• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEIKSIS ANAFORIS DAN DEIKSIS KATAFORIS DALAM CERPEN MAJALAH MANGLÉ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEIKSIS ANAFORIS DAN DEIKSIS KATAFORIS DALAM CERPEN MAJALAH MANGLÉ"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DEIKSIS ANAFORIS DAN DEIKSIS KATAFORIS

DALAM CERPEN MAJALAH MANGLÉ

Nessa Fauzy Rahayu

1

, Yayat Sudaryat

2

, Hernawan

3

Nessa.fauzy@student.upi.edu

,

yayat.sudaryat@upi.edu

,

hernawan@upi.edu

Departemen Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra,

Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis deiksis anaforis dan deiksis kataforis yang terdapat dalam sumber data berdasarkan (1) tipenya, (2) posisinya, (3) bentuk, (4) acuannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, instrumen yang digunakan yaitu kartu data, dan tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tehnik teks atau tehnik ulikan pustaka. Berdasarkan dari hasil penelitian, dari 14 judul cerpen Sunda yang dianalisis, ditemukan 182 data deiksis yang terbagi atas tipe ditemukan 76 (41,75%) deiksis endoforis anaforis intrakalimah, 106 (58,24%) deiksis endoforis kataforis intrakalimah. Berdasarkan posisinya, ditemukan 76 (41,75%) deiksis anaforis dan 106 (58,24%) deiksis kataforis. Berdasarkan bentuknya, terbagi 10 (5,50%) deiksis anaforis persona, 13 (7,14%) deiksis kataforis persona, deiksis kataforis temporal 14 (7,70%), deiksis anaforis lokatif 3 (1,64%), deiksis kataforis lokatif 1 (0,54%), deiksis anaforis umum 7 (3,84%), deiksis kataforis umum 37 (20,32%), deiksis anaforis hlm/cara 3 (1,64%), deiksis kataforis hlm/cara 3 (1,64%), deiksis anaforis jumlah 2 (1,10%), dan deiksis kataforis jumlah 2 (1,10%). Yang terakhir berdasarkan acuannya, terbagi dalam 40 (21,98%) anaforis kecap barang, 58 (31,87%) kataforis kecap barang, 36 (19,79%) anaforis frasa barang, dan 48 (26,38%) kataforis frasa barang.

Kata Kunci: deiksis anaforis dan deiksis kataforis, cerpen, Majalah Manglé

DÉIKSIS ANAFORIS JEUNG DÉIKSIS KATAFORIS

DINA CARPON MAJALAH MANGLÉ

ABSTRAK

Panalungtikan ieu miboga tujuan pikeun nganalisis jeung ngadéskripsikeun déiksis anaforis jeung déiksis kataforis anu kapanggih dina sumber data dumasar (1) tipena, (2) posisina, (3) wangun, (4) acuanna. Metode anu digunakeun dina ieu panalungtikan nyaéta métode déskriptif, instrumen anu digunakeunana nyaéta kartu data. Téhnik anu digunakeun dina ngumpulkeun data digunakeun nyaéta téhnik téks atawa téhnik ulikan pustaka. Dumasar kana hasil panalungtikan, tina 14 judul carpon Sunda anu dianalisis,

1

Penulis Utama

2 Penulis Penanggung Jawab 1 3 Penulis Penanggung Jawab 2

(2)

kapanggih 182 data déiksis anu kabagi jadi tipe kapanggih 76 (41,75%) déiksis endoforis anaforis intrakalimah, 106 (58,24%) déiksis éndoforis kataforis intrakaimah. Dumasar posisina, kapanggih 76 (41,75%) déiksis anaforis jeung 106 (58,24%) déiksis kataforis. Dumasar wandana, kabagi jadi 10 (5,50%) déiksis anaforis persona, 13 (7,14%) déiksis kataforis persona, déiksis kataforis témporal 14 (7,70%), déiksis anaforis lokatif 3 (1,64%), déiksis kataforis lokatif 1 (0,54%), déiksis anaforis umum 7 (3,84%), déiksis kataforis umum 37 (20,32%), déiksis anaforis hlm/cara 3 (1,64%), déiksis kataforis hlm/cra 3 (1,64%), déiksis anaforis jumlah 2 (1,10%), sarta déiksis kataforis jumlah 2 (1,10%). Pamungkas dumasar acuanna, kabagi kana 40 (21,98%) déiksis anaforis kecap barang, 58 (31,87%) kataforis kecap barang, 36 (19,79%) anaforis frasa barang, sarta 48 (26,38%) kataforis frasa barang.

Kecap Galeuh: deiksis anaforis jeung deiksis kataforis, carpon, Majalah Manglé

ANAPHORIC DEIXIS AND CATAPHORIC DEIXIS

IN SHORT STORY MANGLÉ MAGAZINE

ABSTRACT

This research aims to describe and analyse anaphoric deixis and cataphoric deixis in Mangle Magazine based on (1) the type, (2) the position, (3) the form, and (4) the reference. In conducting this research, descriptive method is employed. The data were collected by using literature review technique with data card as the instrument of the research. The findings of the research show that there are 182 deixis used in the 14 Sundanese short stories analysed. Based on the type, there are 76 (41,75%) intrasentential anaphoric endophoric deixis and 106 (58,24%) intrasentential cataphoric endophoric deixis. Based on the position, there are 76 (41,75%) anaphoric deixis and 106 (58,24%) cataphoric deixis. Based on the form, there are 10 (5,50%) personal anaphoric deixis, 13 (7,14%) personal cataphoric deixis, 14 (7,70%) temporal cataphoric deixis, 3 (1,64%) spatial anaphoric deixis, 1 (0,54%) spatial cataphoric deixis, 7 (3,84%) common anaphoric deixis, 37 (20,32%) common cataphoric deixis, 3 (1,64%) way anaphoric deixis, 3 (1,64%) way cataphoric deixis, 2 (1,10%) total anaphoric deixis, and 2 (1,10%) total cataphoric deixis. Meanwhile based on the reference, there are 40 (21,98%) anaphoric noun, 58 (31,87%) cataphoric noun, 36 (19,79%) anaphoric noun phrase, and 48 (26,38%) cataphoric noun phrase.

Keywords: anaphoric deixis, cataphoric deixis, short story, Manglé Magazine

Bahasa merupakan satu sistem. Sudaryat (2004, hlm.7) menjelaskan bahwa sistem yaitu kesatuan unsur-unsur yang saling melengkapi berdasarkan aturan yang tentu untuk mencapai satu tujuan.

Sebagai satu sistem basa mempunyai dua sipat yaitu sistematis dan sistemis. Disebut sistematis karena bahasa

mempunyai unsur-unsur yang polanya sudah tentu dan bisa diramalkan, sedangkan disebut sistemis karena bahasa mempunyai subsistem seperti fonologi, gramatika, leksikon, dan semantik.

Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Sunda mempunyai ragam bahasa. Ragam bahasa bisa dilihat dari beberapa jihat pemakainya yang mengacu pada: 1)

(3)

daerah, 2) tahap pendidikan, 3) sikap yang berbicara, 4) bahasa berbicara, 5) sarana, bahasa lisan, bisa tulisan, dan 6)

pasosoknya. Apabila dilihat dari ragam

bahasa (sarana), karya sastra merupakan ragam dipakenya bahasa tertulis. Sebab, diantaranya dibangun oleh morfem, kata, frasa, klausa dan wacana (Sudaryat, 2011, hlm.3)

Menurut Sudaryat (2011, hlm.2) wacana merupakan unsur gramatikal yang paling luas, bisa berupa karangan yang utuh (novel, buku, artikel) atau paragraf, dengan amanat yang lengkap. Wacana merupakan bentuk bahasa paling luas yang diulik oleh pragmatik. Oleh sebab itu, wacana mempunyai sifat-sifat pragmatis. Kepragmatisan wacana meliputi, (1) deiksis, (2) praduga, (3) implikatur konversasi, (4) adegan konversasi, dan (5) perilaku bahasa (Levinson dalam Sudaryat, 2010, hlm.10-11).

Deiksis merupakan unsur bahasa yang digunakan untuk menunjukkan hlm atau fungsi yang tentu di luar bahasa yang berguna untuk mengukur gejala semantis yanga ada dalam kata atau adegan kata yang hanya bisa ditafsirkan acuannya dengan cara menghitung-hitung situasi pembicaraan. Kata deiktickos yang berarti „hlm penunjukan secara langsung‟. Deiksis dipakai untuk menjelaskan fungsi kata ganti, kata tuduhan, peran waktu, dan aneka ciri gramatikal dan leksikal lainnya yang menghubungkan ujaran dengan jalinan ruang dan waktu dalam tindak ujaran (Lyons dalam Sudaryat, 2010, hlm. 11).

Sesuatu yang dituduhkan oleh deiksis

disebut anteseden. Berdasarkan

antesedennya, deiksis dibedakan atas deiksis persona, deiksis temporal, deiksis lokatif, deiksis wacana dan deiksis sosial. Berdasarkan antesedenna, ada deiksis

luar-tuturan (eksoforis) dan deiksis dalam tuturan (endoforis). Berdasarkan posisi

atesedennya terdapat deiksis anaforis dan deiksis kataforis.

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini

yaitu untuk mengetahui dan

mendeskripsikan deiksis anaforis dan deiksis kataforis dalam Majalah Manglé.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Tujuan metode deskriptif yaitu untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai apa yang diteliti.

Data dalam penelitian ini yaitu seluruh kalimat yang mengandung deiksis endoforis. Untuk melengkapi penelitian ini juga dianalisis deiksis berdasarkan tipe, dan acuannya. Data bentuk deiksis diambil dari sumber data. Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu seluruh cerita pendek yang ada dalam Majalah Manglé Edisi bulan Juli sampai dengan bulan Agustus yang jumlahnya 14 cerpen.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu teknik teks, sedangkan untuk menganalisis datanya digunakan teknik analisis unsur langsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis data ditemukan 21 deiksis yang frekuensi pemakaianya 182. Data yang ditemukan lalu dianalisis berdasarkan tipe, wanda, posisi dan acuannya.

Tabél 1.1 Data Deiksis

No Deiksis Frékuénsi Persentaseu

1. abdi 3 1,64% 2. anjeun 1 0,54% 3. ayeuna 4 2,20% 4. baheula 4 2,20% 5. déwék 1 0,54% 6. di dieu 2 1,10% 7. di ditu 2 1,10% 8. éta 17 9,34% 9. harita 8 4,40% 10. ieu 26 14,29% 11. isukna 1 0,54%

(4)

No Deiksis Frékuénsi Persentaseu 12 kieu 2 1,10% 13. kitu 4 2,20% 14. kiwari 1 0,54% 15. kuring 4 2,20% 16. manéh 1 0,54% 17. manéhna 7 3,84% 18. -na 83 45,60% 19. sakitu 4 2,20% 20. uing 3 1,64% 21. urang 4 2,20% Jumlah 182 100%

Deiksis menurut pendapat aliran tradisional merupakan luar tuturan. Menurut pandangan ini, yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si pembicara, bukan unsur yang ada di dalam bahasa itu sendiri (Purwo, 1984, hlm.7). Sesuatu yang dituduhkan oleh deiksis

disebut anteseden. Berdasarkan

antesedennya, deiksis dibedakan atas deiksis persona, deiksis temporal, deiksis lokatif, deiksis wacana dan deiksis sosial. (Levinson, dina Sudaryat, 2010, hlm.11). Berdasarkan antesedenna, ada deiksis

luar-tuturan (eksoforis) dan deiksis dalam tuturan (endoforis) melihat dari posisi

anteseden, ada deiksis anaforis dan deiksis kataforis (Sudaryat, 2010, hlm.11).

Tipe deiksis yang ditemukan hanya tipe deiksis endoforis intrakalimah, yaitu deiksis yang menunjukkan apa yang ada di dalam wacana (teks). Deiksis anaforis intrakalimah ditemukan 76 (41,75%) data deiksis, serta 106 (58,24%) data deiksis kataforis intrakalimah.

Berdasarkan posisinya ditemukan 76 deiksis anaforis sedangkan deiksis kataforis ditemukan 106.

Berdasarkan bentuknya, deiksis dibagi jadi enam, yaitu deiksis persona, deiksis temporal, deiksis lokatif, deiksis umum, deiksis hlm/cara, dan deiksis jumlah.

pertama, deiksis persona ditemukan 24 (13,19%) data deiksis persona yaitu

abdi, anjeun, déwék, kuring, manéh, manéhna, uing, jeung urang. Berdasarkan

bentuk anaforis persona kesatu ditemukan satu deiksis yaitu deiksis kuring yang jumlah pemakaiannya 2, deiksis persona kedua ditemukan satu deiksis yaitu deiksis

manéh yang jumlah pemakaiannya 1.

Deiksis persona ketiga ditemukan satu deiksis yaitu deiksis manéhna yang jumlah pemakaiannya ada 7. Sedangkan bentuk deiksis kataforis persona kesatu ditemukan lima deiksis yaitu deiksis abdi,

déwék, kuring, uing, dan urang, yang

jumlah pemakaiannya ada 13. Deiksis kataforis persona kedua ditemukan satu deiksis yaitu anjeun yang jumlah pemakaiannya 1.

Kedua, berdasarkan bentuk deiksis temporal (waktu) ditemukan 14 (7,70%) data deiksis yaitu deiksis baheula, harita,

isukna, jeung kiwari. Semuanya termasuk

ke dalambentuk deiksis kataforis temporal (waktu).

Ketiga, berdasarkan bentuk deiksis lokatif (tempat) ditemukan dua deiksis yaitu deiksis dieu dan ditu yang jumlah pemakaiannya ada 4. Dua deiksis tersebut terbagi dalam deiksis anaforis lokatif yang jumlah pemakaiannya 3, sedangkan deiksis kataforis lokatif hanya ada satu deiksis yaitu deiksis ditu yang jumlah pemakaiannya juga sama 1.

Keempat, berdasarkan bentuk deiksis umum ditemukan dua deiksis yaitu deiksis

éta dan ieu yang jumlah pemakaiannya 43

(23,62%). Terbagi lagi atas deiksis anaforis umum yang jumlah pemkaiannya ada 7 (3,84%), sedangkan deiksis kataforis umum yang jumlah pemkaiannya ada 36 (19,79%).

Kelima, berdasarkan bentuk deiksis hlm/cara ditemukan dua deiksis yaitu deiksis kieu dan kitu yang jumlah pemkaiannya 6 (3,30%). Yang terbagi jadi deiksis anaforis hlm/cara yang jumlah pemkaiannya 3 (1,64%), sama dengan deiksis kataforis hlm/cara yang jumlah pemkaiannya ada 3 (1,64%).

Keenam, berdasarkan bentuk deiksis jumlah ditemukan satu deiksis yaitu deiksis sakitu jumlah pemkaiannya 4

(5)

(2,20%). Terbagi lagi dalam deiksis anaforis jumlah jumlah pemkaiannya 2 (1,10%), deiksis kataforis jumlah juga sama jumlah pemkaiannya ada 2 (1,10%).

Dilihat dari bentuknya, acuan deiksis bisa berupa kata benda (KB) atau frasa barang (FB). Berdasarkan analisis data acuanyna, ditemukan 182 acuan deiksis.

Pertama, acuan yang berwujud kata benda (KB). Kata benda yaitu sejumlah

kata yang sakurang-kurangnya

mempunyai salahsatu ciri-ciri yaitu kata yang menuduhkan benda dan apa saja yang dianggap benda orang, hewan, tumbuhan, barang, tempat, dan hlm. dari hasil analisis ditemukan 98 (53,84%) data bentuk acuan deiksis yang termasuk dalam kata benda. ditemukan 40 (21,98%) yang termasuk dalam KB anaforis. Contonya: “hadiah lebaran ti nu boga imah éta téh”, kata hadiah merupakan kata benda dan merupakan acuan dari deiksis éta, posisinya ada sebelum deiksis. Sedangkan kata benda yang kataforis ditemukan 58 (31,87%). Contonya: “ieu maké hapé ceu Tinah”, ieu merupakan deiksis sedangkan

hapé merupakan acuan deiksis, posisinya

ada setelah deiksis.

Kedua, acuan yang berwujud frasa barang (FB). Acuan frasa barang atau frasa nominal yaitu frasa yang distribusinya atau paripolah sintaksisnya sama dengan kata benda (KB) atau nominal (N). Dari hasil analisis ditemukan ada 84 (46,15%) data bentuk acuan deiksis yang termasuk dalam frasa barang. ditemukan 36 (19,79%) data yang termasuk dalam FB anaforis. Contonya: “barudak leutik kitu geus dibéré kabébasan mawa motor”. Barudak leutik merupakan FB serta acuan dari deiksis yaitu kitu, posisinya ada sebelum deiksis. Sedangkan acuan deiksis yang berwujud frasa barang kataforis ada 48 (26,38%). Contonya: “Perpustakaan mah wios ku

abdi!” cék Mang Emod ngabuyarkeun

sakabéh lamunan Mang Unéd. Mang

Emod merupakan acuan yang berwujud

FB serta acuan dari deiksis yaitu abdi. Posisinya ada setelah deiksis.

KESIMPULAN

Deiksis merupakan unsur bahasa yang digunakan untuk menunjukkan hlm atau fungsi yang tentu di luar bahasa untuk menjelaskan fungsi kata ganti, kata panuduh, peran waktu, dan beberapa ciri gramatikal serta leksikal lainnya yang dihubungkan dengan konteks tempat dan waktu berlangsungnya komunikasi bahasa.

Deiksis anaforis yaitu deiksis yang

menunjukkan sesuatu yang ada

sebelumnya. Sedangkan deiksis kataforis yang menunjukkan sesuatu yang ada setelahnya yaitu antésédén.

Berdasarkan dari hasil analisis dan déskripsi data dalam bab IV, hasil penelitian mengenai deiksis anaforis dan deiksis kataforis dalam Cerpen yang ada dalam Majalah Manglé yang berjumlah 14 judul cerpen, bisa dilihat di bawah ini.

berdasarkan tipenya, ditemukan ada 182 (100%) deiksis yang terbagi dalam tipe deiksis éndoforis anaforis intrakalimah 77 (42,30%) data. Sedangkan dalam tipe deiksis éndoforis kataforis intrakalimah 105 (57,70%) data.

Dilihat dari posisinya, ada 182 (100%) deiksis, yang terbagi jadi 76 (41,75%) deiksis anaforis, dan 106 (58,24%) deiksis kataforis.

Dilihat dari bentuknya, ada 182 (100%) deiksis. Yang terbagi dalam 10 (5,50%) deiksis anaforis persona, 14 (7,70%) deiksis kataforis persona, deiksis kataforis temporal 14 (7,70%), deiksis anaforis lokatif 3 (1,64%), deiksis kataforis lokatif 1 (0,54%), deiksis anaforis umum 7 (3,84%), deiksis kataforis umum 36 (19,79%), deiksis anaforis hlm/cara 3 (1,64%), deiksis kataforis hlm/cara 3 (1,64%), deiksis anaforis jumlah 2 (1,10%) jeung deiksis kataforis jumlah ditemukan 2 (1,10%) data.

(6)

Dilihat dari acuannya, ada 182 (100%) deiksis. Yang tebagi dalam anaforis kata benda ada 40 (21,98%), 58 (31,87%) kataforis kata benda. Anaforis frasa barang 36 (19,79%), kataforis frasa barang 48 (26,38%).

Berdasarkan dari rangkuman di atas bisa disimpulkan bahwa dari semua data deiksis anaforis dan deiksis kataforis termasuk dalam tipe deiksis éndoforis

intrakalimah, sebab semuanya

menunjukkan apa yang ada di dalam kalimah. Deiksis éndoforis intrakalimah yang kataforis lebih banyak dibanding deiksis endoforis intrakalimah yang anaforis. Selain itu bentuk deiksis persona, témporal, dan deiksis umum yang anaforis lebih sedikit dibandingkan deiksis persona yang kataforis. Dibandingkan dengan

deiksis témporal dan umum yang kataforis jumlahnya lebih banyak daripada yang anaforis. Deiksis hlm/cara dan deiksis jumlah. Deiksis jumlah sama banyaknya antara deiksis anaforis dan deiksis kataforis. Berdasarkan acuannya kata benda lebih banyak dibandingkan frasa

barang. Baik anaforis maupun

kataforisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Purwo, B.K. (1984). Deiksis Dalam

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudaryat, Y. (2011). Tata Basa Sunda

Kiwari. Bandung: Yrama Widya.

Sudayat, Y. (2010). Ulikan Wacana Basa

Sunda. Bandung: Geger Sunten.

Sudaryat, Y. (2004). Élmuning Basa. Bandung: Walatra.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan dengan angka-angka. Karena

1 Adanya buku khusus untuk mencatat perkembangan klien ( buku operan ) Discharge planning belum didokumentasikan secara optimal Adanya kemauan perawat untuk

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah diungkapkan, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui perbedaan pemahaman konsep

Metode analisis penelitian ini menggunkan analisis linier berganda.Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa : (1) variabel sistem penggajian

Pada proses balik nama STNK, User akan mengambil data dari t_kepemilikan STNK untuk dirubah dengan data yang baru.Kemudian data tersebut akan disimpan kembali di t_kepemilkan

Dengan demikian informasi rencana pembelian kembali saham ( buyback ) diterima oleh pasar dan dipandang sebagai good news ditandai dengan adanya perubahan harga saham yang

Selama proses penerbitan Sertifikat,SKP dan Lisensi dari Kemnaker RI, peserta dapat menggunakan Sertifikat Internal dan Surat Keterangan dari PT Indohes Magna