• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Administrasi Kantor Badan Pertanahan Nasional Dalam Menyelesaikan Proses Peralihan Jual Beli Hak Milik Atas Tanah (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelayanan Administrasi Kantor Badan Pertanahan Nasional Dalam Menyelesaikan Proses Peralihan Jual Beli Hak Milik Atas Tanah (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta melakukan aktivitas diatas tanah, sehingga setiap saat manusia selalu berhubungan

dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah, dan yang pada akhirnya tanah pula tempat orang dikebumikan setelah meninggal dunia sebagai tempat peristirahatan terakhir.

Begitu pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, maka setiap orang akan selalu berusaha memiliki dan menguasainya. Masalah tanah erat sekali hubungannya dengan manusia sebagai pemenuhan kebutuhannya demi kelangsungan hidupnya, demikian juga

dalam interaksinya. Manusia sebagai anggota masyarakat dengan pemerintah sebagai penguasa tertinggi dalam negara sekaligus penggerak untuk terwujudnya pembangunan demi

untuk peningkatan taraf hidup dari masyarakat.

Hukum tanah di Indonesia didasarkan pada Hukum Adat. Hal ini terdapat dalam Pasal 5 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), yang berbunyi: “ Hukum Agraria yang berlaku

atas bumi, Air dan Ruang Angkasa ialah hukum Adat, sepanjang tidak bertentangan dengan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan

sosialisme, Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-Undang ini dan dengan peraturan-peraturan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang berdasarkan pada hukum Agama. Dengan semakin meningkatnya kegiatan

pembangunan kebutuhan akan tanah untuk kegiatan usaha maka semakin meningkat pula pada kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan.

(2)

tanah. Disadari atau tidak, tanah sebagai benda yang bersifat “permanen” (tidak dapat bertambah) banyak menimbulkan masalah jika dihubungkan dengan pertumbuhan penduduk

yang terus meningkat. Tanah adalah termasuk kebutuhan primer, setelah sandang atau pangan. Seiring perkembangan zaman, cara pandang masyarakat terhadap nilai tanah perlahan mulai berubah. Dulu tanah hanya dinilai sebagai faktor penunjang aktivitas

pertanian saja, tapi saat ini sudah dilihat dengan cara pandang yang lebih strategis, yaitu aset penting dalam sebuah industrialisasi.

Disamping sebagai tempat pemukiman, sumber penghidupan manusia dan persemayaman terakhir, tanah pada hakikatnya juga merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dalam pencapaian tujuan-tujuan Negara. Tanah adalah suatu unsur yang

utama dalam pembangunan menuju terbentuknya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) secara tegas mengatakan bahwa Negara Iindonesia berdasarkan asas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka

(Machststaat), hal ini ditegaskan dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945

amandemen ke tiga (3), yang berbunyi “ Negara Indonesia Adalah Negara Hukum”.

Pemerintahan yang kuat adalah pemerintahan yang mendapat dukungan penuh dari

rakyatnya. Dalam hal ini, rakyat berperan penting dalam rangka melanggengkan kekuasaan pemerintah. Oleh karena itu sebagai wujud rasa terima kasih atas dukungan rakyat tersebut, sudah sepantasnyalah pemerintah (melalui aparat birokrat) memberikan pelayanan dengan

sebaik-baiknya kepada masyarakat/publik. Pelayanan yang diwujudkan adalah pelayanan yang berorientasi pada rakyat. Salah satu tugas pokok pemerintah yang terpenting adalah

(3)

Maka dari itu, menyadari berapa pentingnya tanah bagi hidup dan kehidupan manusia, dan Indonesia sebagai Negara agraris, maka dalam penyusunan Undang-Undang Dasar 1945

mencantumkan peranan tanah bagi bangsa Indonesia, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi bahwa “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya

untuk kemakmuran rakyat ”. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, maka pada tanggal 24 September 1960 telah dikeluarkan hukum yang

mengatur tentang pertanahan, yaitu Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960, tentang Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), yang sampai saat ini masih digunakan sebagai landasan hukum dalam proses pertanahan di Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang pertanahan juga

dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar Nomor 32 tahun 2004, Undang-Undang Nomor

12 tahun 2008, tentang Pemerintahan Daerah Pasal 14 ayat (1) huruf (K), yang mengatakan bahwa pelayanan pertanahan merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah merupakan urusan berskala Kabupaten/Kota, yang menjadi tugas dan wewenang

Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) melalui instansi vertikalnya di daerah yaitu yang disebut dengan Kantor Badan Pertanahan.

Menurut R.Van Dijk, dalam Pengantar Hukum Adat Indonesia (1979 : 66), pengertian jual beli dapat diartikan, penjualan tanah atau perpindahan tanah untuk selama-lamanya dengan menerima sejumlah uang (uang pembelian) yang dibayarkan dengan tunai. Dengan

pembayaran dan perpindahan itu sipembeli memperoleh hak milik penuh atas tanah itu, penjualan demikian dimanapun juga dilakukan dihadapan Para pembesar dan biasanya segala

(4)

Kemudian menurut Hukum Perdata disebutkan bahwa jual beli tanah adalah suatu perjanjian dengan mana penjual mengikatkan dirinya (artinya berjanji) untuk menyerahkan

hak atas tanah yang bersangkutan kepada pembeli yang mengikatkan dirinya untuk membayar kepada penjual dengan harga yang telah disepakatinya, maka berlakulah ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata didalamnya. Menurut ketentuan dari pasal ini, bahwa objek yang

diperjanjikan harus ditentukan jenisnya untuk mana kemudian dicantumkan didalam perjanjian.

Hal ini juga ditegaskan dalam Pasal 1458 KUH Perdata, yang antara lain

menyebut, bahwa jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak yang pada saat mereka mencapai kata sepakat mengenai objek yang diperjanjikan dan harganya, walaupun

hak atas tanah belum diserahkan dan harganya belum dibayar atau telah dibayar sebahagian saja.

Semenjak dikeluarkannya UUPA, maka pengertian jual beli tanah bukan lagi suatu perjanjian seperti yang disebutka diatas, melainkan perbuatan hukum pemindahan hak untuk selama-lamanya yang bersifat tunai dan kemudian selanjutnya diatur dalam Peraturan

Pelaksanaan dari UUPA yaitu PP No. 10 tahun 1961 yang telah diperbaruhi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, tentang Pendaftaran Tanah, yang menentukan bahwa jual

beli tanah harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

Jadi jual beli Hak atas Tanah harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah

(PPAT). Hal demikian sebagai bukti bahwa telah terjadi jual beli sesuatu hak atas tanah dan selanjutnya Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) membuat Akta Jual Beli tersebut yang

(5)

Bertitik dari tolak dari uraian diatas maka merupakan hal menarik bagi peneliti untuk mengangkat menjadi suatu bahan penelitian dengan judul “Pelayanan Administrasi Kantor Badan Pertanahan Nasional Dalam Menyelesaikan Proses Peralihan Jual Beli Hak Milik Atas Tanah (Studi Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai)”.

1.2. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana Pelayanan Administrasi yang diberikan Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai kepada masyarakat dalam menyelesaikan Proses Peralihan Jual Beli Hak Milik Atas Tanah?

2. Apa Masalah-masalah yang dihadapi oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai dalam menyelesaikan Proses Perlihan Jual Beli Hak Milik Atas Tanah dan

bagaimana cara mereka menyelesaikan msalah-masalah tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana Pelayanan Administrasi Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai dalam menyelesaikan proses Peralihan Jual Beli Hak Milik Atas Tanah.

2. Mengetahui masalah yang dihadapi Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai dalam menyelesaikan Proses Peralihan Jual Beli Hak Milik Atas tanah.

3. Mengetahui bagaimana Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Binjai menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi pada saat proses Peralihan Jual Beli Hak Milik Atas Tanah dan apa saja yang dilakukan di Kantor Badan Pertanahan

Nasional tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada tersebut.

4. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis apakah konsumen merasa puas dengan

(6)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis adalah :

1. Manfaat secara ilmiah

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan untuk menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan ilmiah tentang studi Administrasi

Negara dalam kaitannya dengan peningkatan pelayanan publik dalam hal administrasi pertanahan khususnya pengetahuan mengenai proses peralihan jual beli

hak milik atas tanah. 2. Manfaat secara praktis

Secara praktis penelitiuan ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan

pemerintah serta lembaga-lembaga lain yang terkait, yang membutuhkan acuan dalam peningkatan pelayanan publik khususnya Administrasi Negara.

3. Manfaat secara akademis

Sebagai satu tahapan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir dan menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk

menyelesaikan studi Strata-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Administrasi

1.5.1.1. Pengertian Administrasi

Administrasi pada intinya melingkupi seluruh kegiatan dari pengaturan hingga pengurusan sekelompok orang yang memiliki diferensiasi pekerjaan untuk mencapai suatu

(7)

Sebagian besar literatur menggunakan istilah administrasi perkantoran dan manajemen perkantoran untuk menyebut administrasi.

Secara etimologis perkataan Indonesia administrasi yang bahasa Inggrisnya Administration, berasal dari kata Latin, yaitu : Ad + ministrate dan Administratio, Ad ministrate yang berarti melayani, memenuhi atau membantu, The Liang Gie (1977).

Pengertian administrasi dalam arti yang sempit bahkan pengertian sehari-

hari, maka administrasi artinya adalah tata usaha. Jadi administrasi pada hakikatnya adalah

usaha untuk membantu, usaha untuk menolong, usaha untuk memimpin atau mengarahkan semua kegiatan dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

1.5.1.2. Pengertian Administrasi Negara

Utrech dengan teori residunya menyatakan bahwa administrasi Negara adalah badan eksekutif yang pada dasarnya menjalankan sebagian tugas-tugas yang tidak menjadi tugas

legislatif dan yudikatif, seperti yang diutarakan oleh montesqiue.

Sedangkan teori dwipraja dari Donner merupakan teori yang lebih modern. Menurut Donner, Administrasi Negara dalam menjalankan pemerintahan dilakukan dalam dua bidang

yang berbeda, yaitu bidang pertama adalah menentukan tujuan Negara yang disebut sebagai tugas politik yang merupakan tugas dari lembaga tertinggi Negara. Bidang kedua adalah

bidang yang mewujudkan atau menjalankan tugas yang telah digariskan oleh mereka yang bertugas dalam tugas politik atau mewujudkan tugas politik. Bidang kedua ini dijalankan oleh lembaga dibawah lembaga tertinggi Negara, dalam hal ini adalah lembaga eksekutif.

1.5.1.3. Pentingnya Ilmu Administrasi Negara

Perkembangan kehidupan masyarakat semakin hari semakin bertambah. Hal ini

(8)

Sebagian besar persoalan administrasi Negara adalah bersumber dari persoalan masyarakat. Administrasi Negara merupakan suatu sistem yang menjawab

persoalan-persoalan masyarakat etrsebut.

Gerald E. Caiden, dalam Public Administration, 2nd Ed, (1982:1), menyatakan bahwa disiplin administrasi negara ini pada hakekatnya adalah suatu disiplin yang menanggapi

masalah-masalah pelaksanaan persoalan-persoalan masyarakat (public affairs), dan management dari usaha-usaha masyarakat (public business).

1.5.1.4. Latar Belakang Sejarah Perkembangan Ilmu Administrasi Negara

Administrasi Negara sebenarnya sudah ada semenjak dahulu kala, seperti yang disinggung di muka. Ia akan timbul dalam suatu masyarakat yang terorganisasi. Administrasi

Negara modern yang dikenal sekarang ini adalah produk dari suatu masyarakat feudal yang tumbuh subur di Negara-negara Eropa. Negara-negara didaratan Eropa yang kesemuanya

dikuasai oleh kaum feudal, bangsawan, dan kaum ningrat, kerajaan berusaha untuk mngokohkan sistem pemerintahannya.

Perkembangan masyarakat membawa tuntutan-tuntutan masyarakat pun meningkat.

Tuntutan-tuntutan ini membutuhkan jawabannya. Jika jawabannya tidak sepadan dengan perkembangan tersebut, maka terdapat ketidakpuasan.

Administrasi Negara haruslah mampu menjawab tuntutan-tuntutan masyarakat yang senantiasa berkembang tersebut. Sehingga ketidakpuasan masyarakat dapat diperkecil dan dipersempit jaraknya.

1.5.2. Pelayanan Publik

1.5.2.1. Pengertian Pelayanan Publik

(9)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sinambela dalam Reformasi Pelayanan Publik tahun 2006:4) dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara atau hasil pekerjaan melayani.

Pelayanan publik juga dapat diartikan pengabdian serta pelayanan kepada masyarakat berupa usaha yang dijalankan dan pelayanan itu diberikan dengan memegang teguh syarat-syarat efisiensi, efektivitas, ekonomis serta manajemen yang baik dalam pelayanan kepada

masyarakat dengan baik dan memuaskan (Lukman, dalam Manajemen Pelayanan tahun 2006:82).

Dalam Ilmu Politik dan Administrasi Negara, pelayanan pelayanan publik

merupakan istilah yang menggambarkan bentuk dan jenis pelayanan pemerintah kepada rakyat atas kepentingan umum.

Hakikat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pelayanan publik (public sevice) oleh birokrasi merupakan salah satu perwujudan dari fungsi

aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping umum atau sebagai abdi negara.

Menurut Kotler dalam Sempara Lukman manajemen kualitas pelayanan, (2000 : 8), pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan,

dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Sedangkan melayani adalah menyuguhi (orang) dengan makanan atau minuman, menerima,

mengiyakan, dan menggunakan.

Dari beberapa pengertian dan uraian diatas, dapat dilihat bahwa pelayanan publik dilaksanakan oleh pemerintah, dalam arti barang, dan jasa publik adalah tanggung jawab

pemerintah melalui instansi-instansi dari pusat sampai ke daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan untuk pelaksanaan peraturan tertentu. Pelayanan publik berupa barang atau

(10)

supaya dapat dijangkau oleh golongan paling tidak mampu. Karena itu perlu diingat bahwa pelayanan publik harus dapat dinikmati oleh masyarakat secara keseluruhan.

Gaya manajemen yang terlalu berorientasi pada tugas juga membawa pengaruh tidak terpacunya pegawai kepada hasil dan kualitas pelayanan umum. Formalitas dalam rincian tugas-tugas organisasi menuntut uniformitas dan keseragaman yang tinggi.

Sementara itu, kelambanan pelayanan umum tidak hanya disebabkan oleh kurang baiknya cara pelayanan ditingkat bawah. Ternyata masih banyak faktor yang mempengaruhi

begitu buruknya tata kerja dalam birokrasi. Sikap pandang organisasi birokrasi pemerintahan kita, misalnya, terlalu berorintasi kepada kegiatan (activity), dan pertanggungjawaban formal (formal accountability).

Penekanan kepada hasil (product) atau kualitas pelayanan (service quality) sangatlah kurang, sehingga lambat laun pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi menjadi kurang

menantang dan kurang menggairahkan.

Kecenderungan lain yang melekat di dalam birokrasi adalah kurang diperhatikannya asas keterjangkauan dan pemerataan. Hambatan-hambatan diatas tidak lepas dari sistem dan

mekanisme kerja yang diterapkan dalam birokrasi pemerintahan kita. Keharusan untuk mencapai target waktu seringkali mengorbankan cara kerja serta tujuan akhirnya.

1.5.2.2. Makna dan Tujuan Pelayanan

Pada dasarnya pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan pelanggan. Dukungan kepada pelanggan dapat bermakna sebagai suatu bentuk pelayanan

yang memberikan kepuasan bagi pelanggan, selalu dekat dengan pelanggannya, sehingga kesan yang menyenangkan senantiasa diingat oleh pelanggannya.

Tujuan pelayanan publik (Dadang Juliantara, 2005:10) adalah memuaskan

(11)

Kualitas atau mutu pelayanan adalah kesesuaian antara harapan dan keinginan dengan kenyataan.

Hakekat pelayanan publik adalah memberikan pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakn perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

Aspek-aspek pelayanan publik (Dadang Juliantara, 2005:11), yaitu : a. Transparan

Bersifat terbuka, mudah dan dapat di akses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat mempertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

d. Kesamaan Hak

Tidak diskriminasi dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender

dan status luar negri.

1.5.2.3. Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik

Adapun kegiatan pelayanan yang disinggung diatas adalah merupakan kegiatan yang memberikan kemudahan kepada sseorang dalam mendapatkan suatu kepuassan dari kegiatan yang dilakukannya terhadap pelaksanaan aktivitas

yang sedang terjadi ataupun yang akan terjadi.

(12)

Pelayanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas-petugas bidang Hubungan Masyarakat (Humas), bidang layanan informasi dan bidang-bidang

lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada masyarakat mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia.

Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-syarat yang

harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu :

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.

b. Mampu memberikan penjelasn apa yang perlu dengan lancar dan singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

d. Meski dalam keadaan sepi tidak berbincang dan bercanda dengan sesama pegawai,

karena dapat menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas. 2. Pelayanan Melalui Tulisan

Pelayanan dengan tulisan ini, layanan yang diberikan berupa pemberian

penjelasan kepada masyarakat dengan penerangannya berupa penulisan suatu informasi mengenai hal atau masalah yang sedang terjadi.

Pelayanan melalui tulisan terdiri dari dua macam, yaitu :

a. Layanan yang berupa petunjuk informasi dan yang sejenis yang ditujukan pada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam

berurusan dengan instansi atau lembaga.

b. Pelayanan berupa reaksi tertulis atau pelaporan, keluhan, pemberian atau penyerahan,

(13)

Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan dan penjelasan secara lisan.

Umumnya layanan ini dilakukan oleh petugas-petugas tingkat menengah dan bawah, karena itu faktor keahlian dan keterampilan pegawai sangat menentukan terhadap hasil perbuatan dan pekerjaan.

Tujuan utama orang yang berkepentingan dalam layanan itu adalah mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar penjelasan dan

kesanggupan secara lisan.

1.5.2.4. Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan

dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang

wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan.

Berdasarkan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik, standar pelayanan

dikembangkan menjadi 14 unsur yang “relevan”, “valid” dan “reliebel”, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai

berikut :

a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administrative yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.

(14)

d. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan pelayanan.

e. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Kecepatan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

g. Keahlian mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.

h. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dapat

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai.

i. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

j. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang ditetapkan dengan

biaya yang dibayarkan.

k. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap pembiayaan

yang ditetapkan oleh unit pelayanan.

l. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat

merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang akibatnya dari pelaksanaan.

(15)

Sedangkan berdasarkan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 tahun 2014 tentang pedoman standar pelayanan, terdapat

beberapa persamaan dalam keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003 tersebut diatas, dan pada Nomor 15 tahun 2014 ini terdapat beberapa tambahan sebagai berikut :

a. Identifikasi Persyaratan, yaitu persyaratan pelayanan merupakan suatu

tuntutan yang harus dipenuhi, persyaratan pelayanan ini dapat berupa dokumen atau

barang/hal lain, tergantung kebutuhan masing-masing jenis pelayanan.

b. Identifikasi Prosedur, yaitu tata cara pelayanan yang dibakukan bagi penerima pelayanan.

c. Identifikasi Waktu, yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan.

d. Identifikasi Biaya/Tarif, yaitu biaya adalah ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara masyarakat.

e. Identifikasi Produk Layanan, yaitu hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, proses identifikasi ini dilakukan untuk setiap

jenis pelayanan.

f. Penanganan Pengelolaan Pengaduan, yaitu organisasi penyelenggara pelayanan wajib membuat mekanisme pengelolaan pengaduan. Bentuk-bentuk pengelolaan pengaduan

yang banyak digunakan antara lain: penyediaan kotak saran/kotak pengaduan, sms, portal pengaduan dalam bentuk website, dan penyediaan petugas penerima

pengaduan.

1.5.2.5.Kualitas Pelayanan Publik

(16)

bagaimana cara yang harus diperoleh dalam usaha meningkatkan kualitas, dimana dalam hal ini setiap organisasi atau instansi memiliki cara agar pelayanan yang diberikan kepada publik

dapat dijalakan dengan sebaik mungkin. Pemberian kualitas pelayanan yang baik dari suatu organisasi atau instansi bersumber dari aktivitas karyawan yang secara langsung menentukan keberhasilan organisasi. Jadi, apabila karyawan dapat bekerja sebagaimana dengan tujuan

yang telah ditetapkan, maka pelayanan akan dapat diberikan dengan baik kepada publik. Pengertian kualitas menurut beberapa ahli yang banyak dikenal, antara lain: (Badudu,

2001:781) “Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan”. Kualitas pelayanan suatu organisasi dapat digambarkan dengan apakah atau sejauh mana kepuasan

pengguna terhadap pelayanan dan sejauh mana dapat dipertemukan dengan tujuan publik yang sudah dibuat.

1.5.3. Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) 1.5.3.1. Definisi Kantor Badan Pertanahan Nasional

Kantor Badan Pertanahan Nasional adalah unit Kerja Badan Pertanahan Nasional di

wilayah kabupaten, Kotamadya, atau wilayah administratif lain yang setingkat, yang melakukan pendaftaran pertanahan hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pada tanah.

(Pasal 1 Angka 6 UU Nomor 4 tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan Dengan Tanah).

Karena Indonesia merupakan Negara Hukum, maka segala kebijakan yang

menyangkut kehidupan publik diatur dengan berlandaskan hukum oleh para pembuat kebijakan. Jenis-jenis perundang-undangan di Negara Republik Indonesia (dengan

penyesuaian penyebutan berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 adalah sebagai berikut.

(17)

a. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undnag-Undang. b. Peraturan Pemerintah.

c. Peraturan Presiden. d. Peraturan Menteri.

e. Peraturan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen.

f.Peraturan Direktur Jendral Departemen. g. Peraturan Badan Hukum Negara.

2. Peraturan Perundang-undangan di Tingkat daerah a. Peraturan Derah Provinsi.

b. Peraturan/Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi.

c. Peraturan Daerah Kabupaten Kota.

d. Peraturan/Keputusan Bupati/Walikota Kepala Daerah Kabupaten/Kota.

1.5.3.2. Tugas Badan Pertanahan Nasional

Adapun tugas Badan Pertanahan Nasional adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Pertanahan secara nasional, regional dan sektoral.

1.5.3.3. Fungsi dan Agenda Kebijakan Kantor Badan Pertanahan Nasional

Fungsi Kantor Badan Pertanahan Nasional dalam menyelenggarakan tugas, Kantor

Badan Pertanahan Nasional mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana, program, dan penganggaran dalam rangka pelakasanaan tugas pertanahan.

2. Pelayanan, perijinan, dan rekomendasi di Bidang Pertanahan.

3. Pelaksanaan survey, pengukuran dan pemetaan dasar, pengukuran, dan pemetaan

bidang, pembukuan tanah.

(18)

5. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang Pertanahan. 6. Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah.

Kantor Pertanahan yang sebagaimana dimaksud sebagai instansi vertikal dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) menurut Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia memiliki agenda kebijakan yaitu :

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional.

2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertifikasi tanah

secara menyeluruh diseluruh Indonesia.

3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah (land tenureship).

1.5.4. Peralihan Jual Beli Hak Milik Atas Tanah 1.5.4.1. Pengertian Peralihan Hak Milik Atas Tanah

Peralihan Hak Milik atas Tanah diatur dalam Pasal 20 ayat (2) UUPA, yaitu Hak

Milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Peralihan Hak Atas Tanah merupakan suatu proses pemindahan hak atas tanah dari Pihak Pertama (Penjual) kepada Pihak Kedua (Pembeli), dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Peralihan hak baru terjadi setelah adanya penyerahan (levering) dari pihak penjual kepada pihak pembeli (Pasal 1459 KUHP Perdata). Terhadap hak kebendaan untuk barang

tak bergerak penyerahannya dilakukan dengan balik nama dihadapan pegawai kadaster atau pegawai penyimpanan hipotik. Seseuai dengan sifat obligator tadi, maka penyerahan terjadi apabila harga yang diperjanjikan telah dibayar lunas oleh pembeli.

1.5.4.2. Pengertian Jual Beli

Sebelum berlakunya UUPA, yaitu : UU No. 5. Tahun 1960, di Indonesia, telah

dikenal 2 (dua) ketentuan UU berkenaan dengan hukum pertanahan, yakni kitab UU Hukum Perdata dan Hukum Adat (dengan berpedoman kepada ketentuan-ketentuan hukum tersebut.

(19)

adalah suatu perjanjian dengan mana pihak penjual mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan kepada pembeli dan membayar dengan harga yang telah diperjanjikan, pada

pengertian jual beli menurut KUH Perdata tersebut diatas, tidak dipersoalkan objek yang diperjual belikan, namun dengan demikian dikarenakan jual beli itu adalah suatu perjanjian, maka berlakulah ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata didalamnya. Menurut ketentuan dari

pasal ini, bahwa objek yang diperjanjikan harus ditentukan jenisnya untuk mana kemudian dicantumkan didalam perjanjian.

Hal ini juga ditegaskan dalam Pasal 1458 KUH Perdata, yang antara lain menyebut, bahwa jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak yang

pada saat mereka mencapai kata sepakat mengenai objek yang diperjanjikan dan harganya,

walaupun hak atas tanah belum diserahkan dan harganya belum dibayar atau telah dibayar sebahagian saja.

Menurut Soerjono Soekanto dalam hukum adat Indonesia (1983 : 120), jual beli tanah adalah suatu perbuatan pemindahan hak atas tanah yang bersifat terang dan tunai. Terang berarti, bahwa perbuatan pemindahan hak tersebut harus dilakukan dihadapan pihak yang

berwenang seperti Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), atau jika tanah adat harus dilakukan dihadapan kepala adat yang berperan sebagai Pejabat yang menanggung keteraturan, dan

sahnya perbuatan pemindahan hak itu. Dengan tunai maksudnya ialah, bahwa perbuatan pemindahan hak dan pembayaran atas tanah tersebut dilakukan secara kontan atau sebagian sesuai dengan perjanjian.

Dengan telah terjadinya jual beli sedemikian itu, tidaklah berarti bahwa haknya sipenjual atas objek perjanjian beralih dengan sendirinya kepada sipembeli. Pengertian jual

(20)

Peralihan hak baru terjadi setelah adanya penyerahan (levering) dari piihak Penjual kepada pihak Pembeli (Pasal 1459 KUH Perdata). Terhadap hak kebendaan untuk barang

tidak bergerak penyerahannya dilakukan dengan balik nama dihadapan pejabat yang berwenang seperti Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah, sesuai dengan sifat obligator tadi, maka penyerahan terjadi apabila harga yang diperjanjikan telah dibayar lunas oleh

pembeli.

Dalam pasal 26 UUPA, peralihan hak milik melalui jual beli hanya bisa

dilakukan dimana pembelinya Warga Negara Indonesia (WNI).

1.5.4.3. Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Menurut Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004, tentang Jabatan Notaris dalam Pasal

1 (satu), disebutkan pengertian Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: M.01-HT.03.01 tahun 2006, tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan dan Pemindahan, dan Pemberhentian Notaris dalam Pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan Notaris adalah pejabat

umum yang berwenang membuat akta otentik dan kewenangan lainnya.

Notaris adalah pejabat umum maksudnya adalah seseorang yang diangkat, diberi

wewenangdan kewajiban oleh Negara untuk melayani publik dalam hal tertentu.

Notaris merupakan merupakan pejabat publik yang menjalankan profesi dalam pelayanan hukum kepada masyarakat, guna memberi perlindungan dan jaminan hukum demi

tercapainya kepastian hukum dalam masyarakat. Pejabat umum adalah orang yang menjalankan sebagian fungsi publik negara, yang khususnya dibidang hukum Perdata.

(21)

Menurut Effendi Perangin dalam Hukum Agraria Indonesia (1994 : 3), Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat yang berwenang membuat

akta daripada perjanjian-perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjamkan uang dengan hak atas tanah sebagai

tanggungan.

Pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) lebih ditegaskan lagi dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang

berkaitan dengan tanah dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta pemindahan hak

atas tanah, pembebanan hak atas tanah dan akta-akta lain yang diatur dengan peratuuran perundang-undangan yang berlaku dan membantu Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional

dalam melaksanakan pendaftaran tanah dengan membuat akta-akta yang akan dijadikan dasar pendaftaran, perubahan data pendaftaran tanah.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37/1998, tanggal 5 Maret

1998, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) terdiri dari PPAT, PPAT sementara dan PPAT Khusus, dikemukakan bahwa :

a. PPAT adalah : pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas Satuan Rumah Susun, biasanya jabatan ini dirangkap juga oleh Notaris.

b. PPAT Sementara adalah : Pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat Akta PPAT di daerah yang belum cukup

terdapat PPAT.

(22)

karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas pemerintah tertentu.

1.5.4.4. Pengertian Hak Milik Atas Tanah

Hak milik merupakan hak atas tanah yang terkuat, terpenuh, dan bersifat turun temurun serta merupakan induk dari hak-hak lain dengan jangka waktu yang tidak terbatas.

Hak Milik bisa dialihkan, dijaminkan, dan diwariskan. Dalam penulisan ini Hak Milik yang maksud adalah berbentuk Sertipikat Hak Milik.

Menurut pasal 20 ayat (1) UUPA adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Turun temurun: maksudnya Hak Milik atas Tanah dapat berlangsung terus selama pemiliknya masih hidup dan bila pemiliknya meninggal

dunia, maka Hak Milinya dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya sepanjang memenuhi syarat sebagai subjek Hak Milik. Terkuat maksudnya: Hak Milik atas tanah lebih kuat bila

dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain, tidak mempunyai batas waktu tertentu, mudah dipertahankan dari gangguan pihak lain, dan tidak mudah hapus. Terpenuh: Hak Milik atas Tanah memberi wewenang kepada pemiliknya paling luas bila dibandingkan dengan hak atas

tanah yang lain, dapat menjadi induk bagi hak atas tanah yang lain, tidak berinduk kepada hak atas tanah yang lain, dan penggunaan tanahnya lebih luas bila dibandingkan dengan hak

atas tanah yang lain.

Menurut pasal 50 KUH Perdata, Hak Milik adalah hak untuk menikmati suatu benda itu dengan sebebas-bebasnya, asal tidak dipergunakan bertentangan dengan Undang-Undang

atau Peraturan Umum yang diadakan oleh kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk itu dan asal tidak menimbulkan gangguan

terhadap hak-hak orang lain.

(23)

pengganti kerugian yang layak dan menurut ketentuan Undang-Undang.

1.5.4.5. Pendaftaran dan Penerbitan Hak Milik Atas Tanah

Sertipikat hak atas tanah sebagai produk akhir dari pendaftaran tanah yang diperintahkan oleh hukum, yakni Undang-Undang Pokok Agraria dan Peraturan pemerintahNomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah telah mengikat bagi para pejabat

Badan Pertanahan Nasional untuk menerbitkan sertipikat sebagai alat pembuktian yang kuat atas pemilikan tanah.

Sejak berlakunya PP Nomor 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, jual beli dilakukan oleh para pihak dihadapan PPAT yang bertugas membuat aktanya. Dengan dilakukannya jual beli dihadapan PPAT, dipenuhi syarat terang (bukan perbuatan hukum

yang gelap/yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi). Akta Jual Beli yang ditandatangani para pihak membuktikan telah terjadi pemindahan hak dari penjual kepada pembelinya

dengan disertai pembayaran harganya, telah memenuhi syarat tunai dan menunjukan bahwa secara nyata atau riil perbuatan hukum jual beli yang bersangkutan telah dilaksanakan.

Demikian juga menurut PP Nomor 24 tahun 1997 (Pasal 3 ayat 1), menghendaki

perjanjian jual beli tanah harus dibuat dalam bentuk akta autentik yang dibuat dihadapan para pejabat yang bewenang, yakni PPAT.

Jadi, menurut PP Nomor 24 tahun 1997 pendaftaran jual beli itu hanya dapat dilakukan dengan Akta PPAT sebagai buktinya. Orang yang melakukan jual beli tanpa dibuktikan dengan Akta PPAT tidak akan dapat memperoleh sertipikat.

Setelah PPAT membuat akta autentik dan telah ditandatangani oleh kedua pihak,

dan setelah penjual, pembeli tersebut memenuhi persyaratan, maka PPAT tersebut melakukan

(24)

Kemudian Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) tersebutlah yang memproses Pendaftaran dan Peralihan Hak tersebut, dan setelah selesai diproses dalam jangka waktu

kurang lebih 2 (dua) bulan berkas tersebut diterima oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional, maka setelah selesai terbitlah sertipikat atas nama pembeli yang baru tadi. Dan sertipikat itu

telah resmi menjadi hak milik pembeli sepenuhnya.

1.6. Definisi Konsep

Konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat ilmu sosial. Dengan konsep peneliti melakukan abstraksi dan menyederhanakan pemikirannya melalui penggunaan satu istilah untuk beberapa kejadian (event) yang berkaitan satu dengan yang

lainnya. Adapun yang menjadi definisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Pelayanan Administrasi: hasil pelayanan yang secara kualitas dan kuantitas yang

diberikan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya dalam hal pelayanan publik.

2. Proses Peralihan Jual Beli Hak Atas Tanah dan pendaftaran Hak Milik atas Tanah dalam bentuk Sertipikat Hak Milik: pelaksanaan kewenangan pemerintah yang

dilimpahkan untuk melaksanakan kegiatan Pemerintah dalam hal pemindahan nama dan pendaftaran hak atas tanah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN), yaitu menyusun rencana, menyusun

program, dan penganggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pertanahan, pelayanan perijinan, pelaksanaan survey, pengukuran, pemetaan dasar, pelaksanaan

(25)

4. Fungsi Notaris dan PPAT, fungsi dari Notaris/PPAT untuk membuat akta autentik sebagai syarat untuk melakukan pendaftaran Hak Milik Atas Tanah pada Kantor

Badan Pertanahan Nasional.

5. Pelayanan Administrasi Kantor Badan Pertanahan Nasional Dalam Menyelesaikan Proses Peralihan Jual Beli Hak Milik Atas Tanah berdasarkan keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 tahun 2014 tentang pedoman standar pelayanan, terdapat beberapa persamaan dalam keputusan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003 tersebut diatas, dan pada Nomor 15 tahun 2014 ini terdapat beberapa tambahan sebagai berikut:

a. Identifikasi Persyaratan, yaitu persyaratan pelayanan merupakan suatu tuntutan

yang harus dipenuhi, persyaratan pelayanan ini dapat berupa dokumen atau barang/hal lain, tergantung kebutuhan masing-masing jenis pelayanan.

b. Identifikasi Prosedur, yaitu tata cara pelayanan yang dibakukan bagi penerima pelayanan.

c. Identifikasi Waktu, yaitu jangka waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan.

d. Identifikasi Biaya/Tarif, yaitu biaya adalah ongkos yang dikenakan kepada

penerima layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara penyelenggara masyarakat.

e. Hambatan atau kendala yaitu halangan atau rintangan yang dihadapi yang bersifat menghalangi dan mencegah dalam pencapaian sasaran yang ingin dicapai.

(26)

Yaitu sebagai awal penulisan yang berisikan : Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, definisi

konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENLITIAN

Yaitu teknik penelitian yang digunakan. Bab ini terdiri atas : bentuk

penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik analisis data.

BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Yaitu memuat gambaran sejarah lokasi penelitian dan struktur organisasi.

BAB IV : PENYAJIAN DAN PENELITIAN Penyajian data yang diperoleh secara sistematis.

BAB V : ANALISIS DATA

Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan teknik analisis yang telah ditetapkan serta menguji hipotesis yang dikemukakan.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Tim pendmpins sebagaimana dimaksud pada ayat (t) diusulkan oleh Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihm.. Daerah Provinsi Riau kepada Gubernur

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika .... Materi Hasill Belajar

Terdiri dari 7 pertanyaan positif dan 3 pertanyaan negatif Baik 8-10 Cukup 4-7 Kurang 0-3 Ordinal - Afektif orang tua dalam menangani hambatan komunikasi pada anak

Sebandingkah hasil yang diperoleh dari beternak sapi tersebut dengan biaya pengeluaran yang digunakan untuk perawatan?. Apakah menggunakan jamu untuk perawatan

• Pada keadaan normal, pertumbuhan sel akan terjadi sesuai dengan kebutuhan melalui siklus sel normal yang dikendalikan secara terpadu oleh fungsi ketiga gen: proto-onkogen, gen

Selain itu para pengusaha batik tradisional di Lasem juga lebih banyak yang memilih untuk menutup tempat usaha mereka, dikarenakan produk mereka tidak laku di pasaran

Meskipun tampak belum memenuhi kriteria pemeliharaan preventif yang baik, tetapi keadaan seperti ini (mesin baru yang mahal, sehingga tidak dibeli atau susah mencari tipe yang

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen terhadap kemiripan antara merek- merek HP populer yang beredar di