SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
POPY INDRIANI
NIM: 114-13-030
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
i
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
POPY INDRIANI
NIM: 114-13-030
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
ii Mahasiswi : Popy Indriani
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di- Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka naskah Skripsi mahasiswi:
Nama : Popy Indriani NIM : 114-13-030
Jurusan : S1-Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : PEMBINAAN AKHLAK SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB NEGERI SALATIGA
dapat diajukan kepada Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 20 Maret 2017 Pembimbing,
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jalan Lingkar Selatan Km.2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
PEMBINAAN AKHLAK
SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB NEGERI SALATIGA
disusun oleh POPY INDRIANI
NIM: 114-13-030
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd __________________
Sekretaris Penguji : Imam Masarum, M.d __________________ Penguji I : Achmad Maimun, M.Ag __________________
Penguji II : Drs. Abdul Syukur, M.Si __________________
iv
Suwardi, M.Pd
NIP. 19670121 199903 1 002 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : POPY INDRIANI
NIM : 114-13-030
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat ataupun
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dukutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 20 Maret 2017 Yang menyatakan,
v MOTTO
“Jadikan diri selalu bermanfaat untuk orang lain”
(Popy Indriani)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „Alamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan menyajikan hasilnya dalam bentuk skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa kita limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju jalan yang penuh hidayah dari
Allah SWT.
Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu di IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan IAIN Salatiga yang telah memberikan kemudahan dalam proses persetujuan dan perijinan penelitian.
3. Hj. Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
yang telah memberikan petunjuk dan izin judul skripsi.
4. Imam Masarum, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing,
mengarahkan dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi.
5. Muhlisun, M.Pd, selaku Kepala SMPLB (SLB) Negeri Salatiga yang telah
vii
6. Eko Puji Widodo, S.Pd.I, selaku Guru PAI SMPLB Negeri Salatiga yang telah berkenan menjadi sumber data dalam penelitian.
7. Bapak/Ibu Guru SLB Negeri Salatiga yang telah membantu lancarnya proses selama penelitian berlangsung.
8. Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga yang telah membantu dan berkenan untuk bekerjasama dengan penulis selama penelitian.
9. Keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa restu atas
penyusunan skripsi.
10. Semua pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung atas dukungan dan
bantuan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga amal baik beliau-beliau semua mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan Ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 20 Maret 2017
viii ABSTRAK
Indriani, Popy, 2017. Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Masarum, M.Pd.
Kata Kunci: Pembinaan Akhlak dan Siswa Tunagrahita
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui tentang pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga. Siswa tunagrahita memiliki inteligensi di bawah rata-rata sehingga dalam pembinaan akhlaknya memerlukan cara yang khusus dan mendalam.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga? 2) metode apa yang diterapkan oleh Guru PAI dalam membina akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga? 3) permasalahan apa yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga?
Jenis penelitian ini adalah bersifat kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan datanya antara lain yaitu dengan observasi, interview dan dokumentasi.
ix HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ...
x BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembinaan Akhlak ... B. Siswa Tunagrahita SMPLB ...
1. Pengertian Siswa Tunagrahita SMPLB ... 2. Karakteristik Tunagrahita ... 3. Klasifikasi Tunagrahita ... 4. Faktor-Faktor Penyebab Tunagrahita ... 5. Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita ... 6. Perkembangan Sosial, Emosi dan Kepribadian
Anak Tunagrahita ... 7. Anak Tunagrahita dalam Pandangan Islam ... C. Penelitian Sebelumnya yang Relevan ...
15 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Profil SMPLB Negeri Salatiga ... 1. Sejarah dan Identitas Sekolah ... 2. Visi, Misi dan Tujuan ... 3. Kurikulum ... 4. Kondisi Guru dan Tenaga Kependidikan ... 5. Kondisi Siswa ... 6. Kondisi Sarana dan Prasarana ... B. Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB
Negeri Salatiga ... 1. Kondisi Akhlak Siswa ... 2. Peran Sekolah dalam Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga ... C. Metode yang diterapkan Guru PAI dalam Pembinaan
Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga 1. Metode uswah (keteladanan) ... 2. Metode Ta’widiyah (pembiasaan) ...
xi
3. Metode Mau’izah (nasehat) ... 4. Metode Tsawab (ganjaran) ...
D. Permasalahan yang Muncul dalam Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga ... 1. Kekurangan dan kelemahan siswa tunagrahita ... 2. Kurangnya kerjasama dengan orang tua dalam upaya
pembinaan akhlak siswa ... 3. Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga
53
A. Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga ... B. Metode yang diterapkan Guru PAI dalam Pembinaan
Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga C. Permasalahan yang Muncul dalam Pembinaan Akhlak
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I Kondisi Guru dan Tenaga Kependidikan SLB Negeri
Salatiga ... 39 Tabel II Daftar Nama Guru Pengampu Kelas Tunagrahita SMPLB
Negeri Salatiga ... 42 Tabel III Daftar Siswa Tunagrahita Muslim di SMPLB Negeri
Salatiga ... 43 Tabel IV Daftar Gedung dan Ruang SLB Negeri Salatiga ... 45 Tabel V Daftar Barang Penunjang Pembelajaran SLB Negeri
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. DOKUMENTASI
2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN 3. SURAT KETERANGAN PENELITIAN
4. DAFTAR RIWAYAT HIDUP 5. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
1
H. Latar Belakang Masalah
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Islam mengajarkan untuk hidup dengan akhlak yang mulia dalam keadaan bagaimanapun juga. Seperti akhlak yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW yang diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak. Beliau mempunyai akhlak yang agung atau paling baik, sebagaimana dalam
Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4:
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam (68): 4).
Akhlak dalam agama Islam tidak dapat disamakan dengan pengertian
etika. Etika hanya didefinisikan sebagai arti sopan santun antar sesama manusia dan hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah. Akhlak memiliki makna yang luas, meliputi berbagai aspek. Aspek akhlak mulai dari akhlak
terhadap Allah SWT hingga kepada sesama makhluk.
Akhlak terhadap Allah SWT merupakan bentuk ketaatan dan
bersikap terhadap Tuhannya. Sedangkan akhlak terhadap sesama makhluk merupakan sikap terhadap sesama manusia, terhadap hewan, tumbuhan dan
semua ciptaan Allah SWT baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa. Dalam kehidupan sehari-hari, baik mulai dari diri sendiri, dalam
keluarga, masyarakat, sekolah dan bersosialisasi dengan siapapun pasti tidak terlepas dari akhlak. Kegagalan pembinaan akhlak akan menimbulkan masalah yang sangat besar.
Sudah menjadi kewajiban guru untuk selalu membina siswanya agar berakhlak mulia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Seringkali guru beranggapan bahwa tugas mereka hanyalah mengajar yang tujuannya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswanya. Kadang mereka lupa bahwa guru itu “digugu dan ditiru”. Ini bermakna bahwa
tugas seorang guru bukanlah hanya mengajar saja, tetapi mendidik siswa menjadi lebih baik, baik dari segi akademis maupun nonakademis. Guru
sebagai suri tauladan bagi siswanya dalam segala hal, terutama guru pada sekolah luar biasa yang siswanya berkebutuhan khusus. Guru benar-benar
Salah satu sekolah yang menangani anak berkebutuhan khusus yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga. Sekolah tersebut terdiri dari
beberapa jenjang yaitu Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas
(SMALB). Tiap jenjang memberikan layanan pendidikan pada siswa dengan berbagai macam ketunaan, antara lain tunanetra, tuna rungu wicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, hiperaktif, autis, dan lain-lain.
Sebagaimana jenjang yang lain, SMPLB Negeri Salatiga juga memberikan layanan pendidikan kepada siswa berkebutuhan khusus dengan
berbagai macam ketunaan. Masing-masing ketunaan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dalam pembelajaran para siswa dikelompokkan ke dalam satu rombongan belajar sesuai dengan ketunaan yang disandang.
Pembelajaran di SMPLB tentunya tidaklah sama dengan pembelajaran di SMP reguler pada umumnya. Pada sekolah reguler, siswa tidak mempunyai
hambatan secara fisik maupun intelegensi, sehingga pembelajaran berjalan normal. Sedangkan di SMPLB Negeri Salatiga, semua siswa sebagai penyandang ketunaan yang artinya masing-masing mempunyai hambatan
baik dari segi intelegensi, fisik, sosial maupun emosional. Oleh karena itu, pembelajaran di SMPLB Negeri Salatiga membutuhkan pelayanan yang
khusus dan mendalam.
Karena adanya hambatan-hambatan pada siswanya, maka
minat, pembinaan agama, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan visi SMPLB/SLB Negeri Salatiga yaitu “Mendidik siswa mandiri, berkemampuan optimal dan berakhlak mulia”.
Sesuai dengan visi tersebut maka sekolah mempunyai program dalam
rangka mewujudkan siswa yang berakhlak mulia yaitu dengan pembinaan akhlak. Pembinaan akhlak diberikan kepada semua siswa baik yang beragama Islam maupun lainnya. Namun dalam hal ini penulis hanya meneliti tentang
pembinaan akhlak pada siswa muslim SMPLB khususnya siswa tunagrahita. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Siswa tunagrahita yang mempunyai keterbatasan intelegensi dan sosial tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi guru agama, guru kelas maupun pihak
sekolah dalam membina akhlak mereka.
Selama penulis mengadakan observasi, secara umum siswa
tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga sudah mempunyai akhlak yang baik, sebagai contoh siswa memberi salam dan berjabat tangan dengan guru, berdoa sebelum dan sesudah belajar, sholat dhuhur berjamaah, dan lain
sebagainya.
Namun demikian penulis juga masih menemukan ada beberapa siswa
yang masih acuh dengan teman dan gurunya, masih datang terlambat sehingga tidak berdoa sebelum belajar, belum mau sholat dhuhur berjamaah,
perhatian khusus bagi guru-guru di SMPLB Negeri Salatiga terutama guru Pendidikan Agama Islam.
Karena keterbatasan kemampuan intelektual siswa tunagrahita, maka pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga
tidak hanya menerapkan pembelajaran secara teoritis, tetapi lebih kepada pembelajaran praktis. Pembelajaran praktis yang dimaksud yaitu pembelajaran dalam membentuk akhlak siswa secara langsung. Disini guru
PAI berperan sebagai tauladan akhlak yang baik bagi siswanya. Namun karena siswa tunagrahita mempunyai keterbatasan dalam intelektual dan
sosialnya, sehingga masih ada juga siswa yang belum bisa belajar menerapkan akhlak yang baik.
Dalam pembelajaran PAI semua siswa seharusnya memenuhi nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Sesuai dengan informasi dari Bapak Eko Puji Widodo, S.Pd.I untuk KKM mata pelajaran
PAI pada SMPLB Negeri Salatiga yaitu 75. Hasil UTS Semester I Tahun 2016/2017 menunjukkan bahwa ada sebagian siswa belum memenuhi KKM, yang artinya materi-materi PAI belum sepenuhnya diserap dengan baik oleh
siswa termasuk di dalamnya materi tentang akhlak. Hal ini merupakan tantangan dan tanggung jawab bagi sekolah khususnya guru PAI.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pembinaan akhlak pada siswa tunagrahita mempunyai kesulitan dan tantangan tersendiri, maka penulis
I. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri
Salatiga?
2. Metode apa yang diterapkan guru PAI dalam membina akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga?
3. Permasalahan apa yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga?
J. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri
Salatiga
2. Mengetahui metode yang diterapkan guru PAI dalam membina akhlak
siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
K. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan khasanah keilmuan dalam dunia pendidikan, terutama pendidikan agama Islam.
Disamping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi kalangan akademisi yang akan mengadakan penelitian tentang pembinaan akhlak di sekolah berkebutuhan khusus.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat:
a. memberikan informasi tentang akhlak siswa tunagrahita di SMPLB
Negeri Salatiga
b. menjadi sumbangan pemikiran alternatif dalam pembinaan akhlak di
SMPLB Negeri Salatiga
c. menjadi masukan bagi pendidik di sekolah luar biasa dalam pembinaan akhlak siswanya secara umum.
L. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dalamjudul skripsi
1. Pembinaan Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pembinaan adalah usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Depdiknas, 2007: 152). Sedangkan
akhlak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan budi pekerti, kelakuan (Depdiknas, 2007: 20).
2. Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam
kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental detective, dan lain-lain (Somantri, 2006: 103).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud siswa tunagrahita adalah siswa yang memiliki problema belajar yang
disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial dan fisik. Karena adanya hambatan tersebut, maka siswa tunagrahita membutuhkan layanan pendidikan secara khusus seperti
sekolah luar biasa yang mencakup jenjang SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagaimana SLB pada umumnya, SLB Negeri Salatiga juga melayani
siswa berkebutuhan khusus tunagrahita dari jenjang SDLB, SMPLB maupun SMALB. Namun pada penelitian ini, peneliti fokus pada siswa
M.Metode Penelitian
9. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sebagaimana pendapat Moleong bahwa penelitian kualitatif
merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2009: 3). Sedangkan pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan
di lapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa angka-angka. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah pembinaan akhlak pada anak tunagrahita.
10.Kehadiran Peneliti
Peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian untuk
memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Peneliti ikut berperan serta menjadi pengamat dan mengikuti secara pasif kegiatan pembinaan akhlak siswa tunagrahita selama penelitian berlangsung.
11.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
Salatiga yang beralamat di Jalan Hasanudin Gang Cakra, Banjaran, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Di sekolah
Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Adapun yang akan menjadi obyek penelitian ini hanya pada jenjang SMPLB.
12.Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa sumber data
untuk memperkuat penelitian. Sumber data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Sumber data manusia
Sumber data ini berasal dari informan, yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam pembinaan akhlak. Dalam penelitian ini ada
beberapa informan yaitu kepala sekolah, guru PAI dan guru kelas tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga.
b. Sumber data bukan manusia
Sumber data ini bersumber dari dokumen dan bahan-bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini.
13.Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah pencatatan sistemik
terencana fenomena yang diselidiki (Sutrisno, 1995: 227). Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang sebenarnya dengan
Melalui observasi ini diharapkan penulis memperoleh data yang konkret tentang kondisi akhlak siswa, strategi guru PAI dan peran
sekolah dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga.
b. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2009: 186).
Penulis menggunakan metode wawancara untuk memperoleh data yang lebih detail. Pelaksanaan wawancara dengan cara bebas terpimpin, yaitu memberi kebebasan kepada pihak terwawancara tetapi
pewawancara mengarahkan secara langsung pokok permasalahannya sehingga diperoleh data yang lebih jelas dan detail. Metode ini penulis
gunakan untuk mengetahui kondisi SLB Negeri Salatiga secara umum dan pembinaan akhlak siswa tunagrahita jenjang SMPLB secara mendalam. Adapun yang menjadi narasumber atau pihak
terwawancara yaitu kepala sekolah, guru PAI dan guru kelas. c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai profil SLB Negeri Salatiga, keadaan guru, keadaan peserta didik,
jadwal pelajaran, bukti kegiatan pembinaan akhlak, dan lain-lain. 14.Analisis Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh, penulis selanjutnya akan melakukan analisis dan pembahasan secara deskriptif. Data yang diperoleh disusun sedemikian rupa kemudian dikaji dan
dikupas secara runtut.
Penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif analisis non
statistikal karena data yang diperoleh merupakan data kualitatif. Yang dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisis yang pengolahan datanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang
telah dibuat peneliti (Arikunto, 2006: 239). Peneliti menguraikan secara menyeluruh dan cermat tentang pembinaan akhlak pada siswa tunagrahita
SMPLB Negeri Salatiga.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, maka
dilakukan pengelompokkan data dan pengurangan yang tidak penting. Setelah itu penulis melakukan analisis penarikan kesimpulan tentang
pembinaan pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga. 15.Pengecekan Keabsahan Data
metode. Validasi sumber data meliputi kepala sekolah, guru PAI dan guru kelas, sedangkan validasi metode meliputi observasi, wawancara dan
dokumentasi.
16.Tahap-tahap Penelitian
a. Penelitian Pendahuluan
Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan pembinaan akhlak pada anak tunagrahita, kemudian membuat kerangka atau
bahan untuk memulai penelitian. b. Penelitian Desain
Setelah mengetahui banyak hal tentang pembinaan akhlak pada anak tunagrahita, kemudian penulis melakukan observasi dan wawancara secara langsung ke obyek penelitian untuk mengetahui
bagaimana pembinaan akhlak pada siswa tunagrahita. c. Penelitian Sebenarnya
Penulis mengkaji antara informasi yang didapat dalam buku-buku mengenai pembinaan akhlak pada anak tunagrahita dengan data yang diperoleh di lapangan secara langsung.
N. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pengkajian dan pemahaman terhadap skripsi ini, penulis menyusun dengan menggunakan uraian yang sistematis.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang pengertian dan teori tentang pembinaan akhlak dan siswa tunagrahita SMPLB serta
penelitian sebelumnya yang relevan
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini memaparkan profil SMPLB Negeri Salatiga, temuan dalam pembinaan akhlak, metode yang diterapkan guru PAI serta permasalahan yang muncul dalam
pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini membahas tentang pembinaan akhlak siswa tunagrahita, metode yang diterapkan guru PAI serta
permasalahan yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis menyajikan tentang kesimpulan,
15 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
O. Pembinaan Akhlak
Pembinaan merupakan bagian dari pendidikan yang di dalam pelaksanaannya mencakup pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan secara praktis. Pembinaan bertujuan untuk membantu individu dalam rangka
menemukan dan mengembangkan kemampuannya untuk memperoleh hasil yang lebih baik sehingga mampu mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
Dari segi bahasa (etimologi), kata akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khulk. Menurut kamus Al-Munjid di dalam buku Pengantar Studi Akhlak (Asmaran, 2002: 1), khulk berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.
Menurut Imam Al-Ghazali, al-khuluq (akhlak) merupakan suatu sifat yang terpatri dalam jiwa, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirkan dan merenung terlebih dahulu (Mahmud, 2004: 28).
Jika sifat yang tertanam itu darinya terlahir perbuatan-perbuatan baik dan terpuji maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Sedangkan jika yang
terlahir adalah perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang buruk.
terwujud hanya dengan keindahan dua mata, dengan tanpa hidung, mulut dan lainnya. Sebaliknya, semua unsur tadi harus indah sehingga terwujud
keindahan lahir manusia. Demikian juga dalam batin manusia ada empat rukun yang harus terpenuhi sehingga terwujudlah keindahan khuluq (akhlak). Jika keempat rukun itu terpenuhi, indah dan bersesuaian, maka terpenuhilah keindahan akhlak itu. Menurut Imam Al-Ghazali di dalam buku Akhlak Mulia (Mahmud, 2004: 28) keempat rukun agar terwujud keindahan akhlak
yaitu:
1. Kekuatan ilmu
Keindahan dan kebaikannya adalah dengan membentuknya hingga menjadi mudahmengetahui perbedaan antara jujur dan dusta dalam ucapan, antara kebenaran dan kebatilan dalam berakidah, dan antara
keindahan dan keburukan dalam perbuatan. 2. Kekuatan marah
Keindahannya adalah jika pengeluaran marah itu dan penahannya sesuai dengan tuntunan hikmah.
3. Kekuatan syahwat
Keindahan dan kebaikannya adalah jika ia berada di bawah perintah hikmah, yaitu perintah akal dan syariat. Hal ini digambarkan
dengan sifat iffah yaitu menjaga kesucian diri. 4. Kekuatan keadilan
Siapa yang dapat mewujudkan keseimbangan unsur-unsur tersebut, ia pun menjadi sosok yang berakhlak baik secara mutlak. Sementara orang yang
hanya dapat mewujudkan sebagian unsur tersebut, maka ia menjadi orang yang berakhlak baik jika dilihat pada segi yang baik itu saja. Dengan
demikian, pokok-pokok utama keutamaan akhlak menurut Al-Ghazali (Mahmud, 2004: 31) adalah empat sifat yaitu: hikmah,keberanian, iffah, dan keadilan.
Hikmah adalah kondisi jiwa yang dengannya seseorang dapat mengetahui yang benar dan yang salah, dalam seluruh perbuatan yang
dilakukan. Keberanian adalah kondisi kekuatan kemarahan yang tunduk kepada akal, dalam maju dan mundurnya. Iffah atau kesucian diri adalah melatih kekuatan syahwat dengan kendali akal dan syariat. Sedangkan
keadilan adalah kondisi jiwa dan kekuatannya yang memimpin kemarahan dan syahwat, dan membimbingnya untuk berjalan sesuai dengan tuntutan
hikmah, juga memegang kendalinya dalam melepas dan menahannya sesuai dengan tuntutan kebaikan.
At-Tahanawi mengartikan akhlak sebagai keseluruhannya kebiasaan,
sifat alami, agama dan harga diri (Mahmud, 2004: 34). Beliau membagi akhlak atas tiga hal, yaitu: keutamaan, kehinaan dan selain keduanya.
Keutamaan merupakan dasar bagi apa yang sempurna. Kehinaan merupakan dasar bagi apa yang kurang. Sedangkan selain keduanya merupakan dasar
Akhlak yang agung bagi para shalihin menurut At-Tahanawi di dalam buku Akhlak Mulia (Mahmud, 2004: 34) adalah berpaling dari dua semesta,
dan menghadap hanya kepada Allah SWT semata secara total. Akhlak yang agung bagi Nabi Muhammad SAW adalah yang disinyalir dalam firman
Allah SWT, (QS Al-Qalam: 4) “Dan sesungguhnya kamu benar-benar
berbudi pekerti yang agung”. Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Quran, yang bertindak sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan telah tertanam kuat
dalam diri, sehingga beliau dalam menjalaninya tanpa kesulitan.
Akhlak merupakan menangnya keinginan dari beberapa keinginan
manusia dengan langsung berturut-turut (Ahmad Amin, 1991: 62). Orang yang baik ialah orang yang menguasai keinginan baik dengan langsung berturut-turut dan begitu juga sebaliknya orang yang jahat atau tidak baik.
Menurut definisi para ulama, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah,
tanpa diawali berfikir panjang, merenung dan memaksakan diri (Mahmud, 2004: 34). Sedangkan sifat-sifat yang tidak tertanam kuat dalam diri, seperti kemarahan seseorang yang asalnya pemaaf, maka itu bukan akhlak. Demikian
juga sifat kuat yang justru melahirkan perbuatan-perbuatan kejiwaan dengan sulit dan berpikir panjang, seperti orang bakhil yang berusaha menjadi
dermawan ketika ingin dipandang orang, maka itu tidak dinamakan akhlak. Dari definisi-definisi akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak
dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran yang dalam. Jika kondisi tersebut timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut
pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan akhlak mulia. Sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk maka disebutlah akhlak
yang tercela.
Ukuran akhlak yang baik/mulia adalah jika ia sesuai dengan syariat Allah, berhak mendapatkan ridho-Nya dan dalam memegang akhlak yang
baik ini selalu memperhatikan pribadi, keluarga, dan masyarakat sehingga di dalamnya terdapat kebaikan dunia dan akhirat. Secara sederhana yang
menjadi dasar akhlak mulia adalah pendidikan dan latihan atau pembinaan untuk selalu berbuat baik.
Adapun sifat-sifat pokok dari nilai akhlak dalam Islam (Asmaran,
2002: 128) dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Akhlak Rabbani
Akhlak rabbani merupakan ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang termaktub di dalam Al-Quran maupun Sunnah Rasul. Sifat rabbani ini menyangkut dengan tujuan Islam yaitu untuk
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti, dalam hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, orang lain
2. Akhlak Manusiawi
Akhlak manusiawi yang dimaksud adalah bahwa ajaran akhlak
dalam Islam sejalan dengan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan
mengikuti ajaran akhlak dalam Islam. Ketetapan akal tentang kebaikan akan bertemu dengan ajaran kebaikan dalam akhlak Islam. Ajaran akhlak dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan
dalam arti yang hakiki, bukan kebahagiaan semu. Allah yang menciptakan manusia dengan fitrahnya. Manusia dibimbing dengan akhlak Islam agar
dapat hidup sesuai dengan tuntutan fitrahnya. 3. Akhlak Universal
Akhlak universal yang dimaksud adalah ajaran akhlak dalam Islam
sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek hidup manusia. Manusia diciptakan Allah SWT berkedudukan sebagai
individu, makhluk sosial dan yang mendiami serta memperoleh sarana kehidupannya dari alam lingkungannya. Dengan demikian ajaran akhlak dalam Islam memberikan pedoman tentang bagaimana seharusnya
manusia hidup dan berkehidupan dengan diri pribadinya sendiri, berhadapan dengan masyarakatnya, berhadapan dengan alam
lingkungannya dan lebih-lebih berhadapan dengan Allah SWT. 4. Akhlak Keseimbangan
manusia sebagai malaikat yang hanya menitikberatkan segi kebaikannya dan yang mengkhayalkannya sebagai hewan yang menitikberatkan pada
sifat keburukannya saja.
Akhlak Islam memenuhi tuntutan kebutuhan hidup manusia,
jasmani dan rohani secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan akhirat secara seimbang pula. Memenuhi kebutuhan pribadi juga harus seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.
5. Akhlak Realistik
Akhlak realistik dimaksud adalah bahwa ajaran akhlak dalam Islam
memperhatikan kenyataan manusia. Meskipun sebagai makhluk yang mulia dan mempunyai kelebihan dari makhluk-makhluk lainnya, manusia mempunyai kelemahan-kelemahan, memiliki berbagai macam
kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Termasuk realistiknya akhlak Islam adalah bahwa keadaan luar
biasa yang dihadapi manusia dalam hidupnya diperhatikan. Hal yang dalam keadaan biasa dilarang, diberikan pengecualian jika keadaan memaksa.
P. Siswa Tunagrahita SMPLB
8. Pengertian Siswa Tunagrahita SMPLB
Menurut Wikipedia siswa adalah istilah bagi peserta didik pada
diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu
komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan
edukatif/pedagogis.
Dalam penelitian ini, siswa yang dimaksud adalah peserta didik yang belajar di jenjang sekolah menengah pertama yang melayani anak
berkebutuhan khusus yang disebut dengan SMPLB. Sesuai dengan subyek penelitian, maka siswa yang dipilih peneliti yaitu siswa pada
SMPLB Negeri Salatiga. Sekolah tersebut melayani siswa dengan berbagai ketunaan, antara lain: tunanetra, tuna rungu wicara, tunagrahita, tunadaksa dan lain sebagainya.
Di dunia pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus anak yang mengalami gangguan kecerdasan disebut juga dengan anak tunagrahita.
Istilah-istilah untuk menyebut anak tunagrahita yaitu mental illness, mental retardation, mental retarded, mental deficiency, mentally defective, gangguan intelektual serta terbelakang mental (Tin Suharmini, 2009: 41). Anak tunagrahita biasanya mengalami keterlambatan dalam belajar yang disebabkan karena kemampuan mereka berada di bawah
rata-rata kecerdasan anak normal.
Menurut Sutjihati Somantri (2007: 103) anak tunagrahita
interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk
mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, sehingga mereka perlu layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan
kondisi anak tersebut.
Menurut Abdurrachman yang dikutip oleh Rahmad Rizani, dkk (2012:06) kata lain dari tunagrahita adalah retardasi mental (mental retardation). Secara harfiah kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita adalah pikiran. Ciri utama dari anak tunagrahita adalah lemah dalam
berpikir atau bernalar. Kurangnya kemampuan anak dalam berpikir dan bernalar mengakibatkan kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata.
Menurut pendapat Munzayanah dalam artikel pendidikan (http://forumgurunusantara.blogspot.co.id/2015/04/pengertian
klasifikasi-dan.html, diakses 4 Desember 2016) anak tunagrahita adalah anak yang
mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangan daya pikir serta seluruh kepribadianya sehingga dia tidak mampu hidup di
masyarakat atas kemampuan sendiri meskipun dengan cara yang sederhana.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa siswa tunagrahita SMPLB yaitu anak yang belajar pada jenjang
sehingga dapat mengakibatkan kurang mampunya dalam menyesuaikan diri dalam kehidupan di masyarakat. Siswa tunagrahita perlu ditangani
oleh lembaga pendidikan khusus atau tenaga-tenaga yang memiliki keahlian khusus di lembaga umum guna dapat memberikan pelayanan
secara khusus dan optimal. 9. Karakteristik Tunagrahita
Menurut Sutjihati Somantri (2007: 105) karakteristik anak
tunagrahita secara umum adalah sebagai berikut: a. Keterbatasan Inteligensi
Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam hal kemampuan untuk mempelajari informasi yang baru, berfikir abstrak, kreatif, kritis serta kurang dalam merencanakan masa depan. Kemampuan belajarnya
cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo. b. Keterbatasan Sosial
Anak tunagrahita ketergantungan terhadap orang tua, tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana sehingga mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga gampang
dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.
c. Keterbatasan Funsi-fungsi Mental Lainnya
Anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu,
mereka dalam memprediksi terlebih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.
10. Klasifikasi Tunagrahita
Selain memiliki karakteristik secara umum anak tunagrahita juga
memiliki ciri-ciri khusus yang bisa dikelompokkan menjadi klasifikasi anak tunagrahita sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu tertentu. Maksud dari adanya klasifikasi anak tunagrahita tersebut adalah untuk
memudahkan penentuan bentuk pelayanan yang tepat bagi masing-masing kelompok atau tingkatan tunagrahita.
Menurut Grosmman Ettel yang dikutip Mulyono Abdurrahman (http://forumgurunusantara.blogspot.co.id/2015/04/pengertian klasifikasi-dan.html, diakses 4 Desember 2016) mengemukakan bahwa klasifikasi
ketunagrahitaan untuk keperluan pembelajaran, terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
a. Taraf perbatasan atau lamban belajar b. Tunagrahita mampu didik
c. Tunagrahita mampu latih
d. Tunagrahita mampu rawat (berat, dan sangat berat)
Menurut Paula Anne Ford-Martin sebagaimana dikutip oleh Tin
Suharmini (2009: 42) klasifikasi anak tunagrahita dibatasi dengan apa yang dinyatakan dari tes inteligensi yang terstandar, atau dengan ukuran
a. Mild mental retardation (tunagrahita ringan)
Tunagrahita ringan mempunyai IQ yang bergerak dari 50-75.
Anak-anak ini dapat diajar akademik kira-kira sampai kelas 4, 5 atau 6. Mereka juga dapat menjadi anak yang percaya diri, mandiri,
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan baik apabila lingkungan sosialnya mendukungnya. Anak tunagrahita ringan ini biasanya disebut dengan debil.
b. Moderate mental retardation (tunagrahita sedang)
Anak tunagrahita sedang biasa disebut dengan imbesil. Tunagrahita sedang mempunyai IQ yang bergerak dari 35-55. Mereka mampu merawat diri dan melaksanakan tugas sederhana dengan bimbingan. Bimbingan di rumah oleh keluarga sangat menentukan kesuksesan
anak terutama dalam keterampilan berkomunikasi. c. Severe mental retardation (tunagrahita berat)
Kelompok penyandang tunagrahita berat sering disebut idiot. Tunagrahita berat mempunyai IQ yang bergerak dari 20-40. Keterampilan merawat diri dan komunikasi yang dapat mereka
lakukan sangat terbatas, hanya pada tingkat dasar. d. Profound mental retardation (tunagrahita sangat berat)
Tunagrahita sangat berat mempunyai IQ yang bergerak di bawah 20-25. Anak tunagrahita ini kemungkinan dengan latihan-latihan dan
11. Faktor-Faktor Penyebab Tunagrahita
Menurut Straus dalam Muamin (1995: 72) membagi penyebab
tunagrahita menjadi dua yaitu: 1) Endogen
Endogen adalah faktor yang penyebabnya berasal dari sel keturunan. 2) Eksogen
Eksogen adalah hal-hal lain diluar keturunan misalnya:
kecelakaan,kekurangan gizi, faktor penanganan pada saat kelahiran, penyakit pada ibu ketika hamil dan lain sebagainya.
Dalam artikel Rahmat Rizani (2012: 6) menjelaskan cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor penyebab ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor yang
terjadi sebelum lahir (prenatal), saat lahir (natal) dan setelah lahir (postnatal).
1) Prenatal (sebelum lahir)
Yaitu terjadi pada waktu bayi masih ada dalam kandungan. Penyebabnya seperti: campak, diabetes, cacar, virus tokso, juga ibu
hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan (naza) dan juga perokok berat.
2) Natal (waktu lahir)
Proses melahirkan yang sudah terlalu lama dapat mengakibatkan
otak (anoxia). Selain itu juga proses melahirkan yang menggunakan alat bantu (penjepit, tang) yang akan menimbulkan kerusakan pada
organ bayi terutama otak. 3) Postnatal ( Sesudah Lahir)
Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan
(tunagrahita).
12. Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita
Kognisi meliputi proses dimana pengetahuan itu diperoleh, disimpan dan dimanfaatkan. Jika terjadi gangguan inteligensi atau intelektual anak, maka perkembangan kognitif anak juga akan terganggu.
Menurut Sutjihati Somantri (2007: 110) perkembangan kognitif anak tunagrahita secara umum adalah sebagai beriku:
a. Dalam hal kecepatan belajar, anak tunagrahita jauh ketinggalan oleh anak normal. Anak tunagrahita lebih banyak memerlukan ulangan tentang materi yang dipelajari
b. Ketepatan (keakuratan) respon anak tunagrahita kurang daripada respon anak normal.
c. Anak tunagrahita tidak mampu memanfaatkan informasi (isyarat) yang ada untuk menjawab soal
e. Anak tunagrahita sulit dalam hal mengingat yang sifatnya segera 13. Perkembangan Sosial, Emosi dan Kepribadian Anak Tunagrahita
Dalam bukunya Tin Suharmini (2009: 88) menerangkan bahwa perkembangan sosial anak dikatakan baik apabila anak sudah dapat
berperilaku sesuai dengan norma-norma masyarakat. Perkembangan emosi sudah dapat mencapai perkembangan yang optimal apabila anak sudah dapat mencapai keseimbangan emosi. Maksud dari keseimbangan
emosi adalah anak dapat mengelola emosinya dan dapat mengekspresikannya sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat.
Kelemahan intelektual anak tunagrahita menyebabkan hambatan dalam perkembangan sosial, emosi maupun kepribadiannya. Emosi anak tunagrahita tidak matang, kadang masih nampak seperti emosi pada
kanak-kanak, nampak dengan jelas, mudah dipengaruhi, sensitif, dan kadang meledak-ledak.
Anak tunagrahita juga mempunyai masalah penyesuaian sosial. Sebagaimana halnya dengan anak normal, anak tunagrahita juga mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan oranglain, namun
mereka mengalami kesukaran dan kegagalan dalam penyesuaian sosial. Pemberian kesempatan untuk berhubungan sosial dan latihan
kemandirian akan banyak membantu anak untuk sukses dalam beradaptasi dengan lingkungan.
orang tua, dan sikap masyarakat. Pada waktu anak lahir sampai sebelum sekolah, keluarga merupakan faktor yang banyak menentukan
perkembangan kepribadian dan sosial anak tunagrahita. Pada waktu anak sekolah, perkembangan kepribadian dan sosial anak tunagrahita tidak
hanya dipengaruhi oleh keluarga saja tetapi juga teman-temannya, guru, dan masyarakat sekitar.
14. Anak Tunagrahita dalam Pandangan Islam
Islam memandang sama semua manusia. Islam tidak melihat dari fisik, harta maupun tahta melainkan dari hati dan keimanan seseoang.
Seperti yang tercantum dalam Q.S. An-Nur ayat 61 yang artinya:
“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang
ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar
kamu memahaminya.”
Islam sangat memuliakan manusia sekalipun yang cacat, karena Allah Maha Adil. Islam tidak pernah memandang rendah anak berkebutuhan khusus yang termasuk di dalamnya anak tunagrahita.
Sesuai dengan karakteristiknya, anak tunagrahita termasuk anak yang tidak sempurna akalnya. Di dalam hukum Islam, orang yang tidak
sempurna akalnya tidak termasuk mukallaf. Mukallaf yaitu orang yang dibebani ketentuan-ketentuan hukum Syara‟ (Departemen Agama, 1984: 5). Agar seseorang disebut mukallaf harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Orang tersebut harus dapat memahami dalil-dalil penetapan hukum
baik dari Al-Quran maupun Hadits
b. Orang tersebut harus telah berakal sempurna
Sebagian besar ulama Usul Fiqh mengatakan bahwa dasar
adanya taklif (pembebanan hukum) terhadap seorang mukallaf adalah akal dan pemahaman. Seorang mukallaf dapat dibebani hukum apabila
ia telah berakal dan dapat memahami taklif secara baik yang ditujukan kepadanya. Oleh karena itu, orang yang tidak atau belum berakal tidak
sedang tidur, anak kecil, gila, mabuk, khilaf dan lupa. Pendapat ini berdasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW:
عفر
Artinya: “Diangkat pembebanan hukum dari tiga (orang); orang tidur
sampai bangun, anak kecil sampai baligh, dan orang gila
Artinya: “Beban hukum diangkat dari umatku apabila mereka khilaf, lupa dan terpaksa”.
memenuhi persyaratan sebagai mukallaf. Mereka tidak mempunyai akal dan pemahaman yang sempurna sehingga mereka tida bisa
dikenai taklif (pembebanan hukum).
Q. Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Dalam rangka melengkapi skripsi ini, penulis menggunakan dasar dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pembinaan akhlak.
Skripsi-skripsi tersebut antara lain:
1. “Pembinaan Akhlak Siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta” yang disusun oleh Umi Habibah dari UIN Sunan Kalijaga
tahun 2009. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa tentang proses pembinaan akhlak di MA Ali Maksum
Yogyakarta, metode-metode yang diterapkan, serta faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya.
2. Skripsi Fitri Pagerwati tahun 2007 dengan judul “Peranan Guru Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMPN 31 Kebayoran Lama
Jakarta Selatan”. Skripsi ini hanya fokus membahas tentang bagaimana
peranan guru agama Islam dalam membina akhlak siswanya.
3. Skripsi dari Ida Rosida dengan judul “Pembelajaran Akhlak Terhadap
Alam di Sekolah Alam Bandung” tahun 2006. Skripsi ini membahas
tentang bagaimana materi pembelajaran akhlak terhadap alam di Sekolah
4. Skripsi oleh Anggih Ratna Sari dengan judul “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Pembentukan Karakter Anak Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wantuwirawan
Salatiga 2016/2017”. Skripsi ini disusun untuk mengetahui karakter
siswa tunagrahita serta mengetahui strategi guru PAI dalam membentuk karakter siswa tunagrahita SMPLB Wantuwirawan.
Berdasarkan kajian pustaka dari penelitian yang relevan di atas, dapat
diketahui bahwa belum ada penelitian tentang pembinaan akhlak siswa tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga. Dalam penelitian ini, penulis akan
35 BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
R. Profil SMPLB Negeri Salatiga
7. Sejarah dan Identitas Sekolah
SLB Negeri Salatiga adalah sekolah luar biasa yang menangani siswa-siswi berkebutuhan khusus yang ada di Salatiga. SLB Negeri Salatiga merupakan pengembangan dari SDLB Negeri Mangunsari yang
dibangun pada tahun 1983 berdasarkan Inpres Nomor 4 Tahun 1983. Sekolah ini dulunya hanya melayani siswa-siswi berkebutuhan khusus
yang berjenjang SDLB saja. Awalnya SDLB Negeri Mangunsari hanya melayani 4 siswa tunagrahita dengan 5 tenaga pengajar.
Menyesuaikan perkembangan pendidikan, situasi dan kondisi untuk
lebih banyak memberikan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, maka SDLB Negeri Mangunsari beralih status menjadi SLB
Negeri Salatiga sesuai dengan SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor: 421.8/24686 tanggal 25 Juni 2007. SLB Negeri Salatiga menyelenggarakan pelayanan pendidikan mulai dari jenjang
TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut, maka SMPLB Negeri Salatiga mulai melayani pendidikan untuk
siswa berkebutuhan khusus yang termasuk di dalamnya adalah siswa tunagrahita.
Nama Sekolah : SLB Negeri Salatiga
NPSN : 20328473
NIS : 100610
NSS : 101036203018
Status : Negeri
Alamat : Jl. Hasanudin Gang III Banjaran RT 03 RW 12 Kel. Mangunsari, Kec. Sidomukti, Kota Salatiga
Telepon : 0298-328036
Email : slbnegerisalatiga@yahoo.com
Website : www.slbnsalatiga.sch.id 8. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi
“Mendidik siswa bisa mandiri, berkemampuan optimal dan berakhlak
mulia”
1) Siswa Mandiri
Dengan proses pendidikan dan pelatihan yang diterapkan, diharapkan siswa mampu membangun kemandiriannya. Program
pendidikan difokuskan untuk memberi bekal mental dan keterampilan siswa untuk dapat mengurus diri sendiri meskipun
dengan keterbelakangan dan kekurangan berbeda yang dimiliki oleh setiap siswa. Siswa diajarkan untuk bisa melayani diri
sehari-hari tanpa harus selalu dengan bantuan guru, orang tua maupun orang lain.
2) Siswa Berkemampuan Optimal
Kemampuan optimal tidak hanya dinilai dari meningkatnya
intelijensi siswa, namun keterampilan menerima dan mengembangkan kreasi juga dapat dijadikan ukuran. Tingkat pengetahuan, kecakapan, penugasan materi dan keterampilan
siswa tunagrahita sangat berbeda dengan siswa normal pada umumnya. Namun dengan pembelajaran khusus yang diterapkan
di SMPLB Negeri Salatiga, maka kemampuan siswa tunagrahita bisa dioptimalkan. Dari segi non-akademis, bakat minat siswa tunagrahita dapat dikembangkan melalui program ekstrakurikuler
yang ada di sekolah. 3) Siswa Berakhlak Mulia
Akhlak mulia merupakan tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang tidak hanya mengembangkan nilai akademis saja tetapi mampu
menanamkan akhlak mulia dalam setiap pembelajarannya. Siswa diajarkan untuk bersikap dan berakhlak sesuai dengan nilai-nilai
luhur Islam meliputi perintah dan larangan yang harus diketahui, dijalankan dan ditinggalkan. Dari pembiasaan baik yang
b. Misi
1) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar mengacu
perundang-undangan yang berlaku
2) Melaksanakan program kurikulum yang berlaku
3) Menambah kegiatan keterampilan 4) Mengintensifkan kegiatan agama c. Tujuan
1) Menampung anak berkebutuhan khusus (anak luar biasa/penyandang ketunaan) di daerah Salatiga dan sekitarnya
dalam lembaga pendidikan formal
2) Mengembangkan potensi anak didik untuk menghadapi masa depan mereka yang kompetitif
3) Memberikan pelayanan pendidikan secara utuh dan berkesinambungan.
9. Kurikulum
SMPLB Negeri Salatiga menerapkan kurikulum pendidikan khusus 2013 sesuai dengan jenis ketunaannya. Kelas tunagrahita SMPLB
memakai kurikulum pendidikan khusus 2013 SMPLB Tunagrahita. Dengan kurikulum yang telah disesuaikan dengan kondisi siswa
tunagrahita, diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan siswa tunagrahita sesuai dengan kebutuhan, bakat dan
minat siswa.
Menurut Syaiful Bahri, guru yaitu orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik
secara individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah (2004: 87). Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat dalam
upaya mengantarkan anak didik ke tujuan pendidikan yang dicita-citakan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan anak didik.
Guru atau pendidik yang mengampu di SLB Negeri Salatiga saat
ini ada 38 orang yang terdiri dari 32 guru PNS dan 6 guru wiyata bhakti. Sedangkan jumlah tenaga kependidikan ada 4 orang yang semuanya
wiyata bhakti yang terdiri dari 1 orang pustakawan, 1 orang tenaga administrasi, 1 orang terapis wicara dan 1 orang penjaga sekolah.
Guru-guru yang mengajar di SLB Negeri Salatiga mempunyai latar
belakang pendidikan yang beragam, seperti pendidikan luar biasa (PLB), matematika, bahasa inggris, olahraga, pendidikan agama Islam maupun
pendidikan agama Kristen. Mereka mendapat tugas dan tanggung jawab mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan tabel daftar guru dan tenaga
kependidikan SLB Negeri Salatiga sebagai berikut: Tabel I
Kondisi Guru dan Tenaga Kependidikan SLB Negeri Salatiga
IJASAH MENGA
NO NAMA JABATAN TERAKHIR JAR
1 Muhlisun, M.Pd Kepala
3 Rohani Eko Sunareni, S.Pd
Guru S1 PLB 8C1
4 Rohana Dwi Sunaryanti,
18 Muh Ihromi, S.Pd.I Guru S1 PAI PAI
35 Baniyah, S.PdI Guru S1 Bahasa
39 Lusi Wulandari Tenaga Administrasi
SMA -
40 Reni Indriyani Agustine,
S.I.Pust
42 Khoirul Saleh Penjaga
Sekolah
SMP -
Tabel II
Daftar Nama Guru Pengampu Kelas Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga
2 Rohani Eko Sunareni,
S.Pd
Guru Kelas P 8-C1
4 Heriani Thamrin,
Jumlah siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga yang beragama
Islam ada 13 siswa, adapun rinciannya adalah sebagai berikut: Tabel III
Daftar Siswa Tunagrahita Muslim di SMPLB Negeri Salatiga
No Nama JK NISN Kelas
1 Adam Wahab L 0026563826 7-C
2 Adi Nugroho Febriyanto L 0021050576 9-C
4 Eko Yulianto L 0024700034 7-C
5 Erika Indah Pratiwi P 0049281127 7-C
6 Faisal Firmansyah L 0006436150 7-C
7 Iqbal Angga Kusuma L 0015488987 7-C
8 Latiful Mudzi Khanafi L 0029047508 8-C1
9 M. Alpha Teddy L 0014760461 9-C
10 Muhammad Ali Tamimi L 9946008093 9-C1
11 Mustianah P 9894849664 9-C1
12 Nadya Yuliana Puspita P 9970266143 8-C
13 Rafli Rozaq Maulana L 0017501287 7-C1
14 Savitri Dewi Anggraeni P 0016564956 7-C
15 Sintiya Saputri P 0024322065 8-C1
16 Sugiarti P 9954971846 7-C
17 Tri Sukarsono L 9980105460 8-C
12.Kondisi Sarana dan Prasarana
SLB Negeri Salatiga saat ini telah memiliki 2 lokasi pembelajaran. Lokasi yang utama yaitu berada di Jl. Hasanudin Gang III Banjaran RT
03 RW 12, Mangunsari, Sidomukti, Salatiga. Sedangkan lokasi kedua merupakan pengembangan atau penambahan gedung dan ruang
kedua ada 2.224 m2. Secara keseluruhan luas lahan yang dimiliki oleh SLB Negeri Salatiga yaitu 6.034 m2. Sarana dan prasarana yang dimiliki
SLB Negeri Salatiga antara lain sebagai berikut: a. Gedung dan Ruang
SLB Negeri Salatiga terdiri dari beberapa gedung bangunan yang terpisah antara yang satu dengan lainnya. Dalam masing-masing gedung terdapat ruang-ruang yang digunakan untuk ruang kelas
maupun untuk pemanfaatan lainnya. Secara rinci kami sajikan tabel daftar ruang SLB Negeri Salatiga beserta kondisinya sebagai berikut:
Tabel IV
Daftar Gedung dan Ruang SLB Negeri Salatiga
9 Ruang Tata Boga 1 1
10 Ruang Tata Busana 1 1
11 Ruang Cuci Motor 2 2
12 Ruang Musik 1 1
13 Ruang UKS 2 2
14 Ruang Koperasi 1 1
15 Ruang Ibadah 2 1 1
16 Ruang KMD 1 1
17
Ruang Sensori
Integrasi 1 1
18 Ruang Gudang 2 1 1
19
Ruang
Keterampilan 2 2
20 Kamar mandi/WC 19 17 2
21
Rumah Dinas
Penjaga 1 1
b. Barang/Perkakas
Barang atau perkakas yang dimiliki SLB Negeri Salatiga diinventariskan oleh guru yang mendapat tugas tambahan sebagai
lebih jelasnya kami sajikan tabel daftar barang di SLB Negeri Salatiga sebagai berikut:
Tabel V
Daftar Barang Penunjang Pembelajaran SLB Negeri Salatiga
NO BARANG / PERKAKAS JUMLAH SATUAN
1 Alat Besar 3 Buah
2 Alat Bengkel dan Alat Ukur 12 Buah
3 Alat Kantor dan Rumah Tangga 772 Buah
4 Alat Studio dan Komunikasi 20 Buah
5 Alat Kedokteran 8 Buah
6 Alat Laboratorium 249 Buah
7 Buku Perpustakaan 2170 Eksemplar
S. Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
3. Kondisi Akhlak Siswa
Sesuai dengan visi, misi dan tujuan sekolah, pembinaan akhlak di SLB Negeri Salatiga merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh sekolah. Guru Pendidikan Agama sangat berperan dalam pembinaan
akhlak, namun semua guru dan karyawan juga bertanggung jawab untuk selalu membina akhlak siswa. Kepala sekolah selaku pembuat kebijakan
Pembinaan akhlak siswa dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembinaan akhlak di dalam kelas merupakan
tanggung jawab guru kelas dan guru agama Islam dengan materi-materi pembelajaran yang sesuai, sedangkan di luar kelas siswa secara langsung
belajar akhlak dengan guru, karyawan, kepala sekolah maupun sesama siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru agama Islam,
pembinaan akhlak merupakan salah satu tujuan pembelajaran agama Islam. Tujuan pembelajaran adalah faktor yang sangat penting karena
merupakan arah yang akan dicapai oleh pendidikan. Adapun tujuan pembelajaran agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga adalah sebagai berikut:
a. Memberikan bekal kepada siswa agar menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
b. Memberikan bekal akhlak (budi pekerti) agar siswa dapat disiplin dan mandiri
c. Tercapainya kreativitas siswa sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Berdasarkan pengamatan peneliti, akhlak siswa tunagrahita
SMPLB Negeri Salatiga secara umum sudah cukup bagus, sebagaimana berikut:
c. Siswa saling menghargai dengan siswa lain
d. Siswa melaksanakan doa sebelum dan sesudah belajar
e. Siswa melaksanakan sholat dhuhur berjamaah
f. Siswa berkata dan bersikap sopan serta santun kepada orang lain
g. Siswa rajin berangkat sekolah
h. Siswa mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekolah i. Siswa menjaga kebersihan lingkungan
j. Siswa masuk kelas dengan mengetuk pintu dan mengucapkan salam k. Siswa mau berbagi dengan temannya
l. Siswa menjauhi perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT seperti mencuri, merokok, minum-minuman keras, dll.
Selama pengamatan di SMPLB Negeri Salatiga, peneliti juga
mendapati ada beberapa siswa yang masih belum berakhlak baik seperti: a. Kurang hormat kepada bapak/ibu guru di sekolah
b. Belum mau sholat dhuhur berjamaah disekolah c. Berkata dan bersikap kurang sopan
d. Mengganggu teman lainnya
e. Datang ke sekolah terlambat
f. Sering membolos tidak masuk sekolah
g. Tidak mematuhi peraturan sekolah h. Membuang sampah sembarangan
j. Masih ada siswa yang bersikap individualis
4. Peran Sekolah dalam Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB
Negeri Salatiga
Dalam pembinaan akhlak tunagrahita tentunya peran sekolah
sangat dibutuhkan yang dalam hal ini kepala sekolah sebagai pembuat kebijakan dan penanggung jawab. Kepala sekolah SLB Negeri Salatiga, Bapak Muhlisun, M.Pd mengungkapkan bahwa dalam membina siswa
berkebutuhan khusus berakhlak mulia perlu adanya kerjasama dari semua pihak, baik dari sekolah, guru, orang tua maupun siswa itu sendiri.
Akhlak mulia merupakan tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Hal ini sebagai dasar sekolah untuk membina peserta didik agar berakhlak mulia. Berikut beberapa program sekolah dalam rangka
pembinaan akhlak peserta didik di SLB Negeri Salatiga: a. Pembinaan terhadap guru oleh kepala sekolah
b. Pembiasaan 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) bagi semua warga sekolah
c. Program guru menyambut kedatangan siswa dan berjabat tangan
setiap pagi di pintu gerbang
d. Pogram doa sebelum belajar bersama di halaman sekolah sesuai
agama masing-masing dipimpin oleh guru agama
e. Program menyanyikan lagu nasional atau daerah bersama di halaman
g. Program ekstrakurikuler pramuka untuk melatih kemandirian dan kedisiplinan siswa
h. Kegiatan peringatan hari besar Islam
i. Pembiasaan menjaga ligkungan tetap bersih
j. Program sekolah bebas kekerasan
T. Metode yang diterapkan Guru PAI dalam Pembinaan Akhlak Siswa
Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga
Akhlak merupakan kompetensi yang harus dicapai dalam mata pelajaran agama Islam. Setiap materi yang disampaikan selalu ada
penanaman nilai akhlak siswa. Begitu halnya dengan pembelajaran PAI pada kelas tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga, materi-materi pembelajarannya terdapat nilai-nilai akhlak yang ditanamkan. Adapun materi akhlak yang
terdapat pada mata pelajaran PAI jenjang SMPLB Tunagrahita adalah sebagai berikut:
1. Kelas VII
a. Semester ganjil meliputi membiasakan perilaku terpuji seperti menunjukkan perilaku jujur dan melakukan perilaku tertib.
b. Semester genap meliputi menampilkan perilaku hormat kepada orang tua dan guru, menampilkan adab makan dan minum.
2. Kelas VIII
a. Semester ganjil meliputi menunjukkan perilaku rendah hati dan
b. Semester genap meliputi mencontoh perilaku sopan kepada teman di kelas dan menampilkan perilaku hormat dan santun kepada guru.
3. Kelas IX
a. Semester ganjil meliputi menampilkan perilaku tekun dan perilaku
hemat.
b. Semester genap meliputi menampilkan dan menunjukkan perilaku setia kawan di rumah, di sekolah dan di masyarakat.
Siswa tunagrahita mempunyai karakteristik yang berbeda dengan siswa pada umumnya, sehingga dalam pembelajaran pendidikan agama Islam
khususnya dalam pembinaan akhlak siswa perlu menerapkan metode yang tepat. Metode menurut Purwadarminto adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud atau tujuan (Sudjana,
2001: 8). Tidak semua metode harus digunakan bila hanya untuk mencapai tujuan tertentu, namun cukup beberapa metode saja yang digunakan. Metode
yang dipilihpun harus berdasarkan pertimbangan dan pemilihan yang tepat (Saiful Bahri, 2004: 99).
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari Bapak Eko Puji
Widodo, S.Pd.I selaku guru PAI SMPLB Negeri Salatiga, beliau menggunakan beberapa metode yang dianggap tepat dalam membina akhlak
siswa tunagrahita, yaitu:
5. Metode uswah (keteladanan)
metode teladan, diantaranya adalah tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan
pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, dan lain-lain.
6. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Kebiasaan yang baik dapat menempa peribadi yang berahlak mulia. Di
SMPLB Negeri Salatiga semua siswa dibiasakan dengan hal-hal yang baik seperti berdoa sebelum belajar, sholat dhuhur berjamaah, saling
menghormati, tolong menolong, dll. Dengan pembiasaan yang baik, maka akan terbentuk akhlak siswa yang baik pula.
7. Metode Mau’izah (nasehat)
Memberi nasehat kepada siswa merupakan kewajiban semua guru. Nasehat yang baik kepada siswa dapat membantu siswa lebih termotivasi
untuk lebih baik. Jika siswa melakukan hal yang menyimpang, guru segera memberi nasehat dengan lemah lembut. Jika dengan cara yang lembut siswa tidak menghiraukan, maka guru akan menegur dengan lebih
tegas. Hal ini bertujuan untuk membina siswa berakhlak yang baik. 8. Metode Tsawab (ganjaran)
Metode ini juga penting dalam pembinaan ahklak yaitu berupa hadiah dan hukuman. Metode pemberian hadiah bagi siswa berprestasi atau