• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS PEKERJAAN DAN USIA PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH JENIS PEKERJAAN DAN USIA PADA HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENIS PEKERJAAN DAN USIA PADA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

DAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

Studi Kasus: Karyawan Rumah Sakit Panti Rini Kalasan, Sleman, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

ADI SETYANTO

NIM: 021334020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGARUH JENIS PEKERJAAN DAN USIA PADA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

DAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

Studi Kasus: Karyawan Rumah Sakit Panti Rini Kalasan, Sleman, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh:

ADI SETYANTO 021334020

PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Motto

”Aku bisa..,

Jika aku berpikir bahwa aku bisa...!”

Semua orang bisa menyerah

Itu hal termudah yang bisa dilakukan di dunia

Tapi ketika semua orang menganggap kita akan gagal, itulah kekuatan yang besar

yang membuat kita menjadi tidak gagal...

Ucaplah syukur senantiasa

atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.

Efesus 5:20

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya

karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Juli 2009

Penulis

(7)

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : ADI SETYANTO

Nomor Mahasiswa : 021334020

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH JENIS PEKERJAAN DAN USIA PADA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

DAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

Studi Kasus: Karyawan Rumah Sakit Panti Rini Kalasan, Sleman, Yogyakarta beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 26 Agustus 2009

Yang menyatakan

(8)

vi

ABSTRAK

PENGARUH JENIS PEKERJAAN DAN USIA PADA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

DAN KUALITAS PELAYANAN KARYAWAN

Studi Kasus Rumah Sakit Panti Rini

Kalasan, Sleman, Yogyakarta

ADI SETYANTO Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh jenis pekerjaan pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan karyawan; (2) pengaruh usia pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan karyawan.

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan, Sleman Yogyakarta. Sampel dari populasi dalam penelitian ini berjumlah 88 orang atau 50% dari jumlah populasi yang ada. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – April 2009. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisa data adalah analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow.

(9)

vii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF JOBS AND AGE RELATED

TO THE EMOTIONAL INTELLIGENCE

AND THE QUALITY OF EMPLOYEE’S SERVICES

A Case Study on:

Panti Rini Hospital Kalasan, Sleman, Yogyakarta ADI SETYANTO

Sanata Dharma University Yogyakarta

This research is aims to know: (1) the influence of jobs related to the emotional intelligence and the quality of employee’s services; (2) the influence of age related to the emotional intelligence and the quality of employee’s services.

This research was conducted in Panti Rini Hospital Klasan, Sleman, Yogyakarta. The samples of the population were 88 people or 50% of the population. This research was conducted from January until April 2009. The method of collecting data were questionnaire and documentation. The method of analyzing data was regression analysis that was developed by Chow.

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai disusun dengan baik. Skripsi dengan judul “Pengaruh Jenis Pekerjaan dan Usia Pada Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Kualitas Pelayanan” ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritikan, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam melakukan bimbingan, menguji skripsi, memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

(11)

ix

5. Karyawan Rumah Sakit Panti Rini Kalasan, Sleman, Yogyakarta yang telah meluangkan waktunya unuk menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Bapakku Sarjan Noto Suwarno dan Ibuku Raminten yang telah memberikan kesempatan untuk kuliah dan tidak lelah untuk selalu memberikan dorongan agar cepat selesai dalam studi ini.

7. Mas Yanto, mbak Endang, dan mas Tanto yang telah banyak memberikan semangat dan dukungan untuk terus maju.

8. Mbak Tri, Mas Aldo (makasih atas dukungan,semangat, saran dan kritiknya), dan Keluarga Besarku (terimakasih atas motivasinya).

9. Felisia Rahayu Setianingsih yang sudah memberikan banyak hal yang sungguh berharga sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.

10.Dek Yulita Dwi Puspasari (makasih ya atas semua yang kamu berikan dalam banyak hal sehingga skripsi ini dapat aku selesaikan dengan, makasih juga ya senternya..hehe), dek Ika PBI, dan dek Rosa (makasih motivasinya).

11.Teman seperjuangan: Heru, Okta (semangat ya, susul kami) dan Via ‘item’ (makasih ya atas semuanya).

(12)

x

kontrakan, Ethek (teman dari kecil), P-man, Irin, Candra IMPX, teman-teman IMPX, dan teman-teman kos.

13.Keluargaku MAPASADHA (makasih ya dah ajari banyak hal di Pondok) dan teman-teman SAR DIY (makasih ya semangatnya).

14.Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan dukungan, kritik, dan saran yang sungguh berarti bagi keberhasilan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Allah Bapa senantiasa menyertai kita, melindungi kita dan membimbing kita sehingga kita dapat melakukan sesuatu dengan baik.

Yogyakarta, Juli 2009 Penulis

(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

MOTTO……… iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v

ABSTRAK……….... vi

ABSTRACT………. vii

KATA PENGANTAR………. viii

DAFTAR ISI……… xi

DAFTAR TABEL……….……...……… xiv

DAFTAR LAMPIRAN………... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Batasan Masalah………. 4

C. Rumusan Masalah……….….. 4

D. Tujuan Penilaian………. 4

E. Manfaat Penilaian……….….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecerdasan Emosional……….…….. 6

1. Pengertian Kecerdasan Emosional……….…… 6

(14)

xii

B. Kualitas Pelayanan……….…… 11

C. Jenis Pekerjaan……….….. 16

D. Usia………..…... 19

E. Kerangka Teoretik………...… 22

1. Pengaruh Jenis Pekerjaan Pada Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Kualitas Pelayanan... 22

2. Pengaruh Usia Pada Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Kualitas Pelayanan... 23

F. Rumusan Hipotesis………... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian………...… 26

C. Subjek dan Objek Penelitian………..…... 26

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya………..….… 27

E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel... 32

F. Teknik Pengumpulan Data………..……. 33

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 34

1. Pengujian Validitas……… 34

2. Pengujian Reliabilitas……… 38

H. Teknik Pengumpulan Data……….……….….…… 39

1. Statistik Deskriptif……….……. 39

2. Uji Normalitas dan Linearitas……….…… 39

(15)

xiii

BAB IV GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT PANTI RINI KALASAN

A. Sejarah………...….. 44

B. Visi,Misi, Tujuan, dan Motto Rumah Sakit Panti Rini Kalasan…... 46

C. Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Panti Rini………...47

D. Struktur Organisasi……….…... 48

E. Personalia………....….….… 49

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data………...….…… 50

B. Analisa Data……….…..….….... 53

1. Statistik Deskriptif……….……...…….… 53

2. Uji Normalitas dan Linearitas……….….……...…... 54

3. Pengujian Hipotesis………..…….…....……. 55

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 59

1. Pengaruh Jenis Pekerjaan Pada Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Kualitas Pelayanan Karyawan...… 59

2. Pengaruh Usia Pada Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Kualitas Pelayanan Karyawan... 62

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan... 67

B. Keterbatasan... 67

C. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA………...…. 71

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional... 27

Tabel 3.2 Skala Likert……… 29

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Kualitas Pelayanan……….. 30

Tabel 3.4 Skala Likert……… 31

Tabel 3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional…. 36 Tabel 3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kualitas Pelayanan……... 37

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian………... 39

Tabel 5.1 Deskripsi Kecerdasan Emosional……….. 50

Tabel 5.2 Deskripsi Kualitas Pelayanan……… 51

Tabel 5.3 Deskripsi Jenis Pekerjaan……….. 52

Tabel 5.4 Deskripsi Usia……….... 52

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional... 53

Tabel 5.6 Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kualitas Pelayanan... 54

Tabel 5.7 Hasil Pengujian Linearitas………. 55

Tabel 5.8 Hasil Pengujian Hipotesis I... 56

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian………. 73

Lampiran 2 Data Penelitian……….. 82

Lampiran 3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas……….. 93

Lampiran 4 Uji Normalitas dan Uji Linearitas………....…. 100

Lampiran 5 Uji Hipotesis Penelitian………...……. 105

Lampiran 6 Perhitungan PAP II... 109

Lampiran 7 Distribusi Karyawan... 113

Lampiran 8 Tabel r dan tabel F.………...……… 116

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian……….. 121

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah sakit merupakan suatu organisasi sosial yang bergerak dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Secara yuridis, tujuan rumah sakit adalah melakukan pelayanan kesehatan dengan baik dengan menggunakan sarana dan prasarana yang memadai guna tercapainya kualitas pelayanan yang baik. Dalam melakukan pelayanan, rumah sakit sebagai salah satu organisasi sosial yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang terbuka atau melakukan pelayanan secara penuh selama 24 jam.

(19)

Pada saat ini di berbagai tempat sudah banyak didirikan rumah sakit. Dampaknya adalah terjadi persaingan yang sangat ketat antar rumah sakit khususnya dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Ada kecenderungan bahwa masyarakat memilih rumah sakit yang memberikan pelayanan yang lebih baik walaupun dengan biaya yang lebih tinggi dari pada rumah sakit dengan biaya yang lebih rendah tetapi pelayanannya kurang baik. Rumah sakit seperti ini biasanya ditemukan pada rumah sakit milik swasta. Dengan pelayanan kesehatan yang lebih baik, tujuan yang diharapkan oleh pengguna layanan dapat tercapai.

(20)

berinteraksi dengan baik terhadap masyarakat dan dapat mengambil keputusan dengan baik sehingga kualitas pelayanan rumah sakit yang baik akan terwujud.

Derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan diduga kuat berbeda pada jenis karyawan dengan pekerjaan dan usia yang berbeda. Pada jenis pekerjaan tertentu, kecerdasan emosional mempunyai derajat hubungan yang sangat kuat dengan kualitas pelayanan dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya. Seperti pada jenis pekerjaan medis, diduga kecerdasan emosional mempunyai derajat hubungan positif dan lebih kuat dengan kualitas pelayanan dibandingkan dengan pada jenis pekerjaan non medis. Hal ini disebabkan rumah sakit merupakan organisasi sosial yang bergerak di bidang pelayanan yang identik dengan pelayanan kesehatan secara langsung. Pada usia karyawan yang berbeda diduga mempunyai derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan berbeda. Semakin tinggi usia seseorang, diduga semakin tinggi pula derajat hubungan kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan yang baik. Hal ini disebabkan adanya perbedaan dalam tinggi rendahnya pengalaman dan keahlian seseorang.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis bermaksud meneliti derajat hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan ditinjau dari jenis pekerjaan dan usia. Lebih lanjut penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Jenis Pekerjaan dan Usia pada Hubungan Antara Kecerdasan

Emosional Dan Kualitas Pelayanan Karyawan”. Penelitian ini merupakan studi

(21)

B. Batasan Masalah

Penelitian ini memfokuskan perhatiannya pada tinggi rendahnya kualitas pelayanan karyawan di rumah sakit. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pelayanan di rumah sakit, diantaranya tingkat kecerdasan emosional. Secara lebih spesifik, dalam penelitian ini akan diteliti apakah ada pengaruh jenis pekerjaan dan usia yang berbeda pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan karyawan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dalam penelitian dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh jenis pekerjaan pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan karyawan?

2. Apakah ada pengaruh usia pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan karyawan?

D. Tujuan Penilaian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

(22)

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh usia pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan karyawan.

E. Manfaat Penilaian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti:

1. Memberikan masukan bagi pihak rumah sakit untuk memperhatikan dan meningkatkan kualitas pelayanan karyawan.

(23)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan dan mengelola emosi, baik emosinya sendiri maupun emosi orang lain dengan tindakan konstruktif yang mempromosikan kerja sama yang mengacu pada produktivitas dan bukan konflik (http://ganeca.blogspirit.com/archive2005/06.23/ge_mozaik_juni_2005_penti

ngnya_pendidikan_kecerdasan_emosional.html )

(24)

mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.

Kecerdasan emosional ini merupakan kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan cara mengendalikan emosi sendiri (Harmoko, www.businescareer.com). Apabila suatu masalah menyangkut pengambilan keputusan dan tindakan, aspek perasaan sama pentingnya dan seringkali lebih penting daripada nalar. Kepandaian tidak akan berarti apabila tingkat kecerdasan emosionalnya rendah. Banyak bukti yang memperhatikan bahwa orang yang secara emosionalnya baik yang mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan, baik dalam asmara, persahabatan, ataupun dalam bekerja.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaan dirinya sendiri maupun orang lain serta dalam hubungannya dengan orang lain.

2. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional

(25)

a. Pengenalan diri (self-awareness)

Meliputi: mengenali emosi, mengetahui kekuatan, mengetahui keterbatasan diri, keyakinan atas kemampuan sendiri.

b. Penguasaan diri (self-regulation)

Meliputi: menahan emosi dan dorongan negatif, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, menjunjung norma kejujuran dan integritas, luwes, terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru. c. Memotivasi diri (self-motivation)

Meliputi: dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan memperjuangkan kegagalan dan hambatan. d. Empati (emphaty)

Meliputi: memahami orang lain, mengembangkan orang lain menciptakan kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosional dan kekuatan hubungan suatu kelompok.

e. Hubungan yang efektif (effective relationship)

Meliputi: kemampuan persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas, kemampuan untuk menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan kooperasi, dan membangun tim.

Ciri-ciri kecerdasan emosional tersebut juga dijelaskan oleh beberapa ahli seperti yang dikemukakan oleh Goleman (www.businescareer.com). Seseorang dikatakan mempunyai tingkat kecerdasan emosional apabila sudah mempunyai:

a. Kesadaran diri

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, mempunyai tolak ukur realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

b. Pengaturan diri

Menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

c. Motivasi

(26)

d. Empati

Merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

e. Keterampilan sosial

Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerjasama dan bekerja dalam tim.

Untuk mengembangkan kecerdasan emosional kita ada beberapa cara (www.businescareer.com), antara lain:

a. Mengenali emosi diri kita sendiri

Mengenali perasaan yang dirasakan merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untu memantau kemampuan perasaan kita dari waktu kewaktu merupakan hal penting bagi pemahaman diri. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya mampu mengenali kepekaan lebih tinggi akan keadan emosi yang dirasakan pada saat itu. b. Mengelola emosi

Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan baik adalah kemampuan yang tergantung pada kesadaran diri. Kemampuan untuk menghibur diri, melepaskan kecemasan, kemurungan, ketersinggungan atau akibat-akibat yang muncul karena kegagalan keterampilan emosional dasar ini.

c. Memotivasi diri

Penataan emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri serta mampu melakukan kreasi secara bebas. Pengendalian emosi seperti menahan diri terhadap suatu kepuasan dan pengendalian dorongan hati sebagai landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.

d. Memahami emosi orang lain/ empati

Kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional merupakan keterampilan bergaul atau berinteraksi dengan orang lain. Jika diberi kemampuan empati yang tinggi, situasi demikian dapat mengarahkan pekerjaan yang cocok untuk individu seperti bidang keperawatan, mengajar, penjualan, dan manajemen.

e. Membina hubungan sosial

(27)

emosional, yaitu dengan memelihara dan membina hubungan tersebut. Kemampuan persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas, kemampuan berpendapat, semangat leadership, kolaborasi dan kooperasi, membangun tim. Keterampilan membina hubungan merupakan bagian dari keterampilan sosial. Hal ini dapat mengembangkan pergaulan kita dengan melakukan komunikasi.

Karakteristik kecerdasan emosional seseorang yang tidak tinggi meliputi 4 (empat) hal di bawah ini (http://ganeca.blogspirit.com/ archive2005/06.23/ge_mozaik_juni_2005_pentingnya_pendidikan_kecerdasa n_emosional.html) yaitu:

a. Mempunyai emosi yang terlalu tinggi b. Cepat bertindak sesuai dengan emosinya c. Tidak sensitif dengan perasaan orang lain

d. Mempunyai kecenderungan untuk menyakiti dan memusuhi orang lain Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak rencana seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara berangsur-angsur yang terkait dengan pengalaman dari waktu kewaktu (Goleman, 1999:13). Kita sering kali mendengar kata-kata emosi namun kadang kita sulit untuk mengartikan kata tersebut. Bentuk emosi yang muncul sering sering dirasakan atas sikap yang ditampilkan atas dasar keadaan perasaan saat itu. Emosi terbagi menjadi beberapa bentuk (Goleman, www.businescareer.com), yaitu: a. Amarah, seperti mengamuk, bengis, benci, jengkal, kesel, dan tersinggung b. Kesedihan, seperti pedih, sedih, depresi berat

c. Rasa takut, seperti cemas, takut, gugup, khawatir, tidak senang, tidak tenang, was-was dan panik.

d. Kenikmatan, seperti bahagia, gembira, puas, terhibur, bangga, takjub, senang sekali dan sebagainya.

e. Terkejut, takjub, terpana dan sebagainya.

(28)

B. Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh banyak institusi kesehatan hampir selalu dapat memuaskan pasien, maka dari itu sering disebut sebagai pelayanan kesehatan yang berkualitas. Salah satu definisi menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan rumah sakit, memberi pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat

diterima oleh pasiennya. Menurut Azwar (http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/kualitas-pelayanan-keperawatan/)

kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan kesehatannya.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan. Berdasarkan standar tentang evaluasi dan pengendalian kualitas dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas di rumah sakit. Menurut Wiedenback (Lumenta, 1989:46), perawat adalah seseorang yang mempunyai profesi berdasarkan pengetahuan ilmiah, ketrampilan serta sikap kerja yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab dan pengabdian. Sedangkan menurut Karsinah (http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/kualitas-pelayanan-keperawatan/)

(29)

dipisahkan. Tanpa perawat tugas dokter akan semakin berat dalam menangani pasien. Tanpa perawat, kesejahteraan pasien juga terabaikan karena perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien mengingat pelayanan keperawatan berlangsung terus menerus selama 24 jam.

Departemen kesehatan mendefinisikan perawat adalah seseorang yang memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan biologis, psikologis sosial, spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya pengertian pasien akan kemampuan melaksanakan kegiatan secara mandiri. Kegiatan itu dilakukan dalam usaha mencapai peningkatan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan yang memungkinkan setiap individu mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif (http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/kualitas-pelayanan-keperawatan/). Tidak hanya dalam bidang pekerjaan keperawatan saja yang mempunyai peranan penting dalam tercapainya kualitas pelayanan yang baik tetapi bidang pekerjaan yang lain juga mempunyai peranan yang penting dalam tercapainya kualitas pelayanan yang baik. Semua bidang pekerjaan di rumah mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda-beda, tetapi apabila semua jenis pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan baik maka kualitas pelayanan akan tercapai dengan baik.

(30)

1. Keandalan atau reliabilitas (reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan, jujur, aman, tepat waktu, ketersediaan. Keseluruhan ini berhubungan dengan kepercayaan terhadap pelayanan dalam kaitannya dengan waktu.

2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para pegawai atau karyawan membantu konsumen dan memberikan pelayanan itu dengan tanggap terhadap kebutuhan konsumen, cepat memperhatikan dan mengatasi kebutuhan-kebutuhan.

3. Jaminan (assurance), mencangkup kemampuan, pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki pada karyawan, bebas dari bahaya, resiko, keragu-raguan, memiliki kompetensi, percaya diri dan menimbulkan keyakinan kebenaran (obyektif).

4. Empati atau kepedulian (emphaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan konsumen yang terwujud dalam penuh perhatian terhadap setiap konsumen, melayani konsumen dengan ramah dan menarik, memahami aspirasi konsumen, berkomunikasi yang baik dan benar serta bersikap dengan penuh simpati. 5. Bukti fisik atau berwujud (tangibles), meliputi fasilitas fisik, peralatan

pegawai, kebersihan (kesehatan), ruangan baik teratur rapi, berpakaian rapi dan harmonis, penampilan karyawan atau peralatannya dan alat komunikasi.

(31)

pelayanan kepada pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawatan. Aspek dasar tersebut meliputi aspek penerimaan, perhatian, tanggung jawab, komunikasi dan kerjasama. Selanjutnya masing-masing aspek dijelaskan oleh Onny sebagai berikut (http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/kualitas-pelayanan-keperawatan/):

1. Aspek penerimaan, aspek ini meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum, atau menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan yang luas.

2. Aspek perhatian, aspek ini meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien. 3. Aspek komunikasi, aspek ini meliputi sikap perawat yang harus bisa

(32)

4. Aspek kerjasama, aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.

5. Aspek tanggung jawab, aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak.

Joewono (http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/kualitas-pelayanan-keperawatan/) menyebutkan adanya delapan aspek yang perlu diperhatikan dalam pelayanan yaitu :

1. Kepedulian, seberapa jauh perusahaan memperhatikan emosi atau perasaan konsumen.

2. Lingkungan fisik, aspek ini menunjukkan tingkat kebersihan dari lingkungan yang akan dinikmati konsumen, ketika mereka menggunakan produk.

3. Cepat tanggap, aspek yang menunjukkan kecepatan perusahaan dalam menanggapi kebutuhan konsumen.

4. Kemudahan bertransaksi, seberapa mudah konsumen melakukan transaksi dengan pemberi servis.

5. Kemudahan memperoleh informasi, seberapa besar perhatian perusahaan untuk menyajikan informasi siap saji.

6. Kemudahan mengakses, seberapa mudah konsumen dapat mengakses penyedia servis pada saat konsumen memerlukannya.

(33)

8. Harga, aspek yang menentukan nilai pengalaman servis yang dirasakan oleh konsumen saat berinteraksi dengan perusahaan.

Sedangkan Soegiarto (http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/kualitas-pelayanan-keperawatan/) menyebutkan lima aspek yang harus dimiliki Industri jasa pelayanan, yaitu :

1. Cepat, waktu yang digunakan dalam melayani tamu minimal sama dengan batas waktu standar. Merupakan batas waktu kunjung dirumah sakit yang sudah ditentukan waktunya.

2. Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan konsumen. Bagaimana perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien yaitu tepat memberikan bantuan dengan keluhan-keluhan dari pasien.

3. Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama pengkonsumsian suatu poduk. Dalam memberikan pelayanan jasa yaitu memperhatikan keamanan pasien dan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada pasien sehingga memberikan rasa aman kepada pasien. 4. Ramah tamah, menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat

pelanggan menyampaikan keluhan.

C. Jenis Pekerjaan

(34)

sakit digolongkan menjadi empat, yaitu tenaga medis, tenaga paramedis perawatan, tenaga paramedis non perawatan dan tenaga non medis. Menurut Soeroso (www.dokterindo.co.id), karyawan rumah sakit dikategorikan menjadi empat jenis juga, yaitu dokter (dokter umum, dokter spesialis dan dokter subspesialis), paramedis keperawatan (perawat umum dan perawat mahir), paramedis non keperawatan (apoteker, asisten apoteker, analisis laboratorium, roentgen, fisioterapi), dan tenaga non medis (tenaga teknis dan tenaga administratif).

(35)

1. Dokter

Seseorang yang sudah mempunyai ijazah kedokteran secara resmi, sudah menempuh pendidikan selama jangka waktu yang ditentukan dan memiliki keahlian dalam bidang kedokteran serta bekerja sesuai dengan profesinya sebagai seorang dokter.

2. Paramedis keperawatan

Seseorang yang mempunyai sertifikat atau ijazah keperawatan, sudah melalui pendidikan keperawatan dan mempunyai keahlian dalam bidang keperawatan serta bekerja sebagai tenaga keperawatan.

3. Paramedis non keperawatan

Seseorang yang sudah menempuh pendidikan tertentu dibidang farmasi dan memiliki keahlian dalam bidang kefarmasian serta bertugas pada bagian farmasi di rumah sakit.

4. Tenaga non medis

Tenaga non medis merupakan karyawan rumah sakit yang mempunyai tugas, peranan dan keahlian dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan teknis serta administratif di rumah sakit.

(36)

secara terpisah agar dapat diketahui dengan mudah. Apabila empat jenis pekerjaan tersebut sudah dapat melakukan tugasnya dengan baik, maka jenis pekerjaan tersebut mencapai kualitas pelayanan yang baik pula.

D. Usia

Usia/umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misalnya, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (http://id.wikipedia.org/wiki/umur). Umur selalu berkaitkan dengan satuan waktu, baik hari, bulan atau tahun. Umur manusia pada umumnya dihitung dengan menggunakan satuan tahun, seperti 1 tahun, 2 tahun atau 10 tahun. Seorang peneliti perilaku organisasi, Susan Rhodes (Kreitner, 2000:219) mengemukakan bahwa pada saat usia bertambah dewasa, kepuasan kerja karyawan, keterlibatan kerja, motivasi kerja dari dalam dan komitmen terhadap organisasi kerja meningkat. Dinyatakan juga bahwa usia dapat memprediksikan kinerja yang lebih baik, sehingga akan berpengaruh pada pelanggan atau konsumen.

(37)

digelutinya dalam waktu yang cukup lama mempunyai pengalaman kerja, kemampuan kerja, dan kualitas kerja yang semakin tinggi karena sudah terbiasa melakukan hal-hal yang bersangkutan dengan pekerjaanya. Usia dapat digolongkan kedalam empat (4) pengelompokan usia (Siti Partini,1995:92), yaitu usia remaja (13-18 tahun), dewasa dini (19-40 tahun), dewasa madya (41-60 tahun), dan usia lanjut (di atas 60 tahun). Sedangkan untuk usia di bawah 13 tahun merupakan usia dini dalam bekerja.

Untuk menjadi karyawan disuatu institusi tertentu mempunyai kriteria-kriteria tertentu dalam penerimaan karyawan seperti misalnya jenjang pendidikan terakhir yang dimilikinya, umur dan beberapa kriteria lain yang dibutuhkan sesuai dengan masing-masing pekerjaan. Seperti misalnya seseorang bisa menjalani profesinya sebagai seorang dokter setelah menjalani pendidikan yang cukup dan mempunyai jenjang pendidikan minimal S1, seorang pelayan kebersihan dapat bekerja menjadi pelayan kebersihan setelah memenuhi kriteria-kriteria tertentu dan beberapa jenis pekerjaan lain juga membutuhkan persyaratan tertentu.

(38)

terjadi seseorang mempunyai jenjang karier yang bagus dan dalam waktu yang belum terlalu lama sudah menempati suatu posisi atau jabatan penting tertentu di suatu instansi tertentu. Hal ini bisa terjadi karena prestasi kerja yang dimilikinya bagus dan memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan atau instansi tertentu. Secara tidak langsung, prestasi kerja seseorang dapat dilihat dari jenjang karier, waktu dan usia dalam bekerja pada suatu instansi tertentu.

Waktu atau usia dalam bekerja seseorang bermacam-macam, baik dari usia yang relatif muda sampai dengan usia tua. Seseorang dikatakan mempunyai usia bekerja yang tinggi atau tua apabila seseorang tersebut sudah bekerja pada suatu instansi tertentu dalam waktu yang relatif lama. Dan sebaliknya, seseorang dikatakan berusia rendah apabila seseorang tersebut baru saja bekerja pada suatu pekerjaan tertentu. Jenjang karier seseorang bermacam-macam, ada yang memulai karier dengan bekerja menjadi pekerja kontrak pada suatu perusahaan selama beberapa tahun dan baru diangkat menjadi karyawan di sebuah perusahaan atau instansi tertentu sesuai dengan kebijakannya masing-masing perusahaan atau institusi tersebut.

(39)

pula kecerdasan emosionalnya dan berpengaruh pada kualitas pelayanan yang diberikan.

E. Kerangka Teoretik

1. Pengaruh jenis pekerjaan pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan

Jenis pekerjaan adalah suatu bentuk atau macam kegiatan yang dilakukan seseorang dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (www.businescareer.com). Setiap jenis kegiatan membutuhkan seseorang yang memiliki kemampuan untuk mewujudkannya. Jenis pekerjaan yang ada di rumah sakit dapat diklasifikasikan sebagai dokter, paramedis keperawatan, paramedis non keperawatan dan tenaga non medis.

(40)

kepuasan pasien. Kriteria pada jenis pekerjaan medis dan paramedis keperawatan menuntut para pekerjanya mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi agar mampu menciptakan kualitas pelayanan yang baik dibandingkan dengan jenis pekerjaan paramedis non keperawatan dan tenaga non medis. Tingkat kecerdasan emosional mereka tersebut diduga kuat berdampak positif pada kualitas pelayanan karayawan terhadap pasien. Pada jenis pekerjaan paramedis non keperawatan dan tenaga non medis juga memerlukan kecerdasan emosional yang tinggi pula, namun pada jenis pekerjaan ini sebagian besar karyawan tidak melakukan kontak langsung atau berinteraksi secara langsung terhadap pasien sehingga tuntutan dan tanggung jawabnya tidak sebesar jenis pekerjaan medis dan paramedis keperawatan.

2. Pengaruh usia pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan

(41)
(42)

F. Rumusan Hipotesis

1. Ada pengaruh jenis pekerjaan pada hubungan antara kecerdasan emosional dan kualitas pelayanan karyawan.

(43)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus, dimana hasil penelitian

ini hanya berlaku pada subjek dan objek yang diteliti. Kesimpulan yang diperoleh

dari penelitian ini hanya akan berlaku pada kasus yang diteliti di tempat

penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan, Sleman,

Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2009.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah dokter dan karyawan yang bekerja di Rumah

Sakit Panti Rini Kalasan yang terlibat dalam penelitian ini sebagai pemberi

(44)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sesuatu hal yang menjadi pokok pembicaraan

dalam penelitian. Dalam hal ini objek penelitiannya adalah kecerdasan

emosional, kualitas pelayanan, jenis pekerjaan, dan usia.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan dengan

secara efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber

energi, informasi dan pengaruh yang manusiawi. Operasionalisasi variabel

kecerdasan emosional dalam penelitian ini didasarkan pada 5 (lima) dimensi

yang meliputi (Harmoko, www.binuscareer.com): (a) mengenali emosi diri

kita sendiri; (b) mengelola emosi; (c) memotivasi diri; (d) memahami emosi

orang lain; dan (e) membina hubungan efektif. Berikut ini dijadikan tabel

operasionalisasi variabel kecerdasan emosional:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional

No DIMENSI INDIKATOR

Pertanyaan Positif

Pertanyaan Negatif

1 Pengenalan diri

a. Mengenali emosi diri b. Mengetahui kekuatan diri c. Mengetahui keterbatasan

diri

d. Keyakinan atas kemampuan sendiri

1 2 3

(45)

2 Penguasaan diri

a. Menahan emosi dan dorongan negatif b. Menjunjung norma

kejujuran dan integritas c. Bertanggung jawab atas

kinerja pribadi

d. Luwes terhadap perubahan e. Terbuka terhadap ide-ide

serta informasi baru

5 6 7 8 9 3 Memotivasi diri

a. Dorongan untuk menjadi lebih baik

b. Menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi

c. Kesiapan untuk

memanfaatkan kesempatan d. Kegigihan memperjuangkan

kegagalan dan hambatan

10 11 12 13 4 Mengenali emosi orang lain/ empati

a. Memahami perasaan orang lain

b. Tanggap terhadap kebutuhan orang lain c. Mengerti perasaan orang

lain

d. Siap sedia melayani

16 17 18 14 5 Hubungan yang efektif

a. Kemampuan persuasi b. Mendengar dengan terbuka

dan memberi pesan yang jelas

c. Kemampuan memberikan

pendapat

d. Semangat leadership e. Kolaborasi dan kooperasi f. Ada kemampuan untuk

membangun tim 19 20 21 22 24,15 25 23

Masing-masing indikator dijabarkan dalam satu atau serangkaian pernyataan.

(46)

Tabel 3.2

Skala Likert

2. Variabel Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan kesehatan adalah ukuran baik buruknya suatu hasil kinerja

penyedia jasa serta kesesuaian pemberian layanan dengan spesifikasi peranan

atau kebutuhan pelanggan. Kualitas pelayanan menunjukkan seberapa besar

hasil pelayanan yang diberikan mempunyai tingkat kesempurnaan yang tinggi

atau dikatakan mendekati sempurna. Dimensi-dimensi dari variabel kualitas

pelayanan antara lain reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti

fisik. Masing-masing dimensi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam sejumlah

indikator, yang kemudian setiap indikator dikembangkan dalam bentuk

pertanyaan. Untuk mengukur seberapa besar tingkat kesempurnaan pelayanan

yang diberikan diukur dengan didasarkan pada beberapa indikator penilaian.

Berikut ini disajikan tabel operasi analisasi kualitas pelayanan: Pertanyaan positif

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

Pertanyaan Negatif

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

1

2

3

(47)

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Kualitas Pelayanan

Pertanyaan

No Dimensi Indikator

Positif Negatif 1 Reliabilitas • Menyediakan jasa sesuai yang

dijanjikan

• Dapat diandalkan dalam menangani masalah jasa pelanggan

• Menyampaikan jasa secara benar semenjak pertama kali

• Menyampaikan jasa sesuai dengan waktu yang dijanjikan

• Menyimpan catatan atau dokumen tanpa kesalahan

2 6 4 3 10 2 Daya Tanggap

• Menginformasikan pelanggan tentang kepastian waktu penyampaian jasa

• Layanan yang segera atau cepat bagi pelanggan

• Kesediaan untuk membantu pelanggan

• Kesiapan untuk merespon permintaan pelanggan

1

5,16

7

8

3 Jaminan • Karyawan yang

menumbuhkan rasa percaya pada pelanggan

• Membuat pelanggan merasa

aman sewaktu melakukan transaksi

• Karyawan yang secara konsisten bersikap sopan

• Karyawan mampu menjawab

pertanyaan pelanggan 9 11 12 13 14

4 Empati • Memberikan perhatian

individual kepada pelanggan

• Karyawan yang

memperlakukan pelanggan secara penuh perhatian

• Sungguh-sungguh

mengutamakan kepentingan

17

19

(48)

pelanggan

• Karyawan memahami

kepentingan pelanggan

• Waktu beroperasi atau jam kantor yang nyaman

21

22

5 Bukti fisik • Peralatan modern

• Fasilitas yang berdaya tarik visual

• Karyawan yang berpenampilan rapi dan profesional

• Materi-materi berkaitan dengan jasa yang berdaya tarik visual

23 24

18, 25

15

Variabel kualitas palayanan dapat diukur berdasarkan kuesioner yang sudah

dibagikan dalam bentuk pertanyaan tertutup dimana responden hanya memilih

jawaban yang telah disediakan. Jawaban yang diperoleh dari kuesioner

tersebut kemudian diberi skor dengan menggunakan skala likert.

Tabel 3.4

Skala Likert

3. Variabel Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan merupakan penggolongan pekerjaan berdasarkan tugas dan

tanggung jawab, kondisi pekerjaan, hubungan pekerjaan, dan aspek-aspek Pertanyaan positif

Sangat setuju

Setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

1 2 3 4 Pertanyaan positif Sangat setuju Setuju Tidak setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

(49)

pekerjaan pada suatu jabatan tertentu dalam organisasi. Jenis pekerjaan

dibedakan menjadi empat jenis (www.dokter.ind.co.id), yaitu:

a. Dokter Skor 4

b. Paramedis keperawatan Skor 3

c. Paramedis non keperawatan Skor 2

d. Tenaga non medis Skor 1

4. Variabel Usia

Usia/umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu

benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati yang biasanya

dinyatakan dalam satuan tahun. Dalam variabel usia, pengelompokannya

sebagai berikut (Siti Partini,1995:92):

a. Usia Remaja (13-18 tahun) Skor : 1

b. Dewasa Dini (19-40 tahun) Skor : 2

c. Dewasa Madya (41-60 tahun) Skor : 3

d. Usia Lanjut (di atas 60 tahun) Skor : 4

E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek penelitian atau semua elemen yang ada dalam

daerah penelitian. Elemen yang ada dalam penelitian ini adalah dokter,

(50)

Populasi penelitian ini adalah karyawan yang ada di Rumah Sakit Panti Rini

Kalasan, baik dokter, paramedis keperawatan, paramedis non keperawatan,

dan tenaga non medis. Jumlah populasi penelitian ini adalah 176.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya

dalam suatu penelitian yang dapat mewakili populasi. Jumlah dari sampel

penelitian ini adalah 88 orang atau 50 % dari populasi yang ada.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah proportional sampling atau

sampel proporsi, yaitu teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil

wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi dengan pengambilan

subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau

sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau

wilayah.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Kuesioner ini

disusun secara tertutup dimana terdapat beberapa pertanyaan dengan alternatif

(51)

mengumpulkan data tentang kecerdasan emosional, kualitas pelayanan, jenis

pekerjaan dan usia.

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data ini merupakan teknik yang digunakan untuk

memperoleh data dari sumber-sumber data dengan bertanya secara langsung

menggunakan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan. Metode ini

diperlukan untuk mendapatkan data-data untuk melengkapi data-data yang

telah dikumpulkan dengan metode kuesioner.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik yang dimungkinkan oleh peneliti untuk

memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen

yang ada pada responden atau tempat dimana responden bertempat tinggal/

melakukan kegiatan sehari-hari. Dokumentasi ini digunakan untuk

mengumpulkan data sekunder. Data yang dapat dikumpulkan antara lain

jumlah karyawan, jenis pekerjaan yang ada, dan usia pekerjaan karyawan.

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas

Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk mengetahui apakah

butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang seharusnya diukur atau tidak.

Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor jawaban

(52)

penjumlahan skor pertanyaan. Nilai validitas yang dicari dengan

menggunakan rumus koefisien korelasi product moment dari Karl Pearson

(Arikunto, 2002:146).

∑ ∑

− = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Dimana :

rxy = koefisien korelasi antara skor setiap item dan skor total. ∑X = jumlah skor setiap item.

∑Y = jumlah skor total.

∑XY = jumlah hasil kali antara skor setiap item dan skor total. N = banyaknya sampel yang diujicobakan.

Untuk mengetahui apakah butir instrumen penelitian tersebut valid atau tidak,

maka ketentuannya sebagai berikut :

ƒ jika r hitung > r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen penelitian

dikatakan valid.

ƒ jika r hitung < r tabel dengan taraf keyakinan 95% maka instrumen penelitian

dikatakan tidak valid.

Dari hasil uji validitas tersebut diketahui r tabel sebesar 0,361 dengan taraf

signifikansi 5% (Arikunto, 2002:328). Berikut ini adalah tabel hasil uji

(53)

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kecerdasan Emosional

No. Butir Corrected Item-Total Correlation Rtabel Keterangan

Item1 0.530 0.361 Valid

Item2 0.569 0.361 Valid

Item3 0.496 0.361 Valid

Item4 0.439 0.361 Valid

Item5 0.496 0.361 Valid

Item6 0.631 0.361 Valid

Item7 0.633 0.361 Valid

Item8 0.531 0.361 Valid

Item9 0.631 0.361 Valid

Item10 0.589 0.361 Valid

Item11 0.780 0.361 Valid

Item12 0.723 0.361 Valid

Item13 0.614 0.361 Valid

Item14 0.544 0.361 Valid

Item15 0.633 0.361 Valid

Item16 0.831 0.361 Valid

Item17 0.496 0.361 Valid

Item18 0.482 0.361 Valid

Item19 0.461 0.361 Valid

Item20 0.780 0.361 Valid

Item21 0.597 0.361 Valid

Item22 0.561 0.361 Valid

Item23 0.648 0.361 Valid

Item24 0.626 0.361 Valid

(54)

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kualitas Pelayanan

No. Butir Corrected Item-Total Correlation Rtabel Keterangan

Item1 0.624 0.361 Valid

Item2 0.830 0.361 Valid

Item3 0.626 0.361 Valid

Item4 0.680 0.361 Valid

Item5 0.753 0.361 Valid

Item6 0.718 0.361 Valid

Item7 0.821 0.361 Valid

Item8 0.862 0.361 Valid

Item9 0.744 0.361 Valid

Item10 0.610 0.361 Valid

Item11 0.527 0.361 Valid

Item12 0.456 0.361 Valid

Item13 0.703 0.361 Valid

Item14 0.772 0.361 Valid

Item15 0.508 0.361 Valid

Item16 0.428 0.361 Valid

Item17 0.734 0.361 Valid

Item18 0.691 0.361 Valid

Item19 0.671 0.361 Valid

Item20 0.732 0.361 Valid

Item21 0.732 0.361 Valid

Item22 0.563 0.361 Valid

Item23 0.522 0.361 Valid

Item24 0.593 0.361 Valid

Item25 0.428 0.361 Valid

Tabel 3.5 menunjukkan bawa seluruh butir instrumen penelitian variabel

kecerdasan emosional adalah valid. Hal ini ditunjukkan dari nilai Corrected

Item-Total Correlation masing-masing butir soal lebih besar dari rtabel= 0,361

(Arikunto, 2002:328). Demikian halnya dengan tabel 3.6 yang menunjukkan

(55)

valid. Hal ini ditunjukkan dari nilai Corrected Item-Total Correlation

masing-masing butir soal lebih besar dari rtabel= 0,361 (lampiran 8, hal 117).

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengambil data. Alat ukur dikatakan

reliabel jika alat ukur tersebut mampu memberikan hasil yang tetap meskipun

digunakan kapanpun. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas instrumen,

maka digunakan rumus Alpha (Arikunto, 1998:236).

Rumus :

(

)

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ −

=

2

2 11 1 1 t b k k r σ σ Dimana :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

2

b

σ = jumlah varian butir

2

t

σ = varian total

Dalam pengujian koefisien reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan

teknik Alpha Cronbach. Jika r hitung > 0.60 (Imam Ghozali, 2006:41) dengan

taraf signifikan 5%, maka instrumen penelitian tersebut reliabel (dapat

dipercaya). Sebaliknya r hitung < dari 0.60 dengan taraf signifikan 5%, maka

instrumen penelitian tersebut tidak reliabel.

Hasil perhitungan nilai koefisien Alpha Cronbach berdasarkan Alpha

(56)

maka butir soal tersebut dapat dikatakan reliabel. Hasil pengujian reliabilitas

variabel kecerdasan emosional, kualitas pelayanan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian

Variabel r hitung (Alpha) Alpha Keterangan

Kecerdasan Emosional 0,932 0,60 Reliabel

Kualitas Pelayanan 0,951 0,60 Reliabel

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Statistik Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menyajikan

data variabel kecerdasan emosional dengan kualitas pelayanan ditinjau dari

jenis pekerjaan dan usia dalam bentuk tabel-tabel. Dalam analisis deskriptif

ini akan dihitung mean, median, modus, dan standar deviasi.

2. Uji Normalitas dan Linearitas

a. Pengujian Normalitas

Untuk mengetahui apakah masing–masing variabel berdistribusi normal

atau tidak maka dilakukan uji normalitas. Pengujian normalitas yang

digunakan adalah dengan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Uji One

Sample Kolmogorov Smirnov ini digunakan untuk menguji apakah dua

sampel berasal dari populasi-populasi yang mempunyai distribusi yang

sama atau berbeda. Dasar pengujian ini adalah membandingkan dua

distribusi kumulatif dan memfokuskan pada selisih terbesar antara kedua

(57)

[

Fo(x1) Sn(x1)

]

Max

D= −

Keterangan :

D = Deviasi max

Fo (x1) = F distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

Sn (x1) = F distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Jika nilai Fhitung>Ftabel pada taraf signifikan 5%, maka distribusi data

dikatakan tidak normal, sebaliknya jika nilai Fhitung< Ftabel, maka

distribusi data dikatakan normal.

b. Pengujian Linearitas

Pengujian linearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan linear antara variabel bebas dengan terikat. Pengujian dilakukan

dengan uji F dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 1992:332):

2 2 Se S F = TC

Keterangan:

F : nilai F untuk garis regresi

TC

S2 : varians tuna cocok

2

Se : varians kekeliruan

Berdasarkan hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan F

tabel dengan taraf signifikan 5%. Koefisien F hitung diperoleh dari SPSS

13.0. jika nilai F hitung < nilai F tabel, maka hubungan antar variabel

(58)

nilai F tabel, maka hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat

tidak linear.

3. Pengujian Hipotesis

a. Hipotesis 1

1) Perumusan hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan positif antara kecerdasan emosional

karyawan dengan kualitas pelayanan ditinjau dari jenis

pekerjaan.

H1 : Ada hubungan positif antara kecerdasan karyawan dengan

kualitas pelayanan ditinjau dari jenis pekerjaan.

2) Pengujian hipotesis 1

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan

regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus

sebagai berikut:

(

)

+

+ +

+

= 0 1X1 2X2 3 X1X2

Yi β β β β μi

Dimana:

i

Y = Variabel kualitas pelayanan karyawan

0

β = Konstanta

1

X = Variabel kecerdasan emosional

2

X = Variabel jenis pekerjaan

2 1X

X = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional

dengan variabel jenis pekerjaan

3 2 1/β /β

β = koefisien regresi (besaran hubungan)

(59)

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi

variabel X1X2 terhadap Yi, maka dilakukan pembandingan nilai

signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang

digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini

akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3) lebih rendah

dari taraf signifikansi (α) 0,05.

b. Hipotesis 2

1) Perumusan hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan positif antara kecerdasan emosional

karyawan dengan kualitas pelayanan ditinjau dari usia.

H1 : Ada hubungan positif antara kecerdasan emosional karyawan

dengan kualitas pelayanan ditinjau dari usia.

2) Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan

regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus

sebagai berikut:

(

)

+

+ +

+

= 0 1X1 2X2 3 X1X2

Yi β β β β μi

Dimana:

i

Y = Variabel kualitas pelayanan karyawan

0

β = Konstanta

1

X = Variabel kecerdasan emosional

2

(60)

2 1X

X = nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel usia

3 2 1/β /β

β = koefisien regresi (besaran hubungan)

ui = pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi

variabel X1X2 terhadap Yi, maka dilakukan pembandingan nilai

signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α) yang

digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini

akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3) lebih rendah

(61)

44

BAB IV

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT PANTI RINI

A. Sejarah

Pada awalnya Rumah Sakit Panti Rini adalah sebuah klinik bersalin dan poliklinik umum yang dirintis oleh Romo Hovens SJ dan Dewan Paroki Kalasan yang terletak di Jalan Solo Km. 12,5 Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Klinik ini didirikan dengan tujuan sebagai penyelenggara palayanan kesehatan kepada semua lapisan dan golongan masyarakat yang membutuhkannya dengan pelayanan yang dilakukan secara professional dan mengusahakan kesejahteraan bagi semua karyawan yang berkarya di dalamnya dengan semangat kristiani.

(62)

harus menggunakan tempat yang sebenarnya dibangun untuk pastoran tersebut. Pada tahun 1969, Yayasan Panti Rapih berhasil membeli tanah yang terletak di sebelah Gereja Kalasan dengan luas seluruhnya 4485 m2.

Sebelum Yayasan Panti Rapih membangun klinik ditempat baru tersebut, tanah yang sementara menganggur tersebut diolah untuk ditanami sayuran, buah-buahan, serta untuk peternakan ayam. Tanah yang sementara menganggur ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan lingkungan dan gizi, ,penyuburan tanah, dan peternakan. Pada awal tahun 1972, klinik bersalin dan poliklinik umum mulai dibangun dan dapat diselesaikan pada awal Agustus 1972. pada tanggal 10 Agustus 1972, gedung baru tersebut diberkati oleh Bapak Kardinal Yustinus Darmoyuwono Pr, dan pada hari yang sama juga dilakukan pelresmian yang dilakukan oleh Bapak Camat Kalasan, yakni Bapak Projosuharto.

(63)

para pelaksananya tidak putus asa dalam usaha melanjutkan karya pelayanan kesehatan membuat klinik ini dapat diteruskan hingga dapat berkembang sampai dengan saat ini. Setelah mengalami perkembangan dan beberapa kali terjadi perubahanan peraturan, Klinik Bersalin dan Poliklinik umum Panti Rini mengalami perubahan menjadi Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Panti Rini. Masyarakat sekitar mengenalnya dengan nama RB-BP Panti Rini. Perkembangan pelayanan RB-BP Psnti Rini membuat masyarakat semakin menyadari akan pentingnya kesehatan.

Yayasan Panti Rapih mempunyai rencana untuk meningkatkan pelayanan kepada warga yang berekonomi lemah khususnya yang tinggal di pedesaan kawasan Yogyakarta timur dan jawa tengah bagian barat daya. Peningkatan RB-BP Panti Rini dimulai dengan ijijn prinsip dariu Dinas Kesehatan dengan SK Direktur Jendral Pelayanan Medic Departemen kesehatan Republik Indonesia Nomor: 0072/Yan/Med/RSK/S/1988, pada 02 Februari 1988. Usaha terus dijalankan dengan pembangunan gedung, melengkapi peralatan kesehatan dan peralatan rumah tangga.

(64)

Pimpinan Suster-suster Cinta Kasih Santo Carolus Boromeus, Romo Paroki beserta dewannya.

B. Visi,Misi, Tujuan, dan Motto Rumah Sakit Panti Rini Kalasan

1. Visi

Dalam kesadaran terpaaanggil untuk meneruskan karya Allah dalam menyehatkan manusia seutuhnya serta untuk melaksanakan amanat penyembuhan Yesus Kristus kepada semua manusia yang adalah ciptaan dan citra Allah. Tanpa membedakan agama, budaya, suku, dan sosial. Sebab itu sebagai bersama rakan kerja akan memberikan pelayanan yang optimal dengan empati, cinta, dan tepat demi kepuasan pasien yang kami layani. 2. Misi

Dijiwai semangat cinta kasih kepada sesama, berupaya menggalang hidup yang sehat secara menyeluruh (holistic). Dalam pelayanan mengutamakan kepuasan, kesejahteraan dan produktivitas yang optimal bagi semua.

3. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah: a) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

b) Meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat masyarakat.

(65)

d) Mengupayakan kesejahteraan karyawan. 4. Motto

Adapun motto dari Rumah Sakit Panti Rini Kalasan adalah “Pendamping setia anda dikala sehat dan sakit”.

C. Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit Panti Rini

Fasilitas Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Panti Rini antara lain : 1. Pelayanan 24 jam

2. Pelayanan rawat jalan 3. Pelayanan tindakan medis 4. Pelayanan kesehatan

D. Struktur Organisasi

Dalam perkembangannya, Rumah Sakit Panti Rini Kalasan selalu membenahi struktur organisasinya sehingga diperoleh struktur organisasi yang efektif dan efisien. Bagan struktur organisasi Rumah Sakit Panti Rini Kalasan dapat dilihat pada lampiran 10 (hal 121).

E. Personalia

(66)
(67)

50

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2009 sampai dengan bulan

April 2009. Subjek penelitian adalah karyawan Rumah Sakit Panti Rini

Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Jumlah subjek penelitian adalah 88 orang

(responden). Dari jumlah tersebut semuanya bersedia menjadi responden

penelitian. Masing-masing responden mengisi kuesioner penelitian yang

mencakup variabel kecerdasan emosional, kualitas pelayanan, jenis pekerjaan

dan usia. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa dari 88 kuesioner yang

disampaikan kepada responden semuanya kembali (100%). Berikut ini

disajikan data deskripsi data penelitian ini:

1. Kecerdasan Emosional

Deskripsi data tentang kecerdasan emosional secara lebih rinci disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut (lampiran 6, hal

111)

Tabel 5.1

Deskripsi Kecerdasan Emosional

Skor Interval Frekuensi Absolut Frekuensi relatif (%)

Kategori KE

86 – 100 4 4,54 Sangat tinggi 75 – 85 55 62,50 Tinggi 67 – 74 20 22,73 Sedang 60 – 66 8 9,09 Rendah 25 - 59 1 1,14 Sangat Rendah

(68)

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional karyawan

Rumah Sakit Panti Rini Kalasan sebanyak 4 orang (4.54%) dikategorikan

sangat tinggi, 55 orang (62,50%) dikategorikan tinggi, 20 orang (22,73%)

dikategorikan sedang, 8 orang (9,09%) dikategorikan rendah dan 1 orang

(1,14%) dikategorikan sangat rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar karyawan Rumah Sakit Panti Rini Kalasan memiliki

kecerdasan emosional yang tinggi.

2. Kualitas Pelayanan

Deskripsi data tentang kecerdasan emosional secara lebih rinci disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut (lampiran 6, hal

112):

Tabel 5.2

Deskripsi Kualitas Pelayanan

Skor Interval Frekuensi Absolut Frekuensi relatif (%)

Kategori KE

86 – 100 18 20,45 Sangat tinggi 75 – 85 64 72,73 Tinggi 67 – 74 6 6,82 Sedang 60 – 66 0 0 Rendah 25 - 59 0 0 Sangat Rendah

N 88 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa tingkat kualitas pelayanan karyawan

Rumah Sakit Panti Rini Kalasan sebanyak 18 orang (20,45%)

dikategorikan sangat tinggi, 64 orang (72,73%) dikategorikan tinggi, 6

orang (6,82%) dikategorikan sedang, 0 orang (0%) dikategorikan rendah

dan 0 orang (0%) dikategorikan sangat rendah. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan Rumah Sakit Panti Rini

(69)

3. Jenis Pekerjaan

Deskripsi data tentang jenis pekerjaan secara lebih rinci disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 5.3

Deskripsi Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Frekuensi Absolut Frekuensi relatif (%) Non medis 27 31

Paramedis non keperawatan 14 16 Paramedis keperawatan 30 34

Medis 17 19

N 88 100

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 88 karyawan Rumah Sakit Panti Rini

Kalasan sebanyak 27 orang (31%) tergolong tenaga non medis, 14 orang

(16%) tergolong tenaga paramedis non keperawatan, 30 orang (34%)

tergolong paramedis keperawatan dan 17 orang (19%) tergolong tenaga

medis. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan

Rumah Sakit Panti Rini Kalasan tergolong dalam tenaga paramedis

keperawatan.

4. Usia

Deskripsi data tentang jenis pekerjaan secara lebih rinci disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 5.4 Deskripsi Usia

Jenis Pekerjaan Frekuensi Absolut Frekuensi relatif (%) Usia remaja (13-18 thn) 0 0

Dewasa dini (19-40 thn) 63 72 Dewasa madya (41-60 thn) 25 28 Usia lanjut (60<) 0 0

(70)

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 88 karyawan Rumah Sakit Panti Rini

Kalasan tidak ada karyawan yang berusia remaja atau 0 orang (0%), 63

orang (72%) tergolong dalam usia dewasa dini, 25 orang (28%) tergolong

dalam usia dewasa madya dan tidak ada karyawan yang tergolong usia

lanjut atau 0 orang (0%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar karyawan Rumah Sakit Panti Rini Kalasan tergolong dalam usia

dewasa dini.

B. Analisa Data

1. Pengujian Normalitas

a) Kecerdasan Emosional

Tabel 5.5

Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional

N 88

Normal Parameters(a,b) Mean 76.48 Std. Deviation 6.424 Most Extreme

Differences

Absolute

.090 Positive .054 Negative -.090 Kolmogorov-Smirnov Z .841 Asymp. Sig. (2-tailed) .480 a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

Tabel 6.1 menunjukkan bahwa nilai asymptotic significance (ρ) pada

variabel kecerdasan emosional sebesar 0,480. Nilai asymptotic

significance (ρ) tersebut lebih besar dari nilai α=5%. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel kecerdasan

(71)

b) Kualitas Pelayanan

Tabel 5.6

Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kualitas Pelayanan

Kualitas Pelayanan

N 88

Normal Parameters(a,b) Mean 81.42 Std. Deviation 4.687 Most Extreme

Differences

Absolute

.089 Positive .089 Negative -.089 Kolmogorov-Smirnov Z .837 Asymp. Sig. (2-tailed) .485 a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

Table 6.2 menunjukkan bahwa nilai asymptotic significance (ρ) pada

variabel kualitas pelayanan sebesar 0,485. nilai asymptotic significance

tersebut lebih besar dari nilai α=5%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa distribusi data variabel kualitas pelayanan

karyawan rumah sakit adalah normal (lampiran 4,hal 101)

2. Pengujian Linieritas

Pengujian linearitas penelitian ini dilakukan dengan meregresi variabel

dependen dan variabel independen dengan mencari nilai F. berikut ini

disajikan hasil pengujian linearitas hubungan variabel kualitas pelayanan

(72)

Tabel 5.7

Hasil Pengujian Linearitas

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. KP * KE Between

Gambar

Tabel r dan tabel F.……………………………...……… 116
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Kecerdasan Emosional
Tabel 3.2 Skala Likert
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Kualitas Pelayanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemimpin membuat keputusan dan mengumum -kannya Pemimpin menjual keputusan Pemimpin memberikan ide dan mengundang pertanyaan Pemimpin memberikan keputusan sementara yang

Perbedaan kecepatan perkembangan fisik tersebut sangat mencolokdalam ruang kelas sekolah menengah pertama (smp), dimana dapat diamatipara remaja putri yang

'dewasa ini sudah semakin l,ras mencakup FIAM sipil Potit-ik, FLAM Ekosob, daa IIAM atqs pembangunan- Salah sxu bentuk prkembangan konsep HAM adalah mengenai

Dalam triwulan kedua sampai bulan Mei terlihat suatu perbaikan dari terms of trade jang disebabkan karena turunnja angka- angka indeks harga barang- barang impor

6 nd diphmr &amp;re&amp; hde hor&amp;iL a6 rud jib dib dheru fusejfuihy4lAiq3dits6b}iqs!. veFhii4orogdipsLdabb

1) Menyusun rencana pembelajaran mata pelajaran matematika dengan materi penjulahan dan pengurangan bilangan sampai 20. 2) Menggunakan metode Jarimatika dengan media jari-jari

Bagi para remaja, kesadaran akan bahaya dari seks bebas harus ditanamkan dengan baik sehingga dapat mengontrol diri untuk tidak menlakukan perbuatan seks

Kesimpulan yang diperoleh adalah mayoritas OMK Paroki Pandu, Bandung memiliki derajat happiness yang tinggi dengan penilaian kognitif atau kepuasan hidup OMK cenderung