• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Model Pembelajaran STAD dan NHT Ditinjau dari Hasil Belajar IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Keefektifan Model Pembelajaran STAD dan NHT Ditinjau dari Hasil Belajar IPA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Kooperatif

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Hosnan (2014:234) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Sedangkan pembelajaran kooperatif menurut Isdjoni (2014:12) yaitu strategi pembelajaran dalam kelompok kecil yang anggotanya memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota dalam kelompok harus saling membantu dan memahami materi pelajaran. Pembelajaran Kooperatif adalah strategi pembelajaran yang sukses dimana tim kecil dengan masing-masing siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda dan mengunakan berbagai aktifitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek (Kagan dalam Hosnan, 2014: 235).

Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil secara bersama-sama dengan jumlah anggota 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen ( Solihatin dalam Hosnan 2014:235). Pendapat lain, yang dikemukakan oleh (Nurulhayati dalam Rusman 2011:203), pembelajran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem ini siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Siswa juga memiliki dua tanggungjawab, yaitu belajar untuk dirinya dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

(2)

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

(3)

Menurut Hosnan (2014: 241) karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : a) Positive interdepence; Hal ini menunjukkan ketergantungan di antara anggota kelompok. Jika salah satu anggota tidak bisa akan mempengaruhi keberhasilan kelompok. b) Individual accountability; jadi setiap anggota memiliki tanggungjawab untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga hasil belajar kelompok menjadi baik. c) Face to face promotice interaction; maksudnya adalah setiap anggota kelompok harus saling membelajarkan dan mendorong agar tujuan dan tugas yang sudah diberikan dapat dipahami oleh semua anggota dalam kelompok. d) Appropriate use of collaborative skills; maksudnya yaitu setiap anggota kelompok berlatih untuk dapat dipercaya, menjadi seorang pemimpin, dapat mengambil keputusan, mampu berkomunikasi dan dapat mengatur konflik. e)

Group processing; setiap anggota kelompok harus dapat mengatur keberhasilan berkelompok, mengevaluasi kelompok, dan tahu perubahan yang terjadi dalam kelompok untuk pekerjaan kelompok yang lebih efektif lagi.

2.2 Student Team Achivement Division (STAD)

2.2.1 Pengertian Student Team Achivement Division (STAD)

(4)

Menurut Slavin (dalam Rusman 2011:213) model STAD merupakan variasi pembelajaran yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diterapkan, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan banyak yang lainnya, dan digunakan di jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Di dalam STAD siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru memberikan pembelajaran dan setiap anggota kelompok memastikan bahwa setiap anggotanya menguasai pelajaran yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh penghargaan, maka setiap anggota kelompok harus benar-benar paham dengan materi ajar tersebut dan mendorong teman kelompok untuk melakukan tugas-tugas dengan baik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran yang dilakukan secara kelompok yang anggota kelompoknya terdiri dari 4-5 orang yang berbeda kemampuan akademik, jenis kelamin, ras dan sukunya.

2.2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)

(5)

berdasarkan beberapa jauh skor kuis terkini yang melebihi rata-rata skor siswa yang lalu. 5) Penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada kelompok berdasarkan skor kemajuan yang diperoleh oleh setiap masing-masing kelompok.

(6)

0 sampai 10 poin di atas skor dasar mendapat 20 poin, lebih dari 10 poin di atas skor dasar mendapat skor perkembangan 30 poin, pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar) mendapat skor perkembangan 30 poin. Sedangkan untuk menghitung skor kelompok, dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok yaitu menghitung jumlah semua skor perkembangan individu dan membagi jumlah anggota kelompok tersebut. Jadi jika rata-rata skor 0-5 tidak ada, rata-rata skor 6-15 kualifikasi tim yang baik (Good Team), rata-rata skor 16-20 mendapat kualifikasi tim yang baik sekali (Great Team), rata-rata skor 21-30 mendapat kualifikasi tim yang istimewa (super team). Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok, setelah masing-masing kelompok memberoleh predikat. Lalu guru memberikan hadiah kepada kelompok sesuai dengan prestasinya.

2.2.3 Karakteristik Student Team Achievement Division (STAD)

Arends (2001) mengemukakan karakteristik model Student Team Achievement Division (STAD) yaitu 1) Tujuan Kognitif; mengenai informasi tentang akademik sederhana, 2) Tujuan Sosial; kerja kelompok dan kerjasama, 3) Struktur Tim; kelompok belajar heterogen dengan anggota 4-5 orang, 4) Pemilihan Topik Pembelajaran; biasanya dilakukan oleh guru, 5) Tugas Utama; siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi pembelajaran, 6) penilaiaan; tes mingguan.

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Student Team Achivement Division (STAD)

Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan maupun kekurangan, seperti halnya dengan model pembelajaran Student Team Achievement Division

(7)

berpendapat, 5) Meningkatkan kecakapan individu, 6) Meningkatkan kecakapan kelompok, 7) Tidak bersifat kompetitif, 8) Tidak memiliki rasa dendam. Sedangkan Kekurangan model pembelajaran Student Team Achievement Division

(STAD) yaitu: 1) Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang, 2) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan, 3) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sekaligus sulit mencapai target kurikulum, 4) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif, 5) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif, 6) Menuntut sifat tertentu siswa, misalnya sifat suka bekerja sama (Dess dalam Khusnul, 2013)

2.3 Number Head Together (NHT)

2.3.1. Pengertian Number Head Together (NHT)

Model pembelajaran Number Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe model pembelajran kooperatif, menurut Slavin (dalam Huda 2010:203) metode yang dikembangkan oleh Rush Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu didalam kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan akademik siswa. Model pembelajaran NHT adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dibagi ke dalam kelompok, kemudian setiap siswa memakai nomor dikepala yang berbeda yaitu angka 1-4, kemudian guru memanggil nomor secara acak. Sejalan dengan pendapat Slavin, menurut Hosnan (2014:252) Model pembelajaran Number Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

(8)

pola interaksi siswa sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Teknik ini memberikan kesempatan siswa untuk saling berbagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga dpat menciptakan kerja sama antar siswa dengan tidak memandang gender, ras, suku maupun latar belakang yang berbeda.

2.3.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Number Head Together (NHT)

Langkah-langkah dalam pembelajaran Number Head Together (NHT) pada hakekatnya sama dengan diskusi kelompok (Huda, 2013:203) rinciannya sebagai berikut: 1) Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok, 2) Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor, 3) Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya, 4) Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut, 5) Guru memanggil salah satu nomor secara acak, 6) Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok mereka.

Sedangkan menurut (Trianto, 2013:82-83) dalam pembelajaran dengan tipe kooperatif NHT terdapat struktur empat fase sebagai sintak Number Head Together (NHT), yaitu:

a. Fase 1 : Penomoran, pada fase ini guru membagi ke dalam kelompok 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-5.

b. Fase 2 : Pengajuan pertanyaan, pada fase ini guru mengajukan pertanyaan yang akan di diskusikan dalam kelompok mereka

c. Fase 3 : Berpikir bersama, Pada fase ini siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaannya dan meyakinkan setiap anggota dalam tim mengetahui dan menguasai jawaban tim.

(9)

2.3.3 Kelebihan dan Kekurangan Number Head Together (NHT)

Model pembelajaran NHT memiliki kelebihan (Shoimin, 2014:108-109) yaitu :

1. Setiap anggota kelompok menjadi lebih siap.

2. Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

4. Terjadi interaksi secara intens antar siswa dalam kelompok untuk menjawab soal.

5. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok karena ada nomor yang membatasi.

Sedangkan kelemahan model NHT (Shoimin, 2014: 109) dalam pembelajaran yaitu:

1. Tidak cocok digunakna dalam jumlah siswa banyak karena membutuhkan waktu yang lama.

2. Tidak semua anggota kelompok dapat dipanggil oleh guru karena disesuaikan dengan waktu yang dimiliki.

2.4 Pembelajaran IPA SD

(10)

Menurut Trianto (2012:141) IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal. IPA menekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.

Sedangkan tujuan IPA itu sendiri khusus di sekolah dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2006 : 37) :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(11)

mempelajari dirinya dan mempelajari alam sekitar, serta mengembangkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.5 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Hamalik (2006:30) adalah apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada seseorang tersebut, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) mengatakan, hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Sedangkan menurut Nana (2005:3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa setelah menyelesaikan pembelajaran dalam pengertian lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar ini dapat dilihat dari penilaian yang diperoleh oleh masing-masing siswa.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa yang dimiliki setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif. Penilaian yang digunakan oleh guru untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Juga sebagai tolak ukur guru dalam menyampaikan materi sudah baik atau tidak model yang digunakan.

2.6 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Nofitasari pada tahun 2013 yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pembelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN Kesongo 01 Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013”. Menyimpulkan

(12)

yaitu dengan melihat hasil analisis uji beda nilai rata-rata posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu 67,22 dan 76.

Penelitian yang dilakukan oleh Ferdinandus (2016) yang berjudul

“Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Meningkatkan

Motivasi Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Kristen 01 Kabupaten

Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016”. Menunjukkan bahwa hasil

belajar IPA menggunakan model STAD lebih efektif, ditunjukkan dari hasil uji Independent Sample Test yang menunjukkan nilai signifikansi (2-tailed) 0,011 < 0,05.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Lilik Suryani (2012) dengan judul

“Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar IPA Bagi siswa Kelas IV SD N Tanggung Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2011/2012”. Hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata tes pada kelas eksperimen sebesar 9,11 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 7.50.

Penelitian yang dilakukan oleh Herlina pada tahun 2012 yang berjudul “ Perbandingan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan NHT Terhadap hasil Belajar Biologi”. Menunjukkan bahwa hasil belajar biologi meningkat setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa dengan menggunakan model STAD yaitu 79,46, sedangkan rata rata nilai siswa dengan menggunakan model NHT 72,83.

2.7 Kerangka Pikir

(13)

Maka dari itu agar pembelajaran dapat lebih dipahami dan siswa menjadi aktif perlu dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif atau kelompok. Supaya siswa dapat saling membantu dan bertanggungjawab dengan dirinya maupun dengan kelompoknya. Selain itu siswa menjadi semakin aktif, karena setiap siswa mempunyai tugas dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa dapat bertatap muka dan berdiskusi dalam menyelesaikan suatu masalah.

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran, dalam menerapkan pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dan Number Head Together (NHT). Model pembelajaran STAD dan NHT akan diperoleh hasil belajar siswa. Hasil belajar IPA sebelum mendapat perlakuan dengan model pembelajaran Student Team Achievement Division

(STAD) dan model pembelajaran Number Head Together (NHT) maupun setelah mendapat perlakuan. Untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dan model pembelajaran Number Head Together

(14)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kondisi Awal

Hasil Belajar siswa kelas IV SD

Negeri Kutowinangun 08 dan SD

Negeri Kutowinnagun 07

Model

Number Head

Together

(NHT)

Model

Student Team

Achievement Division

(STAD)

Kelas Eksperimen 2

1.

Pembagian kelompok,

mendapat nomer

2.

Mengerjakan tugas dengan

kelompok

3.

Guru memanggil nomor acak

4.

Menyampaikan hasil diskusi

5.

Kesimpulan

Kelas Eksperimen 1

1.

Penyampaian materi

2.

Pembagian kelompok

3.

Kegiatan belajar dalam

kelompok

4.

Kuis

(15)

2.8 Hipotesis Penelitian

Dari uraian dalam kajian pustaka dan hasil penelitian yang relevan maka hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh yang signifikan pada hasil belajar siswa mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Number Head Together

(NHT) . Adapun hipotesis sebagai berikut.

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran

Student Team Achievemen Division (STAD) dengan model pembelajaran Number Head Together (NHT) terhadap hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD gugus Muwardi Salatiga.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Kedua orang tua peneliti yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, menuntun peneliti dengan sabar serta doa restu yang selalu diberikan kepada peneliti

Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan penetapan tarif sewa kamar dan ruang pertemuan dengan menggunakan metode Activity Based Costing pada Hotel Royal Regal

1) Dipusatkan di lingkungan masyarakat dan lembaga. 2) Berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat. 5) Penghematan sumber-sumber yang tersedia. Dengan pengertian dan

mengumumkan sebagai penyedia barang dengan pengadaan langsung untuk paket.. pekerjaan Pengadaan Peralatan Kesehatan Gudang Farmasi adalah

Daftar mata kuliah yang sudah diambil tidak bisa dihapus oleh mahasiswa jika sudah ada nilainya, ini menunjukkan bahwa proses penilaian mata kuliah sudah

mengumumkan sebagai penyedia barang dengan pengadaan langsung untuk paket.. pekerjaan Pengadaan Perlengkapan Gudang Farmasi adalah

Berdasar uji stastistik didapatkan nilai r = 0,337 dengan nilai p= 0,001 yang artinya terdapat hubungan antara kualitas pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada pengaruh prestasi belajar antara pembelajaran dengan metode eksperimen