• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh model pembelajaran cooperative-learning tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu tahun ajaran 2013/2014 pada bahasan sistem imun sub bab sistem pertahanan spesifik dan non-spesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh model pembelajaran cooperative-learning tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu tahun ajaran 2013/2014 pada bahasan sistem imun sub bab sistem pertahanan spesifik dan non-spesi"

Copied!
247
0
0

Teks penuh

(1)

i

LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PANGUDI

LUHUR ST. LOUIS IX SEDAYU TAHUN AJARAN 2013/2014 PADA

BAHASAN SISTEM IMUN SUB BAB SISTEM PERTAHANAN

SPESIFIK DAN NON- SPESIFIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Yolanda Endear Ganamurti Sudarbe

NIM : 101434019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

BERSUKACITALAH DALAM PENGHARAPAN, SABARLAH

DALAM KESESAKAN, DAN BERTEKUNLAH DALAM DOA

(ROMA 12:12)

Kupersembahkan Karyaku ini Untuk :

Tuhan Yesus Kristus Atas Segala Berkat dan PenyertaanNya selalu

Papaku tercinta Susanto Soedarbe dan mamaku tersayang Norike Siami

Arimurti

Adikku terkasih Yorian Soedarbe

Keluarga Eyang Gono Maduratno

Keluarga Opa Soedarbe

(5)

v

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 September 2014

Penulis

(6)

vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Yolanda Endear Ganamurti Sudarbe

Nomor Mahasiswa : 101434019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE-LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SEDAYU TAHUN AJARAN 2013/2014 PADA BAHASAN SISTEM IMUN SUB BAB SISTEM PERTAHANAN SPESIFIK DAN NON-SPESIFIK. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 5 September 2014

Yang menyatakan

(7)

vii

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE-LEARNING TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SEDAYU TAHUN AJARAN 2013/2014 PADA BAHASAN SISTEM IMUN SUB BAB SISTEM

PERTAHANAN SPESIFIK DAN NON-SPESIFIK

Yolanda Endear Ganamurti Sudarbe Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia karena dapat meningkatkan kualitas diri manusia. Pendidikan berhubungan erat dengan sekolah dimana sekolah merupakan wadahnya. Mata pelajaran biologi sistem imun merupakan salah satu materi yang dipandang rumit apabila penyampaiannya hanya menggunakan model ceramah, sehingga hasil belajar siswa cenderung rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model cooperative-learning tipe Numbered Heads Together (NHT) pada bahasan sistem imun.

Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu, tahun ajaran 2013/2014. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus memiliki empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi dan hasil ulangan akhir setiap siklus. Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata nilai aspek kognitif siswa, sebesar 75,61 pada rata-rata nilai ulangan akhir siklus I meningkat menjadi 78,94 pada rata-rata nilai ulangan akhir siklus II. Selain itu, hasil belajar siswa aspek afektif dan psikomotor juga mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian hasil belajar aspek afektif siswa dari siklus I dimana 72,24% siswa masuk dalam kategori tinggi dan 27,76% siswa masuk ke dalam kategori sedang menjadi 100% siswa masuk dalam kategori tinggi pada siklus II. Sedangkan pencapaian hasil belajar aspek psikomotor siklus I yaitu 100% siswa masuk dalam kategori sedang menjadi 100% siswa masuk dalam kategori tinggi pada siklus II. Berdasarkan hal tersebut maka terjadi peningkatan hasil belajar siswa sesudah mengikuti proses pembelajaran model cooperative learning tipe Numbered Heads Together.

(8)

viii

INCREASING RESULT OF STUDY IN ELEVEN GRADE OF PANGUDI LUHUR ST.LOUIS IX SEDAYU SENIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR

2013/2014 IN IMMUNITY SYSTEM TO SPECIFIC DEFENSE SYSTEM AND NON-SPECIFIC DEFENSE SYSTEM THROUGH COOPERATIVE LEARNING

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TYPE

Yolanda Endear Ganamurti Sudarbe Sanata Dharma University

Yogyakarta 2014

Education is the important thing in people’s lives because it can improve the quality of human beings. Education closely related to a school where school is its container. The subjects of biology of the immune system is one that is quite complicated matter when it only use model lectures, so that student learning outcomes tend to be low. This research aims to know the improvement of student learning outcomes by using cooperative learning Numbered Heads Together (NHT) type on immune system.

This research was carried out on a grade XI IPA SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu , the school year 2013/2014. This research carried out in two cycle, any cycle having four stages, namely planning, execution observation and reflection. Data collection was carried out by using a sheet of observation and the results of the final exams of each cycle. The data analysis used in the study of this class action is a descriptive analysis and comparative analysis.

The research result show that there has been increasing student learning outcomes . This is shown by an increase in the average value of the cognitive aspects of 75,61 students, on the average value of the cycle end 1 numbers increased to 78,94 on average of Deuteronomy end cycle 2. In addition, the results of student learning psychomotor and affective aspects of also have elevated. It is shown by the study result of the aspects affective students from the cycle 1 where 72,24 percent of student is categorized in high and 27,76 percent of students go in medium category 100 percent of students is categorized in high on cycle 2. WWhile the study result of the aspects psychomotor cycle 1 about 100 percent of students included in the category being becoming 100 percent of students is categorized in high on cycle 2. Based on the result of an increase in the student learning and following the process of learning model cooperative learning type numbered heads together.

(9)

ix

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

COOPERATIVE-LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SEDAYU TAHUN

AJARAN 2013/2014 PADA BAHASAN SISTEM IMUN SUB BAB SISTEM

PERTAHANAN SPESIFIK DAN NON-SPESIFIK”.

Skripsi ini diselesaikan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa selama menyelesaikan skripsi ini tidak

terlepas dari bimbingan, dukungan, dan peran serta pihak-pihak yang telah memberikan

bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, praktikan ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan perlindungan dan berkatNya

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan

Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr.Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma

(10)

x

membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan senantiasa meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan.

5. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc, selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Ika Yuli Listyarini, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan

kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Br. Agustinus Mujiya, S.Pd,. FIC. Selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur

St. Louis IX Sedayu yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melaksanakan penelitian.

8. Bapak Drs. Markoes Padmonegoro, selaku guru bidang studi Biologi SMA

Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu, atas bantuannya selama proses penelitian

berlangsung.

9. Siswa kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu atas kerjasama

dan partisipasi penuhnya dalam penelitian yang telah dilakukan.

10.Eyangku,Opa dan Oma, Papa dan mamaku, serta adikku Yorian yang tersayang,

yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan materi, semoga Tuhan selalu

Memberkati dan melindungi aktivitas mereka.

11.Kekasihku tersayang Christoporus Meinam Cahyandalu, yang selalu

memberikan doa, dukungan, kasih sayang dan saran sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik. Semoga Tuhan selalu Memberkati dan

melindungi aktivitasnya.

12.Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Biologi Angkatan 2010 atas

(11)

xi

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis

(12)

xii

HALAMAN JUDUL……….... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………. vi

ABSTRAK……… vii

ABSTRACT………. viii

KATA PENGANTAR……….. ix

DAFTAR ISI……… xii

DAFTAR TABEL……… xv

DAFTAR GAMBAR……… xvi

DAFTAR GRAFIK……….. xvii

DAFTAR LAMPIRAN……… xviii

BAB I. PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah……….. 5

C. Batasan Masalah……… 5

D. Tujuan Penelitian………... 7

E. Manfaat Penelitian………. 7

(13)

xiii

B. Hasil Belajar………... 10

C. Model Pembelajaran Kooperatif………. 18

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together 21 E. Sistem Imunitas……… 23

F. Penelitian Yang Relevan……….. 25

G. Pembelajaran Sistem Imun dengan Menerapkan Tipe Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)…… 26

H. Kerangka Pikir………. 27

I. Hipotesis……….. 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………. 30

A. Jenis Penelitian……… 30

B. Setting Penelitian……… 31

C. Desain Penelitian……… 31

D. Variabel Penelitian………. 44

E. Instrumen………... 44

F. Analisis Data……….. 48

G. Indikator Ketercapaian………... 52

H. Agenda Penelitian……….. 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 54

A. Deskripsi Penelitian……….. 54

1. Siklus I Pertemuan I……… 55

a. Perencanaan……….. 55

(14)

xiv

d. Refleksi………. 61

2. Siklus I Pertemuan II……….. 62

a. Perencanaan……….. 62

b. Pelaksanaan……….. 62

c. Observasi dan Tes………. 65

d. Refleksi………. 67

3. Siklus II Pertemuan I……….. 68

a. Perencanaan……….. 68

b. Pelaksanaan………... 68

c. Observasi dan Tes………. 71

d. Refleksi………. 72

4. Siklus II Pertemuan II………. 72

a. Perencanaan………... 72

b. Pelaksanaan……… 73

c. Observasi dan Tes……….. 76

d. Refleksi……….. 77

B. Hasil Belajar Siswa………... 78

C. Pembahasan………. 80

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……….. 90

A. Kesimpulan………. 90

B. Saran………... 91

(15)

xv

Tabel 3.1. Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi

Domain Afektif Siswa Terhadap Pembelajaran………... 50

Tabel 3.2. Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi

Aspek Psikomotorik Siswa Terhadap Pembelajaran………. 52

Tabel 3.3. Indikator keberhasilan, metode pengukuran

dan evaluasi………. 52

Tabel 4.1. Hasil Ulangan Siklus I Siswa Kelas XI IPA…………. 66

Tabel 4.2. Hasil Ulangan Siklus II Siswa Kelas XI IPA………… 77

Tabel 4.3. Perbandingan Rata-rata Nilai dan % KKM Siswa……. 79

Tabel 4.4. Hasil Analisis Aspek Afektif Siswa Siklus I

dan Siklus II………. 80

Tabel 4.5. Hasil Analisis Psikomotor Siswa Siklus I

dan Siklus II……… 83

Tabel 4.6. Hasil Analisis Aspek Kognitif Siswa Siklus I

(16)

xvi

Gambar 2.1. Kerangka Pikir……… 28

Gambar 3.1. Model spiral menurut Kemmis dan Mc Taggart…………. 32

Gambar 4.1. Siswa bergabung dengan kelompoknya……….. 58

Gambar 4.2. Siswa berdiskusi dalam kelompok……….. 58

Gambar 4.3. Siswa mempresentasikan hasil diskusi……… 60

Gambar 4.4. Siswa berdiskusi kelompok………. 64

Gambar 4.5. Siswa mempresentasikan hasil diskusi……… 70

Gambar 4.6. Siswa melaksanakan diskusi kelompok……….. 75

Gambar 4.7. Siswa mempresentasikan hasil diskusi……… 76

Gambar 4.8. Diagram Hasil Belajar Afektif Siswa………. 81

(17)

xvii

(18)

xviii

Lampiran 1 : Silabus dan RPP………... 95

Lampiran 2 : LKS……….. 115

Lampiran 3 : Kisi-kisi soal, soal ulangan dan panduan skoring……… 123

Lampiran 4 : Lembar observasi………. 145

Lampiran 5 : Daftar nilai ulangan akhir siklus I siswa kelas XI IPA…….. 166

Lampiran 6 : Data hasil observasi sikap dan kinerja siswa siklus I pertemuan I……… 168

Lampiran 7: Data hasil observasi sikap dan kinerja siswa siklus I pertemuan II………. 174

Lampiran 8 : Daftar nilai ulangan akhir siklus II siswa kelas XI IPA…. 180 Lampiran 9 : Data hasil observasi sikap dan kinerja siswa siklus II pertemuan I……… 182

Lampiran 10 : Data hasil observasi sikap dan kinerja siswa siklus II pertemuan II……… 188

Lampiran 11 : Hasil observasi sikap dan kinerja siswa……… 194

Lampiran 12 : Hasil ulangan siswa………... 202

Lampiran 13 : Foto penelitian……… 222

Lampiran 14 : Surat ijin penelitian………... 227

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan

manusia, karena pendidikan adalah sebuah hal yang dilakukan oleh insan

manusia dalam meningkatkan atau mengembangkan kualitas diri manusia

itu sendiri. Pendidikan memiliki keterkaitan yang erat dengan sekolah,

dimana sekolah merupakan wadah untuk mengintepretasikan pendidikan.

Di dalam sekolah akan dijumpai berbagai tingkatan kelas dan dari

tingkatan kelas tersebut akan memiliki karakter mata pelajaran yang

berbeda-beda. Salah satu mata pelajaran yang akan dijumpai dalam

sekolah jejang Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah mata pelajaran

Biologi. Mata pelajaran Biologi sendiri merupakan mata pelajaran yang

membahas tentang ilmu kehidupan dan interaksi makhluk hidup dengan

lingkungannya. Berbagai sistem kehidupan juga dipelajari dalam mata

pelajaran Biologi, salah satunya adalah Sistem Imun.

Pokok bahasan Sistem Imun dipandang cukup rumit, karena materi

ini belum pernah diajarkan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama

(20)

Menengah Atas (SMA) khususnya di kelas XI IPA. Materi ini sulit

dipahami oleh siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu.

Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pencapaian nilai ketuntasan minimal

siswa. Kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran Biologi di SMA

Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu adalah 78.

Materi sistem imunitas merupakan materi yang termasuk dalam

lingkup Kompetensi Dasar 3.8 yaitu Menjelaskan mekanisme pertahanan

tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit. Materi ini

merupakan materi biologi paling akhir yang dipelajari di kelas XI IPA.

Beberapa pokok pembelajaran yang akan dipelajari pada materi ini,

diantaranya komponen sistem imunitas yang meliputi : granular dan

agranular, makrofag, antigen dan antibodi; Mekanisme pertahanan tubuh

yang meliputi : sistem pertahanan tubuh non-spesifik dan sistem

pertahanan tubuh spesifik; Gangguan sistem imunitas.

Indikator Pencapaian Kompetensi materi sistem imunitas meliputi :

menyebutkan fungsi sistem imun bagi tubuh manusia, mengidentifikasi

komponen sistem imun manusia, menyebutkan perbedaan limfosit T dan

limfosit B, menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh spesifik dan

non-spesifik pada manusia serta mendeskripsikan berbagai upaya untuk

pencegahan penyakit sistem imunitas. Materi ini merupakan materi yang

(21)

sistem imun tersebut hasil belajar siswa dari tahun ke tahun cenderung

rendah.

Menurut keterangan Guru mata Pelajaran Biologi yang mengampu

di kelas XI IPA, materi ini dipandang sulit dan siswa cenderung

mendapatkan nilai yang rendah. Rendahnya pencapaian nilai ketuntasan

minimal disebabkan oleh : (1) penggunaan metode pembelajaran yang

kurang tepat oleh guru, karena selama ini metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru Biologi di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

adalah ceramah.

Metode ceramah masih banyak digunakan untuk menyampaikan

materi, sehingga siswa cenderung bosan dan kurang bersemangat untuk

belajar. Apabila hal tersebut tetap dilakukan lama- kelamaan akan

membuat hasil belajar siswa menurun. (2) siswa kurang memperhatikan

saat proses pembelajaran Biologi berlangsung. (3) rendahnya kemauan

dalam diri siswa untuk bertanya kepada guru, dan (4) materi Sistem Imun

merupakan materi baru yang belum pernah dipelajari siswa pada jenjang

Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Salah satu langkah yang dapat dipilih dalam mengatasi masalah

tersebut adalah mengubah model pembelajaran yang dipandang lebih

efektif dalam penyampaian materi sistem imun. Model pembelajaran yang

dimaksudkan adalah pembelajaran model Cooperative Learning tipe

(22)

pada keuntungan dalam menerapkan model pembelajaran ini yaitu siswa

dituntut untuk dapat memahami materi pembelajaran lebih mendalam

karena akan diberi pertanyaan oleh guru pada tahap presentasi dan siswa

diwajibkan untuk menjawab pertanyaan guru. Model pembelajaran

kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk

bekerjasama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan

persoalan atau inkuiri (Suyatno,2009).

Dalam proses pembelajaran Biologi, tidak harus guru yang selalu

berperan menjelaskan materi secara panjang lebar kepada siswa, namun

dapat juga antar siswa saling mengajar dan menjelaskan. Peran guru dalam

model pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator ataupun pendamping.

Pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Heads Together

terdiri dari enam tahapan kegiatan. Tahap yang pertama adalah guru

membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan memberikan nomor

kepada setiap siswa dalam setiap kelompok. Tahapan selanjutnya guru

memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan.

Pada tahapan selanjutnya kelompok akan mendiskusikan jawaban dari

setiap pertanyaan dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat

mengerjakan dan mengetahui jawabannya.

Tahapan ke-empat adalah guru memanggil salah satu nomor siswa

dan siswa yang dipanggil nomornya melaporkan hasil kerjasama dalam

(23)

hasil diskusi kelompoknya juga wajib menjawab pertanyaan yang diajukan

oleh guru, sehingga siswa dituntut untuk siap dalam presentasi. Tahapan

selanjutnya adalah tanggapan dari kelompok yang berlainan, kemudian

guru menunjuk nomor lain untuk melaporkan hasil kerja kelompok yang

lainnya. Tahapan yang terakhir dari tipe pembelajaran ini adalah siswa

didampingi guru menyimpulkan dari materi yang dipelajari. Dengan

adanya diskusi yang dilakukan dalam kelompok, diharapkan siswa lebih

bisa memahami konsep, menambah pengetahuan, tidak merasa malu untuk

menanyakan hal yang belum dipahami, menemukan kemungkinan solusi

dari permasalahan serta meningkatkan rasa percaya diri dalam berbicara di

depan umum.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Numbered Heads Together terhadap hasil belajar siswa pada

pokok bahasan Sistem Imun Kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Louis IX

Sedayu Tahun Ajaran 2013/2014?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan tidak terlalu luas ruang

lingkupnya, maka dibatasi pada permasalahan sebagai berikut :

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA

(24)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah model Cooperative Learning

tipe Numbered Heads Together. Tipe pembelajaran Numbered

Heads Together meupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban

yang paling tepat, beberapa bagian yang terdapat pada tipe

pembelajaran ini, diantaranya diskusi kelompok, presentasi dan

kesiapan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan

oleh guru.

3. Parameter Hasil Belajar

Parameter yang digunakan adalah hasil belajar Biologi

siswa kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

Tahun Ajaran 2013/2014 yang ditunjukkan dalam aspek

kognitif, afektif dan psikomotor. Pencapaian hasil belajar

aspek kognitif ditunjukkan dengan hasil tes, pencapaian hasil

belajar aspek afektif dan psikomotor ditunjukkan dengan hasil

observasi.

Beberapa aspek afektif yang dinilai adalah sikap peserta

didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran; Daya

tarik peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses

(25)

Apresiasi; Tingkatan pemberian respon; Kemampuan peserta

didik menerima nilai. Beberapa aspek psikomotor yang dinilai

adalah keterampilan menggambar; Keterampilan menguraikan

objek; Keterampilan penggunaan bahasa.

4. Materi Pokok

Materi yang akan diajarkan masuk ke dalam KD 3.8

Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

asing berupa antigen dan bibit penyakit. Secara spesifik,

peneliti membatasi materi pada sub bab sistem pertahanan

nonspesifik dan sistem pertahanan spesifik.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pegaruh

model pembelajaran cooperative-learning tipe Numbered Heads Together

terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Louis IX

Sedayu tahun ajaran 2013/2014 pada bahasan sistem imun sub bab sistem

pertahanan spesifik dan non-speifik.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Siswa tidak pasif dan berperan aktif dalam proses belajar sehingga

siswa dengan leluasa dapat menuangkan ide dan gagasan mereka

(26)

2. Bagi Guru

Guru dapat memperoleh variasi terbaru dalam pembelajaran yang

dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran yang lebih efektif.

3. Bagi Sekolah

Adanya strategi pembelajaran yang efektif akan membantu perbaikan

proses pembelajaran guna peningkatan kualitas pembelajaran biologi

dan mewujudkan siswa yang cerdas dan berprestasi.

4. Bagi Peneliti

Peneliti memperoleh jawaban atas permasalahan yang ditemukan di

(27)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Manusia sebagai makhluk hidup yang mempunyai akal dan budi

tidak pernah lepas dari belajar. Belajar merupakan hal yang penting bagi

manusia sejak lahir hingga meninnggal. Belajar merupakan sebuah

aktivitas yang memiliki manfaat dimana manusia dapat mengembangkan

diri melalalui pengalaman baru yang diperolehnya. Belajar juga

merupakan sebuah proses yang terjadi dalam kehidupan manusia dinilai

sebagai perubahan tingkah laku seseorang.

Menurut Suyono dan Hariyanto (2011) belajar adalah suatu

aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan

keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian.

Dalam satu buku yang sama, Witherington (1952) seperti yang dikutip

oleh Sukmadinata (2004) menyatakan belajar merupakan perubahan dalam

kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru

berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan

(cit.Suyono dan Hariyanto)

Hilgard (1962) berpendapat belajar adalah suatu proses dimana

(28)

Hintzman (Muhibbin, 2003) mengatakan bahwa belajar merupakan

perubahan dalam diri suatu organisme, baik manusia maupun hewan, yang

disebabkan oleh pengalaman yang mempengaruhi tingkah laku organisme.

Berdasarkan beberapa teori tersebut, seseorang dikatakan telah

belajar apabila terdapat perubahan tingkah laku dalam diri seseorang

tersebut. Seseorang tidak dapat belajar secara sendirian, melainkan

membutuhkan teman belajar serta pembimbing dalam proses belajar, yaitu

teman sebagai teman belajar dan guru yang berfungsi membimbing

seseorang dalam belajar. Hal ini tampak di kegiatan belajar mengajar yang

terjadi di sekolah. Terjadinya interaksi antara individu dengan individu

lainnya dan antara individu dengan lingkungannya adalah salah satu faktor

yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang

dalam proses belajar.

B. Hasil Belajar

Menurut Erman, (Taniredja, 2010) Hasil belajar mencakup aspek

yang berkenaan dengan perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki

oleh siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan yang

dimaksud dapat berupa komunikasi, interaksi, kreatifitas dan sebagainya.

Hasil belajar merupakan sebagian dari perubahan kemampuan yang

berkenaan dengan hasil tes yang mencerminkan kemampuan siswa dalam

(29)

Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku, perubahan

tingkah laku tersebut merupakan suatu perubahan yang dapat diamati

(observable). Perubahan yang dapat diamati berkenaan dengan perubahan

aspek-aspek motorik (Aunurrahman, 2011). Dalam buku yang sama,

dikatakan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar juga dapat

menyentuh perubahan pada aspek afektif, termasuk perubahan emosional

yang dapat terlihat dalam rentang waktu yang relative lama (Aunurrahman,

2011).

Aunurrahman (2011) mengatakan perubahan hasil belajar juga

dapat ditandai dengan kemampuan berpikir yang mengandung makna

bahwa seorang guru yang mampu mengembangkan model-model

pembelajaran yang terarah pada latihan-latihan berpikir kritis siswa akan

sangat mendukung perubahan kemampuan berpikir siswa. Model- model

pembelajaran dimana guru tidak terlalu banyak memberikan petunjuk atau

arahan , akan tetapi lebih banyak menekankan keaktifan berpikir siswa

akan mampu mendorong percepatan perubahan kemampuan berpikir

seseorang.

Slameto (2003) dan Mujiono (1999) mengatakan secara garis besar

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar dikelompokkan

(30)

1. Faktor Internal

Faktor Internal adalah faktor-faktor yang menyangkut seluruh

pribadi termasuk kondisi fisik maupun psikis. Faktor internal atau

disebut juga faktor intrinsik, meliputi kondisi fisiologi dan kondisi

psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan

lain-lain.

a. Kondisi Fisiologis Secara Umum

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan seseorang. Orang yang ada dalam keadaan segar

jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang ada dalam

keadaan lelah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata

kemampuannya berada di bawah anak-anak yang tidak kekurangan

gizi.

b. Kondisi Psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam yang menentukan

intensitas belajar seorang anak. Walaupun faktor luar mendukung,

tetapi jika faktor psikologis tidak mendukung maka faktor luar

tersebut akan kurang signifikan. Oleh karena itu minat, kecerdasan,

bakat, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor

(31)

c. Kondisi Panca Indera

Selain kondisi fisiologis secara umum dan kondisi psikologis

faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang adalah

kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran. Orang

belajar dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan

observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan

guru dan orang lain, mendengarkan ceramah dan lain sebagainya.

d. Intelegensi (Kecerdasan)

Intelegensi merupakan kemampuan umum dari seseorang untuk

belajar dan memecahkan suatu permasalahan. Apabila intelegensi

seseorang rendah bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam

kegiatan belajar, apabila tidak mendapatkan bantuan orang tua atau

pendidik, usaha yang dilakukan tidak akan berhasil.

e. Bakat

Bakat adalah kemampuan yang menonjol pada suatu bidang

tertentu. Bakat yang dimiliki seseorang akan tetap tersembunyi

bahkan lama-kelamaan akan menghilang apabila tidak mendapat

kesempatan untuk berkembang.

f. Motivasi

Motivasi merupakan hal yang penting dalam memberikan gairah,

semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga seseorang yang

(32)

melaksanakan kegiatan belajar. Kuat lemahnya motivasi belajar

seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang bersumber dari luar diri

individu yang bersangkutan. Faktor ini disebut juga dengan faktor

ekstrinsik yang meliputi segala sesuatu yang berasal dari luar diri

individu yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya di lingkungan

sosial maupun lingkungan lain.

a. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu

lingkungan alami dan lingkungan sosial.

1) Lingkungan Alami

Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar yang

dilaksanakan pada keadaan udara yang segar akan lebih baik

hasilnya daripada belajar pada suhu udara yang lebih panas.

2) Lingkungan Sosial

faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirancang.

Faktor-faktor ini dapat berupa : Lingkungan sosial, yang berwujud

(33)

yang lain langsung berpengaruh terhadap proses dan hasil

belajar.

b. Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah hal-hal yang dirancang dan

digunakan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor

1) Perangkat keras/hardware dapat berupa gedung sekolah,

perlengkapan belajar, alat praktikum, dan lain-lain

2) Perangkat lunak/software dapat berupa kurikulum, program

pembelajaran dan pedoman pembelajaran lainnya.

Berdasarkan uraian faktor-faktor diatas dapat disimpulkan pada

penelitian ini memiliki fokus yang lebih pada faktor internal yang

menyangkut kondisi fisik maupun psikis siswa, karena apabila seorang

siswa memiliki kondisi fisik dan juga psikis sehat makan proses

pembelajaran yang diterimanya akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Hasil belajar siswa ditunjukkan dalam tiga domain, yaitu domain

kognitif, domain afektif dan domain psikomotor. Penilaian autentik perlu

dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari peserta

didik melalui kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar domain kognitif berwujud angka dan merupakan hasil

dari tes yang telah ditempuh peserta didik. Hasil belajar pada domain

(34)

1. Tingkatan hafalan, mencakup kemampuan menghafal verbal atau

menghafal paraphrase materi pembelajaran berupa fakta, konsep,

prinsip dan prosedur;

2. Tingkatan pemahaman, meliputi kemampuan membandingkan

(menunjukkan persamaan dan perbedaaan), mengidentifikasi

karakteristik, menggeneralisasi dan menyimpulkan;

3. Tingkatan aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil

atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan;

4. Tingkatan analisis, meliputi kemampuan mengklasifikasi,

menggolongkan, memerinci, mengurai suatu objek;

5. Tingkatan sintesis, meliputi kemampuan memadukan berbagai unsure

atau komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang,

melukis, dan menggambar;

6. Tingkatan evaluasi/penilaian, mencakup kemampuan menilai

(judgment) terhadap objek studi dengan menggunakan kriteria tertentu

(Zainal,2012).

Hasil belajar pada domain afektif merupakan data yang didapatkan

berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer. Data tersebut

digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang

berlangsung. Berkenaan dengan domain afektif, terdapat dua hal yang

harus dinilai, yaitu kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam

(35)

dan internalisasi, selain itu juga terhadap sikap dan minat peserta didik

terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran (Zainal,2012).

Hasil belajar pada domain afektif meliputi kemampuan peserta

didik dalam :

1. Memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan

kepadanya;

2. Menikmati atau menerima nilai, norma serta objek yang mempunyai

nilai etika dan estetika;

3. Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil,

indah-tidak indah terhadap objek studi;

4. Menerapkan atau mempraktekkan nilai, norma, etika,dan estetika

dalam perilaku kehidupan sehari-hari (Zainal,2012).

Hasil belajar domain psikomotor merupakan data yang didapatkan

melalui kegiatan observasi untuk mengetahui tingkatan kinerja siswa

selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil belajar domain psikomotor

meliputi kemampuan peserta didik dalam :

1. Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan peserta didik

dalam menggerakkan sebagian anggota badan;

2. Tingkatan gerakan semirutin meliputi kemampuan melakukan atau

(36)

3. Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara

menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis

(Zainal,2012).

Hasil belajar dari ketiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan

psikomotor didapatkan dari pelaksanaan penilaian berbasis kelas. Adapun

penilaian berbasis kelas harus memperhatikan hal-hal berikut ini :

1. Penilaian domain kognitif dilakukan setelah peserta didik mempelajari

satu kompetensi dasar yang harus dicapai, akhir dari semester, dan

jenjang satuan pendidikan;

2. Penilaian domain afektif dilakukan selama berlangsungnya kegitan

pembelajaran, baik di dalam maupun luar kelas;

3. Penilaian domain psikomotor dilakukan selama berlangsungnya proses

kegiatan pembelajaran (Zainal,2012).

C. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai

makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai

tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib.

Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara

kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)

pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab (Suyatno,2009).

Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran

(37)

mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut

teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap

anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan,

gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi dan meminta tanggung jawab

hasil kelompok berupa laporan atau presentasi (Suyatno,2009).

Menurut Roger dan David Johnson (Lie,2003) untuk mencapai

hasil yang maksimal, terdapat lima unsur model pembelajaran yang harus

diterapkan, yaitu :

1. tanggung jawab perseorangan, merupakan akibat langsung dari unsur

yang pertama. Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota

kelompok akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang

terbaik sebagai sumbangsih mereka sebagai anggota kelompok. Guru

perlu menyusun tugas sedemikian rupa demi timbulnya rasa tanggung

jawab dalam diri tiap-tiap anggota kelompok;

2. saling ketergantungan positif, dalam hal ini untuk tercapainya sebuah

keberhasilan dalam kelompok tersebut, maka guru sebagai pengajar

diharapkan dapat memberikan tugas sedemikian rupa sehingga setiap

anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing,

tetapi juga tetap bekerja sama dan saling membutuhkan dalam usaha

tercapainya kesuksesan bersama;

3. tatap muka, yaitu setiap kelompok harus mendapatkan kesempatan

(38)

memberikan waktu bagi anggota kelompok untuk membentuk sinergi

yang menguntungkan tiap kelompok. Inti dari sinergi adalah

menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi

kekurangan masing-masing;

4. komunikasi antar anggota. Dengan adanya unsur ini para siswa akan

dibekali dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesamanya.

Keberhasilan suatu kelompok ditentukan juga oleh kesediaan para

anggota untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk

mengutarakan pendapat mereka;

5. evaluasi proses kelompok, yakni diberinya waktu khusus kepada

kelompok siswa untuk mengevaluasi proses kerja mereka dan hasil

kerja sama mereka, agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih

efektif.

Ada berbagai alasan mengapa pembelajaran kooperatif menjadi

salah satu jalan keluar untuk menyelesaikan masalah dalam kegiatan

pembelajaran. Salah satunya adalah hasil dari berbagai penelitian yang

telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif terbukti

efektif dalam peningkatan prestasi para siswa, alasan lainnya adalah

pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan hubungan antar

kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang

(39)

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Menurut Mulyawati (Lie,2004) Pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang palin tepat.

Tipe pembelajaran Numbered Heads Together dikembangkan oleh

Kagen dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka

terhadap isi pelajaran tersebut. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen

ini menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan

lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan

individual (Mulyawati,2012).

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang dapat dicapai dalam

pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT, yaitu :

a. Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik

b. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang

mempunyai berbagai latar belakang

c. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

(40)

menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan idea atau pendapat,

bekerja dalam kelompok dan sebagainya(Yogi,2012).

Model pembelajaran tipe Numbered Heads Together memiliki

beberapa langkah pembelajaran sebagai berikut :

1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap

kelompok mendapat nomor;

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya;

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya;

4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerjasama mereka;

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor lain;

6. Kesimpulan (Suyatno,2009).

Terdapat beberapa manfaat pada model pembelajaran tipe

Numbered Heads Together terhadap siswa yang hasil belajarnya rendah.

Hal ini dikemukakan oleh Lundgren yang diterjemahkan oleh Ibrahim

(2000), antara lain :

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

(41)

e. Konflik antara pribadi berkurang

f. Pemahamanan yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

h. Hasil belajar lebih tinggi

Selain manfaat, model pembelajaran tipe Numbered Heads

Together juga memiliki kelemahan diantaranya :

a. Kemungkinan nomor yang dipanggil, akan dipanggil kembali oleh guru

b. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru (Mulyawati,2012).

E. Sistem Imunitas

Sistem Imunitas adalah materi yang termasuk dalam lingkup

Kompetensi Dasar 3.8 yaitu Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh

terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit. Materi ini

merupakan materi biologi paling akhir yang dipelajari di kelas XI IPA.

Beberapa pokok pembelajaran yang akan dipelajari pada materi ini,

diantaranya komponen sistem imunitas yang meliputi : granular dan

agranular, makrofag, antigen dan antibodi; Mekanisme pertahanan tubuh

yang meliputi : sistem pertahanan tubuh non-spesifik dan sistem

pertahanan tubuh spesifik; Gangguan sistem imunitas.

Indikator Pencapaian Kompetensi materi sistem imunitas meliputi :

menyebutkan fungsi sistem imun bagi tubuh manusia, mengidentifikasi

komponen sistem imun manusia, menyebutkan perbedaan limfosit T dan

(42)

non-spesifik pada manusia serta mendeskripsikan berbagai upaya untuk

pencegahan penyakit sistem imunitas. Materi ini tergolong materi yang

abstrak.

Di dalam kehidupan makhluk hidup banyak sekali virus, bakteri,

jamur dan organisme lain yang hidup di alam bebas. Organisme-organisme

tersebut dapat menyerang tubuh manusia sewaktu-waktu tanpa ada yang

menduga. Walaupun banyak virus, bakteri dan organisme lain yang dapat

menyerang tubuh manusia, banyak manusia yang tidak mengalami

kesakitan karena serangan organisme tersebut. Hal ini disebabkan, karena

manusia memiliki sistem kekebalan tubuh yang telah dianugerahkan oleh

Tuhan YME.

Kompetensi Dasar dalam penelitian ini adalah Menjelaskan

mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan

bibit penyakit. Materi pokok yang dijadikan penelitian berdasarkan

Kompetensi Dasar tersebut adalah Sistem imunitas manusia. Peneliti

membatasi materi sub bab pertahanan non-spesifik dan pertahanan

spesifik.

Menurut Slamet dan Sri (2012) Sistem pertahanan tubuh

merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam

resistensi terhadap bahan atau zat yang masuk ke dalam tubuh. Reaksi

(43)

Sistem imun tersusun dari sel-sel dan jaringan yang membentuk

imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap infeksi atau penyakit (Diah,dkk,

2007). Manfaat mempelajari sistem imun bagi kehidupan adalah agar

dapat mengetahui cara mencegah suatu penyakit masuk ke dalam tubuh.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan pernah dilakukan oleh Soviatun (2013)

dengan judul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS dengan

Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together.

Penelitian tersebut dilakukan terhadap siswa kelas 5 SD Negeri 05 Metro

Selatan Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan model cooperative learning tipe Numbered Head Together

(NHT) dapat meningkatan aktivitas dan hasil belajar dibuktikan dengan

nilai rata-rata aktivitas siklus I adalah 54,00 kemudian meningkat menjadi

64,00 pada siklus II dan kembali mengalami peningkatan menjadi 77,00

pada siklus III. Nilai rata-rata hasil belajar siklus I adalah 58,54 meningkat

menjadi 68,38 pada siklus II dan meningkat menjadi 76,77 pada siklus III.

Presentase ketuntasan belajar siklus I adalah 51,61%, kemudian meningkat

menjadi 64,51% pada siklus II dan kembali mengalami peningkatan

menjadi 80,64% pada siklus III.

Penelitian relevan lain juga pernah dilakukan oleh Kikie (2012)

dengan judul Penerapan Jurnal Belajar Sebagai Strategi Berpikir

(44)

di SMA Negeri 1 Kajen. Penelitian ini dilaksanakan terhadap kelas XI IPA

2 (sebagai kelompok eksperimen) dan XI IPA 3 (sebagai kelompok

kontrol).

Hasil penelitian menunjukkan jurnal belajar dan strategi berpikir

metakognitif mempunyai hubungan kuat diantara keduanya (98,8% dan α

< 0,05). Hasil uji t-test menunjukkan perbedaan dari kedua kelompok

dengan rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen 77,31 dan lebih besar

dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya mendapat 68,5. Hasil uji

regresi menunjukkan penerapan jurnal belajar sebagai strategi berpikir

metakognitif memberikan pengaruh sebesar 69,9% terhadap hasil belajar

siswa dan berdasarkan data yang diperoleh dapat dinyatakan terdapat

hubungan yang kuat antara jurnal belajar dan strategi berpikir metakognitif

pada materi sistem imunitas berpengaruh secara signifikan terhadap hasil

belajar siswa.

G. Pembelajaran Sistem Imun dengan Menerapkan Tipe Pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT)

Materi sistem imun termasuk dalam lingkup KD 3.8 Menjelaskan

mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan

bibit penyakit. Beberapa materi pokok yang akan dipelajari pada bahasan

sistem imun adalah komponen sistem kekebalan tubuh, mekanisme

(45)

penelitian ini, peneliti menentukan batasan yaitu sistem pertahanan tubuh

non-spesifik dan sistem pertahanan tubuh spesifik.

Materi sistem imun merupakan materi yang belum pernah

dipelajari pada jenjang tingkat SMP dan pada materi ini banyak istilah

asing yang akan dipelajari, sehingga materi ini dipandang rumit dan

terbukti dari beberapa tahun siswa kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur

St.Louis IX Sedayu memperoleh hasil belajar yang rendah.

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan

pada materi sistem imun guna meningkatkan hasil belajar siswa pada

aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Tipe pembelajaran Numbered

Heads Together yang memiliki keunggulan membutuhan pemahaman

yang mendalam dapat diterapkan pada materi sistem imun yang juga

cukup rumit sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam dalam

mempelajarinya dan ditambah dengan tahap presentasi dimana guru akan

memberikan pertanyaan kepada perwakilan kelompok yang sedang

presentasi dan siswa diwajibkan untuk menjawab pertanyaan guru,

sehingga diperoleh hasil belajar yang maksimal pada aspek kognitif,

afektif dan psikomotor.

H. Kerangka Pikir

Berdasarkan dari kajian pustaka diatas, hasil belajar siswa memiliki

(46)

mengajar. Dalam pembelajaran di kelas dengan guru yang menerapkan

model pembelajaran dengan ceramah akan berbeda jika sebuah kelas

dengan guru yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together dalam mengajar. Siswa dalam kelas akan

dibagi menjadi beberapa kelompok-kelompok kecil siswa yang

anggotanya heterogen baik dari jenis kelamin maupun kemampuan

belajarnya.

Pelaksanaan penelitian menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT). Pada setiap akhir siklus akan

diadakan ulangan akhir siklus . Hasil belajar yang diperoleh melalui

ulangan akhir setiap siklus diukur untuk mengetahui apakah ada pengaruh

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together.

Pemecahan Masalah : 1. Menerapkan metode

pembelajaran kooperatif tipe NHT

2. Konflik antar pribadi berkurang

3. Pemahaman yang lebih mendalam

Peningkatan hasil belajar siswa

(aspek kognitif, afektif dan psikomotor)

Sebab Permasalahan :

1. Metode mengajar yang digunakan adalah ceramah

2. Adanya kelompok-kelompok tertentu dalam kelas

3. Materi sistem imun merupakan materi baru yang belum dipelajari pada jenjang SMP

Akibat :

Siswa mendapatkan nilai rendah

(47)

I. Hipotesis

Setelah dilakukan studi pustaka terhadap model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together didapatkan

hipotesis yang muncul yaitu penerapan model pembelajaran Cooperative

Learning tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada pokok bahasan sistem imun sub bab sistem pertahanan spesifik

dan non-spesifik Kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

(48)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas, atau Classroom Action Research. Terdapat tiga

kata yang membentuk pengertian tersebut, yaitu (1) penelitian, yang

menunjuk pada suatu objek dengan menggunakan cara atau aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan

penting bagi peneliti, (2) Tindakan, yang menunjuk pada sesuatu gerak

kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian

berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa, (3) kelas, merupakan

sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang

sama dari guru yang sama pula (Arikunto,2008).

Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah penelitian yang

dilaksanakan di dalam kelas dengan menggunakan metode tertentu.

Menurut Taniredja, (2010) penelitian tindakan kelas merupakan strategi

pemecahan masalah yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas

yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan

kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam setiap

(49)

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur St.

Louis IX Sedayu yang beralamat di Jalan Wates Km.12 Argosari,

Sedayu, Bantul, Yogyakarta.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Pangudi

Luhur St. Louis IX Sedayu, Yogyakarta tahun ajaran 2013-2014

dengan jumlah 37 siswa.

3. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada bahasan

sistem imun, sub bab sistem pertahanan spesifik dan sistem pertahanan

non- spesifik.

C. Desain Penelitian

Rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan peneliti

adalah model yang telah dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin

Mc Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar Kurt

Lewin. Berikut ini merupakan gambar model PTK yang dikembangkan

(50)

Gambar 3.1.Model spiral menurut Kemmis dan Mc Taggart

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, karena

terbatasnya waktu dalam pelaksanaan penelitian ini. Setiap

siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan

atau tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi

(reflecting).

1) Desain Penelitian Siklus I

a) Pertemuan I

1. Perencanaan

Pada tahap perencaan ini, peneliti menyusun kelengkapan

pembelajaran, meliputi : silabus dan RPP yang diintegrasikan

(51)

Together, kisi-kisi lembar observasi, rubrik pensokran lembar

observasi, lembar observasi dan LKS I.

(Silabus dan RPP dapat dilihat pada lampiran 1; LKS dapat

dilihat pada lampiran 2; Kisi-kisi, panduan penskoran lembar

observasi, lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 4)

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti bekerjasama dengan guru

melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah

disusun. Rinciannya adalah sebagai berikut :

a. melaksanakan presensi kehadiran siswa

b. melaksanakan apersepsi

c. menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dan

memberi gambaran umum kepada siswa;

d. membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil yang

beranggotakan 4 orang dan ada satu kelompok yang

beranggotakan 5 orang, siswa memilih sendiri kelompoknya;

e. membagikan nomor kepada setiap siswa dalam setiap kelompok;

f. membagikan LKS I kepada siswa;

g. tiap-tiap kelompok berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman

dan jawaban yang tepat, tiap anggota kelompok dapat

(52)

h. memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil

mempresentasikan hasil diskusi kelompok;

i. kelompok siswa yang tidak sedang mempresentasikan hasil

diskusi kelompok, aktif dalam memperhatikan presentasi dan

menanggapi presentasi temannya;

j. memanggil nomor siswa lagi dan nomor yang dipanggil

mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan nomor soal

yang berbeda, begitu seterusnya sebanyak jumlah soal;

k. Guru memberi pertanyaan kepada wakil kelompok yang

melakukan presentasi, siswa diwajibkan siap untuk menjawab

pertanyaan guru

l. memberikan apresiasi kepada kelompok yang dinilai paling aktif

dalam forum presentasi;

m.membimbing siswa dalam merangkum kesimpulan dan refleksi;

3. Pengamatan/Observasi

Pada tahap ini observer, mengamati proses pembelajaran yang

berlangsung. Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada beberapa

aspek yang terkait dalam proses pembelajaran yang berlangsung,

yaitu :

a. perhatian siswa selama mengikuti proses pembelajaran;

b. antusiasme dan semangat siswa dalam mengerjakan tugas;

(53)

d. rasa percaya diri dalam berpresentasi;

e. kemauan untuk bertanya dalam menanggapi presentasi teman

sekelas.

4. Refleksi

Tahap refleksi dilakukan untuk menganalisis dan menemukan

kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan pada siklus pertama, pertemuan pertama. Semua

kekurangan yang ada dijadikan pedoman dalam memperbaiki dan

merancang proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I,

pertemuan kedua.

b) Pertemuan II

1. Perencanaan

Pada tahap perencaan ini, peneliti menyusun kelengkapan

pembelajaran, meliputi : kisi-kisi lembar observasi, panduan

penskoran lembar observasi, lembar observasi, LKS 2 dan soal

ulangan akhir siklus I.

(Kisi-kisi, panduan penskoran dan lembar observasi dapat dilihat

pada lampiran 4; LKS dapat dilihat pada lampiran 2; Soal

(54)

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti bekerjasama dengan guru

melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada RPP yang telah

disusun. Rinciannya adalah sebagai berikut :

a. melaksanakan presensi kehadiran siswa

b. melaksanakan apersepsi

c. menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dan

memberi gambaran umum kepada siswa;

d. membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil yang

beranggotakan 4 orang dan ada satu kelompok yang

beranggotakan 5 orang, siswa memilih sendiri kelompoknya;

e. membagikan nomor kepada setiap siswa dalam setiap

kelompok;

f. membagikan LKS 2 kepada siswa;

g. tiap-tiap kelompok berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman

dan jawaban yang tepat, tiap anggota kelompok dapat

mengerjakan dan mengetahui jawaban dari LKS 2;

h. memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil

mempresentasikan hasil diskusi kelompok;

i. kelompok siswa yang tidak sedang mempresentasikan hasil

diskusi kelompok, aktif dalam memperhatikan presentasi dan

(55)

j. memanggil nomor siswa lagi dan nomor yang dipanggil

mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan nomor soal

yang berbeda, begitu seterusnya sebanyak jumlah soal;

k. Guru memberikan pertanyaan kepada perwakilan kelompok

siswa yang melakukan presentasi, siswa diwajibkan menjawab

pertanyaan guru;

l. memberikan apresiasi kepada kelompok yang dinilai paling

aktif dalam forum presentasi;

m. membimbing siswa dalam merangkum kesimpulan dan

refleksi;

n. melaksanakan ulangan akhir siklus I.

3. Pengamatan/Observasi

Pada tahap ini observer, mengamati proses pembelajaran yang

berlangsung. Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada beberapa

aspek yang terkait dalam proses pembelajaran yang berlangsung,

yaitu :

a. perhatian siswa selama mengikuti proses pembelajaran;

b. antusiasme dan semangat siswa dalam mengerjakan tugas;

c. kekompakan bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok;

d. rasa percaya diri dalam berpresentasi;

e. kemauan untuk bertanya dalam menanggapi presentasi teman

(56)

4. Refleksi

Tahap refleksi dilakukan untuk menganalisis dan menemukan

kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan pada siklus pertama, pertemuan kedua. Semua

kekurangan yang ada dijadikan pedoman dalam memperbaiki dan

merancang proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II.

2) Desain Penelitian Siklus II

a) Pertemuan I

1. Perencanaan

Proses perencanaan siklus II memperbaiki hal-hal yang menjadi

permasalahan pada siklus pertama. Perbaikan yang dilakukan

tertuang dalam RPP yang digunakan pada siklus kedua.

Perencanaan yang lain pada siklus kedua, meliputi : penyusunan

LKS ke 3, kisi-kisi lembar observasi, pedoman peskoran lembar

observasi dan lembar observasi siklus II.

(RPP dapat dilihat pada lampiran 1; LKS dapat dilihat pada

lampiran 2; kisi-kisi, pedoman penskoran dan lembar observasi

dapat dilihat pada lampiran 4).

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan siklus II, peneliti bekerjasama dengan

(57)

yang merupakan perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada siklus I. Rinciannya adalah sebagai berikut :

a. melaksanakan presensi kehadiran siswa;

b. memberikan apersepsi;

c. menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai;

d. menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dan

memberi gambaran umum kepada siswa;

e. membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil yang

beranggotakan 4 orang dan ada satu kelompok yang

beranggotakan 5 orang, kelompok dipilih oleh guru;

f. membagikan nomor kepada setiap siswa dalam setiap

kelompok;

g. membagikan LKS 3 kepada tiap siswa;

h. tiap-tiap kelompok berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman

dan jawaban yang tepat, tiap anggota kelompok dapat

mengerjakan dan mengetahui jawaban dari LKS 3;

i. memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil

mempresentasikan hasil diskusi kelompok;

j. kelompok siswa yang tidak sedang mempresentasikan hasil

diskusi kelompok, aktif dalam memperhatikan presentasi dan

(58)

k. memanggil nomor siswa lagi dan nomor yang dipanggil

mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan nomor soal

yang berbeda, begitu seterusnya sebanyak jumlah soal;

l. Guru memberikan pertanyaan kepada perwakilan siswa yang

melakukan presentasi, siswa wajib menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru;

m. memberikan apresiasi kepada kelompok yang dinilai paling

aktif dalam forum presentasi;

n. membimbing siswa dalam merangkum kesimpulan dan

refleksi;

o. memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.

3. Pengamatan

Pada tahap ini observer mengamati proses pembelajaran

yang berlangsung. Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada

beberapa aspek yang terkait dalam proses pembelajaran yang

berlangsung, yaitu :

a. perhatian siswa selama mengikuti proses pembelajaran;

b. antusiasme dan semangat siswa dalam mengerjakan tugas;

c. kekompakan bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok;

d. rasa percaya diri dalam berpresentasi;

e. kemauan untuk bertanya dalam menanggapi presentasi teman

(59)

4. Refleksi

Tahap refleksi dilakukan untuk menganalisis dan

menemukan kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran yang

telah dilaksanakan pada siklus kedua, pertemuan pertama. Semua

kekurangan yang ada akan dijadikan pedoman dalam memperbaiki

dan merancang proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus

kedua, pertemuan kedua.

b) Pertemuan II

1. Perencanaan

Pada tahap perencaan ini, peneliti menyusun kelengkapan

pembelajaran, meliputi :kisi-kisi lembar observasi, panduan

penskoran lembar observasi, lembar observasi, LKS 4 dan soal

ulangan akhir siklus II.

(LKS dapat dilihat pada lampiran 2; Soal ulangan akhir siklus

dapat dilihat pada lampiran 3; kisi-kisi, panduan penskoran dan

lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 4).

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, peneliti bekerjasama dengan guru

melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu pada RPP yang

telah disusun, rinciannya adalah sebagai berikut :

(60)

b. membahas pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan

sebelumnya;

c. memberikan apersepsi;

d. menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai;

e. menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari dan

memberi gambaran umum kepada siswa;

f. membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil yang

beranggotakan 4 orang dan ada satu kelompok yang

beranggotakan 5 orang, guru membagi kelompok;

g. membagikan nomor kepada setiap siswa dalam setiap

kelompok;

h. membagikan LKS 4 kepada setiap siswa;

i. tiap-tiap kelompok berdiskusi untuk mendapatkan pemahaman

dan jawaban yang tepat, tiap anggota kelompok dapat

mengerjakan dan mengetahui jawaban dari LKS 4;

j. memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil

mempresentasikan hasil diskusi kelompok;

k. kelompok siswa yang tidak sedang mempresentasikan hasil

diskusi kelompok, aktif dalam memperhatikan presentasi dan

(61)

l. memanggil nomor siswa lagi dan nomor yang dipanggil

mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan nomor soal

yang berbeda, begitu seterusnya sebanyak jumlah soal;

m. Guru memberikan pertanyaan kepada perwakilan siswa yang

melakukan presentasi, siswa wajib menjawab pertanyaan guru;

n. memberikan apresiasi kepada kelompok yang dinilai paling

aktif dalam forum presentasi;

o. membimbing siswa dalam merangkum kesimpulan dan

refleksi.

p. Melaksanakan ulangan akhir siklus II.

3. Pengamatan

Pada tahap ini observser mengamati proses pembelajaran

yang berlangsung. Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada

beberapa aspek yang terkait dalam proses pembelajaran yang

berlangsung, yaitu :

a. perhatian siswa selama mengikuti proses pembelajaran;

b. antusiasme dan semangat siswa dalam mengerjakan tugas;

c. kekompakan bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompok;

d. rasa percaya diri dalam berpresentasi;

e. kemauan untuk bertanya dalam menanggapi presentasi teman

Gambar

Tabel 3.2. Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi
Grafik 4.1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif……….
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Kriteria Hasil Presentase Skor Observasi Domain
+7

Referensi

Dokumen terkait

Total panel (balanced) observations: 135 Instrument specification: C SIZE CR ROA ROE Constant added to instrument list. Variable Coefficient

Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning (PCL) Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Bahwa pemberian ganti rugi oleh Pemerintah kepada bekas pemilik tanah kelebihan maksimum dan absentee/guntai yang dikuasai Negara, berdasarkan perhitungan pasal 6

[r]

Perancangan dan simulasi Cycloconverter sebagai pengendali kecepatan motor induksi satu fasa berbasis mikrokontroller AT 89S52.. Universitas Pendidikan Indonesia |

BERBAHAN MOCAF, BIT DAN KOLANG-KALING ” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong Termodifikasi Alkanolamida sebagai Bahan Pengisi dalam Produk Lateks Karet Alam : Pengaruh Waktu Vulkanisasi.. Doi, Lay-Theng Lee,