i
UJI COBA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL
SEBAGAI SARANA PEMBERIAN
MATERI KANKER PAYUDARA TERHADAP
PENGETAHUAN TINDAKAN DETEKSI DINI
DENGAN SADARI PADA SISWI TINGKAT
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
(Studi Kasus SMK N 1 Kersana)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untukmemperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
Dhita Aulia Ferdiani NIM 6411410065
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang 2015
ABSTRAK
Dhita Aulia Ferdiani.Uji CobaPenggunaan Media Sosial Facebook Sebagai Sarana Pemberian Materi Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Tindakan Deteksi Dini
Dengan SADARI Pada Siswi Tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Kasus SMK N 1 Kersana). Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: dr. Mahalul Azam M. Kes,
Kes (Epid). VI + 86 halaman + 9 tabel + 12 gambar + 12 lampiran
Kanker payudara dikenal sebagai salah satu kanker yang paling sering menyerang wanita. Salah satu masalah yang perlu ditonjolkan disini adalah kedatangan pasien lebih dari 50% di rumah sakit pada stadium lanjut. Penggunaan jejaring sosial sebagai sarana kampanye dan sharing pengetahuan, menurut para networker sangat disarankan, termasuk dalam meningkatkan pengetahuan tentang dunia kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Uji Coba Penggunaan Media Sosial Facebook Sebagai Sarana Pemberian Materi Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Tindakan Deteksi Dini Dengan SADARI Pada Siswi Tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Kasus SMK N 1 Kersana). Jenis penelitian ini adalah pra eksperimen dengan pendekatan One Group Pretest–Posttest Design. Teknik sampel yang digunakan dengan cara proportionate stratified simple random sampling. Dari hasil analisis penelitian didapatkan bahwa ada perbedaan bermakna antara selisih skor pretest dan posttest yaitu 0,000 kurang dari 0,05. Kesimpulannya dari penelitian ini adalah uji coba pemberian materi kanker payudara dan deteksi dini dengan SADARI melaui facebook efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswi SMK N 1 Kersana.
iii
Department of Public Health Science Faculty of Sport Science State University of Semarang 2015
ABSTRACT
Dhita Aulia Ferdiani.Use of Social Media Facebook As Means of Providing Material Sciences Measures Against Breast Cancer Early Detection With BSE At Schoolgirl
Level Vocational High School (SMK N Case Study 1 Kersana), A Final Project. Departement of Public Health Science, Faculty of Sport Science, State University of
Semarang. Supervisor: dr. Mahalul Azam. M. Kes, Kes (Epid). VI + 86 pages + 9 tables + 12 pictures + 12 attachments
Breast cancer is known as one of the most frequent cancer in women. One of the problems that need to be highlighted here is the arrival of more than 50% of patients in the hospital at an advanced stage. The used of social networking as a means of campaigns and sharing knowledge, according to the networker is strongly recommended, including in improving knowledge about the health of the world. The purpose of this reasarch was to know how to influence Trial Using Facebook As Social Media Means of Providing Material Sciences Measures Against Breast Cancer Early Detection With BSE At Level Vocational High School Students. This type of research was a pre experiment with the approach of one group pretest-posttest design. The sampling technique used was proportionate stratified sampling. The result showed that there was a significant differences between the scores pretest and posttest that had (p=0,000)less than (p=0,05). This research conclution was the provision of material testing and early detection of breast cancer with BSE through facebook effective in improving knowledge of students of SMK N 1 Kersana.
Keywords : breast cancer, breast self-examination, Facebook
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
”Hidup ini bukan persoalan hasil akhir akan tetapi bagaimana menuaikan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Sosial Facebook Sebagai Sarana Pemberian Materi Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Tindakan Deteksi Dini Dengan (SADARI) Pada siswi Tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Kasus SMK N 1 Kersana)”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan sebagian waktu, tenanga dan pikirannya demi membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih setulus hati kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang Yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di UNNES.
2. Dekan FIK Universitas Negeri Semarang yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian
3. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi.
4. Ibu dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama kuliah.
5. Bapak dr. Mahalul Azzam M. Kes selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dalam membimbing, memberi arahan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
6. Bapak Sofwan Indarjo, S. KM, M. Kes selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan kepada penulis demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
viii
8. Bapak / ibu dosen dan tenaga kependidikan FIK khususnya jurusan ilmu kesehatan masyarakat atas segala bantuan yang diberikan
9. SMK N 1 Kersana yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam melakukan penelitian.
10.Ayahanda Taryono S. IP dan ibu Sri Yuningsih S. Pd selaku orang tua, Muhamad Rizky Ananda dan Khanza Rahma Yunita adik saya, Adi Wahdianto calon pendamping saya, Toesnya selaku kakek saya, serta semua saudara- saudara yang dengan tulus memberikan motivasi, kasih sayang semangat dan doa serta dukungan yang tiada henti.
11.Teman-teman seperjuangan IKM angkatan 2010 yang telah membuat hari saya berwarna.
12.Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Semarang, November 2015
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Keaslian Penelitian ... 8
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 11
BAB II TINJAUN PUSTAKA ... 12
2.1Landasan Teori ... 12
2.1.1 Konsep Dasar Pengetahuan ... 14
x
2.1.1.2 Faktor – faktor yang Mempangaruhi Pengetahuan ... 16
2.1.2 Kanker Payudara ... 18
2.1.2.1 Gambaran Umum Kanker Payudara ... 18
2.1.2.2 Gejala Kanker Payudara ... 19
2.1.2.3 Diagnosis Kanker Payudara ... 20
2.1.2.4 Pengobatan ... 20
2.1.2.5Faktor Resiko Kanker Payudara ... 20
2.1.2.6 Pencegahan Kanker Payudara ... 22
2.1.3 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 23
2.1.3.1 Definisi Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 23
2.1.3.2 Tujuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 23
2.1.3.3 Waktu Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 23
2.1.3.4 Tata Cara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 24
2.1.4 Remaja ... 26
2.1.4.1 Definisi Remaja ... 26
2.1.4.2 Batasan Remaja ... 27
2.1.4.3 Perkembangan Remja ... 28
2.1.5 Media Sosial ... 28
2.1.5.1 Pengertian Media Sosial ... 28
2.1.5.2 Media Penyuluhan ... 29
2.1.5.3 Media Promosi Kesehatan ... 30
2.1.6 Media Internet ... 32
xi
2.1.6.2 Media Sosial Facebook ... 33
2.2 Kerangka Teori ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Kerangka Konsep ... 35
3.2 Variabel Penelitian ... 36
3.2.1 Variabel Bebas (Independent) ... 36
3.2.2 Variabel Terikat (Dependent) ... 36
3.3. Hipotesis Penelitian ... 37
3.4. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 37
3.5.Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 38
3.6. Populasi dan Sampel ... 39
3.6.1 Populasi ... 39
3.6.2 Sampel ... 39
3.7Prosedur Penelitian ... 41
3.8. Instrument Penelitian ... 42
3.9. Teknik Pengambilan Data ... 42
3.9.1 Metode Tes ... 42
3.9.2 Metode Dokumentasi ... 43
3.9.3 Uji Komunitas ... 43
3.10. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 44
3.10.1 Teknik Pengolahan Data ... 44
3.10.1.1 Editing ... 44
xii
3.10.1.3 Entry ... 44
3.10.1.4 Tabulasi ... 44
3.10.2 Analisis Data ... 45
3.10.2.1 Analisis Univariat ... 45
3.10.2.2 Analisis Bivariat ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46
4.1 Deskripsi data ... 46
4.1.1 Gambaran umum ... 46
4.1.2 Karakteristik responden ... 46
4.2 Analisis univariat ... 47
4.2.1 Skor pretest dan posttest ... 47
4.2.2 Pembahasan Respon, Umpan Balik dan Tingkat Penerimaan Responden ... 48
4.3 Analisis bivariat ... 50
BAB V PEMBAHASAN ... 51
5.1 Skor Rata-Rata Pengetahuan Siswa Tentang Kanker Payudara Dan Deteksi Dini Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Sebelum Dan Sesudah Diberikan Materi Melalui Media Sosial Facebook ... 51
5.2 Perbedaan Skor Pengetahuan Pretest Dan Posttest Siswi SMK N 1 Kersana Tentang Kanker Payudara Dan Tindakan Deteksi Dini Dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) ... 52
5.3 Pembahasan Respon, Umpan Balik dan Tingkat Penerimaan Responden Terhadap Materi yang di Berikan ... 54
xiii
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 56
6.1 Simpulan ... 56
6.2 Saran ... 56
6.2.1 Bagi pihak sekolah ... 56
6.2.2 Bagi Siswi SMK N 1 Kersana ... 57
6.2.3 Bagi mahasiswa IKM ... 57
Daftar Pustaka ... 58
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini ... 8
Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 38
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Kelas Dan Jurusan ... 46
Tabel 4.2 Ditribusi Skor Pengetahuan Siswi Tentang Kanker Payudara dan Deteksi Dini Dengan SADARI Sebelum dan Setelah Diberikan Intervensi Menggunakan Media Sosial Facebook ... 47
Tabel 4.3 Kurikulum Uji Coba Pemberian Materi Melalui Media Sosial Facebook Pada Siswi Smk N 1 Kersana ... 48
Tabel 4.4 Hasil Uji T-Test Berpasangan ... 50
Tabel Kuesioner ... 66
Tabel rekapitulasi skor pretest ... 70
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Berdiri Tegak Di Depan Cermin ... 24
Gambar 2.2 Angkat Kedua Lengan Didepan Cermin ... 24
Gambar 2.3 Memijat Daerah Payudara ... 25
Gambar 2.4 Memijat Payudara Sambil Berbaring ... 25
Gambar 2.5 Kerangka Teori ... 34
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keputusan dosen pembimbingan ... 61
Lampiran 2. Surat ijin penelitian ... 62
Lampiran 3. Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian ... 63
Lampiran 4. Surat Ethical Clearance... 64
Lampiran 5. Lembar Informed Consent ... 65
Lampiran 6. Kuesioner ... 66
Lampiran 7. Rekapitulasi Skor Pretest ... 70
Lampiran 8. Rekapitulasi Skor Posttest ... 73
Lampiran 9. Hasil Analisis Univariat... 76
Lampiran 10. Uji Normalitas ... 80
Lampiran 11. hasil uji t-test berpasangan ... 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Kanker payudara dikenal sebagai salah satu kanker yang paling sering
menyerang wanita. Selain itu kecenderungan peningkatan prevalensinya tidak
dapat dihindari. Ditambah lagi kematian karena kanker payudara masih tinggi,
terutama pada negara – negara sedang berkembang, karena keterlambatan
diagnosis, yang berarti juga keerlambatan pengobatan. Semua ini gilirannya
menyebabkan masalah kanker sebagai suatu masalah kesehatan yang membawa
biaya yang mahal (Bustan, 2007).
Secara umum kanker payudara lebih banyak ditemukan di negara maju
dibanding negara sedang berkembang. Hal ini terutama dikaitkan dengan tingkat
sosial dan gaya hidup masyarakat di masing – masing negara yang berbeda. Satu
di antara 10 wanita di Amerika terserang kanker payudara. Kanker ini menempati
urutan pertama banyaknya penderita kanker di AS. Urutan kedudukan kanker
payudara dibandingkan dengan jenis kanker lainnya bervariasi antar negaradi
dunia, juga bervariasi urutan di kalangan negara – negara Asia (Bustan, 2007).
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO)
tahun 2005 menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker
paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung, dan kanker hati. WHO
mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker dalam rentang
waktu 2005-2015. Survei yang dilakukan WHO menyatakan 8-9 persen wanita
kanker yang paling banyak ditemui pada wanita setelah kanker leher rahim
(Indopos Universitas Indonesia, 2005).
Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker
payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di
Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%) (Mentri kesehatan RI,
2010).
Salah satu masalah yang perlu ditonjolkan di sini adalah kedatangan
pasien di rumah sakit pada stadium lanjut. Beberapa data menunjukan bahwa
lebih 50% pasien datang dalam stadium lanjut (stage II atau IV) (Bustan, 2007).
Tingginya angka kematian tidak hanya disebabkan oleh keterlambatan
pengobatan yang dilakukan di rumah sakit tetapi lebih disebebkan oleh faktor –
faktor pasien itu sendiri seperti : keterlambatan mendapatkan pengobatan,
keterlambatan ekonomi (kebanyakan masih sosial ekonomi rendah), serta
pengetahuan rendah tentang kanker payudara (Bustan, 2007).
Ketika wanita dengan usia muda terkena kanker payudara, maka ada
kecenderungan perkembangan kanker tersebut lebih agresif dibanding dengan
wanita usia yang lebih tua. Hal inilah yang mungkin menjelaskan mengapa angka
harapan hidup wanita usia lebih muda rendah (Rasjidi, 2009).
Selain itu survei juga dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta pada
2005 menunjukuan sebanyak 80% masyarakat tidak mengerti pentingnya
pemeriksaan dini payudara, 11,5% paham dan 8,5% tidak tahu (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia). Ketakutan yang dirasakan bisa berupa
sehingga banyak pasien yang menunda kedatangan ke tempat pelayanan kesehatan
dengan memilih mencari pengobatan alernatif.
Untuk mendeteksi adanya kanker payudara dapat dilakukan dengan cara
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) sangat mudah dan dapat dilakukan sendiri di rumah. Semakin sering
memeriksa payudara akan semakin mengenalnya dan semakin mudah menemukan
sesuatu yang tidak beres pada payudara. Tindakan ini sangat penting karena
hampir 85% benjolan payudara ditemukan oleh penderita sendiri (Dyayadi, 2009).
Perlu diingat bahwa tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
secara rutin adalah untuk merasakan dan mengenal lekuk – lekuk payudara
sehingga jika terjadi perubahan dapat segera diketahui. Waktu terbaik untuk
memeriksa payudara adalah 7 sampai 10 hari setelah menstruasi selesai. Pada saat
itu payudara terasa lunak. Pemeriksaan tidak tepat dilakukan menjelang dan
sewaktu menstruasi. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) hendaknya
dilakukan sendiri dengan penuh disiplin tiap bulan. Jika ada yang terasa lain,
bergegaslah ke klinik untuk pemeriksaan Saranis (Bustan, 2007).
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak dan masa dewasa,
dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder,
tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif
(Soetjiningsih, 2004).
Remaja adalah anak berusia 13-25 tahun, dimana usia 13 tahun merupakan
kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya
secara sosial dan psikologis mampu mandiri (Soekidjo Notoatmodjo, 2007).
Perkembangan dalam dunia komunikasi menciptakan pengaruh yang
sangat besar bagi perkembangan sosial dan peradaban manusia.Keberadaan media
jejaring sosial dapat menimbulkan dampak positif dan juga dampak negatif pada
masyarakat khususnya remaja. Dampak positif media jejaring sosial adalah
memperluas jaringan pertemanan, sebagai media penyebaran informasi dan sarana
untuk mengembangkan keterampilan, sedangkan dampak negatif yang
ditimbulkan akibat penggunaan jejaring sosial secara berlebihan antara lain
kecanduan internet, pencurian identitas, dan meningkatnya sifat antisosial
(Raihana, 2009). Semakin banyak masyarakat yang menggunakan jejaring sosial,
maka semakin banyak hal positif maupun negatif yang dapat ditimbulkan baik
untuk pengguna maupun lingkungan sekitarnya. Jejaring sosial merupakan
layanan internet yang ditujukan sebagai komunitas online bagi pengguna yang
memiliki kesamaan aktivitas, ketertarikan, atau kesamaan latar balakang pada
bidang tertentu .Jejaring sosial juga didefinisikan sebagai jaringan pertemanan
yang dilengkapi dengan beragam fitur bagi penggunanya sehingga dapat saling
berkomunikasi dan berinteraksi (Imran, 2009).
Menurut Hariyanti 2011 dari data Kementerian Komunikasi dan Informasi
RI tahun 2011 menunjukkan terdapat 64% pengguna jejaring sosial di Indonesia
adalah kelompok remaja. Tingginya penggunaan jejaring sosial dikalangan remaja
menunjukkan bahwa remaja begitu antusias dalam menggunakan media jejaring
seseorang lebih banyak membutuhkan interaksi dengan orang lain untuk
memperoleh pembanding dirinya baik mengenai sikap, pendapat, pikiran atau
yang lainnya yang berkaitan dengan pembentukan jati diri. Berdasarkan data dari
World Economic Forum tingginya penggunaan internet di Indonesia karena
adanya berbagai jejaring sosial yang mudah diakses dan sesuai untuk kebutuhan
penggunanya seperti facebook (Jurnal Intensitas komunikasi, jejaring sosial,
ekstrovert, introvert).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada hari jumat 15
Mei 2015 siswi kelas XI dan XII jurusan tata boga, busana butik dan multimedia
kepada 30 siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kersana, terdapat
28 siswi yang belum mengetahui dan 2 siswi tentang pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI), 30 siswi menggunakan media sosial facebook. Dari tidak
adanya pengetahuan yang cukup tentang SADARI, maka para siswi SMK tidak
dapat mendeteksi dini secara sederhana adanya benjolan pada payudara. Dengan
meningkatnya penderita kanker payudara akan mengakibatkan suatu
permasalahan yang besar dalam bidang kesehatan. Untuk itu Pemerintah perlu
melakukan upaya–upaya dan tindak lanjut yang berkenaan dengan penyediaan
akses informasi yang mudah dijangkau baik melalui tempat, sasaran, media,
penyuluhan, pendidikan dan promosi kesehatan.
Melihat dari permasalahan dan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Uji Coba Penggunaan Media Sosial
Facebook Sebagai Sarana Pemberian Materi Kanker Payudara Terhadap
Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Kasus SMK N 1 Kersana)”. Diharapkan
penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat melalui pemberian materi
untuk meningkatkan pengetahuan tindakan deteksi dini siswi agar dapat
mendorong dilaksanakannya pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), sehingga
dapat diketahui sejak awal adanya benjolan pada payudara dan dapat mengurangi
angka kejadian kanker payudara. Oleh karena itu, peneliti bertujuan untuk
mengidentifikasi pengetahuan tindakan deteksi dini sebelum dan sesudah
diberikan materi dan menganalisis pengaruh media sosial facebook terhadap
pengetahuan deteksi dini siswi SMK N 1 Kersana tentang pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) di Desa Jagapura Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.
1.2RUMUSAN MASALAH
Dari uraian maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut “adakah
pengaruh Uji Coba Penggunaan Media Sosial Facebook Sebagai Sarana
Pemberian Materi Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Tindakan Deteksi
Dini Dengan SADARI Pada Siswi Tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (Studi
Kasus SMK N 1 Kersana).
1.3TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Uji Coba Penggunaan Media
Sosial Facebook Sebagai Sarana Pemberian Materi Kanker Payudara Terhadap
Pengetahuan Tindakan Deteksi Dini Dengan SADARI Pada Siswi Tingkat
1.4MANFAAT HASIL PENELITIAN
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengetahui pengaruh Uji Coba
Penggunaan Media Sosial Facebook Sebagai Sarana Pemberian Materi Kanker
Payudara Terhadap Pengetahuan Tindakan Deteksi Dini Dengan SADARI Pada
Siswi Tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Kasus SMK N 1 Kersana).
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1Bagi Peneliti
Untuk menambah pengalaman peneliti dan untuk mengetahui pengetahuan
siswi SMK N 1 Kersana tentang pemeriksaa payudara sendiri (SADARI) di Desa
Jagapura Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama
pendidikan.
1.4.2.2Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas
wawasan mahasiswa khususnya Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
UNNES.
1.4.2.3Bagi SMK N 1 Kersana
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pengelola
pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di SMK N 1
Kersana dengan cara memeberikan materi pemeriksaan payudara sendiri
1.5KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1 Penelitian-penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini
No Judul
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian-penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini mengenai Uji Coba Penggunaan Media Sosial Facebook
Sebagai Sarana Pemberian Materi Kanker Payudara Terhadap
Pengetahuan Tindakan Deteksi Dini Dengan SADARI Pada Siswi Tingkat
Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Kasus SMK N 1 Kersana).
2. Desain penelitian pra eksperimen (Pre eksperimental) dengan rancangan “One Group Pretest–Posttest Design” artinya penelitian ini dilakukan
dengan cara memberikan pretest (Pengamatan awal) terlebih dahulu
sebelum diberikan intervensi, kemudian dilakukan posttest (Pengamatan
1.6RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan media sosial facebook
untuk mengukur tingkat pengetahuan tindakan deteksi dini kanker payudara
dengan menggunakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan bagaimana
cara melakukan deteksi dini menggunakan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) pada siswi SMK N 1 Kersana.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2015.
1.6.3 Ruang Lingkup Materi
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. LANDASAN TEORI
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan
masyarakat, tampaknya pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat
dibanding pendekatan koersi. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan atau promosi
kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditunjukan kepada
perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain,
promosi kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau
masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan. Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, maka sebelum dilakukan
intervensi perlu dilakukan diagnosis atau analisis terhadap masalah perilaku
tersebut. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) konsep
umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku. Menurut Green perilaku
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu :
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan, sikap, persepsi masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal – hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi dan sebagainya (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Dalam
2. Faktor Pemungkin (Enebling Factor)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana dan fasilitas
kesehatan bagi masyarakat. Untuk berperilaku sehat, masyarakat sarana dan
prasarana pendukung. Fasilitas yang tersedia pada hakikatnya mendukung
atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor ini
disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin sebagainya (Soekidjo
Notoatmodjo, 2003). Dalam penelitian ini faktor pendukunya adalah
handphone (hp), ketersediaan jaringan internet.
3. Faktor Penguat (Reinforching Factor)
2.1.1 Konsep Dasar Pengetahuan
2.1.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga, pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
(enam) tingkatan yaitu :
1. Mengetahui (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
merupakan tingkat pendidikan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan mampu menjelaskan secara benar mengenai objek
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini diartikan
sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis merupakan kepada kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Namun demikian dari penelitian
selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu
melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003).
2.1.1.1Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Faktor Eksternal
1) Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2007) pendidikan adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa-apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan. Unsur-unsur pendidikan yakni :
1. Input adalah
1) Sasaran pendidikan (Individu, kelompok, masyarakat)
2) Pendidik (Pelaku pendidikan)
2. Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain.
3. Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau perilaku
2) Kebudayaan
Kebudayaan dimana atau hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
pembentukan sikap kita (Azwar, 2008).
3) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna dapat diarahkan sebagai
pemberitaan seseorang (Azwar, 2008).
2. Faktor Internal
Pengalaman adalah studi peristiwa yang pernah dialami seseorang
Middlebrook (1974) mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama
sekali dengan mengatakan suatu obyek psikologis cenderung akan bersikap
negatif terhadap obyek tersebut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap
pengalaman prinsip haruslah meninggalkan kesan yang kuat, karena itu sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional (Azwar, 2008).
2) Minat
Minat diartikan suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.
3) Jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia, cara pikir manusia
ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya manusia telah menggunakan jalan pikirannya
(Notoatmodjo, 2007).
4) Usia
Menurut Hurlock semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang
yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat pengalaman dan
kematangan jiwanya. Semakin tua umur seseorang makin konstruktif dalam
2.1.2 Kanker Payudara
2.1.2.1Gambaran Umum Kanker Payudara
Payudara dimiliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki
payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan milik wanita
menjadi besar dan penting. Payudara merupakan salah satu orga penting wanita
yang erat kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan).
Karena itu gangguan payudara tidak sekedar memberikan gangguan kesakitan
sebagaimana penyakit pdada umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek estetika
dan psikologis khusus (Bustan, 2007)
Bila seorang wanita terkena kanker kedua payudaranya, mungkin harus
ditindaki dengan bedah dimana kedua payudaranya diangkat. Bisa dibayangkan
bagaimana perasaan dan kehidupan kewanitaan seorang perempuan yang hidup
tanpa payudara. Hanya saja tidak jarang ditemukan bahwa jika terjadi gangguan
pada payudara, seorang wanita pada awalnya tidak terlalu mengacuhkan sampai
keadaannya menjadi serius. Akibatnya penemuan atau deteksi dini kanker menjadi
terhambat (Bustan, 2007).
Secara fisiologis payudara wanita sangat penting untuk fungsi reproduksi,
antara lain sebagai makanan atau susu bayi (breast feed-ing). Selain itu, terutama
pada masa gadis, payudara memegang peran dalam fungsi estetik dan penarik
2.1.2.2Gejala Kanker Payudara
Pada tahap awak kanker payudara, biasanya kita tidak merasakan sakit
atau tanda – tanda sama sekali. Namun, ketika tumor semakin membesar, gejala –
gejala dibawah ini mungkin muncul :
1. Benjolan yang tidak hilang atau permanen, biasanya tidak sakit
dan terasa keras bila disentuh atau penebalan pada kulit payudara
atau di sekitar ketiak.
2. Perubahan ukuran atau bentuk payudara.
3. Kerutan pada kulit payudara.
4. Keluar cairan dari payudara, umumnya berupa darah.
5. Pembengkakan atau adanya tarikan pada puting susu. Sebagai “warning signs” kanker payudara :
1. Keluhan ada benjolan pada payudara, atau terasa ada lump
(benjolan) atau penebalan (thicking) payudara.
2. Perubahan ukuran atau bentuk, ataupun warna kulit payudara.
3. Terdapat benjolan baru, tidak ada sebelumnya, terlebih benjolan
pembengkakan yang merah dan perih/ panas.
4. Perubahan warna atau rasa kulit payudara, khususnya jika seperti
kulit jeruk (peau d’orange).
2.1.2.3Diagnosis Kanker Payudara
1. Anamnese : mengenai keluhan – keluhan, perjalanan penyakit, keluhan
tambahan, faktor resiko tinggi, tanda – tanda umum yang berhubungan dengan
berat badan dan nafsu makan.
2. Pemeriksaan fisik : pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Pemeriksaan khusus : biopsi, momografi, ultrasonografi (Bustan, 2007).
Keberhasilan diagnosis dini berkaitan dengan penemuan tumor pada
stadium yang dapat disembuhkan sebelum tumor mempunyai kesempatan
menyebar dari tempat asalnya. Program ini akan mendapatkan hasil yang baik
dengan melakukan skrining pada penduduk yang tanpa gejala, di utamakan pada
mereka yang beresiko tinggi, dengan pengharapan dapat ditemukan lesi yang
sangat awal (Sarjadi, 1994).
2.1.2.4Pengobatan
Tindakan medis banyak tergantung pada stadium kanker payudara itu
(Bustan, 2007).
2.1.2.5Faktor Resiko Kanker Payudara
Yang termasuk faktor resiko kanker payudara adalah :
1. Umur
Dikatakan bahwa umur penerita kanker di Indonesia lebih muda
dibanding dengan di negara maju. Kebanyakan penderita kanker payudara di
Jika usia muda penderita kanker payudara maka ada dua pemikiran
umum yang timbul :
1) Masa keterpaparan yang lebih pendek, yang mungkin berkaitan dengan faktor
keterpaparan yang lebih besar atau faktor resiko yang lebih kuat yang ada di
kalangan wanita Indonesia.
2) Ada faktor penting yang belum teridentifikasi yang khusus dipunyai atau terjadi
dikalangan wanita Indonesia.
3) Kemungkinan peranan penting faktor genetik sehingga manifestasi phenotipe
kanker payudara muncul lebih awal/muda (Bustan, 2007).
2. Riwayat Keluarga dan Faktor Genetik
Riwayat keluarga dengan kanker payudara merupakan salah satu faktor
resiko penting kanker payudara. Faktor keluarga ini terutama dari pihak ibu pada
tingkat pertama meliputi ibu, bibi, dan saudara (Bustan, 2007).
3. Diet dan Berat Badan
Menurut Dr. dr. Imam Rasjidi, SpOG (K) Onk faktor resiko ini dapat
dibagi dua, yaitu faktor resiko yang memperberat terjadinya kanker dan yang
mengurangi terjadinya kanker. Beberapa faktor yang memperberat seperti :
1) Peningkatan berat badan yang bermakna pada saat pasca menopouse .
2) Diet ala barat yang tinggi lemak (western style).
3) Minuman beralkohol
Beberapa faktor resiko yang mengurangi terjadinya kanker yaitu :
1) Peningkatan konsumsi serat
4. Hormon dan faktor reproduksi
Menurut Dr. dr. Imam Rasjidi, SpOG (K) Onk yang mempengaruhi
faktor resiko hormon dan faktor reproduksi yaitu :
1) Manarce atau menstruasi pertama pada usia relatif muda (kurang dari 12
tahun).
2) Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua (lebih dari 50 tahun)
3) Nulipara / belum pernah melahirkan
4) Infertilitas
5) Melahirkan anak pertama pada usia relatif leboh tua (lebih dari 35 tahun)
6) Memakai kontrasepsi oral (pil KB) dalam wakti lama (≥ 7 tahun )
7) Tidak menyusui
8) Radiasi
Pada masa pertumbuhan, perubahan organ payudara sangat cepat dan
rentan terhadap radiasi pengion (Rasjidi, 2009).
2.1.2.6Pencegahan Kanker Payudara
Upaya diagnosis dini dengan melakukan berbagai jenis pemeriksaan
payudara :
1) SADARI : pemeriksaan payudara sendiri atau BSE (breast self examination).
2) SARANIS : pemeriksaan payudara klinis oleh dokter atau bidan.
3) Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH).
4) Momografi : jenis pemeriksaan radiologi pada payudara.
Untuk mendapatkan secara dini adanya kelainan payudara perlu
pemeriksaan yang tepat baik waktu maupun teknik pemeriksaannya. Sebagai
pedoman dapat dipakai berikut ini :
1. Mulai umur 20 tahun : pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) tiap bulan
2. Umur 20 – 40 tahun : pemeriksaan payudara klinis (SARANIS) tiap 3 tahun
dan momografi awal (35 – 40 tahun).
3. Usia 40 – 50 tahun : momografi setiap 1 – 2 tahun, pemeriksaan klinis
(SARANIS) tiap tahun (tentang riwayat kesehatan dan anjuran dokter).
4. Usia lebih 50 tahun : momografi tahuanan dan pemeriksaan klinis (SARANIS)
tahunan (Bustan, 2007)
2.1.3 Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
2.1.3.1Definisi Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Pemeriksaan SADARI adalah cara sederhana menemukan tumor
payudara sedini mungkin (Widyastuti, 2009).
2.1.3.2Tujuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin adalah
untuk merasakan dan mengenal lekuk – lekuk payudara sehingga jika terjadi
perubahan dapat segera diketahui (Bustan, 2007).
2.1.3.3Waktu Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Waktu terbaik untuk memeriksa payudara adalah 7 sampai 10 hari setelah
menstruasi selesai. Pada saat itu, payudara terasa lunak. Pemeriksaan tidak tepat
2.1.3.4Tata Cara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
1. Berdiri tegak di depan cermin, relaks, tangan di
pinggang, lihat keadaan umum payudara,
dalam hal besar, kedudukan, bentuk, warna
kulit dan perubahan lain dari keadaan normal
atau tidak ada sebelumnya.
Gambar 2.1 Berdiri di depan cermin (Bustan, 2007).
2. Mengangkat kedua lengan ke atas, perhatikan
perubahan yang terjadi pada payudara,
dibandingkan dengan keadaan tegak biasa atau
adanya perpubahan dari keadaan normal
sebelumnya. Secara khusus perhatikan adanya
kemungkinan tanda-tanda penarikan atau
ketegangan kulit.
Gambar 2.2 Berdiri didepan cermin dan mengangkat kedua tangan (Bustan,
3. Melakukan pemeriksaan fisik payudara dengan
memakai tangan,. Bandingkan keadaannya
dengan waktu berbaring sebelumnya, dengan
segala kemungkinan bejolan yang ditemukan.
Gambar 2.3 Memijat daerah payudara (Bustan, 2007).
4. Melakukan pemeriksaan fisik payudara dengan
memakai tangan, yaitu dengan perabaan
memakai ujung-ujung jari tangan, dari batas
luar payudara hingga kearah puting. Periksa
secara seksama terhadap segala kemungkinan
adanya benjolan kecil
Gambar 2.4 memijat payudara sambil berbaring (Bustan, 2007).
2.1.4 Remaja
2.1.4.1Definisi Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu usia 11
atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda.
Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk
golongan anak-anak tetapi juga tidak termasuk golongan dewasa (Soetjiningsih,
Seringkali pembahasan soal remaja digunakan istilah pubertas dan
adolesen. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang
meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak ke masa
dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap
anak ke dewasa . Sedangkan yang dimaksud dengan istilah adolesen, dulu
merupakan sinonim dari pubertas, sekarang lebih ditekankan untuk menyatakan
perubahan psikososial yang menyertai pubertas. Walaupun begitu, akselerasi
pertumbuhan somatik yang merupakan bagian dari perubahan fisik pada pubertas,
disebut sebagai pacu tumbuh adolesen (adolescent growth spurt) (Soetjiningsih,
2004).
Menurut Soetjiningsih, (2004) berdasarkan umur kronologis dan berbagai
kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu :
1. Pada buku-buku pediatri, umumnya mendefinisikan remaja adalah bila
seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan
untuk anak laki-laki 12-20 tahun.
2. Menurut undang-undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak,
remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3. Menurut undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat
untuk tinggal.
4. Menurut UU Perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja
apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak
5. Menurut pendidikan nasional anak dianggap remaja bila anak sudah berumur
18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.
6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
2.1.4.2Batasan Remaja
Menurut Hurlock dalam BKKBN (2006), reproduksi sehat remaja terbagi atas
beberapa batasan, yaitu:
1. Remaja Awal usia 11-13 tahun
Usia 11-13 tahun merupakan tahap remaja awal. Pada masa ini mulai
terjadi banyak perubahan, baik fisik atau jasmani maupun rohani yang tidak
disadari oleh mereka. Remaja seringkali mengalami perubahan kejiwaan seperti
rasa cemas, rendah diri dan masalah pergaulan. Pada tahap ini remaja perlu
mengetahui tentang tumbuh kembang remaja.
2. Remaja Tengah usia 14-18 tahun
Usia 14-18 tahun merupakan tahap lanjut dari remaja awal dan mulai
memasuki tahap aktif seksual. Pada tahap ini seharusnya remaja telah
mempunyai informasi dan pengetahuan yang benar tentang kesehatan reproduksi
yang diperoleh dari sumber yang benar, sehingga mereka bisa menghindari
hal-hal yang beresiko pada kehidupannya, seperti hubungan seks, dapat
menimbulkan kehamilan, mengetahui jenis perilaku yang beresiko dan akibatnya.
3. Remaja Akhir usia 19-21 tahun
Usia 19-21 tahun merupakan tahap akhir remaja. Kebutuhan pada usia ini
adalah persiapan untuk menikah dan menjadi orang tua. Jika kebutuhan ini tidak
perawatan kehamilan dan persalinan yang kurang baik, terkena penyakit menular
seksual dan perawatan yang kurang baik jika menjadi orang tua.
2.1.4.3Perkembangan Remaja
Secara umum, periode remaja merupakan klimaks dari periode-periode
perkembangan sebelumnya. Dalam periode ini apa yang diperoleh dalam
masa-masa sebelumnya diuji dan dibuktikan sehingga dalam periode selanjutnya
individu telah mempunyai suatu pola pribadi yang lebih mantap. Pertumbuhan
fisik dalam periode pubertas terus berlanjut sehingga mencapai kematangan pada
akhir periode remaja (Latifah, 2008).
2.1.5 Media Sosial
2.1.5.1Pengertian Media Sosial
Menurut Adiningtiyas Pitaloka (2004:4), media adalah segala sesuatu yang
dapat untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat
membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Berdasarkan uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran dapat
membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.
2.1.5.2Media Penyuluhan
Menurut Soekidjo Notoatmogjo menggunakan media atau alat peraga
harus didasari pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai yang
1. Individu dan kelompok
2. Kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya
3. Bahasa yang mungkin mereka pergunakan
4. Adat istiadat serta kebiasaan
5. Minat dan perhatian
6. Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lenih langgeng dari pada
perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).
Menurut Rogers dalam Soekidjo Notoatmogjo sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan yakni :
1. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyaari dalam arti
pengetahuan stimulus terlebih dahulu
2. Interest yakni orang yang tertarik terhadap stimulus
3. Evaluation (menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya)
4. Trial orang telah mencoba perilaku baru
5. Adaption subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
2.1.5.3Media Promosi Kesehatan
Disebut media promosi kesehatan karena alat – alat tersebut merupakan
saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan karena alat –
alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan – pesan
kesehatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur
pesan – pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi tiga yakni media cetak, media
elektronik, dan media papan (Soekidjo Notoatmodjo, 2012).
1. Media cetak
Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan – pesan
kesehatan sangat bervariasi, antara lain sebagai berikut :
1) Booklet
Suatu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku baik
dalam bentuk tulisan maupun gambar.
2. Leaflet
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembar yang di
lipat
3. Flayer (selebaran)
Bentuknya seperti liflet tapi tidak dilipat
4. Flip chart (lembar balik)
Media penyambaian pesan atau infomasi kesehatan dalam bentuk lembar
balik.
Tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah
kesehatan.
6. Poster
Bentuk media cetak yang berisi pesan yang biasa di tempel di tembok dan
tempat umum.
7. Foto
Mengungkapkan informasi kesehatan.
2. Media elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan dan
informasi kesehatan berbeda-beda jenisnya antara lain :
1) Radio
Penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui radio juga dapat
bermacam – macam bentuknya, antara lain obrolan (tanya jawab),
sandiwara radio, ceramah, radio spot dan sebagainya.
2) Televisi
Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media televisi dapat
bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab sekitar masalah
kesehatan, pidato (ceramah), TV spot, kuis atau cerdas cermatdan
sebagainya
2) Slide
Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi
kesehatan.
Film strip dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.
3. Media papan
Papan (Billboard) yang dipasang ditempat – tempat umum dapat diisi
dengan pesan – pesan atau informasi – informasi kesehatan. Media papan disini
juga mencakup pesan – pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel
pada kendaraan – kendaraan umum (bus atau taksi).
2.1.6 Media Internet
2.1.6.1Jejaring Sosial
Dewasa ini sudah banyak situd jejaring sosial yang bermunculan.
Memang saat ini di Indonesia, facebook masih tetap menduduki peringkat teratas.
Sudah banyak netter yang memanfaatkan situs facebook untuk mencari
penghasilan/uang, berteman, tukar informasi baik di bidang kesehatan, dan
promosi kepada teman – teman di facebook atau melalui jejaring sosial. Metode
promosi mengguanakan jejaring sosial sangat efektif dan dengan biaya yang
sangat murah, hal ini dapat digunakan sebagai media dalam promosi yang cepat
seiring dengan berkembangnya teknologi (Kholid, 2014).
2.1.6.2Media Sosial Facebook
Facebook merupakan salah satu jejaring sosial yang sangat digemari
dikalangan masyarakat. Pengertian Facebook menurut wikipedia berbahasa
Indonesia adalah sebuah situs web jejaring sosial populer yang diluncurkan pada
4 Februari 2004. Facebook dapat juga diartikan sebuah web jejaring sosial yang
didirikan oleh Mark Zuckerberg dan diluncurkan pada 4 Februari 2004.
kontak, ataupun informasi personil lainnya dan dapat bergabung dalam
komunitas untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan pengguna lainnya
(Rachmayani, 2011).
Pengguna jejaring sosial Facebook ini memiliki berbagai motif dan
alasan mengapa mereka menggunakan jejaring sosial tersebut. Terdapat beberapa
motivasi yang menyebabkan mereka menggunakannya antara lain untuk
mendapatkan informasi, integrasi dan interaksi sosial dengan orang lain,
2.2 KERANGKA TEORI
Keterangan : Yang di cetak tebal merupakan variabel yang diteliti
Gambar 2.5 : Modifikasi dari kerangka Teori berdasarkan L. Green (1980)
dalam Notoatmodjo (2010). Pemberian materi
mengenai kanker payudara dan tindakan deteksi dini dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) melalui media sosial Facebook
Faktor Predisposisi (Predisposing Factor ):
1) Pengetahuan
2) Sikap 3) Presepsi
Faktor Pemungkin (Enebling Factor)
1) Ketersediaan fasilitas internet 2) Ketersediaan
Handphone (Hp)
Faktor penguat (Reinforching Factor ) :
57
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai
berikut :
1. Media sosial Facebook sebagai sarana pemberian materi kanker payudara dan
deteksi dini dengan SADARI efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswi
SMK N 1 Kersana
2. Skor rata-rata siswi sebelum diberikan materi mengguanakan media sosial
facebook adalah kelas XI 47,37 dan kelas XII 47,88
3. Skor rata-rata siswi setelah diberikan materi mengguanakan media sosial
facebook adalah kelas XI 77,77 dan kelas XII 73,22
4. Skor rata-rata sesudah diberikan materi meningkat dibanding skor rata-rata
sebelum diberikan materi.
6.2.
SaranBerdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan oleh
peneliti adalah :
6.2.1. Bagi pihak sekolah
Pemberian materi kanker payudara dan deteksi dini dengan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) melalui media sosial facebook lebih disebarluaskan
kembali dikarenakan populasi yang dijadikan sampel hanya perwakilan dari kelas
6.2.2. Bagi Siswi SMK N 1 Kersana
Para siswi yang menjadi perwakilan pada penelitian ini diharapkan dapat
menyebarluaskan kepada siswi yang lainnya agar mengetahui informasi tentang
kanker payudara dan cara deteksi dini dengan SADARI dengan benar melalui
media sosial facebook pada grup “yuk SADARI SMK N 1 Kersana”.
6.2.3. Bagi Mahasiswa IKM
Pemberian materi kanker payudara dan deteksi dini dengan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) melalui media sosial facebook belum berjalan secara
maksimal karena grup ini pertama dibentuk dan perlu dikembangkan kembali.
Sebaiknya mahasiswa IKM UNNES dapat mencoba untuk mengembangkan grup
pada media sosial facebook ini sehingga siswi dapat mengakses dengan mudah
memperoleh informasi yang lengkap mengenai kanker payudara dan deteksi dini
59
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Azwar, S. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
BKKBN, 2006. Remaja Mengenali Dirinya. UNFPA, Hal : 92-94
Budiarto, E., 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Buku Kedokteran
Bustan, M N. 2007.Epidemologi: Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta
Dahlan, Sopiyudin, 2011, Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba, Medika, Jakarta
Dyayadi, 2009, Kanker payudara, diakses 28 Juni 2014 Pukul 12:43, (http://www.digilib.unimus.ac.id/download.php?id=5468)
Evelyn, C, Peorce. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Fauzah Cholashotul. 2014. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Pada Siswi Sma Ibrahimy Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Jurnal Kesehatan. Vol :1. No: 1. Hlm : 40-46
Female Regular Undergraduate Students, Tigray Region, Ethiopia, 2013
Haftom Gebrehiwot, Tesfay Hailu, Gebreamlak Gide. Knowledge and Attitude towards Breast Cancer among Mekelle University. Scholars Journal of
Hariyanti, D. (2011, Juli 14). Remaja, 64 Persen Pengguna Jejaring Sosial . Jurnas.com. diakses 28 Juni 2014 Pukul 12:45
Imran, H. A. (2009). Aktifitas komunikasi dan media jejaring sosial.
Indopos Universitas Indonesia, 2005, Kanker payudara serang 9 persen wanita, Humas Universitas Indonesia Kliping, diakses 21 Mei 2014 Pukul 21.15. (http://www.ui.ac.id/download/kliping/220305/Kanker_payudara_serang_ 9_persen_wanita.pdf).
Kholid, Ahmad. 2014. Promosi Kesehatan : Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media Dan Aplikasinya. Jakarta : Rajawali Pers
Komang Sri Widiantari dan Yohanes Kartika Herdiyanto, 2013, Perbedaan Intensitas Komunikasi Melalui Jejaring Sosial antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Remaja, Jurnal Psikologi. Vol :1. No :1 Hlm 106-115
Kurnia Hadpha Saputri, 2012, Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Di MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 1 Surakarta. Karya Tulis Ilmiah, Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta .
Latifah, Melly, 2008, Tumbuh Kembang Anak, diakses 28 Juni 2014 Pukul 12:55, (http://edublogs.org/karakteristik-remaja).
McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa edisi kedua. Jakarta : Erlangga
Notoatmodjo, S, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.
---, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Jakarta: Edisi Rineka Cipta.
---, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Perce, dkk, 2006, At Glance Ilmu Bedah, Jakarta : Erlangga.
Raihana, P. a. (2009). Perbedaan kecenderungan kecanduan internet ditinjau dari tipe kepribadian introvert-ekstrovert dan jenis kelamin.
Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta : CV Sugeng Seto.
Rini Mulia Sari, 2013, Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Resiko Kanker Payudara Pada Remaja Putri Di Man 2 Banda Aceh, Skripsi, Banda Aceh : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U’budiyah.
Sarjadi, dr. SpPA, 1994, Patologi Umum Dan Sistematika, Jakarta : EGC
Soetjiningsih, 2004, Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahnnya, Jakarta : Sugeng Seto
Sugiyono, 2007, Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta
Sulastri, 2012, Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Video Dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Di SMAN 9 Balikpapan Tahun 2012, Skripsi, Jurusan Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.
WHO (World Health Organization). (2005). Data Penderita Kanker Payudara di
Dunia. Diakses 28 Juni 2014 Pukul 12:55
(http://www.who.int/cancer/detection/braestcancer/en/index1.html )