HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN EFIKASI
DIRI AKADEMIK PADA SISWA KELAS 10
SMA YOS SUDARSO CILACAP
OLEH
TIMOTIUS PRASETIO 802012014
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagaian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen SatyaWacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Timotius Prasetio NIM : 802012014 Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jenis karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalty non-eksklusif (non-eclusif royalty freeright) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA KELAS 10
SMA YOS SUDARSO CILACAP
Dengan hak bebas royalty non eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Timotius Prasetio
NIM : 802012014
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA KELAS 10
SMA YOS SUDARSO CILACAP
Yang dibimbing oleh :
Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA.
Adalah benar - benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 1 November 2016
Yang memberi pernyataan,
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA KELAS 10 SMA
YOS SUDARSO CILACAP
Oleh
Timotius Prasetio
802012014
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal : 1 November 2016
Oleh :
Pembimbing,
Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA.
Diketahui oleh, Disahkan oleh,
Kaprogdi Dekan
Dr. Chr. Hari S., MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN EFIKASI
DIRI AKADEMIK PADA SISWA KELAS 10 SMA
YOS SUDARSO CILACAP
Timotius Prasetio
Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA.
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
Abstrak
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui gambaran hubungan antara kecerdasan emosi
dengan efikasi diri akademik, menggunakan aspek-aspek dan juga faktor-faktor yang
mendukung kedua variabel tersebut. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif berbentuk skala psikologi. Karakteristik subjek penelitian ini siswa-siswa
kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya
hubungan antara kecerdasan emosi dengan efikasi diri akademik. Aspek-aspek yang
menyebabkan subjek memiliki kecerdasan emosi yang tinggi yaitu kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosi merujuk
kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi dengan baik pada
diri sendiri dan dengan orang lain. Demikian juga setelah dilakukan uji korelasi pada
program SPSS 16.0 for windows didapatkan r=0.073 dengan nilai sig 0,353 (p ). Maka hipotesis yang diajukan penulis ditolak.
Abstract
The purpose of this study is to find an outlook of the correlation between emotional
intelligence and academic self-efficacy, using the aspects and factors that support the
two variables. The method of this study is quantitative approach in the forms of
psychology scales. The characteristics of the subjects of this study are the 10th grade
students of Yos Sudarso High School, Cilacap. The results of this study showed that
there is no correlation between emotional intelligence and academic self-efficacy. The
aspects that lead the subjects to have high emotional intelligence are self-awareness,
self-regulation, motivation, empathy, and social skills. Emotional intelligence refers to
the ability to recognize our own feelings and the feelings of others, the ability to
motivate oneself, the ability to manage emotions properly within ourselves and with
others. Likewise, after conducting the correlation test in SPSS 16.0 program, the result
is r=0.073 with sig 0.353 (p Therefore the hypothesis proposed by writer is
rejected.
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif dan psikososial.
Pada masa ini, remaja mulai mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan
(Papalia dan Olds, (2009), salah satunya adalah bagaimana siswa memandang seberapa
penting tugas-tugas yang diberikan. Agar relevan dengan pembelajaran di sekolah dan
situasi berprestasi lainnya maka diperlukan suatu efikasi diri. Bandura (dalam Schunk,
1990) mendefinisikan efikasi diri sebagai pertimbangan seseorang terhadap
kemampuannya mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk mencapai performansi tertentu. Efikasi diri adalah evaluasi diri
individu tentang kemampuan diri atau kompetensi untuk mengerjakan tugas, mencapai
tujuan, atau mengatasi tantangan (Bandura (1977). Alwisol (2005) mengemukakan
bahwa cara individu berperilaku dalam situasi tertentu tergantung pada hubungan antara
lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang berkaitan dengan
keyakinannya bahwa dirinya mampu atau tidak mampu memunculkan perilaku yang
sesuai dengan harapan.
SMA Yos Sudarso merupakan sekolah yang menganut pendidikan yang
beraneka ragam mulai dari agama sampai pada kecerdasan emosi yang dimiliki
masing-masing siswa tentu beragam. Selain itu SMA ini juga termasuk favorit sebagai sekolah
swasta. Fenomena yang nampak di kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap melalui hasil
wawancara yang sudah dilakukan kepada wali kelas maupun beberapa siswa yaitu
dalam hal banyaknya tugas-tugas yang didapatkan dan juga nilai yang didapatkan tidak
sesuai dengan kriteria. Siswa menjadi tidak memperhatikan, tidak mengikuti dan tidak
siswa sehingga berpengaruh kepada efikasi diri atau keyakinan diri yang dimiliki siswa.
Para siswa yang jarang bahkan tidak pernah mempelajari terlebih dahulu materi yang
akan diterima pada pertemuan dikelas sehingga tidak terlalu paham tentang materi yang
disampaikan dan juga hanya mengerjakan semampu siswa dan hanya bisa pasrah
dengan apapun nilai yang akan didapat, bahkan ketika mengikuti UTS siswa tidak
mengambil pusing karena adanya tes dan jika hasilnya tidak sesuai dengan KKM yang
telah ditentukan. Karena adanya tuntutan-tuntutan tersebut membuat siswa menjadi
kurang bersemangat mengikuti pelajaran, hal-hal tersebut merupakan gambaran yang
bisa diberikan. Murid-murid sebenarnya sudah mengerti tujuan atau apa yang
seharusnya mereka lakukan ketika menghadapi tantangan-tantangan yang sedang
mereka hadapi tetapi juga ada hal lain yang mempengaruhi efikasi diri, ini diungkapkan
oleh Myers dalam (Carlos, dkk, 2006) bahwa individu dengan tingkat efikasi diri yang
tinggi akan memperlihatkan sikap yang lebih gigih, tidak cemas dan tidak mengalami
tekanan dalam menghadapi suatu hal. Warsito (2004) mengatakan bahwa murid dengan
keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya, dapat mengatur waktu belajar yang
dibutuhkannya untuk dapat memahami materi. Tujuan dilakukannya penelitian adalah
untuk melihat apakah ada hubungan kecerdasan emosi yang dimiliki siswa terhadap
efikasi diri akademik siswa.
Menurut Goleman (2007) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati
dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban
stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Kecerdasan
emosi adalah kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang
sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain
http://eprints.ums.ac.id/3693/2/F100040097.pdf. Kecerdasan emosi menurut Pellitteri
(2002) merupakan proses untuk mencari sukses dalam bidang sosial, tentunya dengan
beberapa faktor diantaranya: persepsi diri, pengetahuan dan lain-lain
http://digilib.uin-suka.ac.id/6317/1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. Remaja yang sukses
dalam bidang kecerdasan emosi dan kematangan sosial maka akan memiliki efikasi diri
yang baik.
Salovey dan Mayer dalam (Goleman, 1998) mendefinisikan kecerdasan
emosional atau yang sering disebut EQ sebagai kemampuan memantau dan
mengendalikan perasan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan
itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Kecerdasan Emosional juga sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat.
Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat
mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional (Shapiro, 1998).
Gardner (1983) menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup
kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati,
temperamen, motivasi dan hasrat orang lain. Dalam kecerdasan antar pribadi yang
merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan akses menuju
perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan-perasaan-perasaan tersebut
serta memanfaatkannya. Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi; menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri,
Efikasi diri adalah evaluasi seseorang terhadap kemampuan dan kompetensinya
untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan (Bandura,
1977). Bandura (2002) mengungkapkan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan
mengenai kemampuan seseorang dalam mengorganisir dan melaksanakan arah-arah
tindakannya yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang prospektif. Pada
umumnya orang akan bertindak untuk mencapai tujuan, jika ia merasa akan mendapat
hasil dari tindakannya tersebut. Jika ia tidak yakin bahwa tindakannya akan berhasil,
maka ia merasa imbalan untuk tindakannya cenderung tidak ada atau relatif hanya
sedikit (Bandura, 1999).
Baron dan Byrne (2006) mengatakan bahwa efikasi diri adalah kepercayaan
bahwa individu dapat mencapai tujuan sebagai hasil dari tindakannya sendiri. Seseorang
berperilaku ditentukan oleh hasil (outcome) dari suatu pengalaman yang dialami oleh individu tersebut. Umpan balik positif terhadap kemampuan seseorang meningkatkan
efikasi diri (Bandura, 1986). Efikasi diri menurut Alwisol (2005) dapat diperoleh,
diubah, ditingkatkan atau diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber,
yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi, pengalaman vikarius, persuasi sosial dan
pembangkitan emosi. Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada
masa yang telah lalu.
Penelitian tentang efikasi diri akademik yang mendukung penelitian ini adalah
Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Self Efficacy pada remaja SMU
Negeri 9 Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka dapat
efikasi diri akademiknya, begitu juga sebaliknya. (JURNAL PSIKOLOGI 2002, NO. 2,
112 – 123).
A.Efikasi Diri Akademik
1. Pengertian Efikasi diri akademik
Efikasi diri menurut Bandura (1977) adalah evaluasi seseorang terhadap
kemampuan dan kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau
mengatasi hambatan. Efikasi diri juga didapatkan dari role model yang mengajari
kitabahwa ambisi kita merupakan ambisi yang dapat kita raih (Bandura, 2006) sehingga
menunjukkan efikasi diri merupakan faktor yang kuat. Bandura (1986) menjelaskan
bahwa individu yang memiliki efikasi diri akademik yang tinggi cenderung memilih
terlibat langsung dalam mengerjakan suatu tugas, sedangkan individu yang memiliki
efikasi diri akademik rendah cenderung mengerjakan tugas tertentu meskipun dirasa
sulit
Performa fisik, tugas akademik, performa dalam pekerjaan, dan kemampuan
untuk mengatasi kecemasan dan depresi ditingkatkan melalui perasaan yang kuat akan
efikasi diri. Pada umumnya orang akan bertindak untuk mencapai tujuan, jika ia merasa
akan mendapatkan hasil dari tindakannya tersebut. Jika ia tidak yakin bahwa
tindakannya akan berhasil, maka ia akan merasa imbalan untuk tindakannya cenderung
tidak ada atau relatif hanya sedikit (Bandura, 1999).
Efikasi diri akademik berhubungan dengan keyakinan siswa akan
kemampuannya melakukan tugas-tugas, mengatur kegiatan belajar mereka sendiri, dan
1997). Efikasi diri cenderung konsisten sepanjang waktu, tetapi bukan berarti tidak
berubah. Umpan balik positif terhadap kemampuan seseorang akan meningkatkan
efikasi diri (Bandura, 1986). Berkaitan dengan efikasi diri akademik maka diharapkan
siswa dapat menerapkan hal tersebut sepanjang mengenyam pendidikan.
2.Aspek-aspek Efikasi Diri Akademik yaitu:
a. Magnitude (tingkat kesulitan tugas), yaitu tingkat masalah berkaitan dengan
derajat kesulitan tugas siswa. Komponen ini berimplikasi pada pemilihan
perilaku yang akan dicoba siswa berdasar ekspektasi efikasi pada tingkat
kesulitan-kesulitan siswa dalam menyesuaikan diri dengan tugas yang ada
diluar batas kemampuannya.
b. Strength (kekuatan keyakinan), yaitu komponen yang berkaitan dengan
kekuatan keyakinan individu atas kemampuannya. Orang akan bertindak
untuk mencapai tujuan, jika ia merasa akan mendapat hasil dari tindakan
tersebut. Jika ia tidak yakin bahwa tindakannya akan berhasil, maka ia
merasa imbalan untuk tindakannya cenderung tidak ada atau relatif hanya
sedikit.
c. Generality (generalitas), yaitu hal yang berkaitan dengan luas cakupan
tingkah laku yang diyakini oleh individu mampu untuk dilaksanakan.
Keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya bergantung pada
pemahaman diri individu tentang kemampuannya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri akademik:
kemampuan, kekuatan dan kelemahan dari disfungsi tubuh. Keadaan emosional
yang sedang dihadapi individu akan mempengaruhi keyakinan individu dalam
menjalankan tugas dan akan mempengaruhi keyakinan individu dalam
menyelesaikan tugas.
b. Pengalaman Individu ( Enactive Mastery Experience) : interpretasi individu terhadap keberhasilan yang dicapai individu pada masa lalu akan
mempengaruhi efikasi dirinya. Individu dalam melakukan suatu tugas akan
menginterpretasikan hasil yang dicapai, dan interpretasi tersebut akan
mempengaruhi kemampuan dirinya pada tugas-tugas selanjutnya.
c. Pengalaman keberhasilan orang lain (Vicarious Experience) : proses modeling atau belajar dari orang lain akan mempengaruhi efikasi diri. Efikasi diri individu
akan meningkat apabila dipengaruhi model yang relevan. Pengalaman orang lain
menentukan persepsi akan keberhasilan atau kegagalan individu.
d. Persuasi verbal ( Verbal Persuasion) : persuasi verbal yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi panutan dan memiliki kemampuan untuk
mewujudkan dapat meningkatkan efikasi diri individu. Persuasi verbal yang
diberikan kepada individu bahwa individu memiliki kemampuan untuk
melakukan suatu tugas menyebabkan individu semakin termotivasi untuk
menyelesaikan tugas tersebut.
Kecerdasan emosi sendiri masuk dalam faktor yang pertama yaitu Keadaan
Fisiologis dan Emosional, dapat dilihat dari pengalaman-pengalaman yang telah
dilalui dimana individu mengintepretasikan hasil yang telah dicapai dan akan
B. Kecerdasan Emosi
1. Pengertian Kecerdasan Emosi
Bar-On (2000) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu
rangkaian emosi, pengetahuan emosi dan kemampuan-kemampuan yang
mempengaruhi kemampuan keseluruhan individu untuk mengatasi masalah
tuntutan lingkungan secara efektif. Steiner (1997)
menjelaskan pengertian kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan yang
dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana
emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai
kekuatan pribadi.
Mayer dan Solovey (Goleman, 1999; Davies, Stankov, dan Roberts,
1998) mengungkapkan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk memantau
dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dan menggunakan
perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan.
2. Aspek-aspek orang yang memiliki Kecerdasan Emosi tinggi meliputi lima hal:
a. Kesadaran diri: Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan
menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki
tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
b. Pengaturan diri: Menangani emosi kita sedemikian sehingga berdampak
positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran; mampu pulih kembali dari
c. Motivasi: menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakan
dan menuntun kita menuju ssaran, membantu kita mengambil inisiatif dan
bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
d. Empati: merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif
mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan
bermacam-macam orang.
e. Ketrampilan Sosial: menangani emosi dengan baik ketika berhubungan
dengan orang laindan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial;
berinteraksi dengan lancar; menggunakan ketrampilan-ketrampilan ini untuk
mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan,
dan untuk bekerja sama dan berkerja dalam tim.
C. Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Efikasi Diri Akademik
Kecerdasan emosi merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri
dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Ketrampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan ketrampilan kognitif,
orang-orang berprestasi tinggi memilki keduanya (Goleman 2001).
Kecerdasan emosional mempunyai hubungan dengan kemampuan efikasi diri
akademik dalam diri masing-masing siswa di lingkungan pendidikannya, siswa yang
mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi dapat mengatur dan menjaga
keseimbangan emosinya (Goleman 2001).
Siswa akan menghadapi kendala-kendala yang bervariasi dalam proses
siswa tersebut menjadi cemas dan stres sehingga menjadi ragu untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Oleh karena itu, diperlukan suatu kecerdasan
emosi yang memadahi supaya efikasi diri akademik siswa yang diharapkan dalam
mewujudkan target akademik yang diinginkan dapat tercapai. Efikasi diri akademik jika
disertai dengan tujuan-tujuan yang spesifik dan pemahaman mengenai prestasi
akademik akan menjadi penentu suksesnya akademik (Bandura dalam Alwisol, 2009).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa dengan memiliki
kecerdasan emosi yang baik menjadikan pengendalian diri yang ada pada siswa menjadi
baik dan siswa tentu akan memiliki efikasi diri yang baik pula.
D. Hipotesis
Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan
signifikan antara kecerdasan emosi dengan efikasi diri akademik pada siswa kelas 10
SMA Yos Sudarso Cilacap.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel X: Efikasi Diri Akademik
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 10 di SMA Yos Sudarso Cilacap
sebanyak 166 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh.
Teknik sampling jenuh merupakan sensus teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan menjadi sampel.
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode angket atau skala
pengukuran psikologi. Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa
serangkaian pernyataan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban.
Menurut Azwar (2012), istilah skala biasa disamakan dengan istilah tes namun dalam
pengembangan instrumen ukur umumnya istilah tes digunakan untuk penyebutan alat
ukur kemampuan kognitif sedangkan istilah skala lebih banyak dipakai untuk
manamakan alat ukur atribut non kognitif khususnya yang disajikan dalam format
tulisan.
Data penelitian didapatkan dari dua skala yaitu skala kecerdasan emosi untuk
mengukur variabel kecerdasan emosi dan skala efikasi diri akademik untuk mengukur
variabel efikasi diri akademik. Skala kecerdasan emosi yang digunakan adalah skala
kecerdasan emosi yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh
Goleman (2001). Perhitungan daya beda item diketahui dari perhitungan dengan SPSS
16.0. Skala Efikasi Diri Akademik yang digunakan adalah skala yang disusun
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika deskriptif dan
uji statistik korelasional. Uji deskriptif berupa pengkategorian kecerdasan emosional
dengan efikasi diri akademik sedangkan uji korelasional menggunakan korelasi Product
Moment dari Spearman.
Hasil Penelitian
Hasil Analisa Deskriptif
a. Kecerdasan emosi
Variabel kecerdasan emosi memiliki 10 item tidak gugur dengan rentang daya beda item
antara 0,428-0,803. Memiliki skor item 1 sampai dengan 5. Pembagian skor tertinggi
dan terendah adalah sebagai berikut:
a.Skor tertinggi: 4x10= 40
b.Skor terendah: 1x10 = 10
Pembagian interval dilakukan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi,
sedang, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi
jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah
kategori.
Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka didapati data kecerdasan emosi
Kritreria skor kecerdasan emosi
Tabel 1. Kriteria Skor Kecerdasan Emosi
No Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean SD
1 Sangat tinggi 23 13,93%
24.91 7.048
2 Tinggi 36 21,81%
3 28 Sedang 35 21,21%
4 Rendah 54 32,72%
5 10 16 Sangat
rendah
17 10,30%
Data diatas menunjukkan tingkat kecerdasan emosi. Pada kategori sangat rendah
terdapat sebanyak 17 subjek, kategori rendah sebanyak 54 subjek, kategori sedang 35
subjek, kategori tinggi 36 subjek dan kategori sangat tinggi sebanyak 23 subjek. Mean
atau rata-rata yang diperoleh adalah 24,91 yang berarti bahwa kecerdasan emosi yang
dimiliki oleh siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap berada pada kategori rendah
dengan standar deviasi sebesar 7,048.
b. Efikasi Diri Akademik
Variabel efikasi diri akademik memiliki 14 item tidak gugur, rentang daya beda item
antara 0,278-0,515. Variabel efikasi diri akademik memiliki skor item antara 1 sampai
a.Skor tertinggi: 4x14 = 56
b.Skor terendah: 1x14 = 14
Pembagian interval dilakukan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi,sedang,
rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi jumlah
skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori.
Berdasarkan hasil pembagian interval tersebut, maka didapati data efikasi diri akademik
sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Skor Efikasi Diri Akademik
No Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean SD
1 Sangat tinggi 8 4,81%
39.70
4.433
2 Tinggi 79 47,59%
3 Sedang 77 46,38%
4 Rendah 2 1,20%
5 14 Sangat rendah 0 0
Data diatas menunjukkan tingkat efikasi diri akademik. Pada kategori sangat rendah
sebanyak 0 subjek, kategori rendah 2 subjek, kategori sedang 77 subjek, kategori tinggi
39,70 dapat diatakan bahwa rata-rata efikasi diri akademik siswa SMA Yos Sudarso
Cilacap berada pada kategori rendah dengan standar deviasi sebesar 4.433.
Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang telah
memenuhi asumsi analisis sebagai syarat untuk melakukan analisis dengan teknik
korelasi Pearson Product Moment. Untuk uji Normalitas digunakan Kolmogorov –
Smirnov (K-SZ). Syarat data penelitian dikatakan berdistribusi normal apabila p
digunakan uji F.
Uji Normalitas
Uji Normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov.
Data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p yang didapat dari hasil
analisa menggunakan program SPSS 16.0. Hasil uji normalitas sebagai berikut:
Uji ini menghasilkan bahwa skala kecerdasan emosi (K-S-Z= 1.392 nilai sig
0.041 (p 0,05) menunjukkan data-data yang tidak normal dan skala efikasi diri
akademik (K-S-Z= 1.055 nilai sig 0,216 (p 0,05) menunjukkan data-data berdistribusi
normal.
Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Uji linearitas dilakukan dengan bantuan program SPSS versi
16.0. Berdasarkan hasil uji linearitas pada tabel diatas, variabel kecerdasan emosi
diperoleh Fbeda= 1.843 (p yang menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel
tersebut tidak linear.
Hasil dari uji korelasi menunjukkan tidak adanya korelasi positif yang signifikan
antara kecerdasan emosi dengan efikasi diri akademik siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso
Cilacap dengan r = 0,073 (p <0.05). Hal ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan adanya hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan
efikasi diri akademikpada siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap ditolak.
PEMBAHASAN
Hasil uji korelasi yang menunjukkan tidak adanya korelasi positif yang signifikan
antara kecerdasan emosi dengan efikasi diri akademik siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso
Cilacap ( r = 0,073). Ini menunjukkan semakin rendah kecerdasan emosi siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap maka semakin rendah efikasi diri akademik. Sebaliknya,
makin tinggi kecerdasan emosi siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso maka semakin tinggi
pula efikasi diri akademiksiswa.
Tidak adanya korelasi positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan
efikasi diri akademik pada siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap berbeda dengan
hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan kecerdasan emosi dengan efikasi diri
akademik. Dalam penelitian sebelumnya Irene dan Yohanis menemukan bahwa ada
hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan efikasi diri akademik. Semakin
tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi juga efikasi diri akademiknya.
Kecerdasan emosional (Goleman 2001) mempunyai hubungan dengan kemampuan
Contohnya siswa yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi dapat memiliki
pengaturan diri yang kuat dalam pemilihan perilaku yang akan dicoba siswa berdasarkan
ekspektasi efikasi pada tingkat kesulitan-kesulitan siswa dalam menyesuaikan diri dengan tugas
yang ada diluar batas kemampuannya.
Rerata siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap memiliki kecerdasan emosi dan
efikasi diri akademik yang berada pada kategori rendah. Berdasarkan hasil uji korelasi,
adapun sumbangan yang diberikan oleh kecerdasan emosi terhadap efikasi diri
akademik pada siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap adalah sebesar 39,70% Ini
berarti kecerdasan emosi memiliki kontribusi sebesar 39,70% terhadap efikasi diri
akademik, sedangkan 60,30% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
Hal ini sesuai dengan hasil analisis deskriptif mengenai kategorisasi efikasi diri
akademik siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap, diketahui bahwa terdapat siswa
yang memiliki efikasi diri akademik yang sangat rendah ditunjukkan dengan nilai 0% (0
siswa), rendah 1,20% (2 siswa), sedang 46,38% (77 siswa), tinggi 47,59 % (79 siswa),
sangat tinggi 4,81 (8 siswa).
Efikasi diri menurut Alwisol (2005) dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau
diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman
menguasai sesuatu prestasi, pengalaman vikarius, persuasi sosial dan pembangkitan
emosi. Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang
telah lalu.
Hasil deskriptif kategorisasi skala kecerdasan emosi menunjukkan bahwa siswa
yang memiliki kecerdasan emosi sangat rendah ditunjukkan dengan nilai 10,30% (17
siswa), 32,72% (54 siswa) yang tergolong rendah kecerdasan emosinya, 21,21% (35
tinggi kecerdasan emosinya dan 13,93% (23 siswa) yang tergolong sangat inggi
kecerdsan emosinya. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rata-rata siswa kelas `10
SMA Yos Sudarso Cilacap memiliki kecerdasan emosi yang rendah. Artinya siswa tidak
mempunyai kecerdasan emosi yang baik. Menurut Bandura (1999) pada umumnya
orang akan bertindak untuk mencapai tujuan, jika ia merasa akan mendapatkan hasil
dari tindakannya tersebut. Jika ia tidak yakin bahwa tindakannya akan berhasil, maka ia
akan merasa imbalan untuk tindakannya cenderung tidak ada atau relatif hanya sedikit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan antara
kecerdasan emosi dengan efikasi diri akademik siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso
Cilacap, kesimpulan sebagai berikut:
Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan
efikasi diri akademik pada siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap. Rerata
siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap memiliki skor kecerdasan emosi yang
berada pada kategori rendah dan siswa kelas 10 SMA Yos Sudarso Cilacap
memiliki skor efikasi diri akademik yang berada pada kategori tinggi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan
hal-hal sebagai berikut:
Guru dan pihak sekolah agar lebih memperhatikan peningkatan efikasi
diri akademik di sekolah dengan cara membenahi dan melengkapi
fasilitas-fasilitas, pelayanan sekolah, dan sarana pemenuhan diri siswa yang terbatas
sehingga siswa merasa lebih menghadapi tantangan di sekolah.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya lebih memperhatikan penyususnan ala
ukur kecerdasan emosi. Peneliti berikutnya dapat meneliti lebih lanjut
penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat
digunakan, sehingga terungkap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
Daftar Pustaka
http://digilib.uin-suka.ac.id/6317/1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.
http://eprints.ums.ac.id/3693/2/F100040097.pdf.
Alwisol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baumeister, R.F. (ed.). (1999). The Self in social psychology.Philadelphia:Psychology Press
Baron, R.A., and Byrne, D. (1997). Social psychology (8th edition) Allyn and Bacon Boston.
Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological.
Bandura, A. (1995). Self efficacy: Chaning in Society. United States of America: Cambridge University Press. Review, 84 (2), 191-215.
Bandura. (1986). Social Cognitive Theory. New Jersey. Pretice Halls, Inc.
Bandura.A. 2002. Self-Efficacy: The Exercise of Control. 5th printing. New York: W.H. Freeman and Company.
Darista, Y. (2016). Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Stres Akademik pada Pelajar SMAN 1 Tuntang. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Elisabeth, E. (2014). Perbedaan Kecerdasan Emosional Ditinjau Dari Urutan Kelahiran. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Gardner, H., (1983), Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books.
Goleman, (2001). Emotional Intelligence Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Alih Bahasa : Alex Tri K.W, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Goleman, (2000). Working with Emotional Intelligence Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Goleman, Daniel. (2007). Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Papalia D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. (2009). Human Development (Perkembangan Manusia edisi 10 buku 2). (Penerj. Brian Marwensdy). Jakarta: Salemba Humanika
Setiani, T. (2016). Hubungan Antara Efikasi Diri Akademik Dengan Pengambilan Keputusan Karir Pada Siswa SMK Kristen Salatiga. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.