• Tidak ada hasil yang ditemukan

S IND 1000303 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S IND 1000303 Chapter5"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

112

FANNY MARINI TIARA, 2015

MAKNA DARI SIMBOL KUNANG-KUNANG DALAM CERPEN-CERPEN KARYA AGUS NOOR : TINDAJUAN SEMIOTIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah melakukan analisis struktur dan gagasan, didapat beberapa simpulan

yang akan diuraikan sebagai berikut. Secara struktur, ketiga cerpen memiliki

kesamaan dengan memiliki pengaluran yang linear, namun diselingin dengan ingatan

kilas balik (satu peristiwa saja) dan sorot balik (beberapa peristiwa).

Pertama, pada cerpen Serenade Kunang-kunang memiliki 16 sekuen dan 7

fungsi utama. Semuanya secara utuh membentuk sebuah deskripsi mengenai kisah

cinta tokoh aku pada seorang laki-laki yang telah mempunyai anak dan istri.

Kedua, pada cerpen Kunang-kunang di Langit Jakarta ditemukan 19 sekuen

dan 14 fungsi utama. Cerpen Kunang-kunang di Langit Jakarta memang tidak secara

eksplisit memberikan uraian tentang peristiwa yang disorot dalam alur cerita. Namun,

ada beberapa pernyataan yang merujuk pada peristiwa yang dimaksud, yaitu

kerusuhan Mei 1998.

Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei

hingga 15 Mei 1998. Peristiwa ini terjadi serentak di beberapa kota di Indonesia.

Namun konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung, dan Surakarta.

Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti yang

menewaskan empat orang mahasiswa Universitas Trisakti. Mereka tewas tertembak

dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Pada peristiwa tersebut, para perusuh seolah tidak

memiliki hati nurani. Selain melakukan penyiksaan dan perkosaan, mereka juga

merusak, menjarah, bahkan membakar berbagai sarana pribadi dan publik dirusak.

Terakhir pada cerpen Requeim Kunang-kunang yang memiliki 16 sekuen

dan 9 fungsi utama. Cerpen ini bercerita tentang konflik antar agama di Ambon yang

difiksikan oleh Agus Noor. Pemfisikan ini menggunakan tokoh utama seekor

(2)

113

FANNY MARINI TIARA, 2015

MAKNA DARI SIMBOL KUNANG-KUNANG DALAM CERPEN-CERPEN KARYA AGUS NOOR : TINDAJUAN SEMIOTIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cerita agar gambaran masalah yang akan diungkapkan tidak menimbulkan provokasi

karena masalah yang diungkit bersifat sensitif. Selain itu, dilihat dari sudut pandang

penceritaan, cerpen ini menggunakan sudut pandang orang Nasrani. Melalui sudut

pandang ini, Agus Noor ingin menunjukkan bahwa orang-orang yang menjadi korban

konflik bukan hanya orang yang beragama Islam, mereka yang beragama Nasrani pun

menjadi korban konflik Ambon tersebut. Melalui mitos kunang-kunang, Agus Noor

menyampaikan pesan ceritanya. Dibalik mitos kunang-kunang tersebut terdaoat tiga

kisah yang mereka percaya secara turun-temurun. Perumpumaan kunang-kunang ini

menjadi cara untuk membangun sistem tanda dalam cerita sehingga menjadi

simbolisme atas peristiwa sosial yang dirujuk oleh cerpen ini.

Dalam cerpen Requiem kunang-kunang ini Agus Noor memakai

simbol-simbol latar, tokoh, dan cerita yang diharapkan mampu mengisahkan kembali

kejadian atau peristiwa kerusuhan lintas agama yang bernuasa sara di Ambon, tanpa

harus melukai atau mencoba memprovokasi orang yang telah menjadi korban

kerusuhan itu. Dengan cara penyampaian menggunakan satire yang layaknya

dongeng di negeri antah berantah. Maka Agus Noor memerlukan pengganti objek

cerita tanpa harus menghilangkan keorisinilannya, yang kadang memerlukan catatan

kaki. Ia memang memerlukan penjelasan-penjelasan itu dalam catatan kaki, dan tak

bisa dimaknai dalam pemahaman estetika pembaca yang berasal dari masyarakat

umum dan bukan dari lingkup kalangan sastra (sastrawan).

Latar dan tokoh dalam ketiga cerpen ini menukik ke dalam dunia batin

kaum nasrani masyarakat Ambon, hingga melahirkan simbol yang khas. Latar dan

alur dunia batin serupa ini, di tangan Agus Noor, hadir dalam narasi surealis yang

(3)

114

FANNY MARINI TIARA, 2015

MAKNA DARI SIMBOL KUNANG-KUNANG DALAM CERPEN-CERPEN KARYA AGUS NOOR : TINDAJUAN SEMIOTIKA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, maka

penelitian ini menemukan usulan-usulan yang dapat diajukan sebagai saran. Adapun

saran-saran yang diajukan sebagai berikut.

Pertama, hasil penelitian analisis makna kunang-kunang ini dapat dijadikan

sebagai data pustaka acuan terhadap penelitian-penelitian serupa di masa depan,

khususnya penelitian yang mengarah pada karya-karya Agus Noor dan juga

penelitian yang erat kaitannya dengan makna kunang-kunang atau hewan lain.

Kedua, penelitian ini diharapkan dapat dikaji atau dianalisis dalam pemaknaan

pada setiap kisah atau mitos yang coba dihadirkan pengarang dalam ketiga cerpen.

Analisis bisa difokuskan pada pemecahan mitos yang disebarkan kepada masyarakat

dan bagaimana kepercayaan masyarakat Indonesia menerima mitos mengenai

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya dalam proses pembentukan badan gerabah dengan teknik putar, ada kriyawan yang menggunakan alat tradisional dengan tenaga gerak kaki atau

Sumber air terjun merupakan lokasi alam semula jadi yang boleh dijadikan daya penarik kepada pelancong untuk datang ke sesuatu lokasi di pendalaman seperti di

dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, perlu ditetapkan Standar Pelayanan Minimal

Kata kunci: Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng, sitotoksik , Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), Larva Artemia salina.. CYTOTOXIC EFFECT OF ETHYLACETATE FRACTION OF

SUBDIREKTORAT TATA KELOLA E-GOVERNMENT DIREKTORAT E-BUSINESS DIREKTORAT PEMBERDAYAAN INFORMATIKA DIREKTORAT PEMBERDAYAAN INDUSTRI INFORMATIKA DIREKTORAT KEAMANAN INFORMASI

Dengan permainan, siswa dapat merumuskan pemahaman tentang suatu konsep: kaidah-kaidah asas (prinsip), unsur-unsur pokok, proses, hasil dan dampak, dan

menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, (b) menyampaikan materi secukupnya melalui model Concept Sentence dengan media gambar fotografi, (c) membentuk kelompok yang

Beyond this minimum point, the WACC increases due to the effect of increasing financial risk on the cost of equity and, at higher levels of gearing, due to the effect of