• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA DI KANTOR POS TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA DI KANTOR POS TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG"

Copied!
238
0
0

Teks penuh

(1)

TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

Mentari Ratna Dewi

NIM. 6661120735

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

ABSTRAK

Mentari Ratna Dewi. NIM 6661120735. Skripsi. Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Pembimbing I: Leo Agustino, Ph.D dan Pembimbing II: Riny Handayani, M.Si

Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah program pemberian bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditetapkan pemerintah dalam rangka kompensasi atas kenaikan harga BBM yang sifatnya seperti buku tabungan. Tujuan dari Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah untuk mencegah penurunan daya beli masyarakat dan kompensasi menyusul pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak. Adapun permasalahannya yakni penentuan penerima dana masih menggunakan data Pendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2011, kurangnya sosialisasi, penetapan lokasi pencairan dana dan penetapan jadwal pencairan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana proses implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah masyarakat penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Teori yang digunakan adalah teori Van Metter dan Van Horn. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, kuesioner dan studi dokumen. Uji hipotesis yang digunakan adalah t-test satu sampel. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa hasil menunjukkan bahwa presentase Program Simpanan Keluarga Sejahtera hanya mencapai 54.94% dan belum berjalan dengan baik karena dibawah angka minimal 60%. Saran peneliti adalah lebih meningkatkan komunikasi antar pihak terkait guna untuk memperlancar jalannya Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang lebih baik.

(3)

Regency. Advisor I: Leo Agustino, Ph.D and Advisor II: Riny Handayani,

M.Si

Prosperous Family Saving Program is a program which provides cash assistance to the Targeted Households which was set by the government in order to compensate for the rising in fuel prices, similar to a passbook. The purpose of Prosperous Family Saving Program is to prevent a decline in consumer purchasing power and compensation following the reduction in fuel subsidies. The problem is that the determination of the beneficiary are still using the Social Protection Program Data Collection in 2011, lack of socialization, the determination on the location of the funds disbursement, and funds disbursement schedule determination of the Prosperous Family Saving Program. The purpose of this study was to describe the implementation process of Prosperous Family Saving Program in Tigaraksa Post Office, Tangerang Regency. The research method used was quantitative descriptive. The subject of research is the beneficiary communities of Prosperous Family Saving Program in Tigaraksa Post Office, Tangerang Regency. The theory used were the theory of Van Metter and Van Horn. Data collection techniques used were observations, interviews, questionnaires and document studies. Hypothesis test used was one sample t-test. Based on the research results, it can be seen that the percentage of Prosperous Family Saving Program only reached 54.94% and has not gone well for at least 60% below the figure. The suggestion from the researcher is improve a better communication between the related parties in order to reinforce the better Prosperous Family Saving Program.

(4)
(5)
(6)
(7)

Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan

Maka Apabila Engkau Telah Selesai (Dari Sesuatu Urusan),

Tetaplah Bekerja Keras (Untuk Urusan Yang Lain)

Dan Hanya Kepada Tuhan-

mu lah Engkau Berharap…

(Q.S: Al-Insyirah 5-8)

Persembahan :

“Skripsi ini saya Persembahkan untuk

Mamah -

Bapak Tercinta beserta Kakak - Adik Terkasih

dan Nenek serta Alm. Kakek Tersayang yang

telah memberikan semangat dan do’a tulusnya

serta motivasi secara moral dan materiil dalam

(8)
(9)

ii 5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, M.Si, Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membimbing penulis dari awal hingga akhir.

8. Leo Agustino, Ph. D selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang selalu

membimbing, memberikan ilmunya, serta memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas segala ilmu dan bantuannya.

9. Riny Handayani, M.Si selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang telah

memberikan ilmunya serta membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10.Semua Dosen dan Staff Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali

penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

11.Kesbanglinmas Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin

penelitian kepada peneliti.

12.Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang yang telah memberikan

informasi kepada peneliti.

13.Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang yang telah memberikan

(10)

iii 14.Kantor Pos Tangerang yang telah memberikan informasi kepada peneliti.

15.Para penerima dana PSKS yang telah bersedia untuk meluangkan

waktunya dan memberikan informasi kepada peneliti.

16.Kedua orang tua tersayang dan tercinta yang selalu membimbing dan

mengantarkan anaknya sampai ke dalam tahap perguruan tinggi serta

selalu memberikan semangat dan selalu menemani sehingga penulis dapat

termotivasi untuk cepat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Terimakasih banyak Bapak Sabrawi dan Mamah Umi Mar’ati.

17.Kakak dan Adikku, Mega Puspa Sari dan Gilang Firmansyah serta

keluarga besar yang tidak hentinya memberikan do’a serta semangat untuk

penulis.

18.Muhammad Ridwan Nurcholis yang selalu memberikan semangat dan

selalu menemani sehingga penulis dapat termotivasi untuk cepat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terimakasih banyak atas waktunya

dan sukses selalu.

19.Teman-teman seperjuangan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2012,

khususnya teman-teman kelas C dan teman-teman ‘Ngebet Lulus’ (Pipi,

Ndew, Acut, Nong, Tangen, Upeh) semoga kami semua dapat berjuang

dan sukses bersama.

20.Sahabat-sahabat sekolah yang selalu memberikan semangat sehingga

penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini terdapat kekurangan. Oleh karena itu

(11)

iv Terimakasih.

Serang, November 2016

(12)

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ……….………...………. v

DAFTAR TABEL .……….……….. viii

DAFTAR GAMBAR ……….... x

DAFTAR GRAFIK …………..………... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ………...……….. 1

1.2Identifikasi Masalah ………...……… 18

1.3Batasan Masalah ………. 19

1.4Perumusan Masalah ……….……….……….. 19

1.5Tujuan Penelitian ……… 20

1.6Manfaat Penelitian ……….. 20

(13)

vi

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Studi Kepustakaan ……….. 24

2.1.1 Definisi Kebijakan ………..….. 25

2.1.2 Definisi Publik ……….. 26

2.1.3 Definisi Kebijakan Publik .……… 27

2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik ………..….. 28

2.1.5 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik ..………... 30

2.2 Penelitian Terdahulu ……….. 35

2.3 Kerangka Berpikir ……….. 39

2.4 Hipotesis Penelitian .………... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ………... 43

3.2 Populasi dan Sampel ……….. 44

3.2.1 Populasi ………..………... 44

3.2.2 Sampel ………..………. 45

3.3 Instrumen Penelitian ………... 47

3.4 Teknik Pengumpulan Data ………. 50

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………... 52

3.5.1 Uji Validitas ………..……… 54

3.5.2 Uji Reliabilitas ………..……… 55

(14)

vii

3.6 Jadwal Penelitian ……… 56

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ………. 58

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang ……… 58

4.1.2 Deskripsi Responden Penelitian ……… 61

4.1.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 61

4.1.2.2 Responden Berdasarkan Usia ……… 62

4.1.2.3 Responden Berdasarkan Pendidikan ………. 63

4.1.2.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan ………... 64

4.1.2.5 Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ………... 65

4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen ………. 66

4.3 Hasil Uji Reliabilitas ……….. 69

4.4 Pengujian Hipotesis ……… 70

4.5 Analisis Data ……….. 73

4.6 Interpretasi Hasil Penelitian ………. 132

4.7 Pembahasan ……….. 133

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ……….. 146

5.2 Saran ……….… 148

DAFTAR PUSTAKA

(15)

viii Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin per-kabupaten Kabupaten Tangerang

Tahun 2010–2014 (Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional) ………… 6

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang Tahun 2009-2013 6 Tabel 1.3 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) per-Kabupaten/Kota Provinsi Banten Tahun 2014-2015 ……… 10

Tabel 1.4 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) per-Kecamatan Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015 ……… 11

Tabel 1.5 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Per-Kantor Pos Bayar di Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015 ……… 12

Tabel 3.1 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Penerima Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kantor Pos Bayar Tigaraksa Kabupaten Tangerang Tahun 2014-2015 ……… 45

Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Penelitian ……… 47

Tabel 3.3 Skoring Item Instrumen ………... 48

Tabel 3.4 Instrumen Penelitian ……… 49

(16)

ix Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tangerang

Tahun 2013 ………... 60

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen ……….. 68

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas ……… 70

Tabel 4.4 Kategorisasi Indikator Standar dan Sasaran Kebijakan ………. 134

Tabel 4.5 Kategorisasi Indikator Sumber Daya ………. 136

Tabel 4.6 Kategorisasi Indikator Karakteristik Agen Pelaksana ………... 138

Tabel 4.7 Kategorisasi Indikator Sikap Para Pelaksana ………. 140

Tabel 4.8 Kategorisasi Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana ………... 142

(17)

x Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ……… 40

Gambar 4.1 Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ………... 72

Gambar 4.2 Mekanisme Pengambilan Dana Program Simpanan Keluarga

(18)

xi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 62

Grafik 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia ……….. 63

Grafik 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ……… 64

Grafik 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ……….. 65

Grafik 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ……….. 66

Grafik 4.6 Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan ……… 74

Grafik 4.7 Hasil Pernyataan Pertama Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan .. 75

Grafik 4.8 Hasil Pernyataan Kedua Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan …. 77 Grafik 4.9 Hasil Pernyataan Ketiga Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan … 78 Grafik 4.10 Hasil Pernyataan Keempat Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan 80 Grafik 4.11 Hasil Pernyataan Kelima Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan . 81 Grafik 4.12 Hasil Pernyataan Keenam Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan 82 Grafik 4.13 Hasil Pernyataan Ketujuh Indikator Ukuran dan Tujuan Kebijakan 83 Grafik 4.14 Indikator Sumber Daya ………. 86

Grafik 4.15 Hasil Pernyataan Kedelapan Indikator Sumber Daya ………... 87

Grafik 4.16 Hasil Pernyataan Kesembilan Indikator Sumber Daya ……… 88

Grafik 4.17 Hasil Pernyataan Kesepuluh Indikator Sumber Daya ……….. 90

Grafik 4.18 Hasil Pernyataan Kesebelas Indikator Sumber Daya ………... 91

Grafik 4.19 Hasil Pernyataan Kedua belas Indikator Sumber Daya ……… 92

(19)

xii Pelaksana ………...………... 97

Grafik 4.23 Hasil Pernyataan Kelima belas Indikator Karakteristik Agen

Pelaksana ………...………... 98

Grafik 4.24 Hasil Pernyataan Keenam belas Indikator Karakteristik Agen

Pelaksana ………...………... 99

Grafik 4.25 Hasil Pernyataan Ketujuh belas Indikator Karakteristik Agen

Pelaksana ………...………. 100

Grafik 4.26 Hasil Pernyataan Kedelapan belas Indikator Karakteristik Agen

Pelaksana ………...……….. 102

Grafik 4.27 Indikator Sikap Para Pelaksana ……….. 104

Grafik 4.28 Hasil Pernyataan Kesembilan belas Indikator Sikap Para

Pelaksana ……….... 105

Grafik 4.29 Hasil Pernyataan Kedua puluh Indikator Sikap Para Pelaksana …. 106

Grafik 4.30 Hasil Pernyataan Kedua puluh satu Indikator Sikap Para

Pelaksana ………. 108

Grafik 4.31 Hasil Pernyataan Kedua puluh dua Indikator Sikap Para

Pelaksana ... 109

Grafik 4.32 Indikator Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Agen

Pelaksana ………. 111

Grafik 4.33 Hasil Pernyataan Kedua puluh tiga Indikator Komunikasi

(20)

xiii Grafik 4.34 Hasil Pernyataan Kedua puluh empat Indikator Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana ………. 113

Grafik 4.35 Hasil Pernyataan Kedua puluh lima Indikator Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana ………... 115

Grafik 4.36 Hasil Pernyataan Kedua puluh enam Indikator Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana ………. 116

Grafik 4.37 Hasil Pernyataan Kedua puluh tujuh Indikator Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana ………. 117

Grafik 4.38 Hasil Pernyataan Kedua puluh delapan Indikator Komunikasi

Antarorganisasi dan Aktivitas Agen Pelaksana ………. 119

Grafik 4.39 Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik ………... 121

Grafik 4.40 Hasil Pernyataan Kedua puluh sembilan Indikator Lingkungan

Ekonomi, Sosial dan Politik ……….... 122

Grafik 4.41 Hasil Pernyataan Ketiga puluh Indikator Lingkungan Ekonomi, Sosial

dan Politik ………... 123

Grafik 4.42 Hasil Pernyataan Ketiga puluh satu Indikator Lingkungan Ekonomi,

Sosial dan Politik ………... 125

Grafik 4.43 Hasil Pernyataan Ketiga puluh dua Indikator Lingkungan Ekonomi,

Sosial dan Politik ………... 126

Grafik 4.44 Hasil Pernyataan Ketiga puluh tiga Indikator Lingkungan Ekonomi,

Sosial dan Politik ………... 127

Grafik 4.45 Hasil Pernyataan Ketiga puluh empat Indikator Lingkungan Ekonomi,

(21)
(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi ini, semakin meningkatnya pertambahan penduduk,

maka semakin bertambah pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan masyarakat akan

hidup layak dari hari ke hari semakin meningkat. Akan tetapi, masih banyak

masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhan hariannya, seperti sulitnya

mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan karena rendahnya tingkat

kesejahteraan dalam keluarga. Hal itu disebabkan karena masih tingginya angka

kemiskinan.

Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi suatu bangsa karena

kemiskinan tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Kemiskinan

merupakan kondisi di mana seseorang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya dalam kehidupan sehari-harinya.

Kemiskinan dapat membuat masyarakat menjadi terbelakang karena

lingkup kemiskinan bukan hanya ekonomi saja, tetapi mencakup aspek sosial dan

politik. Masyarakat yang sulit memenuhi kebutuhan hidupnya dapat terlihat dari

segi ekonominya. Hal ini dapat terjadi di mana masyarakat tidak mampu

memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan serta pendidikan

(23)

berpengaruh terhadap kemiskinan karena hal ini dapat menghambat dan

menghalangi seseorang untuk mendapatkan informasi guna memanfaatkan

kesempatan yang ada. Hubungan sosial yang baik mendukung seseorang

mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan atau bahkan memiliki keahlian

agar taraf kesejahteraannya meningkat. Politik yang tidak sehat juga dapat

menyebabkan kemiskinan yang berlarut-larut. Hal ini dapat terjadi karena

sebagian pihak yang mempunyai kekuasaan salah dalam menggunakan

kekuasaannya, sebagian pihak menggunakan kekuasaannya hanya untuk

kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Seharusnya para elit politik dapat

memberikan kontribusi yang nyata terhadap masyarakat miskin agar dapat

memperkecil jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia.

Kondisi kemiskinan yang terjadi di Indonesia menuntut pemerintah untuk

menanggulangi, mengurangi bahkan memberantas permasalahan yang sudah

merajalela ini. Pemerintah harus mampu mengatasi permasalahan kemiskinan

dengan memberikan kebijakan atau program yang berorientasi kepada masyarakat

miskin agar angka kemiskinan di Indonesia dapat berkurang karena pada

hakikatnya masyarakat miskin dipelihara oleh negara jadi pemerintah mempunyai

kewajiban dalam menganggulangi kemiskinan. Hal ini disebutkan dalam Pasal 34

Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tentang Hak Asasi Manusia yang

menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (1) tertanam jelas bahwa

fakir miskin merupakan tanggung jawab dan wewenang pemerintah. Hal tersebut

(24)

3

Sosial Pasal 24 ayat (1) yang menyatakan bahwa penyelenggaraan kesejahteraan

sosial menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.

Pemerintah memegang peranan penting dalam memberantas kemiskinan.

Untuk itu, pemerintah wajib memberikan kebijakan atau program yang

mengutamakan masyarakat miskin agar dapat meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat miskin menjadi sejahtera. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah

dalam menangani permasalahan kemiskinan dari pemerintah.

Dalam penanggulangan kemiskinan memerlukan keterlibatan berbagai

pihak yang berkepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah serta

masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab yang sama

terhadap penanggulangan kemiskinan. Pemerintah telah melaksanakan

penanggulangan kemiskinan melalui berbagai kebijakan atau program dalam

upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga negara secara layak dan meningkatkan

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin. Untuk menunjang

penanggulangan kemiskinan dan mewujudkan percepatan penanggulangan

kemiskinan maka dibuat program yang merujuk pada masyarakat miskin guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

Pada era Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi berbagai program

penanggulangan kemiskinan dicetuskan oleh pemerintah dengan nama yang

berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengurangi tingkat

kemiskinan bahkan memberantas kemiskinan di Indonesia, seperti Program BLT

(25)

diselenggarakan sebagai respon kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia pada

saat itu dan tujuan utama dari program ini adalah membantu masyarakat

miskin untuk tetap memenuhi kebutuhan hariannya. Kedua Program ini

menyalurkan bantuan berupa pemberian kompensasi uang tunai dengan besaran

untuk Program BLT adalah senilai Rp. 100.000,-

(https://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan_langsung_tunai 5 Maret 2016) dan untuk

Program BLSM sebesar Rp. 150.000,- per keluarga

(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/18/19561159/BLSM.Mulai.Dib

agikan.Akhir.Bulan.Ini 19 Maret 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian SMERU terkait kajian

cepat pelaksanaan Program BLT 2008 dan evaluasi penerima Program BLT 2005

di Indonesia dan penggunaan KPS dan pelaksanaan BLSM 2013 menarik

kesimpulan bahwa Program BLT masih relevan dan dapat membantu masyarakat

miskin tetapi dalam pelaksanaannya masih terjadi ketegangan dan bahkan konflik

di tingkat masyarakat. Konflik bersumber dari kecemburuan sosial dan tidak

transparannya proses verifikasi penerima program. Pemotongan dana BLT terjadi

di tingkat masyarakat dengan jumlah yang cenderung bertambah dan dilakukan

secara sistematis. Keadaan ini tidak diantisipasi dan ditangani oleh aparat terkait,

bahkan aparat cenderung menutup mata atas kondisi tersebut. Adanya BLT pun

tidak mengakibatkan kemalasan dan perubahan jam kerja RTS. Jumlah dana yang

terbatas dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam jangka pendek

menyebabkan masyarakat miskin harus bertindak rasional dengan tetap bekerja

(26)

5

masih terjadi kesalahan penetapan sasaran dan ketidak tercakupan penerima BLT

karena verifikasi tidak berjalan dengan semestinya. Selain itu, pelaksanaan BLSM

tidak menimbulkan permasalahan sosial yang berarti, meskipun sosialisasi

program cenderung terbatas dan terlambat. Umumnya rumah tangga menerima

dana dari kantor pos sesuai ketentuan, namun di beberapa desa terdapat

pemotongan ditingkat lokal yang hasilnya dibagikan kepada rumah tangga lain

yang tidak menjadi penerima.

Di Kabupaten Tangerang, banyak keluarga miskin yang tidak

mendapatkan bantuan BLT maupun BLSM. Perataan terkait pembagian dana

dirasa masih kurang menyentuh semua keluarga miskin. Akibat tidak tepat

sasaran, banyak keluarga miskin yang mengembalikan Kartu Perlindungan Sosial

(KPS) ke kantor desa setempat maupun ke kantor pos karena perbandingannya

lebih banyak yang tidak menerima dari pada yang menerima

(http://metro.sindonews.com/read/759480/31/takut-didemo-2-000-warga-tangerang-kembalikan-kps-1373444678 20 Januari 2016). Mereka tidak ingin

konflik terjadi di tengah masyarakat karena kecemburuan sosial antara keluarga

miskin yang mendapatkan KPS dan yang tidak mendapatkannya.

Dengan adanya program dari pemerintah yang ditujukan untuk keluarga

miskin. Pada tahun 2010-2014, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tangerang

mengalami penurunan. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2011 dengan

angka penurunan sebesar 0,76 % (BPS Kabupaten Tangerang). Untuk lebih

(27)

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Miskin per-kabupaten Kabupaten Tangerang Tahun 2010–2014

(Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional)

No. Tahun Jumlah Presentase (%)

Sumber: BPS Kabupaten Tangerang (2015)

Selain menurunnya tingkat kemiskinan di Kabupaten Tangerang, laju

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan. Laju

pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2011. Hal tersebut dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang Tahun 2009-2013

Sumber: BPS, IPM Kabupaten Tangerang (Hal: 28)

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang tahun 2009 sebesar

4,41 persen naik menjadi 6,33% di tahun 2010 kemudian pada tahun 2011

menjadi 6,39% dan pada tahun 2012 mengalami penurunan 5,86% kemudian

sedikit meningkat di tahun 2013 sebesar 6,11%. (Sumber: BPS, IPM Kabupaten

(28)

7

Untuk meminimalisir permasalahan kesejahteraan sosial, khususnya

kemiskinan, Pemerintah mencetuskan program yang ditujukan untuk masyarakat

miskin guna menanggulangi bahkan memberantas kemiskinan di Indonesia. Pada

tahun 2014 pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan. Sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal (2) ayat (2) Program

tersebut meliputi Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia

Pintar dan Program Indonesia Sehat. Dengan dikeluarkannya Perpres tersebut,

selanjutnya dikeluarkan pula Intruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar

dan Program Indonesia Sehat untuk membangun Keluarga Produktif pada tanggal

3 November 2014.

Program nasional dalam upaya penanggulangan kemiskinan tersebut

merupakan bentuk perlindungan sosial yang diperlukan bagi masyarakat miskin

guna untuk mencegah terjadinya guncangan dan kerentanan sosial, salah satu

diantaranya melalui Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Program

Simpanan Keluarga Sejahtera merupakan program yang diberikan dalam bentuk

kompensasi yang sifatnya seperti buku tabungan.

Program Simpanan Keluarga Sejahtera adalah program pemberian bantuan

tunai kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang ditetapkan pemerintah dalam

rangka kompensasi atas kenaikan harga BBM. Tujuan dari PSKS adalah untuk

mencegah penurunan daya beli masyarakat dan kompensasi menyusul

(29)

BBM yang diikuti dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga daya

beli masyarakat menurun terutama keluarga miskin. Untuk itulah PSKS

disalurkan (http://blsm.posindonesia.co.id/umum.php 3 April 2016).

Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan karena untuk

memperbaiki efektivitas dalam penyaluran bantuan sosial, jadi pemerintah

memutuskan untuk memberikan dalam bentuk simpanan. Alasan pemberian dalam

bentuk simpanan adalah:

1. Simpanan/tabungan merupakan bentuk kegiatan produktif,

2. Simpanan/tabungan merupakan bagian dari strategi nasional keuangan inklusif,

3. Perbaikan dari program BLSM 2013 yang sekedar membagikan uang tunai, dan

4. Mengurangi antrian (www.tnp2k.go.id/id/program/program-membangun-keluarga-produktif/mengapa-bantuan-dalam-bentuk-simpanan/ 21 Desember 2015).

Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) merupakan salah satu

upaya pemerintah untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin. Melalui

program simpanan keluarga sejahtera ini diharapkan berdampak langsung

terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga miskin karena di tingkat keluarga,

program perlindungan sosial dapat mendorong perkembangan anggota keluarga

yang lebih baik, seperti adanya asupan gizi yang cukup dalam keluarga dan juga

dapat mendorong terciptanya ketahanan keluarga secara ekonomi.

Program Simpanan Keluarga Sejahtera yang diperuntukkan bagi

pemegang KKS merupakan program pemberian bantuan non tunai dalam bentuk

simpanan yang diberikan kepada 15,5 Juta Keluarga kurang mampu di seluruh

(30)

9

dibayarkan sekaligus Rp. 400.000 untuk bulan November dan Desember.

Program Simpanan Keluarga Sejahtera diberikan kepada keluarga kurang

mampu, secara bertahap diperluas mencakup penghuni panti asuhan, panti

jompo dan panti-panti sosial lainnya.Saat ini, 1 Juta keluarga diberikan dalam

bentuk layanan keuangan digital dengan pemberian SIM Card, sedangkan 14,5

Juta keluarga diberikan dalam bentuk simpanan giro pos

(http://www.psks.sapa.or.id/tentang-psks 4 Maret 2016). Pada tahun anggaran

2015, bantuan yang akan diberikan dalam waktu 3 bulan dengan total Rp.

600.000,-. (http://intelresos.kemsos.go.id/?module=Program+Kks 13 Januari

2016).

Provinsi Banten merupakan satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia

yang menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera. Di Provinsi Banten,

RTS penerima dana PSKS berjumlah 417.532 keluarga yang meliputi delapan

(31)

Tabel 1.3

Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS)

Penerima Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) Provinsi Banten

Tahun 2014-2015

No. Kabupaten/Kota Rumah Tangga

Sasaran

1. Kabupaten Tangerang 146.278

2. Kabupaten Lebak 118.021

3. Kabupaten Serang 58.432

4. Kota Tangerang 46.239

5. Kota Serang 17.121

6. Kota Tangerang Selatan 16.439

7. Kota Cilegon 11.489

8. Kabupaten Pandeglang 3.513

Jumlah 417.532

Sumber: www.psks.info (4 November 2015)

Berdasarkan tabel jumlah RTS penerima dana PSKS per-kabupaten/kota

diatas, dapat diketahui bahwa Kabupaten Tangerang memiliki jumlah RTS

penerima dana PSKS terbanyak diantara delapan kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Banten dengan jumlah 146.278 keluarga yang tersebar di 29 kecamatan.

Kabupaten Tangerang sendiri menjalankan Program Simpanan Keluarga Sejahtera

dalam bentuk simpanan giro pos offline. Selanjutnya, untuk dapat melihat jumlah

RTS penerima dana PSKS per-kecamatan dan per-kantor pos bayar di Kabupaten

(32)

11

Tabel 1.4

Jumlah RTS Penerima Dana PSKS

per-Kecamatan di Kabupaten TangerangTahun 2014-2015

No. Kecamatan Rumah Tangga Sasaran

1. Pakuhaji 11.388

(33)

Tabel 1.5

Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS)

Penerima Dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) per-Kantor Pos Bayar di Kabupaten Tangerang

Tahun 2014-2015

Sumber: Kantor Pos Tangerang (2016)

Berdasarkan tabel di atas, dari 6 kantor pos bayar di Kabupaten Tangerang

yang ditunjuk untuk menyalurkan dana PSKS kepada RTS penerima dana PSKS,

(34)

13

PSKS terbanyak, yaitu berjumlah 47.170 RTS penerima dana yang tersebar pada

10 kecamatan di Kabupaten Tangerang. Adapun kecamatan tersebut yaitu,

kecamatan Tigaraksa, Cisoka, Solear, Jambe, Cikupa, Balaraja, Jayanti,

Sukamulya, Kresek dan Gunung Kaler.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal peneliti dengan beberapa

pihak terkait pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, peneliti

menemukan beberapa masalah dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera, antara lain sebagai berikut.

Pertama, dalam menentukan RTS penerima dana PSKS membutuhkan

data mengenai nama dan alamat RTS yang layak menerima dana PSKS. Data RTS

penerima dana PSKS pada tahun 2014 dan 2015 menggunakan hasil Pendataan

Program Perlindungan Sosial (PPLS) pada tahun 2011. Penggunaan data PPLS

tahun 2011 untuk pembagian dana PSKS dapat terjadi kemungkinan besar bahwa

data tersebut sudah terjadi banyak perubahan, yang awalnya terdapat keluarga

tidak mampu kemudian menjadi mampu dan sebaliknya, ada pula yang

sebelumnya mampu akan tetapi sekarang menjadi kurang mampu. Hal tersebut

dapat terjadi karena kemiskinan yang bersifat dinamis.

Pengunaan data PPLS tahun 2011 menjadi tidak tepat sasaran. Banyak

penerima dana PSKS yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Hal

tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan penerima dana PSKS, yaitu Ibu

Ilyanah yang mengatakan bahwa terdapat keluarga yang benar-benar miskin tetapi

tidak mendapatkan dana PSKS, berbeda dengan keluarga yang sebenarnya sudah

(35)

kenyataannya keluarga tersebut mendapatkan dana PSKS. Selain itu, hasil

wawancara dengan Bapak Endang selaku Kasi Kelembagaan, Kepahlawanan dan

Kesetiakawanan Sosial Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang juga

mengatakan bahwa Dinas Sosial Kesejahteraan Kabupaten Tangerang banyak

menerima laporan dari masyarakat terkait ketidaktepatan sasaran penerima dana

PSKS.

Secara umum, RTS penerima dana PSKS seharusnya adalah rumah tangga

miskin, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak rumah tangga yang

sama-sama miskin bahkan sangat miskin tetapi tidak mendapatkan dana PSKS. Di

sisi lain, tak sedikit ditemukan beberapa rumah tangga yang mampu bahkan

tergolong berada mendapatkan dana PSKS. Seharusnya pihak terkait melakukan

pembaharuan data kepada RTS penerima danakarena penggunaan data PPLS 2011

tersebut sudah tidak up to date.

Kedua, kurangnya sosialisasi dari pemangku kepentingan/pihak yang

terlibat kepada masyarakat penerima dana mengenai Program Simpanan Keluarga

Sejahtera. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak H. Ade selaku Kepala Seksi

Penanganan Fakir Miskin. Beliau mengatakan bahwa pihak Dinas Kesejahteraan

Sosial Kabupaten Tangerang tidak melakukan sosialisasi secara menyeluruh ke

semua kelurahan/desa maupun kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten

Tangerang. Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang hanya melakukan

sosialisasi mengenai Program Simpanan Keluarga Sejahtera kepada kepala

desa/lurah, RT maupun RW setempat serta masyarakat ketika ada kegiatan

(36)

15

Kecamatan Jayanti mengaku hanya memberikan informasi mengenai jadwal

pencairan dana PSKS dengan cara menempelkan jadwal pencairan dana PSKS

pada papan informasi yang terdapat dikelurahan/desa setempat.

Kurangnya sosialisasi tersebut memberikan dampak bagi masyarakat

penerima dana PSKS. Banyak penerima dana PSKS yang tidak mengetahui

jadwal pengambilan dana PSKS, sehingga penerima dana tidak mengetahui kapan

saatnya kecamatan ataupun desa mereka dapat mencairkan dana PSKS. Selain itu,

kurangnya komunikasi/koordinasi antar pendamping PSKS, kepala desa/lurah dan

RT/RW setempat membuat para penerima dana PSKS minim akan informasi

mengenai PSKS. Salah satunya, yaitu Bapak Rohimin selaku penerima dana

PSKS mengatakan bahwa Program Simpanan Keluarga Sejahtera ini baru

diketahuinya pada tahun 2015 lalu, bapak Rohimin tidak mengetahui bahwa pada

tahun 2014 ada pencairan dana PSKS karena pihak setempat seperti RT dan RW

tidak memberikan informasi tentang program tersebut. Selain itu, banyak

masyarakat penerima dana PSKS yang tidak mengetahui bahwa program

pemerintah yang diberikan saat ini bernama Program Simpanan Keluarga

Sejahtera dan bersifat simpanan. Dana PSKS dapat diambil di lain waktu tanpa

menghilangkan nilai rupiah yang ada dalam simpanan tersebut karena PSKS

bersifat seperti buku tabungan. Salah satunya Ibu Latmunah selaku penerima dana

PSKS yang mengaku kalau beliau mengetahui program pemerintah ini masih

bernama BLSM dan tidak mengetahui kalau program ini sifatnya simpanan.

Ketiga, penyebaran atau penentuan lokasi pengambilan dana Program

(37)

kantor pos yang melakukan penyaluran dana PSKS dengan jumlah kecamatan dan

penerima terbanyak yaitu sebanyak 10 kecamatan dan 47.170 RTS penerima dana

PSKS. Lokasi kantor pos Tigaraksa sebagai penyalur dana PSKS dirasa memiliki

jarak yang cukup jauh bagi beberapa penerima dana PSKS. Dengan begitu,

banyak dari penerima dana PSKS yang mengeluh karena jarak tempuh tempat

tinggal mereka berada cukup jauh dari lokasi pencairan dana PSKS. Padahal,

berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Herman yang ditemui di kantor pos

Tangerang, ditunjuknya kantor pos tersebut guna untuk mendekatkan pembayaran

dan meningkatkan kenyamanan kepada RTS penerima dana PSKS agar dapat

memudahkan RTS dalam pengambilan dana PSKS. Akan tetapi, pada

kenyataannya yang dirasakan oleh penerima dana PSKS penetapan lokasi

pengambilan dana tersebut menyulitkan beberapa RTS yang tempat tinggalnya

jauh dari kantor pos bayar karena harus menempuh jarak cukup jauh serta harus

mengeluarkan biaya transportasi yang cukup banyak agar dapat sampai ke kantor

pos bayar Tigaraksa yang telah ditunjuk untuk mencairkan dana PSKS. Hal

tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan Bapak Endang selaku Kasi

Kelembagaan, Kepahlawanan dan Kesetiakawanan Sosial Dinas Kesejahteraan

Sosial Kabupaten Tangerang yang mengatakan bahwa beliau telah banyak

menerima keluhan dari masyarakat penerima dana PSKS karena lokasi kantor pos

bayar yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggal penerima.

Selain itu, salah satu penerima dana PSKS yaitu Ibu Ilyanah yang

mengaku bahwa jarak tempuh dari tempat tinggalnya menuju kantor pos bayar

(38)

17

saja menyulitkan penerima dana PSKS yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi

kantor pos bayar Tigaraksa karena harus memakan waktu dan mengeluarkan biaya

yang tidak sedikit untuk dapat sampai ke kantor pos bayar Tigaraksa.

Keempat, penetapan jadwal pencairan/pengambilan dana Program

Simpanan Keluarga Sejahtera. Pada masa pencairan dana, pihak terkait telah

menetapkan/membuat jadwal untuk masing-masing daerah penerima dana. Dalam

satu hari, terdapat 2.000 sampai 5.000 RTS penerima dana yang mencairkan dana

PSKS. Dengan jumlah yang dirasa masih sangat banyak, hal tersebut membuat

masih adanya antrian panjang yang menghiasi pengambilan dana PSKS di kantor

pos bayar Tigaraksa. Padahal alasan pemerintah membuat Program Simpanan

Kleuarga Sejahtera dan memutuskan memberikan program tersebut dalam bentuk

simpanan salah satunya adalah untuk mengurangi antrian tetapi yang terjadi di

lapangan antrian yang panjang masih menghiasi pengambilan dana PSKS.

Permasalahan tersebut adalah permasalahan klasik yang terus berulang, seperti

pada masa pencairan dana BLSM sebelumnya.

Kepala Seksi Penanganan Fakir Miskin Dinas Kesejahteraan Sosial

Kabupaten Tangerang, Bapak H. Ade mengatakan bahwa terjadi antrian panjang

yang tidak dapat dihindari menyebabkan para penerima dana PSKS

berdesak-desakan dengan penerima lainnya. Ketidaksabaran para penerima dana PSKS

menjadi salah satu penyebabnya karena sebagian RTS sudah mengantri sejak pagi.

Dengan kondisi di lapangan yang berdesakan, Dinas Kesejahteraan Sosial

Kabupaten Tangerang ikut andil dalam berjalannya pengambilan dana PSKS,

(39)

meningkatkan keamanan, melakukan pemantauan dan untuk mengetahui kondisi

di lapangan.

Dalam pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS),

peneliti memberi batasan untuk meneliti bagaimana pelaksanaan Program

Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kabupaten Tangerang khususnya di

sepuluh kecamatan, yaitu Tigaraksa, Cisoka, Solear, Kresek, Gunungkaler,

Sukamulya, Jayanti, Balaraja, Jambe dan Cikupa yang melakukan

pencairan/pengambilan dana PSKS di kantor pos bayar Tigaraksa. Apakah

program tersebut berjalan sesuai dengan mekanisme atau petunjuk pelaksanaan

yang telah ditetapkan atau tidak, karena pada dasarnya mekanisme dan petunjuk

pelaksanaan tersebut merupakan panduan bagi unit organisasi pelaksana dalam

kegiatan implementasi kebijakan. Selain itu, implementasi kebijakan publik

merupakan bagian dari program studi Ilmu Administrasi Negara. Jadi, peneliti

tertarik untuk meneliti mengenai pelaksanaan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera, agar dapat mengetahui sejauh mana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera ini sudah berjalan. Dengan begitu, penulis mengambil judul penelitian

“Implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos

Tigaraksa Kabupaten Tangerang”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis

(40)

19

1. Rumah Tangga Sasaran penerima dana Program Simpanan Keluarga

Sejahtera menggunakan data lama, yaitu Pendataan Program Perlindungan

Sosial (PPLS) tahun 2011,

2. Kurangnya sosialisasi yang diberikan terkait Program Simpanan Keluarga

Sejahtera,

3. Penetapan/penyebaran lokasi pengambilan dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera cukup jauh dari tempat tinggal Rumah Tangga Sasaran

penerima dana,

4. Penetapan jadwal pencairan/pengambilan dana Program Simpanan

Keluarga Sejahtera menyebabkan masih adanya antrian panjang dalam

pengambilan dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera.

1.3Batasan Masalah

Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti

membatasi ruang lingkup permasalahan ini pada Implementasi Program Simpanan

Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

1.4Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa

permasalahan yang telah terangkum dalam identifikasi masalah, untuk itu penulis

merumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimana implementasi Program

(41)

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan

masalah, maka dapat ditentukan tujuan penelitian yaitu, untuk mengetahui

implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa

Kabupaten Tangerang.

1.6Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

a. Untuk dapat mengembangkan Ilmu Adminisitrasi Negara, khususnya

dalam implementasi kebijakan publik.

b. Untuk memperoleh tambahan pengetahuan mengenai pelaksanaan

Program Simpanan Keluarga Sejahtera diKabupaten Tangerang.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan saran sebagai masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan seperti Dinas Kesejahteraan Sosial, Badan Pusat

Statistik, Kantor Pos dan pihak berkepentingan lainnya.

b. Bagi masyarakat diharapkan pengembangan dari penelitian ini dapat

memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat.

c. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi

bahan pendamping antara teori yang dipelajari dengan kenyataan di

lapangan, serta sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program

(42)

21

1.7Sistematika Penulisan Penelitian

Berikut merupakan sistematika penulisan dalam penelitian ini yang terdiri

dari beberapa Bab dan lengkap dengan penjelasannya adalah sebegai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menjelaskan ruang lingkup dan kedudukan

masalah yang akan diteliti. Bentuk penjelasan diuraikan secara deduktif,

artinya dimulai dari penjelasan yang berbentuk umum hingga menukik ke

masalah yang spesifik dan relevan dengan judul penelitian.

Sumber penjelasan latar belakang masalah dapat berasal dari hasil

penelitian sebelumnya, seminar ilmiah, pengamatan atau pengalaman

pribadi. Latar belakang masalah harus diuraikan secara jelas, faktual dan

logis dengan didukung oleh data-data lapangan. Data yang ditulis dapat

berbentuk data kuantitatif maupun data kualitatif.

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang akan

diteliti dan dikaitkan dengan tema/judul atau variabel penelitian.

1.3Batasan Masalah

Batasan masalah bertujuan untuk membatasi masalah yang akan diteliti

oleh peneliti sesuai dengan judul penelitian.

1.4Perumusan Masalah

Perumusan masalah bertujuan untuk menetapkan masalah yang paling

(43)

mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam bentuk definisi

konsep dan definisi operasional. Kalimat yang digunakan dalam

perumusan masalah adalah kalimat tanya.

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai

dalam penelitian.

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian menjelaskan mengenai manfaat dari temuan penelitian.

1.7Sistematika Penulisan Penelitian

Sistematika penulisan penelitian menjelaskan beberapa poin penulisan

penelitian secara rinci.

2. BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini berisi tentang beberapa teori yang digunakan sebagai rujukan dan studi

kepustakaan, kerangka berpikir dan hipotesis guna menunjang dalam kegiatan

penelitian.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan metode penelitian serta berisi teknik pengolahan dan

analisis data yang akan digunakan dalam penelitian.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang paparan data-data serta analisis dari penelitian yang

telah dilakukan oleh peneliti.

5. BAB V PENUTUP

(44)

23

6. DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar referensi yang digunakan peneliti dalam penelitiannya.

7. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Berisi lampiran-lampiran yang menunjang dalam penelitian serta dokumentasi

(45)

24

2.1 Studi Kepustakaan

Wahyuni (dalam Pasolong, 2010: 9) mendefinisikan teori adalah sebagai

suatu himpunan konsep, definisi dan proporsi yang berhubungan secara sistematis

yang dibangun untuk menjelaskan dan meramalkan suatu fenomena. Sementara

itu, Sugiyono (2012: 43) mendefinisikan bahwa teori adalah seperangkat konsep,

asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan

menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi, baik organisasi formal maupun

organisasi informal. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan ada empat

kegunaan teori di dalam penelitian, yaitu (Sugiyono, 2012: 43):

1. Teori berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis. 2. Teori berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi

perilaku yang memiliki keteraturan.

3. Teori sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.

4. Teori sebagai pisau bedah untuk suatu penelitian.

Pada sub bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang

dipergunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Berikut ini beberapa teori dari

(46)

25

2.1.1 Definisi Kebijakan

Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti

kebijakan. Laswell dan Kaplan (dalam Abidin, 2012: 6) melihat kebijakan sebagai

sarana untuk mencapai tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang

diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai, dan praktik (a projected program of goals, values and practices). Friedrich (dalam Abidin 2012: 6) mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goals), sasaran (objective), atau kehendak (purpose).

H. Hugh Heglo (dalam Abidin, 2012: 6) menyebutkan kebijakan sebagai

a course of action intended to accomplish some end” atau sebagai suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya, Titmuss (dalam

Suharto, 2005: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang

mengatur tindakan yang diarahkan kepada kepada tujuan-tujuan tertentu. Dari

beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, kebijakan lebih

diartikan sebagai serangkaian tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan yang

di ambil oleh aktor terkait yang mempunyai tujuan tertentu guna untuk

memecahkan suatu masalah.

Thomas Dye (dalam Abidin, 2012:5) menyebutkan kebijakan sebagai

pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever governments choose to do or not to do). Selain itu, Edi Suharto (2005: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk

(47)

lebih diartikan sebagai sebuah dasar untuk merumuskan sebuah keputusan yang

dibuat oleh pemerintah untuk dilakukan maupun tidak dilakukan.

Jadi, berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

kebijakan adalah suatu keputusan atau tindakan yang di ambil oleh pemegang

kekuasaan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang didalamnya

memiliki nilai-nilai serta memiliki tujuan tertentu.

2.1.2 Definisi Publik

Definisi publik pada dasarnya berasal dari bahasa Inggris “public” yang berarti umum, rakyat umum, orang banyak dan rakyat (Pasolong, 2010: 6).

Sedangkan menurut Syafiie (2010: 18) arti publik itu sendiri adalah sejumlah

manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan harapan, sikap dan

tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.

Berbeda dengan Frederickson (dalam Pasolong, 2010: 6) menjelaskan

konsep publik dalam 5 (lima) perspektif, yaitu:

1. Publik sebagai kelompok kepentingan, yaitu publik dilihat sebagai manifestasi dan interaksi kelompok yang melahirkan kepentingan masyarakat,

2. Publik sebagai pemilih yang rasional, yaitu masyarakat yang terdiri atas individu-individu yang berusaha memenuhi kebutuhan dan kepentingan sendiri,

3. Publik sebagai perwakilan kepentingan masyarakat, yaitu kepentingan publik mewakili “suara”,

(48)

27

negara dalam seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan dipandang sebagai sesuatu yang paling penting.

Berdasarkan beberapa definisi publik di atas, dapat disimpulkan bahwa

publik adalah sekelompok atau sejumlah orang yang saling berhubungan dan

membutuhkan satu sama lain dengan memiliki kepentingan sendiri.

2.1.3 Definisi Kebijakan Publik

Thomas R Dye (dalam Agustino, 2006:7) mengatakan bahwa, “kebijakan

publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak

dikerjakan.” Berdasarkan pengertian Thomas R Dye ini, apapun yang dipilih

pemerintah untuk dikerjakan maupun tidak dikerjakan itu adalah suatu kebijakan

publik.

James Anderson (dalam Agustino, 2006:7) memberikan pengertian atas

definisi kebijakan publik, dalam bukunya Public Policy Making, sebagai berikut: “serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan

dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan

suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.” Konsep kebijakan ini

menitikberatkan pada apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang

diusulkan atau dimaksud. Dan hal inilah yang membedakan kebijakan dari suatu

keputusan yang merupakan pilihan diantara beberapa alternatif yang ada.

Secara konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari Kamus Administrasi

Publik Chandler dan Plano mengatakan bahwa kebijakan publik adalah

(49)

memcahkan masalah publik atau pemerintah. Bahkan Chandler dan Plano (dalam

Pasolong, 2010: 38) beranggapan bahwa kebijakan publik merupakan suatu

bentuk investasi yang kontinu oleh pemerintah demi kepentingan orang-orang

yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut

berpartisipasi dalam pemerintahan.

Selanjutnya, Chaizi Nasucha (dalam Pasolong, 2010: 39), mengatakan

bahwa kebijakan publik adalah kewenangan pemerintah dalam pembuatan suatu

kebijakan yang digunakan ke dalam perangkat peraturan hukum. Kebijakan

tersebut bertujuan untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat yang akan

dijadikan acuan perumusan kebijakan agar tercipta hubungan sosial yang

harmonis.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

kebijakan publik adalah suatu tindakan/kegiatan yang diputuskan oleh pemerintah

yang mempunyai tujuan untuk memecahkan suatu masalah publik serta

mempengaruhi sebagian besar masyarakat dalam waktu tertentu.

2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik

Studi implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan

yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya

implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan

tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan

(50)

29

Implementasi kebijakan merupakan langkah yang sangat penting dalam

proses kebijakan. Tanpa implementasi, suatu kebijakan hanyalah merupakan

sebuah dokumen yang tidak bermakna dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak

kebijakan yang baik, yang mampu dibuat oleh pemerintah, baik yang dirumuskan

dengan meggunakan tenaga ahli dari dalam negeri, maupun dengan menggunakan

tenaga ahli dari luar negeri, tetapi kemudian ternyata tidak mempunyai pengaruh

apa-apa dalam kehidupan negara tersebut karena tidak mampu atau tidak

dilakasanakan (Abidin, 2012: 145).

Dalam derajat lain Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (dalam Agustino,

2006: 139) mendefinisikan Implementasi Kebijakan sebagai:

“Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.”

Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino, 2006: 139) mendefinisikan

implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebijaksanaan.

Sedangkan, Merrile Grindle (dalam Agustino, 2006: 139), menyatakan

(51)

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual projects dan yang kedua apakah program tujuan tersebut tercapai.”

Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan

menyangkut 3 hal, yaitu (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2) adanya

aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; (3) adanya hasil kegiatan (Agustino,

2006: 139).

Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

implementasi kebijakan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh

pelaksana kebijakan untuk dapat mencapai hasil dari kegiatan tersebut agar dapat

mencapai tujuan suatu kebijakan.

2.1.5 Model-Model Implementasi Kebijakan Publik

Dalam studi implementasi kebijakan publik terdapat beberapa model

implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang

melihat variabel apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja implementasi suatu

kebijakan publik. Adapun beberapa ahli tersebut diantaranya ialah Van Meter dan

Van Horn, Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier dan Hogwood dan Gunn.

Terdapat enam variabel model implementasi kebijakan yang dikemukakan

Van Meter dan Van Horn (dalam Agustino, 2006:142) yang dapat mempengaruhi

(52)

31

1. Ukuruan dan Tujuan Kebijakan.

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-dan-hanya-jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan.

2. Sumberdaya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi.

Tetapi diluar sumberdaya manusia, sumberdaya-sumberdaya lain yang perlu diperhitungkan juga, ialah sumberdaya finansial dan sumberdaya waktu.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya.

Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi kebijakan perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan.

4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para Pelaksana

Sikap penerimaan atau penolakan dari (agen) pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.

5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Agen Pelakasana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahanakan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.

(53)

Adapun model implementasi yang dikembangkan oleh Daniel Mazmania

dan Paul A. Sabatier. Model ini disebut A Frame Work for Implementation Analysis (kerangka analisis implementasi). Mazmania dan Sabatier berpendapat bahwa peran penting dari analisis implementasi kebijaksanaan negara adalah

mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan

formal pada keseluruhan implementasi. Variabel-variabel yang dimaksud dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, antara lain sebagai berikut (Anggara,

2014: 268):

a. Mudah-tidaknya masalah yang akan dikendalikan, mencakup: 1) kesukaran teknis;

2) keragaman perilaku kelompok sasaran;

3) presentase kelompok sasaran dibandingkan dengan jumlah penduduk;

4) ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan.

b. Kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan secara tepat proses implementasinya, mencakup:

1) kejelasan dan konsistensi tujuan; 2) digunakan teori kausal yang memadai; 3) ketetapan alokasi sumber dana;

4) keterpatuan hierarki dalam dan di antara lembaga-lembaga pelaksana;

5) aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana; 6) rekrutmen pejabat pelaksana;

7) akses formal pihak luar.

c. Pengaruh langsung berbagai variabel politik terhadap keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijaksanaan tersebut, mencakup:

1) kondisi sosio-ekonomi dan teknologi; 2) dukungan publik;

3) sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok; 4) dukungan dari pejabat atasan;

5) komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat-pejabat pelaksana.

Tahap-tahap dalam proses implementasi, yaitu: 1) output kebijaksanaan badan-badan pelaksana;

(54)

33

3) dampak nyata output kebijaksanaan;

4) dampak output kebijaksanaan sebagai dipersasi; 5) perbaikan mendasar dalam undang-undang.

Selanjutnya model implementasi kebijakan publik menurut Hogwood dan

Gunn (dalam Mulyadi, 2015: 73) menyatakan bahwa untuk melakukan

implementasi kebijakan diperlukan beberapa syarat, yaitu:

1. Berkenaan dengan jaminan bahwa kondisi eksternal yang dihadapi oleh lembaga/badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah besar. 2. Apakah untuk melaksanakannya tersedia sumberdaya yang memadai, termasuk sumberdaya waktu. Gagasan ini sangat bijaksana karena berkenaan dengan fisibilitas implementasi kebijakan.

3. Apakah perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar ada. Kebijakan publik adalah kebijakan yang kompleks dan menyangkut dampak yang luas oleh karena itu implementasi kebijakan publik akan melibatkan berbagai sumber yang diperlukan baik dalam konteks sumberdaya maupun sumber-aktor. Salah satu contoh adalah kebijakan penanggulangan kemiskinan tidak akan berjalan efektif jika kerjasama antar departemen dan antar daerah tidak terbangun secara efektif. 4. Apakah kebijakan yang akan diimplementasikan didasari hubungan

kausal yang andal. Jadi prinsipnya adalah apakah kebijakan tersebut memang dapat menyelesaikan masalah yang hendak ditanggulangi. Dalam metodologi dapat disederhanakan menjadi apakah jika X dilakukan akan terjadi Y.

5. Seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi. Asumsinya semakin sedikit sebab-akibat semakin tinggi pula hasil yang dikehendaki oleh kebijakan tersebut dapat dicapai. Sebuah kebijakan yang mempunyai hubungan kausalitas yang kompleks otomatis menurunkan efektifitas implementasi kebijakan.

6. Apakah hubungan saling kebergantungan kecil. Asumsinya adalah jika hubungan saling kebergantungan tinggi, implementasi tidak akan dapat berjalan efektif apalagi jika hubungannya adalah hubungan kebergantungan. Sebagai contoh implementasi kebijakan pengarus-utamaan gender banyak menemui kendala karena kantor menteri negara pemberdayaan perempuan bergantung dalam intensitas tinggi kepada seluruh departemen dan LPND serta kepada daerah-daerah. 7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. Sudah

(55)

8. Tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan dalam urutan yang benar. Tugas yang jelas dan prioritas yang jelas adalah kunci efektifitas implementasi kebijakan.

9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna. Komunikasi adalah perekat organisasi dan koordinasi adalah asal muasal dari kerjasama tim dan terbentuknya sinergi.

10.Bahwa pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna. Kekuasaan adalah syarat bagi keefektifan implementasi kebijakan. Tanpa otoritas dari kekuasaan kebijakan akan tetap berupa kebijakan tanpa ada impak bagi target kebijakan.

Dari model implementasi kebijakan publik di atas menurut Van Meter dan

Van Horn, Daniel Mazmania dan Paul A. Sabatier, serta Hogwood dan Gunn

mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Model implementasi

kebijakan menurut Daniel Mazmania dan Paul A. Sabatier lebih mengedepankan

analisis implementasi yang diklarifikasikan dalam tiga variabel kategori besar

yang selanjutnya terdapat tahapan dalam proses implementasi. Sedangkan model

Hogwood dan Gunn sebenarnya mendasarkan pada konsep manajemen strategis

yang mengarah pada praktik manajemen yang sistematis dan tidak meninggalkan

kaidah-kaidah pokok. Kelemahannya konsep ini tidak secara tegas menunjukkan

mana yang bersifat politis, strategis, teknis dan operasional (Mulyadi, 2015: 73).

Selain itu, model implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Horn

menyebutkan inti dari masing-masing variabel yang saling berhubungan satu

dengan yang lainnya. Dengan demikian, masing-masing variabel merupakan

faktor yang signifikan yang saling mempengaruhi satu sama lain untuk

tercapainya kinerja implementasi kebijakan tersebut. Variabel-variabel yang

dikemukakan oleh Van Meter dan Horn yaitu ukuran dan tujuan kebijakan,

(56)

35

antarorganisasi dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik berhubungan dengan

judul maupun masalah penelitian yaitu Implementasi Program Simpanan Keluarga

Sejahtera. Dari model implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Horn dapat

mengetahui tujuan dari suatu program tersebut, sumberdaya yang ada seperti

manusia, waktu dan finansial harus berimbang, agen pelaksana yang terlibat,

karakteristik agen pelaksana dari masing-masing daerah, sikap dari para pelaksana

program, komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam program dan

kondisi eksternal yang dapat mempengaruhi jalannya suatu program.

Dengan begitu, seperti penjelasan yang sudah peneliti jelaskan di atas,

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori model implementasi kebijakan

publik Van Meter dan Horn karena dianggap relevan dengan materi pembahasan

dari yang diteliti.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bermanfaat dalam membantu untuk mengolah atau

memecahkan masalah yang terdapat dalam penelitian peneliti, yaitu tentang

implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di Kantor Pos Tigaraksa

Kabupaten Tangerang. Di bawah ini terdapat beberapa hasil penelitian yang fokus

dan lokusnya berbeda tetapi sangat membantu peneliti dalam menemukan

sumber-sumber dalam lingkup implementasi Program Simpanan Keluarga Sejahtera di

(57)

Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2014) dalam jurnal yang

berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara

Masyarakat di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur Kota

Pontianak”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

dalam proses pelaksanaan program BLSM ini masih belum tepat sasaran,

sehingga masyarakat yang benar-benar miskin tidak mendapatkan dana BLSM,

sedangkan masyarakat yang dirasa mampu malah mendapatkan dana bantuan dari

pemerintah. Hal ini disebabkan karena pendataan terhadap masyarakat miskin di

Kelurahan Dalam Bugis kurang serius dalam menanganinya dan tidak lengkapnya

syarat-syarat yang dimiliki masyarakat miskin untuk mendapatkan BLSM.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Syamsir (2014) dalam skripsi yang

berjudul “Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Pendidikan Di

Kecamatan Tamalate Kota Makassar”. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk

mendeskripsikan bagaimana proses implementasi PKH dan untuk menganalisis isi

kebijakan dan lingkungan kebijakan dalam implementasi PKH bidang pendidikan

di Kecamatan Tamalate serta bagaimana hasil PKH terhadap kelompok sasaran di

Kecamatan Tamalate. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif

untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai implementasi PKH bidang

pendidikan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi

dan studi dokumen. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa

pendamping selalu mengadakan pertemuan kelompok secara rutin, pemutakhiran

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin per-kabupaten Kabupaten Tangerang
Tabel 1.4 Jumlah RTS Penerima Dana PSKS
Tabel 1.5 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS)
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, keseluruhan masyarakat penerima Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Baru menggunakan dana PKH yang mereka terima untuk tujuan sebenarnya yaitu sebagai

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana respon masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II

Dari hasil penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor mempengaruhi dalam kegiatan Pendataan Keluarga Sejahtera yang sangat berpengaruh terhadap peroses pelaksanaan

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana respon masyarakat terhadap pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kelurahan Sei Kera Hilir II

Penerima Kartu Keluarga Sejahtera adalah masyarakat miskin yang terdaftar di Dinas Sosial berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statisik) dan telah diolah lebih

• Pemberitahuan melalui SMS bagi penerima manfaat yang memiliki nomor ponsel yang telah terdaftar dalam skema penyaluran bantuan, yang memberitahukan bahwa mereka telah menerima

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi Program Bina Keluarga Remaja (BKR) oleh Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (BKBKS) di Kecamatan Sungai

Pemilihan di Desa Kalibaru Wetan sebagai lokasi penelitian untuk mengetahui penyaluran program Bantuan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) terhadap masyarakat kurang