MANAJEMEN KANTIN KEJUJURAN
DALAM UPAYA MENANAMKAN SIFAT SHIDIQ
PADA SISWA SMA N 3 SALATIGA
TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
KUMMILAILA KAMILAH NIM: 111-12-069
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi
MOTTO
ُلاَزَ ي اَم َو ،ِةَّنَجْلا ىَلِإ يِدْهَ ي َّرِبْلا َّنِإ َو ،ِّرِبْلا ىَلِإ يِدْهَ ي َقْدِّصلا َّنِإَف ، ِقْدِّصلاِب ْمُكْيَلَع
ُلُجَّرلا
ْهَ ي َبِذَكْلا َّنِإَف ،َبِذَكْلاَو ْمُكاَّيِإَو ،اًقْ يِّدِص ِللها َدْنِع َبَتْكُي ىَّتَح َقْدِّصلا ىَّرَحَتَ ي َو ُقُدْصَي
يِد
ِروُجُفْلا ىَلِإ
ِإ يِدْهَ ي َروُجُفْلا َّنِإَو ،
ىَل
ىَّتَح َبِذَكْلا ىَّرَحَتَ يَو ُبِذْكَي ُلُجَّرلا ُلاَزَ ي اَمَو ،ِراَّنلا
اًباَّذَك ِللها َدْنِع َبَتْكُي
“Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu membawa kepada
kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang masih saja berlaku jujur dan mencari kejujuran sampai akhirnya ia dicatat di sisi Allah sebagai
orang yang jujur. Sebaliknya, hindarilah perbuatan dusta, karena dusta itu membawa ke neraka. Seseorang terus saja berbuat dusta dan mencari kedustaan
sampai akhirnya ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta”
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ummi Ludiyatun dan Abi Amsori yang senantiasa memberikan nasehat dan
telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini,
serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat
untuk sesama.
2. Adik-adiku tersayang Khoirunnisa, Gholib Assalam, Rizal Assalam, dan
Azzam Assalam yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi
yang tangguh.
3. Mbak Widi, Mbak Fatim, Mbak Cikom, Ika, Ayuk, Tata, Rahma, Mbak Umi,
Mbak Sita, Titir, dan seluruh sahabatku yang selalu membersamai dalam setiap
langkah.
4. Keluarga PAI B, Keluarga PPL SMK N 1 Tengaran dan Kelompok KKN
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “MANAJEMEN KANTIN KEJUJURAN DALAM UPAYA MENANAMKAN SIFAT SHIDIQ PADA SISWA SMA N 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
ix
4. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala sekolah, guru, dan siswa SMA N 3 Salatiga yang telah memberikan
ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 1 Juni 2016
Penulis
x ABSTRAK
Kamilah, Kummilaila. 2016. “Manajemen Kantin Kejujuran dalam Upaya Menanamkan Sifat Shidiq pada Siswa SMA N 3 Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016”Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.
Kata kunci: Manajemen, Kantin Kejujuran, Sifat Shidiq
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen kantin kejujuran dalam upaya penanaman sifat shidiq di SMA N 3 Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana manajemen kantin kejujuran dalam upaya menanamkan sifat shidiq pada siswa SMA N 3 Salatiga. 2) Problematika yang dihadapi dalam manajemen kantin kejujuran. 3) Dampak kantin kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq siswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah siswa, guru PAI, guru BP, guru PKn, Waka Kesiswaan, dan pengelola kantin kejujuran.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Metode Penelitian ... 8
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16
A. Manajemen Kantin Kejujuran ... 16
xii
C. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran ... 37
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 38
A. Paparan Data SMA N 3 Salatiga ... 38
B. Temuan Penelitian ... 52
1. Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga ... 52
2. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga ... 65
3. Dampak Kantin Kejujuran Terhadap Penanaman Sifat Shidiq Siswa SMA N 3 Salatiga ... 70
BAB IV PEMBAHASAN ... 73
A. Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga ... 73
B. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga ... 84
C. Dampak Kantin Kejujuran Terhadap Penanaman Sifat Shidiq Siswa SMA N 3 Salatiga ... 87
BAB V PENUTUP ... 91
A. Kesimpulan... 91
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 94
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 96
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sarana Prasarana ... 42
Tabel 3.2 Daftar Pendidik ... 43
Tabel 3.3 Daftar Tenaga Kependidikan ... 47
Tabel 3.4 Daftar Siswa ... 48
Tabel 3.5 Jadwal Ekstrakurikuler ... 49
Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa ... 50
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Instrumen Pengumpulan Data
7. Kode Penelitian
8. Hasil Wawancara
15 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan dasar bagi manusia adalah pendidikan. Pendidikan
merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien
(Azra, 1999:3). Di dalamnya terdapat proses pembentukan kesadaran dan
kepribadian peserta didik dengan cara pewarisan nilai-nilai keagamaan,
kebudayaan, pemikiran, dan keahlian. Melalui proses pendidikan diharap akan
lahir generasi-generasi berkarakter insan kamil yang bertaqwa, berilmu, dan
berakhlak mulia. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa (Suwarno, 2006:31). Jadi tidak cukup hanya
berilmu saja, akan tetapi proses pendidikan juga harus mampu menanamkan
akhlak mulia kepada peserta didiknya sehingga terbentuk generasi yang
bermartabat.
Kita diajarkan untuk menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri
tauladan dalam segala hal, salah satunya dalam berakhlak. Seperti yang
tercantum pada Al Quran surat Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi :
16
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah (Departemen Agama RI, 2005:420).
Akhlak merupakan bentuk jama‟ dari khuluq yang berarti perangai atau tabiat. Dalam Ihya‟ Ulumudin, Ibnu Masykawih berpendapat bahwa akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam di dalam jiwa, darinya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan-pertimbangan
pikiran terlebih dahulu (Ammar, 2013:400). Sedangkan menurut Ahmad Amin
(dalam Abdud, 2000:9) akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Lebih
mendalam lagi akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk
perilaku (Darajat, 1993:58). Beberapa pengertian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa akhlak merupakan perbuatan-perbuatan yang telah
mempribadi dan membiasakan pada diri seseorang, dilakukan secara
berulang-ulang dengan kesadaran jiwanya. Akhlak ini merupakan perbuatan yang dapat
diukur dengan ukuran baik (akhlak mahmudah) dan buruk (akhlak
mazmumah).
Akhlak mahmudah adalah akhlak terpuji, semua perilaku baik dan diridhai oleh Allah SWT (Darajat, 1993:70). Akhlak yang dalam istilah
psikologi memiliki kedekatan makna dengan sikap ini dapat dibentuk atau
ditanamkan sejak dini kepada setiap individu. Salah satu akhlak mahmudah
adalah shidiq atau yang kita kenal dengan jujur.
Semakin majunya zaman, fungsi pendidikan supaya membentuk
generasi yang sesuai akhlak Rasulullah belum juga terwujud. Lestari dan
17
filsafat hidup positivisme-materialisme dan gaya hidup ekonomi-kapitalistik. Artinya, tingkah laku manusia memiliki kecenderungan memperoleh kekayaan
material semaksimal mungkin yang ditempuh melalui jalur manapun sehingga
setiap individu menghalalkan segala cara demi mewujudkan keinginannya. Hal
ini mengakibatkan marak terjadi krisis moral dan krisis kejujuran di negeri ini.
Krisis kejujuran contohnya adalah muncul banyak saksi di pengadilan yang
berbohong serta merambah ke dunia anak sekolah yaitu kasus siswa
menyalahgunakan uang SPP.
Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
Umur remaja ini berkisar antara 13-25 tahun. Jadi siswa SMA masuk kedalam
usia remaja. Menurut Jalaluddin tipe moral remaja terbagi menjadi Self directive, Adaptive, Submissive, Unadjusted, dan Deviant (Jalaludin, 1996:74). Salah satu point penting adalah Adaptive yaitu mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik. Sehingga remaja cenderung meniru keadaan yang
ada di sekitarnya. Kita dapat mendesain sebuah lingkungan yang berdedikasi
pada kejujuran (Fahreza, 2011:133). Pendapat ini sesuai dengan pendapat para
tokoh behavioristik yang menyatakan bahwa lingkungan merupakan faktor
penting dalam menentukan tingkah laku. Sehingga moral yang terbentuk pada
remaja saat ini merupakan hasil dari bentukan lingkungannya.
Menanggapi krisis moral khusunya kejujuran di lingkungan remaja,
mulai 2007 Komisi Pemberantasan Korupsi meluncurkan program kantin
kejujuran. Kantin kejujuran merupakan sebuah sistem kantin tanpa penjaga.
18
barang yang ada secara langsung di etalase dan bisa membayar di tempat yang
telah disediakan. Apabila membutuhkan kembalian, konsumen dipersilakan
mencari sendiri di kotak uang yang ada. Transaksi yang hanya bersandar pada
rasa saling percaya ini diyakini ampuh untuk menanamkan perilaku jujur sejak
dini, karena konsumen dilatih untuk berbuat jujur. Jujur dalam menghitung
jumlah pembelanjaan mereka dan juga jujur dalam membayar serta mengambil
kembalian. Sekolah pun beramai-ramai mendirikan kantin kejujuran. Namun,
tidak seluruh kantin mampu bertahan lama. Banyak diantara mereka tumbang
karena mengalami kerugian seperti SMP N 2 Salatiga. Uniknya dari sekian
banyak yang tumbang, tetap ada kantin yang bertahan dan semakin maju, salah
satunya adalah kantin kejujuran di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Salatiga
yang selanjutnya disebut dengan SMA N 3 Salatiga.
Sekolah yang berada di Jalan Kartini nomor 34 Kota Salatiga ini sudah
memiliki kantin kejujuran sejak Oktober 2010. Awal berdirinya kantin
kejujuran belum memiliki ruangan khusus, baru berupa beberapa meja panjang
beserta rak-rak tempat jajanan di atasnya yang diletakkan di depan ruang guru.
Seiring berjalannya waktu pihak sekolah menempatkan kantin kejujuran ini di
ruangan khusus. Perjalanan kantin ini tidak sepenuhnya mulus, akan tetapi
kantin ini juga pernah mengalami kerugian dikarenakan jumlah uang yang
masuk dengan sisa barang yang ada tidak cocok. Namun sebagai pioneer
sekolah yang mengaplikasikan kantin kejujuran, kantin tersebut tetap bertahan
19
Kantin kejujuran dapat merefleksikan tabiat para siswa yang ada di
sekolah itu. Jika kantin tak bertahan lama karena bangkrut, maka hampir
dipastikan para siswa di sekolah itu tak lagi berlaku jujur. Tapi sebaliknya,
kantin akan semakin maju saat semua siswa memegang tinggi asas kejujuran
dalam kesehariannya. Dengan melihat eksistensi kantin kejujuran di SMA N 3
Salatiga maka dapat diartikan bahwa program ini sukses. Suksesnya suatu
program, tentu tidak lepas dari sistem manajemen kantin yang baik sehingga
misi penanaman kejujuran pada siswanya berhasil.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk meneliti
permasalahan dengan judul “MANAJEMEN KANTIN KEJUJURAN
DALAM UPAYA MENANAMKAN SIFAT SHIDIQ PADA SISWA SMA
N 3 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana manajemen kantin kejujuran dalam upaya menanamkan sifat
shidiq pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016? 2. Apa problematika yang dihadapi dalam manajemen kantin kejujuran SMA
Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016?
3. Bagaimana dampak kantin kejujuran terhadap penanaman sifat shidiq
siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
20
1. Untuk mengetahui manajemen kantin kejujuran dalam upaya menanamkan
sifat shidiq pada siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.
2. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi dalam manajemen kantin
kejujuran SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.
3. Untuk mengetahui dampak kantin kejujuran terhadap penanaman sifat
shidiq siswa SMA Negeri 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis maupun teoritis,
antara lain:
1. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran terhadap wacana pendidikan
agama Islam khususnya di bidang pendidikan akhlak. Bahwa dalam
pendidikan akhlak dapat menggunakan berbagai metode pengajaran.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peserta didik: Agar membiasakan diri dan terbentuk akhlak
mahmudah dalam diri setiap peserta didik.
b. Bagi sekolah: Penelitian ini dapat menjadi rujukan bahwasanya
pendidikan agama Islam khususnya di bidang akhlak tidak hanya
dapat diajarkan di kelas, namun dapat juga dengan metode lain
21
c. Bagi pemerintah: Agar dapat mencetak generasi muda yang
berakhlak mahmudah sesuai fungsi pendidikan nasional.
d. Bagi peneliti: Menambah wawasan serta sebagai bekal untuk
menjadi seorang pendidik.
E. Penegasan Istilah 1. Manajemen
Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran (Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2007:708).
Sedangkan menurut Jane Imperand Betsy dan Ann Toffler (2002:651)
manajemen adalah menggunakan sarana yang ada dengan bijaksana untuk
dapat mencapai suatu tujuan.
2. Kantin Kejujuran
Kantin adalah ruang tempat menjual minuman dan makanan (di
sekolah, di kantor, di asrama, dsb) (Tim penyusun kamus pusat bahasa,
2007:502)
Kantin kejujuran merupakan wahana pengembangan sikap dan
perilaku peserta didik dalam rangka memantapkan dan
menginternalisasikan nilai keterbukaan, ketaat asasan, tanggung jawab,
kemandirian, dan keadilan melalui aktivitas ekonomi yang dilakukan
secara terbuka dan mandiri dalam rangka membiasakan kehidupan yang
jujur, terbuka, dan bertanggungjawab (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
22 3. Sifat Shidiq
Jujur adalah lurus hati; tidak berbohong (misal dengan berkata apa
adanya) (Tim penyusun kamus pusat bahasa, 2007:479).
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang
sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong, 2008:26).
Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu SMA N 3 Salatiga untuk
mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru, dan
pengelola kantin kejujuran.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong
(2008:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai
manajemen kantin kejujuran, problematika yang dihadapi, dan dampak
23
deskriptif di lingkungan SMA N 3 Salatiga yang dijadikan subjek
penelitian.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti berlaku sebagai instrumen
utama tanpa mewakilkan kehadirannya pada orang lain. Kehadiran peneliti
bertujuan untuk melakukan pengamatan dan wawancara mendalam guna
mendapatkan data akurat dari informan yang diperlukan peneliti untuk
melengkapi data penelitian.
3. Lokasi
Lokasi penelitian berada di SMA N 3 Salatiga Jalan Kartini nomor
34 Kota Salatiga. Khususnya di area kantin kejujuran. Adapun pemilihan
SMA N 3 Salatiga sebagai tempat penelitian karena realitas bahwa kantin
kejujuran di SMA N 3 merupakan salah satu pioneer dan masih tetap eksis hingga sekarang.
4. Sumber Data
Ada dua sumber yang digunakan peneliti yaitu :
a. Data Primer
Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau
kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku
yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto,
24
siswa, guru PAI, guru BP, guru PKn, waka kesiswaan dan pengelola
kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan
lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang
dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan melengkapi
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara. Adapun
sumber data sekunder yang digunakan adalah pedoman kantin
kejujuran dan laporan keuangan kantin kejujuran.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian
(Asmani, 2011:23). Peneliti mengamati dan mencatat gejala yang
tampak pada objek penelitian. Teknik ini digunakan untuk
mendapatkan data mengenai kondisi SMA N 3 Salatiga, kondisi
kantin kejujuran, dan perilaku kejujuran siswa di kantin.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini harus
25
dan valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian ini akan
dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan terstruktur karena
informan atau narasumber mengetahui bahwa mereka sedang
diwawancarai dan tahu pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada
saat wawancara, peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara sistematis.
Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya
adalah siswa, guru PAI, guru PKn, guru BP, waka kesiswaan, dan
pengelola kantin kejujuran SMA N 3 Salatiga. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait manajemen
kantin kejujuran, problematika kantin kejujuran, dan dampak kantin
kejujuran terhadap sifat jujur siswa.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan objek penelitian berupa foto terkait proses pembelanjaan di
kantin kejujuran, buku pedoman kantin kejujuran, visi misi SMA N
3 Salatiga, dan laporan keuangan kantin kejujuran.
6. Analisis Data
Menurut Moleong (2008:280) analisis data adalah proses
26
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Pada tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul yang
terdiri dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pekerjaan
analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2008:324) ada empat kriteria yang digunakan
yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).
Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan
(credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat
dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi
secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian
peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik pemerikasaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong,
2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan:
a. Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil
wawancara antar narasumber terkait dan membandingkan data hasil
27 8. Tahap-Tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum
ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap
penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada
subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan peran kantin kejujuran dalam menanamkan sifat shidiq
siswa SMA N 3 Salatiga. Data ini diperoleh dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi.
c. Tahap Analisis Data
Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiyono
(2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
1) Mereduksi atau merangkum data, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya serta membuang yang tidak perlu.
2) Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar
28
3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum
pernah ada.
d. Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian
makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian
dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan,
saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti
hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang
rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
istilah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA. Membahas secara tuntas judul yang ada sesuai
dengan teori yang mendukungnya. Yaitu pengertian manajemen kantin
kejujuran dan sifat shidiq siswa.
BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. Berisi
Gambaran Umum SMA N 3 Kota Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016 yang
meliputi sejarah perkembangan sekolah, identitas sekolah, visi dan misi,
29
daftar siswa, jenis kegiatan di sekolah, prestasi sekolah, program kantin
kejujuran, dan temuan hasil penelitian berupa manajemen kantin kejujuran,
problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran terhadap
penanaman sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga.
BAB IV: PEMBAHASAN. Meliputi manajemen kantin kejujuran,
problematika yang dihadapi, serta dampak adanya kantin kejujuran terhadap
penanaman sifat shidiq siswa SMA N 3 Salatiga.
30 Kata-kata tersebut digabung menjadi kata kerja managere yang berarti menangani. Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda
management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman,
2010:5).
Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
(Usman, 2010:5)
Menurut George R. Terry (dalam Herujito, 2006:3)
manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia
31
Manajemen didefinisikan sebagai suatu proses sosial, yang
direncanakan untuk menjamin kerjasama, partisipasi, intervensi,
dan keterlibatan orang lain dalam mencapai sasaran tertentu atau
yang telah ditetapkan dengan efektif (Sukiswa, 1986:13)
Manajemen didefinisikan Robbins dan Coulter sebagai
proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga
pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan
dan melalui orang lain (Robbins dan Coulter, 2007:8).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan
tertentu secara efektif dan efisien. Efisiensi mengacu pada
memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil. Dari sudut pandang ini, efisien diacukan sebagai melakukan pekerjaan dengan
benar sehingga tidak memboroskan sumber daya. Sedangkan
efektivitas adalah menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga
sasaran organisasi dapat tercapai. Manajemen difokuskan tidak
hanya dengan mencapai kegiatan dan memenuhi sasaran organisasi
(efektivitas), tetapi juga melakukannya dengan seefisien mungkin.
b. Fungsi Manajemen
Peneliti mengambil pandangan dari George R. Terry (dalam
Soekarno, 1980:66) yang merumuskan fungsi-fungsi manajemen
32
actuating (penggerakan/pelaksanaan), dan controlling
(pengendalian/pengawasan) yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Perencanaan
Perencanaan menurut Soekarno adalah
persiapan-persiapan tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian
memberikan pedoman, garis-garis besar tentang apa yang akan
dituju. Perencanaan berisi tentang what (apa maksud tujuan
Herujito berpendapat bahwa perencanaan berisi
perumusan dari tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk
mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan maksud dan
tujuan yang ditetapkan (Herujito, 2006:84). Selanjutnya,
menurut Stoner James, A.F. (dalam Herujito, 2006:89) langkah
dasar perencanaan adalah (1) menetapkan tujuan berupa apa
yang dibutuhkan atau diinginkan, (2) mendefinisikan situasi
saat ini tentang sumber daya yang dimiliki dan data keuangan,
(3) menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal organisasi,
(4) mengembangkan rencana dengan cara memilih alternatif
33
terlebih dahulu harus menganalisis mengenai apa yang harus
dikerjakan, mengapa dikerjakan, siapa yang harus mengerjakan,
kapan harus dikerjakan, di mana harus dikerjakan, dan
bagaimana harus mengerjakan (Herujito, 2006:86).
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan
sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu
dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tujuan perencanaan menurut Usman (2010:65) adalah:
a) Standar pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan
dengan perencanaannya.
b) Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu
kegiatan.
c) Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur
organisasinya), baik kualifikasinya maupun kuantitasnya.
d) Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan
kualitas pekerjaan.
e) Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan
menghemat biaya, tenaga, dan waktu.
f) Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai
kegiatan pekerjaan.
g) Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan.
34
i) Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
2) Pengorganisasian
Menurut Chester I. Barnard (dalam Soekarno, 1980:75)
organisasi adalah suatu sistem mengenai usaha-usaha kerjasama
yang dilakukan 2 orang atau lebih.
Usman mendefinisikan pengorganisasian merupakan
penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan
organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang
melingkupinya (Usman, 2010: 146).
Sedangkan Herujito berpendapat pengorganisasian adalah
proses penyesuaian struktur organisasi dengan tujuan,
sumberdaya dan lingkungannya. Struktur organisasi merinci
pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan tingkat spesialisasi
dari suatu pekerjaan. Struktur ini menunjukkan hierarki dan
struktur wewenang organisasi serta memperlihatkan hubungan
pelaporannya (Herujito, 2006:110).
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan
pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur
organisasi yang menempatkan seseorang sesuai dengan
keahliannya untuk mencapai tujuan tertentu.
Proses pengorganisasian meliputi (1) merinci seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
35
(keahlian), (3) mengelompokkan aktivitas yang sama menjadi
departemen dan menyusun skema kerja sama antardepartemen,
(4) menetapkan mekanisme (aturan main) untuk
mengkoordinasikan pekerjaan anggota organisasi dalam
kesatuan yang harmonis, (5) membantu efektivitas organisasi
dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan atau meningkatkan efektivitas dengan cara
memastikan apakah struktur organisasi masih relevan atau
konsisten dengan pelaksanaan operasi yang efektif dan efisien
untuk memenuhi kebutuhan sekarang (Herujito, 2006:126-127).
3) Penggerakan
Actuating menurut George R. Terry (dalam Herujito, 2006:179) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
manajer yang menyebabkan orang-orang lain bertindak.
Soekarno berpendapat actuating sebagai penggerakan adalah suatu fungsi pembimbingan dan pemberian pimpinan
serta penggerakan orang-orang, supaya orang tersebut suka dan
mampu bekerja (Soekarno, 1980:86)
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
penggerakan adalah suatu upaya menggerakkan anggota suatu
organisasi supaya dapat bekerja sesuai dengan rencana yang
36 4) Pengawasan/ Pengendalian
Pengendalian atau pengawasan adalah tugas untuk
mencocokkan sampai di mana program atau rencana yang telah
dilaksanakan (Soekarno, 1980:104). Dengan demikian
diketahui kelemahan, kekurangan, serta dapat mencari jalan
keluar untuk mengatasinya.
Menurut Usman pengendalian adalah kegiatan memantau,
menilai, dan melaporkan kemajuan proyek disertai tindak
lanjutnya. Tujuan pengendalian adalah untuk menjamin
kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan (Usman,
2010:504).
Herujito mengemukakan bahwa pengawasan adalah
mengamati dan mengalokasikan dengan tepat
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi (Herujito, 2006:242). Pelaksanaan
pengawasan bisa melalui pengawasan langsung di tempat,
laporan lisan, tulisan, dan penjagaan khusus.
Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan
pengawasan/pengendalian sebagai proses mengevaluasi sejauh
mana kesesuaian kegiatan yang berlangsung dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah dasar pengendalian menurut Mochler
(dalam Herujito, 2006:248) adalah menentukan standar dan
37
prestasi kerja, menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi
syarat, dan mengambil tindakan korektif.
2. Kantin Kejujuran a. Pengertian
Kantin kejujuran merupakan wahana pengembangan sikap
dan perilaku peserta didik dalam rangka memantapkan dan
menginternalisasikan nilai keterbukaan, ketaatasasan, tanggung
jawab, kemandirian, dan keadilan melalui aktivitas ekonomi yang
dilakukan secara terbuka dan mandiri dalam rangka membiasakan
kehidupan yang jujur, terbuka, dan bertanggungjawab (Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:6)
b. Dasar Hukum
Dasar hukum pedoman pengembangan kantin kejujuran ini
adalah sebagai berikut (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah,
2010:3)
1) Ketetapan MPR-RI Nomor IV Tahun 1973 tentang Wawasan
Nusantara dan Keamanan Nasional.
2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pada pasal 27 dan pasal 30.
3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara.
4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
38
5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
6) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1982
tentang Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda.
7) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Struktur
Organisasi Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah.
8) Pedoman Umum Pembinaan Nasionalisme melalui Jalur
Pendidikan di Jawa Tengah.
c. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan kantin kejujuran adalah untuk
mendukung kualitas sumber daya manusia melalui upaya
menanamkan, menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan
nilai-nilai keterbukaan, ketaat asas, tanggung jawab, kemandirian,
dan keadilan peserta didik melalui praktik pendidikan di lingkungan
sekolah secara mandiri dan terbuka (Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Tengah, 2010:7)
d. Manfaat
Manfaat Kantin Kejujuran sebagaimana disampaikan oleh
Drs. H. Didik Pradigdo dalam Workshop Pembinaan Nilai-Nilai
Kejujuran siswa SMA/SMK Jawa Tengah pada Rabu,11 Agustus
2010 adalah sebagai berikut:
1) Bagi Siswa: dapat melatih kejujuran dan sikap tanggung jawab
39
2) Bagi Guru: sebagai sarana mengaplikasikan nilai-nilai kejujuran
yang telah diajarkan di dalam kelas.
3) Bagi Sekolah: terbentuknya perilaku dan lingkungan yang jujur
di sekolah.
e. Prinsip Dasar Pengembangan Kantin Kejujuran
Prinsip Dasar Pengembangan Kantin Kejujuran (Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah, 2010:8)
1) Keterarahan tujuan
Penyelenggaraan kantin kejujuran ini lebih diarahkan pada
tujuan pembentukan, revitalisasi, dan pengaktualisasian
nilai-nilai kejujuran, akhlak mulia, budi pekerti, serta penanaman
jiwa kewirausahaan.
2) Keluwesan program
Fleksibilitas penyelenggaraan kantin kejujuran dapat
disesuaikan dengan budaya sekolah, kemampuan sekolah,
waktu, tempat, dan model penyelenggaraan.
3) Pengembangan kemandirian
Penyelenggaraan kantin kejujuran harus mampu menjadi
modal dalam pengembangan karakter (character building) peserta didik dengan pembekalan nilai-nilai kejujuran dan jiwa
kewirausahaan dalam menumbuhkembangkan budaya anti
40 4) Daya guna dan hasil guna
Penyelenggaraan kantin kejujuran harus mampu
memberdayakan semua elemen sekolah yang dimiliki dan apa
yang dilakukan harus mampu memberikan kontribusi
penanaman nilai-nilai kejujuran sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
5) Penumbuhkembangan jiwa kewirausahaan
Penyelenggaraan kantin kejujuran bisa menjadi wahana
berlatih wirausaha peserta didik dan upaya
menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan (enterpreneur building) peserta didik dengan didasari nilai-nilai kejujuran. 6) Keberlanjutan program
Penyelenggaraan kantin kejujuran harus dilakukan secara
sistemik, sistematis dan terus menerus dalam upaya
pembentukan karakter peserta didik dalam menumbuhkan
budaya anti korupsi.
f. Mekanisme Penyelenggaraan Kantin Kejujuran
Mekanisme penyelenggaraan kantin kejujuran (Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2010:12-13) adalah sebagai
berikut:
1) Kepengurusan kantin kejujuran
Kepengurusan kantin kejujuran di sekolah terdiri dari
41
pembina kantin, wakil kepala sekolah, kepala tata usaha,
konsultan.
2) Pengadaan barang yang disajikan
Barang yang disajikan merupakan barang konsumsi/ jajanan
peserta didik berupa makanan, minuman, alat tulis sekolah dan
perlengkapan sekolah yang mempunyai satuan ukuran yang
jelas, baik satuan barang maupun satuan harga. Barang disajikan
di atas meja atau di tempat yang mudah dijangkau peserta didik
dengan telah diberikan label harga (banderol) yang jelas. Di atas
meja disedikan kotak uang untuk tempat uang pembayaran
maupun uang pengembalian. Jumlah tiap jenis barang dihitung
secara jelas untuk mempermudah pertanggungjawaban
keuangan dan barang.
3) Tata cara pembayaran dan pengembalian
Pembayaran dan pengembalian dalam penyelenggaraan
kantin kejujuran dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
a) Peserta didik memilih dan mengambil barang sendiri (self service), dan membayar sendiri sesuai dengan harga barang yang dibeli (self payment).
b) Apabila perlu uang kembalian, peserta didik mengambil
sendiri sesuai dengan selisih jumlah uang yang dibayarkan
42
c) Apabila uang kembaliannya tidak diambil, maka uang
tersebut akan dimasukkan ke dalam pembukuan tambahan
modal.
d) Jika peserta didik belum membayar/ lupa, esok hari akan
diumumkan adanya selisih barang dan uang.
4) Pertanggungjawaban keuangan dan barang
Pertanggung jawaban aliran barang dan uang (cashflow) akan dipertanggungjawabkan setiap hari setelah akhir kegiatan,
dengan mekanisme sebagai berikut:
a) Pelaksana harian akan menghitung barang dan uang
kembalian ketika kantin tutup, lalu membukukannya ke
dalam Kartu Persediaan Barang.
b) Pelaksana harian melaporkannya kepada pembina kantin
setiap hari.
c) Pembina kantin melaporkannya kepada penanggungjawa
setiap hari Sabtu dalam bentuk laporan pembukuan
mingguan.
d) Bagian pembukuan membukukannya dalam bentuk laporan
rugi-laba, laporan perubahan modal, dan neraca dalam bentuk
laporan pembukuan bulanan.
e) Laporan pembukuan bulanan diumumkan sebagai bentuk
transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan kantin
43
g. Indikator Keberhasilan Program
Indikator keberhasilan program (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah, 2010:15-16)
1) Kelembagaan
a) Setiap jenjang pendidikan (dasar dan menengah) memiliki
kantin kejujuran.
b) Terbentuknya pengurus kantin kejujuran di semua jenjang
pendidikan.
2) Sarana dan prasarana
a) Tersedianya tempat untuk penyelenggaraan kantin
kejujuran yang memadai.
b) Tersedianya sarana prasarana penyelenggaraan kantin
kejujuran yang memadai dan bersih.
c) Tersedianya barang-barang komsumsi yang dibutuhkan
warga sekolah.
d) Tersedianya perlengkapan administrasi kantin kejujuran.
3) Pembinaan siswa
a) Tertanamnya sikap jujur
b) Tumbuhnya rasa tanggung jawab
c) Tumbuhnya budaya taat asas
d) Terciptanya rasa keadilan
e) Tumbuhnya sikap terbuka
44
g) Tumbuhnya budaya anti korupsi
4) Pendidik dan tenaga kependidikan
a) Tertanamnya sikap jujur
b) Tumbuhnya rasa tanggung jawab
c) Tumbuhnya budaya taat asas
d) Terciptanya rasa keadilan
e) Tumbuhnya sikap terbuka
3. Manajemen Kantin Kejujuran
Manajemen kantin kejujuran yang akan diteliti terdiri dari proses
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(penggerakan/pelaksanaan), dan controlling (pengawasan/ pengendalian). Penyelenggaraan kantin kejujuran harus
memperhatikan sosialisasi, pengelolaan, modal kantin kejujuran,
tempat penyelenggaraan, peralatan yang dibutuhkan, jenis-jenis
barang yang dijual, tata cara pembayaran, dan penyusunan laporan
keuangan (Pradigdo, 2010:16-22)
B. Sifat Shidiq 1. Pengertian
Dalam pendidikan akhlak, Rasulullah telah memberi contoh
mengenai sifat yang melekat pada dirinya yaitu shidiq, amanah, tabligh, fatonah. Shidiq yang berarti benar, mencerminkan bahwa Rasulullah berkomitmen pada kebenaran, selalu berkata dan berbuat
45
2012:11). Shidiq dalam penelitian ini selanjutnya disebut dengan jujur merupakan sebuah karakter yang dapat membawa bangsa ini menjadi
bangsa yang bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam
pandangan umum, kata jujur sering dimaknai “adanya kesamaan
antara realitas (kenyataan) dengan ucapan” dengan kata lain apa
adanya. Jujur merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan
dalam bentuk perasaan, kata-kata dan perbuatan bahwa realitas yang
ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain
untuk keuntungan dirinya. Dalam konteks pembangunan karakter di
sekolah, kejujuran menjadi amat penting untuk menjadi karakter
anak-anak Indonesia saat ini. Karakter ini dapat dilihat secara langsung
dalam kehidupan di kelas, semisal ketika anak melaksanakan ujian
(Kesuma, dkk, 2012:16).
Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak
curang. Jujur merupakan nilai penting yang harus dimiliki setiap
orang. Jujur tidak hanya diucapkan, tetapi juga harus tercermin dalam
perilaku sehari-hari (Naim, 2012:132).
Menurut Al Ghazali jujur atau benar, ialah memberitahukan
menuturkan sesuatu dengan sebenarnya. Manusia dituntut berpegang
kepada kejujuran dengan memperhatikan prinsip kebenaran pada
setiap problem yang dihadapinya dan dilaksanakan di atas hukum
yang benar. Hal ini merupakan “tiang yang kokoh” menurut akhlaq
46
Fahreza mengemukakan bahwa jujur adalah pondasi dari
keseluruhan bangunan kehidupan (Fahreza, 2011:17).
Menurut Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku
Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (dalam
Suyadi, 2013:8) jujur adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan
kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui
yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar),
sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang
dapat dipercaya.
Sejalan dengan Kemendiknas, Tresnawati mengemukakan
bahwa jujur berarti berkata benar yang bersesuaian antara lisan dan
apa yang ada dalam hati. Secara bahasa jujur dapat berarti perkataan
yang sesuai dengan kenyataan dan hakikat sebenarnya (Tresnawati,
2012:27).
Fadlillah dan Lilif mendefinisikan jujur adalah perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan (Fadlillah
dan Lilif, 2014:40).
Dari beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa
jujur adalah sikap seseorang yang menunjukkan kesesuaian antara
47 2. Ciri Orang yang Jujur
Ciri-ciri orang jujur menurut Kesuma, dkk (2012:17) adalah sebagai
berikut:
b. Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu,
tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan.
c. Jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya).
d. Jika adanya kesamaan antara yang dikarakan hatinya dengan apa
yang dilakukannya.
Sedangkan menurut Efendi (2012:9) Indikator kejujuran siswa:
a. Bertindak sesuai dengan apa yang dikatakan
b. Menepati janji dengan baik
c. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diperbuat
d. Tidak mengambil hak orang lain
e. Tidak melakukan perbuatan “curang” dalam hal apapun. 3. Manfaat Sifat Jujur
Manfaat sifat jujur menurut Fahreza (2011:41) adalah sebagai berikut:
a. Kelegaan hati dan ketenangan jiwa.
b. Berkah dalam usaha dan bertambahnya kebaikan.
c. Mendapatkan keberuntungan berupa kedudukan para syuhada‟.
d. Selamat dari sesuatu yang tidak disukai.
e. Mengundang kepercayaan dari orang lain
48
Bentuk-bentuk kejujuran menurut Al-Jazairi (2014:302) adalah
sebagai berikut:
5. Upaya Menanamkan Sifat Jujur a. Menguatkan basis kepribadian
Dalam proses penanaman jujur, satu yang paling dominan
dalam menentukan kemampuan untuk berbuat jujur adalah
kekuatan pribadi. Ibarat sebuah pohon, sehebat dan sekencang
apapun angin yang menerjang, pohon itu tidak akan roboh karena
akarnya kuat. Maka langkah pertama untuk menanamkan
kejujuran adalah berupaya menguatkan kepribadian.
b. Mendalami aqidah Islam
Aqidah berisi keyakinan menyeluruh terhadap kehidupan
manusia, Allah SWT, dunia, akhirat, dan alam semesta (Fahreza,
2011:133). Keyakinan ini menggariskan hubungan yang positif
antara manusia sebagai hamba dengan Allah SWT sebagai Tuhan,
antara manusia dengan sesama manusia, dan antara manusia
dengan makhluk lain di sekitarnya. Keyakinan tersebut akan
49
akan pilihan untuk berbuat baik salah satunya dengan bersikap
jujur.
c. Menumbuhkan keikhlasan
Yaitu menunjukkan hidup untuk mengabdi kepada Allah SWT.
d. Sportif
Menempatkan orang lain pada posisi diri kita, menempatkan
perasaan orang lain sebagaimana perasaan kita.
e. Membiasakan diri
Kejujuran bukan merupakan sikap yang muncul secara
tiba-tiba, melaikan merupakan hasil dari olah pembiasaan
(Fahreza, 2011:121). Proses pembiasaan ini terdiri dari 2 proses
sebagai berikut:
1) Proses pembiasaan secara tidak sadar:
a) Memilihkan materi tontonan yang baik dan mendorong
untuk bersikap jujur.
b) Memberi contoh bersikap jujur.
c) Menceritakan kisah-kisah manusia jujur.
2) Proses pembiasaan secara sadar:
a) Menjelaskan mengapa agama Islam mengajarkan umatnya
untuk bersikap jujur.
b) Menjelaskan efek positif dari sikap jujur dan efek negatif
50
c) Menggambarkan dengan jelas kemungkinan yang dihadapi
apabila bersikap jujur.
f. Mendesain lingkungan kejujuran
Sebagai makhluk sosial, kondisi seseorang manusia akan
selalu dipengaruhi oleh manusia lainnya, baik dalam lingkungan
pergaulan, keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Fahreza,
2011:129). Maka di dalam proses belajar jujur, sekolah dapat
mendesain sebuah lingkungan yang akrab dengan nilai-nilai
kejujuran. Menurut para pakar motivasi, cara paling efektif untuk
mendorong seseorang untuk berubah adalah dengan memberi
reward dan punishment.
Proses pembelajaran setiap manusia dimulai ketika
seseorang mulai berniat untuk bersikap jujur. Proses pembelajaran
adalah proses merubah diri dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
baik menjadi baik, dan dari yang telah baik menjadi lebih baik
(Fahreza, 2011:104). Hal ini terjadi karena fase kehidupan dapat
berubah sewaktu-waktu dimana orang yang sekarang bersikap jujur
dapat terjatuh dalam dusta. Pun sebaliknya, orang yang masih
berdusta, kelak di kemudian hari bisa berubah menjadi manusia
51
C. Problematika dalam Manajemen Kantin Kejujuran
Kantin kejujuran merupakan sebuah program yang tidak luput dari
sebuah problematika. Bagi sekolah yang memiliki manajemen baik,
permasalahan tersebut sangat mudah disikapi dengan mencari jalan keluar
bersama sehingga kantin tetap berjalan dan semakin sukses. Namun, tidak
jarang beberapa kantin kejujuran terpaksa gulung tikar karena bangkrut
(tidak adanya kesesuaian antara pemasukan dan jumlah barang). Menurut
Tresnawati salah satu problematika di kantin kejujuran adalah ketika siswa
jajan di kantin, makan kue tiga, namun dia hanya membayar satu
(Tresnawati, 2012:35). Hal tersebut tentu mengganggu sistem manajemen
52 BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data SMA N 3 Salatiga 1. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Salatiga
b. NIS : 301036204003
c. NPSN : 20328449
d. Terakreditasi : A (No. Ma.010201 Tgl.27/10/2011)
e. Alamat : Jalan Kartini No.34
f. No. Telpon : (0298) 323300
g. Kode Pos : 50711
h. Kelurahan : Salatiga
i. Kecamatan : Sidorejo
j. Kota : Salatiga
k. Propinsi : Jawa Tengah
l. Tahun Berdiri : 15 Juli 1991 ( Alih fungsi SPGN)
m.Kepmendikbud : 0519/O/1991 Tgl. 5 September 1991
2. Sejarah Singkat SMA N 3 Salatiga a. Riwayat sekolah
53
pendudukan Belanda tahun 1948 hingga tahun 1950 digunakan oleh
tentara Belanda. Kemudian pada tahun 1950-1951 digunakan oleh
Tentara Nasional. Selanjutnya tahun 1951 digunakan lagi untuk
Sekolah Pendidikan Guru (SGB) hingga tahun 1960 dengan nama
SGB Negeri 1. Tahun 1959 sampai 1960 dipakai bersama-sama oleh
SGB Negeri 1 dan SGTK Negeri. Lalu, pada tahun 1960-1964 SGA
dan SGTK diintegrasikan menjadi SPG hingga tahun 1991 dan
akhirnya pada 15 Juli 1991 SPG Negeri Salatiga dialihfungsikan
menjadi SMA N 3 Salatiga. SMA N 3 (Eks. SPG) Salatiga menempati
seluruh Gedung serta lokasi SPG Negeri Salatiga sejak SPG Negeri
Salatiga dialih fungsikan.
b. Pimpinan Sekolah
SMA Negeri 3 Salatiga didirikan pada tanggal 15 Juli 1991 (Alih
fungsi dari SPG Negeri Salatiga). Pimpinan sekolah yang bertugas di
SMA Negeri 3 Salatiga dari tahun ke tahun adalah :
1) Drs. Gunadi 1991 – 1992
2) Wuryanto, BA 1992 – 1993
3) Sumardi Hardo, BA.Dipl Tesl 1993 – 1997
4) Drs. Murdiono 1997 – 2005
5) Drs. Sujit Mudjirno, SIP,M.Pd 2005 – 2012
54
7) Dra. Yuliati Eko Atmojo, M.Pd. 2016-Sekarang
3. Visi dan Misi a. Visi
Visi SMA N 3 Salatiga “UNGGUL PRESTASI SERASI DALAM
BUDI PEKERTI BERDAYA SAING GLOBAL”.
Dengan Indikator sebagai berikut :
1) Peningkatan perolehan Nilai Ujian Nasional
2) Peningkatan penerimaan seleksi Perguruan Tinggi melalui jalur
PMDK dan SPMB
3) Peningkatan kegiatan ekstrakurikuler
4) Peningkatan lomba kesenian, KIR, dan Olahraga
5) Peningkatan kedisiplinan siswa
6) Peningkatan pengelolaan sekolah sebagai upaya mewujudkan
wawasan wiyata mandala
7) Pemberian pembekalan kecakapan hidup bagi siswa yang tidak
bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sesuai
dengan minat dan potensinya.
b. Misi
Misi yang diharapkan dalam mewujudkan visi SMA Negeri 3
Salatiga sebagai berikut:
1) Menyediakan pelayanan belajar yang efektif dengan sumber
belajar yang memadai
55
3) Penambahan jam pada pelajaran yang diujikan secara nasional
kepada siswa kelas X, Xi, XII
4) Melaksanakan UHT (Ulangan harian terprogram) kepada siswa
kelas X, XI, XII pada semester I dan II
5) Kerjasama dengan lembaga bimbingan belajar untuk persiapan
ke SPMB
6) Melakukan perlatihan dan mendorong siswa mengenal potensi
diri untuk bersaing dalam setiap even/kegiatan
7) Menyediakan wahana pembinaan siswa bidang non akademis,
melalui kegiatan ekstrakurikuler
8) Memasukkan pelajaran bimbingan karier dan budi pekerti ke
dalam kegiatan intrakurikuler bagi siswa kelas X dan XI
9) Menkoordinasi pembinaan mental spiritual yang
berkesinambungan
10) Mengajak orang tua/wali murid memberikan bimbingan dalam
hal budi pekerti yang baik
11) Menyediakan wahana komunikasi, koordinasi antara sekolah,
orang tua, masyarakat dan instansi yang terkait untuk
menunjang terlaksanya program sekolah
12) Memberikan pelatihan ketrampilan komputer bagi siswa yang
tidak akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga
siswa mampu mengidentifikasi, menggunakan dan mereparasi
56 4. Sarana Prasarana
Tanah sekolah sepenuhnya milik negara. Luas areal seluruhnya 53.426
57
9. Komputer /
Laptop 15 v
10. Tape Recorder 18 v
11. Sound System 3 V
12. LCD 35 V
13. System
KBK/Server 1 V
14. Komputer Siswa 84 V
15. VCD 6 V
16. Organ/Kayboard 1 V
5. Data Ketenagaan dan Siswa
a. Data pendidik dan tenaga kependidikan
Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 95 orang, terdiri
atas guru 66 orang, karyawan tata usaha 10 orang, pesuruh 13 orang
dan satpam 4 orang.
1) Data Pendidik
Tabel 3.2 Daftar Pendidik
No. Nama/NIP/NUPTK Bidang Tugas
1 Dra. Yuliati Eko Atmojo, M.Pd.
58 2 Drs. Supriyanto,M.Pd
Bhs. Inggris
3 Drs. Saptono Nurgahadi, M.Pd., M. Si.
Kimia
4 Dra. Susilowati
Kimia
5 Dra. Tyas Mardhi Astutie
Basasin
59 15 Indriyawanti, S.Pd.
Matematika
16 Eny Sri Handaruningsih, S.Pd.
20 Sri Mulyatiningsih, S.Pd.
Geografi
23 Inti Artini Palupi, S.Pd., M.Si.
25 Dra. Kristin Yulianti
60 28 Firmaya Yulias Anggraini,
S.Pd.
30 Novembri Agus Hariyanto, S.Pd.
34 Agus Widiyanto, S.Pd.
Basasin
Sastra Indo
35 Muhlasin, S.Pd.
Basasin
36 Supriyatin Widodo, S.Pd, M.Pd
Penjaskes
37 Hanang Tugiyanto, S.Pd.
61
41 Arief Prihastono, S.Pd.
Penjaskes
42 Siti Mardiyah, S.Pd.
Bahasa Inggris
43 Listyarini Nur Banun, S.Sos
Sosiologi
44 Indriastuti Soewarto, S.Pd.
Bahasa Jawa
48 Wahyu Wiyandani, S.Pd.
Bhs Inggris
51 Drs. Antonius Mukijo Pen.Ag.Katolik
52 Ngastoroso, S.Th.
62
53 Anik Idhayati, S.Pd.
Kewarganegarn
54 Ndaru Dian Pratiwi, S.Pd.
Bhs. Inggris
56 Dra. Siti Nur Handayani Kewarganegarn
57 Saiful Barmawi, S.Pd. Bahasa Jepang
58
Respati endah Pertiwi, S.P Sejarah
59 Sugeng Riyanto, M.Pdi.
Pendidikan Agama Islam
60 Suryo Handoko, S.Pd Matematika
61 Ratna Imani, S.Pd Bahasa Jawa
62 Solikhin, S.Pdi. Pendidikan
Agama Islam
63 Christiawan Widhi N, S.Pd Bahasa Inggris convesation
64 Krisna Hartanto,S.Pd Bahasa Inggris conversation
63
66 Nur Choiriyah, S.Pd Bahasa inggris
2) Pegawai Tata Usaha dan Pembantu Pelaksana
Tabel 3.3 Daftar Tenaga Kependidikan
No. Nama Jabatan
1. Hendri Hernowo Koor. Tata Usaha
2. Siti Munjiah Pengelola Perpustakaan
3. Sulistinah, A.Md. 1. Bendahara rutin
2. Bendahara BOSS
3. Kesiswaan
4. Ihya Humaida, SE. 1. Pembantu Pengurus
Barang
2. Administrasi
kepegawaian
5. Sugiyanto Pembantu Pelaksana
6. Sutini Pembantu Pelaksana
7. Jundi Azis Pembantu Pelaksana
64
9. Dulrahman Pembantu Pelaksana
10 Panut Azis Pembantu Pelaksana
11 Yulianto Pembantu Pelaksana
12 Joko Nugroho Pembantu Pelaksana
13 Ahmad Khoironi Pembantu Pelaksana
14 Ali Samani Pembantu Pelaksana
15 Mustarojab Pembantu Pelaksana
16 Ahmad Ahsoni Satpam
17 Mubasyir Satpam
18 Sri Warsini Pembantu Pelaksana
19 Endang Asih
Priyanti
Petugas Foto Copy
20 Bangun Ismayadi Petugas Perpustakaan
21 Ansuryono Satpam Siang
22 Romli Satpam Siang
23 Rio Brian Agus
Setyawan
Petugas Foto Copy
Dari sejumlah guru, 89 % berstatus PNS dan sisanya 11 %
berstatus honorer (GTT). Untuk karyawan hanya 35 % yang
65 b. Keadaan peserta didik
Dari jumlah peserta didik, kelas X berjumlah 329 yang terdiri dari
siswa laki-laki sejumlah 124 dan siswa perempuan sejumlah 205,
kelas XI berjumlah 330 yang terdiri terdiri dari siswa laki-laki
sejumlah 133 dan siswa perempuan sejumlah 197, kelas XII berjumlah
335 yang terdiri dari siswa laki-laki sejumlah 115 dan siswa
perempuan sejumlah 220.
Tabel 3.4 Daftar Siswa
No. Kelas
Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. X 1 12 22 34
2. X 2 12 22 34
3. X 3 7 27 34
4. X 4 14 18 32
5. X 5 15 17 32
6. X 6 15 17 32
7. X 7 11 23 34
8. X 8 9 21 30
66
10. X 10 15 18 33
11. XI IPA 1 15 29 34
12. XI IPA 2 15 20 35
13. XI IPA 3 13 24 37
14. XI IPA 4 15 21 36
15. XI IPA 5 12 22 34
16. XI IPS 1 16 18 34
17. XI IPS 2 14 18 32
18. XI IPS 3 12 21 33
19. XI IPS 4 15 19 34
20. XI IBB 6 15 21
21. XII AKSEL 1 6 7
22. XII IPA 1 12 25 37
23. XII IPA 2 13 23 36
24 XII IPA 3 33 33
67
26. XII IPA 5 10 28 38
27. XII IPS 1 14 24 38
28. XII IPS 2 16 21 37
29 XII IPS 3 17 21 38
30. XII IPS 4 14 24 38
31. XII IBB 5 8 13
6. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah wadah yang digunakan sekolah
untuk menampung bakat dan minat siswa agar lebih terarah pada hal
yang lebih positif. Adapun ekstrakurikuler yang ada, antara lain:
Tabel 3.5 Jadwal Ekstrakurikuler
No Jenis Ekstrakurikuler Hari Keterangan
1 PASKIBRA Selasa Pilihan
2 Band Kamis Pilihan
3 Bola Volly Kamis Pilihan
68
5 Seni Baca Alquran Rabu Pilihan
6 English Club Selasa Pilihan
7 KIR Selasa Pilihan
8 Bola Basket Kamis Pilihan
9 Pencak Silat Rabu Pilihan
10 Rebana Kamis Pilihan
11 Karate/ Taekwondo Selasa Pilihan
12 Modern Dance Rabu Pilihan
13 Paduan Suara Kamis Pilihan
14 PMR Rabu Pilihan
15 Cinematografi Rabu Pilihan
16 Pramuka Jumat Wajib bagi
kelas X dan
pilihan bagi
kelas XI
17 Science Club Senin - Kamis Peserta
ditunjuk dari
69
18 Karawitan Kamis Pilihan
19 Seni Tari Kamis Pilihan
7. Prestasi Siswa
Tabel 3.6 Daftar Prestasi Siswa
73 B. Temuan Penelitian
1. Manajemen Kantin Kejujuran SMA N 3 Salatiga
Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil penelitian berupa fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengevaluasian yang diselenggarakan di kantin kejujuran SMA N 3
Salatiga.
a.Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber
ditemukan beberapa pernyataan yang mendukung proses perencanaan.
1) Penentuan Tujuan
Tahun berdiri dan tujuan kantin kejujuran terlihat dari
pernyataan AK selaku Wakabid Kesiswaan:
“Kantin itu kan memang sudah lama, mulainya
2010. Maksud dan tujuannya untuk membiasakan
anak-anak untuk berlaku jujur dan bertanggung jawab.
Pengelolanya dari guru sini”
(W/G/AK/12-04-2016/09.01 WIB).
SN berpendapat hampir sama tentang tujuan kantin
kejujuran sebagai berikut:
“Untuk tujuan ya itu tadi kantin kejujuran
memang untuk mengukur perilaku siswa. Saya juga