• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN TINDAKAN KELAS steffy1. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENELITIAN TINDAKAN KELAS steffy1. docx"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM

MEMPELAJARI MATERI MENGUBAH PECAHAN BIASA

MENJADI PERSEN DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF

MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISIONS)

MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SDN

CANDIMULYO III JOMBANG KABUPATEN JOMBANG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

NAMA : STEFFY FRIYANTI, S.PD NIP : 19760912 200801 2 018

SDN CANDIMULYO III JOMBANG

UNIT PELAKSANA TEKHNIS PENDIDIKAN

KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JOMBANG

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu hambatan dalam pembelajaran matematika adalah bahwa banyak siswa tidak tertarik pada matematika itu sendiri. Bahkan banyak orang mengakui lemah dalam matematika, tetapi tidak merasa bahwa hal itu sebagai suatu kekurangan (Tim Instruktur PKG Matematika, 1986 dalam Jafar A., 2006).

Pada tanggal ...Maret 2015, pada jam pelajaran kedua sampai ketiga, peneliti sebagai guru kelas V SDN Candimulyo III Jombang mengajar mata pelajaran Matematika. Materi pelajaran yang diajarkan adalah mengubah pecahan ke bentuk persen. Sedangkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah siswa dapat mengubah pecahan biasa ke bentuk persen atau sebaliknya. Materi pelajaran dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas.

Dalam pembelajaran Matematika di SDN Candimulyo III tentang materi mengubah pecahan ke bentuk persen di SD sering muncul hambatan menimbulkan nilai siswa kelas V SDN Candimulyo III Kecamatan Jombang kabupaten Jombang rendah. (Dari 25 siswa) yang mendapat nilai 100 tidak ada. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 4 siswa (16 %). Siswa yang mendapatkan nilai 70 sebanyak 5 siswa ( 20 %), siswa yang mendapat nilai 65 sebanyak 5 siswa (20%) dan sisanya mendapat nilai di bawah 65. Ini berarti jumlah siswa yang sudah menguasai materi sebanyak 16%.

Dari uraian tersebut diatas, berarti pembelajaran tentang mengubah pecahan ke bentuk persen tidak berhasil karena siswa yang menguasai materi

(kurang dari 70%.) Oleh sebab itu, pengajaran yang baik menjadi tanggung jawab para pendidik..

(3)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka teridentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

a. suasana pembelajaran kurang variatif sehingga membosankan. b. siswa kurang terampil dalam mengali dan membagi.

c. siswa kurang aktif dalam materi mengubah pecahan biasa menjadi bentuk persen

C. Pembatasan Masalah

Tidak semua permasalahan yg telah di identifikasikan (tidak dapat) di selesaikan secara bersamaan. Penulis perlu menetapkan permasalahan yg paling mendesak. Menurut penulis permasalahan yg paling mendesak (yg) perlu (di cari) jalan keluarnya adalah masalah keaktifan (siawa) dalam mengubah pecahan biasa ke bentuk persen.

D. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah (rendahnya hasil belajar) materi mengubah pecahan ke bentuk persen pada siswa kelas V SDN Candimulyo III Jombang, maka peneliti melaksanakan penerapan pembelajaran kooperatif model STAD. Secara umum, langkah-langkahnya adalah :

(1) guru melakukan apersepsi,

(2) guru meyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran, (3)Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 4 siswa,

(4) guru menyampaikan materi melalui tanya jawab

(5) guru membagikan tugas kepada masing-masing kelompok

(6) masing-masing kelompok mempresentasikan (didepan) kelas, dan (7) refleksi dan penegasan materi oleh guru.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dan pemecahan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(4)

biasa menjadi persen bidang studi matematika di kelas V SDN Candimulyo III Jombang ? “

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai upaya dengan penggunaan pembelajaran model STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mempelajari materi mengubah (pecahanbiasa) menjadi persen bidang studi (matematikapada) siswa kelas V SDN Candimulyo III Jombang, Kabupten Jombang.Sehingga menghasilkan pembelajaran yang aktif, (inofatif) dan menyenangkan.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang bersifat (teoritis) pada khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pembelajaran di SD. Disamping itu juga akan memberikan manfaat bagi siswa, guru, kepala sekolah/pengawas/dinas pendidikan, peneliti lanjutan, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat bagi siswa :

Siswa meningkat keaktifannya dalam pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi mengubah pecahan biasa menjadi persen.

2. Bagi guru :

Guru memperoleh alternatif model strategi pembelajaran mengubah pecahan biasa menjadi persen yang dapat mengaktifkan siswa dan membantu guru berkembang secara professional .dalam pengetahuan dan keterampilan

3. Manfaat bagi kepala sekolah, pengawas sekolah, dan dinas pendidikan adalah dapat mensosialisasikan hasil penelitian ini kepada guru - guru kelas V SD

4. Manfaat bagi peneliti lanjut adalah sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi bagi para peneliti lain yang ingin mendalami persoalan pembelajaran mengubah pecahan ke bentuk persen.

H. Hipotesis Tindakan

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

I. Definisi Operasional Variabel

(6)

keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau kesibukan. Jadi, keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa.Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Dalam hal ini keaktifan siswa terlihat dari merespon pertanyaan atau perintah dari guru, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, berani mengemukakan pendapat, dan aktif mengerjakan soal yang diberikan guru.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan belajar dengan didukung oleh komponen lainnya, seperti kurikulum, dan fasilitas belajar mengajar. Dalam proses tersebut, terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau pendekatan untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

Hamalik (2010: 57) mengemukakan, Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pembelajran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi: buku-buku, papan tulis, kapur, audio. Fasilitas dan perlengkapan berupa: ruangan kelas, perlengkapan, dan prosedur meliputi: jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Jadi, Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

(7)

Menurut Slavin ( dalam Zainuris,2007:8) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :a) Guru menyampaikan materi pelajaran; b) Guru membentuk beberapakelompok,setiap kelompok terdiri dari empatsampai lima orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda; c) Bahan atau materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar; d) Guru memfasilitasi siwa dalam bentukrangkuman,mengarahkan,dan memberikan penegasan pada pada materi pelajaran yang telah dipelajari; e) Guru memberikan tes /kuis kepada siswa secara individu; f) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis berikut nya. Nurasma (2006:51) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran model STAD terdiri dari enam langkah yaitu : a) persiapan pembelajaran; b) penyajian materi; c) Belajar kelompok ;d) tes ; e)penentuan skor peningkatan individual dan

f)penghargaan kelompok.

Dalam STAD, diskusi kelompok merupakan komponen kegiatan penting karena sangat berperan dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang terbaik dan dalam pembimbingan antara anggota kelompok sehingga seluruh anggota sebagai satu kesatuan dapat mencapai yang terbaik. (Sudrajat Akhmad. 2008).

Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapaun kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD, menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) : a. Meningkatkan kecakapan individu

b. Meningkatkan kecakapan kelompok c. Meningkatkan komitmen

d. Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya e. Tidak bersifat kompetitif

f. Tidak memiliki rasa dendam

Sedangkan kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD, menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:27 )yaitu:

a. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

b.Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

(8)

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

Nana Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk 4. menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan

prinsip.

5. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

6. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

7. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

C. Penelitian Relevan

(9)

negeri Pule. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD(Student Teams-Achievement Divisions)lebih baik daripada pembelajaran konvensional.

Eko Setyanto (2013)“Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Bilangan Bulat Siswa Kelas V SDN 3 Wonodadi Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013.Hasil penelitian siklus I diperoleh siswa yang tuntas belajar atau yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 11 Siswa dengan persentase64,70% dan yang tidak tuntas atau yang mendapat nilai <65 sebanyak 6 siswa dengan persentase35,30%. Sehingga siklus I dikatakan belum berhasil karena ketuntasan kurang dari 75% yang dijadikan tolak ukur. Dari hal itu, maka dilakukan kembali pada siklus II. Pada siklus II diperoleh siswa yang tuntas belajar atau yang mendapat nilai ≥65 sebanyak 15 siswa dengan persentase88,23% dan yang tidak tuntas atau yang mendapat nilai <65 sebanyak 2 siswa dengan persentase11,77%. Secara garis besar pelaksanaan pada siklus II terjadi peningkatan prestasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi II yang menunjukan ketuntasan belajar siswa 88,23% lebih dari 75% yang merupakan indikator keberhasilan.

Hasil penelitian Ida Ayu Putu Sudarmini(2012), hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran yaitu, siklus I 15,15 tergolong kurang aktif dan pada siklus II 20,90 tergolong sangat aktif. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan pada hasil belajar yaitu, siklus I dengan perolehan nilai rata-rata kelas 68,89 dengan ketuntasan klasikal 66,67% dan siklus II dengan perolehan nilai rata-rata 80,55 dengan ketuntasan klasikal 88,88%. Untuk mencapai ketuntasan belajar dibutuhkan 85% siswa yang mendapat nilai ≥60. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa.

Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan , maka penulis yakin bahwa meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika yaitu mengubah pecahan biasa menjadi persen adalah dengan pembelajaran kooperatif model STAD.

(10)

Lie (dalam Wina, 2008:189) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik saling mengajari.

Model STAD ( Student Team Achievement Division) pertama kali dikemukakan oleh Slavin dan kawannya dari Universitas Hopkins. Pada metode STAD ini siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang. Tiap-tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik ras, jeniskelamin maupun kemampuan. Dimana tiap kelompok menggunakan lembar kerja siswa serta saling membantu dan diskusi antar anggota kelompok. Secara individu atau kelompok tiap mingguatau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru. Untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap materi yang akan diajarkan.

Berdasarkan uraian para ahli maka penulis yakin, maka dibuat hipotesis tindakan sebagai berikut penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD untuk meningkatkan keaktifan siswa mengubah bentuk pecahan ke bentuk persen kelas V SDN Candimulyo III Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

BAB III

METODE PENELITIAN

.

A. Rancangan Penelitian

(11)

kelas (Classroom Action Research) penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk merubah perilaku mengajar guru, perilaku siswa di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik pembelajaran. Menurut Dave Ebbutt (1985) dalam Hopkins yang diterjemahkan oleh Achmad Fawarid (2011: 88) bahwa penelitian tindakan “Merupakan studi sistematis yang dilaksanakan oleh sekelompok partisipan untuk meningkatkan praktik pendidikan dengan tindakan-tindakan praktis mereka sendiri dan refleksi mereka terhadap pengaruh dari tindakan itu sendiri .‟

Adapun alasan mengapa peneliti mengambil metode ini karena peneliti mendapatkan masalah di kelas tempat peneliti mengajar. Masalah yang terjadi adalah hasil belajar siswa kelas V SDN Candimulyo III pada materi mengubah pecahan ke bentuk persen atau sebaliknya. Hal ini sangat sesuai dengan apa yang telah diuaraikan para ahli bahwa tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan praktik pendidikan ke arah yang lebih baik.

Menurut Suhardjono (2012 : 61) tujuan PTK secara terperinci adalah sebagai berikut

1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah

2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajarandan pendidikan di dalam dan di luar kelas.

3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

4. Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).

Dari tujuan PTK di atas semakin memantapkan peneliti untuk menggunakan metode penelitian ini, serta diharapkan dapat memberikan perbaikan dan

meningkatkan proses belajar mengajar di dalam kelas. Ada berbagai macam desain model PTK yaitu Kurt Lewin, kemmis dan Mc Taggart, dan Elliot. Pada penelitian ini peneliti menerapkan desain model PTK dari Kemmis dan Mc Taggart, karena desain PTK model ini dianggap lebih mudah dalam prosedur tahapannya. Berikut adalah desain PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart:

perencanaan

(12)

observasi

Perencanaan

refleksi SIKLUS II pelaksanaan

observasi

?

Bagan 3.1

Model/desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto (2012 : 16)

Tahapan-tahapan yang tedapat pada PTK model Kemmis dan Mc Taggart, diantaranya:

1. Perencanaan

Dalam penelitian tindakan kelas tahapan yang pertama perencanaan, pada tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Biasanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti harus mempersiapkan

beberapahal diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrumen penelitian, media pembelajaran, bahan ajar, dan aspek-aspek lain yang sekiranya diperlukan

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah kegiatan mengimplementasikan atau menerapkan perencanaan yang telah dibuat, peneliti harus mentaati apa yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.

(13)

Dalam tahap observasi yang melakukannya adalah pengamat, kegiatan ini berlangsung bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan. Tahapan ini adalah mengamati bagaimana proses pelaksanaan berlangsung, serta mengetahui dampak apakah yang dihasilkan dari proses pelaksanaan.

4. Refleksi

Tahapan refleksi ini adalah tahapan kita dapat mengetahui kelemahan apa saja yang terjadi dari proses pelaksanaan, hingga akhirnya dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya, apabila proses siklus sudah selesai maka tahapan ini bisa dijadikan tahapan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan kegiatan.

siklus 1

Untuk mengingat kembali berbagai peristiwa pembelajaran yang telah berlangsung selama ini, membaca jurnal belajar (learning journal) dan mewawancarai siswa kelas 5 SDN SDN Candimulyo III Jombang untuk mengungkap kesulitan-kesulitan apa yang dialami dan dirasakan mereka ketika belajar materi tentang pecahan, mengungkapkan perasaan-perasaan siswa yang berkaitan dengan pembelajaran yang dialami dan dirasakan siswa. Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan studi pendahuluan (case study) dengan melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran mengubah pecahanbiasa menjadi persen di kelas 5 SD Candimulyo III Jombang yang selama ini sudah berlangsung. Peneliti berupaya untuk memperbaiki pembelajaran yang sudah berlangsung.

Disamping itu, peneliti juga melakukan telaah terhadap dokumen-dokumen tentang kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi persen. Dokumen tersebut berupa dokumen latihan dan penugasan, dan hasil tes ulangan tentangmengubah pecahan biasa menjadi persen.Peneliti juga mendiskripsikan kembalihasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang teleh berlangsung selama ini, merefleksi model-model pembelajarannya, keaktifan siswa ketika belajar, kemampuan kreativitas siswa, dan lain-lain.

(14)

terampil dalam mengali dan membagi, siswa kurang aktif dalam materi mengubah pecahan biasamenjadi bentuk persen

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada tahap perencanaan, meliputi: 1. Perencanaan

a) Pembuatan skenario atau rencana pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

b) Penyiapan alat peraga ,

c) Penyiapan lembar kegiatan siswa (LKPD),

d) Penyusunan perangkat tes hasil belajar siswa yang berkaitan dengan kemampuan.

e) instrumen untuk pengumpulan data berupa pedoman pengamatan, (rubik) pengamatan, pedoman observasi untuk siswa, pedoman wawancara, dan pedomandokementasi.

f) Menyiapkan Daftar Nilai yang akan diperlukan untuk menghimpun data nilai siswa.

2. Pelaksanaan

a) Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

1) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik melalui: a. Doa

b. Presensi

2) Memberi motivasi siswa dengan mengajak siswa menyanyikan lagu “Disini Senang Disana Senang”

3) Mengingatkan kembali macam-macam pecahan yang mereka ketahui atau yang telah mereka pelajari pada kelas sebelumnya.

4) Guru mengadakan tanya jawab seputar materi yang lalu dengan menanyakan pada siswa,Apa arti persen ? Siapa yang dapat menuliskan lambang bilangan 15%?

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Tujuan :

Setelah proses belajar mengajar berlangsung, diharapkan siswa dapat mengubah suatu pecahan ke dalam bentuk persen atau sebaliknya, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Kegiatan Inti (50 menit)

(15)

Kemudian siswa berkumpul dengan siswa lain yang memiliki kertas yang berwarna sama.

2) Menyajikan materi melalui tanya jawab mengenai mengubah pecahan ke dalam bentuk persen.

3) Guru memberi tugas kepada kepada kelompok untuk dikerjakan anggota kelompoknya:

4)Setelah mengerjakan LKPD masing-masing kelompok dengan diwakili salah satu siswa maju ke depan mengerjakan soal yang diberikan guru kepada peserta didik

5)Siswa di beri kesempatan untuk memberi komentar atas pekerjaan teman-temannya.

c. Kegiatan Penutup (10 menit)

1) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi tentang mengubah bentuk pecahan kedalam bentuk persen.

2) Guru memberi PR

3) Guru memotifasi siswa untuk belajar kembali dirumah 4) Doa.

3. Pengamatan

Pada saat pembelajaran terdapat hal-hal yang lucu ada juga yang membuat sedih. Hal yang lucu yaitu pada saat ada siswa yang menyeletuk pecahan lagi pecahan lagi. Dan hal yang membuat sedih menurut peneliti anak-anak kurang aktif sehingga kurang memahami materi mengubah pecahan biasa menjadi persen.

4. Refleksi

(16)

memahami materi mengubah pecahan biasa menjadi persen. Peneliti sudah menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD dengan maksud untuk mengubah pembelajaran secara individu ke pembelajaran secara berkelompok agar pembelajaran lebih hidup dan semangat.

Dengan melihat kekurangan dalam pembelajaran sebelumnya maka peneliti akan mengubah cara pembelajaran menjadi lebih menyenangkan lagi. Sehingga siswa lebih memahami pembelajaran materi mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan lebih aktif dan menyenangkan.

siklusII

Pada tahap perencanaan perbaikan pembelajaran siklus II ini kegiatan rencana perbaikan pembelajaran berdasar pada kelemahan pelaksanaan

pembelajaran siklus I yaitu siswa kurang aktif dalam pembelajaran materi mengubah pecahan biasa menjadi persen. Pada rencana perbaikan pembelajaran siklus II guru akan kembali mengingatkan cara-cara mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan bilangan yang lebih sederhana dan cara penyampaiannya lebih santai. penggunaan media pun lebih maksimal,sehingga anak merasa senang dan menikmati pembelajaran.dan lebih melibatkan siswa dalam mengerjakan LKPD,sehingga siswa lebih aktif .

Untuk itu penulis akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan :

a) Pembuatan skenario atau rencana pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

b) Penyiapan alat peraga berupa benda konkret , c) Penyiapan lembar kegiatan siswa (LKPD),

d) Penyusunan perangkat tes hasil belajar siswa yang berkaitan dengan kemampuan.

e) instrumen untuk pengumpulan data berupa pedoman pengamatan, rubik pengamatan, pedoman observasi untuk siswa, pedoman wawancara, dan pedomandokementasi.

f) Menyiapkan Daftar Nilai yang akan diperlukan untuk menghimpun data nilai siswa.

(17)

a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

1) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik melalui: a). Doa

b). Presensi

2) Memberi motivasi siswa dengan mengajak siswa menyanyikan lagu “ 12 3 4 5 6 7 8

siapa rajin ke sekolah cari ilmu sampai dapat sungguh senang amat senang

bangun pagi-pagi sungguh senang”

3) Mengingatkan kembali macam-macam pecahan yang mereka ketahui atau yang telah mereka pelajari pada kelas sebelumnya.

4) Guru mengadakan tanya jawab seputar materi yang lalu dengan menanyakan pada siswa,Apa arti persen ? Siapa yang dapat menuliskan lambang bilangan 15%?

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Tujuan :

Setelah proses belajar mengajar berlangsung, diharapkan siswa dapat mengubah suatu pecahan ke dalam bentuk persen atau

sebaliknya, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Kegiatan Inti (50 menit).

(18)

3).

15 25 = ...

Setelah mengerjakan LKPD masing-masing kelompok dengan diwakili salah satu siswa maju ke depan mengerjakan soal yang diberikan guru kepada peserta didik

4) Siswa di beri kesempatan untuk memberi komentar atas pekerjaan teman- temannya.

c. Kegiatan Penutup (10 menit)

1) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi tentang mengubah bentuk pecahan kedalam bentuk persen.

2) Guru memberi PR

3) Guru memotifasi siswa untuk belajar kembali dirumah 4) Doa.

3. Pengamatan

Pada saat pembelajaran peneliti dapat mengatakan bahwa pembelajaran siklus II cukup baik.Siswa lebih bersemangat sehingga meningkat pula hasil belajar mereka.Siswa pun aktif berdiskusi dengan anggota kelompoknya dalam menyelesaikan tugas .

4. Refleksi

Pada penelitian siklus II di harapkan dapat lebih baik daripada siklus I. Dengan menggunakan media lebih maksimal dan menggunaakan LKPD dengan diskusi diharapakan siswa dapat belajar dengan lebih bersemangat dan lebih aktif.

B. Latar dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Candimulyo III Jombang Kabupaten Jombang. Sebagai gambaran SDN candimulyo III terletak 1 km dari pusat kota Jombang. Penelitian direncanakan mulai tanggal 5 Januari 2014 dan selesai tanggal 1 Maret 2015.

Dalam penelitian ini sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas V semester 2 SDN Candimulyo III Jombang,tahun pelajaran 2014-2015 yang berjumlah (24 siswa terdiri dari 13 laki-laki dan 11 perempuan.) Adapun nama-nama subyek penelitian adalah sebagai berikut :

(19)

Adapun obyek dalam penelitian adalah pembelajaran dengan pendekatan kooperatif model STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen.

C. Tekhnik pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitiaan ini terdiri atas : observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.

(20)

perdua, perempat, perlima, perdelapan, dan perduapuluhandijadikan sebagai alat peraga dan digunakan untuk mengamati proses kerja dan diskusi dalam kelompok masing-masing. Disamping itu observasi juga digunakan untuk mangamati hasil penugasan siswa untuk menciptakan kerjasama saat mengerjakan LKPD. Teknik observasi juga dilakukan untuk mengamati, merekan ucapan-ucapan siswa ketika bertanya, menjawab, berdebat, menanggapi, menganalisis, dan berargumentasi dalam proses pembelajaran.

Teknik wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang kesan-kesan dan pengungkapan perasaan siswa ketika mengubah pecahan biasa menjadi persen. Ungkapan rasa senang siswa dilakukan dengan teknik wawancara. Wawancara juga digunakan untuk mengungkapkan perasaan tentang kesulitan-kesulitan siswa ketika belajar mengubah pecahan biasa menjadi persen .

Teknik dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang proses pembelajaran yang menggambarkan langkah-langkah konkret yang dipraktikkan guru (penelitia) dalam prosess pembelajaran. Data fokus masalah tentang keaktifan, kreativitas, dan rasa senang siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup

dokumentasi foto dan dokumen portofolio siswa. Peristiwa-peristiwa yang tampak dan sesuai fokus masalah penelitian ini; misalnya ketika siswa menunjukkan acungan jari, ketika bertepuk tangan yang menggambarkan suasana menyenangkan, ketika mereka asyik bekerja secara kelompok, dan lainnya, akan didokumentasikan.

Teknik lainnya adalah Tes. Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa mengerjakan soal-soal tes untuk mengubah pecahan biasa menjadi bentuk persen.

(21)

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Menyediakan perangkat tes beserta petunjuk pengerjaan dan kunci jawaban. b. Memberikan tes kepada seluruh siswa.

c. Mengumpulkan lembar jawaban siswa.

d. Mengidentifikasi jawaban siswa berdasarkan kunci jawaban. e. Menghitung jawaban benar setiap lembar jawaban siswa. f. Menghitung perolehan scor setiap siswa dengan rumus :

S =RN x 100

Keterangan:

S = nilai yang diharapkan

R = Jumlah scor dari item atau soal yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes tersebut

g.Mencatat skor dan memasukkan ke dalam tabel

D. Instrumen penelitian

Pada dasarnya, yang menjadi instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti menjadi instrumen penelitian karena dalam proses pengumpulan data itulah peneliti akan melakukan adaptasi secara aktif sesuai dengan keadaan yang dihadapi peneliti ketika berhadapan dengan subyek penelitian. Peneliti dapat saja mengubah pertanyaan, memperdalam pertanyaan, dan mengembangkan pertanyaan dan pedoman wawancara yang telah disusun kalau memang adaptasi tersebut dipandang perlu dilakukan. Peneliti akan mengumpulkan data yang berupa dokumen sesuai pedoman dokumentasi dan sangat mungkin juga menambah daftar dokumen yang akan dikumpulkan pada saat itu juga ketika melakukan proses dokumentasi.

(22)

E. Teknik Analisa Data

Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif, baik deskriptif kuantitatif maupun deskriptif kualitatif. Data yang akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif adalah data tentangkemampuan menghitung bilangan pecah yang dinyatakan dengan nilai (score) yang dicapai siswa dari hasil tes.

Data kualitatif berupa catatan pengamatan, dokumen portofolio siswa, dokumen foto, dan rekaman wawancara akan dianalisis dengan analisis kualitatif dengan tahapan: pemaparan data, penyederhanaan data, pengelompokan data sesuai fokus masalah, dan pemaknaan.

Dalam penelitian ini digunakan skor acuan kriteria (Criterion referensi test). Penafsiran skor acuan kriteria adalah pemberian skor berdasarkan kemampuan siswa menyelesaikan evaluasi atau ulangan harian. Jawaban yang benar daris siwa yang bersangkutan dapat dinyatakan dalam bentuk presentase sebagai berikut :

Skor =

B

N x 100%

Keterangan : B = Skor jawaban yang benar dari siswa yang bersangkutan N = skor maksimal dari perangkat soal tes.

Dari skor bisa ditentukan ketuntasan belajar siswa sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebagai berikut :

1. Ketuntasan Perorangan

Siswa dapat dikatakan berhasil ( mencapai ketuntasan ), jika telah mencapai taraf minimal 70%.

2. Ketuntasan Klasikal

Suatu kelas dikatakan telah berhasil mencapai ketuntasan belajar , jika paling sedikit 85% dari jumlah siswa tersebut telah mencapai ketuntasan perorangan. Apabila mencapai 85% dari banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan

belajar maka dapat melanjutkan ke materi berikutnya.

Apabila banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar kurang dari 85% maka :

 Siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 70% harus diberikan

progranm perbaikan mengenai bagian-bagian materi pelajaran yang belum dikuasai.

 Siswa yang telah mencapai taraf penguasaan 70% atau lebih maka

(23)

Bila ketuntasan siswa lebih dari 85% maka pembelajaran yang dilaksanakan peneliti berhasil. tetapi bila ketuntasan belajar siswa kurang dari 85% maka pembelajaran yang dilaksanakan peneliti belum berhasil.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan menggunakan rancangan model refleksi diri yang dimulai dengan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Pelaksanaan penelitian direncanakan 2 siklus dengan tahapannya sampai tujuan penelitian tercapai. Pelaksanaan tindakan penelitian dikatakan berhasil apabila dengan ketuntasan belajar 70% dari jumlah siswa kelas V yaitu24 siswa . Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus sebagai berikut :

Siklus I

(24)

Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan studi pendahuluan (case study) dengan melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran mengubah pecahanbiasa menjadi persen di kelas 5 SD Candimulyo III Jombang yang selama ini sudah berlangsung. Peneliti berupaya untuk memperbaiki pembelajaran yang sudah berlangsung.

Disamping itu, peneliti juga melakukan telaah terhadap dokumen-dokumen tentang kemampuan siswa mengubah pecahan biasa menjadi persen. Dokumen tersebut berupa dokumen latihan dan penugasan, dan hasil tes ulangan tentangmengubah pecahan biasa menjadi persen. Peneliti juga mendiskripsikan kembalihasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang teleh berlangsung selama ini, merefleksi model-model pembelajarannya, keaktifan siswa ketika belajar, kemampuan kreativitas siswa, dan lain-lain.

Studi pendahuluan tersebut menghasilkan masalah-masalah proses dan hasil pembelajaran tentang mengubah pecahan biasa menjadi persen di kelas 5 SDN Candimulyo III Jombang. Dalam Proses pembelajaran peneliti merasakan adanya masalah dalam hal: suasana pembelajaran tampak membosankan, penggunaan media masih belum maksimal, suanana pembelajaran kurang variatif, siswa kurang terampil dalam mengali dan membagi, siswa kurang aktif dalam materi mengubah pecahan biasamenjadi bentuk persen

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada tahap perencanaan, meliputi: 1. Perencanaan

a. Pembuatan skenario atau rencana pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

b. Penyiapan alat peraga ,

c. Penyiapan lembar kegiatan siswa (LKPD),

d. Penyusunan perangkat tes hasil belajar siswa yang berkaitan dengankemampuan.

e. Instrumen untuk pengumpulan data berupa pedoman pengamatan, rubik pengamatan, pedoman observasi untuk siswa, pedoman wawancara, dan pedomandokementasi.

f. Menyiapkan Daftar Nilai yang akan diperlukan untuk menghimpun data nilai siswa.

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

(25)

a. Doa b. Presensi

2) Memberi motivasi siswa dengan mengajak siswa menyanyikan lagu “Disini Senang Disana Senang”

3) Mengingatkan kembali macam-macam pecahan yang mereka ketahui atauyang telah mereka pelajari pada kelas sebelumnya. 4) Guru mengadakan tanya jawab seputar materi yang lalu dengan

menanyakan pada siswa,Apa arti persen ? Siapa yang dapat menuliskan lambang bilangan 15%?

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Tujuan :

1) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan memberikan kertas berwarna-warni dan siswa mengambil tersebut sesuai keinginannya. Kemudian siswa berkumpul dengan siswa lain yang memiliki kertas yang berwarna sama.

2) Menyajikan materi melalui tanya jawab mengenai mengubah pecahan ke dalam bentuk persen.

3) Guru memberi tugas kepada kepada kelompok untuk dikerjakan anggota kelompoknya: diwakili salah satu siswa maju ke depan mengerjakan soal yang diberikan guru kepada peserta didik

5) Siswa di beri kesempatan untuk memberi komentar atas pekerjaan teman- temannya.

(26)

1) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi tentang mengubah bentuk pecahan kedalam bentuk persen.

2) Guru memberi PR

3) Guru memotifasi siswa untuk belajar kembali dirumah 4) Doa.

3. Pengamatan

Pada saat pembelajaran terdapat hal-hal yang lucu ada juga yang membuat sedih. Hal yang lucu yaitu pada saat ada siswa yang menyeletuk pecahan lagi pecahan lagi. Dan hal yang membuat sedih menurut peneliti anak-anak kuarang aktif sehingga kurang memahami materi mengubah pecahan biasa menjadi persen.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah pengamatan, dalam pengamatan terdapat penemuan yaitu siswa kurang aktif dalam pembelajaran, sehingga tidak memahami materi mengubah pecahan biasa menjadi persen. Peneliti sudah menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD dengan maksud untuk mengubah pembelajaran secara individu ke pembelajaran secara berkelompok agar pembelajaran lebih hidup dan semangat.

Dengan melihat kekurangan dalam pembelajaran sebelumnya maka peneliti akan mengubah cara pembelajaran menjadi lebih menyenangkan lagi. Sehingga siswa lebih memahami pembelajaran materi mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan lebih aktif dan menyenangkan.

SiklusII

(27)

Untuk itu penulis akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan :

a) Pembuatan skenario atau rencana pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

b) Penyiapan alat peraga berupa benda konkret , c) Penyiapan lembar kegiatan siswa (LKPD),

d) Penyusunan perangkat tes hasil belajar siswa yang berkaitan dengan kemampuan.

e) instrumen untuk pengumpulan data berupa pedoman pengamatan, rubik pengamatan, pedoman observasi untuk siswa, pedoman wawancara, dan pedomandokementasi.

f) Menyiapkan Daftar Nilai yang akan diperlukan untuk menghimpun data nilai siswa.

1. Pelaksanaan

a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

1) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik melalui: a). Doa

b). Presensi

2) Memberi motivasi siswa dengan mengajak siswa menyanyikan lagu “ 12 3 4 5 6 7 8

siapa rajin ke sekolah cari ilmu sampai dapat sungguh senang amat senang

bangun pagi-pagi sungguh senang”

3) Mengingatkan kembali macam-macam pecahan yang mereka ketahui atau yang telah mereka pelajari pada kelas sebelumnya.

4) Guru mengadakan tanya jawab seputar materi yang lalu dengan menanyakan pada siswa,Apa arti persen ? Siapa yang dapat menuliskan lambang bilangan 15%?

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Tujuan :

Setelah proses belajar mengajar berlangsung, diharapkan siswa dapat mengubah suatu pecahan ke dalam bentuk persen atau sebaliknya, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

(28)

1) Guru membagi siswa dalam 3 kelompok dengan memberikan kertas berwarna-warni dan siswa mengambil tersebut sesuai keinginannya. Kemudian siswa berkumpul dengan siswa lain yang memiliki kertas yang berwarna sama.

2) Menyajikan materi melalui tanya jawab mengenai mengubah pecahan ke dalam bentuk persen.

3) Guru memberi tugas kepada kepada kelompok untuk dikerjakan anggota kelompoknya:

4) Setelah mengerjakan LKPD masing-masing kelompok dengan diwakili salah satu siswa maju ke depan mengerjakan soal yang diberikan guru kepada peserta didik

5) Siswa di beri kesempatan untuk memberi komentar atas pekerjaan teman-temannya.

c. Kegiatan Penutup (10 menit)

1) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi tentang mengubah bentuk pecahan kedalam bentuk persen.

2) Guru memberi PR

3) Guru memotifasi siswa untuk belajar kembali dirumah 4) Doa.

3. Pengamatan

Pada saat pembelajaran peneliti dapat mengatakan bahwa pembelajaran siklus II cukup baik.Siswa lebih bersemangat sehingga meningkat pula hasil belajar mereka.Siswa pun aktif berdiskusi dengan anggota kelompoknya dalam menyelesaikan tugas .

(29)

Pada penelitian siklus II di harapkan dapat lebih baik daripada siklus I. Dengan menggunakan media lebih maksimal dan menggunaakan LKPD dengan diskusi diharapakan siswa dapat belajar dengan lebih bersemangat dan lebih aktif.

B. Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian meliputi: 1. Data hasil tes pada kondisi awal

2. Data hasil kerja kelompok pada Siklus I 3. Data hasil tes pada siklus I

4. Data ketuntasan belajar pada siklus I 5. Data hasil observasi pada siklus I 6. Data hasil kerja kelompok pada siklus II 7. Data hasil tes pada siklus II

8. Data ketuntasan belajar pada siklus II 9. Data hasil observasi pada siklus II

( MELENGKAPI LAMPIRAN”NYA)

(30)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan belajar yang dilakukan selama 2 siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis maka dapat disimpulkan:

1. Keaktivitas siswa kelas V SDN Candimulyo III Jombang tahun pelajaran 2014-2015 meningkat dalam kegiatan pembelajaran materi mengubah pecahan biasa menjadi persen dalam bidang studi Matematika.

2. Pembelajaran dengan pendekatan kooperatif model STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat pada materi mengubah pecahan biasa menjadi persen dalam bidang studi matematika.

B. SARAN

Berdasarkan pengamatan dan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang hendak peneliti sampaikan, yaitu:

1. Agar guru supaya sering melakukan Penelitian Tindakan Kelas untuk mengatasi kasus kelas yang muncul.

2. Guru hendaknya terampil dan dapat menguasai berbagai metode pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Kemmis, Stephen. & Mc. Taggart, Robin. (1992). The Action Research Planner. Victoria: Deakin University Press.

Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. jakarta: Rineka Cipta.(cari terbitan terbaru?

Suhardjono. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : PT. Bumi Aksara

Akhmad Sudrajat, 2008. Metode Dan Tehnik Pembelajaran,

www.wijayalabs.wordpress.com

Nurasma. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang UNB.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Jafar A, 2006. Tim Instruktur PKG Matematika, 1986

Hadari Nawawi. (1993).Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: GadjahMada University Press.Mulyono (2011).

Hamalik, Oemar.2010. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta;Bumi Aksara

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media

Ida Ayu Putu Sudarmini,2012. Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 2

Sengkerang Tahun Pelajaran 2012-2013 (online)

http://fkip-unram.ac.id/ejurnal/index.php/ppkhb/article/view/64 ( diakses tanggal 23 Maret 2014.

Eko Setyanto.2013. Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Bilangan Bulat Siswa Kelas V SDN 3Wonodadi Kecamatan Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2012/2013( online)

(32)

Nana sudjana = belum ?

Ahmad fawarid ??

(Kajian pustaka terbitan 10 tahun ke belakang)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan pendidikan : SDN Candimulyo III Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : V (Lima)/ 2 ( dua )

I. STANDAR KOMPETENSI

5. Menggunakan Pecahan dalam pemecahan masalah

II. KOMPETENSI DASAR

5.1 Mengubah pecahan kebentuk persen dan desimal serta sebaliknya

III. WAKTU : 2 X 35 menit IV. INDIKATOR

1. Kognitif

Proses : Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Persen

V. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Kognitif

Setelah penjelasan guru tentang cara mengubah pecahan biasa ke bentuk persen peserta didik dapat mengubah pecahan biasa menjadi persen.

Pendidikan Karakter yang Diharapkan:

 Karakter :

Berani, kerjasama dan disiplin

 Keterampilan sosial :

Bertanya, menyumbangkan ide, berkomunikasi dengan sopan dan menjadi pendengar yang baik

VI. MATERI PEMBELAJARAN

Mengubah pecahan Biasa menjadi desimal dan sebaliknya

Mengubah pecahan dapat diselesaikan dengan 2 cara yaitu :

Contoh mengubah pecahan 1

2 dalam bentuk persen.

(33)

pecahan 1

2 penyebutnya harus dijadikan 100. Pertama kali 100:2=50, selanjutnya, bila penyebutnya dikali 50, pembilangnya (bilangan 1) harus dikali

50 juga supaya pecahan itu tidak berubah nilainya. Jadi, pecahan

Cara yang kedua adalah pecahan dikalikan dengan 100%

Jadi, pecahan

 Model : Kooperatif tipe STAD

 Metode : Ceramah,Tanya jawab, Diskusi

VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN a. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

6) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik melalui: a. Doa

b. Presensi

7) Memberi motivasi siswa dengan mengajak siswa menyanyikan lagu “Disini Senang Disana Senang”

8) Mengingatkan kembali macam-macam pecahan yang mereka ketahui atau yang telah mereka pelajari pada kelas sebelumnya.

9) Guru mengadakan tanya jawab seputar materi yang lalu dengan menanyakan pada siswa,Apa arti persen ? Siapa yang dapat menuliskan lambang bilangan 15%?

10) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa Tujuan :

Setelah proses belajar mengajar berlangsung, diharapkan siswa dapat mengubah suatu pecahan ke dalam bentuk persen atau sebaliknya, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Kegiatan Inti (50 menit)

(34)

5) Menyajikan materi melalui tanya jawab mengenai mengubah pecahan ke dalam

4. Setelah mengerjakan LKPD masing-masing kelompok dengan diwakili salah satu siswa maju ke depan mengerjakan soal yang diberikan guru kepada peserta didik 5. Siswa di beri kesempatan untuk memberi komentar atas pekerjaan

teman-temannya.

c. Kegiatan Penutup (10 menit)

5) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi tentang mengubah bentuk pecahan kedalam bentuk persen.

6) Guru memberi PR

7) Guru memotifasi siswa untuk belajar kembali dirumah 8) Doa.

IX. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. Sumber : Buku Siswa : BSE MATEMATIKA Kelas V 2. Media Pembelajaran :

Karton bergambar pecahan pecahan perseratusan dan kertas transparan dalam ukuran yang sama bergambar pecahan perdua, perempat, perlima, perdelapan, dan perduapuluhan.

X. PENILAIAN

a. Teknik Penilaian :

(35)

Lilies Rien Yoharti S.Pd NIP.19611031 198112 2 003

LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK

Kelompok : ... Nama Anggota : ...

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah penjelasan guru tentang cara mengubah pecahan biasa ke bentuk persen peserta didik dapat mengubah pecahan biasa menjadi persen.

B. Materi

Mengubah bentuk pecahan menjadi persen dan sebaliknya.

C. Pertanyaan

Ubahlah pecahan di bawah ini menjadi bentuk persen :

1). 3

7 = .... %

2). 9

30 = ... %

3).

25

50

= ... %

4). 17

20 = .... %

5). 1

(36)

DATA PRIBADI

NAMA : STEFFY FRIYANTI, S.Pd

NIP : 19760912 200801 2 018

TEMPAT TANGGAL LAHIR : JOMBANG, 12 SEPTEMBER 1976 PANGKAT /GOLONGAN: PENATA MUDA TINGKAT 1 / III B

JABATAN : GURU KELAS V

INSTANSI : SDN CANDIMULYO III, JOMBANG

NAMA KEPALA SEKOLAH : LILIES RIEN YOHARTI , S.Pd

NIP : 19611031 198112 2 003

DAFTAR NAMA SISWA KELAS V : N

O

NAMA SISWA L/P

1 Muh. Bagas Nur alim L

2 Allfan Aris Wicaksono L

3 Alvira Desma Nissa P

4 Aries Budi Julianto L

5 Bambang Setiawan L

6 Ersin Hoge Alfarisi L

7 Ibni Rahmad Arif L

8 Kalut Gading Tigo L

9 Ken Aryo Bimantoro L

10 Lelita Agas Ningrum P

11 Mochammad Afrizal Remdyansyah L 12 Mohammad Harsyah Alfiano L 13 M. Rifki Anugrah Dwitama Putra L

14 Nurul Ayu Zakia P

15 Novelia Dewi P

16 Refina Washifatul Isnaini P 17 Selfada Izaza Nur Sakilah P

18 Thalia Nova Eliza P

19 Yelen Adhelia Putri Nur Baiti P

20 Fitria Aprilina P

21 Moh. Gilang Rizkianto L

22 Megi Fransiska Lubis P

(37)

24 Novita Putri Anggraeni P 25 Febry Yizreel Sumampoouw L

Catatan Assessment PTK

1. Judul belum menjelaskan kefokusan antara >>> kuantitatif atau

kualitatif <<<<

2. Pengolahan data kualitatif belum Nampak

3. RPP disusun disesuaikan dengan banyaknya siklus ( harus 2

RPP ) dengan tidak merubah KD

4. Data kuantitatif hendaknya ditampilkan dalam bentuk diagram

supaya mudah dicermati tingkat probabilitas, efektifitas, dan equalitas.

5. Belum muncul data Instrumen dan observasi sebagai komparasi

data berbasis kualitatif dan kuantitatif sebagai bentuk nyata tentang kejelasan program pembelajaran sesuai dengan penjelasan pada bab IV siklus : I

6. Perubahan dan peningkatan keaktifan siswa dan peningkatan

hasil belajar siswa dinampakkan dalam hasil nilai ( angka ) dan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) langkah pembelajaran model kooperatif tipe STAD yaitu: (a) menyampaikan tujuan dan motivasi siswa, (b) menyajikan/menyampaikan

STAD dikembagkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin dan merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, yang menekankan adanya aktifitas

1. model pembelajaran kooperatif yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Slavin, pada STAD siswa dibuat kelompok belajar

Penelitian yang relevan untuk mendukung PTK berjudul “Meningkatkan keaktifan mempelajari materi mengubah pecahan biasa menjadi persen dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD

8) Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran.. 9) Menyampaikan model pembelajaran yang akan dilaksanakan,. yaitu pembelajaran kooperatif tipe

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa langkah- langkah model cooperative learning tipe STAD dimulai dari langkah menyampaikan materi pelajaran dan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI BIOLOGI MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS X SMA..

Langkah-langkah metode Role Playing sebagai berikut : guru mengemukakan tujuan pembelajaran, guru menyampaikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan siswa dalam role playing,