• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN MATA KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAHAN MATA KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAm"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN MATA KULIAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

Oleh:

H. MUBARAK, S.Pd.I., M.Pd.I.

UNTUK MAHASISWA JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Mahasiswa

:

Ahmad Farich Hidayatullah

NIM :170511448

FAKULTAS AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA

(2)

BAB I

PENGERTIAN, FAEDAH, FAKTOR, LAPANGAN DAN

PANDANGAN ISLAM TENTANG SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam

1. Pengertian Sejarah

Sejarah berasal dari bahasa Arab ‘Syajarah / ةرجش ', artinya 'Pohon'. Pohon diartikan sebagai 'Silsilah'. Dalam pengertian pohon di sini, adalah sebagai pohon yang terbalik, akar di atas dan ranting serta cabangnya berada di bawah, sehingga merupakan silsilah.

Secara harfiah, Sejarah dalam bahasa Arab diartikan ةي اكحلا خير اتلا : (Ahmad Warson Munawwir: 1997: 17)

Sejarah menurut definisi mempunyai arti:

- Sejarah sebagai peristiwa (-peristiwa) pada masa lampau

- Sejarah sebagai kisah dari pada peristiwa (-peristiwa) itu. (Nugroho Notosusanto: 1964; 6)

Pengertian sejarah ini bisa juga disebut dengan:

- Sejarah sebagai kejadian, khususnya kejadian yang berhubungan dengan perbuatan manusia, atau bisa

- berarti masa lampau manusia yang berisikan kejadian-kejadian yang menyangkut perbuatan manusia. (Sumardjo: 1965; 13)

Sayyid Qutub (1987” 18) dalam buku beliau Konsepsi Sejarah dalam Islam,

menyebutkan bahwa Sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dalam waktu dan tempat.

* Faktor-faktor yang menyebabkan sejarawan berbeda pandang dalam memberi arti terhadap suatu objek:

- Sikap berat sebelah pribadi - Prasangka kelompok

- Interpretasi berlainan tentang faktor-faktor sejarah

- Pandangan dunia yang berbeda-beda (Nugroho Notosusanto: t.t.: 10) 2. Pengertian Peradaban

Peradaban berasal dari kata 'adab' ditambah dengan awal 'per' dan akhiran 'an'. Kata adab berasal dari bahasa Arab ' بادا ' yang berarti sopan santun, tata karama, budi bahasa. Peradaban sendiri kalau diambil dari makna bahasa Arab di sebut " ندمت atau " ةرضحلا ". Dalam bahasa Inggeris "Civilization".

Dalam Webster Dictionary Civilization diartikan: - Keadaan atau proses peradaban

- Kemajuan sosial dan kebudayaan - Kurun type dari sosial tertentu - Seluruh dunia yang telah maju.

Rene Sedilot, mengartikan peradaban adalah Khazanah pengetahuan dan kecakapan teknis yang meningkat dari angkatan keangkatan dan sanggup berlanjut terus.

Peradaban juga diartikan sebagai manifestasi berfikir, merasa untuk mempraktiskan, memudahkan, memajukan kesenangan dalam kehidupan.

* Peradaban adalah merupakan tingkat kebudayan yang lebih tinggi dari kebudayan orang liar.

(3)

* Adalah sebagian dari kebudayaan untuk memudahkan dan mensejahterakan hidup. ---- Contoh: alat angkut semula pedati --- > mobil.

3. Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata 'budaya', mendapat awalan ke dan akhiran an. 'Budaya' berasal dari kata 'Buddhayah'; budi dan daya. Dalam bahasa Arab kebudayaan diartikan dengan ' ةف اقثلا ', sedang dalam bahasa Inggris diartikan 'Culture'.

Kebudayaan menurut definisi:

* H. Agus Salim: Kebudayaan adalah himpunan segala usaha dan daya-upaya yang dikerjakan dari hasil budi untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan.

* Sidi Gazalba: Cara berpikir dan merasa, menyatakan diri dalam seluruh segi

kehidupan sekelompok manusia yang membentuk masyarakat, dalam suatu ruang dan waktu.

* Koentjaraningrat: Keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus

dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya. Menurut Koentjaraningrat, ada tiga wujud kebudayaan:

- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

- Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (Koentja-raningrat: 1980; 201)

* Para ahli seperti Ogburn dan Nimkoff dalam bukunya "Hand Book of Sociology", seperti dikutip oleh Phil Astrid S Susanto (1979: 149), membagi kebudayaan ada dua macam, ada kebudayaan materi dan kebudayaan mental.

--- > Jadi Sejarah dan Peradaban Islam: Pembicaraan masa lalu dan kini tentang cara berpikir, merasa dan memproduksi serta meningkatkannya dari umat Islam.

B. Faedah Mempelajari Sejarah dan Peradaban Islam

1. Faedah Teoritis:

* Mengetahui tingkat kemajuan dan kehidupan sesuatu bangsa dibanding bangsa lain.

* Dapat membeda-bedakan masing-masing rumpun bangsa kemudian menge- lompokkan berdasarkan persaman dan perbedaan peradaban.

* Dapat memiliki pengetahuan untuk menciptakan lebih lanjut dan menyem-purnakannya.

* Dapat mengetahui tingkatan peradaban umat Islam dari berbagai bangsa sampai di mana sumbangan yang telah diberikan.(Sulhany: 1972; 9)

2. Faedah Praktis:

Dengan mempelajari peradaban (Islam) dapat mengambil contoh, peristiwa yang telah terjadi untuk mengambil yang baik dan meninggalkan yang buruk untuk diterapkan dalam kehidupan.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Menentukan Corak Peradaban

1. Faktor yang mempengaruhi: a. Lingkungan (Milleu) b. Watak

c. Interaksi Sosial

(4)

b. Keturunan/ras atau bangsa

c. Kejiwaan/Challence and Responce d. Ekonomi

e. Pendidikan.

D. Lapangan Peradaban (Kebudayaan)

1. C. Kluchohn dalam bukunya "Universal Categories of Culture", mengemukakan lapangan-lapangan kebudayaan sebagai berikut:

a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia: pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi dan sebagainya.

b. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi: pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya.

c. Sistem kemasyarakatan: sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan.

d. Bahasa: lisan maupun tulisan.

e. Kesenian; seni rupa, seni suara, seni gerak, dsb. f. Sistem pengetahuan.

g. Religi (sistem kepercayaan) (Soerjono Soekanto: 1982; 166)

2. Sidi Gazalba (1976: 27) dalam bukunya Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, membagi lapangan kebudayaan sebagai berikut:

a. Sosial, b. Ekonomi, c. Politik, d. Pengetahuan dan Tehnik, e. Seni, f. Filsafat, dan g. Agama.

Khusus tentang "agama", terdapat dua bagian yaitu, agama yang bersumber dari wahyu Ilahi (agama samawi), dan agama yang bersumber dari hasil renungan manusia, disebut agama dunia.

pengetahuan beberapa derajat (Al Mujadalah: 11)

(5)

لوئسم هنع ناك كئلوا لك داؤفلاو رصبلاو عمسلا نإ ، ملع هب كل سيلام فقتلو Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai Pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pandengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.

e. Islam menganjurkan berinisiatif

"Barang siapa yang merintis suatu jalan yang baik di dalam Islam, dia akan mendapat ganjarannya dan ganjaran orang-orang yang mengerjakan cara yang baik itu sampai hari kiamat (Hadits).

f. Islam mementingkan dunia adan akhirat.

ايندلا نم كبيصن سنتلو ةرخلا رادلا هللا كاتا اميف غتباو Dan carilah kurunia Allah yang telah diberikan kepadamu negeri akhirat dan

janganlah engkau lupakan nasibmu di atas dunia ini (Al Qashah: 77)

ادغ تومت كناك كترخلا لمعإو ادبا شيعت كناك كايندل لمعإ Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beramallah

untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok hari (Hadits). g. Akulturasi.

Islam menganjurkan kepada pemeluknya untuk mengunjungi negeri lain, menghubungkan tali silaturrahmi, untuk mencari pengalaman dan pengetahuan, serta kebudayaan.

                     

(6)

BAB II

CORAK MASYARAKAT ARAB SEBELUM DATANGNYA ISLAM

A. Geografis Tanah Arab

Tanah Arab atau sering disebut Jazirah Arab terletak di bagian Barat Daya Benua Asia. Para ahli memang berbeda pendapat mengenai batas yang pasti termasuk wilayah tanah Arab. Namun umumnya mereka sepakat kalau yang disebut Jazirah Arab adalah hanya lebih terfokus pada wilayah dataran Hejaz dan Nejaz, termasuk wilayah Hadramaut, Yaman dan lainnya. Secara keseluruhan luas wilayah ini diperkirakan sekitar 1.200.000 mil persegi.

Tanah Arab ini berbatasan sebelah: - Utara dengan Palestina, Syiria dan Irak; - Selatan dengan Lautan Hindia;

- Timur dengan Teluk Persia dan Oman; dan - Barat dengan Laut Merah.

Keadaan tanahnya sebagian besar terdiri dari Padang Pasir tandus, bukit dan batu, terutama bagian tengah. Sedang bagian selatan atau bagian pesisir pada umumnya tanahnya cukup subur.

Untuk wilayah bagian Tengah terbagi pada: 1. Sahara Langit atau disebut pula Sahara Nufud; 2. Sahara Selatan disebut al-Rub'ul Khali; dan 3. Sahara Harrat.

Kondisi alam/tanah adalah:

- Kering dan tandus, kalaupun ada air hanyalah Oase atau Mata Air .

- Menyebabkan penduduknya suka berpindah-pindah (Nomaden) dari satu wilayah ke wilayah lain, oleh para ahli mereka disebut suku Badui.

- Dari segi pekerjaan mereka umumnya bekerja menggembalakan kambing dan binatang ternak lainnya.

Sementara wilayah bagian Pesisir, yaitu terdiri wilayah pesisir Laut Merah, Samudera Hindia dan Teluk Persi, sehingga kondisi tanahnya:

- Sangat subur, di tempat ini banyak dilakukan usaha pertanian; - Di samping itu juga dilakukan usaha perdagangan;

- Penduduknya menetap dan sangat padat.

B. Asal Usul Keturunan Bangsa Arab

Bangsa Arab adalah ras Semit yang tinggal di sekitar jazirah Arabia. Bangsa Arab purbakala adalah masyarakat terpencil sehingga sulit dilacak riwayatnya (MAJ. Beg: 1993: 11)

Orang Arab sendiri membagi bangsa mereka menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Arab-ul-Baidah atau Arab-ul-Ariba

Ialah bangsa Arab yang sudah tidak ada lagi, di antaranya terhitung kaum-kaum Hamiya (Kusyiya) termasuk dalam kaum ini adalah Kaum Tsamud yang sudah punah. Di antara kabilah yang terkenal adalah Ad, Tsamud, Thasar, Yodis dan Yurnam.

2. Arab Baqiah (mereka ini masih ada) terbagi pada dua kelompok: a. Arab Aribah:

Kelompok Quthan di Yaman, Jurham, Ya'rab adalah kabilah-kabilah yang termasuk dalam kelompok ini. Dari Ya'rab inilah lahir suku-suku Kahlan dan Himyar.

(7)

Kebanyakan dari penduduk Arabia yang mendiami bahagian tengah Jazirah Arabia dari Hejaz sampai ke Syam.

Kelompok Arab Musta'arabah inilah yang mendiami Mekkah tinggal bersama Nabi Ibrahim hingga terjadi percampuran (Perkawinan) yang kemudian melahirkan suku Arab termasuk suku Quraisy, yang tumbuh dari induk suku Adnan.

MAJ. Berg (1993: 12) menyatakan, Bangsa Arab pra-Islam yang tinggal di jazirah Arab yang sangat luas itu dapat dibagi ke dalam dua kategori atau kelompok, yaitu bangsa Arab yang menetap (Hadari) dan pengembara (Badui) di sekitar gurun pasir.

1. Bangsa Arab Hadari (menetap) adalah bagian dari strata yang sangat kuat. Suku terkemuka dan terkuat dari kelompok masyarakat Hadari ini adalah suku Quraisy. Suku Aristokrasi terkemuka ini sebagian besar tinggal di kota Mekkah. Dari berbagai suku yang hidup pada masa Arab purbakala, maka kaum Quraisy memperoleh hak istimewa sebagai golongan tertinggi dalam masyarakat. Mereka memiliki sumber prestise dan kekuasaan yang rapi. Mereka merupakan pelindung tempat suci, yakni Ka'bah. Mereka juga kaum bangsawan beragama yang memperoleh prestise pilitik dan kekayaan, di samping juga dalam dunia perdagangan internasional.

Dari segi status sosial, suku Quraisy menempati khirarchi tertinggi dari suku lainnya kecuali kaum Thaqiq di Thaif, karena mereka berada di bawah suku Quraisy. Oleh MAJ.Berg dikatakan, mereka ini menempatkan diri sebagai suku terkemuka dalam hierarki sosial bangsa Arab. Sementara suku-suku non-Quraisy seperti, Hudhayl, Azd, Banu Hanifah, Bakr bin Wa'il, Aws, dan Khazraj memiliki status sosial yang rendah, mereka ini termasuk suku-suku Arab non-Aristokratis (1993: 15)

2. Suku Nomadis (Badui) berada di bawah suku yang menetap (Hadari). Mereka ini

penduduk yang tinggal di pedalaman. Sesuai dengan kondisi alamnya yang gersang dan tandus, mereka tinggal tidak menetap di suatu daerah secara permanen tetapi

berpindah-pindah, bahkan perpindahan mereka sangat mobil. Guna kelangsungan hidup, mereka berpindah-pindah untuk mencari makan terutama menggembala binatang ternak, seperti kambing, biri-biri, onta, dan lainnya.

Bagaimanapun masyarakat Badui hanya memperoleh sedikit kesempatan untuk meningkatkan moboilitas sosialnya; suku ini dibentuk atas dasar kekeluargaan di antara para anggotanya. Untuk itu tiap suku dipimpin oleh seorang Syekh, bilamana meninggal, maka salah seorang di antara mereka dipilih untuk menggantikannya.

C. Beberapa Kerajaan Arab

1. Kerajaan Saba

Kerajaan Saba' ini terletak di Jazirah Arab bagian Selatan, yaitu di Yaman. Kerajaan ini sangat maju sekali untuk ukuran masa itu, terutama dalam bidang pertanian. Dalam upaya menyuburkan pertanian, masyarakat sudah memanfaatkan sistem

pengairan, yang terkenal 'Saddul Maarib'. Kerajaan ini menurut catatan sejarah terjadi pada masa Nabi Sulaiman dengan pimpinannya Ratu Bulqis.

2. Kerajaan Himariyah

Menurut sejarah, Kerajaan Himariyah ini adalah kelanjutan dari Kerajaan Saba. Kerajaan ini terletak antara Saba dan Laut Merah tepatnya di daerah Qitban.

Kerajaan ini seperti halnya Kerajaan Saba, juga memiliki peradaban yang sudah maju. Pada saat itu kerajaan ini sudah memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan besar seperti Bizantium dan Persia.

Pada akhirnya kerajaan ini runtuh sebagai akibat dikuasai dan dihancurkan oleh orang-orang Habsyah (Abisenia), salah satu raja yang terkenal adalah Abrahah.

(8)

Kerajaan Hirah terletak antara Kerajaan Bizantium dan Persia, atau terletak di wilayah Irak sekarang. Agama masyarakat adalah Agama Nasrani Nasturia.

4. Kerajaan Ghosasiniah

Kerajaan ini disebut pula Ghasan, terletak di daerah Syam. Kerajaan ini cukup maju, banyak kota-kota yang dibangun, bangunan toko dan istana dibangun tinggi-tinggi. Sementara dalam struktur pemerintahan, umumnya sangat dekat dengan yang ada di

Kerajaan Bizantium. Sementara agama masyarakatnya adalah penganut Kristen.

D. Peradaban Arab Sebelum Islam: Sosial, Keluarga, Ekonomi dan Agama

1. Kehidupan Sosial

Keadaan bangsa Arab yang hidup di daerah padang pasir yang tandus, sedikit

banyaknya turut membuat corak kehidupan mereka berjalan agak keras, penuh persaingan, perebutan kekuasaan antara satu kabilah dengan kabilah lainnya. Siapa yang kuat, gagah perkasa itulah yang memimpin.

Dalam hidup bermasyarakat, bangsa Arab sangat menyenangi hal-hal seperti: = Syair; dengan syair, orang bisa dipuji/mulia dan dihina. Dari syair ini akan tergambar

kehidupan sosial bangsa Arab;

= Minum khamar, kendati di antara mereka ada pula yang mengharamkan hal ini; = Ada pula adat (tradisi) pada saat itu kebiasaan “mengawini isteri bapa” yang telah

meninggal dunia (Syalabi: 1973 :42) Di sisi lain, perkawinan bentuk Endogami adalah merupakan ciri khas masyarakat Arab pra-Islam (MAJ. Berg: 1993: 17) = Menganggap hina kaum perempuan;

= Menguburkan anak perempuan, namun hal ini menurut Sallabi, ini hanya dilakukan oleh Bani Asad dan Tamim.

= Sementara mereka yang pandai membaca saat itu hanyalah sebanyak 17 orang (Syalabi: 1973: 49)

Mengutip pendapat MAJ. Berg, bahwa pada masa Arab pra-Islam, banyak orang Yahudi dan Kristen yang mampu membaca kitab Injil, sedangkan bangsa Arab pada umumnya buta huruf. Fakta ini lebih jelas bila kita mengetahui bahwa di Mekkah hanya terdapat 17 orang Arab yang terpelajar di saat berakhirnya periode Jahiliyah dan dimulainya era Islam (1993: 15)

= Perbudakan suatu hal yang biasa terjadi pada masa Arab pra-Islam. Mereka ini memelihara dan mempertahankan perbudakan. Para budak diperoleh dari:

1. Melalui pembelian di pasar-pasar budak terbuka di Arab atau di pasar-pasar asing; 2 Hasil tawanan, yang diperoleh melalui peperangan antarsuku (MAJ. Berg: 1993:

16) 2. Keluarga

Kehidupan bangsa Arab lebih ditentukan oleh suku/kabilah. Tiap kabilah mempunyai adat istiadat dan budi pekerti sendiri yang tidak sama dengan kabilah lain. Pere Lammens menyatakan, bangsa Arab sangat patuh dan sangat setia kepada adat dan tradisi kabilahnya masing-masing dan gemar sekali menjamu tamu-tamu. Bagi mereka patuh kepada keluarga, kabilah adalah suatu kewajiban, sehingga apapun yang terjadi kabilah bagi mereka segala-galanya. Sementara terhadap tamu sangat dihormati, sehingga bagaimanapun keadaan tamu itu wajib bagi mereka melindungi keselamatannya.

3. Ekonomi

(9)

Sementara Arab bagian selatan, pesisir atau perkotaan umumnya mereka lebih banyak bergerak di bidang perdagangan (niaga). Perdagangan ini mereka lakukan sampai ke negeri India, Indonesia dan Cina.

 Agama/Kepercayaan

Sementara dalam bidang agama (kepercayaan) pada umumnya mereka adalah kaum penyembah berhala. Menurut catatan sejarah, di dinding Ka’bah terdapat 360buah patung.

Dalam hal ini menurut teori Ibnu Kalbi: Bangsa Arab senang memuliakan batu-batu yang ada di sekeliling Ka’bah/Mekkah kemana mereka pergi selalu membawa batu tersebut, untuk kemudian thawaf mengelilingi batu yang dibawanya itu, sehingga di mana-mana dibentuk patung. Patung-patung dan berhala itu mereka kumpulkan di sekitar Ka’bah untuk disembah (Syalabi: 1973: )

Di sisi lain, mereka menyembah berhala adalah hanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Allah), artinya:

مه ام ىف مهنيب مكحي هلل نإ فلز هلل ىلإ آنوبرقيل لإ مهدبعنام ءآيلوأ هنود نم اوذختأ نيذلاو ، صلاخلا نيدلا هلل لأ

رافك بذك وه نم ىدهي ل هلل نإ نوفلتخي هيف Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Tidaklah kami menyembah mereka (berhala), melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar (Az Zumar: 3).

Di samping itu terdapat pula agama/kepercayaan:

= Agama Hanif: yang mempertahankan syari'at Ibrahim, pemeluk agama ini termasuk Abd. Muthalib kakek Nabi Muhammad SAW.

= Agama Nasrani; masuk melalui Habsyi dan Syiri'a. = Agama Yahudi; terdapat di Hejaz

(10)

BAB III

PERTUMBUHAN PERADABAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH

A. Periode Mekkah

Menurut sejarah, Nabi Muhammad lahir pada hari Senin tahun 570 M, disebut pula tahun Gajah, atau menurut kalender Islam tepat 12 Rabiul Awal. Kelahiran Muhammad, demikian Gibbon, tepat sekali datangnya di masa kejatuhan dan kekacauan bangsa Persia, Roma dan Barbar Eropah (M.A. Enan: 1979: 14)

Setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT di Gua Hira yang dimulai dengan sebagian dari ayat-ayat (5 ayat) yang terdapat dalam Surah al-Alaq pada 17 Ramadhan, pada saat itu pulalah nabi secara resmi diangkat sebagai Nabi dan Rasul Allah. Kemudian disusul dengan wahyu yang kedua Surah al Mudassir ayat 1-7. Dengan ayat tersebut nyatalah sudah tugas kerasulan Muhammad SAW, yaitu menyeru manusia ke jalan yang benar.

Apa yang diinginkannya waktu itu adalah untuk meyakinkan umat sebangsanya akan kebenaran dan keabsahan wahyu yang dibawanya. Pernyataannya secara terbuka tentang panggilan Tuhan telah mengakibatkan bangkitnya perlawanan dari sukunya sendiri, klan Quraisy, yang dari pernyataan Nabi Muhammad SAW itu bagi keuntungan dan prestise mereka sebagai pewaris penjaga Ka'bah tempat suci berbentuk persegi di Mekkah, yang didatangi oleh ribuan pengunjung setiap tahun (Reuben Levy: 1986: 3)

Penyiaran Islam pada periode pertama di Mekkah ini, banyak tantangan dan halangan yang dilakukan oleh kaum Quraisy, ini pula menyebabkan terjadinya penyiaran Islam secara sembunyi-sembunyi dari rumah ke rumah yang dimulai oleh para keluarga sendiri. Tantangan dan halangan itu berupa penganiayaan, pembunuhan, pembaikotan politik, ekonomi dan sosial, penghinaan, dsb. Namun demikian, bukanlah berarti Rasulullah dan para pengikutnya semakin kecut, melainkan semakin kuat dan teguh imannya. Pada gilirannya membuat dakwah Islam dilakukan secara terang-terangan terutama setelah masuknya Umar bin Khattab ke dalam Islam.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang Quraisy menentang Islam yaitu: 1. Persaingan berebut kekuasaan;

2. Ajaran persamaan hak dan derajat yang dibawa Islam; dan

3. Taklid kepada nenek moyang yang dilakukan orang Quraisy. Bahwa agama mereka dibangun di atas dasar-dasar yang sebagian besarnya adalah taqlid (ikut-ikutan pada orang-orang tua dahulu tanpa mengetahui dalil-dalil yang sebenarnya) demikian dinyatakan oleh Syaikhul Islam Muhammad Bin Abdul Wahab (1985: 30)

Dalam periode Mekkah ini pembinaan yang sangat diutamakan oleh Rasulullah adalah:

1. Mengesakan Allah;

2. Mensucikan dan membersihkan hati; 3. Menguatkan barisan (Ukhuwah); dan

4. Meleburkan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.

B. Periode Madinah

(11)

Menurut Reuben Levy (1986: 3) di Madinah kenabian Muhammad SAW menemukan tanggapan yang lebih baik, karena itu terjadi peningkatan dengan cepat tidak hanya dalam kekuasaan agama, tetapi juga dalam kekuasaan politik bagi Nabi Muhammad SAW; suatu fenomena yang tidak aneh di antara rakyat yang sederhana dan demokratis. Tanggapan positif ini terutama dari kalangan kaum Yahudi, khususnya Suku Ghazlan dan Aus, hal ini disebabkan oleh:

1. Pada masa Rasulullah di Mekkah, beliau sudah melakukan komunikasi dan pembicaraan dengan orang-orang Yahudi;

2. Dalam ajaran Yahudi sendiri, sudah ada ketentuan tentang Sang Mesiah (Muhammad) 3. Ingin mencari figur pendamai orang luar yang diterima semua pihak.

Sebagai seorang Nabi dan Rasul begitu juga sebagai seorang kepala "negara" Islam, pada dasarnya sistem pemerintahan berada di tangan beliau, apakah berkaitan dengan kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif, kendati demikian beliau selalu

bermusyawarah dengan para sahabatnya. Berbicara tentang "negara" Islam, menarik apa yang diungkap oleh Ibnu Taymiyyah bahwa Nabi Muhammad memang menegakkan negara, tetapi tidaklah tepat jika kita menyebutnya sebagai raja dan negaranya itu sebagai negara. Rejimnya adalah rejim kenabian dan ia hanyalah seorang nabi (Qamaruddin Khan: 1973: 116)

Ada beberapa usaha pokok yang dilakukan Rasulullah dalam usaha membina umat sewaktu berada di Madinah, yaitu:

1. Mendirikan mesjid (Mesjid Quba);

2. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar (Ukhuwah Islamiyah);

3. Perjanjian perdamaian dengan kaum non muslim khususnya kaum Yahudi (baik dalam bidang ekonomi dan agama); dan

4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, sosial untuk masyarakat Islam.

Ada beberapa perubahan yang terjadi terhadap bangsa Arab setelah masuknya ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu:

1. Segi keagamaan; 2. Segi kemasyarakatan: - pentingnya disiplin;

- melarang pertumpahan darah; - menanamkan persaudaraan; dan - mengangkat derajat kaum wanita, dll. 3. Segi politik:

- adanya ikatan nasional (bangsa); - kesatuan agama; dan

- tunduk dalam kesatuan hukum.

Pada masa Nabi Muhammad SAW baik pada periode Mekkah atau periode Madinah, adalah dasar atau tonggak dari muncul Peradaban Islam belakangan. Seorang sejarawan, Finlay menyatakan seperti dikutip Profesor MA. Enan, untuk menyelidiki sejarah pribadi seorang laki-laki yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan yang mencengangkan terhadap fikiran dan gerak-gerak pengikutnya, dan keahliannya dalam meletakkan dasar suatu sistem politik dan agama yang semenjak saat itu terus-menerus mengatur berjuta-juta manusia dari berbagai suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda. Hasil yang dicapainya sebagai pembentuk undang-undang di kalangan bangsa-bangsa yang tertua di Asia, serta kestabilan hukum-hukum itu selama rangkaian panjang dari generasi dalam berbagai suasana politik masyarakat... (1979: 16)

(12)

Islam. Wali Allah ad-Dahlawi menyatakan sebagaimana dikutip oleh Ratno Lukito (1998: 7) bahwa “berbagai macam adat pra-Islam diteruskan pemberlakukannya selama periode

(13)

BAB IV

MASA KEMAJUAN ISLAM (650 - 1000 M)

A. Masa Khulafaurrasyidin

Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin menghadapi persoalan yang cukup sulit yaitu, berkenaan dengan penggantian siapa yang akan memimpin "Negara Madinah". Dalam konsep negara sebenarnya para ahli berbeda pendapat karena ada yang menyatakan bukan berwujud negara, Ibnu Taymiyah menyatakan bahwa "Nabi tidak pernah menegakkan negara (Qamaruddin Khan: 1983: 98) walaupun begitu tidak dapat diragukan lagi bahwa di kota Madinah Nabi telah menegakkan semacam tata sosial yang mirip sekali dengan sebuah negara.

Pada saat itulah kaum muslimin melakukan musyawarah, baik kaum Muhajirin ataupun Anshar masing-masing menonjolkan orang-orang yang dianggap mampu menjadi pimpinan. Tentunya hal ini lebih disebabkan oleh karena dalam golongan Suni, semua pihak sependapat bahwa Nabi Muhammad saw. tidak pernah mengangkat seseorang untuk

menggantikan dirinya (Qamaruddin Khan; 1983; 126). Karena itu dalam permusyawaratan di balai kota Bani Sa'idah yang diikuti oleh masing-masing golongan tersebut akhirnya

disepakati yang terpilih sebagai pimpinan adalah Abu Bakar Shiddiq. Terpilihnya Abu Bakar Shiddiq ini adalah karena semangat keagamaan yang tinggi dimiliki oleh beliau. Sebagai sebutan dari pemimpin umat Islam setelah Rasul disebut "Khalifah Rasulillah" (Pengganti Rasul), dalam perkembangan selanjutnya disebut "Khalifah" saja. Istilah khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Istilah pemimpin agama bukanlah berarti jabatan "Kerasulan Muhammad" bisa diganti, tetapi hanyalah sebagai pemimpin agama biasa.

Masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar Shiddiq, hanyalah dua tahun. Kendati masa ini tidak terlalu lama, namun berbagai usaha telah beliau lakukan, antara lain:

1. Pemilihan khalifah;

2. Memerangi kaum murtad, nabi palsu (Musailamah al Kazzab, Thulaihah bin Khuwalid, dan Sadjah Tamimiyah);

3. Memerangi kaum yang enggan membayar zakat (Perang Riddah); dan 4. Mengumpulkan Al Qur'an.

Kendati masa pemerintahannya hanya sekitar dua tahun, selain usaha-usaha di atas yang dilakukan beliau, juga perhatian terhadap pengembangan pemerintahan ke luar negeri juga beliau lakukan, seperti ke Hirah, Syria, dan lainnya.

Sewaktu Khalifah Abu Bakar Shiddiq masih sakit, beliau berusaha mengumpulkan tokoh-tokoh Islam saat itu antara lain, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Sa'ad bin Abi Waqas, dan lainnya, kemudian atas kesepakatan bersama dipilihlah Umar Bin Khattab sepeninggal beliau.

Pada masa pemerintahan Umar Bin Khattab, beliau menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rasulillah (pengganti dari pengganti Rasulullah), di samping juga

memperekenalkan istilah Amir al-Mu'minin (Komandan orang-orang beriman). Masa pemerintahan Khalifah Umar Bin Khattab cukup lama yaitu sekitar 10 tahun (634-644 M). Pada masa inilah ekspansi kaum muslimin ke berbagai wilayah dilakukan seperti ke Syria, Palestina, Afrika (Mesir, Marokko, dll), Bizantium, Persia dan wilayah lain, sehingga wilayah kekuasaan Islam semakin luas.

(14)

= administrasi negara mencontoh administrasi Persia. Pemerintahan diatur berdasar propinsi yang dikepalai seorang gubernur (wali), dibantu oleh Amil Pajak, Qadhi, Khatib Panglima Tentara dan Polisi;

= mendirikan berbagai departemen (dewan) yang dipandang perlu seperti: # Dewan Bala Tentara;

# Dewan Perhitungan harta benda negara, dll.

= saat ini pula diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah, dll.

Khalifah Umar Bin Khattab meninggal dunia dengan tragis, yaitu karena ditusuk orang. Setelah itu para sahabat yang masih ada mengadakan musyawarah untuk memilih siapa yang pantas menjadi pengganti Khalifah Umar Bin Khattab. Atas kesepakatan bersama dipilihlah sahabat nabi Usman Bin Affan. Usia beliau kala itu sudah 70 tahun. Saat khalifah ketiga ini (644-655 M), perluasan wilayah terus dilakukan, bahkan kekuasaan Islam di barat sampai ke Maroko dan di timur sampai ke Armenia dan Sind, sementara di utara daerah Asia Kecil (Antonia), Cyprus, dan Rhodes.

Kendati demikian, pada masa ini sistem pemerintahan banyak dikendalikan oleh kaum kerabat beliau, terutama dari kalangan keturunan Umayyah. Dari sini pulalah berawal kehancuran beliau, karena sebagian masyarakat tidak setuju dengan sistem pemerintahan seperti ini. Khalifah Usman Bin Affan meninggal karena dibunuh oleh kaum pemberontak. Berbagai usaha yang dilakukan oleh Khalifah Usman, selain perluasan wilayah seperti disebut di atas, juga saat beliaulah diadakan Mushab Al Qur'an.

Sedangkan khalifah keempat adalah Ali Bin Thalib. Pengangkatan beliau sebagai khalifah adalah atas musyawarah para sahabat yang ada pada saat itu. Sewaktu pemerintahan berada di tangan beliau, usaha perluasan wilayah menjadi terhenti. Tentunya hal ini lebih disebabkan karena beliau lebih memusatkan pada pemerintahan dalam negeri.

Sewaktu pemerintahan khalifah Ali. Ra. untuk pertama kali terjadi dua kali peperangan besar, sesama kaum muslimin (perang saudara), yaitu:

1. Perang antara Ali Bin Abi Thalib dengan Aisyah (isteri nabi) Thalhah, dan Zubair. Perang ini sendiri disebut Perang Waqiatul Jamal atau Perang Berunta, mengingat Aisyah sebagai pimpinan mengendarai unta. Dalam perang ini Ali dapat mengalahkan Aisyah.

2. Perang antara Ali Bin Thalib dengan Mu'awiyah Bin Abi Sofyan. Abi Sofyan adalah salah seorang gubernur masa pemerintahan Usman di Damaskus, sewaktu Usman

meninggal dia mengangkat dirinya menjadi Khalifah. Perang ini sendiri disebut Perang Shifien.

Akhir dari peperangan Shifien terjadi perundingan antara kelompok Ali Bin Abi Thalib diwakili oleh Abu Musa al-Asy'ari dengan Amru Bin Ash dari pihak Mu'awiyah yang dikenal dengan Perjanjian Tahkim.

Sebagai eksis dari adanya perundingan itu, kelompok-kelompok tertentu dari pihak Ali bin Thalib tidak menyetujui, akhirnya mereka dinamakan kaum "Khawarij".

Akhir dari peperangan setelah diadakan perjanjian itu dimenangkan oleh Mu'awiyah Bin Abi Sofyan. Masa pemerintahan Ali Bin Thalib berakhir pada tanggal 20 Ramadhan 40 H/660 M, dibunuh oleh salah seorang anggota kaum Khawarij.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kaum muslimin mendapat kemenangan di kala itu, yaitu:

1. Faktor dalam (Intern):

a. Sangat mantapnya roh tauhid

b. Semakin mantapnya rasa persatuan dan kesatuan di kalangan kaum muslimin, mereka sama derajat kecuali orang yang bertaqwa

(15)

d. Dibagi-baginya tanah milik kaum feodal kepada para petani di daerah yang dikuasai kaum muslimin

e. Adanya pengaturan yang sama, adil terhadap rakyat yang ditaklukan walaupun berbeda bangsa, suku, agama dan adat kebiasaan

f. Kemampuan pasukan Islam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. 2. Faktor luar (Ekstren):

a. Terjadinya kelemahan di antara kedua kerajaan besar (Bizantium dan Persia), sebagai akibat timbulnya peperangan di antara keduanya

b. Adanya pertentangan keagamaan di antara rakyat yang berada di wilayah kekuasaan kerajaan tersebut

c. Terjadinya diskriminasi rakyat penjajah terhadap rakyat terjajah, dll.

Sejalan dengan berkembangnya kerajaan Islam semakin berkembang pula penyiaran agama Islam. Namun demikian bukanlah berarti bahwa Islam disiarkan dengan ketajaman mata pedang (peperangan), tetapi semata-mata karena usaha untuk menyebarkan Islam lewat jalan damai sudah mengalami hambatan bahkan sudah mengalami perlawanan.

Dalam sejarah Islam, tidak dijumpai pengajaran dan peristiwa berlumur darah yang biasa menyertai timbulnya sebagian besar agama-agama lama, seperti umpamanya yang tak asing di abad-abad pertama dari muncul agama kristen. Ajaran Islam tersebar dengan cara damainya sendiri, sedang kemenangan adalah hasil belajar yang pernah dikenal dalam sejarah agama dan kepercayaan (MA, Enam; 1979; 26).

Peperangan dalam Islam hanya semata-mata bersifat mempertahankan diri (defensif positif), ia lebih banyak bersifat to be or not to be (hidup atau mati). Muhammad Marmadukh Picktchall (1993; 34) menyatakan, Peperangan-peperangan dalam Islam pada masa hidupnya Rasulullah dan pada masa hidupnya para pengganti beliau terdekat, semuanya dimulai demi mempertahankan diri (Self-Defence) dan dilakukan dengan berdasarkan pri kemanusiaan dan pertimbangan bagi musuh yang sudah pernah dikenal sebelumnya. Biasanya dalam hal ini tentara Islam menawarkan:

1. Islam dan mereka memperoleh hak dan kewajiban yang sama dengan kaum muslimin lainnya

2. Membayar Jizyah 3. Berperang.

Pada masa Khulafaurrasyidin ini pula mulai dirasakan adanya gerakan-gerakan yang berusaha menghancurkan Islam. Ada dua masalah besar setelah wafatnya Rasulullah SAW, yaitu:

1. Masalah pengganti Rasul sebagai Kepala Negara 2. Masalah apakah 'Islam masih ada' setelah Nabi wafat.

Menyangkut masalah pertama, adanya ketidak sepakatan dari sebagian orang atas pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Hal ini menyebabkan terjadinya beberapa kelompok:

1. Jama'iyah: yang kebanyakan mengangkat Abu Bakar Shiddiq.

2. Syiah, golongan kecil yang menentang Abu bakar sebagai khalifah, golongan ini beranggapan bahwa masalah pengganti rasul sebagai kepala Negera adalah dari rumpun keturunan nabi sendiri -- Ali dan keturunannya.

3. Khawarij. Golongan ini lahir sebagai akibat dari tidak setujunya mereka diadakannya Perjanjian Tahkim.

Gerakan-gerakan tersebut tumbuh semakin subur di gelanggang politik, namun akhirnya juga berkembang dalam soal aqidah (gerakan agama).

B. Masa Khilafat Bani Umayyah (41-132 H/661-749 M)

(16)

Khilafat bani Umayyah didirikan oleh Mu'awiyah Bin Abi Sofyan. Semula beliau sebagai seorang gubernur di Damaskus saat pemerintahan Khalifah Usman Bin Affan. Sewaktu terjadi peperangan dengan Khalifah Ali Bin Abi Thalib, Umayyah mampu mengalahkannya dengan berbagai kelihaiannya. Saat itulah mulai berdiri Khilafat Bani Umayyah. Nama "Umayyah" sendiri diambil dari salah seorang nenek moyang mereka bernama Umayyah bin Abdi Syam.

Pada masa khilafat Bani Umayyah ini terjadi perubahan:

= Dari sistem demokrasi ke sistem monarchi, terutama sewaktu kekhalifahan diturunkan ke anaknya Yazid;

= Penggunaan kalimat "Khalifah" yang berarti khalifah Allah, berubah menjadi "yang diangkat oleh Allah".

= Terjadinya perluasan wilayah Islam di barat sampai ke Andalusia, sementara ke timur ke India, Bukhara dan Samarkand.

= Dihidupkannya kembali rasa kesukuan/Ashabiyah = Pengangkatan pejabat dari kalangan keluarga

Khilafat Bani Umayyah mengalami keruntuhan sewaku berada di tangan Khalifah Marwan bin Muhammad 749 M).

Sebab keruntuhannya adalah:

- Penyelewengan dari sistem demokrasi ke monarchi

- Penghianatan terhadap Perjanjian Daumatul Jandal, dan adanya penghinaan terhadap dirri Ali dan keturunannya secara terus menerus, terutama dalam khotbah

- Menyalahi perjanjian Madain antara Mu'awiyah dengan Hasan Bin Ali yaitu, pengangkatan khalifah diserahkan kepada kaum muslimin setelah Mu'awiyah mangkat, ternyata Mu'awiyah mengangkat puteranya Yazid

- Pengangkatan putera mahkota lebih dari satu orang, terutama sewaktu pengangkatan Ibrahim Bin Walid dan Marwan Bin Muhammad

- Pemborosan di kalangan keluarga istana - Muncul kekuatan baru, yaitu Bani Abbasiyah.

Menurut Atho Mudzhar (2002; 86-87) paling tidak ada empat teori mengenai sebab kejatuhan Bani Umayyah sekaligus naiknya Daulah Abbasiyah, yaitu:

1. Teori Faksionalisme Rasial atau teori Pengelompokan Kebangsaan

Bani Umayyah pada dasarnya kerajaan Arab, karena itu orang-orang Arab menempati “hak istemewa” dibanding suku bangsa lain. Karena itu kejatuhan Bani Umayyah adalah kejatuhan kerajaan Arab, dan kebangkitan Dinasti Abbasiyah adalah kemenangan orang-orang Iran atau non Arab.

2. Taori Faksionalisme Sektarian atau Teori Pengelompokan

Kaum Syiah adalah keturunan Ahli Bait (keturunan Nabi Muhammad SAW). Menurut kaum ini, merekalah yang berhak mewarisi dinasti pemerintahan, sementara Bani

Umayyah perampas hak ini. Perlawanan selalu mereka lakukan, oleh Bani Abbasiyah kesempatan dimanfaatkan sebaik-baiknya, mereka bersekutu dengan kaum Syiah Ahli Bait dari keturunan Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah binti Rasulullah SAW), bahkan dia mengaku juga termasuk keturunan Ahli Bait (keturunan Abbas bin Abdul Muthalib), walaupun setelah berkuasa kaum Syiah disingkirkan.

3. Teori Faksionalisme Kesukuan

Pertentangan antar suku pada jaman Jahiliyah muncul kembali, yaitu orang-orang Arab utara disebut Mudhariyah dengan suku Yamaniah dari selatan. Oleh Bani Abbasiyah kondisi ini dimanfaatkan untuk menjatuhkan Bani Umayyah.

(17)

Adanya hak istemewa dalam aspek ekonomi dan ketidakmerataan pembangunan di kalangan rakyat, terutama adanya “hak istemewa” orang-orang Arab memunculkan kekecewaan di kalangan suku lain. Kondisi ini sangat menguntungkan Bani Abbasiyah untuk merebut kekuasaan.

2. Pertumbuhan Aliran-aliran Keagamaan

Munculnya aliran-aliran keagamaan di kalangan umat Islam berawal dari muncul perpecahan sewaktu masa khulaurrasyidin ddahulu, terutama yang lebih hebat sewaktu masa Khalifah Ali Bin Thalib.

Golongan-golongan keagamaan itu adalah: a. Syi'ah

Golongan ini disebut pula kaum Syi'i. Paham golongan ini tentang: = Politik:

- tidak mengakui khalifah terdahulu, kecuali Ali

- hak kekhalifahan hanya keturunan Ali dan keturunannya = Keagamaan:

- adanya Imamah, imam yang suci, dan ghaib

- ar-Ruj'ah, kembalinya Muhammad sebagai Nabi Isa Golongan ini secara garis besarnya terbagi pada :

-- Gol. Imamiyah: Khalifah hanya hak Ali dan keturunannya -- Gol. Zaidiyah: Khalifah tidak hanya tertuju pada Ali. b. Golongan Khawarij

Semula kelompok ini berasal dari kelompok Ali, namun mereka tidak setuju diadakannya perdamaian/Perjanjian Tahkim dengan kelompok Mu'awiyah, maka mereka keluar/memisahkan diri.

Paham golongan ini: = Politik:

- Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali (sampai sebelum perjanjian Tahkim) adalah sah sebagai khalifah

- Jabatan khalifah adalah jabatan kaum muslimin yang mampu = Keagamaan:

- Memegang teguh Al Qur'an

- Ibadah sama dengan iman; siapa yang melanggar kafir c. Murji'ah

Lahirnya golongan ini sebagai reaksi terhadap kondisi yang ada. Murjiah berarti "mengharapkan" atau "menangguhkan". Menurut mereka ketentuan tentang sesuatu hukum adalah tidak bisa ditentukan sekarang, tetapi Allah lah nanti yang menentukan.

Paham golongan ini: = Politik:

- tetap mengakui kekhalifahan yang ada

- kekhalifahan hak turun temurun kaum muslimin = Keagamaan:

- menangguhkan hukum dan menyerahkannya kepada Allah - tidak boleh menghukum kafir pada seseorang

d. Mu'tazilah

Golongan ini lebih mengandalkan kekuatan rasional, sehingga lebih mengandalkan kekuatan manusia "Qadariyah".

Paham golongan ini: = Politik :

(18)

- al Manzilu bainal Manzilatain - al Qadar, manusia menentukan - at Tauhid

- Sultan aqli, kesanggupan akal menentukan baik dan buruk - al Waid, Allah tidak menyalahi janji-Nya, dll.

3. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Diakui, pada masa Khalifah Abdul Malik Bin Marwan, Walid Bin Abdul Malik dan Umar Bin Abdul Aziz telah terjadi pertumbuhan Ilmu Pengetahuan (Agama, Filsafat, dan Sejarah) dan Peradaban (Kebudayaan).

Ilmu pengetahuan (Agama, Filsafat dan Sejarah) sudah mulai mengalami

pertumbuhan. Para ilmuwan telah memberikan sumbangan awal terhadap perkembangan ilmu-ilmu tersebut, kendati perkembangannya pada tahap awal.

= Gerakan ilmu agama, karena didorong semangat agama sendiri yang sangat kuat pada saat itu;

= Gerakan filsafat, karena ahli agama terpaksa menggunakan filasafat untuk melawan kaum Yahudi dan Nasrani;

= Gerakan sejarah/tarikh, karena ilmu-ilmu agama memerlukan akan riwayat.

Gerakan Ilmu Agama terus semakin maju, karena umat Keadaan demikian memaksa kaum muslimin untuk lebih memperluas ddan memperdalam ajaran agamanya. Apalagi di antara suku bangsa yang ditaklukkan itu ada kemungkinan masih terpengaruh dengan ajaran lama atau sengaja ingin merusak aqidah Islam.

Dalam bidang filsafat, dirasakan semakin diperlukan, sebab banyak di antara orrang-orang non muslim yang menggunakan filsafat guna menentang hujjah kaum muslimin. Keadaan demikian memaksa kaum muslimin untuk mempelajari dan mendalami filasafat lebih jauh. Banyak buku-buku filsafat dari Yunani atau lainnya dikuasai oleh kaum muslimin.

Gerakan dalam bidang sejarah tidak ketinggalan, hal ini diperlukan sebagai upaya lebih melengkapi dan memantapkan iilmu-ilmu agama, seperti sejarah para nabi, dll. Sementara di bidang budaya (peradaban) telah terlihat antara lain:

a. Membentuk Mahkamah Tinggi; untuk mengadili pejabat tinggi yang bersalah. Badan ini dikepalai oleh ulama-ulama yang saleh

b. Pergantian Bahasa Resmi; Bahasa Romawi dan Persia diganti dan bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa resmi

c. Pergantian Mata Uang; mata uang Romawi dan Persia tidak berlaku lagi diganti mata uang baru bertuliskan "La ilaha illallah"

d. Pembangunan Pos e. Mendirikan Rumah sakit

f. Mendirikan mesjid, termasuk perluasan Mesjid al Haram di Mekkah dan Mesjid Nabawi di Madinah.

C. Masa Khilafat Bani Abbasiyah (132-656 H/750-1258 M)

1. Lahirnya Daulah Abbasiyah

Khilafat Daulah Abbasiyah didirikan oleh Abul Abbas atau lebih dikenal dengan Abul Abbas Assaffah tahun 656 H/750 M. Khilafat ini dinamai Daulah Bani Abbas, mengambil nama salah seorang nenek moyang mereka ABBAS anak Abdul Muthalib. Bani Abbas dapat menduduki jabatan khilafat ini, karena mereka beranggapan bahwa jabatan khalifah dipegang oleh keluarga dekat Rasulullah, sedang yang dimaksud keluarga dekat menurut mereka adalah keluarga Abbas dan keluarga Abu Thalib yang keduanya paman nabi.

(19)

a. Sewaktu pemerintahan Bani Umayyah mulai lemah, kalangan Bani Abbas memperkokoh diri;

b. Kurangnya pengawasan pemerintahan Bani Umayyah terhadap kelompok Abbasiyah, mengingat gerakan mereka tidak terlihat dengan jelas;

c. Kelompok bani Abbas dalam pergerakannya semula memakai nama Bani Hasyim yang didalamnya menampung kelompok Syi'ah.

Dalam kelompok Bani Hasyim yang di dalamnya terdapat kelompok Abbas dan Syi'ah, ternyata dimenangkan oleh kelompok Bani Abbas, hal ini disebabkan:

a. Sewaktu kelompok mereka masih kecil, mereka berkedok sebagai kelompok Bani Hasyim, sehingga kelompok ini terus menerus membantu mereka;

b. Sementara kelompok Syi'ah sendiri terus menerus dipukul dengan hebat oleh pemerintahan Daulah Bani Umayyah;

c. Dalam kelompok Syi'ah sendiri saat itu tidak terdapat tokoh kuat yang mempu membangkitkan mereka.

Saat awal memegang tampuk pemerintahan, pemerintahan Bani Abbas sangat kejam, tidak saja dari kalangan kaum Umayyah yang disiksa dan dibunuh tetapi juga dari pengikut Syi'ah, sehingga terkenallah Abul Abbas dengan sebutan Abul Abbas Assaffah (si penumpah darah)

Dalam menjalankan politiknya pemerintahan melakukan hal-hal:

a. Para khalifah tetap dari kalangan keturunan Arab murni, sementara menteri, gubernur, panglima dan lainnya bisa diangkat dari kalangan "Mawaly" turunan Persia;

b. Bagdad dijadikan ibukota, baik sebagai pusat pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan ilmu pengetahuan;

c. Pemerintah mendukung setiap pengembangan ilmu pengetahuan, para ulama dan cendekiawan mendapat tunjangan dan penghargaan pemerintah;

d. Kebebasan berpikir mendapat tempat yang tinggi, sementara taqlid ditinggal;

e. Para menteri dari Persia diberi hak penuh menjalankan pemerintahan, begitu juga dalam membina tamaddun Islam;

Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah berakhir sewaktu dipegang oleh Al-Musta'sim tahun 749 H/1258 M. Hal ini disebabkan:

a. Pengingkaran terhadap kaum Alawiyin (penganut Syi'ah dari turunan ajam);

b. Mengutamakan bangsa asing ketimbang bangsa Arab, terutama pada saat pemerintah Khalifah Al Makmun yang mengutamakan orang Persia, dan Al Musta'sim mengutamakan bangsa Turki;

c. Adanya kebebasan luar biasa untuk mengadakan pembahasan soal agama, filsafat sehingga menimbulkan bid'ah dan pertentangan;

d. Adanya penyerbuan bangsa Mongol terhadap kaum muslimin. 2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Pada masa ini ilmu pengetahuan yang bersifat aqli (rasio) atau naqli (agama) mengalami kemajuan yang luar biasa. Pada masa ini banyak sekali buku-buku dari berbagai bahasa terutama bahasa Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada saat ini pula telah berdiri gedung tempat belajar di samping juga mesjid.

a. Ilmu Pengetahuan Aqli.

(20)

Ilmu pengetahuan aqli yang berkembang pada masa pemerintahan Harun ar Rasyid dan al Makmun, yaitu:

= Filsafat

Filsafat yang dibawa oleh orang (sarjana) Kristen ke Persia kemudian dipelajari dan dikuasai oleh kaum muslimin, namun mendapat perubahan hingga melahirkan "Filsafat Islam" dengan tokoh-tokohnya; Abu Ishaq Al Kindi, Abu Nasr Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail, Ibnu Rusyd dan Al Abhary.

= Ilmu Thib (Kedokteran)

Ilmu Kedokteran ini mulai berkembang pada awal masa Daulat Bani Abbas, dan pada masa pertengahan mencapai puncaknya. Banyak para dokter yang lahir pada masa ini seperti: Ibnu Masiwaihi, Ibnu Sahal, Abu Bakr ar Razy, Ali bin Abbas, Ibnu Sina, dan lainnya.

= Farmasi dan Kimia

Pada masa ini pula Ilmu Farmasi tumbuh. Para ahli Eropah mempelajari ilmu-ilmu ini dari kaum muslimin. Tokoh-tokoh dalam bidang ilmu ini seperti: Ibnu Baithar,

Rasyiduddin, Jubair bin Haiyan, dll. = Ilmu Falaq dan Nujum

Kaum muslimin mempunyai modal yang terbesar dalam memperkembangkan ilmu falaq. Mereka telah menggodok menjadi satu aliran Ilmu Bintang yang dianut Yunani, Hindi, Persia, Kaldan dan Arab Jahiliyah. Di antara mereka yang termasyhur adalah: Abu Ma'syar al Falaqy, Jabir Batany, Abu Hasan, Raihan Bairuny, dll.

Pada masa ini pula telah berkembang jenis-jenis Ilmu Aqli lainnya seperti, Ilmu Jughrafi, Ilmu Tarikh, Ilmu Riyadhiyat, dll.

Pada masa Daulat Abbasiyah ini telah muncul satu organisasi rahasia yang bernama "Ikhwanus Safa". Mereka tersusun dari berbagai lapisan masyarakat yang bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama filsafat, namun juga mencampuri urusan politik. "Rasail Ikhwanis Safa", adalah salah satu karangan organisasi ini berisi kumpulan Filsafat Islam yang meliputi tinjauan tentang: dasar-dasar maujudat, asal usul kainat, susunan alam, bumi, langit, ilmu bintang, ilmu hayat, ilmu pasti, musik, mantik, akhlak dan lainnya, jadi semacam Encyclopadia.

b. Ilmu Pengetahuan Naqli

Pada masa ini Ilmu Pengetahuan Naqli berkembang lebih pesat lagi, ilmu-ilmu agama seperti Tafsir, Hadist, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf, dll. W. Montgomery Wath dalam bukunya Fundamentalisme Islam dan Modernitas menyatakan, Pengembangan asli sejarah selama tiga abad pertama Islam alam kenyataannya telah mengubah praktek suatu masyarakat yang pada mulanya relatif primitif menjadi suatu imprium yang berbudaya (1997; 9)

= Ilmu Tafsir

Perkembangan Tafsir pada masa ini sangat maju. Berbagai aliran munsul baik Syi'ah, Mu'tazilah, Ahlus Sunnah dan lainnya. Para ahli Tafsir antara lain: Ibnu Jarir Ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy, As Suda, Abu bakar Asam, Abu Muslim bin Bahr Isfahany, Ibnu Jaru al Asady, Abu Yunus Abdus salam al Qazwany, dll.

= Ilmu Hadist

Sebagai sumber hukum Islam kedua, ilmu ini sangat berkembang. Pada masa ini muncullah ahli-ahli Hadist seperti: Imam Bukhary, Imam Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, At Turmizi, An Nasai, Al Hakim An Naisabury, Al Ajiry dan Al Baihaqy.

= Ilmu Kalam

Lahirnya ilmu ini karena dua faktor:

(21)

-- Karena semua masalah, termasuk masalah agama, telah berkisar dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu.

Ilmu kalam ini lahir dengan subur sekali, karena itu banyak ditemukan aliran-aliran Ilmu Kalam semisal, Syi'ah, Khawarij, Murjiah, Mu'tazilah, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, dll. Masing-masing golongan memiliki tokoh-tokoh seperti, Washil bin Atha' Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaan, Abu Hasan Al Asy'ary, Imam Ghazali, dan banyak lagi tokoh lainnya. = Ilmu Tasawuf

Ilmu ini tumbuh dana matang di zaman Daulat Abbasiyah. Inti ilmu ini adalah: tekun beribadat dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan kesenangan dan perhiasan dunia dan bersunyi diri serta beribadah. Tokohnya seperti; Al Qusyairy, Syahabuddin, Imam Ghazali, dll.

= Ilmu Fiqih

Hukum-hukum yang pokok diuraikan dengan dasar Al Qur'an, Sunnah Rasulullah, persetujuan (Ijma') dan perbandingan (Qiyas). dengan demikian disusunlah suatu susunan hukum Islam dengan suatu pembahasan dan analisa sendiri menjadi suatu ilmu pengetahuan agama yang disebut "Ilmu Fiqih". Ilmu ini berkembang dari dunia Islam terutama pada abad ke-3, timbullah aliran-aliran atau mazhab sesuai tokohnya seperti:

= Mazhab Syafi'i = Mazhab Hambali = Mazhab Hanafi

= Mazhab Maliki, di samping juga terdapat mazhab-mazhab lain antara Daud Az Zahiri, dll.

c. Dalam bidang lain pun juga terdapat perkembangan yang sangat pesat seperti: = Bahasa

= Kesusateraan = Seni Suara/musik = Seni Rupa, dan = Seni Bangunan.

Secara keseluruhan kemajuan yang dicapai oleh umat Islam pada masa itu disebabkan oleh:

1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang sudah mengalami perkembangan yang tinggi dalam bidang Ilmu Pengetahuan, seperti: = Bangsa Persia: -- pengaruh pemerintahan

-- perkembangan Ilmu Pengetahuan -- Filsafat dan Sastra

= Bangsa India : --- Kedokteran --- Ilmu Matematika --- Astronomi

= Bangsa Yunani : -- Filsafat, melalui terjemahan Azyumardi Azra (1999: 50) dalam bukunya "Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam" menyatakan "Terjadinya penyerapan pemikiran Yunani, Persia, India dan Cina oleh pemikir Islam dengan mengambil bagian-bagian tertentu yang disesuaikan dengan ajaran Islam, sehingga menyatu dengan kebudayaan Islam, secara keseluruhan".

2. Gerakan Terjemahan

(22)

diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Usaha ini tidak saja dilakukan oleh penterjemah Muslim namun juga non muslim, mereka mendapat tunjangan dari pemerintah.

3. Yang lebih mendasar karena memang Ajaran Islam sendiri memotivasi untuk itu.

Terutama sekali mendorong perkembangan intelektual dalam islam yang bersumber dari al-Qur'an dan al-Hadits. Kenyataan itu memperlihatkan, bahwa pengembangan akal dan intelektual merupakan suatu dorongan intrensik dan interen dalam ajaran islam. Timbul dan berkembangnya akal pikiran yang menghasilkan kebudayaan Islam yang tinggi pada abad pertengahan seperti dikatakan sayyid Hosen Nasr "tidak lain disebabkan adanya pandangan kesatuan dalam keseluruhan ajaran Islam" (Azra; 1999; 49)

Catatan:

Dalam kaitan ini S. Waqar Ahmad Husaini menyatakan ada beberapa proses-proses Imitatif-Innovatif dalam usaha peremajaan Kultur Islam sesudah al-Qur'an diturunkan:

Pertama; Sesudah al-Qur'an diturunkan, sistem bahasa Arab secara material dan kultural masih tetap sama seperti sediakala. Bahkan sebutan Allah dari zaman sebelum al-Qur'an untuk Yang Tertinggi dari pada tuhan-tuhan bangsa Arab Jahiliyah masih

dipertahankan, walaupun dengan pengertian-pengertian baru menurut konsep Islam mengenai Tuhan.

Kedua; Teknik peperangan menggunakan parit yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, adalah peniruan terhadap innovatif bangsa Persia.

Ketiga; Khalifah Umar tanpa perubahan telah menggunakan sistem-sistem penaksiran dan pengumpulan pajak dari Iran dan Syria.

Keempat; Filosof-filosof Islam sejak abad ke-2 H. telah banyak meniru dan mengambil pemikiran filsafat dari Yunani Klasik, seperti tentang logika, fisika, metafisika, dll. Kemudian dalam proses imitatif dan inovatif ini, bangsa Eropah telah mencapai kemajuan dengan mengambil dari kemajuan umat Islam pada masa itu, dalam hal ini antara lain:

1. Norma-norma kedokteran oleh Ibnu Sina, Pembatasan Diri oleh Zakariya al-Razy, dan Ilmu Bedah oleh Abul Qayim al-Zahrawi tetap bertahan sebagai buku-buku kedokteran yang terpenting di Eropah selama lebih enam abad.

Ilmu bedah Abul-Qayim sendiri misalnya adalah berdasarkan karya Paulos Aegineta, tokoh Alexandria yang terkenal pada awal abad perta Hijrriah. Sedang karya Aegineta berdasarkan karya-karya kuno dari galen dan Oribasio. Di sini jelas bahwa kemajuan dunia Islam saat itu dalam berbagai disiplin Ilmu Aqli tidak terjadi secara begitu saja, tetapi melalui proses-proses difusi dan imitatif-innovatif.

2. Ilmu Kedokteran yang disebutkan di dalam hadist-hadist (Nabi Muhammad) bersumber kepada ilmu kedokteran orang-orang Badui. Ilmu Kedokteran ini tidak merupakan seba-gian dari pada wahyu Allah ... Muhammad diutus untuk mengajarkan syari'ah kepada kita. Ia tidak diutus untuk mengajarkan ilmu kedokteran atau persoalan-persoalan biasa lainnya kepada kita.

Dari sini dipahami bahwa, di dalam proses transformasi ke dalam sistem sosio-kultural Islam yang empiris, idela-ideal atau sistem arti al-Qur'an diarabisasikan, dipersianisasikan, dibizantianisasikan, diyunanisasikan, diafrikanisasikan, atau diindiasasikan melalui

(23)

BAB V

ISLAM DI SPANYOL DAN PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI BARAT

A. Perkembangan Islam di Spanyol

Islam masuk ke Spanyol --dalam istilah lain disebut pula Andalusia-- melalui Afrika Utara, menurut para ahli sekitar tahun 711 M. di bawah pemerintahan Khalifah Al Walid salah seorang khalifah Bani Umayyah yang berada di Damaskus. Pahlawan besar yang sangat berjasa dalam menduduki negeri Spanyol adalah Thariq bin Ziyad, termasuk pula Musa bin Nushair, dan Tharif bin Malik.

Masuknya Islam di Spanyol sejalan dengan perkembangan politik di negeri ini. Kekuasaan Islam yang mulai tumbuh, saat itu pula agama Islam mulai berkembang. Perkembangan Islam terus mengalami kemajuan, terutama setelah banyaknya penduduk setempat yang memeluk agama ini. Diakui, sebelum Islam masuk, agama Kristen Katholik telah dianut oleh penduduk setempat. Kendati demikian, tidak sedikit di kalangan rakyat terutama kalangan budak masuk Islam, termasuk mereka yang masih menyembah berhala. Ada beberapa sebab yang mempermudah Islam masuk ke negeri ini:

1. Adanya sifat jihad di kalangan kaum muslimin sendiri.

2. Adanya pertentangan tajam di kalangan penduduk setempat, terutama pertentangan: a. Agama; antara Katholik dengan faham sekti Arianisme, (dalam paham agama lebih

dekat dengan Islam) sehingga tidak sedikit di antara mereka yang disiksa b. Adanya pertentangan di kalangan Kristen Katholik dengan pengikut Yahudi c. Di kalangan pemimpin agama sendiri yang membiarkan kepercayaan pengikutnya

terutama di kalangan bawah seperti takhayul, bid'ah, sementara di kalangan pimpinannya lebih mementingkan urusan dunia.

d. Pertentangan kelas, terutama dengan kaum budak

e. Bahkan ada pula di antara bangsawan Kristen masuk Islam karena kesadaran sendiri (Thomas W Arnold: t.t.; 119)

3. Pada saat itu kebudayaan Gothik di Spanyol sedang mengalami kemunduran total Kemajuan Islam di Spanyol mencapai puncaknya terutama sewaktu pemerintahan berada di tangan Khalifah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hakam I, Abd al-Rahman al-Ausath, dan dan Abdullah Ibn Muhammad.

Sejak Ferdinand dan Isabella mengalahkan Abu Abdullah (1492 M) praktis kekuasaan Islam di Spanyol sudah berakhir, bahkan disebutkan sejak 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

Beberapa sebab kemunduran Islam di Spanyol:

1. Tidak adanya persatuan di kalangan umat Islam saat itu, ini terlihat dari munculnya beberapa kerajaan kecil, sehingga memperlihatkan ketidakjelasan sistem

pemerintahan yang ada;

2. Kesulitan ekonomi yang dihadapi penguasa Islam di sana; 3. Konflik yang terjadi antara Islam dan Kristen.

B. Peradaban Islam di Spanyol

Di negeri ini kendati cukup jauh terpisah dengan kekuasaan Daulat Abbasiyah, namun kemajuan yang telah dicapainya juga tidak kalah dengan yang terdapat di bagian timur. Ada beberapa bidang kemajuan yang dicapai, antara lain:

a. Filsafat

(24)

Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya Ibn Al-Sayigh Ibn Bajja, di Eropah lebih dikenal dengan Avempace. Selain sebagai filosof ia juga dikenal sebagai dokter. Karya beliau antara lain: Tadbir Al-Mutawahhid. Intisari dari buku ini adalah "kebenaran dapat dicapai melalui jalan filsafat", berbeda dengan Al Gazali yang menyatakan kebenaran dapat dicapai dengan jalan Sufi. (Harun Nasution: 1974: 54) Selanjutnya dikatakannya, untuk mencapai kebenaran orang harus menyendiri meninggalkan masyarakat umum.

Tokoh lain adalah, Abu Bakr Muhammad Ibnu Abd Al-Malik Ibn Tufail. Selain sebagai filosof, ia juga sebagai penyair, dokter, ahli matematikan dan astronomi. Karya beliau yang terkenal adalah "Hayy Ibn Yaqzan", isinya menceriterakan bagaimana untuk mencapai kebenaran tidak terdapat perbedaan yang didapat melalui wahyu dan aqal.

Tokoh lain adalah Abu Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Rusyd. Beliau juga dikenal dalam dunia kedokteran dan hukum. Dalam bidang filsafat karya beliau antara lain Tahafut Al-Thafut (filsafat), Al Kulliat (Kedokteran) dan Bidyatul Mujtahid (Fiqih). Di barat beliau dikenal sebagai penafsir/Komentator Aristoteles. b. Sains

Di samping nama-nama seperti Ibn Rusyd, Ibn Tufail dan lainnya, juga dikenal Ibrahim Ibn Yahya An-Naqash dalam bidang Astronomi. Ahmad Ibn Ibbas dalam bidang obat-obatan, termasuk pula Umm al-Hasan ibnt Abi Ja'far, dll.

Sementara dalam bidang sejarah dan geografi Ibnu Zubair dan Ibnu Batutah, termasuk Ibn a-Khaldun.

Dalam bidang musik dan kesenian juga mengalami perkembangan yang cukup maju termasuk dalam bahasa dan sastra.

c. Fiqih

Ilmu agama/hukum ini juga mengalami perkembangan yang pesat, terlihat dari karya Ibn Rusy "Bidyatul Mujtahid".

d. Bangunan Fisik

Kemjauan ini terutama terlihat pada bangunan-bangunan sepert: Mesjid Cordova, istana al-Zahra, istana al-Gazar dan menara Girilda, dan istana al-Hamra di Granada. Sebagian dari peninggalan itu masih terdapat sampai kini walaupun sudah beralih fungsi.

C. Perkembangan Peradaban Islam di Barat

Seandainya Islam mampu bertahan dari kehancuran yang dilakukan oleh Ferdinand dan Isabella, sangat mungkin jalannya sejarah tidak seperti sekarang. Dari akibat yang diderita oleh umat Islam saat itu agama ini tidak dapat meluaskan sayapnya ke benua Eropah. Kendati demikian, peradaban Islam terus maju dan berkembang di benua Eropah. Transformasi peradaban Islam ke Barat antara lain melalui:

1. Penterjemahan

Dr. S. Waqar Ahmed Husaini (1983: 374) menyatakan Islmisasi Barat pada zaman pertengahan, untuk pertama kalinya terjadi hingga kira-kira pertengahan abad ke-5 H. (11 M) sebelum usaha-usaha penterjemahan sistematis terhadap karya-karya berbahasa Arab ke dalam bahasa-bahasa Barat dimulai. Untuk kedua kalinya islamisasi ini terjadi pada masa karya-karya berbahasa Arab mereka terjemahkan. Masa ini bertepatan dengan Renaissance Kecil (abad 11 M). Sedang untuk ketiga kalinya, seiring dengan Reformasi Katholik-Protestan dan renaissance, yaitu sejak abad ke-8 s.d. 10 Hijriyah (abad ke-14 s.d. 16 M).

2. Munculnya gerakan pemikiran Averroeisme (Ibn Rusyd-isme) di Eropah, yang menuntut kebebasan berpikir.

(25)

4. Sementara lewat timur, transformasi ini sewaktu terjadi Perang Salib dan begitu juga lewat pengaruh peradaban Islam di wilayah Sicilia. Dalam kaitan ini National Commission for UNESCO menyatakan (1986: ix) terjadinya kontak-kontak antara orang-orang Eropah dan orang-orang Timur selama Perang Salib berlangsung, ketika tentara-tentara salib tinggal dan hidup bersama orang-orang Muslim dan belajar pada sarjana-sarjana Muslim. Sehingga terjadi adopsi, oleh Barat, terhadap arsitektur, dekorasi, ddan musik Islam, peniruan gaya puisi Arab dan kecenderungan-kecenderungan tertentu dalam ceritera-ceritera fiksi Arab, penerapan ilmu dan buku-buku tentang geografi dan astronomi Arab.

Aspek-aspek peradaban Islam yang berkembang di Eropah, antara lain: 1. Ilmu Kedokteran

* Karya Ibn Sina (Al Qanun Fit Thibb) pada abad ke-12 M - 15 M. dicetak sebanyak 21 kali dengan judul "Canon"

* Al Razi (Al Hawi) diterjemahkan ke dalam bahasa latin dengan judul The Conteneus, dalam pandangan beberapa sarjana Barat termasuk salah seorang bapak ilmu kimia (National Commission for UNESCO; 1986: xiii)

* Ishak Yuda, buku beliau unsur-unsur kimia diterjemahkan menjadi On Simple Drugs and Elements (tentang obat-obatan), On Urine (kancing batu).

* Ibnu Baitar dan Al Harury, buku Materi Medica, masih dijdikan rujukan di Eropah sampai abad ke-18.

* Al-Zahrawi, karyanya Bimaristan dijadikan model oleh orang-orang Barat. 2. Ilmu Falaq

* Abu Ma'syar dan Al Khawarizmy, Adelard of Bath dan John of Serville * Ibnu Jubair, Kitabul Hai'ah menjadi Gerard Cremona

* dan lain-lain 3. Ilmu Pasti

* Al Khawarizme, Algebre, Algotrithem * Al Jarqaly

4. Filsafat

* Ibnu Thufail, Hayy bin Yaqzan

* Ibnu Arabi, di Eropah dikenal Alpharabius, buku beliau Ihsa' al-Ulum diterjemahkan ke dalam bahasa Eropah. Buku juga bukunya al-Tanbih Ila al-Sa'adah.

* Al Ghazali, Maqasidul Falasifah di Eropah diterjemahkan oleh Gondsa-linos * Ibu Rusyd karyanya Tahafut al-Tahafut (kontra karya Al Gazali, Maqasidul falasifah)

diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-14.

* Ibnu Sina, karyanya Al-Najah, al-Isyarat, begitu bagian al-Syifa. Pandangan dalam buku ini dijunjung tinggi oleh Albert Yang Agung dan Roger Bacon (UNESCO: 1986: 134)

(26)

BAB VI

MASA DISINTEGRASI DAN KEMUNDURAN (1000-1250 M, 1250-1500 M)

A. Kondisi Pemerintahan Islam

Menjelang berakhirnya kekuasaan Daulat Bani Abbasiyah, kondisi khilafat dalam Islam sudah menunjukkan tanda kemunduran. Ini terlihat dari munculnya beberapa kerajaan kecil yang memerdekakan diri, kendati sebagian mereka masih mengaku berada di bawah kekuasaan dinasti Bani Abbasaiyah. Masa ini lebih dikenal masa Disintegrasi (1000-1250 M).

Dinasti-dinasti yang melepaskan diri dari Bagdad itu antara lain:

= Di Persia; Thahiriyah di Khurasan, Shafariyah di Fars, Samaniyah di Transoxania, Sajiyyah di Azerbaijan dan Buwaohiyyah bahkan menguasai Bagdad.

= Daulat yang didirikan oleh mereka yang berbangsa Turki; Thuluniyah di Mesir, Ikhsyidiyah di Turkistan, Ghaznawiyah di Afghanistan, Dinasti Saljuk.

= Dinasti yang berbangsa Kurdi; Al-Barzuqani, Abu Ali, Ayubiyah.

= Berbangsa Arab; Idrisiyyah di Maroko, Aghlabiyyah di Tunisia, Dulafiyah di Kurdistan, Alawiyah di Tabristan, Hamdaniyah di Aleppo dan Mushil, Mazyadiyyah di Hillah, Ukailiyyah di Maushil dan Mirdasiyyah di Aleppo. Sedangkan di Barat (Andalusia) masih tegak berdiri Daulah Bani Umayyah, begitu juga Bani Fathimiyyyah di Mesir (Badri Yatim: 1994: 66)

Semantara itu memasuki Masa Kemunduran (1250-1500 M) ini ditandai dengan terjadinya penyerbuan Bangsa Mongol terhadap dinasti-dinasti kekuasaan Islam. Laksana avalanche pasukan Jenis Khan menggusur habis seluruh pusat peradaban dan kebudayaan Islam (Thomas W. Arnold: tt. 192) Serangan bangsa Mongol ini khususnya terhadap kota Bagdad terjadi pada tahun 1258 M, mulai saat itulah kekuasan dinasti Bani Abbasiyah lenyap dari kekuasaan, dan pada saat itulah awal dari masa kemunduran umat Islam. Hampir beberapa ratus kemudian, pemerintahan di bawah kendali bangsa Mongol, terutama sekali keturunan Jengis Khan. Kendati diakui, di antara keturunan mereka ada yang memeluk agama Islam, namun kekjamannya terhadap kaum muslimin sulit dilupakan. Disebutkan sewaktu tentata Mongol bergerak meninggalkan Herat, hanya tinggal 40 orang sisa yang hidup dari 100.000 penduduknya (Thomas W. Arnold: tt. 192) Kota Bagdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol (Badri Yatim; 1994: 115)

Bagdad dan daerah lainnya ditaklukkan oleh Hulagu selanjutnya diperintah dinasti Ilkhan. Namun rupanya orang-orang Mongol masih merajalela yaitu Timur Lenk salah seorang keturunan Jengis Khan walaupun mereka sudah memeluk agama Islam. Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya Muhammad Jehanekir dan Khalil

menggantikannya.

B. Perang Salib (Crusade)

Perang Salib diawali oleh kekalahan tentara Kristen (200.000 orang) melawan tentang Alp Arselan (15.000 orang) di Manzikart tahun 464 H/1071 M. Perang Salib dimulai sejak tahun 1071 M s.d. 1291 M.

(27)

Namun dari peristiwa ini, ternyata dunia barat banyak mengambil hikmah dari kaum muslimin terutama kemajuan dalam bidang peradaban, dan dari sini pula salah satunya mereka dapat menyerap kemajuan itu untuk ditransformasikan ke Barat.

C. Sebab Kemunduran Kaum Muslimin

Secara politis setelah kejatuhan Daulah Abbasiyah tahun 1258 M kaum muslimin mengalami masa kemunduran, terutama mereka yang berada di wilayah kekuasaan sebelah Timur, kendati pemerintah Islam di Andalusia masih mengalami masa-masa kemajuan. Hal ini disebabkan oleh:

1. Hancurnya kekuasaan khalifah secara formil. Kondisi terlihat manakala

berdirinya/munculnya beberapa kerajaan kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan pusat di Bagdad.

2. Di antara kaum muslimin sendiri saat itu, terdapat beberapa golongan, yang antara satu dengan lainnya muncul pertentangan. Ini terlihat dengan munculnya perbedaan atau perpecahan antara kaum Sunni dengan kaum Syi'ah.

3. Dunia Islam saat itu tampaknya terbagi pada:

a. Arab, terdiri Semananjung Arabia, Irak, Siria, Palestina, Mesir, Afrika Utara, yang menjadikan Mesir sebagai pusatnya

b. Persia, terdiri dari Balkan, Turki, Persia, Turkistan, India, dengan menjadikan Persia sebagai pusatnya.

4. Dan kemunduran ini lebih diperparah lagi sewaktu terjadinya penaklukan dan

dihancurkannnya pusat-pusat kekuasaan kkerajaan Islam oleh tentara Mongol, terutama Bagdad yang menjadi simbol dari kekuasaan Islam saat itu.

Sementara di bidang peradaban Islam kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi politik/pemerintahan kaum muslimin. Masa-masa kejayaan yang telah menguasai dunia selama hampir lima abad lamanya, mulai mengalami masa-masa stangnasi atau awal dari suatu kemunduran. Dalam kaitan ini, Dr. S Waqar Ahmed Husaini (1983: 50)

mengemukakan penyebab terjadinya kemunduran peradaban Islam, yaitu:

1. Rasionalisme yang ekstrem dan sikap yang tidak mengenal toleransi dari sebagian para ahli hukum dan filsafat.

2. Kebangkitan Skolastik muslim, mendorong pemikir hukum yang akut menjadi sufime yang mementingkan pengetahuan esoterik mengenai hukum spritual. Dalam bagian lain S. Waqar Ahmed Husaini (1983: 54) menyebutkan “mentalitas kultur kaum Muslimin berubah dari mentalitas "rasional-idealistis" atau "integral" yang benar-benar berjiwa Islam menjadi mentalitas "ideasional' (mengambil obyek-obyek dari luar sebagai sumber ide) yang mantap. Sufime yang menyukai pertapaan, menghening, dan hampir bersikap sinis, sebuah contoh dari mentalitas ideasional, menjadi pelarian bagi Muslim-muslim yang cerdas dan mempunyai kesadaran susila.

Sementara menurut Amser Ali seperti dikutip Azra (1999; 52) menyatakan dalam jal ini ajaran mistik Islam tidak bisa lain dari mengakibatkan kelumpuhan intelektu-al. Ssedangkan Harun Nasution menyatakan, kehancuran kaum muslimin, termasuk

didalamnya peradaban Islam adalah semakin meningkatnya pengaruh tarikat.

3. Adanya kematian, kehancuran dan anarkhis yang terus menerus melanda dunia Islam, apakah dalam bidang manusia dan budaya.

4. Adanya sebagian kaum elite yang sedang berkuasa yang gemar pada kemewahan, hedonisme.

5. Pajak rakyat yang terlalu tinggi.

6. Syari'at tidak lagi ditaati oleh sebagian orang

(28)

8. Terjadinya penghancuran besar-besaran oleh bangsa Mongol terhadap kaum muslimin, lebih khusus dihancurkannya pusat-pusat peradaban Islam seperti, Bagdad, Isfahan, Bukhara, Samarkand, dll.

9. Munculnya paham pengikuti pendapat orang lain secara mutlak. Dikatakan oleh S. Waqar Ahmed Husaini (1983; 55), Hancurnya kekhalifahan Bani Abbasid pada pertengahan abad ke-7 Hijriah (abad ke-13 Masehi) merupakan awal dari zaman "peniruan secara mutlak" (taqlid mahd) terhadap hukum positip (fiqih) yang merupakan kesimpulan-kesimpulan dari para ahli hukum Islam pada zaman dahulu.

William Montgomery Watt (1997; 40) menyatakan "versi sejarah yang disepakati inilah yang kemudian menjadi bagian pandangan dunia standar Islam; dan setiap penyim-pangan dari dianggap sebagai bid'ah.

(29)

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam menjalankan tugasnya itu pejabat yang berwenang dan petugas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini berhak memasuki tempat dimana

Hal ini diduga bahwa pada saat awal pertumbuhan tanaman lebih banyak dipengaruhi oleh sifat genetisnya daripada lingkungannya, sehingga pada tinggi tanaman maupun

Berdasarkan analisis penilaian pada aspek-aspek yang berkaitan dengan kemampuan mengonstruksi teks laporan hasil observasi oleh siswa kelas X SMA Negeri 7 Medan

Komputer ini dirancang untuk menyelesaikan bermacam masalah, dapat menggunakan beberapa program yang dapat menyelasaikan jenis permasalahan yang berbeda, karena

Warna akupunktur menggunakan cahaya dengan warna pada titik akupunktur, meridian, dan Warna akupunktur menggunakan cahaya dengan warna pada titik akupunktur, meridian, dan tempat

Berdasarkan Tabel 1.6 dengan jumlah responden sebayak 25 orang, terlihat guru yang belum memiliki etos kerja yang baik sebanyak 11 orang atau sebesar 15%, guru yang

Seperti layaknya pada global warming yang menambah jumlah air dengan pencairan es kutubnya, fast food menambah jumlah kolesterol dan lemak pada penyuka makanan siap

Berdasarkan uraian tersebut, yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian di wilayah Puskesmas Colomadu 1, dengan judul “hubungan antara pengetahuan ibu tentang