• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODAL SOSIAL DAN BUDAYAORGANISASI TERHADAP KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) PROVINSI BANTEN - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH MODAL SOSIAL DAN BUDAYAORGANISASI TERHADAP KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) PROVINSI BANTEN - FISIP Untirta Repository"

Copied!
373
0
0

Teks penuh

(1)

Diajuk Gelar Sar

FAKULTAS

UNIVERSI

PROVINSI BANTEN

SKRIPSI

jukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh arjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Pu

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

Resty Nani Yustini

NIM 6661110277

AS ILMU SOSIAL DAN ILMU PO

RSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, November 2015

leh Publik

U POLITIK

(2)
(3)
(4)
(5)

Dari sini aku belajar, bahwa kesehatan itu sangat

mahal dan penting adanya…

Kerena seseungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada

kemudahan (Asy-Syarh ayat 5 dan 6)

Man Jadda Wajada…

(6)

Provinsi Banten. Pembimbing I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si dan Pembimbing II: Deden M Haris, S.Sos., M.Si

Penelitian dilatarbelakangi adanya kecemburuan terkait beban pekerjaan, pegawai tidak masuk lebih dari 108 hari, ketidakpercayaan bawahan pada atasan, disfungsi pejabat struktural, SDM tidak ahli dalam bidang IT, pegawai tidak mengetahui sepenuhnya tupoksi. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh modal sosial dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi sehingga metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitaif dengan metode asosiatif. Penentuan sampel menggunakan probability sampling dengan teknik sampling jenuh sebanyak 41 orang. Berdasarkan penelitian diperoleh R square=0,305 (30,5%) artinya modal sosial dan budaya organisasi berpengaruh 30,5% terhadap kinerja organisasi dengan nilai korelasi (R)=0,512 sehingga terdapat hubungan dengan kategori kekuatan hubungan sedang antara ketiga variabel dan dari hasil regresi linier berganda diperoleh persamaan regresi Y’=26,704+0,002X1+0,384X2. Dari perhitungan signifikansi, terdapat pengaruh signifikan antara modal sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap kinerja organisasi. Modal sosial berpengaruh langsung ke kinerja organisasi dan berpengaruh tidak langsung yaitu dari modal sosial ke budaya organisasi sebagai intervening lalu ke kinerja organisasi. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,002 sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung 0,511 atau total pengaruh modal sosial ke kinerja organisasi adalah 0,512. Sehingga terdapat mediasi yang signifikan sebesar 51,1%. Saran membina hubungan baik antara pegawai atau komisioner, meningkatkan kualitas pelayanan pada stakeholder, diadakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

(7)

Commission (KPU) Banten Province. 1 advisor: Anis Fuad, S.Sos., M.Si and 2ndadvisor: Deden M Haris, S.Sos., M.Si

Research backdrop of jealousy-related workload, employees absent from work more than 108 days, mistrust of subordinates to superiors, official structural dysfunction, lack of understanding of human resources in IT field, employees are not fully aware of the duties. This study purposes to aim the influence of social capital and organizational culture on organizational performance so that the research method used is quantitative approach with associative method. Sampling determination using probability saturated sampling technique to 41 peoples. Based on research obtained R square = 0.305 (30.5%) means that social capital and organizational culture affects 30.5% of the organization's performance with the correlation value (R) = 0.512 means that there is a relationship with the category of strength of the relationship was between the three variables and the results of the regression multiple linear regression equation Y’ = 26.704 + 0,002X1 + 0,384X2. Results of calculation of significance, there is significant influence between social capital and organizational culture together to organizational performance. Social capital can affect directly to the performance of the organization and can affect not directly to the culture of the organization as an intervening and to the performance of the organization. The amount of direct influence is 0.002, while the magnitude of the indirect effect 0.511 or total social capital influence to the performance of the organization is 0.512. So there is a significant mediation amounted to 51.1%. Suggestions fostering good relations between employees or commissioners, improve the quality of service to stakeholders, held some training to improve the quality of human resources.

(8)

i

karunia-NYA yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam

senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammaad SAW,

kepada keluarga serta sahabatnya. Alhamdullilah berkat rahmat, karunia dan

ridho-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak pihak yang

telah banyak memberikan pengajaran, bantuan serta dukungan moral dan material

dalam upaya penyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Modal Sosial

dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi Banten”. Penelitian ini tentu tak lepas dari bantuan banyak pihak yang

selalu mendukung peneliti secara moril dan material. Untuk itu peneliti sampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus merupakan Dosen

Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan arahan dan

motivasi selama proses perkuliahan.

3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Mia Dwiana Widyaningtyas, M.Kom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

(9)

ii

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

7. Ipah Ema J, S.IP., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

8. Anis Fuad, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing I Skripsi yang senantiasa

ramah memberikan semangat dan motivasi, memberikan ilmu dan

pengajaran selama proses penyusunan.

9. Deden M Haris, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing II Skripsi yang

senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti selama

proses penyusunan.

10. Seluruh Dosen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah

memberikan ilmu kepada peneliti.

11. Mohamad Rukbi, SE, MM, Kepala Sub Bagian Organisasi dan

Sumber Daya Manusia yang telah membantu selama proses penelitian

dan juga telah memberikan ilmu dan pengajaran selama penelitian

berlangsung.

12. Ismail, SH, Kepala Sub Bagian Hukum yang telah membantu dan

meluangkan waktu selama penelitian berlangsung di Komisi Pemilihan

(10)

iii

bersedia meluangkan waktu untuk membantu proses penelitian

berlangsung.

15. Syaeful Bahri, MM, anggota komisioner yang telah membantu dan

memberikan ilmu dan pemahaman terkait penelitian di Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten

16. Kepada seluruh pegawai sekertariat dan anggota komisioner di Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yang membantu

memberikan informasi dan data yang dibutuhkan peneliti selama

proses penelitian.

17. Mama yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doa selama

menyelesaikan penelitian ini.

18. Ahmad Bandaniji yang telah memberikan motivasi, semangat dari

awal masuk kuliah hingga lulus dan menjadi teman diskusi selama

menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih untuk perjuangan yang

tidak kenal lelah.

19. Sahabat ladies, Dita Marsela Sufitri, Rizki Parhani, Fitri Maliani

Nugraha, Nurul Fitri Sugiharto, Metta Miftahul Jannah, Ika Dewi

Safitri, Nella Hani Rosa, Ayu Fitri Lestari, Ita Mafrohati, Anita yang

telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi

(11)

iv

21. Keluarga Cemara Green House yang telah memberikan dukungan,

semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

22. Teman teman seperjuangan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2011.

23. Kepada semua pihak yang telah membantu peneliti mulai dari awal

penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan

kelemahan yang semata-mata muncul karena keterbatasan wawasan peneliti.

Untuk itu demi kesempurnaan skripsi ini, dengan senang hati peneliti bersedia

menerima segala kritik dan saran pembaca sepenuhnya. Akhirnya semoga skripsi

ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi mereka yang

membacanya.

Wassalamualaikum wr.wb

Serang, November 2015

(12)

v LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR DIAGRAM xi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 15

1.3 Batasan Masalah 15

1.4 Rumusan Masalah 16

1.5 Tujuan Penelitian 16

1.6 Manfaat Penelitian 17

1.6.1 Aspek Teoritis 17

1.6.2 Aspek Praktis 17

BAB II DESKRIPSI TEORI

2.1 Deskripsi Teori 18

2.1.1 Modal Sosial 18

2.1.2 Budaya Organisasi 27

2.1.3 Kinerja Organisasi 34

2.2 Penelitian Terdahulu 46

2.3 Kerangka Berpikir Penelitian 51

(13)

vi

3.3 Lokasi Penelitian 56

3.4 Variabel Penelitian 56

3.4.1 Definisi Konsep 56

3.4.2 Definisi Operasional 61

3.5 Instrument Penelitian 63

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 65

3.7 Teknik Pengolahan dan Teknik Analisis Data 66

3.7.1 Metode Analisis Data 67

3.7.1.1 Uji Instrument 67

a. Uji Validitas 67

b. Uji Reliabilitas 69

3.7.1.2 Uji Normalitas 70

3.7.2 Uji Korelasi Product Moment 71

3.7.3 Uji Korelasi Ganda 72

3.7.4 Uji Analisis Regresi Linear Sederhana 72

3.7.5 Uji Analisis Regresi Linear Berganda 73

3.7.6 Uji Parsial (Uji t) 74

3.7.6.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t) 74

3.7.6.1 Uji Hipotesis Kedua (Uji t) 75

3.7.7 Uji Simultan (Uji F) 77

3.7.7.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji t) 77

3.8 Jadwal Penelitian 78

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian 79

4.1.1 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten 79

4.1.2 Kedudukan dan Tugas 82

4.2 Pengujian Persyaratan Statistik 93

4.2.1 Hasil Uji Validitas Instrumen 93

(14)

vii

4.3.2 Tanggapan Responden Atas Kuesioner 107

4.3.2.1 Analisis Item Pernyataan Variabel Modal

Sosial (X1) 108

4.3.2.2 Analisis Item Pernyataan Variabel Budaya

Organisasi (X2) 132

4.3.2.3 Analisis Item Pernyataan Variabel Kinerja

Organisasi (Y) 175

4.4 Pengujian Hipotesis 205

4.4.1 Hasil Uji Korelasi Product Moment 205

4.4.2 Hasil Uji Korelasi Ganda 207

4.4.3 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana 209

4.4.4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda 213

4.4.5 Hasil Uji Parsial 216

4.4.5.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t) 216

4.4.5.2 Uji Hipotesis Kedua (Uji t) 218

4.4.6 Hasil Uji Simultan 219

4.4.6.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji F) 219

4.4.7 Analisis Jalur (Path Analysis) 221

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian 227

4.6 Pembahasan 235

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 262

5.2 Saran 264

DAFTAR PUSTAKA 266

(15)

viii

1.1 Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan

Umum 9

2.1 Acuan Penelitian Terdahulu 46

3.1 Operasionalisasi Variabel Modal Sosial 61

3.2 Operasionalisasi Variabel Budaya Organisasi 61

3.3 Operasionalisasi Variabel Kinerja Organisasi 62

3.4 Skoring/Nilai 64

3.5 Jadwal Penelitian 78

4.1 Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1) 95

4.2 Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi (X2) 96

4.3 Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y) 97

4.4 Hasil Uji Reliabiltas Modal Sosial (X1) 98

4.5 Hasil Uji Reliabiltas Budaya Organisasi (X2) 99

4.6 Hasil Uji Reliabiltas Kinerja Organisasi (Y) 100

4.7 Hasil Uji Normalitas 102

4.8 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Modal Sosial

(X1) 199

4.9 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Budaya

Organisasi (X2) 200

4.10 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Kinerja

Organisasi (X2) 203

4.11 Hasil Uji Korelasi Product Moment Modal Sosial (X1) terhadap

Kinerja Organisasi (Y) 206

4.12 Hasil Uji Korelasi Product Moment Budaya Organisasi (X2)

terhadap Kinerja Organisasi (Y) 207

4.13 Hasil Uji Korelasi Ganda Modal Sosial (X1) dan Budaya

Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 208

4.14 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Sederhana Modal Sosial

(16)

ix

Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 212

4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi Budaya Organisasi (X2) terhadap

Kinerja Organisasi (Y) 213

4.18 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Modal Sosial

(X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)

214

4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) dan Budaya

Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 216

4.20 Hasil Uji Parsial (Uji t) Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja

Organisasi (Y) 217

4.21 Hasil Uji Parsial (Uji t) Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja

Organisasi (Y) 218

4.22 Hasil Uji Simultan (Uji F) Modal Sosial (X1) dan Budaya

Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 220

4.23 Analisis Jalur (Path Analysis) Hasil Uji Signifikasi Parameter Individual Modal Sosial (X1) Terhadap Budaya Organisasi (M)

223

4.24 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) terhadap

Budaya Organisasi (M) 224

4.25 Analisis Jalur (Path Analysis) Hubungan Tidak Langsung Modal

Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y), Melalui Budaya

Organisasi (M) 224

4.26 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) dan Budaya

Organisasi (M) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 224

(17)

x

2.1 Komponen Modal Sosial 25

2.2 Kerangka Berpikir Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi Banten 52

4.1 Lokasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 81

4.2 Panel Hubungan Langsung Modal Sosial (X1) Mempengaruhi

Kinerja Organisasi (Y) 221

4.3 Panel Hubungan Tidak Langsung Modal Sosial (X1)

Mempengaruhi Kinerja Organisasi (Y) Melewati Budaya

Organisasi (M) 221

(18)

xi

4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 103

4.2 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia 104

4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 105

4.4 Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja 106

4.5 Tanggapan Responden Terkait Jaringan Sosial/Kerja Kuat Terjalin

Diantara Pegawai 109

4.6 Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerjasama Pegawai

Dengan Rekan Kerja 110

4.7 Tanggapan Responden Terkait Motivasi Pegawai Untuk

Memperkuat Jaringan Sosial/Kerja Dengan Pihak Luar 112

4.8 Tanggapan Responden Terkait Informasi Pencapaian Kinerja Tiap

Bagian Tersebar Merata Pada Seluruh Lapisan Pegawai 103

4.9 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Kegiatan

Informal Untuk Meningkatkan Hubungan Kedekatan Antar Rekan

Kerja 115

4.10 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Ide dan

Gagasan Dalam Mengembangkan Jaringan Sosial/Kerja 116

4.11 Tanggapan Responden Terkait Setiap Pegawai Saling Percaya

Dengan Pegawai Lain 118

4.12 Tanggapan Responden Terkait Antara Pegawai Saling Percaya

Dengan Anggota Komisioner 119

4.13 Tanggapan Responden Terkait Saling Membantu Dalam

Menyelesaikan Pekerjaan Merupakan Gambaran Kepercayaan

Yang Cukup Tinggi 121

4.14 Tanggapan Responden Terkait Saling Percaya Antara Pegawai

Menyebabkan Rasa Kekeluargaan Diantara Anggota Organisasi

122

4.15 Tanggapan Responden Terkait Kepercayaan Mampu

(19)

xii

4.17 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Peraturan Di

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 127

4.18 Tanggapan Responden Terkait Peraturan Di Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Provinsi Banten Diterima Baik Oleh Seluruh

Pegawai 128

4.19 Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan

Mampu Menjaga Sistem Yang Terbangun Di Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Provinsi Banten 130

4.20 Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan

Mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten

Memiliki Tata Kelola Organisasi Yang Baik 131

4.21 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Cara Efektif

Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Secara Optimal 133

4.22 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Inovasi Untuk

Mengembangkan Cara Kerja Yang Baik 135

4.23 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kesempatan Untuk

Menyelesaikan Masalah Pekerjaan Sendiri Sesuai Dengan

Peraturan 136

4.24 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bersedia Bertanggung

Jawab Atas Resiko Yang Dihadapi Saat Menyelesaikan Pekerjaan

138

4.25 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Selalu Memperhatikan

Setiap Rincian Pekerjaannya 139

4.26 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Pegawai Menekankan

Ketelitian Dalam Menyelesaikan Pekerjaan 141

4.27 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Pekerjaan

(20)

xiii

4.29 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum Provinsi

Banten Membuat Target Kerja Sebagai Panduan Bagi Pekerja

145

4.30 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Sungguh

Sungguh Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Dengan Waktu

Yang Ditetapkan 147

4.31 Tanggapan Responden Terkait Satuan Perangkat Kerja Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Menghasilkan

Kualitas Hasil Kinerja Sesuai Dengan Target Yang Ditentukan

148

4.32 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kebebasan

Memilih Cara Yang Dilakukan Untuk Mencapai Hasil Kinerja

Yang Diharapkan 150

4.33 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Setiap

Keputusan Yang Diambil Dari Dasil Rapat Pleno 151

4.34 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Yang Melanggar

Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten

dikenakan Sanksi Yang Tegas 153

4.35 Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Provinsi Banten Berpengaruh Positif Terhadap

Pembinaan Karakter Pegawai 154

4.36 Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Provinsi Banten Mempertimbangkan Kondisi Setiap

Satuan Kerja Pegawai 156

4.37 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Tim Kerja Telah Bekerja

Sama Dengan Baik Dengan Rekan Kerja Lain di Komisi Pemilihan

(21)

xiv

4.39 Tanggapan Responden Terkait Pegawai di Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Provinsi Banten Bekerja Dengan Mementingkan

Kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten

Diatas Segalanya 160

4.40 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bertanggung Jawab Atas

Beban Kerja Yang Dibebankan 162

4.41 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Memiliki

Kemauan Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Baik 163

4.42 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mencari Cara Yang

Efesien Untuk Melakukan Pekerjaan Lebih Baik Lagi 165

4.43 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Dapat Memberikan Saran

Dan Solusi Untuk Menyelesaikan Suatu Masalah Dalam Pekerjaan

166

4.44 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Kepedulian

Terhadap Anggota Organisasi Lain Apabila Mengalami Kesulitan

Pekerjaan 168

4.45 Tanggapan Responden Terkait Stabilitas Kegiatan Di Lingkunngan

Kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tercapai

Karena Lingkungan Kerja Yang Harmonis 169

4.46 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi Banten Melakukan Evaluasi Kinerja Setelah Program

Kerja Berlangsung 171

4.47 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menjunjung Tinggi Nilai

Nilai Budaya Organisasi Yang Diterapkan di Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Provinsi Banten 172

4.48 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi Banten Menjaga Dan Mewariskan Budaya Organisasi

(22)

xv

Provinsi Banten Telah Melakukan Sosialisasi Pemilu Secara

Berkesinambungan 178

4.51 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi Banten Telah Memiliki Pedoman Teknis Terkait

Penyelenggaraan Pemilu 179

4.52 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi Banten Selalu Mengacu Pada Petunjuk

Pelaksanaan/Petunjuk Teknis Terkait Penyelenggaraan Pemilu

181

4.53 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi Banten Melaksanakan Kegiatan Penyelenggaraan Pemilu

Berdasarkan Waktu Yang Telah Ditentukan 182

4.54 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi Banten Mendistribusikan Logistik Pemilu Dengan Tepat

Waktu 184

4.55 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan

Pembagian Beban Kerja Yang Ada di Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Provinsi Banten 185

4.56 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan

Pencapaian Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi

Banten 187

4.57 Tanggapan Responden Terkait Anggota Organisasi di Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Mengakases

Semua Infromasi Yang Dibutuhkan 188

4.58 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi Banten Memberikan Pelatihan Terlebih Dahulu Bila Ada

Sistem Baru di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten

(23)

xvi

4.60 Tanggapan Responden Terkait Pengadaan Barang Dan Jasa Terkait

Pemilu Yang Dibutuhkan Oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi Banten Telah Memakai Sistem E-Procurement 193

4.61 Tanggapan Responden Terkait Sistem E-Procurement Yang Telah

Diterapkan Meningkatkan Kinerja Organisasi Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Provinsi Banten 194

4.62 Tanggapan Responden Terkait Relialisi Penggunaan Anggaran

Telah Sesuai Dengan Perencanaan Yang Dilakukan oleh Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 196

4.63 Tanggapan Responden Terkait Penyusunan Laporan

Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran Yang Telah

Dilakukan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

(24)

xvii

2 Pemberian Ijin Mencari Data

3 Struktur Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi

Banten Bulan Februari 2015

4 Struktur Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi

Banten Bulan Mei 2015

5 Struktur Organisasi Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi

Banten Periode 2013 s/d 2018

6 Kuesioner Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten

7 Hasil Input Kuesioner Modal Sosial (X1)

8 Hasil Input Kuesioner Budaya Organisasi (X2)

9 Hasil Input Kuesioner Kinerja Organisasi (Y)

10 Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1)

11 Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi (X2)

12 Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y)

13 Hasil Uji Reliabilitas Modal Sosial (X1)

14 Hasil Uji Reliabilitas Budaya Organisasi (X2)

15 Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Organisasi (Y)

16 Hasil Uji Normalitas

17 Hasil Uji Korelasi Product Moment Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja

Organisasi (Y)

18 Hasil Uji Korelasi Product Moment Budaya Organisasi (X2) Terhadap

Kinerja Organisasi (Y)

19 Hasil Uji Korelasi Ganda Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2)

Secara Bersama Sama Terhadap Kinerja Organisasi (Y)

20 Hasil Uji Regresi Sederhana Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja

Organisasi (Y)

21 Hasil Uji Regresi Sederhana Budaya Organisasi (X2) Terhadap Kinerja

(25)

xviii

Organisasi (M)

24 Table F Statistics

25 Table t Statistics

26 Table Chi Square Statistics

27 Table r (Korelasi Product Moment) Statistics

28 Table d (Durbin-Watson) Statistics

29 Daftar Hadir Pegawai Negeri Sipil Daerah Sekertariat Komisi Pemilihan

Umum (KPU) Provinsi Banten bulan Maret s/d Desember 2014

30 Daftar Hadir Bimbingan

31 Dokumentasi

(26)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Provinsi Banten merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari Jawa

Barat, yang berbatasan dengan DKI Jakarta. Provinsi Banten sebagai unsur

penanggungjawab untuk mewujudkan semua program semaksimal mungkin

dalam setiap melaksanakan tugasnya. Agar semua dapat terlaksana dengan

maksimal diperlukan kinerja dari semua komponen terkait, termasuk kinerja

organisasi agar menjadi handal dan optimal sesuai dengan visi dan misi yang telah

ditetapkan.

Suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila tujuan organisasi atau

nilai-nilai yang ditetapkan dalam visinya tercapai. Nilai-nilai tersebut merupakan

nilai-nilai yang disepakati bersama antara stakeholders dari organisasi yang

bersangkutan. Akan tetapi seringkali visi organisasi dapat tercapai namun bukan

secara sengaja atau sebagaimana direncanakan sehingga diperlukan nilai

pengembanan misi organisasi dan keterkaitannya dengan pencapaian misi.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 pasal 1 ayat (1)

Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana pelaksanaan

kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila

(27)

Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu

yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai

satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk

memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis. Berdasarkan

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum pada

pasal 1 ayat (6) Komisi Pemilihan Umum selanjutnya disingkat KPU, adalah

lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang

bertugas melaksanakan Pemilu. Sedangkan berdasarkan pasal 1 ayat (7) Komisi

Pemilihan Umum Provinsi selanjutnya disingkat KPU Provinsi, adalah

Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di provinsi dan pada

pasal 1 ayat (8) Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat

KPU Kabupaten/Kota, adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan

Pemilu di kabupaten/kota

Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan lembaga hirarkies, dimana

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia merupakan lembaga

regulator pembuat peraturan perundang-undangan terkait penyelenggaraan

pemilu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi merupakan koordinator dan

supervisi sedangkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota merupakan

implementator.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai organisasi melakukan interaksi

(28)

interaksi yang baik antar pegawai merupakan hal penting karena akan

mempengaruhi eksistensi modal sosial pegawai. Eksistensi modal sosial pegawai

menjadi penting karena mempengaruhi kinjerja pegawai yang pada gilirannya

mempengaruhi kinerja organisasi (Akdere, 2005). Selain itu modal sosial yang

dimiliki oleh pegawai tersebut akan membentuk budaya organisasi, budaya

organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku

anggota organisasi (Luthans, 1998).

Pencapaian hasil kerja atau kinerja dapat dinilai menurut pelaku, yaitu

kinerja yang diraih individu (kinerja individu), oleh kelompok (kinerja

kelompok), oleh institusi (kinerja organisasi) dan oleh suatu program atau

kebijakan (kinerja program/kebijakan). Kinerja individu menggambarkan sampai

seberapa jauh seseorang telah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat

memberikan hasil yang ditetapkan oleh kelompok atau institusi. Kinerja kelompok

menggambarkan hasil yang ditetapkan sampai seberapa jauh suatu kelompok telah

melaksanakan kegiatan kegiatan pokoknya sehingga mencapai hasil sebagaimana

ditetapkan oleh institusi. Kinerja institusi berkenaan dengan sampai seberapa jauh

suatu institusi telah melaksanakan semua kegiatan pokok sehingga mencapai visi

atau misi institusi. Sedangkan kinerja program atau kebijakan berkenaan dengan

sampai seberapa jauh kegiatan-kegiatan dalam program atau kebijakan telah

dilaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan program atau kebijakan tersebut.

Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi

dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengaruhi oleh sumber daya

(29)

fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi,

dan kebijakan. Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap

organisasi publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pengukurannya

dapat dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada untuk

melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan

untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum.

Kinerja organisasi merupakan produk dari banyak faktor, termasuk

struktur organisasi, pengetahuan, sumber daya bukan manusia, posisi strategis dan

proses sumber daya manusia. Kinerja memerlukan strategi, tujuan dan integritas.

Strategi merupakan integritas rencana tindak sangat luas untuk mencapai tujuan

organisasi. Sementara itu, yang dimaksud dengan tujuan adalah memperbaiki

produktivitas sumber daya manusia. Karena strategi bersifat terintegritas, semua

faktor atau variabel saling berhubungan dan memberikan kontribusi pada kinerja.

Sementara itu, integritas tidak hanya diperlukan untuk menghadapi keadaan,

tetapi lebih penting lagi untuk proses perubahan yang perlu dilakukan untuk

menghadapi masa depan organisasi.

Konsep modal sosial (social capital) sedang berkembang saat ini. Berkembangnya konsep ini didasari pemahaman bahwa modal sosial akan

berpengaruh pada kinerja. Hal ini didukung beberapa riset yang menunjukkan

adanya pengaruh modal sosial pada beberapa ukuran kinerja seperti: bukti dari

urban publik school (Leana and Frits, 2006), modal sosial terhadap kinerja tenaga

(30)

modal sosial dan organisasional (Fauzan, 2012) dan pengaruh modal sosial

terhadap kinerja anggota organisasi (Prayogo, 2003).

Nahapiet dan Ghoshal (1998) membagi modal sosial menjadi tiga dimensi

yang meliputi dimensi struktural, dimensi relasional, dan dimensi kognitif.

Dimensi struktural merupakan pola hubungan antar orang dan interaksi sosial

yang ada dalam organisasi. Dimensi struktural memiliki makna bahwa posisi

seseorang dalam struktur interaksi akan memberinya keuntungan tertentu. Dengan

demikian, seseorang yang memiliki interaksi yang baik dengan rekan kerjanya

akan berkinerja dengan lebih baik. Adanya interaksi yang baik akan sangat

kondusif untuk kerjasama yang baik antara anggota organisasi. Interaksi yang

baik akan mengakibatkan intensitas hubungan kerja yang semakin baik dan

menumbuhkan kedekatan antar karyawan. Dengan demikian, seseorang akan lebih

mudah mendapatkan bantuan dan dukungan dari rekan kerjanya, misalnya

seseorang akan bisa saling mengakses sumberdaya dan informasi dengan sesama

rekan kerja. Hal ini akan memperlancar proses kerja anggota organisasi, yang

akan membuat anggota organisasi tersebut berkinerja dengan lebih baik.

Dimensi relasional merupakan asset yang diciptakan dan tumbuh dalam hubungan antar anggota organisasi yang mencakup kepercayaan (trust) dan kelayakan dipercaya (trustworthiness). Kepercayaan adalah atribut yang melekat dalam suatu hubungan. Kelayakan dipercaya merupakan atribut yang melekat

pada individu yang terlibat dalam hubungan tersebut. Makin tinggi tingkat

kepercayaan antar rekan kerja dalam suatu organisasi, orang-orang dalam

(31)

Dalam kondisi saling mempercayai yang tinggi, orang akan lebih mampu bekerja

dengan lebih baik dalam suatu social exchange dalam bentuk kerja sama dengan orang lain. Dengan demikian, dimensi relasional juga akan mempengaruhi proses

kerja seseorang, sehingga akan membuat orang bekerja dengan lebih baik.

Dimensi kognitif merupakan sumber daya yang memberikan representasi

dan interpretasi bersama, serta menjadi sistem makna (system of meaning) antar pihak dalam organisasi. Nahapiet dan Ghoshal (1998) mendefinisikan dimensi

ketiga ini sebagaishared languages (codes), shared narratives dan shared vision

yang memfasilitasi pemahaman tentang tujuan kolektif dan cara bertindak dalam

suatu sistem sosial. Shared languages (codes) dan shared narratives merupakan sarana orang berdiskusi dan bertukar informasi dalam menjalankan proses

kerjanya. Jika ada shared languages (codes) dan shared narratives, komunikasi antara anggota organisasi akan lebih baik dan terbuka. Shared languages (codes)

dan shared narratives juga akan mempengaruhi persepsi anggota organisasi. Adanya shared languages (codes) dan shared narratives akan menciptakan persepsi yang sama antar anggota organisasi yang akan mempercepat proses

komunikasi untuk menunjang kinerja. Umumnya dimensi kognitif dalam bentuk

shared languages (codes) dan shared narratives akan mengarah ke pemahaman yang sama tentang tujuan organisasi (shared vision). Jika anggota organisasi memiliki pemahaman yang sama tentang tujuan organisasi mereka akan bisa

bekerja dengan lebih baik.

Pada dasarnya modal sosial dalam organisasi tercipta dengan adanya

(32)

kepercayaan antara individu baik dengan atasan, dengan bawahan atau sasama

pegawai. Dalam hal ini kepercayaan merupakan modal penting untuk membina

hubungan interaksi yang baik, selain itu bentuk modal sosial lainnya adalah

jaringan sosial/kerja yang tercipta ketika kerja sama dalam menyelesaikan tujuan

yang dalam hal ini adalah visi dan misi dalam organisasi dan terakhir adalah

bentuk modal sosial berupa kepatuhan terhadap norma yang bisa berbentuk aturan

atau kebijakan dalam organisasi. Modal sosial yang ada dalam organisasi

merupakan hal penting dalam membentuk perilaku individu yang ada dalam

organisasi.

Untuk menggambarkan keterkaitan antara modal sosial dan budaya

organisasi, pada dasarnya budaya organisasi merupakan suatu pemahaman

terhadap nilai dan norma yang ada dalam lingkup organisasi yang dipahami dan

dipatuhi oleh anggota organisasi. Budaya organisasi terbentuk oleh perilaku

individu, sedangkan perilaku individu tersebut dibawa oleh modal sosial anggota

organisasi.

Dalam kinerja organisasi merupakan sebuah produk yang dipengaruhi oleh

kinerja pegawai. Modal sosial yang dibawa oleh pegawai akan mempengaruhi

kinerja pegawai yang secara langsung juga akan mempengaruhi kinerja

organisasi. Salah satu hal yang mempengaruhi kinerja organisasi adalah

produktivitas pegawai. Hal ini berkaitan dengan bagaimana pegawai tersebut

mengerjakan pekerjaan. Setiap pekerjaan dalam organisasi dilakukan dengan

bekerjasama antara satu dengan lainnya sehingga visi dan misi dapat tercapai.

(33)

satunya adalah modal sosial, apabila modal sosial yang ada sudah dimanfaatkan

dengan baik oleh anggota organisasi akan secara tidak langsung mempermudah

kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan yang dalam hal ini bila sudah tercapai

akan mempengaruhi kinerja organisasi.

Dalam proses berorganisasi setiap individu akan memanfaatkan modal

sosial yang mereka miliki untuk dapat diterima dan menyesuaikan diri dengan

budaya organisasi ditempat mereka bekerja. Budaya organisasi ini dapat terlihat

ketika anggota organisasi telah mematuhi peraturan, kebijakan atau keputusan

tertinggi dalam organisasi tersebut. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya

rasa percaya antara baik kepada atasan, bawahan atau anggota organisasi lain,

yang jika ini sudah terpenuhi maka akan mempermudah interaksi dalam

menyelesaikan pekerjaan.

Sejalan dengan Program Reformasi Birokrasi yang dicanangkan oleh

Pemerintah, maka sejak Tahun 2013 Sekretariat Jenderal KPU sebagai KPU Pusat telah menetapkan program reformasi menjadi bagian dari program dan

kegiatan prioritas lembaga. Berkenaan dengan kondisi organisasi birokrasi,

Sekretariat Jenderal KPU telah melakukan evaluasi organisasi untuk menilai kondisi organisasi. Hasil dari penilaian kinerja organisasi tersebut menunjukkan

gambaran kondisi organisasi yang dinilai dari 5 (lima) aspek yang dinilai yaitu:

struktur organisasi, manajemen sumber daya manusia, tata kerja, sarana dan

prasarana, komunikasi dan koordinasi organisasi. Pada prosesnya Sekretariat

Jenderal KPU telah melakukan evaluasi kinerja organisasi di lingkungan

(34)

evaluasi kondisi kinerja pegawai Sekertariat Jenderal KPU dengan cara kaji diri

(self assessment) untuk menilai kondisi birokrasi di Sekertariat Jenderal KPU. Hasil evaluasi kinerja organisasi Sekertariat Jenderal KPU dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 1.1

Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum

No Aspek Hasil Survei

Sesuai Tidak Sesuai 1 Struktur Organisasi

a. Struktur Organisasi 62,96% 37,04%

b. Tugas dan Fungsi 61,11% 38,89%

2 Sumber Daya Manusia

a. Jumlah Personel 22,22% 77,78%

b. Kompetensi 53,70% 46,30%

c. Penghargaan Terhadap Prestasi 62,96%

3 Tata Kerja

a. Tumpang Tindih Tanggung Jawab 77,78% 22,22% b. Tugas Belum Tertampung Struktur Organisasi 50% 50% c. Hambatan Dalam Melaksanakan Tugas 38,89% 61,11% 4 Sarana dan Prasarana

a. Sarana Utama 51,85% 48,15%

b. Sarana Pendukung

b.1 meja, kursi, lemari, komputer dan telepon 38,89% 61,11%

b.2 sarana transportasi 29,63% 70,37%

5 Komunikasi dan Koordinasi Organisasi

a. Hubungan Antara KPU Dengan Instansi Terkait 92,13% 7,87% b. Hubungan Kerja Sekertariat KPU Dengan

Komisioner KPU

81,84% 18,52%

c. Hal-hal Lain Yang Berhubungan Dengan KPU 77,16% 22,84% Sumber: kpu.go.id

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten merupakan

penyelenggara pemilu yang bertugas melaksanakan pemilu Provinsi Banten.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terintegrasi dan membawahi

KPU Kabupaten/Kota. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten

(35)

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terdiri dari lima orang anggota

komisioner dan untuk mendukung pekerjaan dan tugasnya dibantu oleh

sekertariat. Dalam pengambilan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

Provinsi Banten menggunakan asas kolektif kolegial artinya semua anggota

organisasi mempunyai kedudukan yang sama dan setiap keputusan atau kebijakan

di musyawarahkan dalam rapat pleno. Keputusan rapat pleno merupakan

keputusan tertinggi.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sebagai lembaga yang

bergerak sebagai koordinator juga merupakan organisasi yang di dalamnya

terdapat pegawai yang melakukan interaksi atau hubungan baik dengan atasan,

bawahan atau sesama pegawai. Setiap pegawai di Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Provinsi Banten memanfaatkan modal sosial untuk dapat diterima di

organisasi dan dapat menyesuaikan diri dengan budaya organisasi. Pegawai di

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dituntut untuk melakukan

kinerja yang maksimal agar kinerja organisasi dapat berjalan sesuai dengan visi

dan misi yang telah ditentukan.

Beberapa hal yang secara tidak langsung tetapi komprehensif untuk

mengetahui sehat-tidaknya suatu organisasi diantaranya tingkat absen, intensitas

administrasi (kegiatan manajemen), tingkat otonomi, sentralisasi, komitmen,

komunkasi, kompleksitas, pelanggaran konflik, koordinasi, departementasi,

keadilan distributif, efektivitas, formalisasi, training umum, ideologi, inovasi,

mekanisasi, motivasi, kuatnya hubungan (nilai-nilai kerja dari pegawai),

(36)

rutinitas, kepuasan, besarnya organisasi, standarisasi, pergantian karyawan, kohesi

kelompok dan beban kerja.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa fakta masalah yang ditemukan,

pertamadalam interaksi antara individu terdapat kecemburuan sosial terkait bobot pekerjaan yang dibebankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu

anggota komisioner, pada bagian program dan data adalah bagian yang sangat

sulit sementara individu yang mengerjakan tidak banyak yang berkemampuan

sedangkan pada bagian hukum adalah bagain yang sifatnya musiman yang dalam

artinya apabila ada permasalahan hukum baru ditindaklanjuti. Dalam hal ini bobot

pekerjaan antara satu bagian berbeda, ada yang memang cenderung sulit karena

berhubungan dengan teknologi informasi dan tidak didukung dengan sumber daya

yang memiliki kemampuan, namun ada pula bagian yang sifatnya musiman,

seperti bagian hukum yang bekerja lebih apabila terjadi permasalahan hukum.

Kedua, terdapat pegawai yang melanggar kode etik yakin melanggar peraturan dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 hari. Pegawai tersebut

adalah Kepala Bagian Keuangan, Umum dan Logislitik yang sejak pemilu

legislatif dan pemilu eksekutif sudah tidak masuk bekerja. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 pasal 1 ayat (1) Displin

Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil unutk menaati

kewajiban dan menghindari larangan yang diperlukan dalam peraturan

perundangan-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati

(37)

dijelaskan bahwa hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS

karena melanggar disiplin PNS.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi terdiri dari lima orang

komisioner dan dibantu oleh sekertariat yang terdiri dari Pegawai Organik,

Pegawai Daerah dan Pegawai Kontrak. Pegawai Organik adalah pegawai yang

berasal dari pegawai negeri sipil di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Pegawai

Daerah adalah pegawai yang berasal dari daerah Provinsi Banten sedangkan

pegawai kontrak adalah pegawai non-PNS. Pegawai yang melanggar aturan

dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 adalah pegawai yang berasal dari

daerah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner,

pegawai tersebut telah mendapatkan teguran dalam rapat pleno namun tetap tidak

menghiraukan teguran tersebut. Dalam rapat pleno merupakan keputusan tertinggi

dalam organisasi ini, namun pegawai tersebut tetap tidak menghiaraukan apa yang

telah menjadi keputusan bersama. Saat ini pegawai tersebut telah dikenai sanksi

pelanggaran disiplin oleh Badan Kepegawaian Daerah. Komisioner sangat

menaruh kepercayaan kepada staf walaupun ada staf yang nakal. Minimal ada 4

staf yang nakal dengan menggelapkan uang, mencari keuntungan pribadi dan

main trik.

Ketiga, adanya atasan yang tidak masuk kerja tersebut menimbulkan ketidakpercayaan dari bawahan kepada atasan. Berdasarkan hasil wawancara

dengan salah satu anggota komisioner, mengatakan bahwa pegawai dari daerah

(38)

anggota organisasi lain tidak terpengaruh dengan kehadiran atasan tersebut karena

pekerjaan dilaksanakan oleh staf. Pegawai tersebut hanya menandatangani hal

yang berkaitan dengan administrasi tanpa memahami pekerjaan tersebut. Padahal

semakin tinggi posisi seorang pegawai dalam organisasi tersebut semakin besar

kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Keempat, adanya disfungsi peran pejabat struktural dalam struktur organisasi. Berdasarkan struktur organisasi yang diterbitkan pada Februari tahun

2015 di Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terdapat

pegawai yang ada di dalam struktur organisasi namun tidak melaksanakan

fungsinya.

Berdasarkan Struktur Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi

Banten bagian yang mengalami disfungsi peran dalam struktur organisasi adalah

Bagian Keuangan, Umum dan Logistik, Sub Bagian Program dan Data, Sub

Organisasi dan SDM, Sub Bagian Umum dan Logistik dan Sub Bagian Teknis

dan Hupmas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner,

struktur dan pembagian tugas dan pembinaan dilakukan top-down artinya pembagian tugas dilakukan dari atas ke bawah. Namun kendala yang dihadapi

adalah pada level kapala sub bagian mengalami disfungsi. Padahal level kepala

sub bagian adalah ujung tombak dalam melakukan pembinaan kepada staf terkait.

Kelima, tidak ada sumber daya manusia yang ahli terutama dalam bidang IT. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner, Komisi

(39)

yang ahli programmer terutama dalam membuat program, desain web untuk

mempermudah akses. Sejauh ini sumber daya yang ada hanya sebatas pelaksana.

Saat ini website Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten masih bekerja

sama dengan pihak ketiga untuk membuat program website.

Keenam, terdapat hambatan dimana para pegawai tidak mengetahui sepenuhnya terkait tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya. Berdasarkan hasil

wawancara dengan salah satu anggota komisioner, dalam melaksanakan

pekerjaan, hambatan yang dihadapi oleh pegawai adalah tidak memahami

sepenuhnya tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya mereka sehingga tujuan

cenderung tidak tercapai. Selain itu hambatan lain yang terjadi adalah hubungan

pegawai dan stakeholder dalam hal penyelenggaraan pemilu personel tidak

memahami sepenuhnya peraturan yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU),

dalam hal ini peraturan seolah olah hanya difokuskan kepada komisioner. Dalam

penyelanggaraan pemilihan umum, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sering

membuat peraturan terkait penyelanggaraan pemilihan umum misalnya peraturan

terkait pencalonan, namun pegawai tidak mau untuk belajar mengetahui dan

memahami peraturan tersebut kendati telah ada sosialisasi yang dilakukan

komisioner.

Berdasarkan fakta dan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk

meneliti “Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja

(40)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Dalam interaksi antara individu terdapat kecemburuan sosial terkait beban

pekerjaan yang dibebankan

2. Terdapat pegawai yang melanggar kode etik yakin melanggar peraturan

dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 hari

3. Adanya atasan yang tidak masuk kerja tersebut menimbulkan

ketidakpercayaan dari bawahan kepada atasan

4. Adanya disfungsi peran pejabat struktural dalam struktur organisasi

5. Tidak ada sumber daya manusia yang ahli terutama dalam bidang IT

6. Terdapat hambatan dimana para pegawai tidak mengetahui sepenuhnya

terkait tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya

1.3 Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah terpapar gambaran dimensi permasalahan yang

begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan maka

penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus.

Selanjutnya masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi menjadi Pengaruh

Modal Sosial dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi di Komisi

(41)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ditetapkan diatas, selanjutnya

perumusan masalah dalam penelitian ini diajukan dengan pertanyaan penelitian

(research question) sebagai berikut:

1) Bagaimana pengaruh antara Modal Sosial terhadap Kinerja Organisasi di

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten?

2) Bagaimana pengaruh antara Budaya Organisasi terhadap Kinerja

Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten?

3) Bagaimana pengaruh antara Modal Sosial dan Budaya Organisasi secara

bersama sama terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Provinsi Banten?

1.5 Tujuan Penelitian

Berkenaan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk:

1) Mengetahui pengaruh Modal Sosial terhadap Kinerja Organisasi di Komisi

Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten

2) Mengetahui pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi di

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten

3) Mengetahui pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi secara

bersama sama terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum

(42)

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Aspek Teoritis

Penelitian ini berguna untuk mengetahui pengaruh modal sosial

dan budaya organisasi terhadap kinerja di Komisi Pemilihan Umum

(KPU) Provinsi Banten. Ditinjau dari prespektif Perilaku Organisasi,

penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui perilaku pegawai yang ditinjau

dari aspek modal sosial dan budaya organisasi yang berkembang yang

kemudian mempengaruhi kinerja organisasi. Sedangkan ditinjau dari

Manajemen Pelayanan Publik, bermanfaat untuk mengetahui dan

mempelajari kinerja suatu organisasi apakah sudah sesuai dengan visi dan

misi yang telah ditetapkan.

Selain itu dapat digunakan sebagai sumber reverensi ilmu

pengetahuan bila melakukan penelitian menggunakan variabel yang sama.

1.6.2 Aspek Praktis

Penelitian ini berguna bagi masyarakat luas khususnya citivas

akademika untuk :

1. Mengetahui interaksi yang terjalin dalam suatu organisasi yang

dipengaruhi oleh modal sosial dan budaya organisasi.

2. Mengetahui tingkah laku, kebiasaan dan kebudayaan yang

berkembang dalam suatu organisasi.

3. Mengetahui bentuk solidaritas antara anggota organisasi dalam

(43)

18 2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Modal Sosial

Modal sosial adalah salah satu konsep baru yang digunakan untuk

mengukur kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi, dan masyarakat.

Pengertian modal sosial yang berkembang selama ini lebih banyak didasarkan

pada pandangan tiga orang ilmuwan sosial, yaitu Pierre Bourdieu, James

Coleman, dan Robert Putnam. Menurut Bourdieu modal sosial adalah:

social capital is the aggregate of the actual or potential resources which are linked to possession of a durable network of more or less institutionalized relationships of mutual acquaintance recognition - or in other words, to a membership in a group - which provides each of its members with the backing of the collectivity - owned capital.” Modal sosial adalah kumpulan dari sumber daya nyata atau potensial yang dihubungkan pada pemilikan dari suatu jaringan yang kurang lebih melembagakan hubungan tentang pengenalan dan kenalan timbal balik.

James Coleman mendefinisikan modal sosial sebagai:

“a variety of entities having two characteristic in common: they all consist

of some aspect of a social structure and they facilitate certain actions of individuals who are within the structure,…social capital inheres in the structure of relations between person and among persons. It is lodged neither in individuals nor in physical implements of production.” Berbagai entitas memiliki dua karakteristik yang sama: mereka semua terdiri dari beberapa aspek struktur sosial dan mereka memfasilitasi tindakan tertentu dari individu yang berada dalam struktur,...modal sosial melekat dalam struktur hubungan antara orang dan di antara orang-orang. Hal ini diajukan baik dalam individu maupun dalam alat fisik produksi.

(44)

“features of social life - networks, norms, and trust - that enable participants to act together more effectively to pursue shared objectives.”

Fitur kehidupan sosial - jaringan, norma, dan kepercayaan - yang memungkinkan para peserta untuk bertindak bersama-sama lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama.

Konsep modal sosial menurut Bourdieu berfokus pada individu dan

bagaimana individu dapat keuntungan melalui afiliasi mereka dengan sebuah

jaringan atau kelompok. Sedangkan James Coleman berfokus pada kelompok,

teori James Coleman memiliki dua unsur mendasar: 1) itu tertanam dalam struktur

sosial yang padat, dan 2) memfasilitasi tindakan pelaku dalam struktur sosial.

Sementara Robert Putnam modal sosial diperluas, berfokus pada masyarakat

bahkan tingkat nasional regional atau, dengan komunitas dan individu dan

bermanfaat bagi peningkatan partisipasi.

Pierre Bourdiue berpendapat bahwa modal sosial mengacu pada

keuntungan dan kesempatan yang didapatkan seseorang di dalam masyarakat

melalui keanggotaannya dalam entitas sosial tertentu (paguyuban, kelompok

arisan, asosiasi tertentu seperti jama’ah pengajian-majelis ta’lim). Modal sosial

didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), norma-norma (norms), dan kepercayaan sosial (social trust) yang mendorong pada sebuah kolaborasi sosial (koordinasi dan koperasi) untuk kepentingan bersama.

James Coleman menjelaskan modal sosial adalah kemampuan masyarakat

untuk bekerjasama demi mencapai tujuan tujuan bersama di dalam berbagai

kelompok/organisasi. Indikatornya adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar

(45)

Robert D. Putnam merupakan salah seorang yang banyak mengkaji

tentang modal sosial, Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai suatu nilai

mutual trust antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya.

Trust ini dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain (1) seberapa tinggi tingkat partisipasi masyarakat terhadap keberanian untuk berpendapat dengan

pemimpinnya; dan (2) seberapa banyak warganegara yang menggunakan

kesempatan tersebut untuk menyalurkan aspirasinya. Indikatornya adalah

kepercayaan/trust (kejujuran, sikap egalilter, toleransi dan kemurahan hati), jaringan sosial/social networks(partisipasi, resipositas, solidaritas dan kerjasama), dan norma/norms(nilai-nilai bersama, norma dan sangsi/aturan).

Modal sosial dapat didefinisikan sebagai serangkaian nilai dan norma

informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat

yang memungkinkan terjadinya kerjasama diantara mereka (Francis Fukuyama,

2002). Norma-norma informal dapat mendorong kerjasama antara dua atau

beberapa orang. Norma-norma yang mengandung modal sosial memiliki ruang

lingkup yang cukup luas, mulai dari nilai-nilai resiprokal antara teman, sampai

dengan yang sangat kompleks dan mengandung nilai-nilai keagamaan.

Cox (1995) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu rangkaian proses

hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma norma, dan

kepercayaan sosial yang memungkinkan efesien dan efektifitas koordinasi dan

kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama.

Sejalan dengan Fukuyama dan Cox, Partha dan Ismail S. (1999)

(46)

norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam

masyarakat dalam spectrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue)

yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama. Pada jalur yang

sama Solow (1999) mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai

dan norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong

kemampuan dan kapabilitas untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk

menghasilkan konstribusi besar terhadap keberlajutan produktivitas.

Adapun menurut Cohen dan Prusak L. (2001) modal sosial adalah setiap

hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian

(mutual understanding), dan nilai nilai bersama (shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat memungkinkan aski bersama dapat dilakukan

secara efesien dan efektif. Senada dengan Cohen dan Prusak L., Hasbullah (2006)

menjelaskan modal sosial sebagai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan

kerjasama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang

lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utama

seperti trust (rasa saling mempercayai), ketimbal-balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya

Tiga unsur utama dalam modal sosial adalah trust (kepercayaan),

reciprocal (timbal balik) dan interaksi sosial (Fukuyama, 2002). Trust

(kepercayaan) dapat mendorong seseorang untuk dapat bekerjasama dengan orang

lain untuk memunculkan aktifitas ataupun tindakan bekerja yang produktif. Trust

(47)

Fukuyama (2002), menyebutkan trust sebagai harapan harapan terhadap

keteraturan, kejujuran, perilaku kooperatif yang muncul dalam sebuah komunitas

yang didasarkan pada norma norma yang dianut berdasarkan sebuah

komunitas-komunitas itu. Trust bermanfaat bagi pencipta ekonomi tunggal karena bisa diandalkan untuk menguragi biaya (cost), hal ini melihat dimana dengan adanya

trust tercipta ketersediaan seseorang untuk menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu. Adanyahigh-trustakan terlahir solidaritas kuat yang mampu membuat masing masing individu bersedia mengikuti aturan, sehingga

ikut memperkuat rasa kebersamaan. Bagi masyarakat low-trust diaggap lebih inferior dalam perilaku ekonomi kolektifnya. Jika low-trust terjadi dalam suatu masyarakat, maka campur tangan negara perlu dilakukan guna memberikan

bimbingan.

Unsur kedua modal sosial adalahreciprocal(timbal balik), dapat dijumpai dalam bentuk saling memberi, saling menerima dan saling membantu yang dapat

muncul dari interkasi sosial.

Unsur ketiga adalah interaksi sosial. Interaksi yang semakin meluas akan

menjadi semacam jaringan sosial yang lebih memungkinkan semakin meluasnya

lingkup kepercayaan dan lingkup hubungan timbal balik. Jaringan sosial

merupakan bentuk modal sosial, jaringan sosial yakni sekelompok orang yang

dihubungkan oleh persamaan simpati dan kewajiban serta oleh norma pertukaran

dancivic engagement. Jaringan ini bisa dibentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dll.

(48)

memberikan perlakukan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan

untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dilihat dari tindakan

ekonomi, jaringan adalah sekelompok agen individual yang berbagi nilai nilai dan

norma-norma informal melampaui nilai nilai dan norma-norma yang penting

untuk transaksi pasar. Melalui pemahaman ini, modal sosial dapat bermanfaat

bukan hanya aspek sosial melainkan ekonomi.

Dalam penelitian ini teori modal sosial yang digunakan adalah Teori

Coleman, karena Coleman lebih menjelaskan dimensi modal sosial yang bersifat

mengaitkan (lingking social capital) yang memungkinkan individu-individu untuk menggali dan mengelola sumber sumberdaya, ide, informasi, dan pengetahuan

dalam suatu komunitas atau kelompok pada level pembentukan dan partisipasi

dalam organisasi formal. Hal ini releven dengan penelitian ini karena

menggambarkan bentuk modal sosial yang sifatnya relasi antar anggota di dalam

organisasi atau yang disebut modal sosial internal.

Pada tataran organisasi, modal sosial menggambarkan bentuk dan sifat

relasi antar anggota di dalam organisasi disebut modal sosial internal (internal social capital) sedangkan modal sosial yang menggambarkan relasi antara organisasi itu sendiri dengan para stakeholder eksternal (eksternal stakeholders), pesaing dan partner kerjanya disebut modal sosial eksternal (eksternal modal sosial). Baik modal sosial internal maupun eksternal sama-sama fokus pada sifat dan kekuatan sebuah relasi serta aliran komunikasi baik organisasi maupun

(49)

Penelitian ini menggunakan Teori Coleman sehingga yang menjadi

indikator modal sosial adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar sesama dan

ketaatan terhadap norma. Pada unsur pertama, jaringan sosial/kerja merupakan

bentukan dari insfrastruktur modal sosial itu sendiri. Jaringan tersebut menjadi

fasilitator dalam mendukung terjadinya interaksi yang kemudian akan

menumbuhkan kepercayaan dan kerja sama yang kuat. Semakin kuat jaringan

sosial yang terbentuk maka akan memperkuat modal sosial yang terbentuk. Modal

sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu, melainkan akan terletak pada

individu individu yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi

sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal sosial yang ada

tergantung pada kapasitas kelompok untuk membangun sejumlah asosiasi beserta

jaringanya yang tujuannya adalah untuk menciptakan hubungan sosial.

Unsur kedua adalah kepercayaan antar sesama, kepercayaan merupakan

nilai yang ditunjukan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerja sama

berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Pada dasarnya kepercayaan harus

dimiliki dan menjadi bagian yang kuat untuk membentuk modal sosial yang baik,

yang dapat ditandai dengan kuatnya lembaga-lembaga sosial yang menciptakan

kehidupan yang harmonis dan dinamis.

Unsur ketiga adalah ketaatan terhadap norma, norma merupakan susunan

dari pemahaman terhadap nilai-nilai kehidupan serta harapan yang diyakini dan

dijalankan oleh sekelompok orang. Norma yang terbentuk dapat didasari oleh

nilai-nilai agama, nilai budaya, maupun nilai-nilai yang dari kehidupan sehari-hari

(50)

Norma juga merupakan modal sosial kerena muncul dari kerjasama di masa lalu

yang kemudian diterapkan untuk kehidupan bersama. Norma-norma sosial akan

sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam

masyarakat atau kelompok.

Dalam pandangan Uphoff (Soetomo, 2006: 90), modal sosial dapat dilihat

dua kategori, fenomena struktur dan kognitif. Kategori struktural merupakan

modal sosial yang terkait dengan beberapa bentuk organisasi sosial khusus

peranan, aturan,precedentdan prosedur yang dapat membentuk jaringan luas bagi kerjasama dalam bentuk tindakan bersama yang saling menguntungkan. Modal

sosial dalam kategori kognitif diderivasi dari proses mental dan hasil pemikiran

yang diperkuat oleh budaya dan ideologi khususnya norma, nilai dan sikap,

kepercayaan yang memberikan kontribusi bagi tumbuhnya kerjasama khususnya

dalam bentuk tindakan bersama saling menguntungkan. Bentuk bentuk

akutualisasi modal sosial fenomena struktural maupun kognitif itulah yang perlu

digali dalam kehidupan masyarakat selanjutnya dikembangkan dalam usaha

peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan. Komponen modal sosial dapat

digambarkan secara ringkas sebagai berikut:

Gambar 2.1

Komponen Modal Sosial

Nilai, Kultur, Persepsi

Institusi Mekanisme

(51)

Gambar tersebut menjelaskan, pada level nilai, kultur, kepercayaan, dan

persepsi modal sosial bisa berbentuk simpati, rasa berkewajiban, rasa percaya,

resiprositas dan pengakuan timbal balik. Pada level institusi bisa berbentuk

keterlibatan umum sebagai warga negara (civil engagement), asosiasi jaringan. Pada level mekanisme, modal sosial berbentuk kerjasama, tingkah laku, dan

sinergi antar kelompok. Tampak jelas bahwa modal sosial bisa memberikan

kontribusi tersendiri bagi terjadinya integritas social (Soetomo, 2006).

Woolcock (1998) mengajukan tiga dimensi dari modal sosial, yaitu:

bonding,bridgingdanlinking. Menurut Woolcock:

(1) Modal sosial yang bersifat mengikat (bonding social capital) merujuk pada hubungan antarindividu yang berada dalam kelompok primer atau lingkungan ketetanggaan yang saling berdekatan. Komunitas-komunitas yang menunjukkan kohesi internal yang kuat akan lebih mudah dan lancar dalam berbagi pengetahuan.

(2) Modal sosial yang bersifat menjembatani (bridging social capital) adalah hubungan yang terjalin di antara orang-orang yang berbeda, termasuk pula orang-orang dari komunitas, budaya, atau latar belakang sosial-ekonomi yang berbeda. Individu-individu dalam komunitas yang mencerminkan dimensi modal sosial yang bersifat menjembatani akan mudah mengumpulkan informasi dan pengetahuan dari lingkungan luar komunitasnya dan tetap memperoleh informasi yang aktual dari luar kelompoknya. Tipe modal sosial ini menunjuk pada hubungan antarindividu yang memiliki kekuasaan atau akses pada bisnis dan hubungan sosial melalui kelompok-kelompok sekunder.

(3) Modal sosial yang bersifat mengaitkan (linking social capital) memungkinkan individu-individu untuk menggali dan mengelola sumber sumberdaya, ide, informasi, dan pengetahuan dalam suatu komunitas atau kelompok pada level pembentukan dan partisipasi dalam organisasi formal.

Richard Enfield (2008: 6) ada empat aspek negatif dari modal sosial

diantaranya yaitu:

Gambar

Tabel 1.1Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Sekertariat
Table 2.1Acuan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2Kerangka Berpikir Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi
Table 3.3Operasionaliasasi Kinerja Organisasi (Y)
+7

Referensi

Dokumen terkait