• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat Kehilangan Air Fisik PDAM Tirta Uli pada Kawasan Perumahan Karang Sari Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tingkat Kehilangan Air Fisik PDAM Tirta Uli pada Kawasan Perumahan Karang Sari Kota Pematangsiantar"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Minum

Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni peradaban manusia. Bahkan dapat dipastikan, tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu, pengembangan sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia.

Menurut Peraturan Pemerintah No.122 Tahun 2015 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, terdapat beberapa pengertian yang terkait dengan Sistem Penyediaan Air Minum yakni:

1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang memenuhi proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

2.2 Standar Kebutuhan Air

Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi standar kebutuhan air minum tersebut berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut:

a) Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter/kapita/hati b) Kota kecil dengan kebutuhan 90 liter/kapita/hari c) Kota sedang dengan kebutuhan 110 liter/kapita/hari d) Kota besar dengan kebutuhan 130 liter/kapita/hari e) Kota metropolitan dengan kebutuhan 150 liter/kapita/hari 2.2.1 Kebutuhan Air Domestik

(2)

sosial ekonomi yang memberikan kecenderungan peningkatan kebutuhan air. Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari hari.

Besarnya kebutuhan air domestik dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Kebutuhan Air Domestik

No Uraian

Kategori Kota berdasarkan Jumlah Penduduk

>1.000.000 1.000.000 500.000- 100.000-500.000 100.000 20.000- <20.000

Metro Besar Sedang Kecil Desa

3 Konsumsi Unit Non Domestik

(%) 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30

(3)

2.2.2 Kebutuhan Air Non Domestik

Kebutuhan air non domestik ditentukan oleh adanya konsumen non domestik. Konsumen non domestik ini memanfaatkan fasilitas fasilitas antara lain:

a) Perkantoran b) Tempat Ibadah c) Prasarana Pendidikan d) Prasarana Kesehatan e) Komersial

f) Industri

2.3 Kehilangan Air

2.3.1 Definisi Kehilangan Air

Battermann, A., (2001) Unaccounted-For Water didefinisikan sebagai hilangnya air dihitung sebagai perbedaan antara kuantitas air diumpankan kedalam sistem distribusi (produksi air minum) dan kuantitas air dimanfaatkan dengan sah, yang telah dimeterkan atau dapat diperkirakan. Kuantitas air dimasukkan yang sah belum termasuk pemakaian masyarakat yang tidak dimeterkan.

Yepes, (1995) UFW didefinisikan perbedaan antara air yang diantar ke sistem distribusi dan air yang dijual. Dan menurut Djamal, Z (2009) kehilangan Air (Water Losses) adalah selisih antara jumlah air yang dipasok kedalam jaringan perpipaan air dan jumlah air yang dikonsumsi.

Kehilangan air (Sari, 1999) berarti perbedaan jumlah air yang masuk ke dalam sistem penyediaan air bersih ( water supply system) dengan jumlah air yang tercatat. Jenis kehilangan air dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Kehilangan air yang tercatat / dapat dicatat

Kehilangan jenis ini misalnya pemakaian air untuk pengurasan pipa, pemakaian fire hydrant, pemakaian air untuk fasilitas keindahan kota, pemakaian air untuk penggunaan sosial yang tidak terbayar dan lain- lain.

(4)

Contoh kehilangan air jenis ini adalah kebocoran air pada jaringan pipa distribusi, pemakaian air konsumen yang tidak tercatat oleh meter karena meter rusak atau tidak teliti, pembuatan rekening yang salah dan sebagainya.

Kehilangan air dalam hal ini sama dengan jumlah air tidak terbayar yang besarnya dihitung dari jumlah air yang didistribusikan dikurangi jumlah air yang terbayar atau terjual. Pada umumnya besarnya kehilangannya melebihi batas kewajaran (20 %).  Persen (%) kehilangan air

Jumlah kehilangan air yang diperoleh menurut batas-batas efisiensi dan ekonomi perusahaan (batas kewajaran):

a) Kebocoran pada sistem distribusi = 5% b) Ketelitian pengukuran meter air = 3-5%

c) Kebocoran pipa konsumen = 5%

d) Pemakaian operasi dan pemeliharaan = 3%

e) Kehilangan air non fisik = 2%

18 – 20 % ( Akatirta,2012) Besarnya kehilangan air ataupun persentase kehilangan air dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

% 100 x D

K -D H Dimana :

H = Kehilangan air ( % )

D = Jumlah Air yang didistribusikan (m³ )

K = Jumlah Air yang tercatat di meter tagihan ( m³ ) ( Tornton,2008 ) 2.3.2 Sumber Kehilangan Air

(5)

1. Meter Air

a) Fungsi Meter Air

Meter air digunakan pada sistem penyediaan air bersih dengan tujuan, yaitu:  untuk mengetahui jumlah produksi air;

 untuk mengetahui besar pemakaian air keperluan pelanggan;

 untuk mengetahui besar pemakaian air konsumen, termasuk kepentingan sosial;  untuk dapat memperhitungkan tarif air;

 untuk dapat memperhitungkan rekening pelanggan;

 untuk memperkirakan besar kehilangan air dari sistem instalasi keseluruhan;  untuk keperluan penelitian/pengendalian.

b) Ketelitian Meter Air

Hasil pengujian menunjukkan bahwa meter air tidak selalu dapat diandalkan kebenaran penunjukkannya. Ternyata untuk beberapa kondisi sistem pengaliran air, meter air memperlihatkan kekurangtelitian saat beroperasi. Disamping kecepatan aliran, yang dapat mempengaruhi ketelitian meter air adalah udara. Sebuah instalasi penyaluran air minum yang bekerja secara periodik, pada saat operasi berhenti, maka sejumlah udara akan masuk ke dalam pipa distribusi dari celah sambungan pipa, katup yang tidak tertutup sempurna atau dari pipa yang bocor. Aliran udara dalam meter air akan memutar dial meter dengan cepat. Peristiwa ini sering ditemui di lapangan pada meter air konsumen.

Tekanan yang bekerja pada pipa akan menentukan kecepatan aliran dalam pipa dan akan mempengaruhi besarnya starting flow. Starting flow adalah debit aliran terkecil yang diperlukan untuk dapat menggerakan alat penghitung meter air. Kecepatan aliran di bawah starting flow akan mengakibatkan air tidak tercatat pada meter air.

2. Pipa Transmisi dan Distribusi

(6)

kepada pelanggan, kehilangan air sangat besar karena banyaknya pipa-pipa kecil yang potensial sebagai sumber kebocoran.

a) Tekanan

Dalam kehilangan air, tekanan dalam pipa merupakan indikator terjadinya suatu kebocoran fisik pada jaringan distribusi. Tekanan yang besar dalam pipa akan mengakibatkan udara di dalam pipa, udara yang terakumulasi dalam pipa akan mempengaruhi perputaran propeller dalam meter air (Leakage Reduction dalam Ferijanto, 2007).

b) Konstruksi

Sambungan antar pipa ataupun dengan fitting harus kokoh. Pada lokasi penyeberangan perlu adanya jembatan pipa atau penyangga serta angker blok pada lokasi-lokasi rawan untuk meredam gaya-gaya dari luar. Penimbunan lapisan paling bawah dengan pasir, kerikil, dan dipadatkan dengan tanah. Sebelum penimbunan secara permanen, terlebih dahulu dilakukan pengetesan tekanan pada pipa.

c) Beban

Adanya getaran lalu lintas dan beban dari luar seperti kendaraan akan mengakibatkan beban yang dipikul pipa semakin besar. Beban ini dapat direduksi dengan cara penimbunan pipa yang mengikuti peraturan. Beban yang dipikul pipa akan semakin kecil pengaruhnya jika pemasangan pipa dilakukan dengan baik.

d) Kualitas Material

Pemilihan kualitas material harus baik dan dilakukan dengan cermat. Hal ini akan mempengaruhi kecepatan terjadinya kerusakan pada sistem jika kualitasnya buruk. Kualitas yang bagus akan berusia lebih lama dan lebih tahan terhadap gangguan.

e) Korosi

(7)

3. Perlengkapan Pipa (Fitting)

Perlengkapan pipa ini meliputi joint, bend, tee, cross, dan valve. Kondisi sistem penyambungan antar fitting yang kurang baik dan tidak sesuai dengan tekanan kerja yang diijinkan akan menyebabkan pipa mudah pecah.

Daerah tempat penyambungan fitting dengan pipa merupakan daerah yang rawan akan kebocoran terlebih-lebih jika konstruksi pemasangannya tidak baik sehingga sangat dipengaruhi oleh beban yang bekerja pada tempat tersebut ( Twort dalam Ferijanto, 2007 ).

4. Pemakaian Air Tanpa Meter Air

Pemakaian air oleh pelanggan tetapi tidak dilengkapi oleh meter air sehingga untuk beban rekening tidak berdasarkan pemakaian air sebenarnya dan angka menjadi tidak pasti ( Leakage Reduction dalam Ferijanto, 2007 ).

5. Sambungan Liar ( Illegal Connection )

Sambungan yang terjadi dengan menapping pipa pelayanan tanpa diketahui pihak PDAM. Tujuannya agar pemakaian air tidak tercatat sehingga tidak perlu membayar beban rekening.

6. Pencucian Pipa (Flushing)

Air yang digunakan untuk mencuci pipa merupakan jumlah tidak tercatat. Umumnya jumlah dipakai sebesar 2% dari jumlah produksi, tetapi seharusnya melalui meter air agar jelas berapa jumlah pemakaiannya.

7. Kesalahan Administrasi

(8)

8. Sosial Budaya

Sambungan liar, tanpa meter air, meter air dimodifikasi, sambungan ganda sebelum meter air, melepas meter air saat pengaliran kemudian dipasang lagi, merusak cara kerja meter air, membubuhkan garam pada gelas meter air, meletakkan magnet di dekat dial merupakan bentuk-bentuk kecurangan yang pernah ditemui dan dilakukan oleh konsumen. Tujuan dari itu semua adalah agar angka tercatat lebih kecil sehingga membayarnya menjadi murah. Hal ini menunjukkan kesadaran masyarakat masih kurang dan begitu juga kesadaran untuk melapor.

Kondisi sosial para pegawai PDAM pun kurang bertanggungjawab, petugas pembaca meter air yang merupakan ujung tombak perusahaan jika kurang bertanggung jawab akan mempengaruhi pendapatan yang sebenarnya.

2.4 Kerugian Akibat Kehilangan Air

Secara garis besar kerugian akibat kehilangan air dapat dikelompokkan menjadi 4, antara lain:

a) Kerugian dari segi Kuantitas Air

Dengan adanya kehilangan air maka jumlah air yang dapat digunakan oleh konsumen Perusahaan Air Minum menjadi berkurang.

b) Kerugian dari segi Tekanan Air

Dengan adanya kehilangan air (khususnya akibat kebocoran pada pipa) distribusi dan adanya sambungan yang tidak tercatat, maka hal ini akan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan air minum yang selanjutnya akan mengakibatkan berkurangnya tekanan air pada sistem distribusi, termasuk tekanan air pada konsumen.

c) Kerugian dari segi Kualitas Air

(9)

d) Kerugian dari segi Keuangan

Akibat kehilangan air ini, maka Perusahaan Daerah Air Minum akan mendapat kerugian dari segi keuangan.

Kerugian keuangan akibat kehilangan air, antara lain:  Biaya produksi per meter kubik air akan meningkat.

 Jumlah air yang dijual menjadi kecil, pendapatan hasil penjualan air juga makin kecil.

 Jumlah air yang diproduksi harus ditambah untuk menutupi air yang hilang.  Makin lama kehilangan air tersebut dibiarkan, maka akan makin besar pula biaya

yang diperlukan untuk mengurangi biaya kehilangan air tersebut. (AKATIRTA, 2012) 

2.5 Bentuk Kehilangan Air 2.5.1 Kehilangan Air Fisik

Kehilangan air fisik adalah kehilangan air yang secara fisik atau nyata terbuang keluar dari sistem distribusi sehingga tidak dapat dimanfaatkan, misalnya kebocoran air pada pipa distribusi, kebocoran air pada pipa dinas atau kebocoran air pada katup. Kehilangan air ini pada umumnya tergolong kehilangan air tidak tercatat. Penyebab kehilangan air fisik merupakan faktor teknis yang sering terjadi pada sistem penyediaan air bersih, terutama pada jaringan-jaringan pipa yang sudah berumur tua, tetapi juga sering terjadi pada jaringan-jaringan pipa yang masih baru, dimana karena kelalaian pemasangan dan kualitas pipa yang digunakan akan menyebabkan kebocoran pipa. Macam-macam kehilangan air fisik, yaitu:

1) Kebocoran pada Pipa Transmisi dan Distribusi : a. Kebocoran pada badan pipa.

b. Kebocoran pada alat sambung. c. Kebocoran pada air valve. d. Kebocoran pada gate valve. e. Perbaikan pipa.

(10)

Gambar 2.1 Kebocoran pada pipa distribusi. 2) Kebocoran pada Pipa Dinas:

a. Kebocoran pada badan pipa.

b. Kebocoran pada sambungan dan asesories. c. Kebocoran pada water meter.

d. Perbaikan pipa.

3) Kebocoran pada Reservoir atau Tangki : a. Kebocoran pada bangunan reservoir. b. Overflow.

c. Pengurasan.

d. Kebocoran pada peralatan.

2.5.1.1 Akibat Dari Kebocoran Fisik

Beberapa penyebab diatas perlu mendapat perhatian serius dalam upaya pengendalian kebocoran fisik, karena secara langsung berdampak terhadap sistem penyediaan air minum.

(11)

Kebocoran sangat merugikan terutama bila sumber air yang ada sangat terbatas dan upaya perlindungan sumber air sangat mahal. Air terbuang percuma sehingga debit air tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan terhadap masyarakat.

2) Terhadap Kualitas.

Kebocoran pipa atau sambungan pada saat pemakaian maksimum (jam puncak) di mana terjadi tekanan minimum dapat mengakibatkan efek syphon, yaitu air dari luar pipa tersedot masuk ke dalam pipa karena ada tekanan negatif di dalam pipa sehingga mengakibatkan kualitas air menurun karena tercampur dengan air dari luar pipa, serta kualitas pipa tidak baik karena akan berkerak.

Gambar 2.2. Efek Syphon pada kebocoran pipa saat tekanan minimum. 3) Terhadap Kontinuitas.

Kebocoran air menyebabkan air mengalir keluar sistem, sehingga penggunaan air tidak terkendali dan mengakibatkan tekanan menjadi turun serta keberlangsungan aliran di beberapa tempat terhambat.

4) Terhadap Faktor Ekonomi / Keuangan. Sa u ga   o or

uka ta ah  salura air  ua ga  

(12)

Kebocoran meningkatkan biaya operasi terutama pada sistem pemompaan dan pengolahan lengkap. Konsekuensi logisnya adalah bahwa kebocoran akan menurunkan pendapatan Perusahaan (PDAM).

5) Terhadap Faktor Sosial.

Secara psikologis, tingginya angka kebocoran dapat mempengaruhi kepercayaan sehingga pelanggan enggan memakai air bahkan enggan membayar rekening dan memacu sambungan liar atau pencurian air, sebagai dampak buruknya pelayanan

6) Terhadap faktor Lingkungan Hidup.

Bocoran air bertekanan tinggi yang keluar dari pipa sangat berpotensi merusak susunan tanah di sekitarnya. Tanah menjadi terkikis, jalan (aspal) di atasnya menjadi rusak. Jika kebocoran ini terjadi pada tanah yang miring atau lereng, maka dapat menyebabkan longsor. (AKATIRTA,2010)

2.5.2 Kehilangan Non Fisik

Klasifikasi kehilangan air non fisik/komersial adalah sebagai berikut:

Kehilangan air non fisk adalah kehilangan yang bukan kebocoran dalam infrastruktur, tetapi disebabkan oleh faktor-faktor lain. Kehilangan non fisik dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori berikut berdasarkan asal mereka:

a. ketidak akuratan meteran karena rusak atau salah pelanggan dan penanganan b. penanganan data dan kesalahan akuntansi

c. karena pencurian air dan koneksi ilegal.

d. Meringkas hal di atas, kerugian komersil terdiri dari semua air yang berhasil dikirim ke pelanggan tetapi tidak direkam secara akurat dan dengan demikian menyebabkan kesalahan dalam penjumlahan pelanggan konsumsi. Kerugian komersil dapat mewakili air dalam jumlah yang signifikan. ( Ziegler, 2008 )

2.6 Audit Air

Secara sederhana, pengertian audit air adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperhitungkan air yang dimasukkan ke dalam sistem distribusi

danpendistribusiannya, baik yang dapat dilacak penggunaannya maupun yang hilang. Audit air sebaiknya dilakukan setiap tahun sekali.

(13)

a. Untuk memahami ke mana saja perginya air yang disuplai ke dalam system jaringan distribusi

b. Menghasilkan data-data yang handal untuk perhitungan keuangan/bisnis. 2.7 Neraca Air

Untuk mempermudah pelaksanaan audit air, diperlukan instrumen pembantu. Instrumen tersebut, adalah neraca air. Neraca air adalah bentuk audit air yang paling sederhana, di mana :

Input Sistem = Konsumsi + Kehilangan Air

Pada hakekatnya neraca air merupakan kerangka untuk menilai kondisi kehilangan air di suatu PDAM. Perhitungan neraca air berarti juga:

a. Mengungkap ketersediaan/keandalan data dan tingkat pemahaman terhadap situasi ATR (Air tidak berekening).

b. Menciptakan kesadaran tentang adanya masalah ATR (Air tidak berekening). c. Petunjuk langsung menuju perbaikan.

Neraca air juga menjadi alat untuk komunikasi dan benchmarking, karena menggunakan indikator-indikator yang disepakati, seragam dan dapat diperbandingkan di seluruh dunia. Memahami neraca air hukumnya wajib untuk penyusunan prioritas perhatian dan investasi.

(14)

Tabel 2.2 Neraca Air

Resmi Konsumsi Bermeter Berekening Air Berekening Konsumsi

Kebocoran di pipa dinas hingga ke meter pelanggan

Sumber: IWA,2001

Adapun pengertian dari istilah-istilah neraca air pada Tabel 2.2 diatas (Farley et al., 2008), yaitu :

a. Volume Input Sistem (System Input Volume)

Input volume tahunan ke dalam sistem penyediaan air bersih. b. Konsumsi Resmi (Authorised Consumption)

Volume tahunan air bermeter dan tidak bermeter dari pelanggan yang terdaftar, pemasok air dan lain-lain yang secara implisit atau eksplisit mempunyai kewenangan untuk mengambil air (misalnya air yang digunakan di kantor-kantor pemerintah atau hidran pemadam kebakaran). Ini mencakup air yang diekspor dan kebocoran serta luapan seterlah meter pelanggan.

c. Kehilangan Air (Water Losses)

(15)

d. Konsumsi Resmi Berekening (Billed Authorised Consumption)

Komponen-komponen Konsumsi Resmi yang berekening (ditagih) dan menghasilkan pemasukan (juga dikenal sebagai Air Berekening [Revenue Water]).

e. Konsumsi Resmi Tak Berekening (Unbilled Authorised Consumption)

Komponen-komponen Konsumsi Resmi yang sah namun tidak berekening (tidak ditagih) dan oleh karena itu tidak menghasilkan pemasukan.

f. Kehilangan Air Non Fisik/Komersial (Commercial Losses)

Mencakup semua jenis ketidakakuratan yang berkaitan dengan meter pelanggan serta kesalahan-kesalahan penanganan data (pembacaan meter dan penagihan), serta konsumsi yang tidak resmi (pencurian atau penggunaan ilegal).

g. Kehilangan Air Fisik (Physical Losses)

Kehilangan air fisik dari sistem bertekanan dan tangki penyimpanan perusahaan air minum, hingga pemanfaatan oleh pelanggan. Dalam sistem-sistem bermeter, ini merupakan meter pelanggan sementara dalam situasi tidak bermeter ini merupakan titik penggunaan pertaman (stop keran/keran) di dalam properti.

h. Konsumsi Bermeter Berekening (Billed Metered Consumption)

Semua konsumsi bermeter yang juga berekening. Ini mencakup semua kelompok pelanggan seperti rumah tangga, komersial, industri atau lembaga dan juga mencakup air yang disalurkan melintasi batas operasional (air diekspor) yang bermeter dan berekening.

i. Konsumsi Bermeter Berekening (Billed Unmetered Consupmtion)

(16)

j. Konsumsi Bermeter Tak Berekening (Unbilled Metered Consumption)

Konsumsi Bermeter yang karena segala alasan tak berekening. Ini misalnya bisa mencakup konsumsi bermeter oleh perusahaan air minum sendiri atau air yang disediakan untuk lembaga-lembaga tanpa dipungut biaya, termasuk air yang disalurkan melintasi batas-batas operasional (air yang diekspor) yang bermeter namun tak berekening.

k. Konsumsi Tak Bermeter Tak Berekening (Unbilled Unmetered Consumption) Segala jenis Konsumsi Resmi yang tak berekening dan tak bermeter. Komponen ini biasanya mencakup item-item seperti pemadaman kebakaran, penggelontoran pipa-pipa utama dan saluran pembuangan limbah, pembersihan jalan, perlindungan dari kebekuan, dll.

l. Konsumsi Tidak Resmi (Unauthorised Consumption)

Segala penggunaan air secara tidak resmi. Ini bisa mencakup penggunaan air secara ilegal dari hidran air (misalnya untuk keperluan konstruksi), sambungan ilegal, bypass pada meter konsumsi atau perusakan (tampering) meter.

Ketidakakuratan Meter Pelanggan dan Kesalahan-Kesalahan Penanganan Data (Customer Metering Inaccuracies and Data Handling Errors)

Kehilangan air nonfisik (komersial yang disebabkan oleh ketidakakuratan meter pelanggan dan kesalahan-kesalahan penanganan data dalam pembacaan meter dan sistem penagihan.

m. Kebocoran pada Pipa Transmisi dan/atau Distribusi

Air yang hilang akibat kebocoran dan retakan pada saluran pipa transmisi dan distribusi. Ini bisa berupa kebocoran-kebocoran kecil yang masih tidak terlaporkan (misalnya kebocoran pada sambungan) atau semburan-semburan besar yang dilaporkan dan diperbaiki namun jelas bocor selama waktu tertentu setelah itu.

(17)

Air yang hilang karena struktur tangki penyimpanan mengalami kebocoran atau limpahan tangki-tangki seperti itu yang disebabkan oleh misalnya masalah-masalah operasional atau teknis.

o. Kebocoran pada Sambungan Pipa Pelanggan hingga ke titik Meter Pelanggan (Leakage on Service Connections up to point of Customer Metering)

Air yang hilang karena kebocoran dan retakan pada sambungan pipa pelanggan dari (dan termasuk) titik keran hingga titik penggunaan oleh pelanggan.

p. Air Berekening (Revenue Water)

Komponen-komponen dari Konsumsi Resmi yang berekening (ditagih) dan menghasilkan pemasukan (juga disebut sebagai Konsumsi Resmi Berekening).

q. Air Tak Berekening (Non-Revenue Water)

Komponen-komponen dalam Input Sistem yang tidak berekening (ditagih) dan tidak menghasilkan pemasukan.

2.8 Indikator Kehiangan Air

Tabel 2.3 Indikator Kinerja Kehilangan Air

FUNGSI LEVEL INDIKATOR KINERJA CATATAN

FINANSIAL VOLUME NRW

1(basic) (% Volume Input Sistem)

Bisa diperkirakan dari neraca air yang sederhana

(liter/sambungan/hari) Baik untuk menilai indikator kinerja yang

(18)

FUNGSI LEVEL INDIKATOR KINERJA CATATAN

2.8.1 Infrastructure Leakage Index ( ILI )

Infrastructure Leakage Index ILI saat ini semakin banyak digunakan didunia internasional, sebagai salah satu indikator yang paling baik, untuk menilai kehilangan air fisik. Rasio atau perbandingan antara CAPL dengan MAAPL, mengukur seberapa baik fungsi manajemen infrastruktur – perbaikan, jaringan perpipaan, aset manajemen dan active leakage control.

Rasio CAPL dan MAAPL adalah ILI.

ILI = CAPL / MAAPL Dimana:

CAPL : Current (real) Annual Physical Losses, kehilangan fisik tahunan saat ini (riil), bisa diperoleh dari neraca air.

MAAPL : Minimum Achievable Annual Physical Losses, tingkat kehilangan minimum yang bisa dicapai pada pengelola penyedia air minum yang memiliki jaringan dalam kondisi baik dan melakukan pengendalian kebocoran secara aktif secara intensif.

Menghitung Indeks Kehilangan Infrastruktur (Infrastructure Leakage Index) Menghiltung ILI bisa dilakukan dengan tatacara sebagai berikut :

1. Menghitung MAAPL

(19)

Dimana :

LM = length of mains, panjang total pipa induk.

NC = number of service connections, jumlah sambungan

LP = length of service connections, jumlah panjang pipadinas dari batas persil pelanggan sampai meter pelanggan

P = Tekanan rata-rata 2. Hitung CAPL

CAPL atau current annual physical losses adalah kehilangan fisik per hari saat ini, bisa diperoleh dari perhitungan neraca air.

3. Menghitung ILI

ILI bisa dihitung dengan rumus; = CAPL / MAAPL , 4. Evaluasi ILI

Bandingkan ILI dengan matriks target kehilangan fisik seperti pada tabel 2.3 Tabel 2.4 Matriks Target Kehilangan Fisik

Kategori Kinerja Teknis ILI

Kehilangan Fisik (liter/sambungan/hari) (keadaan sistem bertekanan pada tekanan rata-rata)

10 m 20 m 30 m 40 m 50 m

Sumber : World Bank Institute

a) Kategori A

(20)

b) Kategori B

Ada potensi keberhasilan yang nyata. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah pengaturan tekanan, pengendalian kebocoran aktif (ALC) yang lebih baik, serta perawatan jaringan yang lebih baik.

c) Kategori C

Kebocoran cukup parah, dapat ditoleransi hanya jika air melimpah dan murah. Harus dilakukan analisis keparahan dan sifat kebocoran, serta melakukan upaya-upaya penurunan tingkat kebocoran yang intensif.

d) Kategori D

Kebocoran sangat parah, terjadi pemborosan sumber daya yang luar biasa. Program penurunan kebocoran menjadi keharusan dan harus diprioritaskan.

 

 

 

 

 

 

 

Gambar

Tabel 2.1 Kebutuhan Air Domestik
Gambar 2.1 Kebocoran pada pipa distribusi.
Gambar 2.2.  Efek Syphon pada kebocoran pipa saat tekanan minimum.
Tabel 2.2 Neraca Air
+3

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu perlu dilakukan kembali penelitian lebih lanjut dengan menggunakan kedua mikroorganisme tersebut untuk memperoleh hasil terbaik pada proses

Kesalahan yang dijumpai pada kalimat bahasa Mandarin yang ditulis oleh siswa SMK Bridjend Katamso berupa (1) Kesalahan penulisan aksara; (2) Kalimat tidak bersubjek; (3) Kalimat

diatas ditulis masih mengikuti pola atau struktur kalimat bahasa Indonesia. 1.2

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi media baru dalam pembelajaran TIK yaitu media Blog yang bisa dibuat untuk model pembelajaran Team Games

penulisan “Analisis Kesalahan Struktur Kalimat Bahasa Mandarin oleh Siswa. SMK di kota Medan”.Pembahasan tinjauan pustaka dan hasil

Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional, logis, obyektif, dan terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pandu Pranadita tahun 2012 dengan judul penelitian faktor psikososial yang terjadi pada anak jalanan korban

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Upaya