KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
2.1.
KONSEP PERENCANAAN & PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN CIPTA KARYA
Sesuai arahan Dirjen Cipta Karya, Rencana Tata Ruang Wilayah menjadi panglima bagi
pemerintah di semua tingkat dalam membangun infrastruktur permukiman pada nasional, regional,
kabupaten/kota, kawasan, hingga yang paling kecil, lingkungan/komunitas. Sudah saatnya
pembangunan infrastruktur permukiman melalui keterpaduan dengan pendekatan berbasis kawasan
dan entitas yang mengacu pada tata ruang.
Kedepan, Cipta Karya akan memprioritaskan program/kegiatannya pada kabupaten/kota
strategis nasional. Kabupaten/kota tersebut yang tercakup dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam
kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI). Kabupaten/kota tersebut juga
telah memiliki Perda RTRW dan tergabung dalam Program Kota Hijau, Kota Pusaka, dan Perdesaan
Lestari dan telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas di bidang Cipta Karya
berupa Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota. Direktorat Jenderal
Cipta Karya juga mendukung kabupaten/kota dalam pemenuhan Standart Pelayanan Minimal (SPM)
bagi kabupaten kota yang telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas, memiliki
komitmen tinggi dan responsif program serta usulan-usulan daerah yang bersifat inovasi baru
(creative program) bagi kab/kota yang berprestasi.
RPIJM Kab/Kota merupakan dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya dalam periode 5 (lima) tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota maupun oleh masyarakat/swasta.
RPIJM Kab/Kota disusun mengacu pada rencana spasial dan sektoral dalam rangka mewujudkan
pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan.
Konsep Perencanaan
Bidang Cipta Karya
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Program/kegiatan Cipta Karya yang berjalan saat ini belum sepenuhnya sesuai dengan arahan
strategis dari penataan ruang dan strategis sektoral. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan
yang konsisten dan terus menerus oleh pemerintah dan pemerintah daerah (Provinsi dan Kab/Kota)
untuk menghasilkan dokumen RPIJM Kab/Kota yang berkualitas sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan.
Konsep perencanaan dan pelaksanaan program Ditjen Cipta Karya kedepan secara terpadu
disusun mengacu pada rencana spasial dan sektoral dalam rangka mewujudkan pembangunan
infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan serta untuk menyamakan dan memantapkan
pemahaman tentang keterpaduan dokumen perencanaan bidang Cipta Karya; serta meningkatkan
kualitas perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya yang mengedepankan keterpad uan
program berbasis penataan ruang. Dengan demikian Rencana Program Infrastruktur Jangka
Menengah (RPIJM), secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi yang ada agar dapat
mendorong pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas
pelayanan infrastruktur permukiman yang sesuai dengan kebutuhan nyata agar dapat dicapai,
gambar 2.1.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
2.2.
AMANAT PEMBANGUNAN NASIONAL
2.2.1. RPJP Nasional 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007)
Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang -Undang tentang RPJP Nasional
Tahun 2005–2025 adalah untuk : (a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan
dalam pencapaian tujuan nasional, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan
sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara
Pusat dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan
sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkan
partisipasi masyarakat.
Sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005–2025, Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah: INDONESIA
YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dalam mewujudkan visi pembangunan
nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) Misi yang dijabarkan ke dalam
sasaran pokok berdasarkan tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 yaitu
mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap
pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Ne gara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang -Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun1945. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian PU,
maka tugas Kementerian PU yang secara eksplisit dinyatakan di dalam
sasaran-sasaran pokok dan arahan pembangunan nasional secara lengkap dapat dilihat pada
Tabel 2.1. Adapun tahapan dan skala prioritas utama dalam RPJPN untuk RPJM tahap ke -2
(2010 – 2014) untuk bidang pekerjaan umum dan permukiman adalah :
a. Kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel
makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum
di semua tingkatan pemerintahan.
b. Kesejahteraan rakyat terus meningkat yang ditunjukkan dari menurunnya angka
kemiskinan dan tingkat pengangguran, menurunnya kesenjangan kesejahteraan
antarindividu, antarkelompok masyarakat, dan antardaerah, dan dipercepatnya
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
c. Daya saing perekonomian meningkat antara lain melalui percepatan pembangunan
infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia
usaha yang antara lain didukung oleh pengembangan jaringan infrastruktur
transportasi, pengembangan sumber daya air dan pengembangan infrastruktur
perumahan dan permukiman.
d. Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber
daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang ditandai dengan
berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan
hidup, menguatnya partisipasi aktif masyarakat; mantapnya kelembagaan dan
kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan;
dan yang didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta
konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen
perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
2.2.2. RPJM Nasional 2010-2014 (Perpres No. 5 Tahun 2010)
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun
2005-2025 yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang RPJPN,
Visi Pembangunan Nasional jangka panjang adalah terwujudnya Indonesia yang Mandiri,
Maju, Adil, dan Makmur.
Kerangka visi Indonesia 2014 dalam RPJM Nasional 2010-2014 adalah: TERWUJUDNYA
INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN. Kerangka visi
Indonesia 2014 ditekankan pada :
1. Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui
pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing,
kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan
penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis,
berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebeb asan yang bertanggung jawab
serta hak asasi manusia.
3. Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh
seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa
Indonesia.
2.2.2.1.Misi Pemerintah Tahun 2010-2014
Misi pembangunan 2010-2014 merupakan rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan
untuk mencapai visi Indonesia 2014 dan tidak dapat terlepas dari kondisi serta
tantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu 2010-2014 yang
mempengaruhinya. Misi pemerintah dalam periode 2010-2014 diarahkan untuk
mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai dan meletakkan fondasi
yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis. Usaha-usaha perwujudan visi
Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam misi pemerintah tahun 2010-2014 sebagai berikut.
1. Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera.
2. Memperkuat pilar-pilar demokrasi.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014, ditetapkan lima
agenda utama pembangunan nasional tahun 2010-2014, yaitu :
1. Agenda pertama, pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.
2. Agenda kedua, perbaikan tata kelola pemerintahan.
3. Agenda ketiga, penegakan pilar demokrasi.
4. Agenda keempat, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.
5. Agenda kelima, pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.
2.2.2.2.Arah Kebijakan Umum Pembangunan Nasional
Mengacu pada permasalahan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia baik dewasa ini
maupun dalam 5 (lima) tahun mendatang, maka arah kebijakan umum pemerintah dalam
mewujudkan visi dan misi pembangunan bangsa dan negara yang telah dirumuskan
sebelumnya, secara garis besar adalah sebagai be rikut :
1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang
sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan,
pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada
program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta
menjaga dan memelihara lingkungan hidup secara berkelanjutan.
2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan
yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum,
penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi
manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab.
3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan di semua bidang
termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan
pembangunan antardaerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan jender.
Keadilan juga hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara
kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan
pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Adapun prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional 2010-2014 (11 prioritas)
yang terkait erat dengan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman
adalah sebagai berikut :
1. Prioritas pembangunan infrastruktur
2. Prioritas Bidang Kesehatan
3. Prioritas Penanggulangan Kemiskinan
4. Prioritas Ketahanan Pangan.
5. Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik
6. Prioritas Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan
7. Prioritas di Bidang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
8. Prioritas Iklim Investasi dan Iklim Usaha.
Sebagai upaya percepatan pembangunan infrastruktur, maka fokus prioritas rencana
pembangunan bidang sarana dan prasarana ditetapkan dengan :
1. Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana sesuai dengan SPM.
2. Mendukung peningkatan daya saing sektor riil.
3. Meningkatkan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).
Sedangkan prioritas bidang dalam rencana pembangunan bidang sarana dan
prasarana mencakup :
1. Menjamin ketersediaan infrastruktur dasar untuk mendukung peningkatan
kesejahteraan.
2. Menjamin kelancaran distribusi barang, jasa, dan informasi untuk meningkatkan daya
saing produk nasional.
2.2.3. MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2011)
Dalam rangka mewujudkan visi sebagai negara maju dan sejahtera pada tahun 2025,
Indonesia bertekad mempercepat transformasi ekonomi. Untuk itu disusun Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang
mengedepankan pendekatan not business as usual, melibatkan seluruh pemangku
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
tetap merupakan bagian yang integral dalam sistem perencanaan pembangunan nasional
yang telah ada.
Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama
yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi
perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun
pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk mendorong percepatan
dan perluasan investasi. Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti
dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan
komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi. MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi
Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yang
berkenaan dengan perubahan iklim global.
Gambar 2.2. MP3EI merupakan bagian Integral Perencanaan Pembangunan Nasional
Berdasarkan berbagai faktor di atas, maka kerangka desain dari MP3EI 2011 – 2025
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Gambar 2.3. Kerangka Desain MP3EI
Berdasarkan ketiga strategi yang telah ditetapkan, disusun rencana pembangunan 6 koridor
ekonomi yang multiplier-nya meliputi seluruh wilayah tanah air. Pada masing-masing koridor
ekonomi akan difokuskan pada pengembangan sejumlah kegiatan ekonomi utama sesuai
engan keunggulan masing-masing wilayahnya. Sejumlah indikasi investasi sampai dengan
2014, termasuk infrastruktur utama, diidentifikasi berdasarkan proses interaksi dengan
seluruh pemangku kepentingan.
Dari rencana pembangunan 6 koridor ekonomi di Indonesia dimana Koridor Ekonomi
Sulawesi sebagai salah satunya mempunyai tema Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil
Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Pertambangan Nikel Nasional. Koridor ini
diharapkan menjadi garis depan ekonomi nasional terhadap pasar Asia Timur, Australia, dan
Amerika. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki potensi tinggi di bidang ekonomi dan sosial
dengan kegiatan-kegiatan unggulannya. Meskipun demikian, secara umum terdapat
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
• Rendahnya nilai PDRB per kapita di Sulawesi dibandingkan dengan pulau lain di Indonesia;
• Kegiatan ekonomi utama pertanian, sebagai kontributor PDRB terbesar (30 persen), tumbuh dengan lambat padahal kegiatan ekonomi utama ini menyerap sekitar 50 persen
tenaga kerja;
• Investasi di Sulawesi berasal dari dalam dan luar negeri relatif tertinggal dibandingkan daerah lain;
• Infrastruktur perekonomian dan sosial seperti jalan, listrik, air, dan kesehatan kurang tersedia dan belum memadai.
Pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi berfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi utama
pertanian pangan, kakao, perikanan dan nikel. Selain itu, kegiatan ekonomi utama minyak
dan gas bumi dapat dikembangkan yang potensial untuk menjadi mesin pertumbuhan
ekonomi di koridor ini.
1. Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama pertanian pangan
memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa :
• Perbaikan akses jalan untuk mengurangi ketergantungan kepada pihak perantara dagang;
• Peningkatan fasilitas irigasi, dimana kemampuan produksi sangat rentan terhadap perubahan cuaca jika terus bergantung pada irigasi sederhana yang bergantung
pada hujan;
• Revitalisasi dan peningkatan kapasitas gudang dan penyimpanan yang ada (saat ini BULOG membeli 5 persen produksi beras nasional, tetapi fasilitas penyimpanan
yang dimiliki sudah tua dan memerlukan perbaikan) dapat meningkatkan umur
pangan dalam penyimpanan dan mengurangi kerugian yang disebabkan oleh
penyimpanan yang tidak baik (jumlah gudang BULOG di Sulawesi berada pada
posisi kedua paling banyak di Indonesia);
• Peningkatan akses jalan antara lahan pertanian dan pusat perdagangan, untuk dapat memfasilitasi petani dalam melakukan penjualan dan mengurangi
ketergantungan pada perantara yang menaikkan harga jual hingga 30 persen dari
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
• Pembangunan/perbaikan jaringan irigasi teknis usaha tani (JITUT), jaringan irigasi desa (JIDES), dan tata air mikro (TAM), pembangunan/perbaikan pompa, sumur,
embung.
2. Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama kakao memerlukan
dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa :
• Peningkatan kapasitas pelabuhan di Makassar, Mamuju dan Manado;
• Penambahan dan peningkatan kapasitas fasilitas penyimpanan di pusat-pusat perdagangan dan pelabuhan;
• Peningkatan akses jalan yang lebih baik dari lokasi perkebunan menuju industri pengolahan, pelabuhan dan pusat perdagangan regional maupun ekspor;
• Peningkatan kapasitas infrastruktur (listrik, air, telekomunikasi) pada seluruh kawasan produksi dan industri pengolahan kakao.
3. Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama perikanan
memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa :
• Pembangunan balai benih ikan/hatchery untuk menghasilkan bibit unggul;
• Pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan;
• Pengembangan Unit Pengolahan Ikan (UPI);
• Peningkatan kapasitas pelabuhan di Makassar dan Manado;
• Akses jalan yang lebih baik dari lokasi perikanan menuju pelabuhan dan pusat perdagangan regional;
• Pembangunan fasilitas penyimpanan hasil laut , di tempat-tempat pelelangan maupun di pusat-pusat perdagangan;
• Peningkatan kapasitas infrastruktur (listrik, air, telekomunikasi).
4. Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama nikel memerlukan
dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa :
• Pembangkit listrik (ketersediaan energi) untuk memenuhi kebutuhan pemrosesan;
• Akses jalan antara areal tambang dan fasilitas pemrosesan;
• Infrastruktur pelabuhan laut yang dapat melayani pengiriman peralatan dan bahan baku dari daerah lain, misalnya dari Papua – Kepulauan Maluku.
5. Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama Migas memerlukan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
• Peningkatan dan pengembangan infrastruktur minyak dan gas bumi untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap bahan bakar gas;
• Peningkatan dan pengembangan akses ke daerah-daerah eksplorasi dan eksploitasi baru, baik di daratan maupun di lepas pantai;
• Pembangunan infrastruktur pengilangan migas;
• Pembangunan fasilitas penimbunan bahan bakar.
Dalam program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia) untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu negara kekuatan ekonomi
utama dunia di masa depan, maka Ditjen Cipta Karya melalui program pengembangan
Infrastruktur permukiman dengan fokus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat quick wins dan
sekaligus mulai membuat landasan bagi tahapan implementasinya dalam jangka menengah
dan panjang. Implementasi MP3EI akan menciptakan pusat pertumbuhan baik ekonomi
maupun sosial dimana manusia memerlukan permukiman sebagai tempat tinggal. Bahkan
dimungkinkan permukiman tersebut juga sekaligus tempat usaha jika kemudian industri yang
dikembangkan dalam MP3EI ini dapat menumbukan industri kecil atau rumahan.
Bidang Cipta Karya akan fokus pada penyiapan permukiman baik di kawasan perkotaan
maupun kawasan perdesaan yang merupakan kawasan terkait dengan investasi dan
kegiatan lainnya dalam MP3EI, melalui program atau kebijakan dalam bidang permukiman
kota maupun desa. Untuk perkotaan, Ditjen Cipta Karya telah mempunyai strategi
pengembangan permukiman di kawasan di kawasan prioritas yang dikenal dengan SPPIP
(Strategi Pembangunan Permukiman Infrastruktur Perkotaan). Untuk kawasan perdesaan,
sesuai dengan UU 17/2005, penanganan permukiman perdesaan diarahkan untuk
penyediaan pelayanan dasar di perdesaan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum
(SPM) khususnya perdesaan transmigrasi, tertinggal, perbatasan, pesisir, pulau kecil terluar,
serta untuk mendukung perdesaan yang menjadi pusat pertumbuhan melalui program PPIP
yang difokuskan bagi perdesaan, serta program agropolitan dan PISEW untuk mendukung
perdesaan yang berpotensi menjadi pusat pertumbuhan pengembangan pertanian dan
perikanan. Selain itu juga, Ditjen Cipta Karya melalui program Infrastruktur penyediaan air
mengembangkan kegiatan SPAM, dilakukan guna mendukung kegiatan di pusat kegiatan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
2.2.4. MP3KI
MP3KI merupakan kebijakan afirmatif untuk mempercepat dan memperluas upaya
pengurangan kemiskinan di Indonesia. MP3KI akan berperan di dalam mendorong
terwujudnya pembangunan yang lebih inklusif dan berkeadilan, khususnya dalam
mengakomodir keterlibatan masyarakat miskin dan marjinal untuk dapat terlibat
langsung dan menerima manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan
demikian, MP3KI dan MP3EI saling memperkuat dan melengkapi untuk mewujudkan
pembangunan ekonomi yang pro-growth, pro-poor, pro-job, dan pro-environment.
MP3KI menjabarkan secara khusus konsep dan desain, arah kebijakan, dan strategi
penanggulangan kemiskinan dalam jangka panjang (2012-2025), termasuk
menggambarkan transformasi dari program-program penanggulangan kemiskinan yang
telah ada saat ini menuju terwujudnya sistem Jaminan Sosial yang menyeluruh. MP3KI
juga menguraikan konsep dan desain pengembangan sustainable livelihood (mata
pencaharian yang mapan) bagi masyarakat untuk peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan secara berkelanjutan. Dengan MP3KI program-program penanggulangan
kemiskinan pada klaster I-IV akan dilaksanakan secara sinergi dengan target yang jelas.
Seluruh program penanggulangan kemiskinan akan bertransformasi ke dalam bentuk
program yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dari seluruh masyarakat
secara merata termasuk menjamin terciptanya pemenuhan pendapatan masyarakat
(income generating) secara berkelanjutan, sinergi dari seluruh kelompok program
(klaster) penanggulangan kemiskinan dan menjembatani transisi antar waktu, serta
mewujudkan sistem jaminan sosial yang menyeluruh.
MP3KI juga menggambarkan pola kerjasama yang optimal dari para pihak
(kementerian/lembaga, daerah, swasta, dan masyarakat) dalam mendayagunakan berbagai
sumber dayanya untuk mendukung penanggulangan kemiskinan.
Keberadaan program-program penanggulangan kemiskinan yang ada saat ini, mulai
dari klaster I (bantuan dan perlindungan sosial), klaster II (pemberdayaan masyarakat),
klaster III (pengembangan usaha kecil dan mikro), dan klaster IV (program pro -rakyat)
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
efektifitasnya dalam menurunkan angka kemiskinan di masing -masing wilayah menjadi
semakin tinggi.
Wilayah/kawasan yang secara khusus memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi dan
tingkat sosial ekonomi masyarakat yang rendah akan menjadi konsentrasi utama dari
kebijakan afirmatif yang dilakukan dalam waktu dekat, seperti: kawasan-kawasan
tertinggal, pesisir, dan perbatasan. Keunggulan wilayah/kawasan akan dikelola melalui
kerjasama para pihak sehingga dapat mengangkat dan mengembangkan
potensi-potensi wilayah/kawasan tersebut dan selanjutnya dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk
kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan ekonomi wilayah yang bertujuan untuk pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan baru sebagai hasil sinergi dengan konsep dan desain MP3EI akan
dikembangkan dalam MP3KI dengan klaster wilayah: Sumatera-Jawa, Bali, NTT-NTB,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku-Papua-Papua Barat. Pengembangan wilayah ini dengan
menitikberatkan keterlibatan masyarakat miskin dan marjinal dalam proses pembangunan
wilayah maupun dalam pemanfaatan hasil pembangunannya.
Dalam waktu yang bersamaan, pendekatan pembangunan kewilayahan juga diarahkan
pada berbagai kebijakan dan program afirmatif untuk penanggulangan kemiskinan yang
dikhususkan pada wilayah-wilayah perdesaan, perkotaan, perbatasan, terpencil dan
tertinggal, pesisir dan pulau-pulau kecil.
Keberadaan program-program penanggulangan kemiskinan tesebut secara rinci akan
dijelaskan tentang klaster-klaster yang ada dalam program MP3KI (Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia).
Klaster 1 : Bantuan dan Perlindungan Sosial
Klaster 1 diibaratkan sebagai ikan. Melalui program ini Pemerintah memberikan bantuan
pada masyarakat miskin atau rumah tangga sasaran (RTS) berupa :
1. Bantuan Opersional Sekolah (BOS). Anggaran BOS tahun 2012 sebesar Rp 27,67
triliun. BOS per siswa untuk pelajar SD Rp 580 ribu per tahun dan siswa SMP Tp
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
2. Beras bersubsidi atau beras untuk rumah tangga miskin (raskin) 15 kg/RTS/bulan
dengan harga Rp 1.600/kg;
3. Program Keluarga Harapan (PKH) yang diberikan kepada rumah tangga sangat miskin
(RTSM), setiap RTSM mendapat Rp 600.000 – Rp 2,2 juta per tahun;
4. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat gratis di Puskesmas dan
rumah sakit kelas III milik pemeintah. Tahun 2011 peserta Jamkesmas diperluas kepada
gelandangan dan napi. Selain Jamkesmas diberikan Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) Rp 100 juta/Puskesmas/tahun. Anggaran Jamkesmas tahun 2011 sebesar Rp 6,3
triliun;
5. Bantuan sosial untuk pengungsi/ korban bencana;
6. Bantuan untuk penyandang cacat Rp 300ribu/bulan;
7. Bantuan untuk lanjut usia (lansia) terlantar Rp 300ribu/bulan.
Klaster 2 : pemberdayaan masyarakat
Klaster 2 diibaratkan sebagai kail. Melalui program ini Pemerintah melaksanakan Program
Nasional :
1. Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri;
2. Dilaksanakan oleh 13 Kementrian dan 1 lembaga;
3. Anggaran PNPM Mandiri sebesar Rp 9,94 triliun;
4. Setiap Kecamatan memperoleh dana hingga Rp 3 miliar;
5. Untuk 2012 sasaran yang akan dicapai 6680 Kecamatan, 495 Kabupaten/Kota di 33
Provinsi.
Klaster 3 : Kredit Usaha Rakyat
Klaster ini diibaratkan sebagai perahu. Melalui program ini usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) mendapat Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 19 bank, yakni BRI, BNI, Bnak Mandiri,
Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, Bank BTN, Bank DKI, Bank Nagari, Bank
Jabar-Banten, Bank Jateng, BPD DIY, Bank Jatim, Bank NTB, Bank Kalbar, BPD Kalsel, Bank
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
1. Pemerintah memberikan jaminan melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo)
sebesar Rp 2 triliun/tahun. KUR tahun 2010 telah dikucurkan Rp 17,23 triliun dan tahun
2011 Rp 29 triliun Alokasi KUR tahun 2012 sebesar Rp 30 triliun
2. KUR Rp 20 juta diberikan tanpa agunan
3. Persyaratan memiliki usaha tetap, KTP, KK, dan Keterangan Usaha dari desa/
kelurahan
4. KUR untuk TKI dengan kredit maksimal Rp. 60 juta. KUR untuk perkebunan diberikan
waktu hingga 13 tahun
Klaster 4 : Program Pro Rakyat
1. Program Rumah Sangat Murah dan Murah dilaksanakan pada tahun 2012 oleh
Kemenpera dengan anggaran sebesar Rp 514,58 miliar mambangun 6.162 unit.
Sedangkan tahun 2011 melalui PNPM Mandiri Perumahan dan Permukiman, telah
dibangun 20.600 unit dan peningkatan kualitas 39.500 unit di 33 provinsi dengan
anggaran sebesar Rp 812,88 miliar;
2. Program Kendaraan Umum Angkutan Murah pada tahun 2012 dengan anggaran APBN
sebesar Rp 10 miliar;
3. Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (Pamsismas) tahun 2012
direncanakan di 15 provinsi, di 694 kabupaten dengan anggaran sebesar Rp 144,3
miliar dan tahun 2011 di 15 provinsi , 560 kawasan dengan anggaran sebesar Rp 240,8
miliar;
4. Program Listrik Murah dan Hemat dilaksanakan tahun 2012 dengan anggaran sebesar
288 miliar;
5. Peningkatan Kehidupan Nelayan akan dilaksanakan tahun 2012 dengan anggaran Rp
1,2 triliun;
6. Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Pinggir Kota dilaksanakan di tahun 2012
di DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Palembang dan Makassar yang
sebelumnya di tahun 2011 hanya tiga kota dengan anggaran Rp 112 miliar.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka desain dari MP3KI 2013 – 2025 dirumuskan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Gambar 2.4. Kerangka Desain MP3KI
Dalam pelaksanaannya MP3KI dilaksanakan secara bertahap, dimana pentahapan
pelaksanaan diuraikan sebagai berikut :
1. Periode 2013-2014 :
• Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% - 10% pada tahun 2014;
• Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” • DI KANTONG2 KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU , SERTA
PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);
• Sustainable livelihood penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;
• Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 . 2. Periode 2015 –2019 :
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
• Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;
• Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
• Penguatan sustainable livelihood. 3. Periode 2020-2025 :
• Pemantapan sistem penanggulangan kemiskinan secara terpadu;
• Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.
Berdasarkan periode pentahapan pelaksanaan MP3KI di Indonesia, maka implementasi
pelaksanaannya bersinergi dengan konsep dan desain MP3EI dan akan dikembangkan
dalam MP3KI dengan klaster wilayah: Sumatera-Jawa, Bali, NTT-NTB, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku-Papua-Papua Barat. Pengembangan wilayah ini dengan
menitikberatkan keterlibatan masyarakat miskin dan marjinal dalam proses pembangunan
wilayah maupun dalam pemanfaatan hasil pembangunannya.
Adapun tujuan strategi kawasan khusus dalam implementasi pelaksanaan MP3KI
berdasarkan klaster wilayah adalah “Masyarakat di beberapa kawasan perlu mendapat
perhatian khusus karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi menyebabkan
tingginya tingkat kemiskinan, dan mempunyai permasalahan yang bersifat spesifik. Oleh
karenanya, P3KI secara khusus mencanangkan strategi dan kebijakan untuk percepatan
dan perluasan pengurangan kemiskinan untuk masyarakat di kawasan kumuh dan di
permukiman illegal, di perbatasan, di dalam hutan, di pesisir dan pulau-pulau
terpencil, dan di masyarakat adat terpencil.”
Berdasarkan tujuan pelaksanaan strategi kawasan khusus tersebut sehingga dirumuskanlah
program percepatan yang menjadi lokasi percontohan di Indonesia dalam pelaksanaan
MP3KI melalui Quick Wins MP3KI.
Lokasi Quick Wins adalah wilayah/kawasan di Indonesia yang dipilih menjadi lokasi
percontohan untuk menerapkan berbagai pendekatan MP3KI dalam rangka percepatan dan
perluasan pengurangan kemiskinan. Lokasi Quick Wins merupakan simpul-simpul
kemiskinan yang penanganannya dapat berpengaruh besar pada penurunan kemiskinan.
Lokasi Quick Wins TA 2013 meliputi :
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
2. Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah
3. Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan
Adapun strategi Penanganan Lokasi Quick Wins :
1. Identifikasi kebutuhan program-program penanggulangan kemiskinan akseleratif;
2. Pembahasan rencana dan anggaran kegiatan (pengarusutamaan PK);
3. Tindak lanjut pelaksanaan.
Pemilihan lokasi-lokasi yang menjadi prioritas penanganan–setidaknya-didasarkan pada dua
variabel utama :
1. Jumlah penduduk miskin (absolut); dan
2. Tingkat/persentase penduduk miskin.
Selanjutnya ditentukan prioritas lokasi yang ditangani berdasarkan kedua variabel tersebut :
1. Prioritas I: bagi lokasi dengan Jumlah Penduduk dan Tingkat Kemiskinan yang tinggi;
2. Prioritas II: bagi lokasi dengan Jumlah Penduduk yang tinggi (upaya percepatan
pengurangan kemiskinan); dan
3. Prioritas III: bagi lokasi dengan Tingkat Kemiskinan yang tinggi (upaya perluasan
pengurangan kemiskinan).
2.2.5. KEK (UU No. 39 Tahun 2009)
Pada hakekatnya, Kawasan Ekonomi Khusus hampir sama dengan Kawasan Strategis.
Perbedaannya, Kawasan Strategis pada umumnya tercipta dengan sendirinya sedangkan
Kawasan Ekonomi Khusus harus ditetapkan oleh pemerintah untuk dapat dijadikan Kawasan
Ekonomi Khusus, suatu Provinsi setidaknya harus memiliki infrastruktur yang baik dan
memadai untuk menopang lajunya aktivitas perekonomian
Didirikannya Kawasan Ekonomi Khusus antara lain bertujuan untuk:
1. Meningkatkan investasi,
2. Menyerap tenaga kerja,
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
4. Meningkatkan kualitas produk ekspor sehingga dapat berkompetisi dengan produk
asing,
5. Meningkatkan sumber daya lokal, pelayanan, serta modal guna meningkatkan ekspor,
dan
6. Meningkatkan kualitas SDM Indonesia melalui alih teknologi.
2.2.6. Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)
Direktif presiden merupakan respon terhadap permasalahan yang muncul. Adapun 10
direktif presiden yang dimaksud adalah :
1. Ekonomi harus tumbuh lebih tinggi;
2. Pengangguran harus menurun dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih baik ;
3. Kemiskinan harus makin menurun;
4. Pendapatan per kapita harus makin meningkat;
5. Stabilitas ekonomi terjaga;
6. Pembiayaan (financing) dalam negeri makin kuat & meningkat
7. Ketahanan pangan dan air meningkat;
8. Ketahanan energi meningkat;
9. Daya saing ekonomi nasional menguat dan meningkat;
10. Kita perkuat “green economy” (ekonomi ramah lingkungan).
Arah dan Konsentrasi Pembahasan Terhadap 10 Direktif Presiden :
1. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi (Growth)
a. Sasaran : 7 % tahun 2014
b. Pertumbuhan yang merata (inklusif), termasuk pertumbuhan di provinsi –provinsi
c. Investasi dan ekspor harus terus tumbuh (Y = C + G + I + NX)
d. Sumberdaya manusia & inovasi teknologi harus meningkat (Y = f(K,L,T))
2. Pengurangan pengangguran & peningkatan lapangan kerja
a. Sasaran : 5 – 6 % (pada akhir 2014)
b. Revitalisasi industri manufaktur
c. Pembangunan infrastruktur (termasuk PNPM)
d. Pengembangan UKM
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
3. Pengurangan Kemiskinan
a. Sasaran : 8 – 10 % (pada akhir tahun 2014)
b. Bantuan pemerintah dan pemberdayaan (program-program pro rakyat)
c. Bantuan pendidikan & kesehatan untuk kelompok tidak mampu
d. Pengembangan UMKM (peningkatan pendapatan, termasuk pemberian KUR)
e. Program CSR swasta untuk pemberdayaan
4. Peningkatan Pendapatan per Kapita
a. Sasaran : lebih dari $4500 tahun 2014
b. Tingkat kesenjangan yang “acceptable”
c. Perhatian kepada kaum marginal (nelayan, buruh kecil, daerah tertinggal
5. Stabilitas ekonomi
a. Inflasi tidak tinggi
b. Harga bahan pokok “stabil” dan “terjangkau”
c. Sisi hulu : keseimbangan “Supply –Demand”
d. Nilai tukar tidak sangat berfluktuasi
e. Tidak terjadi “Capital Flight” yang tidak normal
6. Pembiayaan (Financing) dalam negeri
a. Ratio hutang terhadap GDP makin baik
b. Komponen hutang LN makin kecil
c. Penerimaan pajak meningkat
d. Penerimaan migas tetap baik
e. Penerimaan sektor pariwisata meningkat
f. Tabungan masyarakat (saving) meningkat, dan dapat diinvestasikan
7. Ketahanan Pangan dan Air
a. Swasembada beras dipertahankan
b. Komoditas pangan strategis makin cukup
c. Penyediaan dan distribusi air minum makin baik
d. Daerah rawan pangan teratasi
8. Ketahanan Energi
a. Listrik dapat memenuhi kebutuhan jangka menengah (jangka pendek pemadaman
listrik dapat diatasi)
b. BBM cukup, distribusi baik
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
d. Pengembangan Panas Bumi
9. Daya Saing Ekonomi
a. Peningkatan infrastruktur ekonomi diseluruh tanah air
b. Pembangunan “connectivity” (Fisik dan ICT)
c. Inovasi Teknologi besar-besaran
d. Iklim investasi yang makin baik
e. Produktivitas nasional
10. Pembangunan Ramah Lingkungan (Green Economy)
a. Pengelolaan hutan yang baik
b. Kerjasama, kemitraan & bantuan internasional
c. “Energy efficiency”
d. Kampanye gaya hidup hemat & ramah lingkungan
e. Kampanye nasional tanam & pelihara pohon
f. Pengawasan pada usaha pertambangan, kehutanan dan pertanian
Sejalan dengan kondisi tersebut dalam Rencana Kerja Pemerintah 2014, d irektif presiden
berupa hal-hal yang sudah disampaikan pada tahun anggaran 2012 tetapi diperkirakan
belum selesai tahun 2013, dan juga dapat berupa arahan baru. Arahan tersebut selanjutnya
dikelompokkan atas tiga bagian yaitu arahan dalam rangka: (1) pemantapan perekonomian
nasional; (2) peningkatan kesejahteraan rakyat; dan (3) pemeliharaan stabilitas politik.
1. Pemantapan Perekonomian nasional
a. Pencapaian surplus beras 10 juta ton dan peningkatan produksi jagung, kedelai
dan gula, yang akan dicapai antara lain melalui: (b) peningkatan dan rehabilitasi
jaringan irigasi primer, sekunder, tersier dan di tingkat usaha tani; (d) peningkatan
kesesuaian lokasi sawah dan perbaikan jaringan irigasi; (p) penyelesaian Perda
RTRW Daerah dan penetapan LP2B yang merupakan bagian dari RTRW; dan (q)
penyelesaian draft Peraturan tentang tentang pengendalian alih fungsi lahan sawah.
b. Konektivitas yang menjamin tumbuhnya pusat-pusat perdagangan dan
industri dengan melaksanakan : (a) peningkatan kapasitas jalan tol melalui
pengembangan sumber pendanaan baru, revisi PP No. 15 tahun 2005 tentang Jalan
Tol untuk memberikan peluang bagi pemerintah menugaskan BUMN/konsorsium
untuk membangun jalan tol serta mendorong keterlibatan pemerintah daerah
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
pengadaan lahan untuk kepentingan publik; (c) peningkatan dan pembangunan
Jalan non tol pada lintas-lintas utama; (d) peningkatan dan pengektifan alokasi DAK
prasarana Jalan; (e) mendorong terobosan baru sumber pembiayaan dari pusat
untuk membiayai jalan provinsi/kabupaten; (f) penanganan dan intervensi
pemerintah pada ruas-ruas jalan strategis Daerah (Inpres Penanganan Jalan
Strategis Daerah).
c. Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Provinsi Papua dan Papua Barat
melalui : (e) strategi pembangunan jalan strategis papua sepanjang 3.488 km (80
ruas jalan) untuk membuka keterisolasian.
2. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat
a. Peningkatan akses air minum dan sanitasi layak melalui: (a) peningkatan
pengawasan sarana air minum; (b) mendorong Pemerintah Daerah untuk
menyediakan akses air minum di perkotaan; (c) pembangunan sarana Teknologi
Tepat Guna Air Minum di DTPK (Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan); (d)
merehabilitasi sarana air bersih bukan jaringan perpipaan; (e) akselerasi STBM
(Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di desa/ kelurahan; (f) peningkatan akses air
minum dan sanitasi di Sekolah; (g) penyediaan air minum dan sanitasi berbasis
masyarakat di desa; (h) peningkatan kapasitas Sanitarian di Puskesmas; serta (i)
penguatan kerjasama lintas sektor dalam penyediaan akses air bersih dan sanitasi
yang berkualitas, a.l. dengan pemanfaatan PNPM Mandiri Perdesaan & Perkotaan.
b. Kesiapan infrastruktur dan kelembagaan penanganan bencana-mitigasi
bencana melalui : (a) pembangunan shelter bencana alam (tempat evakuasi
sementara); (d) peningkatan koordinasi oleh BNPB dengan kementerian/lembaga
terkait; (e) pengendalian banjir di DKI Jakarta, pengamanan pantai dan penge ndali
lahar; (f) pengelolaan DAS secara terpadu pada DAS Prioritas; (g) percepatan
proses alih status kawasan; dan (h) penyelesaian RTRW Provinsi.
2.3.
PERATURAN PERUNDANGAN PEMBANGUNAN BIDANG PU/CK
2.3.1. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan perwujudan keberpihakan Pemerintah
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Berpenghasilan Rendah (MBR). Oleh karena itu, Kementerian Perumahan Rakyat yang
diberi amanat untuk bertanggung jawab sebagai bagian yang menangani bidang perumahan
dan kawasan permukiman mengadakan sosialisasi dalam rangka mengintegrasikan
kebijakan dari pusat sampai dengan daerah serta menjawab permasalahan-permasalahan
yang terjadi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, adalah salah
satu bentuk penyebarluasan kebijakan sektor perumahan dan kawasan permukiman.
Undang-Undang ini menjadi pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Permukiman.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan Kawasan
Permukiman yang terdiri dari 18 BAB dan 167 Pasal merupakan bukti keberpihakan
pemerintah terhadap pemenuhan hak akan rumah bagi masyarakat.
Terutama, bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebagaimana dalam Pasal 50 (1) yang
berbunyi “(1) Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal atau menghuni rumah”.
Berdasarkan UU ini, rumah berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga yang mendukung perikehidupan dan penghidupan juga mempunyai
fungsi sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan penyiapan generasi
muda.
Pada dasarnya, pemenuhan kebutuhan rumah merupakan tanggung jawab masyarakat
secara mandiri, namun dukungan pencapaiannya membutuhkan keterlibatan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota serta para pemangku
kepentingan bidang perumahan dalam merealisasikannya. Permasalahan yang muncul
selama 18 tahun berlakunya UU No. 4 tahun 1992 te ntang perumahan dan permukiman,
diantaranya, yaitu semakin meningkatnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
daerah perkotaan yang tidak diikuti dengan kebijakan dan pengaturan untuk memperbaiki
kawasan kumuh; belum jelasnya tugas dan wewenang Pemda baik di tingkat propinsi,
maupun kabupaten/kota dalam penyelenggaraan perumahan dan kawsan permukiman yang
berakibat pada lemahnya komitmen pemda dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman; ketidakseimbangan pembangunan desa-kota serta meningkatnya
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Selain itu, pembangunan perumahan dan kawasan permukiman saat ini juga dinilai belum
mampu memberdayakan peran masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan rumahnya
sendiri yang sehat, aman, serasi, dan produktifitas; dan dalam hal penyediaan/pas okan
perumahan baru, yang secara resminya ditujukan terutama bagi masyarakat berpenghasilan
rendah, pada kenyataannya seringkali tidak tepat sasaran. Bahwa idealnya rumah memang
harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah
dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Keberpihakan
negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah, tertuang dalam Pasal 54 Ayat (1) yang
mewajibkan pemerintah dan/atau pemda untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah dengan memberikan kemudahan pembangunan dan
perolehan rumah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap
dan berkelanjutan. Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah, menurut Pasal 54 Ayat (3), adalah dengan memberikan kemudahan
berupa pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum, subsidi perolehan
rumah, stimulan rumah swadaya, insentif perpajakan, perizinan, asuransi dan penjaminan
penyediaan atas tanah dan/ atau sertifikasi tanah.
Kebijakan pemabangunan perumahan dan permukiman yang aspiratif dan akomodatif,
dengan memungkinkan terakomodasinya kebutuhan akan perumahan dan permukiman bagi
kelompok masyarakat berpenghasilan rendah; berupaya mengatasi meluasnya daerah
kumuh khususnya di perkotaan (City Slump); memberikan jaminan dilakukannya revitalisasi
perumahan dan permukiman yang telah ada dengan menyediakan sarana dan prasaran
dasar perumahan dan permukiman oleh pemerintah; mengatasi ketidakadilan, konflik dan
marjinalisasi yang dirasakan kelompok sebagian masyarakat yang rentan dan krang
berdaya; dan menyediakan perumahan baru bagi MBR yang tidak diorientasikan kepada
tipe kecil, tetapi pada upaya pemenuhan kebutuhan ruang .
1. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Permukiman
a. Air Minum
1) Meningkatkan kinerja pengelola air minum (PDAM) dengan melanjutkan
kebijakan sebelumnya, yaitu restrukturisasi utang pokok dan peningkatan
manajemen melalui penetapan tarif yang wajar serta penurunan tingkat
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
2) Mendorong pengelolaan PDAM agar lebih profesional dan menerapkan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance serta meningkatkan kualitas
sumber daya manusia pengelola pelayanan air minum melalui uji kompetensi,
pendidikan dan pelatihan.
3) Meningkatkan pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus yang diarahkan
untuk membantu pelayanan air minum perdesaan serta insentif bagi
PDAM, disamping mendorong pemerintah provinsi/kabupaten/kota untuk
berinvestasi di bidang pengembangan air minum.
4) Meningkatkan peranserta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya
mencapai sasaran pembangunan air minum.
5) Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut
berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan air minum.
b. Air Limbah
1) Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah, baik yang
dikelola BUMD maupun yang dikelola secara langsung oleh masyarakat.
2) Meningkatkan pendanaan dengan mengembangkan alternatif sumber
pembiayaan yang murah dan berkelanjutan serta melalui kemitraan swasta
dengan pemerintah.
3) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan
pengelolaan air limbah.
4) Mengembangkan kelembagaan dalam penanganan air limbah.
c. Persampahan dan Drainase
1) Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya
peningkatan pelayanan persampahan dan drainase.
2) Meningkatkan peranserta seluruh stakeholders dalam upaya mencapai
sasaran pembangunan persampahan dan drainase.
3) Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut
berperanserta secara aktif dalam memberikan pelayanan persampahan,
baik dalam handling-transportation maupun dalam pengelolaan TPA.
4) Menciptakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan
pemerintah-swasta (public private partnership) dalam pengelolaan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
5) Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan persampahan dan
drainase.
6) Meningkatkan kinerja pengelola persampahan dan drainase melalui
restrukturisasi kelembagaan dan revisi peraturan perundang -undangan
yang terkait.
7) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola persampahan dan
drainase melalui uji kompetensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan
pelayanan kesehatan.
2. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, dngan
Outcome-Nya :
a. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam
pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang
wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman, yang diukur dari
indikator kinerja outcome :
1) Jumlah Kab/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi
Bantek Permukiman.
2) Jumlah Kab/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi Bantek
bangunan gedung dan lingkungan.
3) Jumlah Kab/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi Bantek
air limbah dan drainase.
4) Jumlah Kab/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi Bantek
air minum.
5) Jumlah dukungan manajemen bidang permukiman.
6) Jumlah Kebijakan, Program Dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data
Informasi. Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.
7) Jumlah kab/kota yang menerapkan NSPK.
b. Berkurangnya kawasan kumuh perkotaan, yang diukur dari indikator kinerja
outcome: Jumlah Kawasan kumuh di perkotaan yang ditangani.
c. Terlaksananya pembangunan rusunawa, yang diukur dari indikator kinerja
outcome : Jumlah rusunawa terbangun.
d. Menurunnya kesenjangan antar wilayah, yang diukur dari indikator kinerja
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
1) Jumlah Kawasan Permukiman Perdesaan ditangani.
2) Jumlah Kawasan Pusat Pertumbuhan terbentuk.
e. Meningkatnya jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman
perdesaan/kumuh/nelayan, yang diukur dari indikator kinerja outcome:
1) Jumlah desa tertinggal yang ditangani.
2) Jumlah Kel/Desa yang yang meningkat kualitasnya melalui pembe rdayaan
masyarakat.
f. Terwujudnya revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan, yang
diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah Kawasan yang meningkat
fungsinya.
g. Meningkatnya jumlah pelayanan sanitasi, yang diukur dari indikator kinerja
outcome:
1) Jumlah cakupan pelayanan sistem air limbah.
2) Luas kawasan potensi banjir di perkotaan yang tertangani.
h. Berkurangnya potensi timbunan sampah, yang diukur dari indikator kinerja
outcome: Jumlah cakupan pelayanan persampahan
i. Terlaksananya pembinaan kemampuan Pemda/PDAM, yang diukur dari
indikator kinerja outcome: Jumlah Kab/Kota/PDAM yang memperoleh
pembinaan kemampuan.
j. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum, yang diukur dari indikator
kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan (kawasan) SPAM.
k. Tersedianya infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak, yang diukur
dari indikator kinerja outcome: Jumlah paket infrastruktur tanggap
darurat/kebutuhan mendesak.
Indikator Kinerja Utama (IKU) yang dipilih dari indikator kinerja outcome Program
Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman adalah :
1. Jumlah rusunawa yang dibangun.
2. Jumlah kawasan permukiman dan penataan bangunan yang direvitalisasi.
3. Peningkatan jumlah pelayanan air minum.
4. Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi.
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
6. Jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman
perdesaan/kumuh/nelayan.
Nomenklatur kegiatan tupoksi untuk Program Pembinaan dan Pengembangan
Infrastruktur Permukiman sebagai berikut :
1. Dukungan Manajemen dan Infrastruktur Direktorat Jenderal Cipta Karya.
2. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam
Pengembangan Permukiman.
3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Penataan
Bangunan dan Lingkungan Termasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah
Negara.
4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sanitasi
Lingkungan (Air Limbah, Drainase) serta Pengembangan Sumber Pembiayaan dan
Pola Investasi Persampahan.
5. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan
Pola Investasi, dan Penyelenggaraan serta Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum.
6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data
Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.
7. Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Sanitasi, dan
Persampahan.
Kegiatan prioritas untuk Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur
Permukiman beserta output dan targetnya sebagaimana dimuat dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 - 2014 adalah merupakan
prioritas Kementerian Pekerjaan Umum, meliputi :
1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam
Pengembangan Permukiman.
2. Pengaturan, Pembinaan, Dan Pengawasan Dalam Penataan Bangunan Dan
Lingkungan Termasuk Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara, serta
Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung dan Penataan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan Dan
Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi Dan
Persampahan.
4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan
Pola Investasi, serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
5. Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman.
6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data
Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.
2.3.2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai peranan
yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, dan jati diri
manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi
kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk
mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi,
dan selaras dengan lingkungannya.
Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh karena itu
dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan penataan ruang
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menjamin kepastian dan
ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung
harus memenuhi persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus
diselenggarakan secara tertib.
Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan gedung, persyaratan
bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk hak dan kewajiban
pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap penyelenggaraan bangunan
gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah, sanksi,
ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.
Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas kemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya,
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan hanya dalam rangka
pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi
juga dalam meningkatkan pemenuhan persyaratan bangunan gedung dan tertib
penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya.
Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia jasa konstruksi
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi baik sebagai
perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen konstruksi maupun jasa-jasa
pengembangannya, termasuk penyedia jasa pengkaji teknis bangunan gedung. Oleh karena
itu, pengaturan bangunan gedung ini juga harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa
konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua penyelenggaraan bangunan
gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang dilakukan di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, serta oleh pihak
asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang tentang
Bangunan Gedung.
Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi maupun arsitektur
dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang dengan tetap mempertimbangkan
nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik arsitektur dan lingkungan
yang telah ada, khususnya nilai-nilai kontekstual, tradisional, spesifik, dan bersejarah.
Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan pertimbangan kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Berkaitan dengan
hal tersebut, pemerintah terus mendorong, memberdayakan dan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk dapat memenuhi ketentuan dalam undang -undang ini secara bertahap
sehingga jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam
menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak
secara adil dan dijiwai semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan saling membantu, serta
dijiwai dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.
Undang-undang ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif, sedangkan ketentuan
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah dan/atau peraturan
KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN
mempertimbangkan ketentuan dalam undang-undang lain yang terkait dalam pelaksanaan
undang-undang ini.
2.3.3. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang.
Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, undang-undang ini menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan
sumber daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk
mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan
hak atas air. Penguasaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak
ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu, sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pengaturan hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu hak untuk
memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan. Hak
guna air dengan pengertian tersebut bukan merupakan hak pemilikan atas air, tetapi hanya
terbatas pada hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan s ejumlah
(kuota) air sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah kepada pengguna air,
baik untuk yang wajib memperoleh izin maupun yang tidak wajib izin. Hak guna air untuk
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian rakyat, dan kegiatan bukan usaha
disebut dengan hak guna pakai air, sedangkan hak guna air untuk memenuhi
kebutuhan usaha, baik penggunaan air untuk bahan baku produksi, pemanfaatan
potensinya, media usaha, maupun penggunaan air untuk bahan pembantu produksi ,
disebut dengan hak guna usaha air. Jumlah alokasi air yang ditetapkan tidak bersifat
mutlak dan harus dipenuhi sebagaimana yang tercantum dalam izin, tetapi dapat
ditinjau kembali apabila persyaratan atau keadaan yang dijadik an dasar pemberian izin