• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan semigrup admit2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "laporan semigrup admit2"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Struktur ring (gelanggang) R adalah suatu himpunan R yang kepadanya didefinisikan dua operasi biner yang disebut penjumlahan dan pergandaan yang memenuhi aksioma-aksioma tertentu, yaitu: terhadap operasi penjumlahan membentuk grup abelian, terhadap operasi pergandaan membentuk struktur semigrup dan memenuhi sifat distributif kiri maupun kanan. Ring disebut ring komutatif jika terhadap operasi pergandaannya, bersifat komutatif.

Himpunan matriks ordo n atas ring R komutatif, yang selanjutnya dinotasikan dengan Mn n R , membentuk struktur ring terhadap operasi penjumlahan matriks dan operasi pergandaan matriks baku. Himpunan bagian dari

R

Mn yaitu himpunan matriks di Mn R yang invertibel yang selanjutnya dinotasikan dengan Gn R , yaitu: Gn R A Mn R Ainvertibel merupakan semigrup dari Mn R terhadap operasi pergandaan matriks baku ( Kemprasit & Siripitukdet: p. 409 )

Dari sifat matriks Mn R diperoleh bahwa matriks A Mn R invertibel jika dan hanya jika detA U(R), dengan U(R) adalah himpunan semua unit di R. Dengan kata lain A Mn R invertibel jika dan hanya jika detA invertible di R

(Brown :p.16 ). Dengan demikian, himpunan Gn R dapat dinyatakan sebagai:Gn R A Mn R detA invertibeldiR . Selanjutnya himpunan

1 A R

M

A n det Gn R , dan jika R merupakan lapangan, maka himpunan

R

Gn A Mn R detA 0 . Sifat determinan yang lain , antara lain:

B A AB) det .det

det( untuk setiap A,B Mn R dan detA 1 (det A) 1 untuk setiap A Mn R ( Brown : p.16 ).

Untuk suatu semigrup S, S0 S jika semigrup S memuat elemen nol dan

S

S0 0 jika semigrup S tidak memuat elemen nol. Suatu semigrup S

dikatakan admit struktur ring jika terdapat suatu operasi + pada S0 sedemikian sehingga S0, ,. membentuk struktur ring ( Kemprasit & Siripitukdet : p.409 ). Dari definisi tersebut, maka semigrup Mn R merupakan admit struktur ring

(2)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik subsemigrup Mn R yang memuat himpunan matriks yang determinannya nol ?

2. Bagaimana karakteristik subsemigrup Gn R maupun himpunan bagian dari

R

Gn , yaitu himpunan semua matriks yang determinannya 1?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menyelidiki sifat subsemigrup Mn R yang memuat himpunan matriks yang determinannya nol

2. Menyelidiki sifat subsemigrup Gn R maupun himpunan bagian dari Gn R , yaitu himpunan semua matriks yang determinannya 1

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membuka wawasan bagi peneliti lain terutama dalam mengkaji struktur semigrup matriks atas ring ‘admit’ struktur ring, yang merupakan semigrup dengan elemen-elemnnya matriks atas ring yang di dalamnya dapat didefinisikan suatu operasi jumlah sedemikian sehingga membentuk struktur ring. . Selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber ide yang dapat dikembangkan oleh peneliti lain.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi literatur. Seperti pada penelitian demikian, maka dalam penelitian ini ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Dipelajari tentang definisi dan sifat struktur gelanggang 2. Dipelajari tentang definisi dan sifat matriks atas gelanggang 3. Dipelajari tentang definisi dan sifat semigrup

4. Dipelajari tentang definisi semigrup ‘admit’ struktur gelanggang.

5. Dikaji tentang karakteristik subsemigrup Mn R dengan determinannya nol maupun suatu ideal dalam Mn R

(3)

3 BAB II

LANDASAN TEORI

Untuk keperluan dalam pembahasan masalah yang telah diangkat pada rumusan masalah sebelumnya, maka perlu didukung definisi ring (gelanggang) sebagai berikut :

Definisi 2.1. ( Adkins : p. 49 ) Ring (R,+ ,. ) adalah suatu himpunan R bersama dengan dua operasi biner + : RxR R ( penjumlahan ) dan . :RxR R ( pergandaan ) yang memenuhi aksioma sebagai berikut:

(a) ( R,+ ) merupakan grup abelian (b) a.(b.c) = (a.b).c ( asosiatif)

(c) a.(b + c) = a.b + a.c dan (a + b).c = a.c + b.c ( distributif kanan dan kiri )

Ring R dikatakan komutatif, jika terhadap operasi pergandaannya bersifat komutatif, dan dikatakan mempunyai elemen satuan jika terdapat 1 R sedemikian sehingga a.1= 1.a= a.. Suatu elemen a R dikatakan mempunyai invers b R jika berlaku a.b= b.a= 1. Suatu ring disebut lapangan ( field ) jika komutatif, mempunyai elemen satuan dan setiap elemen tak nolnya mempunyai invers.

Dalam mempelajari suatu struktur aljabar, senantiasa dipelajari suatu sub strukturnya, yang didefinisikan atas himpunan bagiannya. Dalam hal ini, diberikan definisi tentang sub ring sebagai berikut:

Definisi 2.2. ( Adkins : p. 51) Misalkan S himpunan bagian dari ring R, himpunan S dikatakan sub ring dari R jika terhadap operasi biner yang sama pada

R , S membentuk ring.

Matriks yang entri-entrinya anggota suatu ring, disebut matriks atas ring, yang dinotasikan dengan Mnxn( R ). Dalam hal ini ringnya adalah ring komutatif. Untuk mencari determinan matriks atas ring komutatif analog dengan cara mencari determinan suatu matriks atas lapangan. Beberapa hal terkait dengan matriks atas ring diberikan dalam definisi, teorema maupun lemma sebagai berikut:

(4)

(a) a cof (A) ikdet(A)

n

1 j

kj

ij , i,k= 1,2,…,n

(b) a cof (A) jkdet(A)

n

1 i

ik ij

dengan cof adalah kofaktor matriks A.

Teorema di atas berguna dalam menentukan determinan suatu matriks dengan menggunakan ekspansi kofaktor dari matriks yang bersangkutan. Selanjutnya diberikan sifat – sifat matriks atas ring, terkait dengan determinannya:

Teorema 2.2. ( Brown : p.16 ) Diberikan A= (aij) Mnxn( R), berlaku: A adj(A) = adj (A). A = det (A). In , dengan Adj(A)ij cofij(A)

Selanjutnya, teorema berikut secara eksplisit memberikan syarat cukup dan perlu suatu matriks atas ring mempunyai invers, atau invertibel:

Teorema 2.3. ( Brown : p. 18 ) Diberikan A= (aij) Mnxn( R), maka A invertibel jika dan hanya jika det(A) adalah unit di R.

Teorema berikutnya menyajikan sifat determinan yang lain, terkait dengan determinan matriks tranposenya:

Teorema 2.4. ( Brown : p. 18 ) Diberikan A= (aij) Mnxn( R), maka

) det( )

det(A At

Berikut diberikan definisi rank matriks atas ring, yang secara spesifik diberikan sebagai berikut:

Definisi 2.3. ( Brown : p. 18 ) Diberikan A= (aij) Mnxn( R), Rank dari matriks A adalah bilangan integer sebagai berikut: rank(A) max t AnnR(It(A)) 0

Teorema berikut memberikan sifat determinan suatu matriks terkait dengan rank matriksnya:

Teorema 2.5. ( Brown : p.18 ) Misalkan A Mn n(R), rank(A) n jika dan hanya jika det(A) Z(R)

(5)

5

Teorema 2.6.( Brown : p. 19) Misalkan A Mn n(R) ,sistem persamaan linear homogen AX O mempunyai penyelesaian non trivial jika dan hanya jika

n A rank( ) .

Untuk pengertian dasar dan sifat-sifat semigrup dirujuk pada Howie yang selengkapnya diberikan sebagai berikut:

Definisi 2.4. ( Howie: p.1 ) Himpunan tak kosong S yang dilengkapi dengan operasi biner “ ” dikatakan semigrup jika bersifat asosiatif yaitu :

S z y

x, , (x y) z x (y z)

Definisi 2.5. ( Howie: p.1 ) Misalkan S suatu semigrup. Himpunan bagian tak kosong T dari S dikatakan semigrup bagian dari S jika T tertutup terhadap operasi binernya.

Selanjutnya diberikan definisi elemen reguler maupun semigrup reguler yang didefinisikan sebagai berikut:

Definisi 2.6. ( Howie:p.44 ) Misalkan S, semigrup. Elemen a di S disebut elemen reguler jika terdapat x S sedemikian sehingga a x a a. Semigrup S

disebut semigrup reguler jika setiap elemen di dalam S adalah elemen reguler .

Semigrup S dengan elemen satuan, jika terdapat elemen e S, sedemikian sehingga e a a e a untuk setiap a S. Selanjutnya, b S disebut elemen kesatuan (unit ) kiri di S jika terdapat a S sehingga ba e, dan merupakan elemen kesatuan (unit ) kanan jika terdapat a S sehingga a b e.

Definisi 2.7. ( Kemprasit& Siripitukdet: p. 409) Diberikan S adalah semigrup, maka S0=S jika S memuat elemen nol, dan S0=S 0 jika S tidak memuat elemen nol.

Definisi 2.8. ( Kemprasit& Siripitukdet: p. 409) Semigrup S disebut „admit

(6)

BAB III PEMBAHASAN

Untuk suatu matriks A Mn R dan i, j:1,2,...,n, Aij menotasikan elemen dari matriks A pada baris ke-i dan kolom ke j. Untuk k,l:1,2,...,n, didefinisikan suatu matriks Ekl, dengan entri-entrinya didefinisikan sebagai berikut:

lain yang untuk 0 l j i k jika 1

Eijkl ,

Dapat diberikan beberapa contoh webagai berikut:

0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11       E 0 0 0 0 0 1 0 0 0 21        E

Sehingga matriks Ekl selalu memuat kolom maupun baris nol. Dengan demikian matriks ini selalu memenuhi detEkl 0 untuk semua k,l:1,2,...,n ( Kemprasit, Y & Siripitukdet, M: 409).

Pada awalnya , akan diberikan teorema untuk menunjukkan bahwa tidak ada semigrup S yang memuat matriks-matriks di Mn R yang determinannya nol, yaitu

0 A R

M

A n det S Mn R , yang merupakan semigrup admit struktur ring.

Teorema 3.1. Misalkan S adalah sub semigrup dari Mn R yang memuat setiap matriks A Mn R dengan detA 0. Jika S admit struktur ring , maka S=Mn R .

Bukti:

Dari definisi matriks Ekl di atas, diperoleh bahwa detEkl 0 untuk setiap

n 3 2 1 l

k, : , , ,..., , sehingga Ekl S. Diketahui S admit struktur ring, sehingga dapat diasumsikan terdapat suatu operasi pada S sedemikian sehingga S, ,.

membentuk struktur ring dimana '.' adalah operasi perkalian pada S. Selanjutnya ditunjukkan bahwa S=Mn R .

Misalkan matriks B,C Mn R yang didefinisikan sebagai berikut:

(7)

7

Diperoleh bahwa detB 0 dan detC 0. Dengan demikian B,C S. Diketahui S

admit struktur ring, maka B C S.

Selanjutnya, diperoleh juga bahwa:

1 0 0 0 0 0 0 0 0 Enn ... ... ... ... ... ... ... Sehingga dipenuhi: nn CE nn n 2 n 1 A 0 0 A 0 0 A 0 0 ... ... ... ... ... ... ... 1 0 0 0 0 0 0 0 0 ... ... ... ... ... ... ... nn n 2 n 1 A 0 0 A 0 0 A 0 0 ... ... ... ... ... ... ... C dan nn BE 0 A A 0 A A 0 A A 1 n n 1 n 1 n 2 21 1 n 1 11 , , , ... ... ... ... ... ... ... 1 0 0 0 0 0 0 0 0 ... ... ... ... ... ... ... 0

Serta CEkl 0, k:1,2,3,...,n 1

Sehingga berlaku: C C 0 CE BE E C

B nn nn nn , dan

kl kl kl kl kl BE 0 BE CE BE E C

B untuk setiap k:1,2,3,...,n 1

Sehingga untuk i:1,2,3,...,n, berlaku:

in in in nn n 1 k nn kn ik

in B C E B C E C A

C B

Untuk i:1,2,3,...,n dan j:1,2,3,...,n 1, berlaku:

1 i 1 j n 1 k 1 j 1 k ik

ij B C E B C E

C B 1 i 1 j BE ij ij n 1 k 1 j 1 k

ikE B A

B

Konsekuensinmya, A B C Mn R

Sebagai akibatnya, subsemigrup A Mn R detA 0 dari semigrup Mn R

(8)

penjumalahan yang didefinisikan pada A Mn R detA 0 sedemikian sehingga

0 A R

M

A n det membentuk struktur ring. Sifat tersebut selengkapnya diberikan pada akibat sebagai berikut:

Akibat 3.1. Subsemigrup A Mn R detA 0 dari semigrup Mn R bukan merupakan admit struktur ring.

Bukti:

Akan dibuktikan dengan kontraposisinya:

Misalkan himpunan T A Mn R detA 0 merupakan admit struktur ring, jelas bahwa T memuat semua matriks di Mn R yang determinannya nol. Menurut Teorema 3.1, maka berakibat T Mn R . Hal ini kontradiksi dengan yang diketahui bahwa T A Mn R detA 0 Mn R , karena tidak semua matriks di

R

Mn determinannya nol.

Lema berikut menyatakan salah satu sifat semigrup Mn(R),. , dengan R adalah daerah integral dengan karakteristiknya tidak sama dengan dua, yang akan berguna untuk pembuktian pada teorema selanjutnya:

Lema 3.1. ( Yupaporn & Siripitukdet: 410 ). Misalkan R adalah daerah integral dengan karakteristiknya tidak sama dengan dua. Jika A Mn(R)sedemikian sehingga AB BA untuk setiap B Mn(R) dengan detB 1, maka A a I untuk suatu a R dimana I adalah matriks identitas n n atas R.

Bukti:

Untuk membuktikan lema ini, maka untuk setiap k 1,2,...,n dibentuk suatu matriks

) (

) (

R M

C k n , dengan entri-entrinya didefinisikan sebagai berikut:

lain yang untuk , 0

jika , , 1

jika 1

) (

k j i

k j i Cijk

(9)

9 1 ... 0 0 ... ... .... .... 0 ... 1 0 0 ... 0 1 ) 1 ( C , 1 ... 0 0 ... ... .... .... 0 ... 1 0 0 ... 0 1 ) 2 (

C dan

1 ... 0 0 ... ... .... .... 0 ... 1 0 0 ... 0 1 ) (n C .

Dengan demikian diperoleh: detC(k) 1 untuk setiap k 1,2,...,n. Menurut yang diketahui, maka dipenuhi: AC(k) C(k)A untuk setiap k 1,2,...,n. Selanjutnya, jika

n j

i, 1,2,..., dan i j diperoleh:

ij n k j kj ik ij

j A C A

AC 1 ) ( ) (

dan n ij

k kj

j ik ij

j A C A A

C 1 ) ( ) (

Dengan demikian diperoleh Aij Aij, atau 2Aij 0. Dengan mengingat Aij R

dan R adalah daerah integral dengan karakteristik tidak sama dengan dua, maka

persamaan tersebut hanya dipenuhi untuk Aij 0 untuk setiap i,j 1,2,...,n dan

j

i .

Selanjutnya, untuk setiap k 1,2,...,n dibentuk suatu matriks D(k) Mn(R) dengan entri-entrinya didefinisikan sebagai berikut:

la in ya ng untuk k j i jika j i jika Dijk

0 , 1 1 1 ) ( Sehingga: 1 ... 0 0 ... ... ... ... 0 ... 1 0 0 ... 0 1 ) 1 ( D , 1 ... 0 0 ... ... .... .... 0 ... 1 0 0 ... 1 1 ) 2 ( D ,… 1 ... 0 0 ... ... .... .... 0 ... 1 0 1 ... 0 1 ) (n D .

Sehingga detD(k) 1 untuk setiap k 1,2,...,n. Menurut yang diketahui, maka dipenuhi: AD(k) D(k)A untuk setiap k 1,2,...,n, dan diperoleh juga:

ii n k i ki ik ii

i A D A

AD

1 ) ( )

( dan

ii n k ki i ik ii

i A D A A

D 1 ) ( ) (

Sehingga diperoleh A11 A22 ... Ann.

Dari kondisi Aij 0 untuk i j dan A11 A22 ... Ann, maka :

I A A A A A

A 11 11

11 11 11 1 ... 0 0 ... ... ... ... 0 ... 1 0 0 ... 0 1 ... 0 0 ... ... ... ... 0 ... 0 0 ... 0

Sehingga A a I, dengan a A11.

(10)

Sudah dijelaskan di depan bahwa Mn(R),. membentuk semigrup. Sementara itu, dari himpunan Mn(R) dapat dibentuk suatu himpunan bagian, yaitu himpunan semua matriks di Mn(R) yang mempunyai invers, atau invertibel. Selanjutnya himpunan tersebut dinotasikan dengan Gn(R), sehingga

) (R

Gn A Mn(R) A invertibel . Himpunan ini merupakan sub semigrup dari

),. (R

Mn .

Teorema 3.2. ( Yupaporn & Siripitukdet: 411 ) Misalkan R adalah daerah integral dengan karakteristiknya tidak sama dengan dua. Jika S sub semigrup dari Gn(R)

yang memuat semua matriks A Gn(R) dengan det A 1, maka S bukan semigrup admit struktur ring.

Bukti:

Misalkan terdapat operasi biner pada S0 sedemikian sehingga S0, ,.

membentuk suatu ring. Jelas bahwa detI 1, sehingga I S dengan I adalah matriks identitas dengan ukuran n n atas daerah integral R. Sehingga terdapat matriks A S sedemikian sehingga dipenuhi I A 0. Sehingga untuk setiap

S

B berlaku:

BA B A I B B

A I AB

B ( ) 0 ( )

Hal ini berakibat AB BA untuk setiap B S. Dengan menggunakan Lema 2.1, maka dipenuhi A a I untuk suatu a R. Dengan demikian dipenuhi I a I 0. Selanjutnya dibentuk C Mn(R), dengan entri-entrinya didefinisikan sebagai berikut:

lain yang untuk

j i jika

j i jika

j i jika

Cij

, 0

3 ,

1

1 , 2 ,

1

2 , 1 ,

1

(11)

11

1 0

0 0

0 1

0 0

0 0

0 1

0 0

1 0

     

  

C

Jelas bahwa C I,C aI,C2 I,detC 1, sehingga C S. Diketahui bahwa

0 a I

I dan C a I, sehingga dipenuhi I C 0. Diketahui bahwa S sub semigrup dari Gn(R), sehingga:

C I I C C C C I

C( ) 2

Dipenuhi I C 0, sehingga persamaan tersebut hanya dipenuhi C I. Hal ini kontradiksi dari yang dibentuk.

■ Akibat dari Teorema 3.2 menyatakan bahwa grup Gn(R) dan sub grup Gn(R), yaitu himpunan matriks di Gn(R) yang determinannya adalah 1 bukan merupakan semigrup admit struktur ring. Selengkapnya diberikan sebagai berikut:

Akibat 3.2 Jika R adalah daerah integral dengan karakteristik tidak sama dengan dua, maka Gn(R) dan sub grup Gn(R), yaitu himpunan matriks di Gn(R) yang determinannya adalah 1 bukan merupakan semigrup admit struktur ring.

Bukti:

Diketahui Gn(R) suatu grup, maka dengan sendirinya merupakan semigrup, yang sekaligus merupakan sub semigrup trivialnya. Diketahui pula Gn(R)

memuat U A Gn(R) detA 1 . Sehingga menurut Teorema 2.1 berakibat

) (R

Gn bukan merupakan semigrup admit struktur ring.

Diketahui U A Gn(R) detA 1 suatu sub grup, maka dengan sendirinya merupakan sub semigrup. Jelas bahwa U memuat semua matriks dengan determinannya 1. Sehingga menurut Teorema 2.1 berakibat

U A Gn(R) detA 1 bukan merupakan semigrup admit struktur ring.

(12)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas disimpulkan bahwa:

1. Misalkan S adalah sub semigrup dari Mn R yang memuat setiap matriks A Mn R dengan detA 0. Jika S admit struktur ring , maka S=Mn R . 2. Subsemigrup A Mn R detA 0 dari semigrup Mn R bukan merupakan

admit struktur ring

3. Misalkan R adalah daerah integral dengan karakteristiknya tidak sama dengan

dua. Jika S sub semigrup dari Gn(R) yang memuat semua matriks A Gn(R)

dengan det A 1, maka S bukan semigrup admit struktur ring.

4. Jika R adalah daerah integral dengan karakteristik tidak sama dengan dua, maka

) (R

Gn dan sub grup Gn(R), yaitu himpunan matriks di Gn(R) yang determinannya adalah 1 bukan merupakan semigrup admit struktur ring.

B. Saran

(13)

13 BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Adkins, Weintraub. 1992. Algebra: An Approach via Module Theory. Spinger – Verlag, New York.

Brown, W.C. 1992. Matrices Over Commutative Rings. Marcel Dekker, Inc, New York.

Howie. J.M, 1976. An Introduction to Semigroup Theory. Academic Press, Ltd. London

Kemprasit, Y & Siripitukdet. 2002. Matrix Semigroups Admitting Ring Structure.

Referensi

Dokumen terkait

DANA ALOKASI KHUSUS BOP PENDIDIKAN KESETARAAN.. DANA ALOKASI KHUSUS BOP MUSEUM

Sementara apabila dibandingkan dengan hari sebelum hujan, dengan kondisi atmosfer yang juga cenderung menunjukkan konveksi sedang, berarti bahwa dilihat dari

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Analisis Penetapan Harga Jual Rumah Menggunakan Metode Hedonic Price Pada Perumahan Tipe Menengah Di Kota

Hasil uji statistik dengan menggunakan wilcoxon test didapat nilai p value 0,009 untuk nilai GCS sebelum dan nilai p value 0,009 untuk nilai GCS sesudah dilakukan

Adanya hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh dengan keteraturan siklus menstruasi relevan dengan penelitian Asniya, yang menyatakan hasil penelitian mengenai

Pertanyaan ini akan menggali nilai-nilai (value) calon staf atau relawan terhadap program intervensi. Kompleknya permasalahan di isu HR dan HIV, menuntut para pekerja yang

Aktivitas spesifik CMCase (Tabel 1) sebelum dan setelah proses pengendapan tidak mengalami peningkatan besar yaitu enzim pekat 7,43±0,417 U/mg dan ekstrak kasar sebesar

Kadar Thiol (R-SH) merupakan indikasi penting yang berhubungan dengan kerentanan fisiologis lateks terutama pada kejadian kering alur sadap (KAS) (Sumarmadji et al. ,