• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01427

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01427"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU KONSUMEN REMAJA USIA 15 - 18 TAHUN DALAM

UPAYA MEMBENTUK LOYALITAS MEREK

Eristia Lidia Paramita Marchlanno Dimas Putra

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana eristia.paramita@staff.uksw.edu

ABSTRACT

Mobile telecommunications and mobile phone sale’s volume is significantly increasing, especially in smartphone. The progress of technology and science about smartphone is one of the main factor in increasing mobile smartphone. Consumer the purpose of to determine the teenager consumer behavior from 15-18 years old on using smartphone.

There were 11 respondents aged 15-18 years old were involved in this study. The data obtained by using in-depth interview and analyzed by using analysis content. The data showed that teenager consumer were included into of habitual buyers, but teens did not have a sense of desire to be loyal to a brand smartphone because refrerence group may easily influence to them switch to another brand of smartphone. This study showed that factors, such as: price, application, quality, and technology made teenager consumer were tend to be loyal to the particular smartphone’s brand.

Keywords: Teenagers Consumer, Smartphone, Brand Loyalty

SARIPATI

Telekomunikasi seluler semakin berkembang serta volume penjualan telepon seluler pun mengalami peningkatan yang begitu signifikan terutama pada produk telepon selular smartphone. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan tentang smartphone merupakan salah satu faktor utama semakin maraknya pengguna telepon selular smartphone terutama dikalangan remaja pada saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku konsumen remaja usia 15-18 tahun dalam upaya membentuk loyalitas merek.

Penelitian ini melibatkan 11 responden dari konsumen remaja usia 15-18 tahun. Data diperoleh dengan wawancara mendalam dan dianalisis menggunakan analisi konten.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen remaja yang masuk dalam Habitual Buyer namun konsumen remaja tidak memiliki rasa keinginan untuk loyal pada suatu merek smartphone, karena responden remaja mudah terpengaruh dari rekomendasi orang lain untuk berpindah ke merek smartphone merek lain. Penelitian ini juga menunjukkan ada beberapa faktor yang membuat konsumen remaja untuk loyal pada merek produk smartphone seperti aplikasi, fitur, kualitas, dan teknologi.

(2)

PENDAHULUAN

Smartphone atau telepon pintar dapat diartikan sebagai telepon genggam yang memiliki kemampuan tinggi dengan fungsi menyerupai komputer dan sebuah telepon genggam dapat dikatakan smartphone apabila telepon genggam tersebut menggunakan sistem operasi tertentu dengan tujuan untuk memenuhi serta memudahkan segala kebutuhan masyarakat khususnya dalam hal komunikasi. Hal ini menjadikan telekomunikasi seluler semakin berkembang serta volume penjualan telepon seluler pun mengalami peningkatan yang begitu signifikan terutama pada produk telepon selular smartphone. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan tentang smartphone merupakan salah satu faktor utama semakin maraknya pengguna telepon selular smartphone terutama dikalangan remaja pada saat ini. Hal itu didukung dengan banyaknya pengguna smartphone dikalangan remaja di Indonesia, serta dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 1 Top Brand For Teen

2012 2013

BRAND TBI BRAND TBI

Blackberry 61.40% Blackberry 58.10%

Nokia 14.70% Samsung 14.00%

iPhone 11.00% Nokia 9.70%

Samsung 3.90% iPhone 8.10%

Nexian 3.00% Sony Ericsson 1.90%

Sony Ericsson 2.80% Smartfren 1.60%

Cross 1.30%

Sony Xperia 1.10%

Sumber : Majalah MARKETING (Edisi April 2012 dan Edisi April 2013)

Tabel 1 tersebut di atas menunjukan bahwa persentase Top Brand For Teen dicapai oleh beberapa brand smartphone dikalangan remaja seperti Blackberry, Samsung, Nokia, iPhone, Sony Ericsson, Smartfren, Cross, dan Sony Xperia. Kenaikan dan penurunan persentase dari tahun sebelumnya dijelaskan seperti berikut : Blackberry mengalami penurunan sebesar 3.3% dari total pengguna Blackberry pada tahun 2012 yang mencapai persentase 61.4%. Samsung mengalami kenaikan sebesar 10.1% dari total pengguna Samsung pada tahun 2012. Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa tingkat loyalitas merek konsumen remaja akan produk smartphone Blackberry menurun. Namun, hal ini tetap menjadikan smartphone Blackberry yang paling digemari di kalangan remaja.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nielsen mencatat pada bulan Juli 2012, diketahui bahwa jumlah remaja Amerika Serikat (AS) yang memiliki smartphone akan tumbuh lebih cepat dibandingkan pengguna usia dewasa. Hal ini ditemukan ada 58% remaja telah memiliki smartphone. Jumlah ini naik sebesar 36% bila dibandingkan dengan data yang dihimpun pada Juli 2011 (Hestya, 2012). Jadi, berdasarkan fakta ini tidak mengherankan remaja menempati urutan teratas sebagai konsumen smartphone di Amerika Serikat.

(3)

perempuan 31.279.012 jiwa. Dimana usia 10-14 tahun sejumlah 9.54%, usia 15-19 tahun adalah 9%, (http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=336&wid=0). Data ini dapat menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial bagi perusahaan smartphone, khususnya membidik pasar remaja sebagai target penjualan produk smartphone mereka. Irawan (2012), mengatakan pasar remaja adalah pasar yang diisi oleh konsumen yang variety seeker. Mereka ingin mencoba merek yang baru, relatif cepat bosan, dan berani mengambil risiko untuk sebuah merek yang tak dikenal sebelumnya. Hal ini pun dapat berpengaruh pada loyalitas merek konsumen remaja pada produk smartphone.

Kelompok remaja adalah segmen yang besar dari populasi, keadaan ini menunjukkan bahwa yang harus diperhatikan adalah kebutuhan remaja umur 10-24 tahun, kebutuhannya sangat bergantung pada beberapa karakteristik, disesuaikan dengan karakteristik individu, misalnya umur, aktivitas seksual, pendidikan yang diterima di sekolah dan status pekerjaan, seperti halnya posisi mereka pada umur-umur tersebut (Martaadisoebrata, Sastrawinata & Saifuddin, 2005). Usia remaja dibagi dalam tiga tahapan yaitu : remaja awal (12-15 tahun), remaja tengah (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun) (Monks, 2001). Menurut Freud (dalam Yusuf, 2004) masa remaja juga dikenal dengan masa strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi.

Remaja merupakan konsumen yang cenderung memiliki emosi yang belum stabil, sehingga memandang segala sesuatu pada emosinya. Seiring dengan perkembangannya, remaja memasuki tahap lebih bijaksana dan lebih mampu membuat keputusan sendiri pada usia 12-21 tahun. Hal ini meningkatkan kemandirian remaja dalam keputusan pembelian barang dan jasa, termasuk juga posisi nya sebagai konsumen. Dilain pihak, remaja memiliki karakteristik mudah terpengaruh, suka ikut – ikutan teman, tidak berfikir hemat dan tidak realistis (Hurlock, 1980). Karakteristik remaja ini juga berdampak pada loyalitas merek konsumen remaja pada produk smartphone.

Penelitian mengenai loyalitas merek sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Kalauz, Vranesevic, dan Tratnik (2011), dalam penelitiannya membahas hubungan antara beberapa jenis loyalitas remaja untuk merek pakaian dan kekuatan serta keinginan mereka pada loyalitas merek pakaian. Hasil penelitian menunjukan bahwa remaja memiliki loyalitas merek dan keinginan untuk loyal, namun relatif rendah. Getty (2013), dalam penelitiannya membahas pengaruh karakter kepribadian dan kepribadian merek terhadap loyalitas merek: studi empiris pada perspektif pengguna blackberry. Hasil penelitian ini menemukan bahwa hanya dua dimensi dari kepribadian merek yang memiliki pengaruh positif signifikan terhadap loyalitas merek Blackberry yaitu kegembiraan dan kecanggihan atau dengan kata lain bahwa karakter kepribadian berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas merek tidak sepenuhnya didukung.

Dari beberapa penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai remaja. Dalam fokus penelitan ini, peneliti meneliti loyalitas merek konsumen remaja pada produk smartphone. Serta untuk mengetahui sumber-sumber lain yang memengaruhi loyalitas merek pada remaja usia 15-18 tahun.

RUMUSAN MASALAH

(4)

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini untuk menggambarkan perilaku konsumen usia 15-18 tahun dalam upaya membentuk loyalitas merek produk smartphone.

KAJIAN PUSTAKA

Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen seperti yang didefinisikan oleh Schiffman dan Kanuk (2008) adalah proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan bertindak pasca mengkonsumsi produk. Dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan masyarakat dimana ia dilahirkan dan berkembang. Ini berarti konsumen berasal dari lapisan masyarakat atau lingkungan yang berbeda akan mempunyai penilaian, kebutuhan, pendapat, sikap, dan selera yang berbeda-beda, sehingga pengambilan keputusan dalam tahap pembelian akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (2007) terdiri dari:

1. Faktor Kebudayaan. Faktor kebudayaan mempunyai berpengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Faktor kebudayaan terdiri dari: budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli.

2. Faktor Sosial. Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta status sosial.

3. Faktor Pribadi. Faktor pribadi yang memberikan kontribusi terhadap perilaku konsumen terdiri dari: usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.

4. Faktor Psikologis. Kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu seperti kebutuhan yang diakui, harga diri, atau kebutuhan yang diterima oleh lingkungannya. Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.

Remaja

WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap dijelaskan sebagai berikut:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

(5)

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Ciri-ciri Remaja

Masa remaja usia 12-21 tahun merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode perkembangan yang lain. Ciri yang menonjol pada masa ini adalah individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang amat pesat, baik fisik, emosional dan sosial. Hurlock (1999) pada masa remaja ini ada beberapa perubahan yang bersifat universal, yaitu meningkatnya emosi, perubahan fisik, perubahan terhadap minat dan peran, perubahan pola perilaku, nilai-nilai dan sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Berikut ini dijelaskan satu persatu dari ciri-ciri perubahan yang terjadi pada masa remaja:

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anotomi dan aspek fisiologis, di masa remaja kelenjar hipofesa menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormon, seperti hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat kemasakan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormon kortikortop berfungsi mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, oestrogen, dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan pertumbuhan (Monks, 2001). Dampak dari produksi hormon tersebut (Atwater, 1992) adalah: (1) ukuran otot bertambah dan semakin kuat. (2) testosteron menghasilkan sperma dan oestrogen memproduksi sel telur sebagai tanda kemasakan. (3) Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar kemaluan, ketiak dan muka.

b. Perubahan Emosional.

Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak kanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja umumnya memiliki kondisi emosi yang labil pengalaman emosi yang ekstrem dan selalu merasa mendapatkan tekanan (Hurlock, 1999). Bila pada akhir masa remaja mampu menahan diri untuk tidak mengeksperesikan emosi secara ekstrem dan mampu memgekspresikan emosi secara tepat sesuai. dengan situasi dan kondisi lingkungan dan dengan cara yang dapat diterima masyarakat, dengan kata lain remaja yang mencapai kematangan emosi akan memberikan reaksi emosi yang stabil (Hurlock, 1999).

c. Perubahaan sosial

(6)

heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya.

Loyalitas Merek

Setiadi (2003) menjelaskan loyalitas merek sebagai sikap menyenangi suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu. Pada loyalitas merek, tidak ada lagi merek yang dipertimbangkan untuk dibeli selain merek produk yang sering dibelinya. Loyalitas merupakan hasil dari pembelajaran konsumen pada suatu entitas tertentu (merek, produk, jasa, atau toko) yang dapat memuaskan kebutuhannya (Arlan, 2006). Loyalitas merek merupakan komitmen konsumen yang dalam untuk melakukan pembelian ulang merek tertentu secara konsisten pada masa yang akan datang, tanpa tepengaruh dari adanya situasi dan usaha pemasaran dari merek lain yang dapat berpotensi membuat konsumen tersebut berpindah merek. Sehingga disimpulkan bahwa loyalitas mencakup adanya kesiapan untuk bertindak (dalam hal ini melakukan pembelian berulang) dan adanya resistensi terhadap merek alternatif (Arnould, Price & Zinkan, 2005).

Lamb, Hair, Daniel (2006) mengatakan kesetian pada merek (brand loyalty) adalah preferensi konsisten pada suatu merek melebihi merek lainnya, cukup tinggi dalam beberapa kategori produk. Loyalitas pun dapat diartikan sebagai suatu komitmen yang mendalam untuk melakukan pembelian ulang produk atau jasa yang menjadi prefensinya secara konsisten pada masa yang akan datang dengan cara membeli ulang produk yang sama meskipun ada pengaruh situasional dan usaha pemasaran yang dapat menimbulkan perilaku peralihan (Riana, 2008).

Dalam kaitannya dengan loyalitas merek suatu produk, didapat adanya beberapa tingkatan loyalitas merek. Adapun tingkat loyalitas merek tersebut adalah sebagai berikut : (Durianto, 2001)

a. Switcher (berpindah – pindah)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling tinggi. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian.

b. Habitual buyer (pembeli yang bersifat biasa)

Pembeli yang berada dalam tingkatan loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dapat membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

c. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peraliha) yang terkait dengan waktu, uang atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek.

(7)

Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh- sungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka pembeli biasanya didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality yang tinggi.

e. Committed buyer (pembeli yang komit)

Pada tahap ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Pada tingkatan ini, salah satu aktualitas loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain. Suatu produk dapat dibedakan dari produk lainnya dari segi merek (brand). Merek dapat dipakai sebagai alat untuk menciptakan pandangan tertentu dari para pembeli baik melalui periklanan maupun kegiatan promosi yang dilakukan. Apabila konsumen sudah mendapatkan bahwa merek yang dipakai pada saat ini dapat dipercaya, ini menjadi informasi penting baginya. Maka tidak ada inisiatif untuk mencari merek lain. Ia akan kembali dan membeli setiap kali kebutuhannya timbul dan loyal pada merek tersebut, walaupun pada suatu saat akan ada perubahan pada merek tersebut.

METODA PENELITIAN

Sampel dan Data Penelitian

Responden kunci yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen remaja usia 15-18 tahun terdiri dari 6 putra dan 5 putri yang menggunakan produk smartphone.

Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah data primer. Analisis dilakukan terhadap data non-angka seperti hasil wawancara dan bacaan dari buku-buku yang terkait dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview) untuk memperoleh data.

Dalam melakukan wawancara, pewawancara membawa pedoman yang hanya berisi garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap 11 (sebelas) remaja dengan usia 15-18 tahun dimana 11 responden remaja tersebut sudah merepresentasikan hasil pernyataan yang sama dari keseluruhan pertanyaan yang diajukan, agar dapat memperoleh informasi secara mendalam tentang loyalitas merek pada produk smartphone.

PEMBAHASAN

In-depth interview dilaksanakan pada 1-10 Mei 2014 dengan 11 responden. Pada proses wawancara tersebut moderator menggunakan video recording untuk merekam hasil pernyataan para responden remaja dengan durasi waktu wawancara 5-10 menit per setiap responden. Responden adalah remaja dengan usia 15-18 tahun. Tahap pertama dalam in-depth interview yaitu menanyakan usia responden remaja tersebut untuk mengetahui apakah remaja tersebut masuk dalam kategori usia 15-18 tahun. Setelah mengetahui usia responden remaja tersebut, lalu moderator memberikan pertanyaan yang kemudian ditanggapi oleh remaja dengan usia 15-18 tahun atau responden in-depth interview tersebut.

(8)

Dalam penelitian yang dilakukan pada 1-10 Mei 2014 dengan melibatkan 11 konsumen remaja sebagai narasumber, ditemukan hasil yang berbeda mengenai merek smartphone yang dipilih para konsumen remaja. Pada saat konsumen remaja diberikan pertanyaan mengenai apakah saat ini menggunakan smartphone, semua konsumen remaja menyatakan saat ini menggunakan smartphone. Setelah itu narasumber diberi pertanyaan mengenai smartphone apa yang digunakan saat ini dan sudah berapa lama menggunakan smartphone tersebut. Dari hasil pernyataan responden remaja, merek smartphone yang digunakan pun beragam seperti Blackberry, Samsung, maupun smartfren dengan lama pemakaian merek produk smartphone tersebut selama 3 tahun. Sebagian besar responden remaja tersebut menggunakan merek smartfren. Selanjutnya responden remaja diberikan pertanyaan mengenai apakah sebelum nya telah menggunakan smartphone, 3 responden remaja mengatakan sudah menggunakan smartphone sebelumnya yaitu responden 7, responden 9, dan responden 11. Berikut adalah beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh responden tersebut.

Waktu itu kalau ga salah Samsung galaxy mini (Responden 7)

“Sebelumnya Blackberry” (Responden 9) Pakai Blackberry (Responden 11)

Pertimbangan Remaja Usia 15-18 Tahun Dalam Penggunaan Smartphone

Adapun yang menjadi pertimbangan konsumen remaja dalam memilih produk smartphone. Dari hasil in-depth interview dengan 11 remaja sebagai responden menemukan ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan remaja dalam memilih smartphone seperti faktor harga produk, fitur dan aplikasi, serta rekomendasi dari orangtua dan teman.

1. Faktor Harga smartphone yang terjangkau. Kotler dan Amstrong (2001) mengatakan bahwa harga adalah jumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah nilai yang konsumen pertukarkan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh responden mengenai pertimbangan harga dalam memilih smartphone.

Mungkin karena iklan nya dahulu dan tertarik dengan yang ini, harga nya juga terjangkau, dan juga karena aplikasi nya(Responden 3)

Karena terbilang harga nya cukup murah dan kualitas nya pun mendukung (Responden 6)

“Ya, karena harga nya terjangkau dan spesifikasinya juga bagus dan tinggi”

(Responden 8).

2. Fitur dan Aplikasi juga menjadi pertimbangan responden remaja dalam memilih produk

smartphone. Kotler dan Amstrong (2004) mengatakan Fitur produk merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk satu dengan produk-produk pesaing, bahwa feature are competitive tool for diferentiating the company’s product from competitor’s product, yang artinya fitur adalah alat untuk bersaing yang membedakan produk suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Fitur produk identik dengan sifat dan sesuatu yang unik, khas dan istimewa yang tidak dimiliki oleh produk lainnya. Biasanya karakteristik yang melekat dalam suatu produk merupakan hasil pengembangan dan penyempurnaan secara terus-menerus. Berikut adalah beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh responden tersebut.

“Karena menurut saya smartphone ini hape yang canggih, terus banyak aplikasi -aplikasi yang membuat semua orang tertarik untuk memiliki. Dan juga karena fitur

dan aplikasi nya itu” (Responden 2).

(9)

Ya itu dulu karena sosial media dan fitur -fitur nya(Responden 9)

Dari faktor fitur dan aplikasi tersebut membuat sebagian besar konsumen remaja menggunaakan smartphone untuk sosial media (Facebook dan, Twitter), game, chating (BBM, Line, dan Wechat), berkomunikasi, foto, wifi dan mengerjakan tugas. Berikut adalah beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh responden tersebut.

“Biasanya kalau lagi bete, ya twitteran, facebookan, bbman, dan lagi banyak tugas

ya browsing2” (Responden 1)

“Ya bisa untuk jejaring sosial, bisa untuk mungkin bisa ngegame, bisa untuk foto

-foto yang di perlukan.” (Responden 8)

“Untuk berkomunikasi, buat chating, buat jejaring sosial, mungkin buat ngegame”(Responden 11)

Ada pun yang menjadi pertimbangan responden remaja dalam menggunakan smartphone juga disebabkan karena banyak teman yang sudah menggunakan, kecanggihan smartphone nya, kualitas yang tidak jauh berbeda dengan yang lain, kamera dan lebih praktis pada saat pemakaian. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan yang dikemukakan oleh responden 1, 6, 7 dan 5 berikut.

Ya, terutama banyak teman-teman yang pakai ini, bisa share-share tukaran aplikasi(Responden 1)

Semua kegiatan bisa dihendel pakai android dan kualitas tidak jauh beda dengan smartphone merek Samsung dan merek luar negeri lain(Responden 6)

Ya, lebih apa ya lebih praktis, mengikuti era zaman sekarang(Responden 7)

“Itukan aplikasi nya lebih bagus, kameranya juga lebih bagus terus banyak

aplikasi-aplikasi yang mendukung juga” (Responden 5)

Selain faktor diatas, ada beberapa konsumen remaja pun memilih merek smartphone berdasarkan rekomendasi dari orangtua dan teman.

3. Rekomendasi dari orangtua dan teman (Reference Group). Park dan Lessig (1977) menjelaskan bahwa reference group memberikan pengaruh dalam memberikan evaluasi, aspirasi, dan perilaku bagi diri individu. Terutama orang tua dalam peranannya sebagai opinion leader memperlihatkan “information giving behavior” (Hooley, 2008). Selain itu, reference group juga memberikan pembandingan atau referensi dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang (Kotler dan Armstrong, 2010). Berikut ada beberapa pernyataan dari responden tersebut mengenai rekomendasi yang mereka dapat.

Berdasarkan teman-teman, alasan nya karena sudah menjadi tren jadi kan pengen memiliki (Responden 2)

Iya iya soale nya dari orang tua merekomendasikan itu karena harga nya murah dari pada smartphone yang merek nya sony atau apa. Kalau dari temen-temen itu juga bujukan suruh beli yang ini. Kalau beli itu yang ini ini (Responden 5)

(10)

Loyalitas Merek Konsumen Remaja Usia 15-18 Tahun Terhadap Produk Smartphone Loyalitas merupakan hasil dari pembelajaran konsumen pada suatu entitas tertentu (merek, produk, jasa, atau toko) yang dapat memuaskan kebutuhannya (Arlan, 2006). Untuk mengukur loyalitas merek produk smartphone pada konsumen remaja dapat dikaitankan dengan beberapa tingkatan loyalitas merek. Adapun tingkat loyalitas merek tersebut sebagai berikut :

Switcher (berpindah-pindah)

Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling tinggi. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian (Durianto, 2001). Berdasarkan hasil pernyataan yang dikemukakan oleh semua responden. Ada pun konsumen remaja yang masuk dalam kategori switcher. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh responden tersebut.

“Tidak pengen mencoba merek yang lain” (Responden 11)

“Ya biar tahu merek lain itu lebih unggul atau ga, merek LG” (Responden 11)

“Karena temen saya memakai itu, dia juga bilang kalau lebih enak pakai itu. Lebih apa ya lebih unggul lah dalam hal kejelasan layar tampilan” (Responden 11)

Berdasarkan penyataan tersebut responden 11 termasuk dalam kategori konsumen switcher. Hal ini dikarenakan responden 11 merupakan seorang remaja yang sebelum nya sudah menggunakan merek smartphone Blackberry, sekarang ia menggunakan merek smartphone Samsung dan dalam sebuah pernyataan responden 11 juga ingin berganti atau mencoba merek lain yang jauh lebih bagus dari smartphone yang dipakainya serta kedepannya ia ingin berganti merek lain seperti merk LG.

Habitual buyer (pembeli yang bersifat biasa)

Pembeli yang berada dalam tingkatan loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut (Durianto, 2001). Berdasarkan hasil pernyataan yang dikemukakan oleh semua responden. Ada beberapa responden atau konsumen remaja yang masuk dalam kategori habitual buyer. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh responden tersebut.

Ya sangat puas karena sekarang smartphone ini sudah cukup canggih dibanding yang lainnya serta semua bisa dicari dari hape smartphone, aplikasi nya juga dapat dipasang dari hape ini banyak dan harapannya ya cukup bangga sih. (Responden 1)

Ya, terbilang saya cukup puas contoh nya kapasitas layar nya cukup besar, memori RAM nya sama kecepatan internet nya (Responden 6)

Ya cukup puas, karena itu dengan harga yang terjangkau dan memiliki spesifikasi dan fitur yang cukup tinggi (Responden 8)

(11)

“Ya sekarang kan hape smartphone sudah bisa dipakai buat bbman, ga perlu kita

beli hape blackberry yang mahal dan pakai smartphone ini juga sudah bisa”

(Responden 1)

Mungkin karena kecepatan internet nya smartfren kartu nya juga smartfren jadi kecepatan nya 2 kali lebih cepat dari pada yang lain(Responden 6)

Ya misalnya itu fitur-fitur nya banyak, spesifikasi-spesifikasi nya tinggi dan juga layar mantap untuk ngegame karena lebar layarnya itu merupakan salah satu faktor(Responden 8).

Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek (Durianto, 2001). Dalam hal ini tidak ada konsumen remaja yang termasuk dalam kategori satisfied buyer. Hal ini dikarenakan konsumen remaja belum bisa memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan). Berikut ini adalah pernyataan yang dikemukakan oleh responden tersebut.

Mungkin ada hape smartphone yang lebih bagus dari ini, kalau harga nya cukup tinggi. Cukup smartphone ini aja. Alasan nya juga dari faktor ekonomi juga untuk cari yang lebih bagus ga perlu cari yang lain, cukup ini saja. (Responden 1).

Likes the brand (menyukai merek)

Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh- sungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka pembeli biasanya didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh perceived quality yang tinggi. Berdasarkan hasil pernyataan yang dikemukakan oleh semua responden. Ada beberapa konsumen remaja yang masuk dalam kategori like the brand. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh responden mengenai hal-hal yang membuat mereka menyukai merek smartphone tersebut.

Senang sekali, lebih awet sama lebih berkualitas, Alasannya itu ya prosesor nya itu lebih cepat, yo praktis lah di bawa kemana -mana (Responden 7)

Selain pernyataan yang dikemukakan responden, sebagian besar konsumen remaja juga menyukai merek smartphone yang dipakainya. Karena konsumen remaja menyukai merek smartphone tersebut seperti kecanggihan dan fitur yang menarik, harga yang murah, fitur, aplikasi dan spesifikasinya.

Committed buyer (pembeli yang komit)

(12)

committed buyer. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh responden tersebut.

Ya sangat puas karena sekarang smartphone ini sudah cukup canggih dibanding yang lainnya serta semua bisa dicari dari hape smartphone, aplikasi nya juga dapat dipasang dari hape ini banyak dan harapannya ya cukup bangga sih. (Responden 1)

“Ya, setidaknya saya akan merekomendasikan ke orang lain” (Responden 1)

Ya selama hape smartphone ini masih canggih bakal tetap saya guna kan (Responden 1)

Kalau soal kesulitan jadi pindah ke merek lain ga akan, karena ya kalau kesulitan itu bisa di cari tahu penyebab gimana kesulitan nya. Tidak perlu pindah ke merek lain.(Responden 1)

Yang saya cari bukan murah nya tapi karena hape ku cukup modern untuk saat ini (Responden 1)

Mungkin ada hape smartphone yang lebih bagus dari ini, kalau harga nya cukup tinggi. Cukup smartphone ini aja. Alasan nya juga dari faktor ekonomi juga untuk cari yang lebih bagus ga perlu cari yang lain, cukup ini saja. (Responden 1).

Dan dari hasil in-depth interview yang dilakukan dengan 11 remaja sebagai responden, Berikut adalah beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh responden dalam menyukai smartphone yang ia pakai.

Karena menurut saya smartphone ini canggih, terus banyak aplikasi-aplikasi yang membuat semua orang tertarik untuk memiliki. Dan juga karena fitur dan aplikasi nya itu(Responden 2).

“Ya, terbilang saya cukup puas contoh nya kapasitas layar nya cukup besar, memori RAM nya sama kecepatan internet nya” (Responden 6)

“Ya menyukai nya karena dari aplikasi dan kecepatan browser” (Responden 11)

Sebagian besar konsumen remaja pun menemukan kepuasan saat pemakaian smartphone seperti kamera yang lebih bagus, game, dan aplikasi yang terdapat pada smartphone mereka. Berikut adalah beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh responden tersebut.

Ya sangat puas karena sekarang smartphone ini sudah cukup canggih dibanding yang lainnya serta semua bisa dicari dari hape smartphone, aplikasi nya juga dapat dipasang dari hape ini banyak dan harapannya ya cukup bangga sih. (Responden 1)

Sampai saat ini ya masih sih ya puas dalam hal kecepatan prosesor nya bisa terus lebih jelas kalau pakai mata tulisan nya besar -besar. (Responden 7)

Namun, ada juga konsumen remaja yang tidak menemukan kepuasan dalam menggunakan smartphone tersebut seperti mengakses internet yang terbatas dan lambatnya pemakaian pada saat mengakses aplikasi. Berikut beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh responden tersebut.

(13)

Enggak karena merek smartphone yang saat ini cukup terbatas, ada smartphone yang lebih bagus (Responden 10)

Berdasarkan pengalaman pada saat menggunakan merek smartphone yang dipakainya, ada beberapa responden remaja akan merekomendasikan merek yang mereka pakai ke orang lain.

Ya, ya kalau misalkan temen-temen yang lain kan ada yang suka smartfren andromax c dan juga banyak yang pakai jadi. Misalnya coba pakai yang ini aja lebih murah (Responden 5)

Ya, jadi misal nya saya mempunyai teman atau sodara yang membutuhkan smartphone saya akan apa itu..merekomendasikan. Ja di saya akan menjelaskan fitur-fitur yang dari smartphone saya jadi kelebihan-kelebihan nya sehingga menjadi tertarik membeli (Responden 8)

Dan juga ada pernyataan responden yang tidak akan merekomendasikan merek smartphone yang dipakainya karena smartphone yang mereka pakai mempunyai banyak kekurangan.

Ya enggak, soalnya mempunyai kekurang yang lumayan banyak (Responden 10)

Untuk kedepannya ada beberapa responden remaja tidak akan memilih merek smartphone yang sama karena mereka ingin mencoba merek lain.

Enggak, soalnya kan udah pengalaman yang kaya gitu kadang, aplikasi-aplikasi nya dari iklan kan kaya gini gini tapi kenyataan nya ada yang kurang. (Responden 5)

Enggak soalnya ada merek smartphone yang lebih bagus dan harga nya lebih murah, contohnya kaya Samsung. Mereknya kan lumayan lah harga nya pun ga terlalu mahal dan kualitas browsing atau internet nya bagus gtu (Responden 10)

Hal ini dikarenakan konsumen remaja tidak berniat terus menggunakan merek smartphone yang di pakai karena mereka sudah merasa bosan dengan fitur dan banyak kekurangannya

eee enggak soalnya selama dipakai banyak kekurangan nya dan keterbatasnnya (Responden 10)

Untuk saat ini tidak, ya sudah bosan karena fitur sama lama nya itu (Responden 9).

Dari pernyataan responden yang diungkapkan diatas menerangkan bahwa sebagian besar konsumen remaja masuk dalam kategori tingkatan loyalitas merek Habitual buyer (pembeli yang bersifat biasa) yang dimana konsumen remaja usia 15-18 tahun merupakan konsumen yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut namun konsumen remaja tidak memiliki rasa keinginan untuk loyal pada suatu merek smartphone, karena responden remaja mudah terpengaruh untuk berpindah ke merek smartphone merek lain. Kemudian jika dibandingkan dengan penelitian Kalauz, Vranesevic, dan Tratnik (2011) mendapatkan hasil yang berbeda, karena mereka mengatakan bahwa remaja memiliki loyalitas pada suatu merek dan keinginan untuk loyal, namun relatif rendah.

Pertimbangan Remaja Usia 15-18 Tahun Dalam Mempengaruhi Loyalitas Merek

(14)

“ya, Mungkin karena lebih canggih dari merek yang lama.” (Responden 2)

“Karena teknologi yang lebih bagus akan lebih menunjang dalam segala hal”

(Responden 3)

“Ya, karena masa sih menggunakan smartphone yang sudah jadul gini musti nya kan fitur nya yang lebih canggih.” (Responden 4)

“Iya kan aplikasi nya lebih bagus terus misal nya lebih cepet kan buat internet.”

(Responden 5)

“Ya karena pasti secara kan teknologi dan kualitasnya lebih bagus.” (Responden 7)

“Karena kalau ada yang lebih maju kenapa tidak, untuk sekarang ingin mengganti

merek smartphone dengan merek yang lain” (Responden 9)

“Ya karena kan semakin kezaman selanjut nya semakin canggih lah dan harga

murah cukupi memenuhi kegunaan teknologi yang sekarang dan berniat pengen

ganti merek Samsung.” (Responden 10)

“Mungkin ia alasan nya kalau teknologinya lebih bagus kenapa ga pindah aja.

Kalau teknologi nya sama dengan yang di pakai, tetap saya ga pindah”

(Responden 11)

Dari pernyataan yang diungkapkan responden ada beberapa faktor yang membuat konsumen remaja loyal pada merek produk smartphone seperti aplikasi, fitur, kualitas, dan teknologi yang lebih bagus mengenai merek produk smartphone yang digunakan. Akan tetapi dilihat dari pernyataan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa konsumen remaja tidak memiliki rasa keinginan untuk loyal pada suatu merek smartphone. Hal ini bisa dilihat dari sebagian besar responden remaja mudah terpengaruh untuk berpindah merek smartphone merek lain yang jauh lebih bagus secara teknologi. Pendapat ini juga didukung dengan pernyataan (Hurlock, 1980) yang mengatakan remaja merupakan konsumen yang cenderung memiliki emosi yang belum stabil, sehingga memandang segala sesuatu pada emosinya. Dilain pihak, remaja memiliki karakteristik mudah terpengaruh, suka ikut – ikutan teman, tidak berfikir hemat dan tidak realistis.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI

Simpulan

(15)

rekomendasi dari orangtua dan teman. Selain mendapat rekomendasi dari orangtua dan teman, konsumen remaja memilih merek smartphone berdasarkan keinginan sendiri juga.

Dengan kata lain sebagian besar konsumen remaja masuk dalam kategori tingkatan loyalitas merek Habitual buyer (pembeli yang bersifat biasa) yang dimana konsumen remaja usia 15-18 tahun merupakan konsumen yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut, namun konsumen remaja tidak memiliki rasa keinginan untuk loyal pada suatu merek smartphone, karena responden remaja mudah terpengaruh untuk berpindah ke merek smartphone merek lain yang jauh lebih bagus secara teknologi.

Implikasi Teoritis

Implikasi teoritis dari penelitian ini yang diharapkan dapat berguna bagi pengembangan teori yang ada adalah sebagai berikut. Penelitian ini mengungkapkan bahwa konsumen remaja usia 15-18 tahun merupakan konsumen yang puas dengan merek produk yang dikonsumsi namun konsumen remaja tidak memiliki rasa keinginan untuk loyal pada suatu merek smartphone, karena responden remaja mudah terpengaruh untuk berpindah ke merek smartphone merek lain. Kemudian jika dibandingkan dengan penelitian Kalauz, Vranesevic, dan Tratnik (2011) mendapatkan hasil yang berbeda, karena mereka mengatakan bahwa remaja memiliki loyalitas pada suatu merek dan keinginan untuk loyal, namun relatif rendah.

Implikasi Manajerial

Hasil dari penelitiaan dapat menjadikan pengembangan inovasi perusahaan terutama pada faktor fitur dan aplikasi pada produk smartphone agar dapat meningkatkan volume penjualan produk smartphone terutama dikalangan remaja.

Keterbatasan dan Saran

Keterbatasan penelitian ini adalah setiap responden remaja memiliki karakteristik yang berbeda dimana konsumen remaja laki-laki dan perempuan mempunyai perilaku berbeda dalam hal penggunan dan loyalitas merek smartphone. Serta faktor sosial seperti kondisi ekonomi yang dapat mempengaruhi pilihan produk pada konsumen remaja.

Dengan keterbatasan penelitian ini maka diharapkan penelitian mendatang akan menambah atau menganalisis data dengan menggunakan demografi (jenis kelamin) remaja laki-laki dan perempuan dan faktor sosial dalam item pertanyaan yang akan digunakan dengan pembedaan responden remaja laki-laki dan perempuan juga faktor sosial, diharapkan penelitian mendatang akan lebih mendalam membahas mengenai perilaku konsumen remaja dalam membentuk loyalitas merek.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Arlan Tjahyadi, Rully. 2006. “Brand Trust Dalam Konteks Loyalitas Merek: Peran karakteristik Merek,

Karakteristik Perusahaan Dan Karakteristik Hubungan Pelanggan-Merek.” Jurnal Manajemen,

Vol. 6, No.1

Arnould, E., Price, L., Zinkan, G. 2005. Consumers 2nd ed. Singapore: McGraw Hill/Irwin Atwater, E. 1992. Adolescence. Toronto Canada Inc: Prectice-Hall

Berg, Bruce L. 2007. Qualitative Research Methods for The Social Sciences. Boston: Pearson Education. Inc

Bungin, M. Burhan, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Dan Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT. Rajagrafinda Persada.

Bungin, M. Burhan, 2008. Penelitian kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu

(16)

Brusco, J.M (2010). Using Smartphone Application in Perioperative Practice. AORN Journal Vol.92/5, 503-508

Creswell, John W. 1994. Qualitative Inquiry and Reasearch Disign. Sage. California.

Deddy, Mulyana. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Durianto, Darmadi, Sugiarto, Tony Sitinjak, 2001, Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas

dan Perilaku Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Elizabeth, B. Hurlock. (1999). Perkembangan Anak (terjemahan) jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. Getty, Aaron Jali (2013) Pengaruh Karakter Kepribadian Dan Kepribadian Merek Terhadap Loyalitas

Merek: Studi Empiris Pada Perspektif Pengguna Blackberry. Yogyakarta. Megister Manajemen,

Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Hestya, Lidya Khaerani. 2012. http://telsetnews.com/51928/58-pengguna-smartphone-dari-kalangan-remaja/

Hooley (2008). Marketing Strategy and Competitive Positioning. UK: Pearson Prentice Hall

Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi ke lima. Jakarta : Erlangga

Irawan, Hadi. 2012. http://www.frontier.co.id/perilaku-digital-pasar-remaja. 6 Februari 2013

Kalauz, Vranesevic, dan Tratnik. 2011. The Clothing Brand Loyalty Of Teenagers: Diffrences Between

Loyalty and Desire To Be Loyal. International Journal of Management Cases. University of

Zagreb.

Kotler, Philip, dan Gary, Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Penerjemah Imam Nurmawan. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Kotler dan Amstrong, (2004), Prinsip-prinsip Marketing, Edisi Ketujuh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Kotler, P. dan Gary Armstrong. (2010). Principles of Marketing 13th Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall

Lamb, C. H, J. F., dan McDaniel, C. 2001, Pemasaran I,( Jilid I, Edisi I, edisi Indonesia), Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Lin, L.Y., (2010),”The relationship of consumer personality traits, brand personality and brand loyalty: an empirical study of toys and video games buyers”, Journal of Product & Brand Management,

Vol. 19 No. 1, pp. 4-17.

Martaadisoebrata, D., Sastrawinata, S., Saifuddin, B., (2005). Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi

Sosial, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo.

Miles, B.B., dan A.M. Huberman, 1992. Analisa Data Kualitatif, Universitas Indonesia Press. Jakarta. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (2001). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ompoeo, Aniyarti. 2009. ”Kepuasan Konsumen dan Loyalitas Merek Pada Produk ORIFLAME”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana : Salatiga.

Park, C. W. dan Lessig, V. P. (1977). Students and Housewives: Differences in Susceptibility to Reference Group Influence. The Journal of Consumer Research, Vol. 4, No. 2 (September). pp. 102-110. http://www.jstor.org/pss/2488716 (29 Mei 2014)

Riana, Gede. 2008. “Pengaruh Trust in a Brand Terhadap Brand Loyalty Pada konsumen Air Minum

Aqua Di Kota Denpasar.” Buletin Studi Ekonomi, Vol. 13, No.2

Santoso, Singgih. 2001, Statistik Non Parametrik, PT Elex Media Komoutindo, Jakarta

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sayekti Pujosuwarno. (1992). Petunjuk Praktis Pelaksanaan Konseling.. Yogyakarta: Menara Mas Offset.

Schiffman, Leon G dan Leslie L. Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Edisi Ketujuh. Jakarta: Indeks. Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen : konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian

Pemasaran. Jakarta: Prenada Media.

Williams, BK. dan Sawyer, SC. (2011). Using Information Technology : A Practical Introduction to

Computers & Communications, edisi 9th. The Mc Graw-Hill Companies Inc, New York.

Gambar

Tabel 1 Top Brand For Teen2013

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Adapun upaya yang dilakukan dalam evaluasi kinerja pengujian kendaraan bermotor jenis angkutan barang di dinas perhubungan kota sorong antara lain sebagai berikut

kaidah asba> b al-nuzu> l. Al-Syauka>ni> lebih berpegang pada al-ibrah} bi ‘umu> m al-lafaz}la>bi khus}u> s}al-sabab, sedangkan

Kajian Pustaka Pada bab ini memberikan kajian teori yang menjadi landasan masalah yang akan dibahas dan sebagai bahan dalam proses penelitian, yaitu matriks, vektor, jaringan

Hasil pembobotan yang telah dibuat didapat prosentase pelaksanaan lebih dari 75% atau termasuk dalam kriteria I (75%-100%) sehingga dapat dikatakan bahwa

a. Dengan tulisan ini juga dapat diketahui macam-macam bentuk z}ulm sebagaimana yang diperkenalkan oleh Nabi, dengan mengumpulkan dan mengkaji hadis-hadis tentang z}ulm

yang juga menyebabkan kurangnya minat mahasi wi Cina dan juga India untuk melibatkan diri di dalam pilihanraya kampus, Jika dilihat seC81'8 jel.. m nunj yang pilibanraya kampus

We hypothesised that (1) LR would decompose faster in a southern site with higher temperature sum compared to that of a northern site, (2) LR would affect soil organic

Kepastian hukum merupakan salah satu bentuk tujuan hukum yang sangat penting untuk diimplementasikan, berdasarkan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 Negara Indonesia adalah Negara Hukum,