• Tidak ada hasil yang ditemukan

S KIM 0900589 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S KIM 0900589 Chapter3"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Losliana Harahap, 2014

Pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di salah satu SMA swasta di Bandung.

Pemilihan lokasi ini dilakukan berdasarkan kesesuaian antara kurikulum yang

diterapkan di SMA tersebut dengan kurikulum materi pada butir soal yang

dikembangkan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.

Objek yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah instrumen tes diagnostik

pilihan ganda dua tingkat yang dikembangkan oleh peneliti. Instrumen tersebut

digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang mungkin terjadi pada 56

siswa SMA kelas XI di salah satu sekolah swasta di Bandung yang telah

mempelajari materi kesetimbangan kimia.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian dan

Pengembangan atau Research and Development (R&D), yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk dan menguji keefektifan

produk tersebut (Sugiyono, 2013). Langkah-langkah penelitian dan

pengembangan terdiri atas sepuluh langkah, seperti yang ditunjukan pada Gambar

(2)

Gambar 3.1. Langkah-Langkah Metode R&D

Dari kesepuluh langkah penggunaan metode R&D (Gambar 3.1), tidak

seluruhnya dilakukan dalam penelitian ini. Hanya sampai langkah ke enam yang

dilakukan, sampai pada tahap ujicoba produk. Selanjutnya, keenam langkah

penelitian dan pengembangan tersebut dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu tahap

pengembangan butir soal, tahap validasi, dan tahap aplikasi. Langkah penelitian

pengembangan (R&D) yang dilakukan pada penelitian ini disajikan seperti pada

Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Langkah-Langkah R&D yang Digunakan dalam Penelitian Tahap

Pengembangan Butir Soal

1. Potensi dan Masalah 2. Pengumpulan Data 3. Desain Produk

Tahap Validasi

4. Validasi Desain 5. Revisi Desain

Tahap Aplikasi

(3)

Losliana Harahap, 2014

Pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Prosedur Penelitian

Secara garis besar tahapan penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada

gambar 3.3.

Potensi dan Masalah serta Pengumpulan Data

(4)

Langkah-langkah penelitian yang terdapat pada Gambar 3.2. dijabarkan

sebagai berikut :

1. Tahap Pengembangan Butir Soal

Pada tahap pengembangan butir soal tes diagnostik pilihan ganda dua

tingkat yang dilakukan mengikuti dan memodifikasi prosedur penelitian Tan et al. (2005) yang mengacu pada prosedur yang dilakukan oleh Treagust (1995). Pada

tahap ini dilakukan beberapa langkah, yaitu potensi dan masalah, pengumpulan

data, dan desain produk.

a. Potensi dan Masalah

Dalam langkah potensi dan masalah, dilakukan kajian literatur guna

mengungkap informasi mengenai miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan

kimia, serta penyebab dan cara mengungkapnya berdasarkan hasil penelitian

sebelumnya. Pemaparan tentang potensi dan masalah secara rinci dipaparkan pada

latar belakang bab 1.

b. Pengumpulan Data

Dalam langkah pengumpulan data dilakukan kajian tentang tes diagnostik,

miskonsepsi, tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat dan analisis materi

kesetimbangan kimia serta analisis miskonsepsi kesetimbangan kimia.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti dan memodifikasi tahapan

pengembangan yang dilakukan dalam penelitian Tan et al. (2005) yang juga mengacu pada aturan tahapan pengembangan Treagust (1995), yaitu:

1) Penentuan Konten Materi

Materi yang digunakan dalam tes diagnostik yaitu materi kesetimbangan

(5)

Losliana Harahap, 2014

Pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Analisis konsep-konsep

kesetimbangan kimia dilakukan sebagai informasi untuk menyusun pertanyaan

dan pilihan jawaban pada tingkat pertama. Selain itu dilakukan juga kajian

mengenai tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat baik dari jurnal, buku, atau

sumber penelitian lainnya.

2) Pengumpulan Data Miskonsepsi Siswa

Pengumpulan data miskonsepsi siswa dilakukan berdasarkan hasil kajian

literatur dari penelitian sebelumnya pada materi kesetimbangan kimia, juga dari

hasil tes essai guna melengkapi miskonsepsi yang diperoleh dari hasil kajian

literatur yang digunakan sebagai pengecoh di tingkat kedua (Lampiran B.2).

3) Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat

Item tes diagnostik yang dikembangkan terdiri dari dua tingkat. Pada tingkat

pertama terdiri dari tiga pilihan jawaban dari konten pertanyaan item tes dan pada

tingkat ke dua terdiri dari enam pilihan yang merupakan alasan dari tingkat

pertama. Pertimbangan untuk jumlah pilihan alasan pada tingkat pertama dan

tingkat kedua berdasarkan banyaknya miskonsepsi siswa yang ditemukan pada

hasil kajian jurnal. Dengan jumlah tiga pilihan jawaban pada tingkat pertama dan

enam pilihan alasan pada tingkat kedua, diharapkan lebih banyak miskonsepsi

siswa yang terungkap dengan menggunakan instrumen tes diagnostik yang

dikembangkan.

c. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik pilihan

ganda dua tingkat. Desain produk dibuat dengan sebuah pola instrumen yang

didalamnya berisi konsep target, miskonsepsi, dan soal pilihan ganda dua tingkat.

Pada setiap konsep masing-masing terdiri dari lima miskonsepsi (Lampiran B.3).

(6)

diatas, maka contoh desain produk berupa tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat

yang dikembangkan pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Tahap 1

Penentuan Isi Materi

Tahap 2

Pengumpulan Data Miskonsepsi Siswa

Tahap 3

Pengembangan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat

Kajian literatur dan tes esai Mengidentifikasi konsep esensial pada materi kesetimbangan kimia berdasarkan SK KD KTSP

2006

STEM

Opsi Tingkat Pertama:

1. Jawaban 2. Pengecoh 3. Pengecoh

Opsi Tingkat Kedua:

(7)

Losliana Harahap, 2014

Pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.4. Desain Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat

2. Tahap Validasi

Validasi desain merupakan kegiatan untuk menilai rancangan instrumen

yang dikembangkan. Validasi desain terdiri dari dua proses, yaitu uji validitas dan

reliabilitas.

a. Validitas

Penilain validitas instrumen dilakukan dengan “judgment” para ahli. Uji validitas isi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara butir soal yang dibuat

dengan miskonsepsi. Validator yang memvalidasi instrumen pada penelitian ini

terdiri dari lima orang dosen kimia.

Selanjutnya menentukan nilai validitas isi dari masing-masing butir soal

dengan menggunakan metode CVR. Nilai CVR setiap butir soal dihitung dengan

menggunakan persamaan Lawshe, seperti yang dijelaskan pada bab 2 halaman 21. Berpedoman pada tabel minimum CVR (Tabel 2.2), nilai minimum CVR dengan

jumlah validator 5 adalah 0,99. Guna dari nilai CVR ini untuk menentukan

kelayakan dari butir soal yang dibuat dari segi validitas isinya. Butir soal yang mempunyai nilai CVR sama dengan atau lebih dari 0,99 (CVR ≥0,99) dikatakan memenuhi kriteria baik (valid/layak) dari segi validitas isinya, sedangkan butir

soal yang mempunyai nilai CVR kurang dari 0,99 (CVR < 0,99) dikatakan tidak

memenuhi kriteria baik (tidak valid/tidak layak) dari segi validitas isinya. Hasil

perhitungan nilai CVR untuk setiap butir soal yang dikembangkan dipaparkan

pada Lampiran B.4. Hasil masukan atau saran dari validator dilakukan perbaikan

(revisi) butir soal dalam hal penggunaan kata baku dan kalimat yang kurang tepat.

(8)

b. Reliabilitas

Butir soal yang telah dinilai valid, kemudian dilakukan uji reliabilitas

dengan mengujikan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat pada 34

siswa kelas XI yang telah mempelajari materi kesetimbangan kimia. Dilakukan uji

reliabilitas untuk mengetahui nilai reliabilitas tes yang dikembangkan.

Hasil perhitungan nilai reliabilitas instrumen tes diagnostik pilihan ganda

dua tingkat yang dikembangkan diperoleh dengan menggunakan program SPSS

17, dimana nilai Alpha Cronbach merupakan nilai reliabilitas tes diagnostik yang dikembangkan. Sebelumnya, dilakukan penskoran pada setiap butir soal. Apabila

siswa menjawab benar pada kedua tingkat diberi skor 1, dan apabila siswa

menjawab benar hanya pada salah satu tingkat atau menjawab salah pada ke dua

tingkat, maka siswa diberi skor 0. Kemudian hasil nilai reliabilitas yang diperoleh

di bandingkan dengan nilai reliabilitas yang terdapat dalam Tabel 2.2. untuk

mengetahui kategori nilai reliabilitas dari instrumen tes yang dikembangkan.

Pertimbangan untuk mengurangi kesalahan dalam melakukan identifikasi

miskonsepsi siswa pada hasil uji coba produk dan agar hasil identifikasi

miskonsepsi pada setiap konsep lebih akurat, maka dilakukan pemilihan soal

untuk uji coba produk. Dimana setiap konsep hanya diwakili masing-masing oleh

satu soal.

c. Kunci Determinasi Miskonsepsi

Setelah butir-butir soal valid baik dari segi validitas isi maupun

reliabilitasnya, selanjutnya dilakukan penyususnan kunci determinasi miskonsepsi

pada materi kesetimbangan kimia. Kunci determinasi miskonsepsi adalah uraian

keterangan tentang pola respon siswa pada tes diagnostik pilihan ganda dua

tingkat. Setiap pola respon menunjukkan apakah siswa tersebut mengalami

miskonsepsi atau tidak. Kunci determinasi disebut juga kunci identifikasi

(Firmanwibi, 2012). Kunci determinasi miskonsepsi ini disusun berdasarkan

kombinasi jawaban siswa yang teridentifikasi mengalami miskonsepsi.

(9)

Losliana Harahap, 2014

Pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tarakci et al. (1999), kombinasi jawaban siswa yang mengalami miskonsepsi adalah jika siswa memberikan jawaban benar tingkat pertama dan jawaban salah

pada tingkat kedua atau jika siswa menjawab salah pada tingkat pertama dan

menjawab benar pada tingkat kedua dari setiap butir soal yang dikembangkan.

Kunci determinasi ini disusun untuk menentukan apa saja miskonsepsi yang

terdapat dalam pikiran siswa berdasarkan kombinasi respon siswa pada aplikasi

produk dengan cara membandingkan hasil jawaban siswa pada aplikasi produk

dengan kunci determinasi miskonsepsi. Kunci determinasi yang dibuat tercantum

pada Tabel 4.2 bab 4.

3. Tahap Aplikasi Produk

Tahap aplikasi produk dilakukan untuk mengetahui apa saja miskonsepsi

siswa yang terungkap berdasarkan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua

tingkat yang dikembangkan. Langkah yang dilakukan adalah mengaplikasikan

instrumen tes yang telah ditentukan kelayakannya dari segi validitas isi dan

reliabilitas. Jumlah instrumen yang diaplikasikan terdiri dari 13 butir soal

(Lampiran A.3), yang diterapkan pada 56 siswa SMA kelas XI yang telah

mempelajari materi kesetimbangan kimia. Hasil dari jawaban siswa pada tahap

aplikasi produk di analisis untuk mengetahui miskosepsi yang teridentifikasi.

Analisis miskonsepsi ini dilakukan dengan menggunakan kunci determinasi

miskonsepsi pada materi kesetimbangan kimia (Tabel 4.2). Berdasarkan hasil

analisis dapat diketahui apa saja miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan

kimia (Tabel 4.4).

D. Teknik Analisis Data

Dilakukan pengolahan data terhadap instrumen yang telah diujikan untuk

(10)

penelitian ini, yaitu: 1) analisis instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat

dan 2) analisis miskonsepsi dari hasil tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat.

1. Analisis Instrumen Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat

Analisis instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat meliputi uji

validitas dan uji reliabilitas.

a. Validitas

Item tes yang dikembangkan diuji validitas oleh para pakar dengan

memeriksa kecocokan antara butir-butir soal yang dibuat dengan pilihan jawaban

pada tingkat pertama, dengan pilihan alasan pada tingkat kedua, dan kesesuaian

miskonsepsi yang digunakan. Hasil validasi dianalisis dengan menggunakan

teknik CVR. Nilai CVR yang diperoleh dihitung dengan menggunakan persamaan

Lawshe yang tertulis di bab 2. Hasil perhitungan nilai CVR dari setiap butir soal

dibandingkan dengan nilai minimum CVR yang ada pada Tabel 2.1 bab 2.

b. Reliabilitas

Nilai reliabilitas diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dengan

menggunakan program SPSS 17. Nilai alpha cronbach merupakan sebagai indeks

reliabilitas. Sebelumnya, dilakukan penskoran pada setiap butir soal. Apabila

siswa menjawab benar di kedua tingkat maka jawaban tersebut dikatakan benar

dan mendapat skor 1. Sedangkan, apabila siswa hanya menjawab benar di salah

satu tingkat maupun menjawab salah di kedua tingkat maka jawaban tersebut

dikatakan salah dan mendapat skor 0. Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian

ditafsirkan dengan menggunakan kriteria sebagaimana yang tercantum pada bab 2

Tabel 2.2 mengenai pedoman penafsiran nilai alpha cronbach.

2. Analisis Miskonsepsi Hasil Tes diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat

Data hasil aplikasi tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat yang diperoleh

kemudian dikelompokkan berdasarkan pola respon siswa pada tiap butir soal

(11)

Losliana Harahap, 2014

Pengembangan instrumen tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan kimia

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1. Persentase Pola Respon Siswa dari Setiap Tes Diagnostik Miskonsepsi

(Tan et al., 2005) Kode

Soal

Pilihan Jawaban (Tingkat Pertama)

Pilihan Alasan (Tingkat Kedua)

1 2 3 4 5 6

1 A A.1 A.2 A.3 A.4 A.5 A.6

B B.1 B.2 B.3 B.4 B.5 C.6

C C.1 C.3 C.3 C.4 C.5 B.6

Perhitungan persentase pola respon siswa dilakukan dengan menggunakan

persamaan berikut ini.

Keterangan:

P = Persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi S = Banyaknya siswa yang memilih pola respon tertentu

Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes (Tiyas, 2012).

Selanjutnya, dianalisis hasil jawaban siswa berdasarkan klasifikasi

pemahaman dan miskonsepsi siswa. Miskonsepsi siswa diidentifikasi dengan

menggunakan kunci determinasi miskonsepsi (Tabel 4.2.). Klasifikasi kombinasi

jawaban siswa ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Klasifikasi Kombinasi Jawaban Siswa (Tarakci et al., 1999) Kombinasi Jawaban Siswa Klasifikasi Jawaban Siswa

Jawaban benar - Alasan benar Pemahaman utuh

Jawaban benar - Alasan salah Pemahaman parsial atau miskonsepsi

Jawaban salah - Alasan Benar Pemahaman parsial atau miskonsepsi

Gambar

Gambar 3.2.
gambar 3.3.
Tabel 3.1. Persentase Pola Respon Siswa dari Setiap Tes Diagnostik Miskonsepsi

Referensi

Dokumen terkait

… Bimbingan karir (BK) sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan individu yang harus dilihat sebagai bagian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Apakah kadar Amoniak dan COD yang terdapat dari beberapa air limbah pabrik karet. kering sudah memenuhi standar baku mutu yang dikeluarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah dan dalam rangka menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 903/2 429/Sj Perihal Pedoman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Lisa Nuryuliani 2016 Universitas

[r]

Tegangan sisa tekan dari dry shot peening akan menyebabkan Almen test strip melengkung ke arah sisi yang mengalami dry shot peening yang akan diukur dengan almen gage

Selama aktifitas fisik yang lama, seseorang dengan level kebugaran kardiorespiratori yang tinggi dapat menghantarkan energi yang dibutuhkan dalam aktifitas fisik ke sel otot