Diajuk Gelar Sar
FAKULTAS
UNIVERSI
PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
jukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh arjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Pu
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Resty Nani Yustini
NIM 6661110277
AS ILMU SOSIAL DAN ILMU PO
RSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, November 2015
leh Publik
U POLITIK
Dari sini aku belajar, bahwa kesehatan itu sangat
mahal dan penting adanya…
Kerena seseungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada
kemudahan (Asy-Syarh ayat 5 dan 6)
Man Jadda Wajada…
Provinsi Banten. Pembimbing I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si dan Pembimbing II: Deden M Haris, S.Sos., M.Si
Penelitian dilatarbelakangi adanya kecemburuan terkait beban pekerjaan, pegawai tidak masuk lebih dari 108 hari, ketidakpercayaan bawahan pada atasan, disfungsi pejabat struktural, SDM tidak ahli dalam bidang IT, pegawai tidak mengetahui sepenuhnya tupoksi. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh modal sosial dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi sehingga metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitaif dengan metode asosiatif. Penentuan sampel menggunakan probability sampling dengan teknik sampling jenuh sebanyak 41 orang. Berdasarkan penelitian diperoleh R square=0,305 (30,5%) artinya modal sosial dan budaya organisasi berpengaruh 30,5% terhadap kinerja organisasi dengan nilai korelasi (R)=0,512 sehingga terdapat hubungan dengan kategori kekuatan hubungan sedang antara ketiga variabel dan dari hasil regresi linier berganda diperoleh persamaan regresi Y’=26,704+0,002X1+0,384X2. Dari perhitungan signifikansi, terdapat pengaruh signifikan antara modal sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap kinerja organisasi. Modal sosial berpengaruh langsung ke kinerja organisasi dan berpengaruh tidak langsung yaitu dari modal sosial ke budaya organisasi sebagai intervening lalu ke kinerja organisasi. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,002 sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung 0,511 atau total pengaruh modal sosial ke kinerja organisasi adalah 0,512. Sehingga terdapat mediasi yang signifikan sebesar 51,1%. Saran membina hubungan baik antara pegawai atau komisioner, meningkatkan kualitas pelayanan pada stakeholder, diadakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Commission (KPU) Banten Province. 1 advisor: Anis Fuad, S.Sos., M.Si and 2ndadvisor: Deden M Haris, S.Sos., M.Si
Research backdrop of jealousy-related workload, employees absent from work more than 108 days, mistrust of subordinates to superiors, official structural dysfunction, lack of understanding of human resources in IT field, employees are not fully aware of the duties. This study purposes to aim the influence of social capital and organizational culture on organizational performance so that the research method used is quantitative approach with associative method. Sampling determination using probability saturated sampling technique to 41 peoples. Based on research obtained R square = 0.305 (30.5%) means that social capital and organizational culture affects 30.5% of the organization's performance with the correlation value (R) = 0.512 means that there is a relationship with the category of strength of the relationship was between the three variables and the results of the regression multiple linear regression equation Y’ = 26.704 + 0,002X1 + 0,384X2. Results of calculation of significance, there is significant influence between social capital and organizational culture together to organizational performance. Social capital can affect directly to the performance of the organization and can affect not directly to the culture of the organization as an intervening and to the performance of the organization. The amount of direct influence is 0.002, while the magnitude of the indirect effect 0.511 or total social capital influence to the performance of the organization is 0.512. So there is a significant mediation amounted to 51.1%. Suggestions fostering good relations between employees or commissioners, improve the quality of service to stakeholders, held some training to improve the quality of human resources.
i
karunia-NYA yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammaad SAW,
kepada keluarga serta sahabatnya. Alhamdullilah berkat rahmat, karunia dan
ridho-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak pihak yang
telah banyak memberikan pengajaran, bantuan serta dukungan moral dan material
dalam upaya penyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Modal Sosial
dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten”. Penelitian ini tentu tak lepas dari bantuan banyak pihak yang
selalu mendukung peneliti secara moril dan material. Untuk itu peneliti sampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus merupakan Dosen
Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan arahan dan
motivasi selama proses perkuliahan.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwiana Widyaningtyas, M.Kom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
ii
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema J, S.IP., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
8. Anis Fuad, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing I Skripsi yang senantiasa
ramah memberikan semangat dan motivasi, memberikan ilmu dan
pengajaran selama proses penyusunan.
9. Deden M Haris, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing II Skripsi yang
senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti selama
proses penyusunan.
10. Seluruh Dosen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah
memberikan ilmu kepada peneliti.
11. Mohamad Rukbi, SE, MM, Kepala Sub Bagian Organisasi dan
Sumber Daya Manusia yang telah membantu selama proses penelitian
dan juga telah memberikan ilmu dan pengajaran selama penelitian
berlangsung.
12. Ismail, SH, Kepala Sub Bagian Hukum yang telah membantu dan
meluangkan waktu selama penelitian berlangsung di Komisi Pemilihan
iii
bersedia meluangkan waktu untuk membantu proses penelitian
berlangsung.
15. Syaeful Bahri, MM, anggota komisioner yang telah membantu dan
memberikan ilmu dan pemahaman terkait penelitian di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
16. Kepada seluruh pegawai sekertariat dan anggota komisioner di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yang membantu
memberikan informasi dan data yang dibutuhkan peneliti selama
proses penelitian.
17. Mama yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doa selama
menyelesaikan penelitian ini.
18. Ahmad Bandaniji yang telah memberikan motivasi, semangat dari
awal masuk kuliah hingga lulus dan menjadi teman diskusi selama
menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih untuk perjuangan yang
tidak kenal lelah.
19. Sahabat ladies, Dita Marsela Sufitri, Rizki Parhani, Fitri Maliani
Nugraha, Nurul Fitri Sugiharto, Metta Miftahul Jannah, Ika Dewi
Safitri, Nella Hani Rosa, Ayu Fitri Lestari, Ita Mafrohati, Anita yang
telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi
iv
21. Keluarga Cemara Green House yang telah memberikan dukungan,
semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
22. Teman teman seperjuangan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2011.
23. Kepada semua pihak yang telah membantu peneliti mulai dari awal
penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan yang semata-mata muncul karena keterbatasan wawasan peneliti.
Untuk itu demi kesempurnaan skripsi ini, dengan senang hati peneliti bersedia
menerima segala kritik dan saran pembaca sepenuhnya. Akhirnya semoga skripsi
ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi mereka yang
membacanya.
Wassalamualaikum wr.wb
Serang, November 2015
v LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR DIAGRAM xi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 15
1.3 Batasan Masalah 15
1.4 Rumusan Masalah 16
1.5 Tujuan Penelitian 16
1.6 Manfaat Penelitian 17
1.6.1 Aspek Teoritis 17
1.6.2 Aspek Praktis 17
BAB II DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori 18
2.1.1 Modal Sosial 18
2.1.2 Budaya Organisasi 27
2.1.3 Kinerja Organisasi 34
2.2 Penelitian Terdahulu 46
2.3 Kerangka Berpikir Penelitian 51
vi
3.3 Lokasi Penelitian 56
3.4 Variabel Penelitian 56
3.4.1 Definisi Konsep 56
3.4.2 Definisi Operasional 61
3.5 Instrument Penelitian 63
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 65
3.7 Teknik Pengolahan dan Teknik Analisis Data 66
3.7.1 Metode Analisis Data 67
3.7.1.1 Uji Instrument 67
a. Uji Validitas 67
b. Uji Reliabilitas 69
3.7.1.2 Uji Normalitas 70
3.7.2 Uji Korelasi Product Moment 71
3.7.3 Uji Korelasi Ganda 72
3.7.4 Uji Analisis Regresi Linear Sederhana 72
3.7.5 Uji Analisis Regresi Linear Berganda 73
3.7.6 Uji Parsial (Uji t) 74
3.7.6.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t) 74
3.7.6.1 Uji Hipotesis Kedua (Uji t) 75
3.7.7 Uji Simultan (Uji F) 77
3.7.7.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji t) 77
3.8 Jadwal Penelitian 78
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian 79
4.1.1 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten 79
4.1.2 Kedudukan dan Tugas 82
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik 93
4.2.1 Hasil Uji Validitas Instrumen 93
vii
4.3.2 Tanggapan Responden Atas Kuesioner 107
4.3.2.1 Analisis Item Pernyataan Variabel Modal
Sosial (X1) 108
4.3.2.2 Analisis Item Pernyataan Variabel Budaya
Organisasi (X2) 132
4.3.2.3 Analisis Item Pernyataan Variabel Kinerja
Organisasi (Y) 175
4.4 Pengujian Hipotesis 205
4.4.1 Hasil Uji Korelasi Product Moment 205
4.4.2 Hasil Uji Korelasi Ganda 207
4.4.3 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana 209
4.4.4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda 213
4.4.5 Hasil Uji Parsial 216
4.4.5.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t) 216
4.4.5.2 Uji Hipotesis Kedua (Uji t) 218
4.4.6 Hasil Uji Simultan 219
4.4.6.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji F) 219
4.4.7 Analisis Jalur (Path Analysis) 221
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian 227
4.6 Pembahasan 235
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 262
5.2 Saran 264
DAFTAR PUSTAKA 266
viii
1.1 Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan
Umum 9
2.1 Acuan Penelitian Terdahulu 46
3.1 Operasionalisasi Variabel Modal Sosial 61
3.2 Operasionalisasi Variabel Budaya Organisasi 61
3.3 Operasionalisasi Variabel Kinerja Organisasi 62
3.4 Skoring/Nilai 64
3.5 Jadwal Penelitian 78
4.1 Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1) 95
4.2 Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi (X2) 96
4.3 Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y) 97
4.4 Hasil Uji Reliabiltas Modal Sosial (X1) 98
4.5 Hasil Uji Reliabiltas Budaya Organisasi (X2) 99
4.6 Hasil Uji Reliabiltas Kinerja Organisasi (Y) 100
4.7 Hasil Uji Normalitas 102
4.8 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Modal Sosial
(X1) 199
4.9 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Budaya
Organisasi (X2) 200
4.10 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Kinerja
Organisasi (X2) 203
4.11 Hasil Uji Korelasi Product Moment Modal Sosial (X1) terhadap
Kinerja Organisasi (Y) 206
4.12 Hasil Uji Korelasi Product Moment Budaya Organisasi (X2)
terhadap Kinerja Organisasi (Y) 207
4.13 Hasil Uji Korelasi Ganda Modal Sosial (X1) dan Budaya
Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 208
4.14 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Sederhana Modal Sosial
ix
Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 212
4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi Budaya Organisasi (X2) terhadap
Kinerja Organisasi (Y) 213
4.18 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Modal Sosial
(X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
214
4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) dan Budaya
Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 216
4.20 Hasil Uji Parsial (Uji t) Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja
Organisasi (Y) 217
4.21 Hasil Uji Parsial (Uji t) Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja
Organisasi (Y) 218
4.22 Hasil Uji Simultan (Uji F) Modal Sosial (X1) dan Budaya
Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 220
4.23 Analisis Jalur (Path Analysis) Hasil Uji Signifikasi Parameter Individual Modal Sosial (X1) Terhadap Budaya Organisasi (M)
223
4.24 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) terhadap
Budaya Organisasi (M) 224
4.25 Analisis Jalur (Path Analysis) Hubungan Tidak Langsung Modal
Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y), Melalui Budaya
Organisasi (M) 224
4.26 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) dan Budaya
Organisasi (M) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 224
x
2.1 Komponen Modal Sosial 25
2.2 Kerangka Berpikir Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten 52
4.1 Lokasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 81
4.2 Panel Hubungan Langsung Modal Sosial (X1) Mempengaruhi
Kinerja Organisasi (Y) 221
4.3 Panel Hubungan Tidak Langsung Modal Sosial (X1)
Mempengaruhi Kinerja Organisasi (Y) Melewati Budaya
Organisasi (M) 221
xi
4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 103
4.2 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia 104
4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 105
4.4 Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja 106
4.5 Tanggapan Responden Terkait Jaringan Sosial/Kerja Kuat Terjalin
Diantara Pegawai 109
4.6 Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerjasama Pegawai
Dengan Rekan Kerja 110
4.7 Tanggapan Responden Terkait Motivasi Pegawai Untuk
Memperkuat Jaringan Sosial/Kerja Dengan Pihak Luar 112
4.8 Tanggapan Responden Terkait Informasi Pencapaian Kinerja Tiap
Bagian Tersebar Merata Pada Seluruh Lapisan Pegawai 103
4.9 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Kegiatan
Informal Untuk Meningkatkan Hubungan Kedekatan Antar Rekan
Kerja 115
4.10 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Ide dan
Gagasan Dalam Mengembangkan Jaringan Sosial/Kerja 116
4.11 Tanggapan Responden Terkait Setiap Pegawai Saling Percaya
Dengan Pegawai Lain 118
4.12 Tanggapan Responden Terkait Antara Pegawai Saling Percaya
Dengan Anggota Komisioner 119
4.13 Tanggapan Responden Terkait Saling Membantu Dalam
Menyelesaikan Pekerjaan Merupakan Gambaran Kepercayaan
Yang Cukup Tinggi 121
4.14 Tanggapan Responden Terkait Saling Percaya Antara Pegawai
Menyebabkan Rasa Kekeluargaan Diantara Anggota Organisasi
122
4.15 Tanggapan Responden Terkait Kepercayaan Mampu
xii
4.17 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Peraturan Di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 127
4.18 Tanggapan Responden Terkait Peraturan Di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten Diterima Baik Oleh Seluruh
Pegawai 128
4.19 Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan
Mampu Menjaga Sistem Yang Terbangun Di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten 130
4.20 Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan
Mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Memiliki Tata Kelola Organisasi Yang Baik 131
4.21 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Cara Efektif
Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Secara Optimal 133
4.22 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Inovasi Untuk
Mengembangkan Cara Kerja Yang Baik 135
4.23 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kesempatan Untuk
Menyelesaikan Masalah Pekerjaan Sendiri Sesuai Dengan
Peraturan 136
4.24 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bersedia Bertanggung
Jawab Atas Resiko Yang Dihadapi Saat Menyelesaikan Pekerjaan
138
4.25 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Selalu Memperhatikan
Setiap Rincian Pekerjaannya 139
4.26 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Pegawai Menekankan
Ketelitian Dalam Menyelesaikan Pekerjaan 141
4.27 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Pekerjaan
xiii
4.29 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Banten Membuat Target Kerja Sebagai Panduan Bagi Pekerja
145
4.30 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Sungguh
Sungguh Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Dengan Waktu
Yang Ditetapkan 147
4.31 Tanggapan Responden Terkait Satuan Perangkat Kerja Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Menghasilkan
Kualitas Hasil Kinerja Sesuai Dengan Target Yang Ditentukan
148
4.32 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kebebasan
Memilih Cara Yang Dilakukan Untuk Mencapai Hasil Kinerja
Yang Diharapkan 150
4.33 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Setiap
Keputusan Yang Diambil Dari Dasil Rapat Pleno 151
4.34 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Yang Melanggar
Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
dikenakan Sanksi Yang Tegas 153
4.35 Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten Berpengaruh Positif Terhadap
Pembinaan Karakter Pegawai 154
4.36 Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten Mempertimbangkan Kondisi Setiap
Satuan Kerja Pegawai 156
4.37 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Tim Kerja Telah Bekerja
Sama Dengan Baik Dengan Rekan Kerja Lain di Komisi Pemilihan
xiv
4.39 Tanggapan Responden Terkait Pegawai di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten Bekerja Dengan Mementingkan
Kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Diatas Segalanya 160
4.40 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bertanggung Jawab Atas
Beban Kerja Yang Dibebankan 162
4.41 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Memiliki
Kemauan Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Baik 163
4.42 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mencari Cara Yang
Efesien Untuk Melakukan Pekerjaan Lebih Baik Lagi 165
4.43 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Dapat Memberikan Saran
Dan Solusi Untuk Menyelesaikan Suatu Masalah Dalam Pekerjaan
166
4.44 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Kepedulian
Terhadap Anggota Organisasi Lain Apabila Mengalami Kesulitan
Pekerjaan 168
4.45 Tanggapan Responden Terkait Stabilitas Kegiatan Di Lingkunngan
Kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tercapai
Karena Lingkungan Kerja Yang Harmonis 169
4.46 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Melakukan Evaluasi Kinerja Setelah Program
Kerja Berlangsung 171
4.47 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menjunjung Tinggi Nilai
Nilai Budaya Organisasi Yang Diterapkan di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten 172
4.48 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Menjaga Dan Mewariskan Budaya Organisasi
xv
Provinsi Banten Telah Melakukan Sosialisasi Pemilu Secara
Berkesinambungan 178
4.51 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Telah Memiliki Pedoman Teknis Terkait
Penyelenggaraan Pemilu 179
4.52 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Selalu Mengacu Pada Petunjuk
Pelaksanaan/Petunjuk Teknis Terkait Penyelenggaraan Pemilu
181
4.53 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Melaksanakan Kegiatan Penyelenggaraan Pemilu
Berdasarkan Waktu Yang Telah Ditentukan 182
4.54 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Mendistribusikan Logistik Pemilu Dengan Tepat
Waktu 184
4.55 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan
Pembagian Beban Kerja Yang Ada di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten 185
4.56 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan
Pencapaian Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten 187
4.57 Tanggapan Responden Terkait Anggota Organisasi di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Mengakases
Semua Infromasi Yang Dibutuhkan 188
4.58 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Memberikan Pelatihan Terlebih Dahulu Bila Ada
Sistem Baru di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
xvi
4.60 Tanggapan Responden Terkait Pengadaan Barang Dan Jasa Terkait
Pemilu Yang Dibutuhkan Oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Telah Memakai Sistem E-Procurement 193
4.61 Tanggapan Responden Terkait Sistem E-Procurement Yang Telah
Diterapkan Meningkatkan Kinerja Organisasi Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten 194
4.62 Tanggapan Responden Terkait Relialisi Penggunaan Anggaran
Telah Sesuai Dengan Perencanaan Yang Dilakukan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 196
4.63 Tanggapan Responden Terkait Penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran Yang Telah
Dilakukan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
xvii
2 Pemberian Ijin Mencari Data
3 Struktur Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Bulan Februari 2015
4 Struktur Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Bulan Mei 2015
5 Struktur Organisasi Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Periode 2013 s/d 2018
6 Kuesioner Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
7 Hasil Input Kuesioner Modal Sosial (X1)
8 Hasil Input Kuesioner Budaya Organisasi (X2)
9 Hasil Input Kuesioner Kinerja Organisasi (Y)
10 Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1)
11 Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi (X2)
12 Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y)
13 Hasil Uji Reliabilitas Modal Sosial (X1)
14 Hasil Uji Reliabilitas Budaya Organisasi (X2)
15 Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Organisasi (Y)
16 Hasil Uji Normalitas
17 Hasil Uji Korelasi Product Moment Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja
Organisasi (Y)
18 Hasil Uji Korelasi Product Moment Budaya Organisasi (X2) Terhadap
Kinerja Organisasi (Y)
19 Hasil Uji Korelasi Ganda Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2)
Secara Bersama Sama Terhadap Kinerja Organisasi (Y)
20 Hasil Uji Regresi Sederhana Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja
Organisasi (Y)
21 Hasil Uji Regresi Sederhana Budaya Organisasi (X2) Terhadap Kinerja
xviii
Organisasi (M)
24 Table F Statistics
25 Table t Statistics
26 Table Chi Square Statistics
27 Table r (Korelasi Product Moment) Statistics
28 Table d (Durbin-Watson) Statistics
29 Daftar Hadir Pegawai Negeri Sipil Daerah Sekertariat Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten bulan Maret s/d Desember 2014
30 Daftar Hadir Bimbingan
31 Dokumentasi
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Provinsi Banten merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari Jawa
Barat, yang berbatasan dengan DKI Jakarta. Provinsi Banten sebagai unsur
penanggungjawab untuk mewujudkan semua program semaksimal mungkin
dalam setiap melaksanakan tugasnya. Agar semua dapat terlaksana dengan
maksimal diperlukan kinerja dari semua komponen terkait, termasuk kinerja
organisasi agar menjadi handal dan optimal sesuai dengan visi dan misi yang telah
ditetapkan.
Suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila tujuan organisasi atau
nilai-nilai yang ditetapkan dalam visinya tercapai. Nilai-nilai tersebut merupakan
nilai-nilai yang disepakati bersama antara stakeholders dari organisasi yang
bersangkutan. Akan tetapi seringkali visi organisasi dapat tercapai namun bukan
secara sengaja atau sebagaimana direncanakan sehingga diperlukan nilai
pengembanan misi organisasi dan keterkaitannya dengan pencapaian misi.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 pasal 1 ayat (1)
Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu
yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai
satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk
memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum pada
pasal 1 ayat (6) Komisi Pemilihan Umum selanjutnya disingkat KPU, adalah
lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang
bertugas melaksanakan Pemilu. Sedangkan berdasarkan pasal 1 ayat (7) Komisi
Pemilihan Umum Provinsi selanjutnya disingkat KPU Provinsi, adalah
Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di provinsi dan pada
pasal 1 ayat (8) Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat
KPU Kabupaten/Kota, adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan
Pemilu di kabupaten/kota
Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan lembaga hirarkies, dimana
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia merupakan lembaga
regulator pembuat peraturan perundang-undangan terkait penyelenggaraan
pemilu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi merupakan koordinator dan
supervisi sedangkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota merupakan
implementator.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai organisasi melakukan interaksi
interaksi yang baik antar pegawai merupakan hal penting karena akan
mempengaruhi eksistensi modal sosial pegawai. Eksistensi modal sosial pegawai
menjadi penting karena mempengaruhi kinjerja pegawai yang pada gilirannya
mempengaruhi kinerja organisasi (Akdere, 2005). Selain itu modal sosial yang
dimiliki oleh pegawai tersebut akan membentuk budaya organisasi, budaya
organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku
anggota organisasi (Luthans, 1998).
Pencapaian hasil kerja atau kinerja dapat dinilai menurut pelaku, yaitu
kinerja yang diraih individu (kinerja individu), oleh kelompok (kinerja
kelompok), oleh institusi (kinerja organisasi) dan oleh suatu program atau
kebijakan (kinerja program/kebijakan). Kinerja individu menggambarkan sampai
seberapa jauh seseorang telah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat
memberikan hasil yang ditetapkan oleh kelompok atau institusi. Kinerja kelompok
menggambarkan hasil yang ditetapkan sampai seberapa jauh suatu kelompok telah
melaksanakan kegiatan kegiatan pokoknya sehingga mencapai hasil sebagaimana
ditetapkan oleh institusi. Kinerja institusi berkenaan dengan sampai seberapa jauh
suatu institusi telah melaksanakan semua kegiatan pokok sehingga mencapai visi
atau misi institusi. Sedangkan kinerja program atau kebijakan berkenaan dengan
sampai seberapa jauh kegiatan-kegiatan dalam program atau kebijakan telah
dilaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan program atau kebijakan tersebut.
Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi
dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengaruhi oleh sumber daya
fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi,
dan kebijakan. Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap
organisasi publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pengukurannya
dapat dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada untuk
melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan
untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum.
Kinerja organisasi merupakan produk dari banyak faktor, termasuk
struktur organisasi, pengetahuan, sumber daya bukan manusia, posisi strategis dan
proses sumber daya manusia. Kinerja memerlukan strategi, tujuan dan integritas.
Strategi merupakan integritas rencana tindak sangat luas untuk mencapai tujuan
organisasi. Sementara itu, yang dimaksud dengan tujuan adalah memperbaiki
produktivitas sumber daya manusia. Karena strategi bersifat terintegritas, semua
faktor atau variabel saling berhubungan dan memberikan kontribusi pada kinerja.
Sementara itu, integritas tidak hanya diperlukan untuk menghadapi keadaan,
tetapi lebih penting lagi untuk proses perubahan yang perlu dilakukan untuk
menghadapi masa depan organisasi.
Konsep modal sosial (social capital) sedang berkembang saat ini. Berkembangnya konsep ini didasari pemahaman bahwa modal sosial akan
berpengaruh pada kinerja. Hal ini didukung beberapa riset yang menunjukkan
adanya pengaruh modal sosial pada beberapa ukuran kinerja seperti: bukti dari
urban publik school (Leana and Frits, 2006), modal sosial terhadap kinerja tenaga
modal sosial dan organisasional (Fauzan, 2012) dan pengaruh modal sosial
terhadap kinerja anggota organisasi (Prayogo, 2003).
Nahapiet dan Ghoshal (1998) membagi modal sosial menjadi tiga dimensi
yang meliputi dimensi struktural, dimensi relasional, dan dimensi kognitif.
Dimensi struktural merupakan pola hubungan antar orang dan interaksi sosial
yang ada dalam organisasi. Dimensi struktural memiliki makna bahwa posisi
seseorang dalam struktur interaksi akan memberinya keuntungan tertentu. Dengan
demikian, seseorang yang memiliki interaksi yang baik dengan rekan kerjanya
akan berkinerja dengan lebih baik. Adanya interaksi yang baik akan sangat
kondusif untuk kerjasama yang baik antara anggota organisasi. Interaksi yang
baik akan mengakibatkan intensitas hubungan kerja yang semakin baik dan
menumbuhkan kedekatan antar karyawan. Dengan demikian, seseorang akan lebih
mudah mendapatkan bantuan dan dukungan dari rekan kerjanya, misalnya
seseorang akan bisa saling mengakses sumberdaya dan informasi dengan sesama
rekan kerja. Hal ini akan memperlancar proses kerja anggota organisasi, yang
akan membuat anggota organisasi tersebut berkinerja dengan lebih baik.
Dimensi relasional merupakan asset yang diciptakan dan tumbuh dalam hubungan antar anggota organisasi yang mencakup kepercayaan (trust) dan kelayakan dipercaya (trustworthiness). Kepercayaan adalah atribut yang melekat dalam suatu hubungan. Kelayakan dipercaya merupakan atribut yang melekat
pada individu yang terlibat dalam hubungan tersebut. Makin tinggi tingkat
kepercayaan antar rekan kerja dalam suatu organisasi, orang-orang dalam
Dalam kondisi saling mempercayai yang tinggi, orang akan lebih mampu bekerja
dengan lebih baik dalam suatu social exchange dalam bentuk kerja sama dengan orang lain. Dengan demikian, dimensi relasional juga akan mempengaruhi proses
kerja seseorang, sehingga akan membuat orang bekerja dengan lebih baik.
Dimensi kognitif merupakan sumber daya yang memberikan representasi
dan interpretasi bersama, serta menjadi sistem makna (system of meaning) antar pihak dalam organisasi. Nahapiet dan Ghoshal (1998) mendefinisikan dimensi
ketiga ini sebagaishared languages (codes), shared narratives dan shared vision
yang memfasilitasi pemahaman tentang tujuan kolektif dan cara bertindak dalam
suatu sistem sosial. Shared languages (codes) dan shared narratives merupakan sarana orang berdiskusi dan bertukar informasi dalam menjalankan proses
kerjanya. Jika ada shared languages (codes) dan shared narratives, komunikasi antara anggota organisasi akan lebih baik dan terbuka. Shared languages (codes)
dan shared narratives juga akan mempengaruhi persepsi anggota organisasi. Adanya shared languages (codes) dan shared narratives akan menciptakan persepsi yang sama antar anggota organisasi yang akan mempercepat proses
komunikasi untuk menunjang kinerja. Umumnya dimensi kognitif dalam bentuk
shared languages (codes) dan shared narratives akan mengarah ke pemahaman yang sama tentang tujuan organisasi (shared vision). Jika anggota organisasi memiliki pemahaman yang sama tentang tujuan organisasi mereka akan bisa
bekerja dengan lebih baik.
Pada dasarnya modal sosial dalam organisasi tercipta dengan adanya
kepercayaan antara individu baik dengan atasan, dengan bawahan atau sasama
pegawai. Dalam hal ini kepercayaan merupakan modal penting untuk membina
hubungan interaksi yang baik, selain itu bentuk modal sosial lainnya adalah
jaringan sosial/kerja yang tercipta ketika kerja sama dalam menyelesaikan tujuan
yang dalam hal ini adalah visi dan misi dalam organisasi dan terakhir adalah
bentuk modal sosial berupa kepatuhan terhadap norma yang bisa berbentuk aturan
atau kebijakan dalam organisasi. Modal sosial yang ada dalam organisasi
merupakan hal penting dalam membentuk perilaku individu yang ada dalam
organisasi.
Untuk menggambarkan keterkaitan antara modal sosial dan budaya
organisasi, pada dasarnya budaya organisasi merupakan suatu pemahaman
terhadap nilai dan norma yang ada dalam lingkup organisasi yang dipahami dan
dipatuhi oleh anggota organisasi. Budaya organisasi terbentuk oleh perilaku
individu, sedangkan perilaku individu tersebut dibawa oleh modal sosial anggota
organisasi.
Dalam kinerja organisasi merupakan sebuah produk yang dipengaruhi oleh
kinerja pegawai. Modal sosial yang dibawa oleh pegawai akan mempengaruhi
kinerja pegawai yang secara langsung juga akan mempengaruhi kinerja
organisasi. Salah satu hal yang mempengaruhi kinerja organisasi adalah
produktivitas pegawai. Hal ini berkaitan dengan bagaimana pegawai tersebut
mengerjakan pekerjaan. Setiap pekerjaan dalam organisasi dilakukan dengan
bekerjasama antara satu dengan lainnya sehingga visi dan misi dapat tercapai.
satunya adalah modal sosial, apabila modal sosial yang ada sudah dimanfaatkan
dengan baik oleh anggota organisasi akan secara tidak langsung mempermudah
kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan yang dalam hal ini bila sudah tercapai
akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Dalam proses berorganisasi setiap individu akan memanfaatkan modal
sosial yang mereka miliki untuk dapat diterima dan menyesuaikan diri dengan
budaya organisasi ditempat mereka bekerja. Budaya organisasi ini dapat terlihat
ketika anggota organisasi telah mematuhi peraturan, kebijakan atau keputusan
tertinggi dalam organisasi tersebut. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
rasa percaya antara baik kepada atasan, bawahan atau anggota organisasi lain,
yang jika ini sudah terpenuhi maka akan mempermudah interaksi dalam
menyelesaikan pekerjaan.
Sejalan dengan Program Reformasi Birokrasi yang dicanangkan oleh
Pemerintah, maka sejak Tahun 2013 Sekretariat Jenderal KPU sebagai KPU Pusat telah menetapkan program reformasi menjadi bagian dari program dan
kegiatan prioritas lembaga. Berkenaan dengan kondisi organisasi birokrasi,
Sekretariat Jenderal KPU telah melakukan evaluasi organisasi untuk menilai kondisi organisasi. Hasil dari penilaian kinerja organisasi tersebut menunjukkan
gambaran kondisi organisasi yang dinilai dari 5 (lima) aspek yang dinilai yaitu:
struktur organisasi, manajemen sumber daya manusia, tata kerja, sarana dan
prasarana, komunikasi dan koordinasi organisasi. Pada prosesnya Sekretariat
Jenderal KPU telah melakukan evaluasi kinerja organisasi di lingkungan
evaluasi kondisi kinerja pegawai Sekertariat Jenderal KPU dengan cara kaji diri
(self assessment) untuk menilai kondisi birokrasi di Sekertariat Jenderal KPU. Hasil evaluasi kinerja organisasi Sekertariat Jenderal KPU dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1.1
Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum
No Aspek Hasil Survei
Sesuai Tidak Sesuai 1 Struktur Organisasi
a. Struktur Organisasi 62,96% 37,04%
b. Tugas dan Fungsi 61,11% 38,89%
2 Sumber Daya Manusia
a. Jumlah Personel 22,22% 77,78%
b. Kompetensi 53,70% 46,30%
c. Penghargaan Terhadap Prestasi 62,96%
3 Tata Kerja
a. Tumpang Tindih Tanggung Jawab 77,78% 22,22% b. Tugas Belum Tertampung Struktur Organisasi 50% 50% c. Hambatan Dalam Melaksanakan Tugas 38,89% 61,11% 4 Sarana dan Prasarana
a. Sarana Utama 51,85% 48,15%
b. Sarana Pendukung
b.1 meja, kursi, lemari, komputer dan telepon 38,89% 61,11%
b.2 sarana transportasi 29,63% 70,37%
5 Komunikasi dan Koordinasi Organisasi
a. Hubungan Antara KPU Dengan Instansi Terkait 92,13% 7,87% b. Hubungan Kerja Sekertariat KPU Dengan
Komisioner KPU
81,84% 18,52%
c. Hal-hal Lain Yang Berhubungan Dengan KPU 77,16% 22,84% Sumber: kpu.go.id
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten merupakan
penyelenggara pemilu yang bertugas melaksanakan pemilu Provinsi Banten.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terintegrasi dan membawahi
KPU Kabupaten/Kota. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terdiri dari lima orang anggota
komisioner dan untuk mendukung pekerjaan dan tugasnya dibantu oleh
sekertariat. Dalam pengambilan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten menggunakan asas kolektif kolegial artinya semua anggota
organisasi mempunyai kedudukan yang sama dan setiap keputusan atau kebijakan
di musyawarahkan dalam rapat pleno. Keputusan rapat pleno merupakan
keputusan tertinggi.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sebagai lembaga yang
bergerak sebagai koordinator juga merupakan organisasi yang di dalamnya
terdapat pegawai yang melakukan interaksi atau hubungan baik dengan atasan,
bawahan atau sesama pegawai. Setiap pegawai di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten memanfaatkan modal sosial untuk dapat diterima di
organisasi dan dapat menyesuaikan diri dengan budaya organisasi. Pegawai di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dituntut untuk melakukan
kinerja yang maksimal agar kinerja organisasi dapat berjalan sesuai dengan visi
dan misi yang telah ditentukan.
Beberapa hal yang secara tidak langsung tetapi komprehensif untuk
mengetahui sehat-tidaknya suatu organisasi diantaranya tingkat absen, intensitas
administrasi (kegiatan manajemen), tingkat otonomi, sentralisasi, komitmen,
komunkasi, kompleksitas, pelanggaran konflik, koordinasi, departementasi,
keadilan distributif, efektivitas, formalisasi, training umum, ideologi, inovasi,
mekanisasi, motivasi, kuatnya hubungan (nilai-nilai kerja dari pegawai),
rutinitas, kepuasan, besarnya organisasi, standarisasi, pergantian karyawan, kohesi
kelompok dan beban kerja.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa fakta masalah yang ditemukan,
pertamadalam interaksi antara individu terdapat kecemburuan sosial terkait bobot pekerjaan yang dibebankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu
anggota komisioner, pada bagian program dan data adalah bagian yang sangat
sulit sementara individu yang mengerjakan tidak banyak yang berkemampuan
sedangkan pada bagian hukum adalah bagain yang sifatnya musiman yang dalam
artinya apabila ada permasalahan hukum baru ditindaklanjuti. Dalam hal ini bobot
pekerjaan antara satu bagian berbeda, ada yang memang cenderung sulit karena
berhubungan dengan teknologi informasi dan tidak didukung dengan sumber daya
yang memiliki kemampuan, namun ada pula bagian yang sifatnya musiman,
seperti bagian hukum yang bekerja lebih apabila terjadi permasalahan hukum.
Kedua, terdapat pegawai yang melanggar kode etik yakin melanggar peraturan dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 hari. Pegawai tersebut
adalah Kepala Bagian Keuangan, Umum dan Logislitik yang sejak pemilu
legislatif dan pemilu eksekutif sudah tidak masuk bekerja. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 pasal 1 ayat (1) Displin
Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil unutk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang diperlukan dalam peraturan
perundangan-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati
dijelaskan bahwa hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS
karena melanggar disiplin PNS.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi terdiri dari lima orang
komisioner dan dibantu oleh sekertariat yang terdiri dari Pegawai Organik,
Pegawai Daerah dan Pegawai Kontrak. Pegawai Organik adalah pegawai yang
berasal dari pegawai negeri sipil di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Pegawai
Daerah adalah pegawai yang berasal dari daerah Provinsi Banten sedangkan
pegawai kontrak adalah pegawai non-PNS. Pegawai yang melanggar aturan
dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 adalah pegawai yang berasal dari
daerah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner,
pegawai tersebut telah mendapatkan teguran dalam rapat pleno namun tetap tidak
menghiraukan teguran tersebut. Dalam rapat pleno merupakan keputusan tertinggi
dalam organisasi ini, namun pegawai tersebut tetap tidak menghiaraukan apa yang
telah menjadi keputusan bersama. Saat ini pegawai tersebut telah dikenai sanksi
pelanggaran disiplin oleh Badan Kepegawaian Daerah. Komisioner sangat
menaruh kepercayaan kepada staf walaupun ada staf yang nakal. Minimal ada 4
staf yang nakal dengan menggelapkan uang, mencari keuntungan pribadi dan
main trik.
Ketiga, adanya atasan yang tidak masuk kerja tersebut menimbulkan ketidakpercayaan dari bawahan kepada atasan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu anggota komisioner, mengatakan bahwa pegawai dari daerah
anggota organisasi lain tidak terpengaruh dengan kehadiran atasan tersebut karena
pekerjaan dilaksanakan oleh staf. Pegawai tersebut hanya menandatangani hal
yang berkaitan dengan administrasi tanpa memahami pekerjaan tersebut. Padahal
semakin tinggi posisi seorang pegawai dalam organisasi tersebut semakin besar
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Keempat, adanya disfungsi peran pejabat struktural dalam struktur organisasi. Berdasarkan struktur organisasi yang diterbitkan pada Februari tahun
2015 di Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terdapat
pegawai yang ada di dalam struktur organisasi namun tidak melaksanakan
fungsinya.
Berdasarkan Struktur Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Banten bagian yang mengalami disfungsi peran dalam struktur organisasi adalah
Bagian Keuangan, Umum dan Logistik, Sub Bagian Program dan Data, Sub
Organisasi dan SDM, Sub Bagian Umum dan Logistik dan Sub Bagian Teknis
dan Hupmas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner,
struktur dan pembagian tugas dan pembinaan dilakukan top-down artinya pembagian tugas dilakukan dari atas ke bawah. Namun kendala yang dihadapi
adalah pada level kapala sub bagian mengalami disfungsi. Padahal level kepala
sub bagian adalah ujung tombak dalam melakukan pembinaan kepada staf terkait.
Kelima, tidak ada sumber daya manusia yang ahli terutama dalam bidang IT. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner, Komisi
yang ahli programmer terutama dalam membuat program, desain web untuk
mempermudah akses. Sejauh ini sumber daya yang ada hanya sebatas pelaksana.
Saat ini website Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten masih bekerja
sama dengan pihak ketiga untuk membuat program website.
Keenam, terdapat hambatan dimana para pegawai tidak mengetahui sepenuhnya terkait tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya. Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu anggota komisioner, dalam melaksanakan
pekerjaan, hambatan yang dihadapi oleh pegawai adalah tidak memahami
sepenuhnya tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya mereka sehingga tujuan
cenderung tidak tercapai. Selain itu hambatan lain yang terjadi adalah hubungan
pegawai dan stakeholder dalam hal penyelenggaraan pemilu personel tidak
memahami sepenuhnya peraturan yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU),
dalam hal ini peraturan seolah olah hanya difokuskan kepada komisioner. Dalam
penyelanggaraan pemilihan umum, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sering
membuat peraturan terkait penyelanggaraan pemilihan umum misalnya peraturan
terkait pencalonan, namun pegawai tidak mau untuk belajar mengetahui dan
memahami peraturan tersebut kendati telah ada sosialisasi yang dilakukan
komisioner.
Berdasarkan fakta dan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti “Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Dalam interaksi antara individu terdapat kecemburuan sosial terkait beban
pekerjaan yang dibebankan
2. Terdapat pegawai yang melanggar kode etik yakin melanggar peraturan
dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 hari
3. Adanya atasan yang tidak masuk kerja tersebut menimbulkan
ketidakpercayaan dari bawahan kepada atasan
4. Adanya disfungsi peran pejabat struktural dalam struktur organisasi
5. Tidak ada sumber daya manusia yang ahli terutama dalam bidang IT
6. Terdapat hambatan dimana para pegawai tidak mengetahui sepenuhnya
terkait tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya
1.3 Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah terpapar gambaran dimensi permasalahan yang
begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan maka
penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus.
Selanjutnya masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi menjadi Pengaruh
Modal Sosial dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi di Komisi
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ditetapkan diatas, selanjutnya
perumusan masalah dalam penelitian ini diajukan dengan pertanyaan penelitian
(research question) sebagai berikut:
1) Bagaimana pengaruh antara Modal Sosial terhadap Kinerja Organisasi di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten?
2) Bagaimana pengaruh antara Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten?
3) Bagaimana pengaruh antara Modal Sosial dan Budaya Organisasi secara
bersama sama terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten?
1.5 Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk:
1) Mengetahui pengaruh Modal Sosial terhadap Kinerja Organisasi di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
2) Mengetahui pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
3) Mengetahui pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi secara
bersama sama terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Aspek Teoritis
Penelitian ini berguna untuk mengetahui pengaruh modal sosial
dan budaya organisasi terhadap kinerja di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten. Ditinjau dari prespektif Perilaku Organisasi,
penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui perilaku pegawai yang ditinjau
dari aspek modal sosial dan budaya organisasi yang berkembang yang
kemudian mempengaruhi kinerja organisasi. Sedangkan ditinjau dari
Manajemen Pelayanan Publik, bermanfaat untuk mengetahui dan
mempelajari kinerja suatu organisasi apakah sudah sesuai dengan visi dan
misi yang telah ditetapkan.
Selain itu dapat digunakan sebagai sumber reverensi ilmu
pengetahuan bila melakukan penelitian menggunakan variabel yang sama.
1.6.2 Aspek Praktis
Penelitian ini berguna bagi masyarakat luas khususnya citivas
akademika untuk :
1. Mengetahui interaksi yang terjalin dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh modal sosial dan budaya organisasi.
2. Mengetahui tingkah laku, kebiasaan dan kebudayaan yang
berkembang dalam suatu organisasi.
3. Mengetahui bentuk solidaritas antara anggota organisasi dalam
18 2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Modal Sosial
Modal sosial adalah salah satu konsep baru yang digunakan untuk
mengukur kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi, dan masyarakat.
Pengertian modal sosial yang berkembang selama ini lebih banyak didasarkan
pada pandangan tiga orang ilmuwan sosial, yaitu Pierre Bourdieu, James
Coleman, dan Robert Putnam. Menurut Bourdieu modal sosial adalah:
“social capital is the aggregate of the actual or potential resources which are linked to possession of a durable network of more or less institutionalized relationships of mutual acquaintance recognition - or in other words, to a membership in a group - which provides each of its members with the backing of the collectivity - owned capital.” Modal sosial adalah kumpulan dari sumber daya nyata atau potensial yang dihubungkan pada pemilikan dari suatu jaringan yang kurang lebih melembagakan hubungan tentang pengenalan dan kenalan timbal balik.
James Coleman mendefinisikan modal sosial sebagai:
“a variety of entities having two characteristic in common: they all consist
of some aspect of a social structure and they facilitate certain actions of individuals who are within the structure,…social capital inheres in the structure of relations between person and among persons. It is lodged neither in individuals nor in physical implements of production.” Berbagai entitas memiliki dua karakteristik yang sama: mereka semua terdiri dari beberapa aspek struktur sosial dan mereka memfasilitasi tindakan tertentu dari individu yang berada dalam struktur,...modal sosial melekat dalam struktur hubungan antara orang dan di antara orang-orang. Hal ini diajukan baik dalam individu maupun dalam alat fisik produksi.
“features of social life - networks, norms, and trust - that enable participants to act together more effectively to pursue shared objectives.”
Fitur kehidupan sosial - jaringan, norma, dan kepercayaan - yang memungkinkan para peserta untuk bertindak bersama-sama lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama.
Konsep modal sosial menurut Bourdieu berfokus pada individu dan
bagaimana individu dapat keuntungan melalui afiliasi mereka dengan sebuah
jaringan atau kelompok. Sedangkan James Coleman berfokus pada kelompok,
teori James Coleman memiliki dua unsur mendasar: 1) itu tertanam dalam struktur
sosial yang padat, dan 2) memfasilitasi tindakan pelaku dalam struktur sosial.
Sementara Robert Putnam modal sosial diperluas, berfokus pada masyarakat
bahkan tingkat nasional regional atau, dengan komunitas dan individu dan
bermanfaat bagi peningkatan partisipasi.
Pierre Bourdiue berpendapat bahwa modal sosial mengacu pada
keuntungan dan kesempatan yang didapatkan seseorang di dalam masyarakat
melalui keanggotaannya dalam entitas sosial tertentu (paguyuban, kelompok
arisan, asosiasi tertentu seperti jama’ah pengajian-majelis ta’lim). Modal sosial
didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), norma-norma (norms), dan kepercayaan sosial (social trust) yang mendorong pada sebuah kolaborasi sosial (koordinasi dan koperasi) untuk kepentingan bersama.
James Coleman menjelaskan modal sosial adalah kemampuan masyarakat
untuk bekerjasama demi mencapai tujuan tujuan bersama di dalam berbagai
kelompok/organisasi. Indikatornya adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar
Robert D. Putnam merupakan salah seorang yang banyak mengkaji
tentang modal sosial, Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai suatu nilai
mutual trust antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya.
Trust ini dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain (1) seberapa tinggi tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberanian untuk berpendapat dengan
pemimpinnya; dan (2) seberapa banyak warganegara yang menggunakan
kesempatan tersebut untuk menyalurkan aspirasinya. Indikatornya adalah
kepercayaan/trust (kejujuran, sikap egalilter, toleransi dan kemurahan hati), jaringan sosial/social networks(partisipasi, resipositas, solidaritas dan kerjasama), dan norma/norms(nilai-nilai bersama, norma dan sangsi/aturan).
Modal sosial dapat didefinisikan sebagai serangkaian nilai dan norma
informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat
yang memungkinkan terjadinya kerjasama diantara mereka (Francis Fukuyama,
2002). Norma-norma informal dapat mendorong kerjasama antara dua atau
beberapa orang. Norma-norma yang mengandung modal sosial memiliki ruang
lingkup yang cukup luas, mulai dari nilai-nilai resiprokal antara teman, sampai
dengan yang sangat kompleks dan mengandung nilai-nilai keagamaan.
Cox (1995) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu rangkaian proses
hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma norma, dan
kepercayaan sosial yang memungkinkan efesien dan efektifitas koordinasi dan
kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama.
Sejalan dengan Fukuyama dan Cox, Partha dan Ismail S. (1999)
norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam
masyarakat dalam spectrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue)
yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama. Pada jalur yang
sama Solow (1999) mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai
dan norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong
kemampuan dan kapabilitas untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk
menghasilkan konstribusi besar terhadap keberlajutan produktivitas.
Adapun menurut Cohen dan Prusak L. (2001) modal sosial adalah setiap
hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian
(mutual understanding), dan nilai nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat memungkinkan aski bersama dapat dilakukan
secara efesien dan efektif. Senada dengan Cohen dan Prusak L., Hasbullah (2006)
menjelaskan modal sosial sebagai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan
kerjasama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang
lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utama
seperti trust (rasa saling mempercayai), ketimbal-balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya
Tiga unsur utama dalam modal sosial adalah trust (kepercayaan),
reciprocal (timbal balik) dan interaksi sosial (Fukuyama, 2002). Trust
(kepercayaan) dapat mendorong seseorang untuk dapat bekerjasama dengan orang
lain untuk memunculkan aktifitas ataupun tindakan bekerja yang produktif. Trust
Fukuyama (2002), menyebutkan trust sebagai harapan harapan terhadap
keteraturan, kejujuran, perilaku kooperatif yang muncul dalam sebuah komunitas
yang didasarkan pada norma norma yang dianut berdasarkan sebuah
komunitas-komunitas itu. Trust bermanfaat bagi pencipta ekonomi tunggal karena bisa diandalkan untuk menguragi biaya (cost), hal ini melihat dimana dengan adanya
trust tercipta ketersediaan seseorang untuk menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu. Adanyahigh-trustakan terlahir solidaritas kuat yang mampu membuat masing masing individu bersedia mengikuti aturan, sehingga
ikut memperkuat rasa kebersamaan. Bagi masyarakat low-trust diaggap lebih inferior dalam perilaku ekonomi kolektifnya. Jika low-trust terjadi dalam suatu masyarakat, maka campur tangan negara perlu dilakukan guna memberikan
bimbingan.
Unsur kedua modal sosial adalahreciprocal(timbal balik), dapat dijumpai dalam bentuk saling memberi, saling menerima dan saling membantu yang dapat
muncul dari interkasi sosial.
Unsur ketiga adalah interaksi sosial. Interaksi yang semakin meluas akan
menjadi semacam jaringan sosial yang lebih memungkinkan semakin meluasnya
lingkup kepercayaan dan lingkup hubungan timbal balik. Jaringan sosial
merupakan bentuk modal sosial, jaringan sosial yakni sekelompok orang yang
dihubungkan oleh persamaan simpati dan kewajiban serta oleh norma pertukaran
dancivic engagement. Jaringan ini bisa dibentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dll.
memberikan perlakukan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan
untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dilihat dari tindakan
ekonomi, jaringan adalah sekelompok agen individual yang berbagi nilai nilai dan
norma-norma informal melampaui nilai nilai dan norma-norma yang penting
untuk transaksi pasar. Melalui pemahaman ini, modal sosial dapat bermanfaat
bukan hanya aspek sosial melainkan ekonomi.
Dalam penelitian ini teori modal sosial yang digunakan adalah Teori
Coleman, karena Coleman lebih menjelaskan dimensi modal sosial yang bersifat
mengaitkan (lingking social capital) yang memungkinkan individu-individu untuk menggali dan mengelola sumber sumberdaya, ide, informasi, dan pengetahuan
dalam suatu komunitas atau kelompok pada level pembentukan dan partisipasi
dalam organisasi formal. Hal ini releven dengan penelitian ini karena
menggambarkan bentuk modal sosial yang sifatnya relasi antar anggota di dalam
organisasi atau yang disebut modal sosial internal.
Pada tataran organisasi, modal sosial menggambarkan bentuk dan sifat
relasi antar anggota di dalam organisasi disebut modal sosial internal (internal social capital) sedangkan modal sosial yang menggambarkan relasi antara organisasi itu sendiri dengan para stakeholder eksternal (eksternal stakeholders), pesaing dan partner kerjanya disebut modal sosial eksternal (eksternal modal sosial). Baik modal sosial internal maupun eksternal sama-sama fokus pada sifat dan kekuatan sebuah relasi serta aliran komunikasi baik organisasi maupun
Penelitian ini menggunakan Teori Coleman sehingga yang menjadi
indikator modal sosial adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar sesama dan
ketaatan terhadap norma. Pada unsur pertama, jaringan sosial/kerja merupakan
bentukan dari insfrastruktur modal sosial itu sendiri. Jaringan tersebut menjadi
fasilitator dalam mendukung terjadinya interaksi yang kemudian akan
menumbuhkan kepercayaan dan kerja sama yang kuat. Semakin kuat jaringan
sosial yang terbentuk maka akan memperkuat modal sosial yang terbentuk. Modal
sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu, melainkan akan terletak pada
individu individu yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi
sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal sosial yang ada
tergantung pada kapasitas kelompok untuk membangun sejumlah asosiasi beserta
jaringanya yang tujuannya adalah untuk menciptakan hubungan sosial.
Unsur kedua adalah kepercayaan antar sesama, kepercayaan merupakan
nilai yang ditunjukan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerja sama
berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Pada dasarnya kepercayaan harus
dimiliki dan menjadi bagian yang kuat untuk membentuk modal sosial yang baik,
yang dapat ditandai dengan kuatnya lembaga-lembaga sosial yang menciptakan
kehidupan yang harmonis dan dinamis.
Unsur ketiga adalah ketaatan terhadap norma, norma merupakan susunan
dari pemahaman terhadap nilai-nilai kehidupan serta harapan yang diyakini dan
dijalankan oleh sekelompok orang. Norma yang terbentuk dapat didasari oleh
nilai-nilai agama, nilai budaya, maupun nilai-nilai yang dari kehidupan sehari-hari
Norma juga merupakan modal sosial kerena muncul dari kerjasama di masa lalu
yang kemudian diterapkan untuk kehidupan bersama. Norma-norma sosial akan
sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam
masyarakat atau kelompok.
Dalam pandangan Uphoff (Soetomo, 2006: 90), modal sosial dapat dilihat
dua kategori, fenomena struktur dan kognitif. Kategori struktural merupakan
modal sosial yang terkait dengan beberapa bentuk organisasi sosial khusus
peranan, aturan,precedentdan prosedur yang dapat membentuk jaringan luas bagi kerjasama dalam bentuk tindakan bersama yang saling menguntungkan. Modal
sosial dalam kategori kognitif diderivasi dari proses mental dan hasil pemikiran
yang diperkuat oleh budaya dan ideologi khususnya norma, nilai dan sikap,
kepercayaan yang memberikan kontribusi bagi tumbuhnya kerjasama khususnya
dalam bentuk tindakan bersama saling menguntungkan. Bentuk bentuk
akutualisasi modal sosial fenomena struktural maupun kognitif itulah yang perlu
digali dalam kehidupan masyarakat selanjutnya dikembangkan dalam usaha
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan. Komponen modal sosial dapat
digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
Gambar 2.1
Komponen Modal Sosial
Nilai, Kultur, Persepsi
Institusi Mekanisme
Gambar tersebut menjelaskan, pada level nilai, kultur, kepercayaan, dan
persepsi modal sosial bisa berbentuk simpati, rasa berkewajiban, rasa percaya,
resiprositas dan pengakuan timbal balik. Pada level institusi bisa berbentuk
keterlibatan umum sebagai warga negara (civil engagement), asosiasi jaringan. Pada level mekanisme, modal sosial berbentuk kerjasama, tingkah laku, dan
sinergi antar kelompok. Tampak jelas bahwa modal sosial bisa memberikan
kontribusi tersendiri bagi terjadinya integritas social (Soetomo, 2006).
Woolcock (1998) mengajukan tiga dimensi dari modal sosial, yaitu:
bonding,bridgingdanlinking. Menurut Woolcock:
(1) Modal sosial yang bersifat mengikat (bonding social capital) merujuk pada hubungan antarindividu yang berada dalam kelompok primer atau lingkungan ketetanggaan yang saling berdekatan. Komunitas-komunitas yang menunjukkan kohesi internal yang kuat akan lebih mudah dan lancar dalam berbagi pengetahuan.
(2) Modal sosial yang bersifat menjembatani (bridging social capital) adalah hubungan yang terjalin di antara orang-orang yang berbeda, termasuk pula orang-orang dari komunitas, budaya, atau latar belakang sosial-ekonomi yang berbeda. Individu-individu dalam komunitas yang mencerminkan dimensi modal sosial yang bersifat menjembatani akan mudah mengumpulkan informasi dan pengetahuan dari lingkungan luar komunitasnya dan tetap memperoleh informasi yang aktual dari luar kelompoknya. Tipe modal sosial ini menunjuk pada hubungan antarindividu yang memiliki kekuasaan atau akses pada bisnis dan hubungan sosial melalui kelompok-kelompok sekunder.
(3) Modal sosial yang bersifat mengaitkan (linking social capital) memungkinkan individu-individu untuk menggali dan mengelola sumber sumberdaya, ide, informasi, dan pengetahuan dalam suatu komunitas atau kelompok pada level pembentukan dan partisipasi dalam organisasi formal.
Richard Enfield (2008: 6) ada empat aspek negatif dari modal sosial
diantaranya yaitu: