• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH :

DEDI SYAH PUTRA 08C10404001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, artinya pertanian memegang peranan

penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari

banyakknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor

pertanian (Mubyarto, 1994).

Pertanian hampir menjadi sektor terbesar dalam setiap negara yang masih

berkembang. Bagi penduduk, pertanian ini sangat dibutuhkan untuk mengisi

ketersediaan pangan dan juga memberikan pendapatan karena membuka lapangan

kerja baru. Selain itu tanaman tertentu dalam pertanian seperti tanaman jarak

dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar nabati (BBN). Pertanian juga

bermanfaat dalam pelestarian lingkungan, sumber penyerapan karbondioksida

(CO2) dan penghasil oksigen (O2). Oleh karenanya, agrobisnis mempunyai

peluang yang cukup baik untuk berkembang dan menciptakan sumber lapangan

kerja yang cukup prospektif (Tim Karya Mandiri, 2010).

Karet merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik dalam

lingkup nasional maupun internasional. Tanaman karet (Hevea brazilliensis muell

arg) merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena memiliki peranan

penting di Indonesia dan banyak menunjang perekonomian negara sebagai salah

satu sumber pemasukan devisa. Selain itu, kedepan tanaman karet akan menjadi

salah satu sumber pemasok kayu yang dapat mensubtitusi kebutuhan kayu yang

saat ini masih menggunakan kayu dari hutan alam. Saat ini indonesia menduduki

urutan kedua sebagai negara produsen karet didunia. Meskipun demikian,

(3)

tahun mendatang. Target ini dimungkinkan karena Indonesia memiliki potensi

sumber daya yang memadai untuk meningkatkan produksi dan produktivitas baik

melalui pengembangan areal baru maupun melalui peremajaan areal tanaman

karet tua dengan menggunakan klon unggul lateks kayu (Tim Karya Tani Mandiri,

2010).

Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki lahan yang cocok untuk

perkebunan karet. Luas areal perkebunan karet pada tahun 2005 tercatat

mencapai 3,2 juta Ha diseluruh indonesia yang terdiri dari sekitar 85 persen

perkebunan karet merupakan milik rakyat, 7 persen perkebunan besar negara dan

8 persen perkebunan besar swasta (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Tumbuhan

karet ini dapat hidup dengan baik terutama di wilayah Kalimantan dan Sumatera.

Provinsi aceh yang terletak disebelah utara pulau Sumatera merupakan

daerah yang cukup potensial dalam pembangunan pertanian terutama dalam sektor

perkebunan. Peluang kesempatan kerja yang besar di sektor ini juga dapat

mengurangi tingkat pengangguran di Aceh. Kabupaten Nagan Raya Provinsi

Aceh berada di pantai barat Sumatera yang subur dan sangat cocok bagi pertanian,

khususnya padi yang terpusat di Kecamatan Seunagan, Seunagan Timur, dan

Beutong karena ditunjang oleh Sungai Krueng Beutong dan Sungai Krueng Nagan

yang mengalir di wilayah tersebut. Potensi lainnya adalah usaha peternakan dan

perkebunan.

Kecamatan Seunagan Timur yang memiliki luas 258,79 Km2 merupakan

salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada di Kabupaten Nagan Raya.

Kecamatan ini merupakan daerah penghasil karet. Hal ini didukung oleh keadaan

(4)

masyarakat yang tinggal di Kecamatan Seunagan Timur, tanaman karet

merupakan salah satu bentuk usaha tani yang telah lama dilakukan sebagai

tanaman utama sumber kehidupan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga.

Tanaman karet sebagai usaha tani yang pengusahaannya dilakukan secara

intensif oleh petani untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Namun demikian

masih banyak sekali kendala yang dihadapi oleh para petani karet. Persoalan –

persoalan yang terjadi dalam ekonomi pertanian antara lain jarak waktu yang lebar

antara pengeluaran dan penerimaan pendapatan pertanian, karena pendapatan

yang diterima petani hanya pada saat panen saja padahal pengeluaran harus

dikeluarkan setiap hari. Pembiayaan pertanian juga menjadi kendala melaratnya

petani dan akhirnya terlibat dalam lilitan hutang dan tekanan yang diakibatkan

dari pertumbuhan penduduk yang tidak sebanding dengan jumlah produksi tani

(Mubyarto, 1993)

Permasalahan lain dari perkebunan karet itu sendiri menyangkut penentu

produktivitas di sektor pertanian, antara lain :

1. Rendahnya mutu bibit yang dihasilkan oleh penangkar bibit. Hal ini

disebabkan oleh keterbatasan sumberentres yang terjamin kemurniannya

dan keterbatasan jenis klon baru yang dimiliki. Padahal prospek bisnis

penyediaan bahan tanaman karet cukup menjanjikan karena pasarnya

masih sangat terbuka dan potensi keuntungan yang dapat diraih oleh

penangkar cukup memadai.

2. Tingginya proposi areal tanaman karet yang telah tua, rusak dan tidak

produktif (sekitar 13 persen dari total areal perkebunan karet di

(5)

3. Bahan baku yang dihasilkan bermutu rendah. Pada umumnya bahan

olahan karet dari petani berupa bekuan karet. Bahan ini biasanya

dibekukan dengan bahan pembeku yang diekomendasikan yaitu asam

format maupun yang tidak direkomendasikan seperti asam cuka, tawas,

dan sebagainya. Bahan olah karet (Bokar) inilah yang mendominasi pasar

karet di Indonesia karena dinilai oleh petani paling praktis dan

menguntungkan.

4. Musim kemarau yang menghambat produktivitas.

5. Sistem pemasaran yang belum efisien karena lokasi perkebunan terletak

jauh dari pabrik pengolahan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Pengembangan agrobisnis karet perlu didasarkan pada perencanaan yang

lebih terarah dengan sasaran yang lebih jelas serta mempertimbangkan berbagai

permasalahan, peluang dan tantangan yang terjadi sehingga dapat diwujudkan

agrobisnis karet yang berdaya saing dan berkelanjutan serta memberi manfaat

optimal bagi para pelaku usahanya. Meskipun ragam produksi karet yang

dihasilkan dan di ekspor oleh Indonesia masih terbatas, umumnya didominasi

produk primer / bahan mentah (raw material) dan produk pengolahan setengah

jadi, peningkatan produksi karet sangat diharapkan untuk memenuhi permintaan

karet dari dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu diperlukan perbaikan

seperti :

1. Peningkatan dan perluasaan penanaman karet dibeberapa lahan yang

cocok untuk penanaman karet

2. Peremajaan areal tanaman karet yang sudah tua dengan menggunakan klon

(6)

3. Penggunaan bibit unggul dan memperhatikan pemupukan

4. Pembinaan pemerintah dan pihak – pihak yang terkait dalam

pengembangan usaha berbasis perkebunan karet.

Tingkat kesejahteraan petani sering dikaitkan dengan keadaan usaha tani

yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan petani. Tingkat pendapatan petani ini

dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor sosial ekonomis dan agronomis.

Salah satu faktor tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah penggunaan faktor

produksi yang dihasilkan.

Berdasarkan penjabaran yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis

melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya“.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah biaya pupuk karet berpengaruh terhadap pendapatan yang

diperoleh oleh petani karet di Kecamatan Seunagan Timur

2. Apakah banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada perkebunan karet

berpengaruh terhadap pendapatan yag diperoleh oleh petani karet di

Kecamatan Seunagan Timur

3. Apakah besarnya luas lahan karet yang dimiliki oleh seorang petani

berpengaruh terhadap pendapatan yag diperoleh oleh petani karet tersebut

(7)

1.3. Hipotesis

Dugaan sementara terhadap suatu permasalahan yang harus diuji dan

diteliti melalui pengumpulan data kemudian data tersebut diolah dan dianalisis

disebut dengan hipotesis. Berdasarkan perumusan masalah tersebut, penulis

membuat dugaan sementara ( hipotesis) sebagai berikut :

1. Biaya pupuk yang dikeluarkan petani karet berpengaruh negatif terhadap

pendapatan yang diperoleh oleh petani karet.

2. Banyaknya Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh seorang petani karet

mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan yang diperoleh petani

karet.

3. Besarnya Luas lahan yang dimiliki mempunyai pengaruh positif terhadap

pendapatan yang diperoleh petani karet.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh biaya produksi pupuk terhadap

pendapatan yang diperoleh petani karet setiap kali masa panen.

2. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan jumlah tenaga kerja

terhadap pendapatan petani karet setiap kali masa panen.

3. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan terhadap pendapatan petani

(8)

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi petani, hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam usaha

meningkatkan pendapatannya terutama disektor perkebunan karet.

2. Bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pertanian dan perkebunan

(Pemerintah daerah), penelitian ini dapat menjadi tambahan

informasi untuk menentukan tindak lanjut pemberian keputusan

dalam rangka usaha meningkatkan pendapatan petani karet yang

berakibat makmurnya para petani.

3. Bagi masyarakat khususnya peneliti lain, penelitian ini adalah bahan

perbandingan kepada para peneliti lain yang ingin meneliti penelitian

(9)

2.1. Pembangunan Pertanian

2.1.1. Definisi Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian merupakan suatu proses yang ditujukan untuk

selalu meningkatkan produksi pertanian yang sekaligus mempertinggi pendapatan

dan produktivitas usaha tiap petani. Sehingga petani selau berfikir bagaimana

meninggkatkan pendapatan semaksimal mungkin dalam berusaha tani untuk

menekan biaya sekecil- kecilnya dan mempereoleh keuntungan sebesar-besarnya.

Dimana keuntungan tersebut tentu akan meninggkatkan pendapatan petani.

2.1.2. Pengertian Pertanian

Pertanian merupakan sejenis proses yang khas yang didasarkan atas

pertumbuhan tanaman dan hewan, para petani mengatur dan menggiatkan

pertumbuhan tanaman dan hewan, kegiatan produksi dalam setiap usaha tani

merupakan aspek penting suatu kegiatan produksi dalam setiap usaha tani

(Mosher, 1984).

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pertanian adalah suatu

tempat bercocok tanam yang dipergunakan oleh petani untuk mengusahakan agar

tanaman dapat berkembang biak sesuai dengan kebutuhan manusia.

2.1.3. Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki daratan yang sangat

luas sehingga mata pencaharian penduduk sebahagian besar di sektor pertanian.

Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang sangat potensial dalam empat bentuk

(10)

1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada

pertumbuhan output di bidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun

penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi di

sektor-sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.

2. Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan

domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.

3. Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi

lainnya.

4. Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan

2.1.4. Usaha Tani

Usaha pertanian adalah bagian dari permukaan bumi dimana seorang

petani, sebuah keluarga petani, atau badan usaha tani lainnya yang bercocok

tanam. Usaha tani pada dasarnya adalah himpunan dari sumber – sumber alam

yang dapat diperlukan untuk produksi pertanian.

Di suatu Negara besar seperti Indonesia, di mana ekonomi dalam

negerinya masih di dominasi oleh ekonomi pedesaan sebagian besar dari jumlah

penduduknya atau jumlah tenaga kerjanya bekerja di pertanian. Di Indonesia daya

serap sektor tersebut pada tahun 2000 mencapai 40,7 juta lebih. Jauh lebih besar

dari sektor manufaktur. Ini berarti sektor pertanian merupakan sektor dengan

penyerapan tenaga kerja yang tinggi.

Kalau dilihat pola perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri

manufaktur, kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu

pertumbuhan tren yang menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat.

(11)

mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi dari suatu proses

pembangunan ekonomi jangka panjang, yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan

per kapita, semakin kecil peran dari sektor primer, yakni pertambangan dan

pertanian, dan semakin besar peran dari sektor sekunder, seperti manufaktur dan

sektor-sektor tersier di bidang ekonomi. Namun semakin besar peran tidak

langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai pemasok bahan baku bagi sektor

industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi lainnya.

2.1.5. Potensi Usaha Karet

Prospek usaha perkebunan karet cukup menjanjikan dan berkembang

apabila dapat dikelola secara intensif dan komersial. Permintaan pasar dalam

negeri dan peluang ekspor komoditas karet cenderung meningkat dari tahun ke

tahun. Dari data Badan Pusat Statistik, dapat dilihat perkembangan produksi karet

Indonesia pada tahun 2009–2012. Hal ini dapat dilihat dari tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Perkembangan Produksi Karet Indonesia

Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2012

(12)

Sedangkan berdasarkan data dari dinas kehutanan dan perkebunan

Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat perkembangan areal dan produksi komoditi

perkebunan rakyat pada tahun 2011 seperti dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2. Rekapitulasi Perkembangan Areal dan Produksi Komoditi

Perkebunan Rakyat di Kabupaten Nagan Raya

No

Kecam-1 Kuala Karet 16,00 927,30 560,70 1504,00 710,00 76,50 1019 2 Kuala

Pesisir Karet 2,00 315,00 401,24 718,24 177,00 57,00 531 3 Tadu

Raya Karet 101,00 452,00 110,00 663,00 325,00 72,00 361 4 Seunagan Karet 264,94 763,00 453,00 1480,94 591,00 77,40 1586 5 Suka

Makmue Karet 9,00 275,00 255,00 539,00 178,00 65,00 535 6 Seunagan

Timur Karet 880,60 703,00 478,00 2061,60 545,00 77,50 1722 7 Beutong Karet 1514,5

5 584,00 611,00 2709,55 416,00 71,00 2924 8 Darul

Makmur Karet 25,00 255,00 528,50 808,50 171,00 67,00 364 9 Tripa

Makmur Karet 7,20 309,09 320,41 636,70 209,00 67,20 495

10

Sumber : Dishutbun Kabupaten Nagan Raya, 2011

Tabel 2.2 Menjelaskan bahwa luas tanaman karet di Kabupaten Nagan

Raya adalah seluas 11139,53 Ha, dimana Kecamatan Beutong memiliki luas lahan

terbesar dengan volume produksi sebesar 416,00 dan luas lahan terkecil terdapat

di Kecamatan Beutong Ateuh Benggalang . Dalam hal ini diperlukan usaha untuk

menunjang peningkatan produksi karet melalui program intensifikasi,

ekstensifikasi dan rehabilitasi.

Hampir disetiap tahunnya terdapat peningkatan produksi karet secara

nasional ataupun khususnya di Kecamatan Seunagan Timur. Minat masyarakat

(13)

petani yang terjun ke budidaya karet di daerah pengembangan baru karet karena

banyaknya permintaan, masih luasnya lahan dan ketersediaan tenaga kerja.

Adanya permintaan yang meningkat disetiap tahunnya membuat harga karet pun

semakin meningkat.

2.2. Pendapatan

2.2.1. Pengertian Pendapatan

Pertanian juga mempunyai kontribusi yang besar terhadap peningkatan

devisa, yaitu lewat peningkatan ekspor dan atau pengurangan tingkat

ketergantungan Negara tersebut terhadap impor atas komoditi pertanian.

Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup bervariasi mulai dari getah karet,

kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga berbagai macam sayur dan buah.

Peran pertanian dalam peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan

perannya dalam bentuk kontribusi produk. Kontribusi produk dari sector pertanian

terhadap pasar dan industri domestik bisa tidak besar karena sebagian besar

produk pertanian di ekspor atau sebagian besar kebutuhan pasar dan industri

domestik disuplai oleh produk - produk impor. Artinya peningkatan ekspor

pertanian bisa berakibat negatife terhadap pasokan pasar dalam negeri, atau

sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa menjadi suatu

faktor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk mengatasinya ada

dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi dan

meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris,

termasuk Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena

(14)

Pendapatan merupakan salah satu tujuan didirikannya sebuah usaha.

Dengan adanya pendapatan itu berarti sebuah usaha masih berjalan dan layak

untuk dipertahankan walaupun sebenarnya masih ada beberapa hal yang lain

selain pendapatan yang bisa menjadi bahan pertimbangan untuk meneruskan

sebuah usaha. Dengan memperhatikan jumlah pendapatan, akan diketahui apa

suatu usaha mendapatkan untung atau malah merugi.

Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah

satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat

pendapatan. Pendapatan menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya

dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh seseorang atau

rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi

(Winardi, 1998).

Dengan kata lain pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan

penerimaan yang diterima pekerja, buruh atau rumah tangga, baik berupa fisik

maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan (instansi)

atau pendapatan selama ia bekerja atau berusaha. Setiap orang yang bekerja akan

berusaha untuk memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimum agar bisa

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pendapatan masyarakat dapat berasal dari bermacam – macam sumber

seperti : sektor formal (gaji), sektor informal (sebagai penghasilan tambahan

dagang) dan sektor subsistan (hasil usaha sendiri berupa tanaman, ternak dan

pemberian orang lain). Pendapatan subsistan sendiri adalah pendapatan yang

diterima dari usaha – usaha yang diterima dan tidak dipasarkan untuk memenuhi

(15)

2.2.2. Teori Pendapatan

Dalam ekonomi moderen terdapat dua cabang utama teori, yaitu teori

harga dan teori pendapatan. Teori pendapatan termasuk dalam ekonomi makro

yaitu teori yang mempelajari hal–hal besar seperti :

- Perilaku jutaan rupiah pengeluaran konsumen

- Investasi dunia usaha

- Pembelian yang dilakukan oleh pemerintah

Distribusi pendapatan digolongkan dalam tiga kasus sosial yang utama

yaitu : pekerja, pemilik modal dan tuan tanah. Ketiganya menentukan tiga faktor

produksi yaitu tenaga kerja, modal dan tanah. Penghasilan yang diterima setiap

faktor dianggap sebagai pendapatan masing – masing keluarga terlatih terhadap

pendapatan nasional.

Pendapatan masyarakat adalah hasil penjualan dari faktor – faktor

produksi yang dimilikinya pada sektor produksi dan sektor ini membeli faktor –

faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan

harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar

ditentukan oleh tarik menarik antara penawaran dan permintaan.

Dalam ilmu ekonomi untuk meningkatkan profit dari suatu aktifitas

ekonomi dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Pendekatan memaksimumkan keuntungan atauprofit maximazation

Pendekatan memaksimumkan keuntungan adalah usaha yang dilakukan

untuk memaksimumkan profit berkonsentrasi kepada penjualan yang lebih banyak

untuk meningkatkan penjualan. Untuk volume penjualan dapat ditingkatkan

(16)

yang merupakan inti dari sistem pemasaran pengusaha yaitu produk, struktur

harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi.

2. Pendekatan meminimumkan biaya ataucost minimazation

Pendekatan meminimumkan biaya adalah usaha kegiatan perilaku

ekonomi yang mengkonsentrasikan kepada alokasi biaya yang dapat dilakukan

dengan meminimalkan. Upaya – upaya meminimumkan biaya ini akan

menciptakan alokasi biaya yang akan lebih efisien atau lebih kecil dibandingkan

dengan alokasi biaya sebelumnya. Dengan demikian biaya alokasi turun dan

mempunyai pengaruh terhadap profit atau laba misalnya jumlah alokasi biaya

pada suatu bidang kerja tertentu yang selama ini dikerjakan oleh banyak orang

diubah menjadi dikerjakan oleh lebih dari sedikit orang. Ini berarti ada

penggunaan biaya untuk gaji atau upah karyawan. Dengan demikian total biaya

berkurang dengan turunnya total biaya cateris paribus, profit secara otomatis

meningkat, sehingga kenaikan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut

(Kadariah,1994).

π= TR–TC

Keterangan :

π : Profit

TR : Total Revenue (TR = P x C)

(17)

2.3. Tenaga Kerja

2.3.1. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang

bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain, seperti

bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga

kerja menurutnya ditentukan oleh umur/usia. Sumber daya manusia menyangkut

manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.

Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai

ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur

dengan usia.

Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja.

Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau man

power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia

kerja. Pengertian tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja atau

sedang bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut

terakhir, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan

sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Penggunaan sumber daya manusia untuk

kegiatan produksi dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas sumber daya manusia

serta kondisi perekonomian yang mempengaruhi sumber daya manusia di

Indonesia, semula dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur

maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai

penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Pemilihan 10 tahun sebagai batas

(18)

banyak penduduk berumur muda terutama di desa-desa sudah bekerja atau

mencari pekerjaan. Dengan bertambahnya, kegiatan pendidikan maka jumlah

penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang.

Bila wajib sekolah 9 tahun diterapkan, maka anak-anak sampai dengan umur 14

tahun akan berada di sekolah. Dengan kata lain jumlah penduduk yang bekerja

dalam batas umur tersebut akan menjadi sangat kecil, sehingga batas umur

minimum lebih tepat dinaikkan menjadi 15 tahun.

2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja.

2.3.2.1. Tingkat Upah

Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat upah. Perbedaan

dalam tingkat upah ini semakin besar pada pekerja-pekerja yang lebih tua. Hal ini

disebabkan oleh kemampuan belajar pekerja yang berpendidikan lebih tinggi

relatif lebih baik, sehingga pada masa kerja yang sama pengalaman bekerja yang

lebih tinggi juga akan lebih baik. Dengan demikian, secara nyata pengalaman

kerja juga berpengaruh positif terhadap tingkat upah.

2.3.2.2. Teknologi

Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak

cara. Di banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu memperbaiki

ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini) dan telah memungkinkan

bertambahnya kaum senggang. Banyak proses teknologi menghasilkan produk

sampingan yang tidak dikehendaki, yang disebut pencemar, dan menguras sumber

(19)

penerapan teknologi telah memengaruhi nilai suatu masyarakat dan teknologi baru

seringkali mencuatkan pertanyaan-pertanyaan etika baru.

2.3.2.3. Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran perusahaan dalam

mencapai tujuannya. Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling

strategi dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan

produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu

tenaga kerja merupakan faktor penting dalam mengukur produktivitas. Hal ini

disebabkan oleh dua hal, antara lain; pertama, karena besarnya biaya yang

dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya yang terbesar untuk

pengadaan produk atau jasa; kedua, karena masukan pada faktor - faktor lain

seperti modal.

2.3.2.4. Kualitas Tenaga Kerja

Kualitas kerja adalah suatu standar fisik yang diukur karena hasil kerja

yang dilakukan atau dilaksanakan karyawan atas tugas-tugasnya. Inti dari kualitas

kerja adalah suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan efisiensi suatu

pekerjaan yang dilakukan oleh sumber daya manusia atau sumber daya lainnya

dalam pencapaian tujuan atau sasaran perusahaan dengan baik dan berdaya guna.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan

memberikan pelatihan atau training, memberikan insentife atau bonus dan

mengaplikasikan atau menerapkan teknologi yang dapat membantu meningkatkan

(20)

2.4. Faktor–Faktor Produksi

Faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses

produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat

kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan.

Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya

menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari alam maupun tidak, yang

digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical

resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi

sebagai sebuah faktor produksi mengingat semakin pentingnya peran informasi di

era globalisasi ini. (Griffin R: 2006).

Menurut (Sukirno,1985) secara umum faktor produksi dapat dijelaskan

sebagai berikut : Faktor produksi adalah benda–benda yang disediakan oleh alam

atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang–

barang atau jasa–jasa.

Pada umumnya suatu barang dan jasa yang diproduksi, dipengaruhi oleh

alam (tanah), modal dan tenaga kerja sebagai faktor –faktor produksi. Disamping

itu terdapat faktor – faktor produksi lain yang pengaruhnya tergantung pada

barang atau jasa yang diproduksi. Faktor–faktor produksi tersebut antara lain :

a. Tanah

Tanah sebagai salah satu faktor produksi biasanya terdiri dari barang

ekonomi atau material yang diberikan oleh alam tanpa bantuan manusia. Istilah

tersebut bukan hanya meliputi permukaan tanah dan air, melainkan segala sesuatu

(21)

b. Modal

Modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk

melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya,

bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan

sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing.

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya

setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang

bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman bank.

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung

maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga

kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi

tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh

tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokan berdasarkan

kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya.

d. Keahlian

Keahlian adalah suatu hasil dari mapan-nya pengetahuan, sedangkan bakat

adalah sebab dari prestasi yang diraih ketika usia belia. Pembangunan ekonomi

terutama diciptakan dengan adanya inisiatif dari golongan produsen yang inovatif

atau sebagian ahli menyebutnya dengan kewiraswastaan. Keahlian merupakan

suatu keterampilan yang perlu dibedakan dengan keterampilan – keterampilan

lainya. Oleh sebab itu, keahlian digolongkan menjadi salah satu faktor produksi

(22)

2.5.Teknik sampling purposive dan Rumus Slovin

Teknik sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono : 2008). Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu

proses pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel

yang hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan

tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang

ditetapkan.

Pertanyaan yang seringkali diajukan dalam metode pengambilan sampel

adalah berapa jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian. Sampel yang

terlalu kecil dapat menyebabkan penelitian tidak dapat menggambarkan kondisi

populasi yang sesungguhnya. Sebaliknya, sampel yang terlalu besar dapat

mengakibatkan pemborosan biaya penelitian.

Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel

adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:

2 1 Ne

N n

 

Dimana

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : Batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi

kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan persentase. Semakin

(23)

22

III. METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Biaya produksi dalam hal ini penggunaan pupuk yang dikeluarkan oleh

petani karet dalam setiap masa kali panen.

2. Ketersediaan jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan

3. Pengaruh besarnya luas lahan karet yang dimiliki terhadap hasil

pendapatan petani karet di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten

Nagan Raya.

4. Analisis penelitian ini adalah dalam satu kali masa panen

5. Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua yang

penghasilan kotor yang diperoleh oleh petani karet dalam masa satu kali

panen dengan asumsi perhitungan setelah 5 tahun penanaman bibit karet

sampai karet siap dipanen, petani akan memanen hasilnya setiap empat

hari sekali, dan perhitungan pendapatan petani karet adalah per 6 bulan

sekali.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data cross section

dan sumber data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh

melalui daerah yang akan diteliti dan disini di Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya yang bersedia di wawancarai oleh peneliti baik lisan

maupun tulisan dengan kuisioner, guna memperoleh data– data yang dibutuhkan

(24)

penulis mengambil 100 orang petani karet sebagai sampel yang dipilih secara

random dari beberapa desa di kecamatan Seunagan Timur.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui hasil observasi, wawancara langsung terhadap

petani, dan pengumpulan bahan kepustakaan.

1. Observasi dilakukan terhadap para petani karet di Kecamatan Seunagan

Timur Kabupaten Nagan Raya dengan mengamati secara langsung.

2. Wawancara dilakukan peneliti memberikan kuisioner atau

mewawancarai secara langsung kepada para petani karet di Kecamatan

Seunagan Timur.

3. Bahan Kepustakaan diperoleh dengan mengumpulkan data yang

diperoleh dari literatur – literatur yang berhubungan dengan

permasalahan yang ada dalam penulisan skripsi.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan oleh penulis yaitu petani karet yang ada di

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dengan jumlah sampel

sebanyak 100 Responden, yang diperkirakan berdasarkan jumlah populasi petani

di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya sebanyak 1.722 jiwa.

Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang penulis

ambil adalah metode purposive sampling pada rumusslovin dengan nilai kritis /

galat sebesar 10% . Adapun rumusslovintersebut adalah sebagai berikut :

2 1 Ne

N n

 

(25)

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

e : Nilai kritis (batasan ketelitian yang diinginkan / persen kelonggaran

ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi)

3.5. Model Analisis Data

Karena penulis menggunakan tiga variabel dalam analisis ini yaitu antara

pendapatan dengan biaya produksi, jumlah tenaga kerja dan luas lahan karet,

maka model analisis yang dilakukan adalah model analisis linear berganda.

Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah model kuadrat terkecil biasa

(Ordinary Least Square / OLS).

Berikut ini adalah bentuk pemodelan yang digunakan dalam penelitian ini :

Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+µ

Keterangan :

Y : Pendapatan kotor petani karet (Rupiah)

a : Konstanta(Nilai tetap)

b1,b2,b3 : Koefisien regresi(Nilai pendugaan)

x1 : Biaya pupuk (Rupiah)

x2 : Jumlah tenaga kerja (Orang)

x3 : Luas lahan (Ha)

µ : Team of error (Kesalahan pengganggu)

3.6. Uji Kesesuaian

Untuk mengetahui apakah model sampel representatif terhadap model

populasi maka diperlukan pengujian terhadap parameter-parameter regresi

(26)

(menggunakan tabel analisis ragam (statistik uji F) atau uji parsial dengan statistik

uji t.

3.6.1. Uji TStatistik

Uji t – statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan

untuk mengetahui signifikasi pengaruh koefisien regresi secara individu terhadap

variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan.

Pada uji t–statistik ini digunakan hipotesis berikut :

Ho: bi= b

H1: bi≠b

Kriteria pengujiannya dengan p-value. Jika p-value > α maka terima H0

berarti pada parameter koefisien regresi yang diuji (variabel X yang diuji)

dinyatakan tidak ada hubungan linier dengan variabel respon. Dan jika p-value≤

α maka tolak H0 berari pada parameter koefisien regresi yang diuji (variabel X

yang diuji) dinyatakan ada hubungan linier dengan variabel respon.

3.6.2. Uji FStatistik

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara

bersama–sama terhadap variabel dependen digunakan uji F.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

Ho: b1= b2= bk... bk= 0 (tidak ada pengaruh)

Ha: b2= 0 ... i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F–hitung dengan F

tabel. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel

(27)

Jika pengujian berdasarkan tabel ANOVA, jika kriteria pengujiannya

dengan p-value maka : Jika p-value > α maka terima H0 berarti tidak ada

hubungan linier antar variabel. Dan sebaliknya, jika p-value ≤α maka tolak H0

berari minimal ada salah satu variabel bebas (prediktor) berhubungan linier

dengan variabel tak bebas (respon).

3.6.3. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R2 digunakan untuk

melihat seberapa besar variasi dari variabel dependen (Y) yang dapat diterangkan

oleh variabel independent (X). Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0≤ R2≤1).

Nilai R2diperoleh dari rumus :

SST SSR R2

Dimana :

SST : Sum of squares total / jumlah kuadrat total yang merupakan total

variasi Y (SST = SSR + SSE)

SSR : Sum of squares regresion / jumlah kuadrat regresi yang merupakan

total variasi yang dapat dijelaskan oleh garis regresi.

SSE : Sum of squares error / jumlah kuadrat error yang merupakan total

variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh garis regresi (Gujarati, 2006)

3.7. Uji Asumsi Klasik

Uji penyimpangan asumsi klasik adalah pengujian terhadap beberapa

asumsi klasik yang dilakukan untuk melihat suatu model dikatakan baik dan

(28)

Asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain :

1. Model regresi adalah linier, yaitu didalam parameter

2. Residual variabel pengganggu (µi)mempunyai nilai rata – rata nol (zero

mean value disturbance µi)

3. Homokedastisitas atau varian dari µiadalah konstan

4. Tidak ada autokorelasi antara variabel pengganggu(µi)

5. Kovarian antara µidan variabel independen (Xi) adalah nol

6. Jumlah data (observasi) harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

parameter yang akan diestimasi

7. Tidak ada multikolinearitas

8. Variabel pengganggu harus berdistribusi normal atau stokastik (Wahyu

Ario Pratomo dan Paidi Hidayat, 2007)

Berdasarkan beberapa kondisi diatas, maka perlu dilakukan beberapa

pengujian sebagai berikut :

3.7.1. Multikoliniaritas

Multikoliniaritas adalah alat untuk mengetahui kondisi,apakah terdapat

korelasi variable independen di antara satu sama lain. multikolinieritas diuji

dengan menghitung nilai VIF (Variance Inflating Factor), R2, F- hitung, dan

standar error. Adapun Multikoliniaritas ditandai dengan : nilai VIF > 5, Standar

error yang didapat tak terhinggadan nilai R2sangat tinggi

3.8.1.Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana masing-masing

(29)

dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman yaitu

mengkorelasikan antara absolut residual hasil regresi dengan semua variabel

bebas. Bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%) maka persamaan

regresi tersebut mengandung heteroskedastisitas dan sebaliknya berarti non

heteroskedastisitas atau homokedastisitas.

3.8. Defenisi Operasional Variabel

Defenisi Operasional Variabel adalah mendefinisikan variabel secara

operasional yang berdasarkan karakteristik yang di amati sehingga memudahkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek. Dalam penelitian ini, Defenisi operasional yang dapat ditentukan parameter

yang di jadikan ukuran sebagai berikut :

1. Pendapatan petani karet adalah pendapatan kotor (dalam Rupiah per

panen) yang diterima petani karet (hasil panen karet Kg x harga jual karet

Rp). Asumsi Perhitungan satu kali masa panen adalah dengan

perhitungan setelah 5 tahun penanaman bibit karet sampai karet siap

dipanen, petani akan memanen hasilnya setiap empat hari sekali, dan

perhitungan pendapatan petani karet adalah per 6 bulan sekali.

2. Biaya pupuk adalah biaya pembelian pupuk yang dikeluarkan petani karet

(dalam rupiah per panen). Setiap petani membeli pupuk dengan harga

yang berbeda.

3. Jumlah tenaga kerja adalah penggunaan jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan dalam satu kali musim panen (jiwa)

4. Luas lahan adalah luas tanah petani karet yang digunakan untuk menanam

(30)

4.1. Deskkripsi Daerah Penelitian

a. Kondisi Geografis

Kecamatan Seunagan Timur adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten

Nagan Raya Propinsi Aceh. Luas wilayahnya adalah 258,79 Km2dengan jumlah

penduduk sebesar 12.160 jiwa. Kecamatan Seunagan Timur mempunyai

ketinggian lebih kurang 600 - 700 M dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata

26 Co dengan rata-rata curah hujan 300 Mm/tahun. (Stasiun Meteorologi dan

Geofisika Cut Nyak Dhien).

Kecamatan Seunagan Timur berjarak kira-kira dari pusat Pemerintahan

Kabupaten yang memiliki batas-batas Wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Barat

• Sebelah Selatan : Kecamatan Tadu Raya

• Sebelah Barat : Kecamatan Seunagan

• Sebelah Timur : Kecamatan Beutong

b. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya

terdiri atas laki-laki berjumlah 1.130 jiwa, dan perempuan berjumlah 6.030 jiwa

dengan keseluruhan berjumlah 12.160 jiwa, dengan luas wilayah 345,25 km dan

terdapat pada 34 Desa yang tersebar di Kecamatan Seunagan Timur. Untuk lebih

jelasnya pendristribusian jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah

(31)

Tabel 4.2.Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya, 2011

No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Persentase (%)

1 Laki_laki 6.130 50,90

2 Perempuan 6.030 49,10

Jumlah 12.160 100,00

Sumber : Data Kantor Kecamatan Seunagan Timur, 2011

c. Mata Pencaharian

Sesuai dengan Kondisi daya alam pada umunya sumber mata

pencaharian masyarakat adalah petani, di samping itu ada juga yang lain, seperti

berdagang,pegawai dan karyawan serta yang lain-lainya. Hanya sebahagian kecil

diluar pekerjaan tersebut.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya, 2011

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Persentase

1 PNS 433 4,56

2 Industri 300 3,16

3 Pertanian 8.047 84,92

4 Lainya 698 7,36

Jumlah 9.478 100,00

Sumber : Data Kantor Kecamatan Seunagan Timur, 2011

Dari data diatas 4.3 distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian

dapat dilihat,sebahagian besar penduduk dari masyarakat adalah petani yaitu

sebanyak 8.047 orang atau sebesar 84,92 persen, dan Pegawai Negeri Sipil

sebanyak 4,56 persen atau sebanyak 433 orang dan industri 16 persen atau

sebanyak 300 orang.

d. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan suatu pendduduk merupakan salah satu indikator yang

menunjukkan tingkat kemajuan dan tingkat keberhasilan pembangunan di daerah

tersebut. Sarana pendidkan yang tersedia adalah terdiri dari 20 unit sekolah dasar,

(32)

Untuk lebih jelas sarana pendidikan di kecamatan Seunagan Timur dapat

dilihat di tabel berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Berdasarkan Sarana Tinggkat Pendidikan di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya, 2011

No Keterangan Jumlah Unit Sekolah

1 TK 3

2 SD 20

3 SLTP 2

4 SMA 1

Jumlah 26

Sumber : Data Kantor Kecamatan Seunagan Timur, 2011

4.2. Karakteristik Petani

Tingkat produksi sekaligus pendapatan petani yang diusahakan turut

dipengaruhi oleh karakteristik petani yang mengusahakan usahatani. Dalam

penelitian ini, unsur-unsur karakteristik petani yang dianalisa meliputi umur,

pendidikan, pengalaman, besarnya jumlah tanggungan dan luas lahan garapan

yang mempunyai hubungan dengan kemampuan petani dalam mengalokasikan

sumber daya yang dimiliki.

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara

berfikir. Petani yang lebih muda biasanya cenderung lebih agresif dan lebih

dinamis dalam berusahatani bila dibandingkan dengan petani yang lebih tua.

Di samping itu umur juga mempengaruhi seorang petani dalam mengelola

usahataninya. Petani dengan umur yang relatif muda akan mampu bekerja

keras bila dibandingkan dengan petani yang lebih tua.

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang menentukan dalam

(33)

rendah akan mengakibatkan daya serap petani terhadap perkembangan

teknologi menjadi lamban, sehingga terjadi kesulitan dan membutuhkan waktu

yang lama untuk mengadopsi hal-hal yang baru. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi kemampuan yang dimilikinya

dalam mengembangkan dan menerapkan segala sesuatu yang menyangkut

usahataninya.

Jumlah tanggungan atau jumlah orang yang menjadi tanggung jawab

petani terhadap kelangsungan hidup dan pendidikannya juga mempengaruhi

pendapatan dan pengeluaran keluarga petani. Jumlah tanggungan juga

merupakan aset tersendiri bagi keluarga petani. Dengan jumlah tanggungan

yang besar maka petani akan memiliki tenaga kerja dalam keluarga yang lebih

besar pula. Hal ini akan berpengaruh terhadap biaya tunai yang sebenarnya

termasuk dalam penerimaan keluarga tani.

Berdasarkan pengalaman yang didapat petani dalam berusahatani juga

menentukan keberhasilan suatu usahatani. Petani dengan pengalaman kerja

yang lebih lama akan lebih muda mengambil keputusan yang baik pada saat

yang tepat.

Jumlah tanggungan yang relatif besar akan menekan biaya produksi

yang dibayarkan petani akan kecil. Dengan penambahan tenaga kerja dalam

keluarga akan menambah pendapatan yang diterima petani. Keseriusan dalam

penerapan teknologi juga akan semakin baik apabila diusahakan oleh anggota

(34)

4.3. Luas Lahan Garapan

Keseluruhan areal yang digarap petani untuk usahatani Karet dalam

satu kali musim panen merupakan luas lahan garapan. Luas lahan yang

diusahakan oleh petani sampel sangat bervariasi. Pada umumnya petani sampel

merupakan pemilik lahan atau bukan sebagai penyewa. Hernanto (1993)

menyatakan bahwa yang termasuk golongan lahan luas sempit adalah kurang

dari 0,5 hektar, golongan lahan sedang antara 0,5- 2,0 hektar dan golongan

lahan luas lebih dari 2,0 hektar. Luas lahan garapan pada daerah penelitian ini

berkisar antara 1,0 – 3,0 hektar. Adapun jumlah petani sampel bedasarkan

golongan luas lahan garapan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5. Jumlah Petani Sampel Karet Berdasarkan Kriteria dan Luas Lahan Garapan

No

Kriteria Luas Lahan Jumlah(orang) Persentase

1 Sempit (< 0,5 ha) - 0,00 2 Sedang (0,5-2 ha) 75 75

3 Luas (>2 ha) 25 25

Jumlah 100 100,00

Sumber: Data diolah, 2013

Tabel 4.5 menjelaskan bahwa 75 persen petani sampel memiliki luas

lahan garapan yang sedang sebanyak 75 orang, dan yang memiliki luas lahan

garapan luas sebanyak 25 persen sebanyak 25 orang. Dari semua petani di

daerah penelitian tidak ada yang memiliki lahan dengan kriteria sempit.

4.4.Penggunaan Tenaga Kerja

Berdasarkan pencurahan tenaga kerja dari setiap jenis tenaga kerja yang

digunakan, maka seluruh unit satuan kerja dihitung dengan mengkonversikan

(35)

per orang. Tenaga kerja setara pria menerima upah 30.000 rupiah per hari. Hal

ini disebabkan lahan yang digarap tidak terlalu luas. Adapun jenis-jenis

kegiatan yang dilakukan meliputi pengolahan tanah, penamanan, pemupukan,

penyulaman, pengairan, penyiangan, pembubunan, pengendalian hama

penyakit tanaman dan pasca panen. Untuk distribusi penggunaan tenaga kerja

pada setiap fase kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja

No Fase Kegiatan Penggunaan Tenaga Kerja(HKP)

1 Penderesan 6,86

2 Pemupukan 5,86

3 Penyiangan 5,14

4 Pengendalian hama penyakit tanaman 6,86

5 Pasca Panen 1,50

Total 26,21

Sumber: Data diolah, 2013

Tabel 4.6 menjelaskan bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk

seluruh jenis kegiatan adalah sebesar 26,21 HKP. Tenaga kerja yang

digunakan pada kegiatan penderesan dan pengendalian hama penyakit tanaman

di daerah penelitian relatif besar dibandingkan dengan fase kegiatan yang

lainnya, yaitu 6,86 HKP dari jumlah total tenaga kerja yang digunakan pada

usatahani tersebut.

4.5. Penggunaan Sarana Produksi

Penggunaan sarana produksi dalam usahatani karet di daerah penelitian,

dalam penggunaan sarana produksi ini petani banyak yang menggunakan

sarana poduksi yang meliputi pupuk organik dan organik seperti; pupuk

(36)

cangkul, grek, parang dan sprayer. Di daerah penelitian petani menggunakan

pupuk lengkap dalam upaya menjaga pertumbuhan tanaman Karet untuk

tumbuh subur dan produksi yang baik.

Penggunaan sarana produksi petanian pada usahatani karet yang

diusahakan oleh petani, menggunakan berbagai jenis sarana produksi

diantaranya; pupuk, pestisida, herbisida, parang, cangkul dan pisau deres.

Sedangkan pengunaan herbisida adalah untuk membasmi tanaman pengganggu

serta menjaga agar lahan perkebunan tetap bersih, tidak dimasukkan dalam

perhitungan, ini disebabkan hanya sedikit penggunaannya. Sedangkan

peralatan yang dipergunakan dalam rangka produksi adalah grek untuk

mengangkat buah Karet dari lahan. Adapun rata-rata penggunaan sarana

produksi pada daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7. Rata-rata Penggunaan Sarana dan Alat Produksi Karet

No Jenis Sarana

Table 4.7 menjelaskan bahwa rata-rata penggunaan sarana produksi

dalam usahatani karet terbesar terdapat pada penggunaan pupuk urea sebesar

125 kilogram, pupuk KCL sebanyak 58,33 kg serta pupuk SP-36 dan pupuk

(37)

4.6. Biaya Produksi

Penggunaan biaya-biaya produksi dalam pengelolaan karet yang

diusahakan oleh petani perlu diperhitungkan dalam penelitian ini adalah

seluruh pengeluaran yang dibayar tunai maupun tidak tunai untuk satu kali

musim panen. Perhitungan didasarkan atas harga-harga yang berlaku di daerah

penelitian.

Biaya yang diperhitungkan meliputi biaya tenaga kerja, biaya sarana

produksi dan biaya penyusutan alat-alat pertanian. Biaya tidak tunai adalah

upah tenaga kerja yang seluruhnya berasal dari dalam keluarga. Adapun biaya

tunai yang dikeluarkan seperti pembelian sarana produksi.

Adapun perincian penggunaan rata-rata biaya-biaya sarana produksi

dan peralatan pertanian ini dapat di lihat pada Tabel 4.8 berikut dibawah ini.

Tabel 4.8. Rata-rata Penggunaan Biaya Produksi Karet

No Komponen Biaya Biaya Tunai (Rp) Biaya TidakTunai (Rp)

Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pengeluaran terbesar dalam penggunaan

biaya produksi dikeluarkan dalam bentuk tidak tunai yaitu sebesar Rp.

(38)

kerja berasal dari dalam keluarga. Sedangkan biaya tunai terdiri dari biaya

pembelian pupuk dan herbisida serta alat-alat pertanian. Besarnya biaya tunai

yang dikeluarkan oleh petani sampel adalah Rp. 2.017.261,91.

4.7. Produksi dan Nilai Hasil Produksi

Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah fisik yang

dihasilkan dari usahatani Karet. Konsep dasar di dalam kegiatan ekonomi pada

dasarkan adalah fungsi produksi. Petani Indonesia umumnya tidak mengerti

fungsi produksi. Dalam keseharian mereka bergelut dalam hal yang

menyangkut produksi dan pengolahan faktor-faktor produksi dalam bentuk

fisik. Misalnya luas lahan, batas lahan, kilogram pupuk dan bibit, serta

beberapa liter obat-obatan. Sebenarnya mereka bergelut dengan fungsi

pertanian yaitu produksi. Melalui fungsi produksi itu dapat dilihat secara nyata

bentuk hubungan perbedaan jumlah dari faktor produksi dan sekaligus

menunjukkan produktivitas dari hasil itu tersendiri.

Tinggi rendahnya hasil produksi dalam usahatani sangat tergantung

pada sistem pengolahan usahatani dan pemakaian sarana produksi. Tujuan

peningkatan produksi dan produktivitas yang dihasilkan adalah untuk

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dengan penggunaan paket

teknologi yang disarankan, diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi yang dihasilkan

petani sampel sudah memenuhi harapan petani karet, hal ini juga menjadi

(39)

PPL dilingkungan Kecamatan Seunagan Timur dalam membina petani karet di

daerah tersebut.

Nilai produksi merupakan pendapatan kotor yang diperoleh dari hasil

kali total produksi dengan harga jual yang berlaku di daerah penelitian adalah

Rp. 10.000/kg. Tabel 4.9 berikut juga memperlihatkan rata-rata nilai produksi

Karet per usahatani yang dihasilkan oleh petani sampel.

Tabel 4.9. Rata-rata Produksi dan Nilai Produksi Karet

No Uraian Satuan Rata-rata

1 Produksi Kg 118

2 Harga produksi Rp 10000 3 Nilai produksi Rp 4.387.500 Sumber: Data diolah, 2013

Tabel 4.9 menjelaskan bahwa rata-rata nilai produksi per hektar adalah

sebesar Rp. 4.387.500.

4.8. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani yang dimaksud dalam penelitian adalah

pendapatan usahatani Karet yang diperoleh dalam satu kali musim panen.

Pendapatan usahatani dalam penelitian ini adalah pendapatan yang merupakan

hasil pengurangan antara hasi produksi dengan seluruh biaya produksi yang

dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Rata-rata pendapatan pada

usahatani Karet di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.10. Rata-rata Nilai Produksi Karet

No Uraian Satuan Rata-rata

1 Produksi Kg 1.755

2 Nilai produksi Rp 4.387.500 3 Biaya produksi Rp 3.248.295

4 Pendapatan Rp 1.132.905

(40)

4.9. Analisis Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Seunagan Timur

4.9.1 Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan variabel

independet diantara satu dengan yang lainnya.Dalam penelitian ini tidak terdapat

multikolinieritas diantara variabel independent. Hal ini dapat diperoleh melalui

ketentuan sebagai berikut :

1. Nilai VIF > 5

Kenyataan : berdasarkan hasil data yang telah dianalisis menggunakan

SPSS, nilai VIF untuk variabel Jumlah pekerja (X2) < 5

2. Standar error tidak terhingga

Kenyataan : pada hasil regresi bahwa standar error masing – masing

variabel tergolong rendah.

3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori pada model

estimasi

Kenyataan : Pada hasil regresi bahwa ada 2 variabel yang mengalami

perubahan tanda pada model estimasi

4. R2yang sangat tinggi

Kenyataan : pada hasil regresi nilai R2tidak terlalu tinggi

Untuk melihat bahwa didalam penelitian ini tidak terdapat multikolinieritas

diantara variabel independent dapat terlihat dari setiap koefisien masing –masing

variabel sesuai dengan hipotesa yang ditentukan.

(41)

Maka dilakukan pengujian diantara masing – masing variabel independen,

Maka didapat R2= 0,804 artinya variabel tenaga kerja (X2) dan Luas

Lahan (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 80% terhadap

variabel biaya pupuk (X1). Dari hasil persamaan R2 persamaan 2 ini

dapat disimpulkan tidak ada multikolinieritas diantara variabel

independen, karena R2persamaan 2 lebih kecil dari R2model analisis

persamaan 1

Maka didapat R2= 0,756 artinya variabel biaya pupuk (X1), dan Luas

Lahan (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 76% terhadap

variabel tenaga kerja (X2). Dari hasil persamaan R2 persamaan 3 ini

dapat disimpulkan tidak ada multikolinieritas diantara variabel

independen, karena R2persamaan 3 lebih kecil dari R2model analisis

(42)

Maka didapat R2= 0,8370 artinya variabel biaya pupuk (X1), variabel

tenaga kerja (X2) dan mampu memberi penjelasan sebesar 83,70%

terhadap Luas Lahan (X3). Dari hasil persamaan R2 persamaan 4 ini

dapat disimpulkan terjadi multikolinieritas diantara variabel

independen, karena R2persamaan 4 lebih besar dari R2model analisis

persamaan 1

4.9.2 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel pengganggu (Error term) tidak

mempunyai varians yang konstan (sama) untuk semua observasi sehingga residual

variabel pengganggu tidak bernilai nol atau E(µ)2 ≠σ2.

Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank

Spearman yaitu mengkorelasikan antara absolut residual hasil regresi dengan

semua variabel bebas. Bila signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%)

maka persamaan regresi tersebut mengandung heteroskedastisitas dan sebaliknya

berarti non heteroskedastisitas atau homoskedastisitas.

Tabel 4.11. Uji Heterokedastisitas atau Homokedastisitas

Variabel Bebas r Abs_Res sig Keterangan

Biaya Pupuk (X1) 0,083 0,411 homokedastisitas

Jumlah Tenaga Kerja (X2) 0,009 0,930 homokedastisitas

Luas Lahan (X3) 0,00 0,999 homokedastisitas

Dari tabel uji Heterokodastisitas atau Homokedastisitas diatas

menunjukkan bahwa variabel yang diuji tidak mengandung heteroskedastisitas

(43)

residual sehingga bila data diperbesar tidak menyebabkan residual (kesalahan)

semakin besar pula.

4.10. Analisis Data Penelitian

4.10.1. Uji Regresi

Besarnya perubahan pada faktor pendapatan petani karet (Y) akibat

perubahan pada faktor biaya pupuk (X1), tenaga kerja (X2), dan luas lahan (X3) di

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dapat dijelaskan melalui

persamaan regresi yang diperoleh sebagai berikut.

Tabel 4.12.Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Intercept -2391126.945 5043331 0.63649 Biaya Pupuk (X1) -2.51449288 2.48554 -1.1012 0.31425

Tenaga Kerja (X2) -116920.6447 223214 -.5238 0.60162

Luas Lahan (X3) 29702150.97 5170001 5.7541 1.1E-07

Sumber : Data diolah, 2013

Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan, maka persamaan

regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Y = - 2391126.945 - 2.51449288 X1- 116920.6447 X2+ 29702150.97 X3

Persamaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Nilai -2.51449288 adalah bernilai negatif sehingga dapat dikatakan bahwa

biaya pupuk mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan petani karet di

Kecamatan Seunagan Timur akan berpengaruh terhadap penurunan

pendapatan sebesar (-2.51449288). Artinya setiap terjadi penurunan biaya

pupuk sebesar 1 satuan maka pendapatan petani karet berkurang sebesar

(44)

2. Nilai -1.169206447 adalah bernilai negatif sehingga dapat dikatakan bahwa

tenaga kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan petani karetdi

Kecamatan Seunagan Timur akan menurunkan pendapatan sebesar

(-1.169206447). Artinya setiap terjadi penurunan jumlah tenaga kerja sebesar

1 satuan maka pendapatan petani karet berkurang sebesar (-1.169206447).

3. Nilai 2.970215097 adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa luas

lahan mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan petani karetdi

Kecamatan Seunagan Timur sebesar 2.970215097. Artinya setiap terjadi

peningkatan luas lahan sebesar 1 satuan akan meningkatkan pendapatan petani

berkurang sebesar 2.970215097.

4.10.2 Uji Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar

persentase perubahan atau variasi dari variabel dependen bisa dijelaskan oleh

perubahan atau variasi dari variabel independen. Dengan mengetahui nilai

koefisien determinasi dapat dijelaskan kebaikan dari model regresi dalam

memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi akan

semakin baik kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perilaku

variabel dependen. Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat dari nilaiR

squarepada analisis regresi berganda.

Tabel 4.13. Koefisien Determinasi

Regression Statistics

Multiple R 0.91488032

R Square 0.837006

Adjusted R Square 0.831912437 Standard Error 7.784001789

(45)

Berdasarkan Tabel 4.16, koefisien determinasi memiliki R squaresebesar

0.8370. Hal ini berarti 83,70% variasi naik turunnya pendapatan petani karetdi

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya yang dapat dijelaskan oleh

variabel seperti biaya pupuk, tenaga kerja dan luas lahan Sedangkan sisanya (100

% - 83,70 % = 16,30 %) dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak

dijelaskan dalam penelitian ini.

4.10.3 Uji T

Untuk mengetahui hubungan antara variabel penilaian (Y) terhadap

pendapatan (X) digunakan juga uji parsial atau uji statistik.

Tabel 4.14.Hasil Uji Nilai t Hitung

Unstandardized Coefficients T Sig.

Luas Lahan (X3) 2.970215097 5.170000908 5.7451 1.1E-07

Sumber: Data diolah, 2013

a. Pengujian Terhadap Faktor Biaya Pupuk

Hasil pengolahan data pada biaya pupuk mempunyai probabilitas sebesar

0.000 lebih kecil dari 0,05, dan nilai thitung (-1,0116) > ttabel (1,98). Ini berarti H1

diterima, hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara sistem biaya

produksi terhadap pendapatan petani karet.

b. Pengujian Terhadap Tenaga Kerja

Hasil pengolahan data pada tenaga kerja mempunyai probabilitas sebesar

(46)

H1diterima, hal ini menunujukkan adanya pengaruh yang positif antara sistem

pendapatan terhadap petani karet.

c. Pengujian Terhadap Luas Lahan

Hasil pengolahan data pada luas lahan mempunyai probabilitas sebesar

0.000 lebih kecil dari 0,05, dan nilai thitung 5.7451 > ttabel (1,98). Ini berarti H1

ditolak, hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara sistem luas

lahan terhadap pendapatan petani karet

4.10.4 Uji F

Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan

variabel dependent, apakah variabel Biaya Pupuk (X1),Tenaga Kerja (X2), dan

Luas Lahan(X3) benar-benar berpengaruh secara simultan (bersama-sama)

terhadap variabel dependen Y.

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut.

a. Menentukan Formulasi Hipotesis

- H0 : β1 = β2 0, artinya variabel X mempunyai berpengaruh yang

signifikan secara simultan terhadap variabel Y.

- H0 : β1 =β2≠ 0, artinya variabel X tidak mempunyai berpengaruh yang

signifikan secara simultan terhadap variabel Y.

b. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α=0,05)

c. Menentukan signifikansi

- Nilai signifikasi (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.

- Nilai signifikasi (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

(47)

- Bila (P Value) < 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya variable

independent secara simultan (bersama-sama) mempengaruhi variable

dependent.

- Bila (P Value) > 0,05 maka H0 ditolah dan Ha diterima. Artinya variabel

independent secara simultan (bersama-sama) tidak mempengaruhi

variable dependent.

Hasil uji F pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 4.15. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Mode l

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 2.98699E+16 3 .848 30.132 .000(a)

Residual 5.81671E+15 96 .028

Total 3.56866E+16 99

Dari hasil uji F pada penelitian ini didapatkan nilai F hitung sebesar 30,13

dengan angka signifikansi (P value) sebesar 0,000. Dengan tingkat signifikansi

95% (α =0,05). Angka signifikansi (P value) sebesar 0,000 < 0,05. Atas dasar

perbandingan tersebut, maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau berarti variabel

biaya pupuk, tenaga kerja, luas lahan mempunyai pengaruh yang signifikan secara

bersama-sama terhadap variabel pendapatan petani. Untuk F0,05 (3,96) = 2,699.

Berarti F cari > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh

(48)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pupuk berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani. Hal ini dapat

dilihat dari nilai regresi (-2.51). sehingga dapat dikatakan bahwa biaya

pupuk mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan petani karet

sebesar (-2.51). Artinya setiap terjadi penurunan biaya pupuk sebesar 1

satuan akan mengurangi pendapatan petani karet sebesar (-2.51).

2. Tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani. Hal ini

dapat dilihat dari nilai regresi (-1.16) sehingga dapat dikatakan bahwa

tenaga kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan petani

karet sebesar (-1.16). Artinya setiap terjadi penurunan jumlah tenaga kerja

sebesar 1 satuan akan mengurangi pendapatan petani karet sebesar (-1.16).

3. Luas lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani. Hal ini dapat

dilihat dari niilai regresi 2.97 sehingga dapat dikatakan bahwa luas lahan

mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan petani karet sebesar

2.97. Artinya setiap terjadi peningkatan luas lahan sebesar 1 persen akan

(49)

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan diharapkan dapat meningkatkan

Pendapatan Petani karet di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya di

masa yang akan datang, yaitu :

1. Para petani karet disarankan untuk meningkatkan hasil panen karetnya

dengan penggunaan bibit unggul, efisiensi penggunaan pupuk bias

dilakukan dengan menggunakan pupuk kompos atau pupuk yang

berasal dari kotoran ternak, lahan dan tenaga kerja untuk

meningkatkan hasil panennya sehingga dapat meningkatkan

pendapatannya dengan meminimalkan kerugian.

2. Pemerintah sangat diharapkan memberi perhatian kepada petani karet

dengan memberikan subsidi kepada petani seperti subsidi pupuk

sehingga harga pupuk dapat berkurang dan mengurangi biaya produksi

petani karena pendapatan petani karet yang dipengaruhi salah satunya

oleh harga pupuk

3. Para petani sebaiknya efektif dan efisien dalam penggunaan tenaga

kerja akan mengurangi biaya HOK sehingga dapat menurunkan biaya

upah yang harus dikeluarkan oleh petani.

4. Untuk pengembangan petani karet, pemerintah dan petani dapat

membuat POKTAN (kelompok tani) dan GAPOKTAN (Gabungan

Kelompok Tani) dan mendirikan koperasi-koperasi sehingga petani

tidak lagi menjual hasil panennya ketengkulak dengan harga yang

(50)

Gambar

Tabel 2.1 Perkembangan Produksi Karet Indonesia
Tabel 2.2. Rekapitulasi Perkembangan Areal dan Produksi Komoditi
Tabel 4.2.Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan
Tabel 4.4. Distribusi Berdasarkan Sarana Tinggkat
+7

Referensi

Dokumen terkait

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

1) Penataan dan pengembangan sistem drainase secara terpadu dengan brandgang. Pada saat ini masih banyak jaringan drainase yang tidak terhubungkan satu dengan yang lain,

Perisai tersebut terbagi dalam dua bagian oleh Balok Lintang mendatar bertajuk empat buah yang berwarna putih (perak) pada pinggir atasnya. A) Bagian atas latar kuning (emas)

Meskipun memiliki kekuatan dan potensi untuk menjadi daya tarik wisata minat khusus, daya tarik wisata Hidden Canyon Beji Guwang masih memiliki kendala seperti kurangnya

Sedangkan episode depresi berat menurut kriteria DSM-IV- TR, adalah suasana perasaan ekstrem yang berlangsung paling tidak dua minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif

Tugas akhir ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan IRP dengan penggunaan algoritma ant colony untuk tipe permintaan yang bersifat stokastik, sehingga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pola arus akibat penambahan panjang dermaga di Perairan Teluk Ujungbatu Jepara berdasarkan pendekatan model numerik

Kristi (2014) melakukan Penelitian berjudul Analisis Usahatani Pendapatan Kopi Arabika (Coffea arabica ) di Desa Dolokmargu, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten