• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KOOPERATIVE LEARNING TIPE STAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "MODEL KOOPERATIVE LEARNING TIPE STAD"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan Tambusai 1309

Model Kooperative Learning Tipe STAD pada Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar

Ela Titi Sumarni1, Mansurdin2

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Padang Email : [email protected], [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kembali penggunaan model Kooperative Learning Tipe STAD pada motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan studi literatur (library research) melalui kajian kepustakaan untuk memperkuat analisis dari berbagai sumber yang digunakan. Studi literatur dalam penulisan ini adalah sebagai dasar pembentukan rencana penulisan awal dan sebagai sumber data penulisan, mengambil sumber data dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang telah dipublikasikan terkait dengan model Kooperative Learning Tipe STAD pada motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelusuri sumber data baik berupa jurnal online, skripsi maupun tesis dan disertasi pada Google Cendekia. Hasil yang penulis dapat dari penelusuran tersebut akan dipelajari kembali menggunakan prinsip deskriptif analitik. Berdasarkan hasil analisis data bahwa penggunaan model Kooperative Learning Tipe STAD dapat memotivasi belajar siswa di Sekolah Dasar. Terlihat dari hasil penilaian perencanan, aspek guru dan aspek siswa, serta hasil belajar siswa dengan persentase peningkatan yang berbeda-beda disetiap penelitian.

Kata Kunci: kooperative learning tipe stad, motivasi belajar.

Abstract

This research aims to re-analyze the use of the STAD type of Cooperative Learning model on student learning motivation in elementary schools. The method used in this study uses the study of literature (library research) through a literature review to strengthen the analysis of the various sources used. Literature study in this writing is as a basis for the formation of an initial writing plan and as a source of writing data, taking data sources from books and journals that have been published related to the STAD type Cooperative Learning model on student learning motivation in elementary schools. Data collection is done by tracing data sources in the form of online journals, theses and theses and dissertations on Google Scholar. The results obtained by the author will be studied again using descriptive analytic principles. Based on the results of data analysis the use of the STAD type Cooperative Learning model can motivate student learning in Elementary Schools, it can be seen from the results of planning assessments, aspects of teachers and aspects of students, as well as student learning outcomes with different percentage improvement in each study.

Keywords: cooperative learning model type stad, motivation.

PENDAHULUAN

Motivasi merupakan peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan adanya motivasi seseorang akan terdorong untuk mengadakan perubahan tingkah laku agar mencapai tujuan pendidikan proses pembelajaran, karena tanpa disadari bahwa motivasi dapat bepengaruh dengan aktif dan pasifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas. Kondisi ini dapat mempengaruhi hasil dan prestasi belajar yang akan diperoleh siswa. Menurut Hamzah (dalam Bakhtiar 2016) motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik

(2)

Jurnal Pendidikan Tambusai 1310 dalam memenuhi kebutuhannya. Sedangkan Sardiman (dalam Bakhtiar 2016) berpendapat bahwa “Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.”

Sedangkan menurut Asrori (dalam Bakhtiar 2016) Motivasi dapat diartikan sebagai: (1) Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara disadari atau tidak disadari untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. (2) Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dicapai. Untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu, siswa memerlukan banyak pengalaman.

Motivasi Belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Siswa yang kurang termotivasi dalam pembelajaran akan berdampak pada hasil pembelajarannya. Menurut penelitian Bakhtiar Pembelajaran mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan model pembelajaran secara Kooperatif. Terdapat beberapa tipe dalam model pembelajaran Kooperatif dan salah satunya adalah pembelajaran tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi maksimal Isjoni, dalam Bakhtiar 2016). Slavin (dalam Bakhtiar 2016) “Menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode pembelajaran yang paling sederhana dan merupakan metode pembelajaran yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”. Ibrahim (dalam Bakhriar 2016) juga mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada bagaimana siswa bekerjasama dalam suatu kelompok kecil yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Menurut penelitian Bakhtiar (2016) masih banyak siswa Sekolah Dasar yang kurang termotivasi dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung, pembelajaran berpusat pada guru (Teaching Centered). Siswa bersikap pasif dan suasana pembelajaran membosankan. Sedikit sekali siswa terlibat aktif mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat/gagasan maupun memberikan sanggahan terhadap suatu pendapat atau gagasan yakni hanya sebesar 10% saja. Ditinjau dari aspek hasil belajar persemester menunjukkan prestasi belajar dalam kategori rendah yaitu skor/nilai rata-rata berkisar antara 42-65.

Pembelajaran sepertiini akan membuat siswa kehilangan semangat untuk belajar, akan memberikan dampak negatif pada siswa, dan menurunnya mutu pendidikan disekolah.

Ditemukan permasalahan dalam penelitia Bakhtiar (2016) yaitu: (1) Kurangnya motivasi belajar siswa yang terlihat dari kurangnya keaktifan siswa di kelas. (2) Banyak siswa yang enggan untuk mengkomunikasikan pendapatnya ketika guru memancing pertanyaan kepada siswa. (3) Suasana saat pembelajaran berlangsung kurang menyenangkan. Ini terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif dalam pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan tersebut dalam rangka upaya meningkatkan prestasi belajar siswa terutama untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, maka peneliti bermaksud untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Erly (2020). Permasalahan di atas terlihat berdampak pada siswa dan merupakan permasalahan yang kurang baik dalam pembelajaran. Penggunaan model Kooperatif Learning Tipe Students Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menjadi solusi. Pembelajaran model Kooperatif Learning tipe STAD menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi maksimal. Isjoni, (dalam Bakhtiar 2016).

(3)

Jurnal Pendidikan Tambusai 1311 Guru merupakan salah satu komponen di dunia pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting dalam membantu membimbing dan mendidik karakter anak didiknya. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005. Tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar (facilitate learning) kepada seluruh peserta didik agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat dan tidak membosankan.

Guru harus bisa memilih pendekatan dan metode yang variatif dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik, agar tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Guru dituntut berperan secara aktif sebagai motivator dan fasilitator dalam pembelajaran agar siswa dapat memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman lansung. Hal tersebut bertujuan agar siswa mendapatkan penalaman bermakna dari apa yang telah mereka lakukan. Selain itu guru diharapkan mampu membuat rancangan pembelajaran yang unik dan semenarik mungkin, agar peserta didik tidak cepat bosan saat berada di dalam kelas dan peserta didik mampu fokus dalam menerima materi pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Amanto (dalam Heri, 2013:110-118) Menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Selain itu guru diharapkan mampu membuat rancangan pembelajaran yang unik dan semenarik mungkin, agar peserta didik tidak cepat bosan saat berada di dalam kelas dan peserta didik mampu fokus dalam menerima materi pada saat pembelajaran berlangsung.

Sudarsa (dalam Bakhtiar 2016)), mengatakan bahwa dalam pembelajaran Kooperatif Learning tipe STAD memberi kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana kondusif kepada siswa untuk mengembangkan sikap, nilai, dan keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat. Guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya narasumber pembelajaran melainkan berperan sebagai mediator, fasilitator, dinamisator, dan manajer pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu terdorong untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi juga tekun dalam menghadapi tugas, ulet, dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesulitan, memiliki minat yang tinggi terhadap bermacam- macam masalah, bekerja mandiri, dapat mempertahankan pendapat dan senang mencari serta memecahkan masalah.

Model diartikan sebagai jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Pemilihan model pembelajaran turut menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran. Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan untuk mengorganisasikan pengalaman belajar untuk siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Adi (dalam Jamil, 2014:142) “Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembeljaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran”. Menurut Agus (2013:46) “Model pembelajaran dapat didefenisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Menurut Joyce (dalam Rusman, 2012:133) “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”.

Pembelajaran Kooperatif Learning merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dalam kelompok siswa bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Menurut Ridwan (2010) Konsep dasar pembelajaran Kooperatif

(4)

Jurnal Pendidikan Tambusai 1312 Learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang memiliki tingkat kemampuan berbeda yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Belajar berkelompok secara kooperatif akan melatih siswa untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab.

Tujuan dari pembelajaran Kooperatif yaitu agar siswa terampil dalam bekerja sama dengan siswa lainnya dengan baik”. Menurut Slavin (2015) pembelajaran STAD mengajari siswa untuk mengajari siswa untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasi usaha secara bersama untuk menyelesaikannya. Selanjutnya Johnson (dalam Trianto, 2015:57) “mengemukakan tujuan Kooperatif yaitu “siswa dapat meningkatkan prestasi dan memahami materi baik secara individu maupun secara kelompok”.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beragam tipe, salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model kooperatif tipe STAD. Model kooperatif tipe STAD menurut Istarani (2012:19) menyatakan “Bahwa pada model pembelajaran ini siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku”. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

STAD membagi para siswa dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu merekatidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para siswa di berikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Berdasarkan pemaparan diatas fokus penelitian ini yaitu apakah penggunaan model Kooperative Learning Tipe STAD dapat memotivasi siswa dalam belajar?

Motivasi belajar dengan menggunakan model Kooperative Learning Tipe STAD akan memberikan pengaruh yang baik bagi siswa.

METODE

Metode yang digunakan dalam penulisan ini menggunakan studi literatur (library research) melalui kajian kepustakaan untuk memperkuat analisis dari berbagai sumber yang digunakan. Studi literatur adalah penelitian yang persiapannya sama dengan penelitian lainnya akan tetapi sumber dan metode pengumpulan data di pustaka, membaca, mencatat dan mengolah bahan penelitian. Studi literatur dalam penulisan ini adalah sebagai dasar pembentukan rencana penulisan awal dan sebagai sumber data penulisan. Penelitian dengan studi literatur juga sebuah penelitian dan dapat dikategorikan sebagai sebuah karya ilmiah karena pengumpulan data dilakukan dengan sebuah strategi dalam bentuk metodologi penelitian.

Studi kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan karya tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini tidak diperoleh dengan turun ke lapangan. Oleh

(5)

Jurnal Pendidikan Tambusai 1313 karena itu, library research merupakan metode dalam pencarian, mengumpulkan dan menganalisis sumber data untuk diolah dan disajikan dalam bentuk laporan penelitian.

Studi literatur mengambil sumber dari jurnal-jurnal dan segala referensi yang mendukung. Studi literatur yang dilakukan penulis yaitu dengan melakukan pencarian terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa buku-buku, arsip, majalah, artikel, dan jurnal atau dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Sehingga informasi yang didapat dari studi kepustakaan ini dijadikan rujukan untuk memperkuat argumentasi-argumentasi yang ada. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian. Secara umum studi literatur adalah cara untuk menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, istilah studi literatur ini juga sangat familer dengan sebutan studi pustaka yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Metode yang digunakan bertujuan untuk memperkuat hasil analisis dari berbagai sumber yang telah diperoleh.

Tulisan ini mengambil sumber data dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang telah dipublikasikan terkait dengan penggunaan model Kooperative Learning Tipe STAD pada motivasi belajar siswa di sekolah dasar. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelusuri sumber data baik berupa jurnal online, skripsi maupun tesis dan disertasi pada Google Cendekia. Hasil yang penulis dapat dari penelusuran tersebut akan dipelajari kembali menggunakan prinsip deskriptif analitik, kemudian dirangkum dan disimpulkan ke dalam artikel ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Suhana (2014:24) Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut penelitian Aini motivasi belajar adalah bentuk dukungan dari lingkungan siswa untuk mencapai keinginan dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya. Penelitian Damis mengatakan adanya motivasi akan mendorong semangat belajar dan sebaliknya jika motivasi belajar kurang akan melemahkan semangat belajar siswa. Penelitian Indriani mengatakan motivasi mempengaruhi keterlibatan dan prestasi akademik siswa. Penelitian ini menumbuhkan minat untuk mengerti hubungan antara motivasi hubungan guru dan siswa. Dengan adanya motivasi akan medorong seseorang untuk melakukan aktivitas belajar yang bertujuan agar prestasi belajar dapat tercapai.

Dari beberapa definisi tersebut dapat dianalisis bahwa motivasi adalah suatu dorongan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu yang positif demi tercapainya suatu tujuan.

Aktivitas peserta didik tidak lepas dari belajar, karena dengan belajar akan membentuk pribadi dan pemikiran siswa menuju kearah yang lebih baik.

Penelitian Erlisnawati mengemukakan motivasi sangat penting perannya bagi individu dalam kehidupan sebagai makhluk individu, sosial dan lain-lain. Tidak terkecuali bagi siswa yang sedang belajar. Hasil penelitian Ulandari menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar dan prestasi belajar. Hubungan positif yang dimaksud artinya semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Hal ini berarti prestasi siswa dapat ditingkatkan melalui motivasi belajar siswa.

Menurut penelitian Santana Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari dalam diri siswa, antara lain:

intelegensi, motivasi, sikap, minat, bakat, dan konsentrasi. Sementara itu, faktor ekstrinsik berasal dari luar diri siswa antara lain: faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

(6)

Jurnal Pendidikan Tambusai 1314 Menurut Oemar Hamalik (2011: 106) Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan Sardiman (2011:75) mengatakan motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.

Menurut Hardianti Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insensif di luar diri idividu atau hadiah. Motivasi adalah proses membangkitkan , mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.

Suhana (2014:24) mengatakan fungsi motivasi belajar adalah: 1) Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik 2) Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik 3) Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran 4) Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna.

Menurut Zahro STAD merupakan salah satu model pembelajaran Kooperatif Learning yang dirasa efektif pada suatu pembelajaran. STAD menekankan pada interasi dan aktivitas siswa agar bisa saling mendukung dalam penguasaan pelajaran yang berdampak pada hasil belajar.

Data penggunaan model Kooperatif Learning Tipe STAD pada motivasi belajar di sekolah dasar. Berikut hasil analisis terkait dengan penggunaan model Kooperatif Learning Tipe STAD yaitu : Wijaya (dalam Bakhtiar 2016), mengemukakan bahwa selama mengikuti pembelajaran 93,10% siswa merasa senang, dan sebanyak 6,9% siswa tidak senang.

Tanggapan siswa terhadap materi pelajaran 86,2% senang dan sebanyak 13,8% siswa merasa tidak senang. Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD 82,8% siswa berpendapat bahwa model ini baru bagi mereka dan sebanyak 17,2%

menyatakan tidak baru.

Mulyasa (dalam Bakhtiar 2016), menyatakan bahwa respon siswa dikatakan positif jika sekurang- kurangnya 75% peserta didik merasa mendapat kemudahan, senang, memiliki kemauan belajar yang tinggi dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Diperoleh persentase pilihan jawaban setuju terhadap pembelajaran menggunakan tipe STAD (dengan jawab “ya”) adalah 95% dan 5% siswa tidak menyetujui pembelajaran dengan STAD (dengan pilihan jawaban “tidak”).

Menurut Ruhadi (2018) menyatakan bahwa motivasi belajar siswa di SD masih dalam kategori rendah dengan persentase 51,21%. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan enam orang sioswa yang masing-masing siswa dengan ketgori akademik tinggi dua oramg, sedang dua orang dan siswa akademik rendah dua orang, hasil wawancara tersebut menyatakan beberapa faktor yang memperngaruhi motivasi dsalam belajar adalah sebagai berikut: pertama, sulitnya siswa dalam memamahami materi pemlajaran dan rendahnya kemampuan siswa dalam prasarat pemebalaharan sehingga siswa jenuh dengan pembelajaran yang mereka rasa sulit. Kedua, pembelajaran masih ber[piusat kepada guru sehingga siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ketiga, siswa kurang percaya diri dalam mengungkapkan pendapatanya.

Menurut Ma’ruf (2016) siklus I pertemuan I menunjukkan presentase sebesar 30%, dilanjutkan pada pertemuan ke II motivasi belajar siswa naik menjadi 59%. Siklus I, siswa mulai termotivasi pada pembelajaran yang dilaksanakan meskipun masih ada beberapa siswa bermotivasi rendah bahkan belum termotivasi. Siklus II pertemuan I motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I, menjadi 60%, kemudian pada pertemuan ke II menigkat menjadi 78%. Pada siklus II ini model pembelajaran yang digunakan dikolaborasikan dengan sarana dan prasarana yang ada yaitu dengan memakai slide powert point dan menampilkan video pendek pada awal pembelajaran, sehingga siswa tertarik dengan materi yang dipelajari. Banyak siswa yang antusias, aktif dan memperhatikan saat pembelajaran berlangsung. Kemudian dilanjutkan pada siklus III pertemuan I, presentase motivasi belajar siswa meningkat dari siklus sebelumnya menjadi 79%. Selanjutnya pada pertemuan II presentase motivasi belajar siswa meningkat menjadi 85%. Pada siklus III ini

(7)

Jurnal Pendidikan Tambusai 1315 masih sama dengan siklus II yaitu model pembelajaran yang dipakai dikolaborasikan dengan sarana dan prasarana yang ada, memberikan video pendek di awal pembelajaran agar siswa tidak jenuh dengan pelajaran.

Menurut Andrian (2020) Motivasi secara tidak langsung tumbuh dalam diri setiap anggota kelompok yang telah dibentuk oleh guru. siswa menjadi percaya diri karena merasa akan ada penolong ketika siswa didalam kelompok tidak mengetahui atau memahami tentang materi yang diselesaikan.

Muldayanti (2013) menyatakan bahwa kooperatif Tipe STAD berpengaruh terhadap motivasi atau minat belajar dimana hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara motivasi dengan kooperatif Tipe STAD. Harahap (2013) mengungkapkan bahwa meningkatknya hasil belajar, motivasi belajar yang diakibatkan model pembelajaran kooperatif learning memiliki hubungan yang signifikan. Pembelajaran kooperatif mengkonstruk motivasi dan motivasi mengkonstruk hasil belajar.

Konsep Motivasi Belajar menurut Hanafiah (dalam Nuraini (2018) “Mengemukakan bahwa motivasi siswa merupakan kekuatan, daya pendorong atau alat pembagun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan dalam kerangka perubahan tingkah laku baik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Sementara Dimyati dan Mudjiono (2013: 80) mengemukakan bahwa motivasi adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Motivasi belajar adalah kekuatan mental, daya pendorong, alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk belajar secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan, menjamin kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor tercapai.

Menurut Ishak (2017) Model pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan peserta didik, meningkatkan kerja sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman.

Menurut Berlin (2013) Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang membagi siswa dalam beberapa kelompok. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu penyajian materi dan pembentukan kelompok, kegiatan kelompok, tes evaluasi, dan penghargaan kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pendekatan yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam setiap kelompoknya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari siswa lainnya serta mengembangkan keterampilan sosialnya.

Model Kooperatif Learning

Model pembelajaran yang di gunakan guru harus memiliki pemahaman yang baik tentang keragaman, kemampuan, motivasi, minat dan karakteriktis pribadi peserta didik.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembeljaran.

Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Kooperatif Learning merupakan suatu model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Belajar berkelompok secara kooperatif akan melatih siswa untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab.

Mereka juga belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing (Istarani 2012).

(8)

Jurnal Pendidikan Tambusai 1316 Menurut Tukiran (dalam Isjoni 2015:55) mengemukakan bahwa “model Kooperatif Learning adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat meransang siswa lebih bergairah dalam belajar”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Kooperatif Learning merupakan strategi yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotaka n 4-6 siswa dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin dan latar belakang yang berbeda yang harus menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Salah model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah model Discovery Learning.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model Discovery Leraning adalah model pembelajaran yang menuntut siswa untuk menemukan sendiri, menyelidiki sendiri dan mengorganisasikan konsep atau pengetahuan yang diperolehnya sendiri.

Model Kooperatif Learning Tipe STAD

Menurut Isjoni (2011:51) mengemukakan bahwa “model Kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe Kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi anggota kelompok belajar yang terdiri dari 4-6 siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelaming yang berbeda untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai tujuan potensi belajar yang maksimal”.

Menurut Trianto (2010:68) pembelajaran Kooperatif tipe STAD “adalah model Kooperatif yang menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat memotivasi siswa supaya bisa saling membantu dan mendukung satu sama lain di dalam kelompok untuk meningkat aktivitas belajar dan pada akhirnya hasil belajar pun meningkat. Pada penelitian ini, penulis menggunakan model Koperatif tipe STAD menurut Rusman (2010:215-216) yang terdiri dari 6 langkah yaitu : 1). Penyampaian tujuan dan motivasi, 2) Pembagian kelompok, 3) Presentasi dari guru, 4) Kegiatan belajar dalam tim, 5) Kuis/ evaluasi, 6) Penghargaan prestasi tim.

Langkah-langkah Kooperatif Tipe STAD

Menurut Tukiran (dalam Sharan 2015:66) menjelaskan bahwa langkah-langkah untuk menggunakan STAD adalah sebagai berikut:

(1)buatlah salinan lembar rekapitulasi kelompok; (2) merangking siswa, dari siswa yang memiliki pengetahuan tinggi hingga siswa yang berpengetahuan rendah; (3) tentukan jumlah anggota kelompok, jika memungkinkan tiap-tiap kelompok harus memilih empat anggota; (4) masukkan siswa kedalam kelompok, secara berimbang; (5) sebarkan lembar rekapitulasi siswa; (6) tentukan nilai dasar.

Rusman (2010:215-216) mengemukakan bahwa langkah-langkah Kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

(1) penyampaian tujuan dan motivasi, menyampaikan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa umtuk belajar; (2) pembagian kelompok, siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang heterogen; (3) presentasi dari guru, guru menyampaikan materi pelajaran dengan menjelaskan terlebih dahulu tujuan pelajaran yang ingin dicapai; (4) kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) yaitu siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk; (5) kuis (evaluasi), guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok; (6) penghargaan prestasi tim, setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100.

(9)

Jurnal Pendidikan Tambusai 1317 Dalam penulisan ini dapat ditegaskan bahwa langkah-langkah model Kooperatif tipe STAD yaitu dalam kelompok antar siswa harus berdiskusi dan saling membantu dalam mencapai tujuan dalam belajar dan menguasai materi yang telah diberikan guru.

Kelebihan Kooperatif Tipe STAD

Menurut Shoimin (2016:189) adapun kelebihan model STAD yaitu sebagai berikut: (1) siswa bekerja sama dengan mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok; (2) siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama; (3) aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok; (4) interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam beradaptasi; (5) meningkatkan kecakapan individu; (6) meningkatkan kecakapan kelompok;

(7) tidak bersifat kompetitif; (8) tidak memiliki rasa dendam.

Menurut Istarani (2012:20-21) kelebihan model Kooperatif tipe STAD yaitu sebagai berikut: (1) arah pelajaran akan lebih jelas karena pada tahap awal guru terelebih dahulu menjelaskan uraian materi yang dipelajari; (2) membuat suasana belajar lebih menyenangkan karena siswa dikelompokkan dalam kelompok yang heterogen. Jadi siswa tidak cepat bosan sebab mendapat kawan atau teman baru dalam pembelajaran; (3) pembelajaran lebih terarah sebab guru terlebih dahulu menyajikan materi sebelum tugas kelompok dimulai; (4) dapat meningkatkan kerja sama diantara siswa, sebab dalam pembelajarannya siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam suatu kelompok; (5) dengan adanya pertanyaan model kuis akan dapat meningkatkan semangat anak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan; (6) dapat mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi ajar, sebab guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa, dan sebelum kesimpulan diambil guru terlebih dahulu melakukan evaluasi pembelajaran.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari model Kooperatif tipe STAD dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif dan menyenangkan bagi siswa siswa. Sehingga siswa tidak cepat merasa bosan dalam mengikuti kegiatam pembelajaran di kelas.

SIMPULAN

Motivasi merupakan peranan yang sangat penting dalam kehidupan yaitu mempunyai pengaruh yang besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan adanya motivasi akan mendorong seseorang untuk mengadakan pengubahan tingkah laku agar tercapainya tujuan pendidikan.

Belajar merupakan suatu proses yang akan membentuk pribadi seseorang setelah mempelajari sesuatu yang diajarkan sehingga akan memiliki suatu pemahaman dan pemikiran yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Motivasi belajar merupakan unsur yang sangat penting dalam pembelajaran. Motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal dalam diri siswa, baik dorongan dalam diri siswa maupun dorongan yang berasal dari luar diri siswa yang sedang mengadakan perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan belajar.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar. motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu “pertama, hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, dan kedua, harapan akan cita cita”. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar meliputi

“pertama adanya penghargaan, kedua, lingkungan belajar yang kondusif, dan ketiga, kegiatan belajar yang menarik”. Jadi untuk meraih motivasi belajar yang tinggi bagi siswa, harus diperhatikan faktor yang mempengaruhinya baik intrinsik maupun ekstrinsik. Siswa harus menyadari dengan sengaja untuk melakukan kegiatan dan kebutuhan belajar untuk meraih tujuan (cita-cita yang hendak dicapai). Faktor ekstrinsik harus disertai penghargaan (pujian) jika siswa berprestasi, diperlukan lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Dalam hal ini peran orang guru diperlukan untuk menciptakan suasana yang kondusif dan membantu siswanya dalam belajar.

(10)

Jurnal Pendidikan Tambusai 1318 Didalam kegiatan pembelajaran pasti akan ada dari beberapa peserta didik yang mengalami hambatan-hambatan yang menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam belajar, karena pada hakikatnya setiap siswa memiliki kemampuan yang beragam dalam mennagkap dan menyerap suatu materi yang diajarkan. Dalam suatu keberhasilan dalam belajar, terdapat siswa yang dapat meraih keberhasilan belajar tanpa hambatan, namun ada juga siswa yang mengalami kesulitan bahkan kegagalan dalam meraih keberhasilan tersebut. Oleh karena itu perlu dirancang model sebaik mungkin agar siswa termotivasi dalam belajar, adapun sebagai solusi, agar siswa termotivasi dalam belajar penulis menggunakan model Kooperatif Learning tipe STAD. Siswa yang memiliki mengalami kurang termotivasi dalam belajar cenderung mendapatkan prestasi belajar yang rendah dan dapat dikatakan belum berhasil dalam mencapai kriteria ketuntasan.

Model Kooperatif Learning tipe STAD bertujuan untuk membantu memotivasi siswa agar aktif dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga tidak pasif dalam pembelajaran.

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD berpengaruh positif dan dapat meningkatkan motivasi, sikap sosial, dan hasil belajar siswa. Fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk mendorong atau menggerakan seseorang untuk melakukan kegiatan atau aktivitas guna untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang kurang bermanfaat untuk tujuan Tersebut. Jika proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik maka hal tersebut juga akan berdampak pada hasil pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, dkk. 2016. Pengembangan Motivasi Belajar Siswa Berprestasi Anak Tenaga Kerja Indonesia (Studi Kasus Pada Siswa Sekolah Dasar Di Kabupaten Blitar. Jurnal Pendidikan, 1(9), 1875-1879.

Amni, dkk. 2017. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Minat Belajar Siswa Kelas IV SDN Poris Gaga 05 Kota Tanggerang. Jurnal JPSD, 4(2), 2356-3869.

Andrian, dkk. 2020. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Peningkatan Hasil Belajar, Sikap Sosial, dan Motivasi Belajar. Jurnal Inovasi Matematika (Inomatika). 2(1), 65-75.

Bakhtiar, Yusrizal dan Khaldun 2016. Penggunaan Model Ppembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Titrasi Asam Basa di Kelas XI SMA Negeri 6 Lhokseumawe. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 4(1)220-234.

Berlin,Walanda dan Ratman. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Dikombinasikan Dengan Media Animasi pada Materi Laju Reaksi Kelas XI SMA Negeri 1 Palu. J. Akademika Kim. 2(3), 134-139.

Damis & Muhajis. 2018. Analisis Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Sekolah Dasar Negeri 3 Allakuang Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal Idaarah, 2(2), 216-217.

Erlisnawati, E. 2016. Masalah Motivasi Belajar Siswa SD Pada IPS. JPsd ( Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 1(2), 89-97.

Erly. 2019. Model Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) : Dampaknya Terhadap Motivasi Belajar Siswa Type. Indonesia Journal Of Science and Mathematics Education, 3(1) 1-8.

Fauziah, dkk. 2017 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Lesson Study Di Kelas V SD Negeri Lampagen Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unsyiah, 2(1), 30-38.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Hardianti, Abd. Hafid Amirullah. 2016. Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Jurusan Administrasi Perkantoran SMK YPLP PGRI 1 Makassar. Jurnal Office, 2(2), 189-194.

Heri, N. M. 2018. Implementasi Kurikulum 2013 Revisi Pada Program Studi Teknik Kendaraan Ringan Berdasarkan Persepsi Guru Dan Siswa Di SMK. Jurnal Teknologi Dan Kejuruan, 41(2),110-118.

(11)

Jurnal Pendidikan Tambusai 1319 Indriani, A. 2016. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Kelas V Terhadap Prestasi Belajar

Matematika Di SD Negeri Bejirejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 4(2), 134-139.

Ishak, Jekti dan Sridana. 2017. Pengaruh Pendekatan Penerapan Saintifik Menggunakan Model Discovery Learning dan Kooperatif Tipe STAD Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Peserta Didik SDN 13 Ampenan. J. Pijar Mipa. XII(1), 5-10.

Khairunnisa, R. 2019. Pengaruh Fasilitas Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V Di SDN 001 Samarinda Utara. Pendas Mahakam: Jurnal Pendidikan Dasar, 4(2), 146-151.

Maliso. 2018. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Melalui Media Gambar Dalam Pembelajaran IPS SD Inpres 2 Toribulu. Jurnal Kreatif Online, 6(1), 614-2354.

Ma'ruf yuniarno. 2016. Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Fiqih dengan Model Cooperative Learning di Madrasah. JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar. 2(2), 75.

Nuraini, Suherman dan Darmawan. 2018. Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD Berbasis Multimedia Pembelajaran Presentasi untuk Meningkatkan Motivasi dan Penguasaan Konsep Getaran dan Gelombang. JTEP: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 3(2), 672-673.

Pamungkas, B. T. 2016. MeningkatkanMotivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Strategi STAD Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pilangrejo 1 Boyolali Tahun 2015/2016 (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Ruhadi (2008), Lestari, Pratama dan Jailani. 2018. Implementasi Pendekatan Saintifik Setting Kooperatif Tipe STAD Terhadap Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Matematika.

Aksioma, 9(1), 2579-7646.

Ridwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru- Karyawwan Dan Peneliti Pemula. Bandung:

Alfabeta.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Ridwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru- Karyawwan Dan Peneliti Pemula. Bandung:

Alfabeta.

Santana. 2017. Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD X, Y, Z Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Partisipasi Bimbingan Belajar. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 1(2), 41-47.

Slavin, R. E. (2015). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Rahmawati., E. 2016. Faktor-Faktor Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Pojokusuman 1 Yogyakarta. Basic Education, 5(9), 2-741.

Rusman. 2012. Belajar dan pembelajaran berbasis computer mengembangkan profesionalisme guru abad 21. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Akasara.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Rajagrafindo: Jakarta.

Shoimin. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Tambalo, 2018. dkk. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV sd Inpres 2 Kasimbar Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran PKn. Jurnal Kreatif Tadaluko Online, 2(4), 614-2354.

Tukiran. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Ulandari, dkk. 2014. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V Semester Ganjil Di Desa Buruan. Jurnal Mimbar PGSD Universitas PendidikanGanesha Jurusan PGSD, 2(1).

Zahro, dkk. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Student Team Achievement Devision (STAD) dan Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 8(2), 196-205.

Zuraidah. 2018. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Sains dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas IV SD Negeri 101768 Tembung.

School Education Journal, 8(4), 1720-2355.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian-penelitian sebelumnya juga mengemukakan bahwa dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe STAD lebih berdampak positif dalam pembelajaran kimia terhadap hasil

Menurut Slavin ( dalam Zainuris,2007:8) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah :a) Guru menyampaikan materi pelajaran; b)

“Adakah pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD bermedia flashcard terhadap kemampuan mengenal huruf TK Belia Kreatif Karangpilang Surabaya?” Tujuan yang ingin

Kegiatan inti disesuaikan dengan langkah-langkah tipe pembelajaran kooperatif tipe STAD sekaligus menyisipkan karakter bangsa, eksplorasi dan elaborasi berupa: (1)

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Huda 2013: 252 mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sebagai berikut: 1 guru

Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Student Teams Achievement Division merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang

Tabel 3 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Fase Kegiatan Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang dicapai pada

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam penelitian ini terdiri dari empat langkah yaitu 1 guru menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai; 2 siswa