• Tidak ada hasil yang ditemukan

J00891

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " J00891"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

84

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014

Stefany Maria Chrysanti, Sunardi, Tri Widiarto

Pendidikan Sejarah Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRACT

The purpose of study to help learners with dificulties learning model uses mind mapping. Mind mapping is a learning model that is used to improve the learning achievement of student especially IPS make it easier to absorb the material is alagerly a rote. With Mind mapping learning model, we are able to know is there any effective used on mind mapping learning model to improve outcomes IPS with material of Human Interaction with the surrounding environment. Type of the reseacrh is a class act. The research was conducted in SMP Kristen Satya Wacana with discourse subject studied are class VII A in academic year 2013/2014. PTK models used Kemmis and Targat models with one siclus and second siclus with steps from planning. Implementation, and observation, up to reflection. Analycis techniques used descriptive comparative is turn a data which had we have assambled it since prasiclus, first siclus, second siclus, than compare them, so we show some increase level or a successful learning that we had done.

Key word: Mind Mapping Learning Model

PENDAHULUAN

Pada era modern seperti sekarang kebutuhan pendidikan telah menjadi kebu-tuhan yang utama karena ikut berperan dalam berbagai bidang kehidupan masya-rakat. Terutama pendidikan juga sebagai suatu landasan dasar pembangunan suatu bangsa dalam perkembangannya menjadi bangsa yang maju. Pendidikan menajdi perhatian utama saat ini dimulai dari pendidikan sekolah dasar, menengah, hingga tingkat perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan pendidikan tidak pernah tergerus oleh jaman malah semakin bersi-nar dengan inovasi-inovasi yang terus di-ciptakan untuk menjawab kebutuhan siswa dalam perannya ikut memajukan bangsa.

Dalam perkembangan jaman pen-didikan mencoba memberikan solusi untuk membantu proses belajar siswa.

Pendi-dikan dikemas dengan model-model pem-belajaran yang bersifat interaktif, inovatif, komunikatif, dan efektif untuk membantu guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran tidak mungkin dilakukan menggunakan tehnik-tehnik yang sama setiap generasinya, ten-tu dibuten-tuhkan suaten-tu model-model pembe-lajaran yang lebih menyenangkan untuk memberi semangat belajar siswa.

(2)

85 biasa atau pergaulan orang dewasa dengan anak-anak, yang terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk mengha-silkan kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengendalian dan pengem-bangan bagi orang yang belum dewasa dan kelompok di mana dia hidup (Iman Bernadib. 1984: 40).

Permasalahan belajar seperti yang diungkapkan tersebut terjadi pada siswa di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga khu-susnya di kelas VII A. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian nilai IPS yang rendah. Banyak siswa yang memperoleh nilai IPS di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Anggapan mengenai pelajaran IPS yang membosankan dan syarat dengan hafalan telah menjadi suatu hal yang membuat Minat untuk belajar IPS itu kurang dan bahkan mereka menganggap bahwa IPS merupakan mata pelajaran tidak terlalu dianggap penting. Selain itu, pembelajaran juga masih terpusat pada guru. Guru ba-nyak menjelaskan dan siswa kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan temannya.

Penggunaan metode pembelajaran aktif dengan menggunakan model pembe-lajaran mind mapping diharapkan dapat membantu mengatasi masalah di atas. Dengan menerapkan metode ini, pembela-jaran tidak hanya terpusat pada guru tetapi siswa mampu lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Berdasarkan pada permasalahan tersebut akan dilaksanakan penelitian pembelajaran IPS menggunakan metode mind mapping

untuk membangkitkan semangat belajar IPS pada siswa. Metode mind mapping ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi kendala siswa saat belajar IPS yang memerlukan banyak hafalan.

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Hilgard dan Bower menga-takan Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pe-mahaman, sikap, dan tingkah laku, kete-rampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lainnya yang ada pada individu yanh belajar. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang ber-ulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelas-kan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (Suciati dan Irawan, P. 2001: hal 28)

Oleh sebab itu, belajar adalah proses aktif. Belajar adalah proses me-reaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah suatu pro-ses yang diarahkan kepada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengala-man. Belajar adalah proses melihat, meng-amati, dan memahami sesuatu yang dipe-lajari. Apabila kita bicara tentang cara mengubah tingkah laku seseorang atau individu melalui berbagai pengalaman yang ditempuhnya.

(3)

86

Pengertian Mengajar

Mengajar adalah membimbing ke-giatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan megorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar (Nana Sudjana 1989: hal 3). Sehingga dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan bagian dari proses belajar dan proses belajar itu sendiri merupakan suatu upaya belajar yang menghasilkan perubah-an tingkah laku.

Guru yang memegang peran uta-ma dalam mengajar sehingga guru diha-rapkan mampu memeberikan suatu suri teladan yang akan berkaitan dengan kegi-atan belajar mengajar di kelas. Menurut Witherington Pada hakikatnya, mengajar adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kegiatan belajar siswa (Hamzah Uno B. 2007: hal 34). Hal ini mengandung pengertian bahwa proses mengajar olehguru menghadirkan proses belajar pada pihak siswa yang berwujud perubahan tingkah laku, meliputi perubah-an keterampilperubah-an, kebiasaperubah-an, sikap, penge-tahuan, pemahaman, dan apresiasi.

Cara Belajar Aktif (CBPSA)

Sebagai padanan dari Student Active Learning. ini berarti salah satu usa-ha meningkatkan kualitas usa-hasil belajar dapat ditempuh melalui penggunaan stra-tegi belajar yang mampu mengembangkan cara belajar siswa aktif. Penerapan CBPSA dalam proses belajar mengajar akan nampak seperti yang kita ketahui, bahwa proses belajar mengajar itu sendiri terdiri dari dua tahapan. Tahapan pertama adalah perencanaan dan tahapan kedua adalah pelaksanaan termasuk penilaian.

Perencanaan proses belajar meng-ajar terwujud dalam bentuk satuan pela-jaran yang berisis rumusan tujuan peng-ajaran (tujuan instruksional), bahan

pengajaran, kegiatan belajar mengajar siswa, metode dan laat bantu mengajar, dan penilaian. Sedangkan tahap pelaksa-naan proses belajar mengajar adalah pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran, yakni interaksi guru dengan siswa pada saat pengajaran itu berlangsung.

Cara Belajar Siswa Aktif (CBPSA) harus tercermin dalam ke dua hal diatas, yakni dalam satuan pelajaran dan dalam praktek pengajaran. Dalam satuan pelajar-an, pemikiran CBPSA tercermin dalam rumusan isi satuan pelajaran sebab satuan pelajaran pada hakikatnya adalah rencana atau proyeksi tindakan yang akan dilaku-kan oleh guru pada waktu mengajar. Dengan demikian, guru yang akan mengajar dengan penekanan CBPSA harus memikirkan hal-hal apa yang akan dilakukan serta menuangkannya secara tertulis ke dalam satuan pelajaran.

Model Pembelajaran Mind Mapping Mind mapping dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mengorgani-sasikan dan menyajikan suatu konsep atau ide, tugas atau informasi lainnya dalam bentuk diagram radial-hierarkis non linier.

Mind mapping pada umumnya menyajikan informasi yang terhubung dengan topik sentral, dalam bentuk kata kunci, gambar (simbol), dan warna sehingga suatu informasi dapat dipelajari dan diingat secara cepat dan efisien.

Bobbi De Potter dan M.C Hernacki menyatakan peta pikiran/mind mapping

(4)

87

Mata Pelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, IPS, antropologi, sosiologi dan tata negara. (Suwarso dan Tri Widiarto 1993: 1). Sedangkan menurut Mulyono, J Ilmu Pengetahuan Sosial adalah pengetahuan tentang perwujudan dari suatu pendekatan interdisiplin (Interdisiplinary Approach) dari pelajaran ilmu-ilmu sosial (Sosial Science). Hal ini merupakan integrasi dari berbagai macam cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, antropologi, geografi, ilmu politik, IPS, psikologi, dan sebagainya yang dipilih dan disesuaikan untuk keperluan pengajaran di sekolah-sekolah (Mulyono, J. 1980: 2)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan terdiri dari 2 siklus. Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Sunardi (2011: 29). Model tersebut digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Sunardi, 2011:29)

Prosedur PTK terdiri 2 siklus masing-masing siklus terdiri dari tiga tahap. Setiap siklus tindakan meliputi:

1. perencanaan (plan), 2. pelaksanaan (act), 3. pengamatan (observe), 4. refleksi (reflect).

Teknis Analisis Data

Penarikan kesimpulan data tes belajar siswa dianalisis dengan mengguna-kan cara deskriptif komparatif. Klasifikasi hasil observasi siswa diambil secara deskriptif kualitatif. Data yang sudah terkumpul dianalis dengan teknik deskriptif komparatif, yaitu mengolah data yang terkumpul mulai prasiklus, siklus 1, dan siklus 2, kemudian membandingkannya, sehingga tampak peningkatan atau keberhasilan pembelajaran yang dilak-sanakannya.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data prasiklus yang diambil dan dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2014, perlu diketahui terlebih dahulu skor tes yang diperoleh dari hasil penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan pembelajaran didalam kelas atau model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan skor tes terendah (skor minimal) sebesar 6 dan skor tes tertinggi (skor maksimal) sebesar 9. Sedangkan skor rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 6,47. Ketuntasan belajar yang dicapai siswa hanya sebesar 29,73% dari jumlah seluruh siswa (24 siswa) dan 70,27% dari seluruh siswa (siswa) belum tuntas sesuai dengan rata-rata kelas 70,00.

Hasil Pelaksanaan Siklus I

(5)

Pelak-88 sanaan Pembelajaran. Distribusi skor tes nampak belum merata, hal ini ditunjukkan dengan perbedaan skor tes yang terendah (skor minimal) sebesar 5 dan skor tes tertinggi (skor maksimal) sebesar 8 Kondisi ini menunjukkan perbedaan skor yang sangat jauh. Skor rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 6,89. Ketuntasan belajar yang dicapai siswa hanya sebesar 94,59% dari jumlah seluruh siswa (24siswa ) dan 5,41% dari seluruh siswa (24 siswa) belum tuntas sesuai dengan KKM.

Berdasarkan data dari distribusi skor tes dan distribusi ketuntasan belajar pada pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas dengan cara konvensional dengan data distribusi skor tes dan distri-busi ketuntasan belajar pada pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran

Mind Mapping sudah menunjukkan adanya peningkatan, pada skor tes dan distribusi ketuntasan belajar pada pembelajaran yang dilakukan didalam kelas hanya men-capai ketuntasan 70,27% setelah diadakan pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran Mind Mapping pada siklus I ketuntasan menjadi 94,59%.

Hasil Pelaksanaan Siklus II

Siklus II dilaksanakan 1 kali perte-muan pada tanggal 28 Maret 2014. Pada siklus II ini, siswa tidak dibuat kelompok, namun individu agar mereka dapat lebih berkonsentrasi terhadap tugas dan materi yang diberikan. pada siklus II siswa kelas VII A SMP Kristen Satya Wacana Salatiga telah menunjukkan persebaran nilai yang merata. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan skor tes yang terendah (skor minimal) sebesar 6 dan skor tes tertinggi (skor maksimal) sebesar 8 Kondisi ini menunjukkan terjadinya peningkatan pada hasil belajar siswa. Skor rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus II sebesar 6,95/70,00. Ketuntasan belajar yang

dicapai sebesar 100% artinya semua siswa (24 siswa) telah mencapai nilai KKM.

Dari pembelajaran pada siklus II ini terlihat semua siswa telah berhasil mengikuti pembelajaran. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Mind Mapping ini membantu siswa mengem-bangkan potensi berfikirnya. Hal ini mem-bantu untuk lebih memudahkan siswa me-mahami materi yang telah diberikan dan dengan mudah untuk mengingat kembali.

KESIMPULAN

Dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping, siswa kelas VII A SMP Kristen Satya Wacana meng-alami kenaikan hasil belajar karena model pembelajaran ini terbukti dapat merang-sang semangat siswa untuk belajar IPS. Mata pelajaran yang dianggap banyak hafalan menjadi lebih menyenangkan untuk dipelajari karena siswa tidak merasa di dekte namun lebih seperti diajak bermain. Kendala siswa dalam memahami materi dapat diatasi menggunakan konsep model pembelajaran mind mapping atau peta pikiran

Berdasarkan hasil penelitian maka terbukti bahwa penggunaan model pembe-lajaran Mind mapping pada mata pelajaran IPS dapat meningkatan hasil belajar IPS pokok bahasan interaksi manusia dengan lingkungan Sekitarnya. Hal ini terlihat pada pelaksanaan tiap siklus yang nilai rata-rata kelasnya mengalami peningkatan. Nilai rata-rata sebelum model pembelajaran

Mind mapping adalah 6,80 sedangkan se-telah diberi tindakan menggunakan model pembelajaran Mind mapping yaitu pada siklus I rata-rata kelas menjadi 7,20. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata kelasnya meningkat menjadi 7,80

DAFTAR PUSTAKA

(6)

89

Belajar Nyaman Dan

Menyenangkan. Bandung: Kaifa

Iman Barnadib.1984. Filsafat Pendidikan. Yayasan penerbit FIP IKIP Yogyakarta: Yogyakarta

Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajara Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Mulyono, J. 1980. Ilmu Pengetahuan Sosial Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.Jakarta: Depdikbud.

Nana Sudjana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Suciati & Irawan, P. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Depdimnas. Dirjen PT. PAU: Jakarta.

Suwarso dan Tri Widiarto. 2007.

Pendidikan IPS (Pembelajaran IPS). Salatiga: Widya sari Press.

Sunardi._Model-model_Pembelajaran.(http://www. google.co.id/search?hl=en&cr= countryID&q=model-model+ pembelajaran&start=10&sa=N) Diunduh pada 3 Februari 2014 10.36 WIB

Mind Mapping http//www.

Gambar

Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Sunardi, 2011:29)

Referensi

Dokumen terkait

August‟s personality development influenced by his parents, his friends at school and his best friend named Jack.. At first, August was an unconfident, unhappy,

Menyikapi permasalahan seperti yang disebutkan di atas, penulis mempunyai ide dan wacana yang dituangkan dalam Studi ini yaitu untuk membuat suatu desain kapal

ke dalam sebuah penelitian tind akan kelas yang berjudul “Penggunaan Media Pita Jepang Untuk Meningkatkan Pemahaman Matematis Siswa pada Operasi.. Perkalian Bilangan Asli

Perlu dilakukan analisis debit saluran pada lokasi lain dengan kemiringan lahan, bentuk penampang saluran dan koefisien dasar bangun (KDB) yang berbeda

Untuk siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif dalam aspek elaboration dengan kategori sangat baik diatas rata-rata terjadi peningkatan dari 0% menjadi 14% artinya siswa

Hal-hal yang dibahas pada bab ini antara lain adalah proses pengembangan spiritual growth facilitation (SGF) , outcome spiritual growth facilitation (SGF) , dampak penerapan

Sibarani terimakasih juga untuk perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis dan terkhusus buat uda Leo, uda Merry dan Bou Boy yang selama ini telah

Titik tumbuh batang terdapat pada bagian ujung di belakang titik tumbuh, terdapat bintil-bintil bakal daun dan di bagian atas adalah bakal cabang yang juga berupa