni budaya.

e. Mampu mempraktikkan seni, dan mendiseminasikan sesuai dengan minat utamanya, dalam lintas etnik di dunia maupun dengan sentuhan estetika baru, dengan capaian pada tingkat ahli.

f. Mampu melakukan enkulturasi (pembelajaran) teori dan praktik seni kepada komunitas yang memerlukannya sesuai dengan prinsip-prinsip enkulturasi budaya dalam disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni.

g. Mampu membuat komposisi seni berdasarkan hasil penelitian seni dalam konteks kebudayaan masyarakat pemilik seni tersebut.

2.1.2.4 Penguasaan terhadap Pengetahuan Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Narasumber Seni

Lulusan Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU sebagai narasumber seni berkompetensi terhadap penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, yang dirinci sebagai berikut.

a. Mengusasi metode dan teori ilmu pengetahuan dalam kerangka meneliti dan mendiseminasi penelitian secara ilmiah tentang fenomena seni dalam konteks kebudayaan. seperti: artefak seni, seni dan masyarakat, teks pertunjukan, seni dan dinamika kebudayaan, seni dan sejarah, seni dan teknologi, seni dan filsafat, seni dan ritual, dan sejenisnya—dengan pendekatan-pendekatan ilmu penciptaan dan pengkajian seni dan mempublikasikannya secara ilmiah baik dalam bentuk makalah, artikel, kartas karya, maupun tesis magister, dan lainnya baik dalam tingkat nasional maupun internasional;

b. Menguasai metode dan teori dalam mengkaji dan mendiseminasikanya ke masyarakat tentang fungsi seni dalam kebudayaan manusia yang mendukung seni tersebut berdasarkan disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni, seperti gunanya untuk upacara, perayaan, kegiatan budaya, juga fungsinya sebagai hiburan, komunikasi, integrasi sosial, pengabsahan upacara, penghayatan estetika, reaksi jasamani, kesinambungan kebudayaan, integrasi sosial, dan lainnya;

c. Menguasai metode dan teori dalam konteks mengkaji dan mendiseminasikan tentang struktur seni sebagai hasil kebudayaan, baik itu mencakup materi seni itu sendiri maupun dengan segala aspek sosiokulturalnya.

d. Menguasai metode dan teori dalam mengkaji dan mendiseminasikan teks dan konteks seni yang mendukungnya dengan pendekatan-pendekatan ilmu Penciptaan dan Pengkajian Seni mencakup makna-makna teks dan konteks dalam seni budaya.

(28)

28

e. Menguiasai metode, teori, dan aplikasi keilmuan dalam mempraktikkan seni, dan mendiseminasikan sesuai dengan minat utamanya, dalam lintas etnik di dunia maupun dengan sentuhan estetika baru, dengan capaian pada tingkat ahli.

f. Menguasai metode dan teori dalam rangka melakukan enkulturasi (pembelajaran) teori dan praktik seni kepada komunitas yang memerlukannya sesuai dengan prinsip-prinsip enkulturasi budaya dalam disiplin Penciptaan dan Pengkajian Seni. g. Menguasai metode dan teori penciptaan seni dalam membuat komposisi seni

berdasarkan hasil penelitian seni dalam konteks kebudayaan masyarakat pemilik seni tersebut.

2.1.3 Konsultan Seni Budaya

2.1.3.1 Sikap Magister Pengkajian dan Pengelola Seni sebagai Konsultan Seni Budaya

Lulusan Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU dengan profil konsultan seni wajib memiliki sikap-sikap sebagai berikut.

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius, dengan tugas sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika. b. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,

moral, dan etika; terutama dalam tugas sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

c. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila; dalam tugas sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

d. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa; dalam tugas sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain; dalam tugas sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

f. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan; dalam tugas sebagai konsultan seni dan menyelesaikan permasalahan pada fenomena seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika. g. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara; dalam

tugas sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

h. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik; dalam tugas sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

i. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri; dalam tugas sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

(29)

29

j. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan, dalam tugas sebagai narasumber seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

2.1.3.2 Keterampilan Umum Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni sebagai Konsultan Seni

Lebih lanjut lagi sesuai dengan KKNI dan SNDIKTI DIKTI lulusan magister Penciptaan dan Pengkajian Seni FIB USU degan profil konsultan seni memiliki

keterampilan umum sebagai berikut:

a. Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahlian Penciptaan dan Pengkajian Seni; dalam keterampilan umum sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

b. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur; dalam keterampilan umum sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

c. Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya (yaitu Penciptaan dan Pengkajian Seni) berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan solusi, gagasan, desain atau kritik seni; dalam keterampilan umum sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

d. Mampu menyusun deskripsi saintifik hasil kajian tersebut di atas dalam bentuk tesis magister atau laporan tugas akhir, dan mengunggahnya dalam laman pendidikan tinggi; dalam keterampilan umum sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

e. Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah terutama di bidang Penciptaan dan Pengkajian Seni, berdasarkan hasil analisis informasi dan data; dalam keterampilan umum sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

f. Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing, kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya, dalam keterampilan umum sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

g. Mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan supervisi serta evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya; dalam keterampilan umum sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya serta seni itu sendiri sebagai hasil kebudayaan yang mengandung aspek struktural dan estetika.

h. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada di bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri; dalam keterampilan umum sebagai konsultan seni dalam konteks sosial dan budaya

Gambar

Tabel 5: MATRIKS PROFIL DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN  KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI MENGACU KKNI DAN SNDIKTI

Referensi

Dokumen terkait

Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya

Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan

Secara khusus Kunjungan Panja PTSL dan Tata Ruang Daerah Komisi II DPR RI ke Provinsi Sulawesi Tenggara adalah ingin mendapatkan informasi mengenai salah satu program stategis

mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan

Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan

mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya

Untuk mengembalikan komposisi nilai sesuai yang diatur di prodi silakan klik disini kemudian klik Reset

KU3 Mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya