i
LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PANGUDI
LUHUR ST. LOUIS IX SEDAYU TAHUN AJARAN 2013/2014 PADA
BAHASAN SISTEM IMUN SUB BAB SISTEM PERTAHANAN
SPESIFIK DAN NON- SPESIFIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Yolanda Endear Ganamurti Sudarbe
NIM : 101434019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
BERSUKACITALAH DALAM PENGHARAPAN, SABARLAH
DALAM KESESAKAN, DAN BERTEKUNLAH DALAM DOA
(ROMA 12:12)
Kupersembahkan Karyaku ini Untuk :
Tuhan Yesus Kristus Atas Segala Berkat dan PenyertaanNya selalu
Papaku tercinta Susanto Soedarbe dan mamaku tersayang Norike Siami
Arimurti
Adikku terkasih Yorian Soedarbe
Keluarga Eyang Gono Maduratno
Keluarga Opa Soedarbe
v
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 September 2014
Penulis
vi
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Yolanda Endear Ganamurti Sudarbe
Nomor Mahasiswa : 101434019
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE-LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SEDAYU TAHUN AJARAN 2013/2014 PADA BAHASAN SISTEM IMUN SUB BAB SISTEM PERTAHANAN SPESIFIK DAN NON-SPESIFIK. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 5 September 2014
Yang menyatakan
vii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE-LEARNING TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SEDAYU TAHUN AJARAN 2013/2014 PADA BAHASAN SISTEM IMUN SUB BAB SISTEM
PERTAHANAN SPESIFIK DAN NON-SPESIFIK
Yolanda Endear Ganamurti Sudarbe Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia karena dapat meningkatkan kualitas diri manusia. Pendidikan berhubungan erat dengan sekolah dimana sekolah merupakan wadahnya. Mata pelajaran biologi sistem imun merupakan salah satu materi yang dipandang rumit apabila penyampaiannya hanya menggunakan model ceramah, sehingga hasil belajar siswa cenderung rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative-learning tipe Numbered Heads Together (NHT) pada bahasan sistem imun.
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu, tahun ajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus memiliki empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi dan hasil ulangan akhir setiap siklus. Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata nilai aspek kognitif siswa, sebesar 75,61 pada rata-rata nilai ulangan akhir siklus I meningkat menjadi 78,94 pada rata-rata nilai ulangan akhir siklus II. Selain itu, hasil belajar siswa aspek afektif dan psikomotor juga mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian hasil belajar aspek afektif siswa dari siklus I dimana 72,24% siswa masuk dalam kategori tinggi dan 27,76% siswa masuk ke dalam kategori sedang menjadi 100% siswa masuk dalam kategori tinggi pada siklus II. Sedangkan pencapaian hasil belajar aspek psikomotor siklus I yaitu 100% siswa masuk dalam kategori sedang menjadi 100% siswa masuk dalam kategori tinggi pada siklus II. Berdasarkan hal tersebut maka terjadi peningkatan hasil belajar siswa sesudah mengikuti proses pembelajaran model cooperative learning tipe Numbered Heads Together.
viii
INCREASING RESULT OF STUDY IN ELEVEN GRADE OF PANGUDI LUHUR ST.LOUIS IX SEDAYU SENIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR
2013/2014 IN IMMUNITY SYSTEM TO SPECIFIC DEFENSE SYSTEM AND NON-SPECIFIC DEFENSE SYSTEM THROUGH COOPERATIVE LEARNING
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TYPE
Yolanda Endear Ganamurti Sudarbe Sanata Dharma University
Yogyakarta 2014
Education is the important thing in people’s lives because it can improve the quality of human beings. Education closely related to a school where school is its container. The subjects of biology of the immune system is one that is quite complicated matter when it only use model lectures, so that student learning outcomes tend to be low. This research aims to know the improvement of student learning outcomes by using cooperative learning Numbered Heads Together (NHT) type on immune system.
This research was carried out on a grade XI IPA SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu , the school year 2013/2014. This research carried out in two cycle, any cycle having four stages, namely planning, execution observation and reflection. Data collection was carried out by using a sheet of observation and the results of the final exams of each cycle. The data analysis used in the study of this class action is a descriptive analysis and comparative analysis.
The research result show that there has been increasing student learning outcomes . This is shown by an increase in the average value of the cognitive aspects of 75,61 students, on the average value of the cycle end 1 numbers increased to 78,94 on average of Deuteronomy end cycle 2. In addition, the results of student learning psychomotor and affective aspects of also have elevated. It is shown by the study result of the aspects affective students from the cycle 1 where 72,24 percent of student is categorized in high and 27,76 percent of students go in medium category 100 percent of students is categorized in high on cycle 2. WWhile the study result of the aspects psychomotor cycle 1 about 100 percent of students included in the category being becoming 100 percent of students is categorized in high on cycle 2. Based on the result of an increase in the student learning and following the process of learning model cooperative learning type numbered heads together.
ix
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
COOPERATIVE-LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SEDAYU TAHUN
AJARAN 2013/2014 PADA BAHASAN SISTEM IMUN SUB BAB SISTEM
PERTAHANAN SPESIFIK DAN NON-SPESIFIK”.
Skripsi ini diselesaikan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa selama menyelesaikan skripsi ini tidak
terlepas dari bimbingan, dukungan, dan peran serta pihak-pihak yang telah memberikan
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, praktikan ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan perlindungan dan berkatNya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr.Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma
x
membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan senantiasa meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan.
5. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc, selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Ika Yuli Listyarini, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Br. Agustinus Mujiya, S.Pd,. FIC. Selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur
St. Louis IX Sedayu yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian.
8. Bapak Drs. Markoes Padmonegoro, selaku guru bidang studi Biologi SMA
Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu, atas bantuannya selama proses penelitian
berlangsung.
9. Siswa kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu atas kerjasama
dan partisipasi penuhnya dalam penelitian yang telah dilakukan.
10.Eyangku,Opa dan Oma, Papa dan mamaku, serta adikku Yorian yang tersayang,
yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan materi, semoga Tuhan selalu
Memberkati dan melindungi aktivitas mereka.
11.Kekasihku tersayang Christoporus Meinam Cahyandalu, yang selalu
memberikan doa, dukungan, kasih sayang dan saran sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik. Semoga Tuhan selalu Memberkati dan
melindungi aktivitasnya.
12.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Biologi Angkatan 2010 atas
xi
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis
xii
HALAMAN JUDUL……….... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN……….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………. vi
ABSTRAK……… vii
ABSTRACT………. viii
KATA PENGANTAR……….. ix
DAFTAR ISI……… xii
DAFTAR TABEL……… xv
DAFTAR GAMBAR……… xvi
DAFTAR GRAFIK……….. xvii
DAFTAR LAMPIRAN……… xviii
BAB I. PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang………... 1
B. Rumusan Masalah……….. 5
C. Batasan Masalah……… 5
D. Tujuan Penelitian………... 7
E. Manfaat Penelitian………. 7
xiii
B. Hasil Belajar………... 10
C. Model Pembelajaran Kooperatif………. 18
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together 21 E. Sistem Imunitas……… 23
F. Penelitian Yang Relevan……….. 25
G. Pembelajaran Sistem Imun dengan Menerapkan Tipe Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)…… 26
H. Kerangka Pikir………. 27
I. Hipotesis……….. 29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………. 30
A. Jenis Penelitian……… 30
B. Setting Penelitian……… 31
C. Desain Penelitian……… 31
D. Variabel Penelitian………. 44
E. Instrumen………... 44
F. Analisis Data……….. 48
G. Indikator Ketercapaian………... 52
H. Agenda Penelitian……….. 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 54
A. Deskripsi Penelitian……….. 54
1. Siklus I Pertemuan I……… 55
a. Perencanaan……….. 55
xiv
d. Refleksi………. 61
2. Siklus I Pertemuan II……….. 62
a. Perencanaan……….. 62
b. Pelaksanaan……….. 62
c. Observasi dan Tes………. 65
d. Refleksi………. 67
3. Siklus II Pertemuan I……….. 68
a. Perencanaan……….. 68
b. Pelaksanaan………... 68
c. Observasi dan Tes………. 71
d. Refleksi………. 72
4. Siklus II Pertemuan II………. 72
a. Perencanaan………... 72
b. Pelaksanaan……… 73
c. Observasi dan Tes……….. 76
d. Refleksi……….. 77
B. Hasil Belajar Siswa………... 78
C. Pembahasan………. 80
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 90
A. Kesimpulan………. 90
B. Saran………... 91
xv
Tabel 3.1. Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi
Domain Afektif Siswa Terhadap Pembelajaran………... 50
Tabel 3.2. Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi
Aspek Psikomotorik Siswa Terhadap Pembelajaran………. 52
Tabel 3.3. Indikator keberhasilan, metode pengukuran
dan evaluasi………. 52
Tabel 4.1. Hasil Ulangan Siklus I Siswa Kelas XI IPA…………. 66
Tabel 4.2. Hasil Ulangan Siklus II Siswa Kelas XI IPA………… 77
Tabel 4.3. Perbandingan Rata-rata Nilai dan % KKM Siswa……. 79
Tabel 4.4. Hasil Analisis Aspek Afektif Siswa Siklus I
dan Siklus II………. 80
Tabel 4.5. Hasil Analisis Psikomotor Siswa Siklus I
dan Siklus II……… 83
Tabel 4.6. Hasil Analisis Aspek Kognitif Siswa Siklus I
xvi
Gambar 2.1. Kerangka Pikir……… 28
Gambar 3.1. Model spiral menurut Kemmis dan Mc Taggart…………. 32
Gambar 4.1. Siswa bergabung dengan kelompoknya……….. 58
Gambar 4.2. Siswa berdiskusi dalam kelompok……….. 58
Gambar 4.3. Siswa mempresentasikan hasil diskusi……… 60
Gambar 4.4. Siswa berdiskusi kelompok………. 64
Gambar 4.5. Siswa mempresentasikan hasil diskusi……… 70
Gambar 4.6. Siswa melaksanakan diskusi kelompok……….. 75
Gambar 4.7. Siswa mempresentasikan hasil diskusi……… 76
Gambar 4.8. Diagram Hasil Belajar Afektif Siswa………. 81
xvii
xviii
Lampiran 1 : Silabus dan RPP………... 95
Lampiran 2 : LKS……….. 115
Lampiran 3 : Kisi-kisi soal, soal ulangan dan panduan skoring……… 123
Lampiran 4 : Lembar observasi………. 145
Lampiran 5 : Daftar nilai ulangan akhir siklus I siswa kelas XI IPA…….. 166
Lampiran 6 : Data hasil observasi sikap dan kinerja siswa siklus I pertemuan I……… 168
Lampiran 7: Data hasil observasi sikap dan kinerja siswa siklus I pertemuan II………. 174
Lampiran 8 : Daftar nilai ulangan akhir siklus II siswa kelas XI IPA…. 180 Lampiran 9 : Data hasil observasi sikap dan kinerja siswa siklus II pertemuan I……… 182
Lampiran 10 : Data hasil observasi sikap dan kinerja siswa siklus II pertemuan II……… 188
Lampiran 11 : Hasil observasi sikap dan kinerja siswa……… 194
Lampiran 12 : Hasil ulangan siswa………... 202
Lampiran 13 : Foto penelitian……… 222
Lampiran 14 : Surat ijin penelitian………... 227
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan
manusia, karena pendidikan adalah sebuah hal yang dilakukan oleh insan
manusia dalam meningkatkan atau mengembangkan kualitas diri manusia
itu sendiri. Pendidikan memiliki keterkaitan yang erat dengan sekolah,
dimana sekolah merupakan wadah untuk mengintepretasikan pendidikan.
Di dalam sekolah akan dijumpai berbagai tingkatan kelas dan dari
tingkatan kelas tersebut akan memiliki karakter mata pelajaran yang
berbeda-beda. Salah satu mata pelajaran yang akan dijumpai dalam
sekolah jejang Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah mata pelajaran
Biologi. Mata pelajaran Biologi sendiri merupakan mata pelajaran yang
membahas tentang ilmu kehidupan dan interaksi makhluk hidup dengan
lingkungannya. Berbagai sistem kehidupan juga dipelajari dalam mata
pelajaran Biologi, salah satunya adalah Sistem Imun.
Pokok bahasan Sistem Imun dipandang cukup rumit, karena materi
ini belum pernah diajarkan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama
Menengah Atas (SMA) khususnya di kelas XI IPA. Materi ini sulit
dipahami oleh siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu.
Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pencapaian nilai ketuntasan minimal
siswa. Kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran Biologi di SMA
Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu adalah 78.
Materi sistem imunitas merupakan materi yang termasuk dalam
lingkup Kompetensi Dasar 3.8 yaitu Menjelaskan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit. Materi ini
merupakan materi biologi paling akhir yang dipelajari di kelas XI IPA.
Beberapa pokok pembelajaran yang akan dipelajari pada materi ini,
diantaranya komponen sistem imunitas yang meliputi : granular dan
agranular, makrofag, antigen dan antibodi; Mekanisme pertahanan tubuh
yang meliputi : sistem pertahanan tubuh non-spesifik dan sistem
pertahanan tubuh spesifik; Gangguan sistem imunitas.
Indikator Pencapaian Kompetensi materi sistem imunitas meliputi :
menyebutkan fungsi sistem imun bagi tubuh manusia, mengidentifikasi
komponen sistem imun manusia, menyebutkan perbedaan limfosit T dan
limfosit B, menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh spesifik dan
non-spesifik pada manusia serta mendeskripsikan berbagai upaya untuk
pencegahan penyakit sistem imunitas. Materi ini merupakan materi yang
sistem imun tersebut hasil belajar siswa dari tahun ke tahun cenderung
rendah.
Menurut keterangan Guru mata Pelajaran Biologi yang mengampu
di kelas XI IPA, materi ini dipandang sulit dan siswa cenderung
mendapatkan nilai yang rendah. Rendahnya pencapaian nilai ketuntasan
minimal disebabkan oleh : (1) penggunaan metode pembelajaran yang
kurang tepat oleh guru, karena selama ini metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru Biologi di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
adalah ceramah.
Metode ceramah masih banyak digunakan untuk menyampaikan
materi, sehingga siswa cenderung bosan dan kurang bersemangat untuk
belajar. Apabila hal tersebut tetap dilakukan lama- kelamaan akan
membuat hasil belajar siswa menurun. (2) siswa kurang memperhatikan
saat proses pembelajaran Biologi berlangsung. (3) rendahnya kemauan
dalam diri siswa untuk bertanya kepada guru, dan (4) materi Sistem Imun
merupakan materi baru yang belum pernah dipelajari siswa pada jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Salah satu langkah yang dapat dipilih dalam mengatasi masalah
tersebut adalah mengubah model pembelajaran yang dipandang lebih
efektif dalam penyampaian materi sistem imun. Model pembelajaran yang
dimaksudkan adalah pembelajaran model Cooperative Learning tipe
pada keuntungan dalam menerapkan model pembelajaran ini yaitu siswa
dituntut untuk dapat memahami materi pembelajaran lebih mendalam
karena akan diberi pertanyaan oleh guru pada tahap presentasi dan siswa
diwajibkan untuk menjawab pertanyaan guru. Model pembelajaran
kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk
bekerjasama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan
persoalan atau inkuiri (Suyatno,2009).
Dalam proses pembelajaran Biologi, tidak harus guru yang selalu
berperan menjelaskan materi secara panjang lebar kepada siswa, namun
dapat juga antar siswa saling mengajar dan menjelaskan. Peran guru dalam
model pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator ataupun pendamping.
Pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Heads Together
terdiri dari enam tahapan kegiatan. Tahap yang pertama adalah guru
membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan memberikan nomor
kepada setiap siswa dalam setiap kelompok. Tahapan selanjutnya guru
memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan.
Pada tahapan selanjutnya kelompok akan mendiskusikan jawaban dari
setiap pertanyaan dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat
mengerjakan dan mengetahui jawabannya.
Tahapan ke-empat adalah guru memanggil salah satu nomor siswa
dan siswa yang dipanggil nomornya melaporkan hasil kerjasama dalam
hasil diskusi kelompoknya juga wajib menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru, sehingga siswa dituntut untuk siap dalam presentasi. Tahapan
selanjutnya adalah tanggapan dari kelompok yang berlainan, kemudian
guru menunjuk nomor lain untuk melaporkan hasil kerja kelompok yang
lainnya. Tahapan yang terakhir dari tipe pembelajaran ini adalah siswa
didampingi guru menyimpulkan dari materi yang dipelajari. Dengan
adanya diskusi yang dilakukan dalam kelompok, diharapkan siswa lebih
bisa memahami konsep, menambah pengetahuan, tidak merasa malu untuk
menanyakan hal yang belum dipahami, menemukan kemungkinan solusi
dari permasalahan serta meningkatkan rasa percaya diri dalam berbicara di
depan umum.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Numbered Heads Together terhadap hasil belajar siswa pada
pokok bahasan Sistem Imun Kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Louis IX
Sedayu Tahun Ajaran 2013/2014?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan tidak terlalu luas ruang
lingkupnya, maka dibatasi pada permasalahan sebagai berikut :
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah model Cooperative Learning
tipe Numbered Heads Together. Tipe pembelajaran Numbered
Heads Together meupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat, beberapa bagian yang terdapat pada tipe
pembelajaran ini, diantaranya diskusi kelompok, presentasi dan
kesiapan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru.
3. Parameter Hasil Belajar
Parameter yang digunakan adalah hasil belajar Biologi
siswa kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
Tahun Ajaran 2013/2014 yang ditunjukkan dalam aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Pencapaian hasil belajar
aspek kognitif ditunjukkan dengan hasil tes, pencapaian hasil
belajar aspek afektif dan psikomotor ditunjukkan dengan hasil
observasi.
Beberapa aspek afektif yang dinilai adalah sikap peserta
didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran; Daya
tarik peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses
Apresiasi; Tingkatan pemberian respon; Kemampuan peserta
didik menerima nilai. Beberapa aspek psikomotor yang dinilai
adalah keterampilan menggambar; Keterampilan menguraikan
objek; Keterampilan penggunaan bahasa.
4. Materi Pokok
Materi yang akan diajarkan masuk ke dalam KD 3.8
Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
asing berupa antigen dan bibit penyakit. Secara spesifik,
peneliti membatasi materi pada sub bab sistem pertahanan
nonspesifik dan sistem pertahanan spesifik.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pegaruh
model pembelajaran cooperative-learning tipe Numbered Heads Together
terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Louis IX
Sedayu tahun ajaran 2013/2014 pada bahasan sistem imun sub bab sistem
pertahanan spesifik dan non-speifik.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Siswa tidak pasif dan berperan aktif dalam proses belajar sehingga
siswa dengan leluasa dapat menuangkan ide dan gagasan mereka
2. Bagi Guru
Guru dapat memperoleh variasi terbaru dalam pembelajaran yang
dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang lebih efektif.
3. Bagi Sekolah
Adanya strategi pembelajaran yang efektif akan membantu perbaikan
proses pembelajaran guna peningkatan kualitas pembelajaran biologi
dan mewujudkan siswa yang cerdas dan berprestasi.
4. Bagi Peneliti
Peneliti memperoleh jawaban atas permasalahan yang ditemukan di
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
Manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai akal dan budi
tidak pernah lepas dari belajar. Belajar merupakan hal yang penting bagi
manusia sejak lahir hingga meninnggal. Belajar merupakan sebuah
aktivitas yang memiliki manfaat dimana manusia dapat mengembangkan
diri melalalui pengalaman baru yang diperolehnya. Belajar juga
merupakan sebuah proses yang terjadi dalam kehidupan manusia dinilai
sebagai perubahan tingkah laku seseorang.
Menurut Suyono dan Hariyanto (2011) belajar adalah suatu
aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian.
Dalam satu buku yang sama, Witherington (1952) seperti yang dikutip
oleh Sukmadinata (2004) menyatakan belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru
berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan
(cit.Suyono dan Hariyanto)
Hilgard (1962) berpendapat belajar adalah suatu proses dimana
Hintzman (Muhibbin, 2003) mengatakan bahwa belajar merupakan
perubahan dalam diri suatu organisme, baik manusia maupun hewan, yang
disebabkan oleh pengalaman yang mempengaruhi tingkah laku organisme.
Berdasarkan beberapa teori tersebut, seseorang dikatakan telah
belajar apabila terdapat perubahan tingkah laku dalam diri seseorang
tersebut. Seseorang tidak dapat belajar secara sendirian, melainkan
membutuhkan teman belajar serta pembimbing dalam proses belajar, yaitu
teman sebagai teman belajar dan guru yang berfungsi membimbing
seseorang dalam belajar. Hal ini tampak di kegiatan belajar mengajar yang
terjadi di sekolah. Terjadinya interaksi antara individu dengan individu
lainnya dan antara individu dengan lingkungannya adalah salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang
dalam proses belajar.
B. Hasil Belajar
Menurut Erman, (Taniredja, 2010) Hasil belajar mencakup aspek
yang berkenaan dengan perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki
oleh siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan yang
dimaksud dapat berupa komunikasi, interaksi, kreatifitas dan sebagainya.
Hasil belajar merupakan sebagian dari perubahan kemampuan yang
berkenaan dengan hasil tes yang mencerminkan kemampuan siswa dalam
Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku, perubahan
tingkah laku tersebut merupakan suatu perubahan yang dapat diamati
(observable). Perubahan yang dapat diamati berkenaan dengan perubahan
aspek-aspek motorik (Aunurrahman, 2011). Dalam buku yang sama,
dikatakan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar juga dapat
menyentuh perubahan pada aspek afektif, termasuk perubahan emosional
yang dapat terlihat dalam rentang waktu yang relative lama (Aunurrahman,
2011).
Aunurrahman (2011) mengatakan perubahan hasil belajar juga
dapat ditandai dengan kemampuan berpikir yang mengandung makna
bahwa seorang guru yang mampu mengembangkan model-model
pembelajaran yang terarah pada latihan-latihan berpikir kritis siswa akan
sangat mendukung perubahan kemampuan berpikir siswa. Model- model
pembelajaran dimana guru tidak terlalu banyak memberikan petunjuk atau
arahan , akan tetapi lebih banyak menekankan keaktifan berpikir siswa
akan mampu mendorong percepatan perubahan kemampuan berpikir
seseorang.
Slameto (2003) dan Mujiono (1999) mengatakan secara garis besar
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar dikelompokkan
1. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor-faktor yang menyangkut seluruh
pribadi termasuk kondisi fisik maupun psikis. Faktor internal atau
disebut juga faktor intrinsik, meliputi kondisi fisiologi dan kondisi
psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan
lain-lain.
a. Kondisi Fisiologis Secara Umum
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan seseorang. Orang yang ada dalam keadaan segar
jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang ada dalam
keadaan lelah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata
kemampuannya berada di bawah anak-anak yang tidak kekurangan
gizi.
b. Kondisi Psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam yang menentukan
intensitas belajar seorang anak. Walaupun faktor luar mendukung,
tetapi jika faktor psikologis tidak mendukung maka faktor luar
tersebut akan kurang signifikan. Oleh karena itu minat, kecerdasan,
bakat, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor
c. Kondisi Panca Indera
Selain kondisi fisiologis secara umum dan kondisi psikologis
faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang adalah
kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran. Orang
belajar dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan
observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan
guru dan orang lain, mendengarkan ceramah dan lain sebagainya.
d. Intelegensi (Kecerdasan)
Intelegensi merupakan kemampuan umum dari seseorang untuk
belajar dan memecahkan suatu permasalahan. Apabila intelegensi
seseorang rendah bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam
kegiatan belajar, apabila tidak mendapatkan bantuan orang tua atau
pendidik, usaha yang dilakukan tidak akan berhasil.
e. Bakat
Bakat adalah kemampuan yang menonjol pada suatu bidang
tertentu. Bakat yang dimiliki seseorang akan tetap tersembunyi
bahkan lama-kelamaan akan menghilang apabila tidak mendapat
kesempatan untuk berkembang.
f. Motivasi
Motivasi merupakan hal yang penting dalam memberikan gairah,
semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga seseorang yang
melaksanakan kegiatan belajar. Kuat lemahnya motivasi belajar
seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang bersumber dari luar diri
individu yang bersangkutan. Faktor ini disebut juga dengan faktor
ekstrinsik yang meliputi segala sesuatu yang berasal dari luar diri
individu yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya di lingkungan
sosial maupun lingkungan lain.
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu
lingkungan alami dan lingkungan sosial.
1) Lingkungan Alami
Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar yang
dilaksanakan pada keadaan udara yang segar akan lebih baik
hasilnya daripada belajar pada suhu udara yang lebih panas.
2) Lingkungan Sosial
faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirancang.
Faktor-faktor ini dapat berupa : Lingkungan sosial, yang berwujud
yang lain langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajar.
b. Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah hal-hal yang dirancang dan
digunakan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor
1) Perangkat keras/hardware dapat berupa gedung sekolah,
perlengkapan belajar, alat praktikum, dan lain-lain
2) Perangkat lunak/software dapat berupa kurikulum, program
pembelajaran dan pedoman pembelajaran lainnya.
Berdasarkan uraian faktor-faktor diatas dapat disimpulkan pada
penelitian ini memiliki fokus yang lebih pada faktor internal yang
menyangkut kondisi fisik maupun psikis siswa, karena apabila seorang
siswa memiliki kondisi fisik dan juga psikis sehat makan proses
pembelajaran yang diterimanya akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Hasil belajar siswa ditunjukkan dalam tiga domain, yaitu domain
kognitif, domain afektif dan domain psikomotor. Penilaian autentik perlu
dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari peserta
didik melalui kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar domain kognitif berwujud angka dan merupakan hasil
dari tes yang telah ditempuh peserta didik. Hasil belajar pada domain
1. Tingkatan hafalan, mencakup kemampuan menghafal verbal atau
menghafal paraphrase materi pembelajaran berupa fakta, konsep,
prinsip dan prosedur;
2. Tingkatan pemahaman, meliputi kemampuan membandingkan
(menunjukkan persamaan dan perbedaaan), mengidentifikasi
karakteristik, menggeneralisasi dan menyimpulkan;
3. Tingkatan aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil
atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan;
4. Tingkatan analisis, meliputi kemampuan mengklasifikasi,
menggolongkan, memerinci, mengurai suatu objek;
5. Tingkatan sintesis, meliputi kemampuan memadukan berbagai unsure
atau komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang,
melukis, dan menggambar;
6. Tingkatan evaluasi/penilaian, mencakup kemampuan menilai
(judgment) terhadap objek studi dengan menggunakan kriteria tertentu
(Zainal,2012).
Hasil belajar pada domain afektif merupakan data yang didapatkan
berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer. Data tersebut
digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang
berlangsung. Berkenaan dengan domain afektif, terdapat dua hal yang
harus dinilai, yaitu kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam
dan internalisasi, selain itu juga terhadap sikap dan minat peserta didik
terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran (Zainal,2012).
Hasil belajar pada domain afektif meliputi kemampuan peserta
didik dalam :
1. Memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan
kepadanya;
2. Menikmati atau menerima nilai, norma serta objek yang mempunyai
nilai etika dan estetika;
3. Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil,
indah-tidak indah terhadap objek studi;
4. Menerapkan atau mempraktekkan nilai, norma, etika,dan estetika
dalam perilaku kehidupan sehari-hari (Zainal,2012).
Hasil belajar domain psikomotor merupakan data yang didapatkan
melalui kegiatan observasi untuk mengetahui tingkatan kinerja siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar domain psikomotor
meliputi kemampuan peserta didik dalam :
1. Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan peserta didik
dalam menggerakkan sebagian anggota badan;
2. Tingkatan gerakan semirutin meliputi kemampuan melakukan atau
3. Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara
menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis
(Zainal,2012).
Hasil belajar dari ketiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan
psikomotor didapatkan dari pelaksanaan penilaian berbasis kelas. Adapun
penilaian berbasis kelas harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Penilaian domain kognitif dilakukan setelah peserta didik mempelajari
satu kompetensi dasar yang harus dicapai, akhir dari semester, dan
jenjang satuan pendidikan;
2. Penilaian domain afektif dilakukan selama berlangsungnya kegitan
pembelajaran, baik di dalam maupun luar kelas;
3. Penilaian domain psikomotor dilakukan selama berlangsungnya proses
kegiatan pembelajaran (Zainal,2012).
C. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai
makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai
tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib.
Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara
kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab (Suyatno,2009).
Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran
mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut
teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap
anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan,
gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi dan meminta tanggung jawab
hasil kelompok berupa laporan atau presentasi (Suyatno,2009).
Menurut Roger dan David Johnson (Lie,2003) untuk mencapai
hasil yang maksimal, terdapat lima unsur model pembelajaran yang harus
diterapkan, yaitu :
1. tanggung jawab perseorangan, merupakan akibat langsung dari unsur
yang pertama. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota
kelompok akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik sebagai sumbangsih mereka sebagai anggota kelompok. Guru
perlu menyusun tugas sedemikian rupa demi timbulnya rasa tanggung
jawab dalam diri tiap-tiap anggota kelompok;
2. saling ketergantungan positif, dalam hal ini untuk tercapainya sebuah
keberhasilan dalam kelompok tersebut, maka guru sebagai pengajar
diharapkan dapat memberikan tugas sedemikian rupa sehingga setiap
anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing,
tetapi juga tetap bekerja sama dan saling membutuhkan dalam usaha
tercapainya kesuksesan bersama;
3. tatap muka, yaitu setiap kelompok harus mendapatkan kesempatan
memberikan waktu bagi anggota kelompok untuk membentuk sinergi
yang menguntungkan tiap kelompok. Inti dari sinergi adalah
menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi
kekurangan masing-masing;
4. komunikasi antar anggota. Dengan adanya unsur ini para siswa akan
dibekali dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesamanya.
Keberhasilan suatu kelompok ditentukan juga oleh kesediaan para
anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk
mengutarakan pendapat mereka;
5. evaluasi proses kelompok, yakni diberinya waktu khusus kepada
kelompok siswa untuk mengevaluasi proses kerja mereka dan hasil
kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih
efektif.
Ada berbagai alasan mengapa pembelajaran kooperatif menjadi
salah satu jalan keluar untuk menyelesaikan masalah dalam kegiatan
pembelajaran. Salah satunya adalah hasil dari berbagai penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif terbukti
efektif dalam peningkatan prestasi para siswa, alasan lainnya adalah
pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan hubungan antar
kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Mulyawati (Lie,2004) Pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang palin tepat.
Tipe pembelajaran Numbered Heads Together dikembangkan oleh
Kagen dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen
ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan
lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan
individual (Mulyawati,2012).
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang dapat dicapai dalam
pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT, yaitu :
a. Hasil belajar akademik struktural
Bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik
b. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang
c. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan idea atau pendapat,
bekerja dalam kelompok dan sebagainya(Yogi,2012).
Model pembelajaran tipe Numbered Heads Together memiliki
beberapa langkah pembelajaran sebagai berikut :
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor;
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya;
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya;
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka;
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lain;
6. Kesimpulan (Suyatno,2009).
Terdapat beberapa manfaat pada model pembelajaran tipe
Numbered Heads Together terhadap siswa yang hasil belajarnya rendah.
Hal ini dikemukakan oleh Lundgren yang diterjemahkan oleh Ibrahim
(2000), antara lain :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahamanan yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi
Selain manfaat, model pembelajaran tipe Numbered Heads
Together juga memiliki kelemahan diantaranya :
a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil kembali oleh guru
b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru (Mulyawati,2012).
E. Sistem Imunitas
Sistem Imunitas adalah materi yang termasuk dalam lingkup
Kompetensi Dasar 3.8 yaitu Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit. Materi ini
merupakan materi biologi paling akhir yang dipelajari di kelas XI IPA.
Beberapa pokok pembelajaran yang akan dipelajari pada materi ini,
diantaranya komponen sistem imunitas yang meliputi : granular dan
agranular, makrofag, antigen dan antibodi; Mekanisme pertahanan tubuh
yang meliputi : sistem pertahanan tubuh non-spesifik dan sistem
pertahanan tubuh spesifik; Gangguan sistem imunitas.
Indikator Pencapaian Kompetensi materi sistem imunitas meliputi :
menyebutkan fungsi sistem imun bagi tubuh manusia, mengidentifikasi
komponen sistem imun manusia, menyebutkan perbedaan limfosit T dan
non-spesifik pada manusia serta mendeskripsikan berbagai upaya untuk
pencegahan penyakit sistem imunitas. Materi ini tergolong materi yang
abstrak.
Di dalam kehidupan makhluk hidup banyak sekali virus, bakteri,
jamur dan organisme lain yang hidup di alam bebas. Organisme-organisme
tersebut dapat menyerang tubuh manusia sewaktu-waktu tanpa ada yang
menduga. Walaupun banyak virus, bakteri dan organisme lain yang dapat
menyerang tubuh manusia, banyak manusia yang tidak mengalami
kesakitan karena serangan organisme tersebut. Hal ini disebabkan, karena
manusia memiliki sistem kekebalan tubuh yang telah dianugerahkan oleh
Tuhan YME.
Kompetensi Dasar dalam penelitian ini adalah Menjelaskan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan
bibit penyakit. Materi pokok yang dijadikan penelitian berdasarkan
Kompetensi Dasar tersebut adalah Sistem imunitas manusia. Peneliti
membatasi materi sub bab pertahanan non-spesifik dan pertahanan
spesifik.
Menurut Slamet dan Sri (2012) Sistem pertahanan tubuh
merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam
resistensi terhadap bahan atau zat yang masuk ke dalam tubuh. Reaksi
Sistem imun tersusun dari sel-sel dan jaringan yang membentuk
imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap infeksi atau penyakit (Diah,dkk,
2007). Manfaat mempelajari sistem imun bagi kehidupan adalah agar
dapat mengetahui cara mencegah suatu penyakit masuk ke dalam tubuh.
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Soviatun (2013)
dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS dengan
Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together.
Penelitian tersebut dilakukan terhadap siswa kelas 5 SD Negeri 05 Metro
Selatan Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model cooperative learning tipe Numbered Head Together
(NHT) dapat meningkatan aktivitas dan hasil belajar dibuktikan dengan
nilai rata-rata aktivitas siklus I adalah 54,00 kemudian meningkat menjadi
64,00 pada siklus II dan kembali mengalami peningkatan menjadi 77,00
pada siklus III. Nilai rata-rata hasil belajar siklus I adalah 58,54 meningkat
menjadi 68,38 pada siklus II dan meningkat menjadi 76,77 pada siklus III.
Presentase ketuntasan belajar siklus I adalah 51,61%, kemudian meningkat
menjadi 64,51% pada siklus II dan kembali mengalami peningkatan
menjadi 80,64% pada siklus III.
Penelitian relevan lain juga pernah dilakukan oleh Kikie (2012)
dengan judul Penerapan Jurnal Belajar Sebagai Strategi Berpikir
di SMA Negeri 1 Kajen. Penelitian ini dilaksanakan terhadap kelas XI IPA
2 (sebagai kelompok eksperimen) dan XI IPA 3 (sebagai kelompok
kontrol).
Hasil penelitian menunjukkan jurnal belajar dan strategi berpikir
metakognitif mempunyai hubungan kuat diantara keduanya (98,8% dan α
< 0,05). Hasil uji t-test menunjukkan perbedaan dari kedua kelompok
dengan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen 77,31 dan lebih besar
dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya mendapat 68,5. Hasil uji
regresi menunjukkan penerapan jurnal belajar sebagai strategi berpikir
metakognitif memberikan pengaruh sebesar 69,9% terhadap hasil belajar
siswa dan berdasarkan data yang diperoleh dapat dinyatakan terdapat
hubungan yang kuat antara jurnal belajar dan strategi berpikir metakognitif
pada materi sistem imunitas berpengaruh secara signifikan terhadap hasil
belajar siswa.
G. Pembelajaran Sistem Imun dengan Menerapkan Tipe Pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT)
Materi sistem imun termasuk dalam lingkup KD 3.8 Menjelaskan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan
bibit penyakit. Beberapa materi pokok yang akan dipelajari pada bahasan
sistem imun adalah komponen sistem kekebalan tubuh, mekanisme
penelitian ini, peneliti menentukan batasan yaitu sistem pertahanan tubuh
non-spesifik dan sistem pertahanan tubuh spesifik.
Materi sistem imun merupakan materi yang belum pernah
dipelajari pada jenjang tingkat SMP dan pada materi ini banyak istilah
asing yang akan dipelajari, sehingga materi ini dipandang rumit dan
terbukti dari beberapa tahun siswa kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur
St.Louis IX Sedayu memperoleh hasil belajar yang rendah.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan
pada materi sistem imun guna meningkatkan hasil belajar siswa pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Tipe pembelajaran Numbered
Heads Together yang memiliki keunggulan membutuhan pemahaman
yang mendalam dapat diterapkan pada materi sistem imun yang juga
cukup rumit sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam dalam
mempelajarinya dan ditambah dengan tahap presentasi dimana guru akan
memberikan pertanyaan kepada perwakilan kelompok yang sedang
presentasi dan siswa diwajibkan untuk menjawab pertanyaan guru,
sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.
H. Kerangka Pikir
Berdasarkan dari kajian pustaka diatas, hasil belajar siswa memiliki
mengajar. Dalam pembelajaran di kelas dengan guru yang menerapkan
model pembelajaran dengan ceramah akan berbeda jika sebuah kelas
dengan guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together dalam mengajar. Siswa dalam kelas akan
dibagi menjadi beberapa kelompok-kelompok kecil siswa yang
anggotanya heterogen baik dari jenis kelamin maupun kemampuan
belajarnya.
Pelaksanaan penelitian menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT). Pada setiap akhir siklus akan
diadakan ulangan akhir siklus . Hasil belajar yang diperoleh melalui
ulangan akhir setiap siklus diukur untuk mengetahui apakah ada pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together.
Pemecahan Masalah : 1. Menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe NHT
2. Konflik antar pribadi berkurang
3. Pemahaman yang lebih mendalam
Peningkatan hasil belajar siswa
(aspek kognitif, afektif dan psikomotor)
Sebab Permasalahan :
1. Metode mengajar yang digunakan adalah ceramah
2. Adanya kelompok-kelompok tertentu dalam kelas
3. Materi sistem imun merupakan materi baru yang belum dipelajari pada jenjang SMP
Akibat :
Siswa mendapatkan nilai rendah
I. Hipotesis
Setelah dilakukan studi pustaka terhadap model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together didapatkan
hipotesis yang muncul yaitu penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pokok bahasan sistem imun sub bab sistem pertahanan spesifik
dan non-spesifik Kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas, atau Classroom Action Research. Terdapat tiga
kata yang membentuk pengertian tersebut, yaitu (1) penelitian, yang
menunjuk pada suatu objek dengan menggunakan cara atau aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti, (2) Tindakan, yang menunjuk pada sesuatu gerak
kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian
berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa, (3) kelas, merupakan
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula (Arikunto,2008).
Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah penelitian yang
dilaksanakan di dalam kelas dengan menggunakan metode tertentu.
Menurut Taniredja, (2010) penelitian tindakan kelas merupakan strategi
pemecahan masalah yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas
yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan
kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam setiap
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur St.
Louis IX Sedayu yang beralamat di Jalan Wates Km.12 Argosari,
Sedayu, Bantul, Yogyakarta.
2. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Pangudi
Luhur St. Louis IX Sedayu, Yogyakarta tahun ajaran 2013-2014
dengan jumlah 37 siswa.
3. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada bahasan
sistem imun, sub bab sistem pertahanan spesifik dan sistem pertahanan
non- spesifik.
C. Desain Penelitian
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan peneliti
adalah model yang telah dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin
Mc Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar Kurt
Lewin. Berikut ini merupakan gambar model PTK yang dikembangkan
Gambar 3.1.Model spiral menurut Kemmis dan Mc Taggart
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, karena
terbatasnya waktu dalam pelaksanaan penelitian ini. Setiap
siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan
atau tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting).
1) Desain Penelitian Siklus I
a) Pertemuan I
1. Perencanaan
Pada tahap perencaan ini, peneliti menyusun kelengkapan
pembelajaran, meliputi : silabus dan RPP yang diintegrasikan
Together, kisi-kisi lembar observasi, rubrik pensokran lembar
observasi, lembar observasi dan LKS I.
(Silabus dan RPP dapat dilihat pada lampiran 1; LKS dapat
dilihat pada lampiran 2; Kisi-kisi, panduan penskoran lembar
observasi, lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 4)
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti bekerjasama dengan guru
melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah
disusun. Rinciannya adalah sebagai berikut :
a. melaksanakan presensi kehadiran siswa
b. melaksanakan apersepsi
c. menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dan
memberi gambaran umum kepada siswa;
d. membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil yang
beranggotakan 4 orang dan ada satu kelompok yang
beranggotakan 5 orang, siswa memilih sendiri kelompoknya;
e. membagikan nomor kepada setiap siswa dalam setiap kelompok;
f. membagikan LKS I kepada siswa;
g. tiap-tiap kelompok berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman
dan jawaban yang tepat, tiap anggota kelompok dapat
h. memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil diskusi kelompok;
i. kelompok siswa yang tidak sedang mempresentasikan hasil
diskusi kelompok, aktif dalam memperhatikan presentasi dan
menanggapi presentasi temannya;
j. memanggil nomor siswa lagi dan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan nomor soal
yang berbeda, begitu seterusnya sebanyak jumlah soal;
k. Guru memberi pertanyaan kepada wakil kelompok yang
melakukan presentasi, siswa diwajibkan siap untuk menjawab
pertanyaan guru
l. memberikan apresiasi kepada kelompok yang dinilai paling aktif
dalam forum presentasi;
m.membimbing siswa dalam merangkum kesimpulan dan refleksi;
3. Pengamatan/Observasi
Pada tahap ini observer, mengamati proses pembelajaran yang
berlangsung. Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada beberapa
aspek yang terkait dalam proses pembelajaran yang berlangsung,
yaitu :
a. perhatian siswa selama mengikuti proses pembelajaran;
b. antusiasme dan semangat siswa dalam mengerjakan tugas;
d. rasa percaya diri dalam berpresentasi;
e. kemauan untuk bertanya dalam menanggapi presentasi teman
sekelas.
4. Refleksi
Tahap refleksi dilakukan untuk menganalisis dan menemukan
kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada siklus pertama, pertemuan pertama. Semua
kekurangan yang ada dijadikan pedoman dalam memperbaiki dan
merancang proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I,
pertemuan kedua.
b) Pertemuan II
1. Perencanaan
Pada tahap perencaan ini, peneliti menyusun kelengkapan
pembelajaran, meliputi : kisi-kisi lembar observasi, panduan
penskoran lembar observasi, lembar observasi, LKS 2 dan soal
ulangan akhir siklus I.
(Kisi-kisi, panduan penskoran dan lembar observasi dapat dilihat
pada lampiran 4; LKS dapat dilihat pada lampiran 2; Soal
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti bekerjasama dengan guru
melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah
disusun. Rinciannya adalah sebagai berikut :
a. melaksanakan presensi kehadiran siswa
b. melaksanakan apersepsi
c. menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dan
memberi gambaran umum kepada siswa;
d. membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil yang
beranggotakan 4 orang dan ada satu kelompok yang
beranggotakan 5 orang, siswa memilih sendiri kelompoknya;
e. membagikan nomor kepada setiap siswa dalam setiap
kelompok;
f. membagikan LKS 2 kepada siswa;
g. tiap-tiap kelompok berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman
dan jawaban yang tepat, tiap anggota kelompok dapat
mengerjakan dan mengetahui jawaban dari LKS 2;
h. memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil diskusi kelompok;
i. kelompok siswa yang tidak sedang mempresentasikan hasil
diskusi kelompok, aktif dalam memperhatikan presentasi dan
j. memanggil nomor siswa lagi dan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan nomor soal
yang berbeda, begitu seterusnya sebanyak jumlah soal;
k. Guru memberikan pertanyaan kepada perwakilan kelompok
siswa yang melakukan presentasi, siswa diwajibkan menjawab
pertanyaan guru;
l. memberikan apresiasi kepada kelompok yang dinilai paling
aktif dalam forum presentasi;
m. membimbing siswa dalam merangkum kesimpulan dan
refleksi;
n. melaksanakan ulangan akhir siklus I.
3. Pengamatan/Observasi
Pada tahap ini observer, mengamati proses pembelajaran yang
berlangsung. Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada beberapa
aspek yang terkait dalam proses pembelajaran yang berlangsung,
yaitu :
a. perhatian siswa selama mengikuti proses pembelajaran;
b. antusiasme dan semangat siswa dalam mengerjakan tugas;
c. kekompakan bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok;
d. rasa percaya diri dalam berpresentasi;
e. kemauan untuk bertanya dalam menanggapi presentasi teman
4. Refleksi
Tahap refleksi dilakukan untuk menganalisis dan menemukan
kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada siklus pertama, pertemuan kedua. Semua
kekurangan yang ada dijadikan pedoman dalam memperbaiki dan
merancang proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II.
2) Desain Penelitian Siklus II
a) Pertemuan I
1. Perencanaan
Proses perencanaan siklus II memperbaiki hal-hal yang menjadi
permasalahan pada siklus pertama. Perbaikan yang dilakukan
tertuang dalam RPP yang digunakan pada siklus kedua.
Perencanaan yang lain pada siklus kedua, meliputi : penyusunan
LKS ke 3, kisi-kisi lembar observasi, pedoman peskoran lembar
observasi dan lembar observasi siklus II.
(RPP dapat dilihat pada lampiran 1; LKS dapat dilihat pada
lampiran 2; kisi-kisi, pedoman penskoran dan lembar observasi
dapat dilihat pada lampiran 4).
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan siklus II, peneliti bekerjasama dengan
yang merupakan perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada siklus I. Rinciannya adalah sebagai berikut :
a. melaksanakan presensi kehadiran siswa;
b. memberikan apersepsi;
c. menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai;
d. menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dan
memberi gambaran umum kepada siswa;
e. membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil yang
beranggotakan 4 orang dan ada satu kelompok yang
beranggotakan 5 orang, kelompok dipilih oleh guru;
f. membagikan nomor kepada setiap siswa dalam setiap
kelompok;
g. membagikan LKS 3 kepada tiap siswa;
h. tiap-tiap kelompok berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman
dan jawaban yang tepat, tiap anggota kelompok dapat
mengerjakan dan mengetahui jawaban dari LKS 3;
i. memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil diskusi kelompok;
j. kelompok siswa yang tidak sedang mempresentasikan hasil
diskusi kelompok, aktif dalam memperhatikan presentasi dan
k. memanggil nomor siswa lagi dan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan nomor soal
yang berbeda, begitu seterusnya sebanyak jumlah soal;
l. Guru memberikan pertanyaan kepada perwakilan siswa yang
melakukan presentasi, siswa wajib menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru;
m. memberikan apresiasi kepada kelompok yang dinilai paling
aktif dalam forum presentasi;
n. membimbing siswa dalam merangkum kesimpulan dan
refleksi;
o. memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.
3. Pengamatan
Pada tahap ini observer mengamati proses pembelajaran
yang berlangsung. Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada
beberapa aspek yang terkait dalam proses pembelajaran yang
berlangsung, yaitu :
a. perhatian siswa selama mengikuti proses pembelajaran;
b. antusiasme dan semangat siswa dalam mengerjakan tugas;
c. kekompakan bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok;
d. rasa percaya diri dalam berpresentasi;
e. kemauan untuk bertanya dalam menanggapi presentasi teman
4. Refleksi
Tahap refleksi dilakukan untuk menganalisis dan
menemukan kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan pada siklus kedua, pertemuan pertama. Semua
kekurangan yang ada akan dijadikan pedoman dalam memperbaiki
dan merancang proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus
kedua, pertemuan kedua.
b) Pertemuan II
1. Perencanaan
Pada tahap perencaan ini, peneliti menyusun kelengkapan
pembelajaran, meliputi :kisi-kisi lembar observasi, panduan
penskoran lembar observasi, lembar observasi, LKS 4 dan soal
ulangan akhir siklus II.
(LKS dapat dilihat pada lampiran 2; Soal ulangan akhir siklus
dapat dilihat pada lampiran 3; kisi-kisi, panduan penskoran dan
lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 4).
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti bekerjasama dengan guru
melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada RPP yang
telah disusun, rinciannya adalah sebagai berikut :
b. membahas pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan
sebelumnya;
c. memberikan apersepsi;
d. menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai;
e. menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dan
memberi gambaran umum kepada siswa;
f. membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil yang
beranggotakan 4 orang dan ada satu kelompok yang
beranggotakan 5 orang, guru membagi kelompok;
g. membagikan nomor kepada setiap siswa dalam setiap
kelompok;
h. membagikan LKS 4 kepada setiap siswa;
i. tiap-tiap kelompok berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman
dan jawaban yang tepat, tiap anggota kelompok dapat
mengerjakan dan mengetahui jawaban dari LKS 4;
j. memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil diskusi kelompok;
k. kelompok siswa yang tidak sedang mempresentasikan hasil
diskusi kelompok, aktif dalam memperhatikan presentasi dan
l. memanggil nomor siswa lagi dan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan nomor soal
yang berbeda, begitu seterusnya sebanyak jumlah soal;
m. Guru memberikan pertanyaan kepada perwakilan siswa yang
melakukan presentasi, siswa wajib menjawab pertanyaan guru;
n. memberikan apresiasi kepada kelompok yang dinilai paling
aktif dalam forum presentasi;
o. membimbing siswa dalam merangkum kesimpulan dan
refleksi.
p. Melaksanakan ulangan akhir siklus II.
3. Pengamatan
Pada tahap ini observser mengamati proses pembelajaran
yang berlangsung. Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada
beberapa aspek yang terkait dalam proses pembelajaran yang
berlangsung, yaitu :
a. perhatian siswa selama mengikuti proses pembelajaran;
b. antusiasme dan semangat siswa dalam mengerjakan tugas;
c. kekompakan bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok;
d. rasa percaya diri dalam berpresentasi;
e. kemauan untuk bertanya dalam menanggapi presentasi teman