• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Belitung Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Aspek Pembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Belitung Timur"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan

bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab

Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong

untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan

permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah

daerah perlu juga mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan

dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai

pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan

pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang

dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar

pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor

swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang

dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah,

diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang

Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya

bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya,

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan

sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

Bab

Aspek Pembiayaan Pembangunan

(2)

9.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam

peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah

daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini,

Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat

yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,

serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah,

pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan

Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran

daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana

Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi

Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan

Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus

yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran

DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan

daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi

kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang

berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada

standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh

(3)

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman

daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan

Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman

langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam

melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD

tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan

pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari

pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan

DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres

56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam

penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan

dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman

dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri

21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,

dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan

Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk

pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria

teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem

(4)

perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.

Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan

pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development

Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

- Tingkat kerawanan air minum

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,

persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat

berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses

pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan

derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan

kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan kewenanangan pemerintah dan

dilaksanakan sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,

Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit

Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan

usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM

bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah

mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah

dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup

sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang akan dibahas dalam RPI2-JM

bidang Cipta Karya di Kabupaten Belitung Timur meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja

di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air

Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana

lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur

(5)

3. Dana APBD Kabupaten, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana

lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur

permukiman dengan skala kabupaten.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan

swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan

pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan

prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan

direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang

sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2 PROFIL APBD KABUPATEN BELITUNG TIMUR

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Belitung Timur selama 3-5 tahun

terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun

terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006

adalah sebagai berikut:

a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan

Pendapatan Lain yang Sah.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.

9.2.1 Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Belitung Timur

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang

Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah, menjadi titik tolak penyelenggaraan otonomi daerah pada kabupaten/kota. Daerah

kabupaten/kota mempunyai kewenangan yang didasarkan pada azas otonomi dalam wujud

otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, serta azas tugas pembantuan yang

merupakan penugasan daerah untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan.

Selama kurun waktu tahun 2005 sampai dengan 2010, proses perencanaan pembangunan

daerah yang dijabarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

(6)

sekaligus memperlihatkan keberhasilan dari pemekaran wilayah. Ini dapat dilihat dari

perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Belitung

Timur maupun program kegiatan yang dapat dilaksanakan pada periode tahun tersebut.

A. Kinerja Keuangan Masa Lalu

Sejak tahun 2001, Indonesia telah menjalani transformasi yang mendasar dari

pemerintahan yang tersentralisasi menjadi pemerintahan yang terdesentralisasi. Namun,

sampai saat ini, pemahaman mengenai transisi kekuasaan dan tanggung jawab

menyangkut sumber daya publik dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam

berbagai kapasitas masih sangat terbatas. Terutama, status Kabupaten Belitung Timur

yang merupakan bagian dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sebagai

daerah yang baru dimekarkan tentunya kebutuhan pendanaan pembangunan sangatlah

besar. Kurangnya informasi yang sistematis baik kualitatif maupun kuantitatif mengenai

bagaimana desentralisasi fiskal ini dikelola oleh kabupaten telah menjadi pemicu untuk

pengembangan kerangka pengukuran pengelolaan keuangan publik untuk pemerintah

daerah di Indonesia.

Kerangka Pengelolaan Keuangan Publik merupakan salah satu dari empat pilar kerangka

pengukuran pemerintah daerah. Pilar-pilar lainnya adalah pemberian layanan publik,

iklim investasi, dan kesehatan fiskal. Dengan mengukur kinerja dalam empat bidang

utama ini, penilaian yang sistematis terhadap kinerja pemerintah daerah dapat dilakukan.

Bagi Kabupaten Belitung Timur, kapasitas pengelolaan keuangan yang efektif di tingkat

pemerintah penting untuk pencapaian tujuan–tujuan pembangunan jangka panjang.

Beberapa faktor telah membatasi kapasitas pengelolaan keuangan di Belitung Timur.

Pertama, desentralisasi yang dilakukan secara cepat di Indonesia yang merupakan

pengalihan tanggung jawab fiskal dan penyerahan sumber daya keuangan kepada

pemerintah daerah tidak diikuti oleh peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam

mengelola sumber daya tersebut. Mengingat sebelum desentralisasi tugas utama

pemerintah daerah hanyalah menjalankan prioritas pembangunan pemerintah pusat,

sistem pengelolaan keuangan tidak dirancang untuk mengatasi perubahan pengaturan

fiskal.

Sejak menjadi Kabupaten pada tahun 2003 pengelolaan keuangan publik di Kabupaten

Belitung Timur telah mampu mengikuti berbagai peraturan perundangan tentang

pengelolaan keuangan, hal ini dibuktikan dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan

(7)

keuangan masih lemah setelah lima tahun sejak perubahan yang dibawa oleh

desentralisasi, hal ini berarti tujuan-tujuan desentralisasi masih belum tercapai di Belitung

Timur. Yang lebih penting dari penilaian pengelolaan keuangan secara keseluruhan

adalah tujuannya untuk membuat gambaran yang rinci mengenai kapasitas pengelolaan

keuangan masing-masing pemerintah daerah. Kekuatan dan kelemahan tertentu dalam

kapasitas pengelolaan keuangan daerah harus terus dilakukan perbaikan seiring dengan

makin dituntutnya pemerintah daerah untuk lebih transparan dan profesional.

1. Pendapatan Daerah

Strategi kebijakan pengelolaan pendapatan dalam anggaran pendapatan dan belanja

daerah selama kurun waktu 2005-2009 diarahkan untuk mendukung dan

memantapkan langkah-langkah konsolidasi fiskal sesuai dengan kebijakan fiskal

ditingkat nasional, guna mewujudkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) yang sehat dan berkelanjutan. Selain itu, kebijakan fiskal juga diarahkan untuk

memberikan stimulus fiskal, terutama ditengah ancaman melemahnya pertumbuhan

ekonomi akibat krisis ekonomi nasional. Langkah konsolidasi fiskal tersebut ditempuh

melalui optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah, peningkatan efisiensi dan

efektivitas belanja daerah, serta pemilihan alternatif pembiayaan yang tepat untuk

meminimalkan risiko keuangan (financial risk).

Dengan berbagai upaya tersebut, dalam kurun waktu 2007-2009 Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah berjalan dengan sehat dan berkelanjutan. Walaupun

Pendapatan asli daerah dan dana perimbangan tahun 2007 hingga tahun 2009

mengalami fluktuasi seiring dengan pasang surutnya perekonomian daerah dan

nasional serta penyesuaian dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat

(Tabel IX.1).

Tabel IX.1.

Realisasi Pendapatan Daerah di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2007-2009

U R A I A N 2007 2008 2009

PENDAPATAN ASLI DAERAH 31.919.705.173,40 35.215.916.375,09 33.931.398.100,29

Pajak Daerah 6.133.374.625,02 8.042.586.286,00 8.002.514.954,00 Retribusi Daerah 2.820.929.609,75 4.385.333.527,50 4.529.243.253,00 Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah Yg Dipisahkan 440.210.854,78 990.627.565,28 1.913.957.185,82 Lain-lain PAD Yang Sah 22.525.190.083,85 21.797.368.996,31 19.485.682.707,47

DANA PERIMBANGAN 273.965.979.759,00 324.145.727.981,00 312.064.254.319,00

(8)

U R A I A N 2007 2008 2009

Bagi Hasil Bukan Pajak 27.019.332.068,00 42.089.939.114,00 30.558.284.429,00 Dana Alokasi Umum 192.853.000.000,00 220.654.059.000,00 218.123.874.000,00 Dana Alokasi Khusus 34.907.000.000,00 40.623.000.000,00 38.289.000.000,00

LAIN-LAIN PENDAPATAN 9.477.025.475,19 16.585.528.968,85 17.167.256.622,00

Dana Penyesuaian 704.652.000,00 744.055.000,00 5.534.266.000,00 Bagi Hasil Pajak Provinsi 6.948.356.975,19 9.471.481.668,85 10.148.911.622,00

Pendapatan Hibah 1.659.673.000,00 4.874.121.300,00 -

Pendapatan Lainnya 164.343.500,00 1.495.871.000,00 1.484.079.000,00

PENDAPATAN 315.362.710.407,59 375.947.173.324,94 363.162.909.041,29 Sumber: Laporan Keuangan Kabupaten Belitung Timur (Audited)

Peningkatan pendapatan asli daerah pada penerimaan perpajakan pada kurun waktu

2007 – 2009 selain karena faktor pertumbuhan ekonomi, juga karena keberhasilan

kebijakan pemerintah dalam bidang perpajakan. Kebijakan ini, antara lain,

inventarisasi wajib pajak dan perubahan tarif pajak, dari hasil inventarisasi telah

berhasil meningkatkan jumlah wajib pajak dari 231 wajib pajak pada tahun 2007

menjadi 247 wajib pajak pada tahun 2008 (Tabel IX.2).

Tabel IX.2.

II.3-Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2007-2008

JENIS PAJAK WAJIB PAJAK

2007 2008

PAJAK DAERAH

1 Pajak Hotel 8 10

2 Pajak Restoran 162 168

3 Pajak Hiburan 19 22

4 Pajak Reklame 22 22

5 Pajak Penerangan Jalan 1 1

6 Pajak Galian C 15 18

7 Pajak Parkir 3 4

8 Pajak Sarang Burung 1 2

Sumber: DPPKAD Kabupaten Belitung Timur

Pendapatan daerah dari dana perimbangan tetap menunjukkan kinerja yang baik pada

tahun 2009 meskipun turun karena adanya dampak krisis ekonomi nasional. Realisasi

pendapatan daerah dari dana perimbangan per 31 Desember tahun 2009 sebesar Rp.

312.064.254.319,00 atau turun sebesar Rp. 12.081.473.662,00 bila dibandingkan

dengan realisasi di tahun 2008. Kondisi ini disebabkan oleh melemahnya

(9)

perpajakan serta adanya perubahan pola perhitungan alokasi yang dibuat oleh

pemerintah pusat.

2. Belanja Daerah

Di sisi belanja daerah, realisasi belanja daerah dalam kurun waktu yang sama (2007 –

2009) naik rata-rata sebesar 34,58 persen per tahun atau meningkat dari Rp.

247.204.800.958,45 pada tahun 2007 menjadi Rp. 392.427.529.271,00 pada tahun

2009. Peningkatan belanja daerah tersebut didorong oleh peningkatan kebutuhan

sarana dan prasarana sebagai daerah yang baru dimekarkan.

Peningkatan realisasi belanja pemerintah daerah tersebut, terutama, didorong oleh

peningkatan belanja modal dan belanja pegawai yang masing-masing meningkat

rata-rata sebesar 18,61 persen dan 37,64 persen per tahun. Kenaikan belanja modal dan

belanja pegawai ini sejalan dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk

menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan serta konsekwensi sebagai

Kabupaten yang baru dimekarkan sehingga memerlukan jumlah pegawai yang terus

bertambah.

Di sisi lain, kenaikan belanja pemerintah daerah juga didorong oleh kenaikan belanja

bantuan sosial, guna membantu masyarakat miskin baik itu merupakan

pendampingan program pemerintah pusat maupun program-program pengentasan

kemiskinan daerah. Sejalan dengan semangat desentralisasi dan otonomi daerah,

alokasi belanja ke desa juga terus meningkat dari tahun 2007 hingga tahun 2009.

Peningkatan tersebut berupa peningkatan dana perimbangan desa, dimana desa

mendapatkan Dana Alokasi Desa Minimum (ADDM) dan Dana Alokasi Desa

Proporsional (ADDP) yang peruntukannya diarahkan kepada melengkapi sarana

prasarana desa dan mendorong pengembangan usaha ekonomi produktif.

Belanja Pemerintah Daerah yang terus meningkat tersebut diharapkan untuk (1)

memelihara dan/atau meningkatkan daya beli masyarakat; (2) meningkatkan daya

serap tenaga kerja dan mengatasi PHK melalui kebijakan pembangunan infrastruktur

padat karya (3) mengembangkan usaha-usaha masyarakat kecil dipedesaan. Pada

tahun 2009, realisasi belanja daerah per 31 Desember sebesar Rp.

392.427.529.271,00 yang terdiri atas belanja operasi sebesar Rp.

243.130.315.018,00, belanja modal Rp. 148.773.761.345,00 serta belanja transfer Rp.

(10)

Tabel IX.3.

Realisasi Belanja Daerah Di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2007-2009

U R A I A N 2007 2008 2009

BELANJA OPERASI 121.389.621.627,00 170.408.702.648,00 243.130.315.018,00

1 Belanja Pegawai 74.468.630.835,00 106.198.002.448,00 140.899.228.054,00 2 Belanja Barang 42.550.252.792,00 56.533.639.200,00 65.234.600.764,00

3 Hibah - 4.642.400.000,00 22.200.625.000,00

4 Bantuan Sosial 4.370.738.000,00 3.034.661.000,00 4.395.861.200,00

5 Bantuan Keu kpd Pemdes - - 10.400.000.000,00

BELANJA MODAL 108.580.695.420,00 149.601.930.685,00 148.773.761.345,00

1 Belanja Tanah 331.083.000,00 426.649.380,00 575.354.946,00 2 Belanja Peralatan dan Mesin 24.109.444.880,00 36.493.374.505,00 28.593.220.822,00 3 Belanja Gedung dan

Bangunan 41.090.646.000,00 49.982.198.200,00 44.204.074.327,00 4 Belanja Jalan, Irigasi dan

Jaringan 39.588.441.240,00 56.294.292.500,00 73.122.427.350,00 5 Belanja Aset Tetap Lainnya 3.461.080.300,00 6.405.416.100,00 2.278.683.900,00

6 Konstruksi dalam Pengerjaan - - -

BELANJA TAK TERDUGA 928.088.936,45 - -

BELANJA TRANSFER 16.306.394.975,00 17.213.099.067,96 523.452.908,00

1 Bagi Hasil Pajak - 380.089.254,41 331.892.906,00

2 Bagi Hasil Retribusi - 173.796.313,55 191.560.002,00

3 Bagi Hasil Pendapatan

Lainnya ke desa 16.306.394.975,00 16.659.213.500,00 -

BELANJA 247.204.800.958,45 337.223.732.400,96 392.427.529.271,00 Sumber: Laporan Keuangan Kabupaten Belitung Timur (Audited)

Dari uraian tentang belanja terlihat bahwa sepanjang tahun 2007 hingga 2009,

kebijakan fiskal diarahkan untuk memberikan stimulus terhadap perekonomian

(countercyclical policy). Dengan arah kebijakan tersebut, defisit anggaran cenderung

mengalami peningkatan, namun demikian kebijakan defisit yang dilakukan pemerintah

daerah masih merupakan defisit yang bisa ditutupi dari penerimaan pembiayaan

pemerintah daerah

3. Pembiayaan Daerah

Perkembangan pembiayaan daerah dalam kurun waktu 2007 – 2009 terus mengalami

proses yang berfluktuasi, penerimaan pembiayaan pada tahun 2009 mencapai Rp.

194.363.246.742,49 dana ini berasal dari SILPA tahun sebelumnya, penerimaan

pinjaman dari PT Telkom serta pengembalian pinjaman UMKM. Komponen terbesar

(11)

Tabel IX.4.

Realisasi Penerimaan dan Pengeluaraan Pembiayaan Di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2007 - 2009

U R A I A N 2007 2008 2009

PENERIMAAN PEMBIAYAAN 111.531.514.793,37 169.495.069.905,51 194.363.246.742,49

1 Penggunaan SILPA tahun

sebelumnya 111.159.140.203,37 169.011.992.802,51 192.865.933.732,49 2 Penerimaan Kembali

Pinjaman PT Telkom 372.374.590,00 483.077.103,00 399.677.010,00 3 Penerimaan Kembali

Pinjaman UMKM

-

- 1.097.636.000,00

PENGELUARAN PEMBIAYAAN 10.228.472.398,00 15.352.577.097,00 22.556.875.738,10

1 Pembentukan Dana

Cadangan 6.000.000.000,00 9.000.000.000,00 15.000.000.000,00

2 Penyertaan Modal 2.000.000.000,00 2.000.000.000,00 5.000.000.000,00 3 Pembayaran Hutang Pihak

Ketiga - 590.577.097,00 984.875.738,10

4 Pinjaman Modal Kepada

UMKM - 3.762.000.000,00 1.572.000.000,00

5 Pengeluaran Jaminan

Kesungguhan 250.000.000,00 - -

6 Pengeluaran Jaminan

Reklamasi 1.978.472.398,00 - -

PEMBIAYAAN NETTO 101.303.042.395,37 154.142.492.808,51 171.806.371.004,39

Sumber : Laporan Keuangan Kabupaten Belitung Timur (Audited)

4. Barang Milik Daerah / Asset

Barang milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat harus dikelola dengan baik dan

benar, urutan pengelolaan barang milik daerah sebagaimana dijelaskan dalam

Permendagri Nomor 17 tahun 2007 yang dimulai dari perencanaan, pengadaan,

penyaluran, pemeliharaan, pengamanan, penggunaan dan pemanfaatan, harus

dilakukan dengan tertib dan teratur sehingga tidak ada kekayaan daerah yang menjadi

tidak berguna. Sejak diresmikannya Kabupaten Belitung Timur sebagai Kabupaten

pemekaran baru, barang milik daerah yang ada sebagian merupakan hibah dari

Kabupaten Belitung sebagai berikut:

Tabel IX.5.

Daftar Rekapitulasi Aset Penyerahan dari Kabupaten Belitung

No Kode

Bidang Nama Bidang Barang Jumlah

(12)

No Bidang Kode Nama Bidang Barang Jumlah Harga (dalam ribuan) Keterangan

6 06 Bangunan Gedung 1220 29.726.024,27

7 07 Monumen 50 182.157,00

8 08 Alat – alat Besar 9 644.950,00

9 09 Alat – alat Angkutan 91 1.103.207,75

10 10 Alat – alat Bengkel/ Ukur 284 68.854,96

11 11 Alat – alat Pertanian 187 4.543,05

12 12 Alat – alat Kantor dan

Rumah Tangga 49.213 2.619.704,97

13 13 Alat – alat Studio/

Komunikasi 246 47.141,36

14 14 Alat – alat Kedokteran/

Kesehatan 1521 465.468,28

15 15 Alat – alat Laboratorium 11.262 733.469,13

16 16 Buku/ Perpustakaan 171.266 1.112.754,96

17 17 Barang bercorak Kesenian/

Kebudayaan 852 53.923,26

18 18 Hewan dan Ternak serta

Tanaman - -

19 19 Alat – alat Persenjataan/

Keamanan - -

JUMLAH 237.268 187.115.751,62

Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kab. Beltim

Pertambahan nilai aset milik pemerintah ini akan terus bertambah seiring dengan

makin baiknya pengelolaan aset tersebut, hal ini dapat dilihat dari nilai pertumbuhan

aset milik pemerintah daerah pada tabel IX.6.

Tabel IX.6.

Nilai Barang Milik Daerah/Aset Di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2007 – 2009

U R A I A N 2007 2008 2009

ASET TETAP 328.564.030.411,00 478.165.961.096,00 637.958.762.161,00

1 Tanah 23.363.993.000,00 23.790.642.380,00 24.172.597.326,00 2 Peralatan dan Mesin 37.640.224.148,00 74.133.598.653,00 101.337.302.475,00 3 Gedung dan Bangunan 118.805.391.723,00 168.787.589.923,00 215.573.625.923,00 4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 144.664.741.240,00 200.959.033.740,00 274.081.461.090,00 5 Aset Tetap Lainnya 4.089.680.300,00 10.495.096.400,00 12.815.737.020,00 6 Konstruksi Dalam Pengerjaan - 9.978.038.327,00

ASET LAINNYA 4.470.878.916,00 8.425.718.957,50 229.876.202,00

Aset Lainnya 4.470.878.916,00 8.425.718.957,50 229.876.202,00

JUMLAH ASET TETAP DAN

(13)

5. Ringkasan Kinerja Keuangan Masa Lalu

I.3-6

Tabel IX.7. Ringkasan APBD 2005

NO URAIAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Anggaran Realisasi %

Pendapatan Asli Daerah 18.498.052.734,00 20.488.874.866,00 110,76 Pendapatan Transfer 93.179.143.503,00 109.473.726.466,00 117,49 Jumlah Pendapatan 111.677.196.237,00 129.962.601.332,00 116,37

Belanja Operasi 81.605.166.050,21 59.457.348.289,00 72,86 Belanja Modal 34.764.735.200,00 32.675.972.363,00 93,99

Belanja Tak Terduga 2.000.000.000,00

Jumlah Belanja 118.369.901.250,21 92.133.320.652,00 77,84

Transfer 6.442.700.000,00 6.435.626.159,00 99,89

Jumlah Belanja & Transfer 124.812.601.250,21 98.568.946.811,00 78,97

Surplus/ Defisit -13.135.405.013,21 31.393.654.521,00 -239

Pembiayaan 23.089.468.021,78 23.819.890.416,00 103,16

Silpa 9.954.063.008,57 55.213.544.937,00 554,68

Sumber : Data Dasar Kabupaten Belitung Timur, 2012

Tabel IX.8. Ringkasan APBD 2006

NO URAIAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Anggaran Realisasi %

Pendapatan Asli Daerah 23.949.541.490,00 24.975.664.260,63 104,28 Pendapatan Transfer 215.639.133.675,00 230.706.671.883,69 106,99 Jumlah Pendapatan 239.588.675.165,00 255.881.336.144,32 106,8

Belanja Operasi 138.741.356.597,30 105.099.385.334,00 75,75 Belanja Modal 103.317.347.372,00 82.343.683.621,00 79,7 Belanja Tak Terduga 2.000.000.000,00

-

- Jumlah Belanja 244.058.703.969,30 187.443.068.955,00 76,8

Transfer 15.837.900.000,00 11.414.085.600,00 72,07

Jumlah Belanja & Transfer 259.896.603.969,30 198.857.154.555,00 76,51

Surplus/ Defisit -20.307.928.804,30 57.024.181.589,32 -280,8

Pembiayaan 49.950.101.305,00 54.134.958.614,05 108,38

Silpa 29.642.172.500,70 111.159.140.203,37 375

(14)

Tabel IX.9. Ringkasan APBD 2007

NO URAIAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Anggaran Realisasi %

Pendapatan Asli Daerah 28.791.498.000,00 31.919.705.173,00 110,87 Pendapatan Transfer 258.251.788.500,00 281.618.988.734,19 109,05

Pendapatan Lain-lain Yang

Sah 2.000.000.000,00 1.824.016.500,00 91,2

Jumlah Pendapatan 289.043.286.500,00 315.362.710.407,19 109,11

Belanja Operasi 188.233.992.039,04 121.389.621.627,00 64,49 Belanja Modal 122.074.571.193,48 108.580.695.420,00 88,95 Belanja Tak Terduga 1.500.000.000,00 928.088.936,45 61,87 Jumlah Belanja 311.808.563.232,52 230.898.405.983,45 74,05

Transfer 826.423.700,00 16.306.394.975,00 1973,13

Jumlah Belanja &

Transfer 312.634.986.932,52 247.204.800.958,45 79,07

Surplus/ Defisit -23.591.700.432,52 68.157.909.448,74 -288,91

Pembiayaan 93.559.140.203,74 101.303.042.395,37 108,28 Silpa 69.967.439.771,22 169.460.951.844,11 242,2 Sumber : Data Dasar Kabupaten Belitung Timur, 2012

Tabel IX.10.

Ringkasan APBD 2008

NO URAIAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Anggaran Realisasi %

Pendapatan Asli Daerah 30.392.395.500,00 35.215.916.375,09 115,87 Pendapatan Transfer 310.297.920.000,00 334.361.264.649,85 107,75

Pendapatan Lain-lain Yang

Sah 4.231.070.000,00 6.369.992.300,00 150,55

Jumlah Pendapatan 344.921.385.500,00 375.947.173.324,94 109

Belanja Operasi 253.039.642.375,99 170.408.702.648,00 67,34 Belanja Modal 169.461.946.690,00 149.601.930.685,00 88,28 Belanja Tak Terduga 2.000.000.000,00

-

- Jumlah Belanja 424.501.589.065,99 320.010.633.333,00 75,39

Transfer 916.286.150,00 17.213.099.067,96 1878,57

Jumlah Belanja &

Transfer 425.417.875.215,99 337.223.732.400,96 79,27

Surplus/ Defisit -80.496.489.715,99 38.723.440.923,98 -48,11

Pembiayaan 153.736.767.576,78 154.142.492.808,51 100,26 Silpa 73.240.277.860,79 192.865.933.732,49 263,33

(15)

Tabel IX.11. Ringkasan APBD 2009

NO URAIAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Anggaran Realisasi %

Pendapatan Asli Daerah 27.954.580.326,50 33.931.398.100,29 121,38 Pendapatan Transfer 308.344.784.841,40 327.747.431.941,91 106,29

Pendapatan Lain-lain Yang

Sah 2.086.950.000,00 1.484.079.000,00 71,11

Jumlah Pendapatan 338.386.315.167,90 363.162.909.042,20 107,32

Belanja Operasi 324.735.868.214,00 243.134.832.268,00 74,87 Belanja Modal 169.907.568.080,00 148.773.761.345,00 87,56 Belanja Tak Terduga 2.000.000.000,00

-

- Jumlah Belanja 496.643.436.294,00 391.908.593.613,00 78,91

Transfer 1.014.121.325,00 523.452.908,00 51,62

Jumlah Belanja &

Transfer 497.657.557.619,00 392.432.046.521,00 78,86

Surplus/ Defisit -159.271.242.451,10 -29.269.137.478,80 18,38

Pembiayaan 169.832.805.837,74 171.806.371.004,39 101,16 Silpa 10.561.563.386,64 142.537.233.525,59 1349,58 Sumber : Data Dasar Kabupaten Belitung Timur, 2012

Tabel IX.12. Ringkasan APBD 2010

NO URAIAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Anggaran Realisasi %

Pendapatan Asli Daerah 31.890.829.671,00 40.052.706.974,71 125,59 Pendapatan Transfer 309.178.987.200,00 323.027.035.755,17 104,48

Pendapatan Lain-lain Yang

Sah 8.443.910.000,00 3.999.993.400,00 47,37

Jumlah Pendapatan 349.513.726.871,00 367.079.736.129,88 105,03

Belanja Operasi 351.983.163.221,00 277.696.257.929,00 78,89 Belanja Modal 147.586.151.865,00 123.098.591.196,64 83,41 Belanja Tak Terduga 1.133.704.396,59 540.475.000,00 47,67 Jumlah Belanja 500.703.019.482,59 401.335.324.125,64 80,15

Transfer 1.309.714.700,00 1.237.658.608,44 94,5

Jumlah Belanja & Transfer 502.012.734.182,59 402.572.982.734,08 80,19

Surplus/ Defisit -152.499.007.311,59 -35.493.246.604,20 23,27

Penerimaan Pembiayaan 154.541.750.775,59 155.765.481.304,59 100,79 Pengeluaran Pembiayaan 2.042.743.464,00 2.012.522.437,00 Pengeluaran 152.499.007.311,59 153.752.958.867,59 100,82

Silpa

(16)

Gambar 9.1

Trend Komposisi Pendapatan, Belanja & Pembiayaan Netto Pada APBD Kabupaten Belitung Timur

Sumber : Data Dasar Kabupaten Belitung Timur, 2012

B. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU

Rentannya stabilitas makro ekonomi nasional terhadap gejolak perekonomian, baik

gejolak eksternal maupun internal, masih menjadi permasalahan utama dalam menjaga

kesinambungan pengelolaan keuangan. Meskipun secara umum selama periode

2005-2009 pemerintah mampu menghadapi tantangan pengelolaan keuangan, masih banyak

tantangan yang harus dihadapi pada masa yang akan datang, baik dari eksternal

maupun internal. Dari sisi eksternal, terdapat beberapa tantangan besar yang harus

dihadapi, yaitu:

1. tingginya ketidakpastian ekonomi global, dengan indikasi penurunan volume

perdagangan dunia masih berlanjut dan sulitnya mengakses sumber-sumber

pendanaan dan investasi;

2. tingginya volatilitas harga komoditas utama, yang ditandai dengan mulai

meningkatnya harga minyak mentah dunia;

3. integrasi ekonomi global dan regional semakin tinggi, yang mendorong peningkatan

daya saing industri;

4. perubahan arsitektur pengelolaan keuangan dunia dan nasional, dengan semakin

pesatnya perkembangan instrumen pembiayaan dan investasi sehingga memerlukan

(17)

Di sisi internal ketidakpastian juga terlihat dari adanya gejolak pada harga produk industri

lokal, belum bergeraknya sektor riil secara optimal, dan angka pengangguran dan

kemiskinan yang relatif masih tinggi. Kesemuanya ini menjadi tantangan ke depan dalam

peningkatan kualitas pengelolaan kebijakan keuangan. Tantangan lainnya berasal dari

kondisi infrastruktur yang masih belum memadai untuk menunjang akselarasi

pembangunan. Oleh karena itu, sebagai pembelajaran, ke depan harus segera dilakukan

langkah-langkah perbaikan melalui koordinasi yang intensif dan komprehensif

antar-satuan kerja perangkat daerah atau instansi pemerintah lainnya.

Langkah antisipatif dan responsif dalam mencermati tantangan-tantangan di atas, akan

dapat mengeleminasi berbagai permasalahan, gangguan, dan hambatan dalam

pembangunan ekonomi sedini mungkin. Dengan demikian, diharapkan dapat

memberikan hasil pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi. Dengan

tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi, masalah pengangguran dan kemiskinan dapat

segera diatasi serta peningkatan kesejahteraan rakyat dapat segera terwujud.

Permasalahan lain yang muncul di bidang keuangan daerah adalah yang terkait dengan

pelaksanaan sistem pengelolaan anggaran yang masih belum optimal sebagaimana

yang diamanatkan dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah yang

mencakup pelaksanaan anggaran terpadu (unified budget), penerapan sistem

penganggaran berbasis kinerja (performance based budget), dan penerapan alokasi

belanja daerah dalam kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term

expenditure framework). Selain itu, sistem pelaksanaan anggaran serta penyusunan

laporan keuangan pemerintah (termasuk neraca laporan keuangan pemerintah) yang

masih perlu ditingkatkan dan ke depan masih akan dihadapi bidang keuangan daerah.

Secara spesifik, permasalahan dan tantangan yang dihadapi bidang keuangan daerah

dapat dibagi berdasarkan fungsi-fungsi sebagai berikut:

II.3-49

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah bersumber dari penerimaan perpajakan, penerimaan retribusi

daerah, serta Lain-lain PAD yang sah. Dari sisi penerimaan perpajakan, salah satu

permasalahan yang dihadapi adalah realisasi penerimaan yang masih di bawah

potensi penerimaannya sehingga coverage ratio-nya masih rendah. Kondisi ini

disebabkan oleh:

1. belum optimalnya kualitas pelayanan perpajakan secara merata di seluruh

kecamatan;

2. belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi untuk mendukung pelayanan

(18)

3. masih rendahnya kualitas SDM yang memenuhi harapan organisasi dan

masyarakat.

Sementara itu penerimaan dari dana perimbangan menghadapi

permasalahan-permasalahan utama, yaitu:

1. adanya kecenderungan penurunan produksi bahan galian/mineral tambang yang

disebabkan, terutama, oleh faktor alam dan rendahnya investasi baru non migas;

2. bertambahnya daerah pemekaran baru;

3. sistem perhitungan bagi hasil dari pemerintah pusat yang belum transparan;

4. belum definitifnya batas wilayah antar kabupaten, mengakibatkan berbedanya

perhitungan kekayaan yang ada.

2. Belanja Daerah

Dari sisi belanja daerah, permasalahan utama yang dihadapi adalah

1. terbatasnya ruang gerak fiskal yang disebabkan oleh komposisi dan struktur

belanja daerah yang tidak sehat, di antaranya alokasi belanja wajib meliputi belanja

pegawai masih lebih besar jika dibandingkan dengan belanja untuk investasi;

2. belum optimalnya pelaksanaan sistem pengelolaan belanja daerah, seperti yang

diamanatkan dalam UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Daerah, yang

diantaranya meliputi sistem penganggaran terpadu (unified budget), anggaran

berbasis kinerja (performance based budgeting), dan kerangka pengeluaran dalam

jangka menengah (medium term expenditure framework); serta

3. masih rendahnya efektivitas dan efisiensi pengeluaran daerah sebagai dampak

dari:

a. belum sinkronnya dana desentralisasi dengan dana dekonsentrasi dan dana

tugas pembantuan, terutama dalam hal akuntabilitas pengelolaannya; dan

b. belum adanya sinergi antara program nasional dan kebijakan di daerah

menjadikan pengeluaran APBD, pengeluaran APBD Propinsi dan pengeluaran

APBN untuk daerah tidak efektif.

3. Pembiayaan APBDII.3-50

Pembiayaan APBD sampai dengan saat ini belum menemui permasalahan, karena

pemerintah daerah masih memegang teguh prinsif kehatian-hatian dalam melakukan

pengelolaan pembiayaan, walaupun dari peraturan perundang-undangan

(19)

4. Perbendaharaan Daerah

Beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian ke depan di bidang

perbendaharaan daerah adalah:

1. Penyiapan berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

perbendaharaan yang definitif;

2. Pelaksanaan pengelolaan kas (cash management) yang belum dapat dilaksanakan

secara optimal, khususnya terkait dengan pelaksanaan kas (cash forecasting) dan

pemanfaatan dana pemerintah yang menganggur (idle cash);

3. masih terdapat peningkatan efisiensi belanja barang/jasa pemerintah.

5. Kekayaan Daerah

Beberapa permasalahan utama yang dihadapi dalam pengelolaan barang milik daerah

adalah sebagai berikut:

1. belum tersedianya peraturan perundang-undangan secara lengkap terkait dengan

pengelolaan kekayaan daerah, termasuk penatausahaan kekayaan daerah yang

dipisahkan pada BUMD dan desa;

2. belum optimalnya pengamanan Barang Milik Daerah (BMD), baik secara

administratif, hukum, dan fisik;

3. belum optimalnya pemanfaatan BMD sesuai prinsip The Highest and Best Use;

serta

4. masih lemahnya koordinasi antara satuan kerja perangkat daerah dan lembaga

terkait dengan penilaian barang milik daerah;

C. KERANGKA PENDANAAN

Berdasarkan masalah dan tantangan yang akan dihadapi bidang keuangan daerah pada

2011-2015, strategi dan arah kebijakan yang akan ditempuh adalah mengupayakan

terwujudnya optimalisasi pengelolaan keuangan pemerintah dengan memperhatikan

keberlanjutan APBD yang sehat. Untuk itu, stabilitas ekonomi akan terus dijaga melalui

pelaksanaan sinergi kebijakan pengelolaan keuangan yang berhati-hati, serta

pelaksanaan kebijakan fiskal yang mengarah pada kesinambungan fiskal (fiscal

sustainability) dengan memberikan ruang gerak utama bagi peningkatan kegiatan

ekonomi rakyat.

Untuk mendukung hal tersebut, reformasi struktural di bidang pengelolaan keuangan

(20)

retribusi daerah, belanja daerah, serta pengelolaan aset pemerintah. Dengan demikian,

secara umum kebijakan di bidang keuangan daerah diarahkan pada:

1. Penyeimbangan antara peningkatan alokasi anggaran dan upaya untuk memantapkan

kesinambungan fiskal melalui: (a) peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi

belanja daerah dengan tetap mengupayakan pemberian stimulus fiskal secara

terbatas; (b) merumuskan pembiayaan defisit anggaran sehingga tidak menyebabkan

berkurangnya pembiayaan sektor swasta (crowding out effect).

2. Peningkatan penerimaan daerah terutama ditempuh melalui reformasi kebijakan dan

administrasi perpajakan dan retribusi daerah, serta optimalisasi sumbangan pihak

ketiga, baik dari jenisnya maupun perbaikan administrasinya.

3. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengeluaran daerah terutama ditempuh melalui:

(a) pemisahan secara jelas kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi dan

daerah serta pemerintah desa yang diikuti dengan pendanaannya berupa belanja

daerah, dan kaitannya dengan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (b) penajaman alokasi

anggaran antara lain dengan realokasi belanja daerah agar lebih terarah dan tepat

sasaran; (c) pengembangan sistem pengadaan barang/jasa pemerintah.

4. Pengkajian secara cermat dan mendalam mengenai kemungkinan penggunaan

obligasi daerah dan pinjaman daerah.

Strategi yang akan dilakukan dalam mencapai arah kebijakan tersebut melalui:

1. Penetapan kebijakan belanja yang efektif, dan efisien dengan memperhatikan aspek

kemampuan dalam menghimpun pendapatan;

2. Pemantapan pelaksanaan anggaran terpadu (unified budget), penerapan sistem

penganggaran berbasis kinerja (performance based budget), dan penerapan alokasi

belanja daerah dalam kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term

expenditure framework);

3. Perencanaan dan alokasi anggaran yang tepat sasaran dan adil berdasarkan prioritas

program pembangunan;

4. Meningkatkan daya guna dan hasil guna pengelolaan kekayaan daerah, dan penilaian

kekayaan daerah untuk menentukan nilai ekonomi (existing value) serta nilai potensi

(21)

5. Optimalisasi pendapatan daerah dan peningkatan kualitas pelayanan terhadap

masyarakat;

6. Pengelolaan pembiayaan dan pengendalian resiko yang optimal.

Untuk mencapai arah kebijakan dan strategi di bidang keuangan daerah, prioritas bidang

yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah terdiri dari: (1) Optimalisasi

Pengeluaran Pemerintah Dan Pengelolaan Kekayaan Daerah; (2) Pengelolaan APBD

Yang Berkelanjutan. Strategi dan arah kebijakan pembangunan tersebut, selanjutnya

diturunkan ke dalam fokus prioritas dan kegiatan prioritas optimalisasi pengeluaran

pemerintah dan pengelolaan kekayaan daerah dalam lima tahun ke depan adalah:

1. Fokus Prioritas Optimalisasi Anggaran Belanja Pemerintah Daerah yang didukung

oleh kegiatan prioritas sebagai berikut:

a. Pengelolaan Anggaran Belanja Pemerintah Daerah (APBD);

b. Pengembangan Sistem Penganggaran; dan

c. Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja

Lain-lain.

2. Fokus Prioritas Pengelolaan Perimbangan Keuangan yang didukung oleh kegiatan

prioritas sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan, bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi di bidang

pembiayaan dan kapasitas daerah;

b. Perumusan kebijakan, bimbingan teknis, dan pengelolaan transfer ke desa;

c. Perumusan kebijakan bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi di bidang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD); dan

d. Perumusan kebijakan, pemantauan dan evaluasi di bidang pendanaan daerah dan

ekonomi daerah, penyusunan laporan keuangan transfer ke desa, serta

pengembangan sistem informasi keuangan daerah.

3. Fokus Prioritas Pengelolaan Perbendaharaan Daerah yang didukung oleh kegiatan

prioritas sebagai berikut:

a. Pembinaan pelaksanaan anggaran dan pengesahan dokumen pelaksanaan

anggaran

b. Peningkatan pengelolaan kas daerah;

c. Manajemen investasi ;

d. Penyelenggaraan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran; dan

(22)

4. Fokus Prioritas Pengelolaan Kekayaan Daerah yang didukung oleh kegiatan prioritas

sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, evaluasi dan pengelolaan

barang milik daerah;

b. Perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, evaluasi dan pengelolaan

Barang Milik Daerah dan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;

c. Perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, evaluasi dan pengelolaan

Kekayaan Daerah lain-lain.

Sementara itu, prioritas pengelolaan APBD yang berkelanjutan melalui fokus prioritas

dan kegiatan prioritas yang dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Fokus Prioritas Perumusan Kebijakan Fiskal, Pengelolaan Pembiayaan Anggaran Dan

Pengendalian Resiko yang didukung oleh kegiatan prioritas sebagai berikut:

a. Perumusan Kebijakan APBD;

b. Perumusan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Daerah;

c. Perumusan Kebijakan Pajak, Retribusi dan Lain-lain PAD yang Sah;

d. Perumusan Pengelolaan Pinjaman;

2. Fokus Prioritas Peningkatan dan Optimalisasi Penerimaan Daerah yang didukung oleh

kegiatan prioritas sebagai berikut:

a. Pengelolaan Lain-lain PAD Yang Sah dan Subsidi Swasta;

b. Peningkatan Efektivitas Pemeriksaan, Optimalisasi Pelaksanaan Penagihan;

c. Peningkatan Kualitas Pelayanan serta Efektivitas Penyuluhan dan Kehumasan;

d. Perencanaan, Pengembangan, dan Evaluasi di Bidang Teknologi, Komunikasi,

dan Informasi;

e. Pelaksanaan reformasi proses bisnis;

f. Pengelolaan data dan dokumen Perpajakan;

Penghitungan kerangka pendanaan memperhatikan kerangka penerimaan dan kerangka

belanja, sebagai dasar penghitungan kapasitas riil pengelolaan keuangan daerah.

Kerangka pendanaan selama 5 (lima) tahun ke depan lebih rinci dijelaskan pada tabel

(23)

Gambar 9.2

Proyeksi Pendanaan APBD

Kabupaten Belitung Timur Tahun 2011-2015

Sumber : Data Olahan Bappeda dan DPPKAD Kabupaten Belitung Timur, 2013

9.2.2 Kebijakan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Belitung Timur

Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Belitung Timur berpedoman pada Peraturan

Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Perubahan

Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah,serta Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 9 Tahun 2007 tentang

Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan tersebut,maka struktur APBD Kabupaten

Belitung Timur Tahun Anggaran 2014 terdiri dari:

1. Pendapatan Daerah, terdiri dari:

(1) Pendapatan Asli Daerah meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah,Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

(2) Dana Perimbangan meliputi Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak,Dana Alokasi Umum,dan

Dana Alokasi Khusus.

(3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Pendapatan Hibah,dana Bagi Hasil

Pajak dari Provinsi dan Dari Pemerintah Daerah lainnya,Dana penyesuaian dan

otonomi khusus,Bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.

416,27

500,31

562,05

541,49 546,28 550,96

669,18

722,43

637,69 639,93

134,70 168,87 160,39

96,20 93,65

100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 700,00 800,00

2011 2012 2013 2014 2015

Belanja

Pendapatan Defisit

(24)

Kerangka Pendanaan APBD Kabupaten Belitung Timur Tahun 2011-2015

KODE URAIAN

PROYEKSI ANGGARAN

2011 2012 2013 2014 2015

1 PENDAPATAN 416,265,910,340.00 500,311,411,150.00 562,046,596,814.00 541,485,691,460.00 546,277,811,370.00 1 . 1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 42,293,804,700.00 39,549,017,150.00 43,919,044,454.00 44,221,199,100.00 48,643,319,010.00 1 . 1 . 1 Pendapatan Pajak Daerah 1 . 1 . 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan 2,000,000,000.00

1 . 2 DANA PERIMBANGAN 334,959,842,000.00 403,732,411,000.00 447,253,337,000.00 447,253,337,000.00 446,648,337,000.00 1 . 2 . 1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan 1 . 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH 39,012,263,640.00 57,029,983,000.00 70,874,215,360.00 50,011,155,360.00 50,986,155,360.00 1 . 3 . 1 Pendapatan Hibah

dan Pemerintah Daerah Lainnya 10,085,000,000.00

Pemerintah Daerah Lainnya 4,451,590,000.00

2 BELANJA 550,964,819,461.08 669,184,948,309.24 722,432,043,529.47 637,685,891,460.00 639,930,695,089.00 2 . 1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 230,820,598,958.08 261,947,963,691.24 328,640,618,409.47 275,191,915,989.00 280,533,816,932.00 2 . 1 . 1 Belanja Pegawai

189,783,485,769.00 223,744,117,276.24

259,522,782,864.47 219,572,029,540.00

11,361,135,000.00 3,370,935,000.00

10,342,100,000.00 2 . 1 . 6 Belanja Bagi Hasil kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

(25)

2 . 1 . 8 Belanja Tidak Terduga

3,704,816,469.08 2,271,557,600.00

1,000,000,000.00 1,000,000,000.00

1,000,000,000.00 2 . 2 BELANJA LANGSUNG 320,144,220,503.00 407,236,984,618.00 393,791,425,120.00 362,493,975,471.00 359,396,878,157.00 2 . 2 . 1 Belanja Pegawai 51,700,417,621.00 51,597,547,496.00 51,295,414,871.00 51,357,867,371.00 51,357,867,371.00 2 . 2 . 2 Belanja Barang dan Jasa 106,351,114,292.00 133,372,216,054.00 138,317,613,213.00 120,755,816,149.00 120,755,816,149.00 2 . 2 . 3 Belanja Modal

162,092,688,590.00 222,267,221,068.00 204,178,397,036.00 190,380,291,951.00 187,283,194,637.00

(134,698,909,121.08) (168,873,537,159.24) (160,385,446,715.47) (96,200,200,000.00) (93,652,883,719.00)

3 PEMBIAYAAN DAERAH

3 . 1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 142,389,683,606.17 181,652,890,900.56 170,432,355,515.57 105,200,200,000.00 97,652,883,719.00 3 . 1 . 1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

Tahun Anggaran Sebelumnya 118,259,711,963.39

3 . 2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 7,690,774,485.09 12,779,353,741.32 10,046,908,800.10 9,000,000,000.00 4,000,000,000.00 3 . 2 . 2 Penyertaan Modal (Investasi)

Pemerintah Daerah 2,000,000,000.00 4,500,000,000.00 4,000,000,000.00 9,000,000,000.00 4,000,000,000.00 3 . 2 . 4 Pemberian Pinjaman Daerah 4,500,000,000.00 5,500,000,000.00 3,000,000,000.00 0.00 0.00 3 . 2 . 6 Pembayaran Hutang Jangka Pendek

Lainnya 1,190,774,485.09 2,779,353,741.32 3,046,908,800.10 0.00 0.00 134,698,909,121.08 168,873,537,159.24 160,385,446,715.47 96,200,200,000.00 93,652,883,719.00

(26)

2. Belanja Daerah terdiri dari :

(1) Belanja Tidak Langsung meliputi belanja pegawai,belanja hibah,belanja bantuan

sosial, belanja bagi hasil kepada provinsi/kabupaten/kota dan pemerintah desa,

belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten/ kota, pemerintah desa dan

partai politik, belanja tidak terduga.

(2) Belanja Langsung terdiri atas belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja

modal.

3. Pembiayaan Daerah terdiri dari :

(1) Penerimaan Pembiayaan Daerah meliputi Sisa lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)

sebelumnya,Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman.

(2) Pengeluaran Pembiayaan Daerah meliputi Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah

Daerah,Pemberian Pinjaman Daerah.

Secara ringkas anggaran setelah perubahan dan realisasi pendapatan,belanja dan

pembiayaan pada Tahun Anggaran 2014 sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :

Tabel IX.14.

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2014

NO URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) %

1. PENDAPATAN DAERAH 652.437.734.823,00 674.060.550.774,41 103,3 2. BELANJA DAERAH 788.104.017.169,95 652.796.833.456,99 82,8

SURPLUS/DEFISIT (135.666.282.346,95) 21.263.7137.317,42 3. PEMBIAYAAN DAERAH

PenerimaanPembiayaan 151.666.282.346,95 152.028.502.581,95 100,24 PengeluaranPembiayaan 16.000.000.000,00 7.934.000.000,00 49,59 PembiayaanNetto 135.666.282.346,95 144.094.502.581,95 106,21

Sisa lebih pembiayaan

tahun berkenaan (SILPA) 165.358.219.899,37

*Data realisasi

(Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015)

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Belitung Timur Tahun 2014 ini merupakan

pertanggungjawaban yang berdasarkan pada Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan

(27)

A. PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

A.1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah

Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Belitung

Timur Tahun 2014,memuat beberapa hal terkait dengan intensifikasi dan

ekstensifikasi pendapatan daerah,sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan

daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah, sebagai berikut:

1) Pendapatan Asli Daerah ditetapkan secara rasional dengan mempertimbangkan

realisasi penerimaan tahun sebelumnya,potensi dan asumsi pertumbuhan ekonomi

yang mempengaruhi terhadap penerimaan masing-masing jenis PAD;

2) Menetapkan kebijakan dalam bentuk regulasi di bidang pajak daerah dan retribusi

daerah yang tidak memberatkan dunia usaha dan masyarakat ;

3) Penyusunan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak daerah;

4) Meningkatkan kesadaran dan ketaatan wajib pajak dan wajib retribusi dalam bentuk

sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat;

5) Meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak daerah;

6) Meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan PAD;

7) Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan dengan

cara:

 Mengoptimalisasikan kegiatan pendataan wajib pajak;

 Memperluas basis penerimaan pajak daerah;

 Melakukan penagihan aktif dan memberikan sanksi bagi wajib pajak yang

melanggar peraturan perpajakan daerah;

 Mengupayakan pencarian sumber-sumber PAD yang baru

8) Mengelola Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaaan dan Perkotaan (PBB-P2)

sebagai pajak daerah mulai tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan Tahun 2015

sebagai pelaksanaan dari amanah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2011

tentang Pajak Daerah.

A.2. Anggaran dan Realisasi Pendapatan

Anggaran pendapatan daerah Kabupaten Belitung Timur Tahun Anggaran 2014

(28)

674.060.550.774,41 atau sebesar 103,3%. Anggaran dan realisasi pendapatan daerah

Kabupaten Belitung Timur seperti terlihat dalam tabel berikut.

Tabel IX.15.

Anggaran dan Realisasi Pendapatan DaerahTahun Anggaran 2014

NO. URAIAN ANGGARAN (RP) REALISASI (Rp) %

1. Pendapatan Asli Daerah 61.537.809.750,00 72.694.090.077,18 118,1 2. Dana Perimbangan 487.112.938.473,00 505.712.233.191,00 103,8 3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang

Sah 103.786.986.600,00 95.654.227.506,23 92,2

TOTAL 652.437.734.823,00 674.060.550.774,41 103,3

*Belum diaudit (Unadited)

(Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015)

Perbandingan realisasi pendapatan daerah Tahun Anggaran 2013 dan Tahun

Anggaran 2014 sebagaimana terlihat dalam tabel berikut.

Tabel IX.16.

Realisasi PendapatanTahun Anggaran 2013 dan 2014

NO. URAIAN 2013 2014*) %

1. Pendapatan Asli Daerah 56.946.464.677,58 72.694.090.077,18 127,6 2. Dana Perimbangan 476.097.276.011,00 505.712.233.191,00 106,2 3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 51.417.949.882,06 95.654.227.506,23 186

TOTAL 584.461.690.570,64 674.060.550.774,41 115,3

*Data realisasi

(Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015)

Dari Tabel IX.16 diatas terlihat adanya kenaikan pendapatan pada Tahun Anggaran

2014 dibandingkan Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp 89.598.860.203,77dimana

kenaikan terjadi pada komponen Pendapatan Asli Daerah naik sebesar Rp

15.747.625.399,6 dana perimbangan naik sebesar Rp29.614.957.180,00 dan Lain-lain

Pendapatan yang Sah naik sebesar Rp 44.236.277.624,17.

Secara rinci anggaran dan realisasi masing-masing pendapatan daerah Kabupaten

Belitung Timur Tahun Anggaran 2014 di atas,dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belitung Timur yang terdiri dari pajak daerah,

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah pada Tahun Anggaran 2014 dianggarkan

sebesar Rp 61.537.809.750,00 dapat direalisasikan sebesar Rp 72.694.090.077,18

atau 118%. Anggaran dan realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belitung

(29)

Tabel IX.17.

Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli DaerahTahun Anggaran 2014

NO URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp)* %

1. Pajak Daerah 25.656.200.000,00 34.906.633.360,23 136,05 2. Retribusi Daerah 17.909.652.750,00 17.480.708.684,43 97,6 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah Yang Dipisahkan 3.000.000.000,00 255.383.191,66 8,51 4. Lain – lain Pendapatan Asli

Daerah yang sah 14.971.957.000,00 20.051.364.840,86 133,92

TOTAL 61.537.809.750,00 72.694.090.077,18 118,1

*Data realisasi

(Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015)

Tabel IX.18.

Anggaran dan Realisasi Pajak DaerahTahun Anggaran 2014

NO URAIAN ANGGARAN(Rp) REALISASI (Rp)* %

1. Pajak Hotel 190.100.000,00 138.911.950,00 73,07

2. Pajak Restoran 905.100.000,00 1.401.054.639,00 154,79

3. Pajak Hiburan 115.500.000,00 128.930.200,00 111,63

4. Pajak Reklame 191.000.000,00 230.795.175,00 120,84

5. Pajak Penerangan Jalan 2.502.000.000,00 3.147.797.976,98 125,81 6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 20.020.000.000,00 27.540.414.288,25 137,56

7. Pajak Parkir 7.500.000,00 14.440.800,00 192,54

8. Pajak Air Tanah 4.000.000,00 3.581.096,00 89,53

9. Pajak Sarang Burung Walet 21.000.000,00 29.621.000,00 141,05 10. Pajak Bumi dan Bangunan sektor

Pedesaan dan perkotaan 1.000.000.000,00 1.312.320.974,00 131,23

11. BPHTB 700.000.000,00 958.765.261,00 136,97

TOTAL 25.656.200.000,00 34.906.633.360,23 136,05

*Belum diaudit (Unaudited)

(Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015)

Tabel IX.19.

Anggaran dan Realisasi Retribusi DaerahTahun Anggaran 2014

NO. URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) %

1. Retribus iJasa Umum 15.929.973.500,00 15.538.467.995,43 97,5 2. Retribusi Jasa Usaha 1.446.179.250,00 1.129.159.808,00 78,1 3. Retribusi Perizinan Tertentu 533.500.000,00 813.080.881,00 150,4

TOTAL 17.909.652.750,00 17.480.708.684,43 97,6

* Belum diaudit (Unaudited)

(30)

Tabel IX.20.

Anggaran dan Realisasi Lain-Lain PAD yang SahTahun Anggaran 2014

NO. URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) %

1. Penerimaan Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak dipisahkan

250.000.000,00 66.249.600,00 26,5 2. Penerimaan Jasa Giro 1.750.000.000,00 1.727.433.545,00 98,7 3. Penerimaan Bunga Deposito 7.750.000.000,00 11.853.427.451,00 152,95 4. Pendapatan Denda Pajak 13.450.000,00 86.972.827,37 646,64 5. Pendapatan Denda Retribusi 1.200.000,00 3.736.640,00 311,39 6. Pendapatan dari Pengembalian 6.000.000,00 5.500.000,00 91,67 7. Penerimaan Lain-lain 3.605.000.000,00 4.413.908.777,49 122,44 8. Dana Kapitasi JKN dan FKTP 1.596.307.000,00 1.894.136.000,00 118,66

TOTAL 14.971.957.000,00 20.051.364.840,86 133,9

* Belum diaudit (Unaudited)

(Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015)

Realisasi Lain-lain PAD yang Sah telah melampaui target yang direncanakan

dengan rincian antara lain Realisasi penerimaan hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan sebesar 133,9%. Realisasi yang melampaui target berasal

dari pendapatan bunga deposito sebesarRp 11.853.427.451,00dari yang

dianggarkan sebesarRp 7.750.000.000,00serta Realisasi dari pendapatan denda

pajak sebesar Rp 86.972.827,37 dari yang dianggarkan sebesar Rp

13.450.000,00.Realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten Belitung Timur Tahun

Anggaran 2013 dan Tahun Anggaran 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IX.21.

Realisasi Pendapatan Asli DaerahTahun Anggaran 2013 dan 2014

NO. URAIAN 2013 2014 %

1. Pajak Daerah 27.732.506.147,43 34.906.633.360,23 125,9 2. Retribusi Daerah 13.700.129.170,57 17.480.708.684,43 127,6 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah Yang Dipisahkan

2.163.737.280,28 255.383.191,66 11,8 4. Lain-lain Pendapatan Asli

Daerah yang sah

13.350.092.079,30 20.051.364.840,86 150,2

TOTAL 56.946.464.677,58 72.692.650.077,18 127,7

* Belum diaudit (Unaudited)

(Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2015)

2) Dana Perimbangan

Dana Perimbangan Kabupaten Belitung Timur Tahun 2014direncanakan berasal

dari Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak,Dana Alokasi Umum,dan Dana

Alokasi Khusus. Dana Perimbangan dianggarkan sebesar Rp487.112.938.473,00

terealisasi sebesar Rp 505.712.233.191,00atau 103,82%. Secara rinci anggaran

Gambar

Tabel IX.1.  Realisasi Pendapatan Daerah di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2007-2009
Tabel IX.3.  Realisasi Belanja Daerah Di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2007-2009
Tabel IX.4.  Realisasi Penerimaan dan Pengeluaraan Pembiayaan  Di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2007 - 2009
Tabel IX.6.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui penerapan metode planted question untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran Fiqih di. MTs N 2 Kudus tahun

Menurut penulis alasan di atas cukup untuk menjelaskan tentang aborsi janin terindikasi penyakit genetik. Kalaupun hal itu dirasa belum cukup untuk menjelaskan maka

Bagaimana peran antropologi dalam pelaksanaan konseling lintas budaya untuk penanggulangan berbagai permasalahan sebagai dampak negatif dari perubahan sosial budaya di era

Keywords: agency conflict, investment opportunity set, leverage, debt maturity, protective covenant, confirmatory factor analysis... LIST

Hasil yang di dapat dari penelitian ini berarti semakin tinggi persepsi risiko yang dirasakan konsumen maka akan semakin rendah niat beli konsumen saat

Berdasarkan dukungan sosial yang rentan mengalami sindrom depresi postpartum adalah yang selain mendapat dukungan tinggi sebesar (26,7%). Kesimpulan : Sebagian besar ibu

Faktor-faktor yang menyebabkan kedua subjek dapat melakukan hubungan seksual pranikah adalah kurang terbukanya orang tua mengenai masalah seksual, adanya kesempatan

1991.0ptical