• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06

KOTA SALATIGA 2014 SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

OLEH :

AHMAD ALFIYAN FAKHRONI NIM: 11510055

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)

2

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06

(3)

3

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

OLEH :

AHMAD ALFIYAN FAKHRONI NIM: 11510055

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(4)
(5)
(6)

6

Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

(7)

7

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

Jadilah Seseorang Yang Tersenyum, Bukan Orang Yang Tertawa.

Teruskanlah Berdakwah, Dan Jangan Menjadi Orang Yang Tanpa Tujuan.

Janganlah Kamu Melakukan Kekhilafan Lagi Dan Perputus Asa. Dam

Menangislah Disebabkan Karena Kekhilafan Yang Kamu Lakukan Itu.

( NasehatNabiKhidirKepadaMusa AS)

Menjadi Apapun Kamu, Maknailah Dengan Hatimu.

PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Kedua Orang TuaSaya Yang Selalu Mendidikku Dan Memotivasiku. 2. Adik-Adikku Yang Ada Di Lampung, Serta

AdikkuYangLagiMenyelesaikanKuliahnya Di

JeparaSemogaDenganKarya Kecil IniDapatMemberiMotivasi Kalian. 3. Kepada DEDE Yang SelamaIniSudahMemberiSemangatBuatku,

TrimakasihBanyakAtasBantuannya. Dan

TrimakasihBanyakBuatKebersamaannya. Semoga Engkau Mendapatkan Yang Terbaik Dari Padaaku.

4. My Best Frend, Ahmad Syaifudin, Yang TelahMengajariku Serta MembimbingkuSelamaIni.

(8)

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Rahman Dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemauan dan kemampuan sehingga penulis dapan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Uswatun Hasanah Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang. Semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin. Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan bekal kemauan dan tekad yang kuat serta bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah sekripsi yang sederhana ini dengan judul “ UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DI SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA TAHUN2014 dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih banyak yang tiada taranya kepada :

1. Bapak Dr. RahmadHariyadi M.Pd.selakuKetua STAIN Salatiga. 2. BapakSumarnoWidjadipa, M.Pdselakudosenpembimmbing yang

denganikhlassertadengansabarmemberikanbimbingannyahinggatersusu nskripsiini.

3. KaryawanPerpustakaan STAIN Salatiga yang telahmenyediakanfasilitasnya.

(9)

9 5. Bapakdanibukutercinta

(10)

10

ABSTRAK

Ahmad Alfiyan Fakhroni. 2014.UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV PADA OPERASI HITUNG PERKALIAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DI SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA TAHUN 2014. Skripsi. Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Sumarno Widjadipa, M.Pd. Kata Kunci : Tulang Napier, Hasil Belajar,Operasi Hitung Perkalian

Banyak siswa di SDN Sidorejo Lor 06 mengangap mata pelajaran matematika itu sulit sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar mereka. Untuk itu penulis menerapkan pembelajaran matematika pada operasi hitung perkalian menggunakan alat peraga tulang napier agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga.

Penelitian yang penulis lakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Urutan kegiatan penelitian mencakup : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan tes formatif. Sedangkan untuk analisanya menggunakan teknik deskriptif.

(11)

11

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL i

LEMBAR BERLOGO ii

JUDUL iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

PENGESAHAN KELULUSAN v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN vii

KATA PENGANTAR viii

ABSTRAK x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Penelitian 5

E. Definisi Operasional 7

(12)

12

G. Metode Penelitian 9

H. Sistematika Penulisan 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar 17

1. Ciri-ciri Belajar 18

2. Prinsip Belajar 19

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar 19

B. Matematika 20

1. Pengertian 21

2. Fungsi dan Tujuan 21

3. Ruang Lingkup 22

C. Tulang Napier 23

1. Pengertian 23

2. Prinsip dan Cara Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier 24

3. Operasi Perkalian 27

D. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 29

1. Pengertian 29

2. KKM Nasional, Kelas, dan Individu 29

(13)

13

A. Deskripsi Pra Siklus 33

B. Deskripsi Siklus I 33

1. Perencanaan 33

2. Tindakan 35

3. Observasi 37

4. Refleksi 37

C. Deskripsi Siklus II 38

1. Perencanaan 38

2. Tindkan 39

3. Observasi 40

4. Refleksi 40

D. Deskripsi Siklus III 41

1. Perencanaan 41

2. Tindakan 41

3. Observasi 42

4. Refleksi 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 44

1. Standar Pencapaian KKM 44

2. Pra Siklus 45

(14)

14

4. Siklus II 49

5. Siklus III 55

B. Pembahasan 62

1. Hasil Rekapitulasi 62

2. Kondisi Awal 65

3. Kondisi Akhir 65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 68

B. Saran 69

(15)

15

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1Hasil tes formatif pada siklus I Tabel 4.2 tes formatif siklus II

Tabel 4.3 perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II Tabel 4.4 Hasil tes formatif siklus III

Tabel 4.5 Perbandingan hasil belajar pada siklus II dan III

Tabel

4.6Hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada standar KKM individu/kelas

Tabel

4.7 hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada standar KKM nasional/ideal

(16)

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus I Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus II Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus III

Lampiran 5 Lembar Soal Post Tes Matematika Siklus I, II dan III Lampiran 6 Lembar Jawab Siklus I, II dan III

Lampiran 7 Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus I Lampiran 8 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I

Lampiran 9 Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus II Lampiran 10 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II

Lampiran 11 Lembar Pengamatan Pembelajaran Terhadap Guru Siklus III Lampiran 12 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III

Lampiran 13 Lampiran Foto Siklus I Lampiran 14 Lampiran Foto Siklus II Lampiran 15 Lampiran Foto Siklus III

Lampiran 16 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Lampiran 17 Lembar Bimbingan Skripsi

(17)

17 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok, mata pelajaran wajib yang ada disetiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Matematika juga menjadi salah satu dari tiga pelajaran wajib yang mulai tahun ajaran 2009/2010 dimasukan dalam UASBN. Sampai sekarang masih ada siswa yang kurang berminat terhadap matematika dan prestasi belajar matematikapun belum menunjukan hasil yang optomal.

(18)

18

Masalah yang sering muncul adalah siswa dalam kondisi terpaksa harus menghafal secara mekanis apa-apa yang telah disampaikan oleh guru, sehingga menjadikan para siswa tidak memiliki kebranian untuk mengemukakan pendapat, tidak kreatif dan mandiri, apa lagi tuk berfikir inovatif. Selain itu, pendekatan pembelajaran matematika masih menggunakan pendekatan tradisional , yaitu duduk dengan catat dan hafal. Pembelajaran jadi membosankan , tidak menerik dan hasilnya tidak memuaskan. Waktu mengerjakan soalpun lebih lama, sehingga tidak semua soal dapat terjawab dengan cepat dan benar.

Mata pelajaran matematika diberikan kepada siswa kelas IV SD pada semester 1 untuk membekali siswa tuk berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan informasi tuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Untuk menguasai mata pelajaran matematika secara baik, diperlukan pemahaman konsep dan prosedur secara baik pula.

(19)

19

prinsip-prinsip yang benar untuk memberikan peluang siswa belajar cerdas, kritis, kreatif, dan memecahkan masalah. Sebagian besar praktik pelajaran di sekolah masih menggunakan cara-cara lama yang dikembangkan dengan menggunakan intuisi, atau berdasarkan pengalaman sejawat.

Mata pelajaran matematika tentang operasi hitung perkalian dilaksanakan semester gasal tahun 2014/2015, sehingga belum tahu kesenjangannya. Namun kesenjangan tersebut dapat diasumsikan relevan dengan kesenjangan yang ada pada mata pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas pada SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga. Asumsi ini peneliti ambil, karena peneliti berkolaborasi bersama guru kelas sekaligus materi ajar, sarana prasarana lingkungan sekolah serta karakteristik siswanya tidak jauh berbeda.

Mata pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas atau guru matematika belum menunjukan suatu proses peningkatan pemahaman konsep siswa. Proses pembelajaran masih sebatas sebagai proses trasfer of knowladge, bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan guru, bukan pada kebutuhan siswa yang lazim disebut teacher.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul :

“ UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

(20)

20

TULANG NAPIER PADA SISWA KELAS IV SDN SIDOREJO LOR 06 KOTA SALATIGA 2014 “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

“Apakah penggunaan peraga tulang napier dalam pembelajaran dapat

meningkatkan hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian pada siswa kelas IV SD Negri Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun pelajaran 2014? “

C. Tujuan Penelitian

(21)

21 D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori yang menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar matematika pada operasi hitung perkalian dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga tulang napier.

2. Manfaat Praktis

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :

a. Bagi Siswa

1) Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal matematika terutama pada indikator penelitian dua angka atau lebih dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier.

2) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan kemampuan menyelesaikan soal matematika pada operasi hitung perkalian dengan menggunakan peraga tulang napier.

3) Siswa harus mengikuti pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan.

(22)

22

1) Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas

2) Dengan pelaksanaan penelitian ini, guru dapat meningkatkan pencapaian target KKM yang sudah ditentukan.

3) Guru mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.

4) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada operasi hitung perkalian.

5) Hasil penelitian ini dapat digunkan sebagai langkah awal untuk penelitian selanjutnya.

c. Bagi Sekolah

1) Sebagai masukan bagi guru SD / MI dalam mengajarkan matematika pada operasi hitung perkalian.

(23)

23 E. Definisi Oprasional

Agar tidak terjadi perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama penulisan dalam penggunaan kata pada judul maka akan dijelaskan dalam definisi oprasional sebagai berikut :

1. Upaya peningkatan

Upaya adalah usaha atau ikhtiyar untuk mencapai maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2003 :3). Peningkatan merupakan suatu perubahan keaadaan menjadi lebih baik. Upaya peningkatan merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka membuat perubahan kearah yang lebih baik.

2. Hasil Belajar

(24)

24 3. Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada tingkat sekolah dasar yang berkaitan dengan oprasi hitung ( pengurangan, penambahan, perkalian, dan pembagian). Matematika adalah ilmu tentang bilangan,hubungan antar bilangan dan prosedur oprasional yang digunakan sebagai penjelas masalah mengenai bilangan (poerwadaminta, 2006: 554). 4. Tulang Napier

Batang napier atau disebut pula tulang napier adalah alat bantu hitung yang dikenalkan oleh jhon Napier pada sebuah karya di Edinburgh pada tahun 1617. Batang Napier ini dapat digunakan untuk menghitung hasil perkalian dan pembagian bilangan bulat. (P4TK Matematika, 2013)

Tulang Napier merupakan alat peraga berupa potongan-potongan melamin panjang yang telah diberi angka-angka yang digunakan sebagai alat bantu hitung perkalian.

F. Hipotesis

(25)

25

Dalam penelitian ini, rumusan hipotesisnya adalah sebagai beriku : ``Penggunaan alat peraga Tulang Napier dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belaljar Matematika pada operasi hitung perkalian serta dapat meningkatkan pencapaian KKM siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga tahun ajaran 2014 G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan secara lazim sesuai dengan prinsip Penelitian Tindakan Kelas yaitu meliputi 4 tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Alasan dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya kendala dari siswa khususnya kelas IV adalah rendahnya tingkat hafalan perkalian dan prestasi belajar matematika.

2. Subjek Penelitian a. Subjek Penelitian

Penentuan subjek penelitian merupakan masah pokok yang perlu diperhatikan dalam sebuah penelitian, karena tingkat validitas suatu penelitian sangat dipengaruhi oleh pengambilan subjek penelitian.

(26)

26

2014, yang berjumlah 33 anak terdiri dari 16 anak laki-laki dan 17 anak perempuan.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga. c. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 september 2014 sampai selesai. Pada semester satu.

3. Langkah-Langkah

Menurut Arikunto (2008: 74), ada empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Rancangan atau rencana awal, sebelum mengadakan penelitian , peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk didalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari penerapan isi rancangan.

(27)

27

Menurut Suyadi (2010: 50-64) langkah-langkah awal untuk dapat menyusun proposal PTK yaitu:

a. Perencanaan

PTK tidak ubahnya seperti penelitian-penelitian ilmiah lain yang selalu dipersiapkan secara matang. Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa.

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan Siklus II

Refleksi

Pengamatan

?

(28)

28 c. Observsi

Observasi yang dimaksud dalam tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan.

4. Instrumen Penelitian

Menurut Kunandar (2011: 124) “instrumen penelitian adalah alat

pengumpul data”. Instrumen penelitian yang dilakukan yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah :

a. Silabus Matematika kelas IV b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran c. Tes tertulis

d. Lembar Observasi 5. Pengumpulan Data

Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian. Data digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan dan menguji hipotesis. Pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) informasi yang dibutuhkan (Suyadi, 2010: 84).

(29)

29 a. Tes Formatif

Menurut Purwanto (1988: 143) tes formatif adalah tes yang diberikan kepada murid-murid pada setiap akhir program suatu pelajaran. Fungsinya untuk mengetahui sampai di mana pencapaian hasil belajar murid dalam penguasaan bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan di dalam satuan pelajaran tersebut. Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur ketuntasan dan peningkatan prestasi siswa. Siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan materi apabila telah mencapai nilai minimal 70 dari target yang ditentukan.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya. Oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja alat pancaindra mata serta dibantu pancaindra lainnya (burhan 2005: 133)

(30)

30

kekurangan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier.

c. Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi (Azwar, 2007:36). Menurut Arikunto (2005: 64) Dokumentasi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan sedang dalam arti luas dokumentasi berupa sertifikat, foto, dan lain-lain. Digunakan untuk mencari data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian.

6. Analisis Data

(31)

31

Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif yang digunakan berupa persentase sebagai berikut :

Keterangan:

M = nilai rata-rata ∑ = jumlah semua nilai

N = jumlah siswa (Djamarah,2006: 64)

Untuk mengetahui perbandingan antar siklus I dengan siklus II, siklus II dengan siklus III, maka digunakan rumus sebagai berikut :

̅

√∑ ∑

Keterangan : t : uji beda

D : perbedaan antar siklus ̅ : rerata dari nilai perbedaan

: kuadrat dari rerata N : jumlah siswa

(32)

32 H. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang saling berkaitan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Bab I: merupakan bab pendahuluanyang menguraikan gambaran singkat dari penelitian ini, bab I ini tersiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II: akan diuraikan mengenai kajian pustaka yang meliputi Hasil Belajar (ciri-ciri belajar, prinsip-prinsip belajar dan faktor-faktor yangmempengaruhi belajar), Matematika (pengertian, fungsi dan tujuan, ruang lingkup), dan Tulang Napier (pengertian, prinsip dan cara menggunakan alat peraga tulang napier, oprasi perkalian).

Bab III : pada bab ini akan diuraikan mengenai pelaksanaan penelitian deskripsi pra siklus, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II, dan deskripsi pelaksanaan siklus III

Bab IV : pada bab ini akan diuraikan analisa penulis mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi standar pencapaian KKM dan deskripsi per siklus dengan pembahasan.

(33)

33 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. HASIL BELAJAR

Sebelum membicarakan pengertian hasil belajar terlebih dahulu akan dikemukakan apa yang dimaksud dengan hasil dan apa yang dimaksud dengan belajar. Menurut Mulyanto (2011:16) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa hasil adalah suatu pendapatan atau perolehan dari suatu yang telah dikerjakan. Belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian.

Belajar menurut morgan, dan kawan-kawan dalam buku (Baharuddin, 2008:12) adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.Sementar itu bahrudin (2008:12) sendiri menambahkan belajar adalah usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu dan merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum di punyai sebelumnya. Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang berupa ketrampilan dan prilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pengalaman yang diperoleh. Dari hal ini, Gagne dan Briggs mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar ( Sam`s, 2010:23)

(34)

34 1. Ciri-ciri belajar

Bahrudin(2008:150) menyatakan beberapa ciri-ciri dari belajar:

a. Belajar di tandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat di amati dari tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar;

b. Perubahan perilaku relative permanen. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat di amati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan susatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

2. Prinsip-prinsip belajar

(35)

35

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya

c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang di lakukan selama proses belajar.

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang di lakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti,

e. Motivasi belajar akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab akan kepercayaan penuh atas belajarnya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Dalam proses belajar pada individu seseorang agar mengalami keberhasilan dalam prestasi atau hasil belajar, maka diperlukan factor-faktor yang menunjang pada saat proses belajar berlangsung. Seperti yang dikemukaan sebelumnya Baharuddin menjelaskan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain, 1) factor internal dan 2) faktor internal. Jika kedua factor tersebut dapat dimiliki seseorang individu dengan baik maka, ketercapaian dalam hasil belajar dapat maksimal. Menurut Slameto (1988:56) yang tergolong faktor internal adalah :

a. Faktor jasmaniyah, baik yang berupa bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya kesehatan, cacat dan lain sebagainya. b. Faktor psikologi terdiri atas :

(36)

36

a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki

2) Faktor non-intelektif , yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, minat, bakat, kebiasaan, dan penyesuaian diri.

c. Faktor fisik maupun psikis

Yang termasuk faktor eksternal adalah : 1) Faktor social yang terdiri atas :

a) Linkungan keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok

B. Matematika 1. Pengertian

(37)

37

kebenaran suatu konsep atau pernyataan sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. (Depag RI, 2004: 173)

Menurut Jonhson dan Myklebust (1967: 244) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

2. Fungsi dan Tujuan

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengurangan, geometri , dan pengelolaan data.Tujuan pembelajaran matematika adalah :

a. Melatih cara berfikir dan menalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan kesamaan, perbedaan, konsisten, inkonsisten.

b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi dengan mengembangkan pemikiran ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

(38)

38

d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.

3. Ruang lingkup

Menurut Mulyanto (2011: 28) ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika ini adalah bilangan,pengukuran, geometrid an pengelolaan data. Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan. Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi sifat dan unsur bangun serta menentukan keliling, luas dan volume dalam pemecahan masalah. Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan,menyajikan, dan mengelolah data (Depag RI, 2004: 174).

C. Tulang Napier 1. Pengertian

(39)

39

Nama alat peraga tulang napier diambil dari nama orang yang menemukan alat tersebut, yaitu yang bernama John Napier yang lahir di Kastil Merchiston tahun 1550. John Napier adalah seorang matematikawan abad ke 16 yang mengembangkan logaritma dengan tulang atau keping.

Menurut Jhon Napier dalam bukunya yang berjudul Rabdologiae, Napier menerangkan berhitung dengan memindahkan keping-keping perhitungan pada papan catur dan untuk selanjutnya, keping-keping tersebut dinamakan keping atau tulang napier, dan belakangan alat tersebut lebih dikenal dengan nama Tulang Napier.

(40)

40

Tulang Napier ini terkait dengan bilangan basis sepuluh atau sistem desimal yang terdiri dari 10 tulang atau keping atau kartu yang jika kita cermati susunan bilangan-bilangan yang ada pada masing-masing tulang tersebut, maka sebenarnya dalam alat peraga tulang napier berisi daftar perkalian untuk suatu sistem bilangan basis dalam basis 10.

2. Prinsip dan Cara Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier

Prinsip dasar yang harus dipahami pada penggunaan alat peraga tulang napier adalah terkait dengan penempatan bilangan-bilangan yang akan dikalikan dan bilangan pengalinya. Untuk menentukan bilangan yang akan dikalikan kita harus menunjuk pada bilangan-bilangan yang berfungsi sebagai penunjuk kartu (bilangan petunjuk), sedangkan bilangan pengalinya ditunjukkan oleh bilangan-bilangan yang ada pada baris atau indeks. Dalam alat peraga tulang napier, bilangan yang akan dikalikan letaknya paling atas dan di tata secara horizontal. Sementara itu, bilangan pengali letaknya pada kolom yang paling kiri dan tersusun secara vertikal.

(41)

41

secara diagonal dari kanan atas ke kiri bawah atau dari kiri bawah ke kanan atas. Hasil penjumlahan inilah yang dikatakan sebagai hasil perkalian bilangan-bilangan yang dimaksud. Agar lebih jelas, simak ilustrasinya di halaman berikut. Misalkan akan diperagakan bagaimana menentukan hasil kali 6 x 54.

(42)

42

tersebut secara diagonal dan didapatlah hasil kalinya, yaitu 324. Jadi 6 x 54 = 324.

Selanjutnya, akan diperagakan contoh perkalian untuk bilangan besar. Misalnya, akan diperagakan bagaimana menentukan hasil kali dari 582 x 726.

(43)

43

tersebut secara diagonal dan didapatlah hasil kalinya, yaitu 422532. Jadi 582 x 726 = 422532.

3. Operasi Perkalian

Arti perkalian pada suatu bilangan dari berbagai referensi didefinisikan sebagai a x b = b + b + . . . . + b + b, dengan b sebanyak a kali. Ini artinya jika ada perkalian 3 x 4, maka akan sama artinya dengan 4 + 4 + 4 + 4 (3 x 4 = 4 + 4 + 4). Terhadap konsep ini, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memahaminya. Masih banyak yang siswa yang menafsirkan konsep a x b sebagai a + a + a + . . . + a, dengan a sebanyak b kali. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengaruh bahasa jawa yang memberikan makna berbeda terhadap konsep tersebut. Misal, untuk perkalian 3 x 4 orang jawa memaknainya sebagai telu ping papat. Ini artinya orag jawa menafsirkan 3 x 4 sebagai 3 + 3 + 3 + 3 = 12. Tentu kondisi yang demikian akan memberikan dampak terhadap kakacauan pola pikir siswa dalam memahami konsep tersebut.

(44)

44

masih banyak dijumpai siswa di sekolah dasar mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal perkalian dengan cepat. Menurut pengamatan, siswa masih mengalami kebingungan terhadap digit yang akan dikalikan. Mana hasil yang akan disimpan dan mana hasil yang akan dituliskan, bilangan yang diuraikanpun terlihat menumpuk. Dengan teknik tersebut, tentu akan membuat mata yang melihatnya mengalami kebosanan. Apakah kondisi ini akan dibiarkan terus-menerus sebagaimana apa adanya?

(45)

45

Dalam matematika, cukup banyak topik yang dapat disajikan dengan menggunakan alat permainan matematika. Salah satu topik tersebut adalah tentang perkalian dengan alat permainannya berupa tulang napier.

D. Kriteria Ketuntasan Minimum ( KKM) 1) Pengertian KKM

Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan.

2) KKM Nasional, Kelas, dan Individu 1. KKM Nasional

(46)

46

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria ketuntasan minimal nasional adalah 75%. KKM nasioanal dijadikan patokan dalam penentuan KKM di setiap satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan KKM agar dapat mencapai KKM nasional sebesar 75%.

2. KKM Kelas

KKM kelas adalah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai dalam suatu kelas. Di SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga KKM kelas adalah 85%, jadi siswa yang tuntas dalam SK/KD harus minimal 85% dari jumlah siswa. Subjek penelitian berjumlah 33 siswa, maka 85% dari 25

harus tuntas/lulus. 85% dari 33 siswa adalah

. Jadi siswa yang harus tuntas dalam SK/KD pelajaran tersebut dalam satu kelas harus mencapai 28 orang siswa.

3. KKM Individu

(47)

47 3) Fungsi KKM

a) Sebagai acuan bagi guru untuk menilai kompetensi peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar (KD) suatu mata pelajaran atau standar nompetensi (SK).

b) Sebagai acuan bagi peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran.

c) Sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai dengan SK/KD. d) Sebagai salah satu instrumen dalam melakukan evaluasi pembelajaran. e) Sebagai kontrak pedagogik antara pendidik, peserta didik, dan

masyarakat (khususnya orang tua dan wali murid). (Jaya, 2013). 4) Penentuan KKM

(48)

48 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Deskripsi Pra Siklus

Pada penelitian pra siklus difokuskan untuk mencari data tentang metode serta alat-alat peraga yang digunakan pada mata pelajaran matematika. Pelaksanaan pra siklus dilaksanakan 3 kali yaitu pada tanggal 5 september 2014 sampai selesai. Data diambil saat observasi ke sekolah dan dokumentasi pra siklus.

B. Deskripsi siklus I

Pelaksanaan silkus I terdiri dari empat tahapan yaitu : 1. Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi :

a) Menyiapkan materi matematika dengan pokok bahasan oprasi hitung perkalian.

b) Membuat lembar observasi siswa selama proses pembelajaran c) Membuat lembar observasi guru

d) Membuat soal pretest untuk mengetahui daya serap siswa dalam pembelajaran matematika

(49)

49

f) Menyusun indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran g) Memberi instrumen penelitian, yaitu :

1. Lembar observasi kegiatan siswa, yaitu untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran. Data observasi dimaksudkan untuk mengetahui minat dan perhatian siswa

2. Lembar observasi kegiatan guru, yaitu untuk mengumpulkan data tentang pengelolaan kelas oleh guru.

3. Tes formatif sebagai alat pengukur tingkat penguasaan konsep pada mata pelajaran matematika.

4. Lembar catatan lapangan. Digunakan untuk mengumpulkan data yang tidak terobservasi melalui lembar observasi kegiatan siswa atau guru. h) Mnyiapkan alat pembelajaran.

i) Merancang sekenario pembelajaran sebagai pedoman tindakan kelas. 1. Pra pembelajaran.

Menyiapkan alat pembelajaran berupa, buku paket matematika kelas IV, alat peraga.

2. Kegiatan awal (5 menit)

(50)

50

a) Guru memberikan apersepsi kepada siswa tentang oprasi hitung perkalian. Guru menerangkan materi oprasi hitung perkalian mengunakan metode klasikal sebagai pengantar.

b) Guru memberikan materi tentang oprasi hitung perkalian.

c) Guru memberikan cara mudah dalam menyelesaikan oprasi hitung perkalian.

d) Guru memberikan tugas kepada siswa. e) Waktu mengerjakan dibatasi selama 15 menit

f) Saat kegiatan berlangsung guru memeriksa tugas siswa.

g) Guru memberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut dipapan tulis. Jika tidak ada siswa yang berkenan guru menunjuk beberapa siswa.

h) Guru bersama siswa menyimpulkan pemebelajaran

i) Guru memberikan penjelasan kepada siswa jika ada pemahaman siswa yang keliru.

4. Kegiatan akhir

a) Guru mengadakan evaluasi

b) Pembelajaran ditutup dengan salam.

2. Tindakan

(51)

51 Menyiapkan alat-alat pembelajaran b) Kegiatan awal (5 menit)

Membuka pelajaran dengan do`a, salam, dan absensi siswa. c) Kegiatan inti (50 menit)

1) Guru memberikan apsersepsi kepada siswa tentang oprasi hitung perkalian. Guru menerangkan materi oprasi hitung perkalian dengan menggunakan metode klasikal/ceramah sebagai pengantar.

2) Guru menerangkan tentang sifat-sifat perkalian. 3) Guru meminta siswa mengerjakan soal.

4) Waktu mengerjakan dibatasi 15 menit.

5) Saat kegiatan berlangsung guru memeriksa tugas siswa.

6) Guru memberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal tersebut dipapan tulis. Jika tidak ada siswa yang berkenan guru menunjuk beberapa siswa.

7) Mempersilahkan peserta lain untuk menanggapinya. 8) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.

9) Guru memberikan penjelasan pada siswa jika ada pemahaman siswa yang keliru.

10)Guru memberikan pujian kepada siswa yang telah maju kedepan sebagai reward.

(52)

52 1) Guru mengadakan evaluasi.

2) Pembelajaran ditutup dengan salam.

3. Observasi

Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi guru, tes formatif, dan catatan lapangan. Hasil observasi menunjukkan beberapa hambatan dalam pelaksanaan. penelitian tindakan penerapan alat peraga tulang napier pada pembelajaran matematika pokok bahasan perkalian. Hambatan tersebut berupa :

a) Siswa sering berbicara sendiri ketika guru menerangkan. b) Ada sebagian siswa belum paham dalam perkalian c) Siswa kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran. d) Waktu pembelajaran melebihi batas waktu yang diberikan.

4. Refleksi

Hasil observasi dilapangan dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan rencana pada siklus berikutnya. Refleksi ini meliputi :

a) Bagaimana agar siswa ketika pembelajaran siswa tidak berbicara sendiri. b) Bagaimana agar semua siswa dapat menguasai perkalian.

(53)

53

d) Bagaimana agar waktu pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan.

C. Siklus II

Perencanaan siklus II meliputi : 1) Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi :

a) Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu pada tanggal 9 september 2014.

b) Menyiapkan alat pembalajaran.

c) Menentukan indikator yang akan dicapai setelah pembelajaran.

d) Membuat instrumen penelitian yaitu lembar observasi kegiatan guru, lembar kegiatan siswa, catatan lapangan dan tes formatif.

e) Membuat sekenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan kelas. Pelaksanaan siklus II hamper sama dengan siklus I.Tetapi terdapat rencana yang akan direvisi, yaitu :

(1) Sebelum pembelajaran, guru mengarahkan dan memotivasi siswa supanya mendengarkan dan memperhatikan apa yang akan diterangkan oleh guru.

(54)

54

(3) Sebelum pembelajaran guru menyiapkan alat peraga yang akan digunakan.

(4) Guru menjelaskan cara penggunaan alat peraga tersebut sampai siswa mengerti.

2) Tindakan

a) Pra pembelajaran

Menyiapkan alat peraga tulang napier. b) Kegiatan awal (10 menit)

(1) Guru membuka pelajaran dengan salam. (2) Membaca do`a.

(3) Guru memotivasi siswa. c) Kegiatan inti (55 menit)

(1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung.

(2) Guru membagi kelas menjadi 6 kelompok, setiap siswa yang berprestasi diletakkan satu ditiap-tiap kelompok

(3) Masing siswa yang berprestasi diminta untuk mengajari teman sekelompoknya tentang cara penyelesain perkalian menggunakan alat peraga tulang napier.

(55)

55

(5) Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas yang telas diberikan secara individu bukan secara kelompok. Pembagian kelompok dimaksudkan agar tugas dapat merata dan tidak menghabiskan waktu pembelajaran.

(6) Waktu dibatasi selama 20 menit

(7) Guru menyimpulkan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih mendalam.

d) Kegiatan akhir (10 menit) (1) Guru mengadakan evaluasi.

(2) Guru menutup pelajaran dengan salam.

3) Observasi

Hasil observasi masih ditemukan hambatan, yaitu : a) Ada siswa yang belum aktif dalam pembelajaran. b) Siswa masih banyak berbicara sendiri.

c) Ada beberapa siswa yang belum menguasai cara penggunaan alat peraga.

4) Refleksi

(56)

56

1) Bagaimana agar siswa yang belum aktif dapat mengikuti pelajaran dengan aktif dan perhatian penuh.

2) Bagaimana agar siswa tidak berbicara sendiri.

3) Bagaimana agar beberapa siswa yang belum biasa menguasai penggunaan alat peraga dapat menguasainya.

D. Siklus III

1. Perencanaan

Tahap perencanaan siklus III

a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III pada tanggal 11 september 2014 b. Menyiapkan alat pembelajaran.

c. Menentukan indikator yang ingin dicapai setalah pembelajaran.

d. Membuat instrument penelitian, yaitu lembar observasi kegiatan guru, lembar kegiatan siswa, catatan lapangan dan tes formatif.

e. Membuat sekenario pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan tindakan kelas dengan format terlampir. Perencanaan tindakan kelas siklus III hamper sama dengan siklus II. Tetapi ada rencana yang akan direvisi, yaitu :

1) Setelah siswa sudah menguasai penggunaan alat peraga tulang napier, siswa disuruh untuk mengerjakan tugas secara individu.

(57)

57 2. Tindakan

a. Pra pembelajaran

Menyiapkan buku rujukan dan alat peraga b. Kegiatan awal (5 menit)

1) Guru membuka pelajaran dengan salam. 2) Membaca do`a.

3) Absensi siswa. c. Kegiatan inti (50 menit)

1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan berlangsung dan member materi tentang perkalian.

2) Guru menerangkan lagi bagaimana cara penggunaan alat peraga tulang napier.

3) Guru membagikan tugas kepada siswa secara individu. 4) Waktu dibatasi selama 20 menit

5) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih mendalam.

6) Guru memberikan hadiah kepada siswa yang mendapatkan nilai terbaik.

d. Kegiatan akhir (15 menit) 1) Guru mengadakan evaluasi.

(58)

58 3. Observasi

Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa hampir semua siswa telah ikut berpartisipasi dan tidak bicara sendiri saat pembelajaran. Adanya hadiah membuat siswa lebih bersemangat untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.

4. Refleksi

(59)

59 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Standar Pencapain KKM

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Pada SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga yang peneliti lakukan, sekolah menetap standar pencapaian KKM individu/kelas yaitu dengan nilai minimal 60. Sedangkan kriteria ketuntasan minimum (KKM) pada standar nasional/ideal mengikuti persentase tingkat nasional, sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75.

(60)

60

minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.

2. Pra Siklus

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti juga melakukan pra siklus yang dilaksanakan pada tanggal 05-09-2014. Hal tersebu bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi serta bagaimana cara seorang guru dalam melaukan proses pembelajaran serta untuk mengeahui keadaan siswa yang dijadikan obyek penelitian.

Dalam pra siklusyang dilakukan didapatkankan bahwasannya guru kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 jarang sekali menggunakan alat peraga yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Dan lebih banyak menggunakan pembelajaran secara konvensional yaitu dengan menggunakan metode ceramah dan memberikan tugas.

3. Siklus I

a. Hasil Penelitian

(61)

61

terhadap jalannya pembelajaran dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :

1. Tuntas , apabila nilai siswa mencapai target KKM yang ditentukan yaitu 60.

2. Tidak Tuntas , apabila nilai siswa tidak mencapai target KKM yang ditentukan.

Pada penelitian yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun 2014 selama pelaksanaan pada siklus I, maka diperoleh data sebagai berikut :

Table 4.1

Hasil tes formatif pada siklus I

(62)

62

8. H 40 60 75 TT TT

9. I 30 60 75 TT TT

10 J 80 60 75 T T

11. K 50 60 75 TT TT

12. L 50 60 75 TT TT

13. M 40 60 75 TT TT

14. N 60 60 75 T TT

15. O 50 60 75 TT TT

16. P 40 60 75 TT TT

17. Q 40 60 75 TT TT

18. R 70 60 75 T TT

19. S 60 60 75 T TT

20. T 30 60 75 TT TT

21. U 40 60 75 TT TT

22. V 40 60 75 TT TT

23. W 50 60 75 TT TT

24. X 0 60 75 TT TT

25. Y 60 60 75 T TT

26. Z 60 60 75 T TT

27. AB 40 60 75 TT TT

(63)

63

29. EF 80 60 75 T T

30. GH 30 60 75 TT TT

31. IJ 30 60 75 TT TT

32. KL 40 60 75 TT TT

33. MN 30 60 75 TT TT

Rata-rata 45,75

(64)

64 b. Refleksi

Dalam melakukan refleksi peneliti menggunakan hasil data yang berupa nilai serta kejadian-kejadian yang menghambat pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap hasil pembelajaran hal yang harus menjadi perbaikan pada siklus berikutnya adalah sebagai beriku :

1. Banyak siswa yang belum mencapai target KKM yang ditentukan, baik pada standat KKM individu maupun standar KKM nasional/ ideal.

2. Banyak murid yang belum tahu serta memahami tentang alat peraga yang baru saya kenalkan.

3. Dari guru, sosialisasi alat peraga ini belum dapat diterima oleh siswa sehingga siswa kebingungan dalam memahaminya.

4. Adanya beberapa siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan minimum. Hal ini disebabkan karena alat peraga yang baru dikenalkan.

Secara garis besar siklus I berjalan belum kondusif, dan hasil belajar siswa belum mencapai standar KKM yang ditentukan. Hal ini harus dijadikan suatu yang harus dibenahi dalam pelaksanaan siklus II.

(65)

65 a. Hasil Penelitian

Dari pengamatan yang dilakukan dari hasil belajar siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun 2014 selama pelaksanaan siklus II, maka diperoleh data sebagai berikut :

Adapun dari hasil tes formatif pada siklus II ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada table berikut ini :

Tabel 4.2

Hasil tes formatif siklus II

(66)

66

12. L 80 60 75 T T

13. M 40 60 75 TT TT

14. N 60 60 75 T TT

15. O 60 60 75 T TT

16. P 40 60 75 TT TT

17. Q 60 60 75 T TT

18. R 80 60 75 T T

19. S 60 60 75 T TT

20. T 40 60 75 TT TT

21. U 40 60 75 TT TT

22. V 60 60 75 T TT

23. W 60 60 75 T T

24. X 60 60 75 T T

25. Y 60 60 75 T TT

26. Z 80 60 75 T T

27. AB 80 60 75 T T

28. CD 80 60 75 T T

29. EF 80 60 75 T T

30. GH 40 60 75 TT TT

31. IJ 40 60 75 TT TT

(67)

67

33. MN 40 60 75 TT TT

Rata-rata 61,21

Pada siklus II siswa sudah mulai mengerti apa yang diajarkan dan di instruksikan oleh guru dibandingkan pada siklus I, hal ini dikarenakan guru mengadakan sosialisasi terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 33 siswa 25 siswa (75,8%) tuntas dan 8 siswa (24,2%) tidak tuntas. Sedangkan pada penilain standar KKM nasional/ideal belum mencapai target yang diharapkan, tetapi sudah cukup baik dalam pencapain standat nasional, yaitu 12 siswa (36,3%) tuntas (T) lebih baik dari siklus I yaitu hanya 4 siswa. Berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam hasil belajar.

b. Refleksi

Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada siklus II didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Siswa sudah tidak merasa bingung tentang cara penyelesaian perkalian menggunakan alat peraga tulang napier.

(68)

68

3. Sudah 50% lebih siswa sudah benar dalam menjawab soal-soal tes formatif. Yaitu dapat dilihat dari pencapaian standar KKM individu.

4. Pada pencapain standar Nasional belum mencapai target pencapaian KKM, tetapi sudah cukup bagus.

5. Dari guru, tidak ada kendala dalam mempersiapkan pembelajaran tersebut karena sebelumnya siswa diajarkan terlebih dahulu pada akhir pelajaran pada siklus I.

Secara garis besar pelaksanaan pada siklus II sudah berjalan baik. Dari hasil belajar siswa terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal, terbukti dari 33 siswa 25 siswa (75,8%) tuntas dan 8 siswa (24,2%) tidak tuntas. Berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam hasil belajar siswa. Meskipun sudah 50% lebih siswa yang tuntas dalam mengerjakan tes formatif pada siklus II akan tetapi nilai yang nilai yang diperoleh belum cukup memuaskan sehingga perlu diadakan siklus III

Tabel 4.3

Perbandingan hasil belajar siklus I dan siklus II

(69)

69

1. A 90 80 -10 100

2. B 0 60 60 3600

3. C 40 60 20 400

4. D 90 80 -10 100

5. E 50 60 10 100

6. F 0 60 60 3600

7. G 60 60 0 0

8. H 40 60 20 400

9. I 30 80 50 2500

10. J 80 80 0 0

11/ K 50 40 -10 100

12. L 50 80 30 900

13. M 40 40 0 0

14. N 60 60 0 0

15. O 50 60 10 100

16. P 40 40 0 0

17. Q 40 60 20 400

18. R 70 80 10 100

19. S 60 60 0 0

20. T 30 40 10 100

(70)

70

22. V 40 60 20 400

23. W 50 60 10 100

24. X 0 60 60 3600

25. Y 60 60 0 0

26. Z 60 80 20 400

27. AB 40 80 40 1600

28. CD 40 80 40 1600

29. EF 80 80 0 0

30. GH 30 40 10 100

31. IJ 30 40 10 100

32. KL 40 60 20 400

33. MN 30 40 10 100

Jumlah 1510 2020 510 20900

Untuk mengetahui perbandingan siklus I dan siklus II digunakan rumus sebagai berikut :

̅

√∑ ∑

= √

(71)

71 =

= √

= √

= 145,29

Nilai t hitung sebesar 145,29 jika dibandingkan dengan t tabel 5% dengan db = 33-1 sebesar 2,040 maka t hitung memiliki nilai yang lebih besar, artinya terdapat perbedaan antara siklus I dan siklus II.

4. Siklus III

a. Hasil Pengamatan

Dari pengamatan yang dilakukan dari hasil belajar siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga tahun 2014 selama pelaksanaan siklus II, maka diperoleh data sebagai berikut :

(72)

72 Tabel 4.4

Hasil tes formatif siklus III

(73)

73

18. R 80 60 75 T T

19. S 60 60 75 T TT

20. T 80 60 75 T T

21. U 80 60 75 T T

22. V 60 60 75 T TT

23. W 40 60 75 TT TT

24. X 40 60 75 TT TT

25. Y 60 60 75 T TT

26. Z 80 60 75 T T

27. AB 80 60 75 T T

28. CD 80 60 75 T T

29. EF 80 60 75 T T

30. GH 40 60 75 TT TT

31. IJ 80 60 75 T T

32. KL 60 60 75 T TT

33. MN 80 60 75 T T

Rata-rata 72,12

(74)

74

(75)

75 b. Refleksi

Setelah adanya pengamatan dalam pembelajaran pada siklus III didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Siswa sudah mengerti tentang penggunaan alat peraga tulang napier.

2. Sebagian besar siswa sudah fokus mengikuti instruksi yang disampaikan guru.

3. Sudah memenuhi target KKM kelas.

4. Sebagian besar siswa sudah benar dalam menjawab soal-soal tes formatif, ada 3 siswa yang menjawab soal benar semua.

(76)

76 Tabel 4.5

Perbandingan hasil belajar pada siklus II dan III

(77)

77

17. Q 60 80 20 400

18. R 80 80 0 0

19. S 60 60 0 0

20. T 40 80 40 1600

21. U 40 80 40 1600

22. V 60 60 0 0

23. W 60 40 -20 400

24. X 60 40 -20 400

25. Y 60 60 0 0

26. Z 80 80 0 0

27. AB 80 80 0 0

28. CD 80 80 0 0

29. EF 80 80 0 0

30. GH 40 40 0 0

31. IJ 40 80 40 1600

32. KL 60 60 0 0

33. MN 40 80 40 1600

(78)

78 artinya terdapat perbedaan antara siklus II dan siklus III.

B. Pembahasan

1. Hasil Rekapitulasi

Dari hasil penelitian tersebut dapat kita lihat dalam rekapitulasi berikut ini :

(79)

79

Tabel 4.6

Hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada standar KKM individu/kelas

Tidaktuntas 23 siswa (69,7%)

Hasil rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siklus I,II, dan III pada standar KKM nasional/ideal

Tidaktuntas 29 siswa (87,9%)

21 siswa (63,7%)

(80)

80

Tabel 4.8

(81)

81

18. R 70 80 80

19. S 60 60 60

20. T 30 40 80

21. U 40 40 80

22. V 40 60 60

23. W 50 60 40

24. X 0 60 40

25. Y 60 60 60

26. Z 60 80 80

27. AB 40 80 80

28. CD 40 80 80

29. EF 80 80 80

30. GH 30 40 40

31. IJ 30 40 80

32. KL 40 60 60

33. MN 30 40 80

Jumlah 1510 2020 2380

(82)

82 2. Kondisi Awal

Dari hasi pengamatan saya, ternyata pembelajaran matematika di SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga Tahun 2014 sebelumnya tidak menggunakan alat peraga sama sekali, guru hanya mengajarkan perkalian dengan cara menyimpan. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab kenapa hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di sekolah tersebut rendah. padahal guru dituntut agar bisa lebih kreatif lagi dalam pelaksanaan pembelajaran. Ada sebagian siswa yang belum bisa atau belum mampu dalam mengerjakan soal perkalian. Hasil belajarnya pun juga kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukan.

3. Kondisi Akhir

(83)

83

Akan tetapi setelah diadakannya siklus II hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika sudah terlihat, hal ini dapat dilihat sudah lebih dari 50% siswa fokus mengikuti pembelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier. Hal ini dikarenakan guru telah mengadakan sosialisasi terlebih dahulu terhadap siswa sebelum pembelajaran dimulai. Bahwa pembelajaran Matematika pada oprasi hitung perkalian menggunakan alat peraga Tulang Napier, akan mempermudah siswa dalam mengerjakan soal-soal. Tingkat hasil belajar siswa pun meningkat, halini terlihat dari hasi tes formatif yang telah dilakukan, lebih dari 50% siswa tuntas dalam belajar.

Pada siklus III siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga Tulang Napier, sehingga guru hanya fokus dalam mengamati siswa dan mengkoreksi hasil kerja siswa. Sebagian siswa fokus dalam mengikuti pembelajaran Matematika hanya satu dua siswa yang masih bercanda dan main-main dengan temannya. Dan hanya ada satu dua anak pula yang nilai masih terlihat kurang dari target KKM yang ditentukan, hal tersebut karena siswa tersebut adalah siswa pindahan dari sekolah lain. Dan dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan, kemampuan siswa tersebut kurang, baik dari menulis, prilalaku serta mental anak.

(84)

84

(85)

85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang diperoleh dari penulis dengan judul “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada

Operasi Hitung Perkalian Menggunakan Alat Peraga Tulang Napier Pada Siswa Kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga 2014”. Pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga Tulang Napier ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran MATEMATIKA pada pokok bahasan operasi hitung perkalian pada siswa kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga. Hal ini dapat dilihat dari presentase hasil belajar yang meningkat dari para siswa yang dapat dilihat dari hasil pembelajaran siklus I, II dan siklus III.

Pada pengamatan yang dilakukan dalam siklus I dilanjutkan dengan tes formaif didapatkan data berupa hasil rata-rata kelas yaitu 45,75. Pada siklus II rata-rata hasil tes formaif siswa 61,21 dan adanya perbedaan antara siklus I dan II membuktika adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus III rata-rata hasil tes formaif adalah 72,12

(86)

86

Jadi pembelajaran matematika pada pokok bahasan oprasi hitung perkalian dapat meningkatkan minat serta hasilbelajar siswa pada kelas IV SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga.

B. Saran-saran

1. Kepada para guru sebaiknya lebih kreatif lagi dalam pengelolaan pembelajaran di kelas sehingga siswa lebih bersemangat dan lebih memahami materi dengan mudah, serta siswa tidak mengalami rasa kejenuhan di dalam kelas

2. Memberikan peluang dan motivasi kepada guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

3. Agar memberikan kesempatan kepada guru dalam mengembangkan profesinya sehingga dapat meningkatkan kinerja dalam mengelola peserta didik dan kinerjanya dalam pembelajaran.

4. Sebelum melaksanakan pembelajaran, sebaiknya guru menyiapkan segala kebutuhan baik itu metode, media maupun alat peraga sebaik-baiknya.

(87)

87

Abdurrohman. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Ahmad Susanto. 2013. Teori belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Arikunto, Suharsini. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Baharudin, Wahyuni. 2008. Teori belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

DEPAG RI, 2002. Progam Guru Mata Pelajaran Matematika Mi

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Erawati, DKK. 2011. Teori-Teori belajar. Salatiga: STAIN Pres.

Mujiono dan Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta Rostiyan. 1986. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta : PT. Bina Aksara

Sriyanto. 2007. Stategi Sukses Menguasai Matematika. Jogjakarta : Indonesia Cerdas Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta : Diva pres

Wiriatmadja. 2008. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

http://www.alatperagatulangnapier.com/2010/10/alat-peraga-tulang-napier.html,

(88)

88

http://www.hasiltesguru.com/2012/04/pengertian-hasil-belajar.html, diakses 23

Agustus 2014 pukul 13.30 WIB

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-matematika-menurut-ahli.html,

(89)
(90)
(91)
(92)
(93)

93 Nama : Ahmad Alfiyan Fakhroni

Program Studi : PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah)

Nim : 11510055

Dosen PA : Miftachur Rif’ah Mahmud, M.Ag.

Jurusan : Tarbiyah

NO KEGIATAN WAKTU

KEGIATAN POINT KETERANGAN

(94)

94 (KML) KE-3 Se-JAWA

6.

SEMINAR POLITIK OLEH DEMA Dengan Tema “ Pilwakot Yang Ideal Untuk Masa Depan

Salatiga Yang Lebih

JURI “ Galang Tangkas se-Eks Karisidenan

(95)

95 “ Dari Minder Jadi Super

16. SEMINAR BAHASA

(96)
(97)
(98)

Gambar

Table 4.1 Hasil tes formatif pada siklus I
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek penelitian semua anak kelompok B PAUD Cahaya Bunda Kelurahan Sembung Kabupaten

kemudahan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul : “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Model Problem

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam II siklus. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas saat proses

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model kurt levin yang terdiri dari pra siklus,

Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian tindakkan kelas (PTK) dengan dua siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk bimbingan dan atas kemudahan_Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan Kelas

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan non tes. Instrumen penelitian berupa lembar observasi

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan melalui 2 siklus. Subyek penelitian berjumlah 21 peserta didik. Pengumpulan data menggunakan