• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Hukum Badan usaha Syariah.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aspek Hukum Badan usaha Syariah.pdf"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN USAHA DALAM

HUKUM EKONOMI

SYARIAH

(2)

Masalah ekonomi sebenarnya bukan

terletak pada ada dan tidaknya harta

kekayaan, tetapi pada pandangan

(konsep) tentang perolehan harta atau

kepemilikan, pengelolaan kepemilikan,

dan distribusi kekayaan di

tengah-tengah masyarakat.

Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam

dibangun atas 3 konsep tentang: (1)

kepemilikan, (2)

tasharruf

(pengelolaan) kepemilikan, dan (3)

distribusi pendapatan di

tengah-tengah masyarakat.

(3)

BADAN USAHA VS PERUSAHAAN

-- Badan Usaha

adalah Kesatuan yuridis dan

ekonomis dari faktor-faktor produksi yang

bertujuan mencari laba atau memberi pelayanan kepada masyarakat

-- Perusahaan

adalah kesatuan teknis dalam

(4)

BADAN USAHA VS

PERUSAHAAN

ASPEK BADAN USAHA PERUSAHAAN

Tujuan Mencari laba atau memberi layanan

Menghasilkan barang atau jasa

Fungsi Kesatuan organisasi

(badan) untuk mengurus perusahaan

Alat badan usaha untuk mencapai tujuan

Bentuk Yuridis/hukum dapat berbentuk PT, CV, atau Koperasi

(5)

1. Untuk Hidup

2. Bebas dan tidak terikat 3. Dorongan Sosial

4. Mendapat Kekuasaan

5. Melanjutkan Usaha Orang Tua

(6)

Hal yang harus diperhatikan untuk

menentukan bentuk badan usaha

Modal yang diperlukan

Tipe/bidang usaha

Tingkat risiko yang dihadapi

Luas operasional

Analisis pasar

Undang – undang dan peraturan

(7)
(8)

PENGELOMPOKAN BADAN USAHA

Berdasarkan Kegiatan yang dilakukan / Aspek

bidang usaha

Berdasarkan kepemilikan modal

Berdasarkan wilayah negara

(9)

Berdasarkan Kegiatan yang

dilakukan / Aspek bidang usaha

Ekstraktif ambil dari alam

Agraris olah dari alam

Industri brg. mentah jadi

Perdagangan beli jual dagangan u/ untung

(10)

Berdasarkan kepemilikan modal

BUMN

BUMS

Badan Usaha Milik Campuran

(11)

Badan usaha Berbadan Hukum

PT (Perseroan Terbatas)

Koperasi

Yayasan

(12)

BUMN

Jenis BUMN Dilihat dari segi

Tujuannya Modalnya Pimpinan Pegawai Contoh Perusahaan

Jawatan

Pelayanan Publik

Seluruhnya milik pemilik

Dirjen dari Dep. Perum Damri

(13)

Berdasarkan wilayah negara

Badan Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri

(14)

Berdasarkan aspek yuridis

Perusahaan Perseorangan

Perseroan Terbatas

CV (Commanditter Venootschaf)

Firma (Fa)

Koperasi

(15)
(16)

PENGGOLONGAN BADAN

USAHA

Badan Usaha Berbadan Hukum

Badan Usaha Non badan Hukum

(17)

Arti Badan Hukum

tidak ada penjelasan secara tegas dalam undang-undang. Dalam Pasal 1653 KUHPerdata hanya disebutkan jenis perkumpulan, yaitu:

Yang diadakan oleh kekuasaan umum

Perkumpulan yang diakui kekuasaan umum

Perkumpulan yang diperkenankan atau tidak untuk suatu maksud tertentu yang tidak berlawanan dengan undang-undang atau kesusilaan

Para Ahli Hukum mencoba memberi kriteria tentang Badan Hukum yaitu :

Adanya pemisahan harta kekayaan antara perusahaan dengan pemilik usaha

mempunyai tujuan tertentu

mempunyai kepentingan sendiri

adanya organisasi yang teratur (=diatur oleh undang2)

(18)

Badan Usaha Syariah

Di Indonesia, badan usaha syariah dan

konvensional tidak dibedakan atas aspek kegiatan/ bidang usaha, aspek kepemilikan modal, wilayah kerja, dan aspek yuridisnya.

Tetapi dibedakan berdasarkan prinsip

(19)
(20)

KOPERASI

Koperasi adalah jenis

badan

usaha

yang beranggotakan

orang-orang atau badan hukum

perkoperasian. Koperasi

melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip gerakan

ekonomi rakyat

yang

(21)

Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu:

Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.

Pengelolaan dilakukan secara demokratis.

Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota tersebut dalam koperasi).

Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.

Kemandirian.

Pendidikan perkoperasian.

(22)

Jenis-jenis KOPERASI :

Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Konsumen

(23)

Kegiatan Koperasi

Baitul Mal wa Tamwil termasuk dalam jenis

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang

kegiatan usahanya hanya usaha simpan

pinjamKeputusan Menteri Negara

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 138/KEP/M.UKM/X/2003 tentang Petunjuk Teknis Program Perkuatan KSP/USP Koperasi Pola Syariah Untuk

(24)

Cont’d

Perkembangan selanjutnya BMT termasuk

jenis Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang kegiatan usahanya meliputi pembiayaan, investasi, dan simpanan

dengan pola bagi hasil (syariah): Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah No.

91/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang

(25)
(26)

BUMN

Badan Usaha Milik Negara (atau BUMN) ialah badan usaha yang permodalannya seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh

Pemerintah. Status pegawai badan usaha-badan usaha tersebut adalah

(27)

Perjan

Perjan adalah bentuk badan usaha milik

negara yang seluruh modalnya dimiliki oleh pemerintah. Perjan ini berorientasi

pelayanan pada masyarakat, Sehingga

selalu merugi. Sekarang sudah tidak ada perusahaan BUMN yang menggunakan

(28)

Perum

Perum adalah perjan yang sudah dirubah.

Tujuannya tidak lagi berorientasi pelayanan

tetapi sudah profit oriented. Sama seperti

Perjan, perum di kelola oleh negara dengan status pegawainya sebagai Pegawai Negeri. Namun perusahaan masih merugi meskipun status Perjan diubah menjadi Perum,

sehingga pemerintah terpaksa menjual

sebagian saham Perum tersebut kepada

(29)

Persero

Persero adalah salah satu Badan Usaha

yang dikelola oleh Negara atau Daerah.

Berbeda dengan Perum atau Perjan, tujuan didirikannya Persero yang pertama adalah mencari keuntungan dan yang kedua

memberi pelayanan kepada umum. Modal pendiriannya berasal sebagian atau

seluruhnya dari kekayaan negara yang

dipisahkan berupa saham-saham. Persero dipimpin oleh direksi. Sedangkan

(30)

Jadi dari uraian di atas, ciri-ciri

Persero adalah:

Tujuan utamanya mencari laba (Komersial)

Modal sebagian atau seluruhnya berasal

dari kekayaan negara yang dipisahkan yang berupa saham-saham

Dipimpin oleh direksi

Pegawainya berstatus sebagai pegawai

swasta

Badan usahanya ditulis PT (nama

perusahaan) (Persero)

(31)

BUMN

Jenis BUMN

Dilihat dari segi

Tujuannya Modalnya Pimpinan Pegawai Contoh

Perusahaan Jawatan

Pelayanan Publik

Seluruhnya milik pemilik

Dirjen dari Dep.

(32)
(33)

BUMS

Badan Usaha Milik Swasta atau BUMS

adalah badan usaha yang didirikan dan

dimodali oleh seseorang atau sekelompok

orang. Berdasarkan UUD 1945 pasal 33,

bidang- bidang usaha yang diberikan kepada pihak swasta adalah mengelola sumber daya ekonomi yang bersifat tidak vital dan strategis atau yang tidak

menguasai hajat hidup orang banyak. Berdasarkan bentuk hukumnya Badan usaha milik swasta dibedakan atas :

Perusahaan Persekutuan

Firma

Persekutuan komanditer

Perseroan terbatas

(34)

BUMS

Perusahaan Persekutuan

Perusahaan persekutuan adalah

perusahaan yang memiliki 2 pemodal atau lebih. Ada 3 bentuk perusahaan

persekutuan

Firma

Firma (Fa) adalah badan usaha yang

didirikan oleh 2 orang atau lebih dimana tiap- tiap anggota bertanggung jawab penuh atas perusahaan. Modal firma berasal dari anggota pendiri seta laba/ keuntungan dibagikan kepada anggota dengan perbandingan sesuai akta

(35)

BUMS

Persekutuan komanditer

Persekutuan Komanditer (commanditaire

vennootschap atau CV) adalah suatu persekutuan yang didirikan oleh 2 orang atau lebih. Persekutuan

komanditer mengenal 2 istilah yaitu :

Sekutu aktif adalah anggota yang memimpin/

menjalankan perusahaan dan bertanggung jawab penuh atas utang- utang perusahaan.

Sekutu pasif / sekutu komanditer adalah anggota yang hanya menanamkan modalnya kepada sekutu aktif dan tidak ikut campur dalam urusan operasional perusahaan. Sekutu pasif bertanggung jawab atas resiko yang terjadi sampai batas modal yang ditanam.

(36)

BUMS

Perseroan terbatas

Perusahaan terbatas (PT) adalah badan usaha yang modalnya diperoleh dari hasil penjualan saham. Setiap pemengang surat saham mempunyai hak atas perusahaan dan setiap pemegang surat saham berhak atas keuntungan (dividen).

Yayasan

Yayasan adalah suatu badan usaha, tetapi tidak merupakan perusahaan karena tidak mencari keuntungan. Badan usaha ini

(37)

Bentuk Usaha Lain

1. Merger

horisontal, vertikal,

konglomerat

2. Yayasan

3. Kartel

4. Asosiasi

(38)
(39)

Pengertian Syirkah

Etimologi:

asy-syirkah

pencampuran, yaitu

pencampuran antara sesuatu dengan yang

lainya, sehingga sulit dibedakan.

Terminologi

esensi yang sama: ikatan

kerjasama antara orang-orang yang

berserikat dalam hal modal dan keuntungan.

KHES Pasal 20 ayat (3) menjelaskan:

Kerjasama antara dua orang atau lebih

dalam hal permodalan, keterampilan, atau

kepercayaan dalam usaha tertentu dengan

pembagian keuntungan berdasarkan nisbah

yang disepakati oleh pihak-pihak yang

(40)

Dasar Hukum

Syirkah

1.

Al-Qur`an:

Q.S. Shad (38): 24 dan QS. An-Nisa (4):12. 2. Hadits Rasul:

Kemitraan usaha dianjurkan bahkan dicontohkan oleh Nabi

Imam Ad-Daruquthni meriwayatkan dari Abu Hurairah

dari Nabi saw. yang bersabda: Allah swt. berfirman:”Aku

adalah pihak ketiga (Yang Maha Melindungi) bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada perseronya.

Apabila di antara mereka ada yang berkhianat, maka Aku

akan keluar dari mereka (tidak melindungi)”.

H.R. Abu Daud: “Umat Islam bersekutu dalam tiga hal: air, padang rumput dan api…”

H.R Nasa`i: Dari Abdullah: “…Aku, Ammar dan Sa`ad

(41)

Syirkah

Syarat Umum Syirkah:

Transaksi boleh diwakilkan oleh salah satu pihak jika bertindak hukum terhadap obyek perserikatan itu, dengan izin pihak lain.

Persentase pembagian keuntungan masing-masing pihak yang berserikat jelas.

Keuntungan diambilkan dari hasil laba perserikatan bukan dari harta lain.

Syarat umum ini berlaku bagi syirkah inan dan wujuh.

Sedangkan syarat khusus untuk masing-masing syirkah amlak dibahas dalam bab wasiat, hibah, wakaf, dan

waris.

Berakhirnya Akad Syirkah: (Pengecualian)

Syirkah Amwal (harta): bila semua atau sebagian modal perserikatan hilang.

(42)

Bentuk Syirkah

1.

Syirkah Ibahah

: Persekutuan hak semua

orang untuk dibolehkan menikmati

manfaat sesuatu yang belum ada dibawah

kekuasaan seseorang.

2.

Syirkah Amlak

(Milik) : Persekutuan

antara dua orang atau lebih untuk

memiliki suatu benda.

Syirkah Amlak

(

Milik) terbagi dua yaitu:

a.

Syirkah Milik Jabriyah yang terjadi tanpa keinginan para pihak yang bersangkutan, seperti persekutuan ahli waris.

b.

Syirkah Milik Ikhtiyariyah yang terjadi atas keinginan para pihak yang bersangkutan.

(43)

Syirkah Akad

1. Syirkah Amwal: Persekutuan modal/harta.

a. Al-Inan: modal tidak sama, pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan.

b. Al Mufawadhah: pembagian modal, keuntungan dan hak melakukan tindakan hukum harus sama

2. Syirkah A‟mal/ Abdan: Persekutuan Kerja/ Fisik. 3. Syirkah Wujuh: mengelola modal dari pihak lain pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.

4. Syirkah Mudharabah (Qiradh): Persekutuan pemilik harta dgn pengelola dengan membagi keuntungan sesuai

kesepakatan, kerugian dibebankan kepada harta.

a. Mudharabah Mutlaqah: kebebasan pengelola untuk mengelola modal dengan usaha apa saja asal sesuai syariat.

(44)

SKEMA JENIS-JENIS MUSYARAKAH

SYIRKAH

IKHTIAR JABR

INAN

MUFAWADAH WUJUH ABDAN

MUDHARABAH AMLAK

(45)

BENTUK SYIRKAH DALAM KHES

(Pasal 20)

1.

Mudharabah: kerjasama antara pemilik dana

atau penanam modal dengan pengelola modal

untuk melakukan usaha tertentu dengan

pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.

2.

Muzaraah: kerjasama antara pemilik lahan

dengan penggarap untuk memanfaatkan lahan.

3.

Musaqah: kerjasama antara pihak-pihak dalam

pemeliharaan tanaman dengan pembagian hasil

antara pemilik dengan pemelihara tanaman

(46)

BENTUK SYIRKAH

PASAL 134-145 KHES

Syirkah dapat dilakukan dalam bentuk:

1. syirkah amwal,

2. syirkah abdan, dan

3. syirkah wujuh.

Syirkah amwal dan syirkah abdan dapat

dilakukan dalam bentuk:

a) syirkah

inan,

(47)

SYIRKAH DALAM KHES

Ketentuan Umum Syirkah: Pasal 134-145

Syirkah Amwal (modal): Pasal 146-147

Syirkah Abdan (akad kerjasama pekerjaan) Pasal

148-164 KHES

Syirkah Mufawadhah (akad kerjasama modal)

Pasal 165-172 KHES

Syirkah

inan (kerjasama modal dan keahlian)

Pasal 173- 177 KHES

Bentukan baru dari Syirkah dengan istilah

Syirkah

Musytarakah

. Pasal 178-186 :

“Perubahan bentuk kerjasama dapat dilakukan

dengan syarat disetujui oleh para pihak yang

(48)

Skema Musyarakah

Nasabah Parsial: Asset Value

Bank Syariah Parsial: Pembiayaan

PROYEK / USAHA

KEUNTUNGAN

Bagi Hasil Keuntungan Sesuai porsi kontribusi modal

(nisbah)

(49)

Pengertian PLS

Profit-loss sharing (bagi hasil) adalah proporsi pembagian hasil usaha dalam ukuran prosentase atas kemungkinan keuntungan/kerugian riil yang akan diperoleh pihak-pihak yang bekerja sama.

(50)

Faktor-faktor yang

mempengaruhi Nisbah Bagi

Hasil

Besarnya nisbah bagi hasil/ prosentase

profit loss sharing ditentukan

berdasarkan kesepakatan pihak-pihak

yang bekerja sama yang dipengaruhi

oleh:

1. Kontribusi masing-masing pihak dlm kerja

sama (share on partnership)

2. Prospek perolehan keuntungan (expected

return)

(51)

Dasar Hukum Syirkah

Mudharabah

1.

Al Qur‟an: Q.S. Al Muzammil (73):20

2.

Hadits Rasul:

a.

H.R. Thabrani: ttg memberikan dana ke mitra

usahanya secara mudharabah dengan memberi syarat tertentu, jika menyalahi peraturan tersebut maka ybs

bertanggungjawab atas dana tersebut. Hal tersebut dibolehkan Rasullullah.

b.

H.R.Ibnu Majah: ttg tiga hal yang mendapat

keberkahan adalah: jual beli secara tangguh, mudharabah dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.

3.

Ijtihad: Praktik mudharabah dilakukan

(52)

Dasar Hukum Mudharabah

- Fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000

- KHES : Pasal 20 angka 4 Buku II.

“Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dengan pengelola modal untuk

melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan

(53)

Rukun & Syarat Mudharabah

1.

Pemodal & Pengelola:

a.

Mampu melakukan transaksi & sah secara hukum

b.

Mampu bertindak sebagai wakil & kafil dari masing2 pihak

2.

Sighat:

a.

Para pihak tidak menolak syarat2 yg ditentukan.

b.

Dapat dilakukan secara lisan, tertulis, korespondensi dan komunikasi modern.

3.

Modal:

a.

Diketahui jumlah & jenisnya

b.

Tunai, dapat berbentuk aset perdagangan.

4.

Nisbah Keuntungan:

a.

Dibagi untuk kedua pihak

b.

Proporsi keuntungan harus diketahui pada waktu kontrak

c.

Nisbah dapat disepakati ditinjau dari waktu ke waktu bila jangka waktu mudharabah lama.

d.

Kesepakatan biaya2 yang ditanggung pemodal

e.

Ketentuan waktu untuk menilai keuntungan.

(54)

MUDHARABAH

Pasal 187- 210 KHES

Syarat Mudharabah

Pemilik modal wajib menyerahkan dana dan atau

barang yang berharga kepada pihak lain untuk melakukan kerjasama dalam usaha.

Penerima modal menjalankan usaha dalam bidang

yang disepakati.

Kesepakatan bidang usaha yang akan dilakukan

ditetapkan dalam akad.

Rukun kerjasama dalam modal dan usaha adalah:

(55)

MUDHARABAH

Pasal 187- 210 KHES

Kesepakatan bidang usaha yang akan dilakukan dapat

bersifat mutlak/bebas dan muqayyad/terbatas pada bidang usaha, tempat, dan waktu tertentu.

Pihak yang melakukan usaha harus memiliki keterampilan yang diperlukan dalam usaha.

Modal harus berupa barang, uang dan atau barang yang berharga.

Modal harus diserahkan kepada pihak yang berusaha/mudharib.

Jumlah modal dalam suatu akad mudharabah harus dinyatakan dengan pasti.

Pembagian keuntungan hasil usaha antara shahib al-mal dengan mudharib dinyatakan secara jelas dan pasti.

(56)

MUDHARABAH

Pasal 187- 210 KHES

Ketentuan Mudharabah:

Status benda yang berada di tangan mudharib yang diterima dari shahib al-mal, adalah modal.

Mudharib berkedudukan sebagai wakil shahib al-mal dalam menggunakan modal yang diterimanya.

Keuntungan yang dihasilkan dalam mudharabah, menjadi milik bersama.

Ketentuan Pemilik Modal:

Berhak atas keuntungan berdasarkan modalnya yang disepakati dalam akad.

(57)

MUDHARABAH

Pasal 187- 210 KHES

Mudharib berhak:

membeli barang dengan maksud menjualnya kembali untuk memperoleh untung.

menjual dengan harga tinggi atau rendah, baik dengan tunai maupun cicilan.

menerima pembayaran dari harga barang dengan pengalihan piutang.

memberi kuasa kepada pihak lain untuk bertindak sebagai

wakilnya untuk membeli dan menjual barang jika sudah disepakati dalam akad mudharabah.

mendepositokan dan menginvestasikan harta kerjasama dengan sistem syariah.

menghubungi pihak lain untuk melakukan jual-beli barang sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

(58)

MUDHARABAH

Pasal 187- 210 KHES

Ketentuan Mudharib:

tidak boleh menjual barang dalam jangka waktu yang tidak biasa dilakukan oleh para pedagang.

tidak boleh menghibahkan, menyedekahkan, dan atau

meminjamkan harta kerjasama, kecuali bila mendapat izin dari pemilik modal.

tidak berhak mendapatkan imbalan jika usaha yang dilakukannya rugi.

tidak boleh mencampurkan kekayaanya sendiri dengan harta kerjasama dalam melakukan mudharabah, kecuali bila sudah menjadi kebiasaan di kalangan pelaku usaha.

Boleh mencampurkan kekayaannya sendiri dengan harta mudharabah jika mendapat izin dari pemilik modal dalam melakukan usaha-usaha khusus tertentu.

(59)

MUDHARABAH

Pasal 187- 210 KHES

Ketentuan Bagi Hasil:

Keuntungan hasil usaha yang menggunakan modal campuran/shahib al-mal dan mudharib, dibagi secara proporsional atau atas dasar kesepakatan semua pihak.

Biaya perjalanan yang dilakukan oleh mudharib dalam

rangka melaksanakan bisnis kerjasama, dibebankan pada modal dari shahib al-mal.

Mudharib wajib bertanggungjawab terhadap risiko kerugian dan atau kerusakan yang diakibatkan oleh

usahanya yang melampaui batas yang diizinkan dan atau tidak sejalan dengan ketentuanketentuan yang telah

(60)

MUDHARABAH

Pasal 187- 210 KHES

Berakhirnya Akad

Waktu kerjasama yang disepakati dalam akad telah berakhir.

Pemilik modal dapat memberhentikan atau memecat pihak yang melanggar kesepakatan dalam akad mudharabah:

Pemberhentian kerjasama oleh pemilik modal diberitahukan kepada mudharib.

Mudharib wajib mengembalikan modal dan keuntungan kepada pemilik modal yang menjadi hak pemilik modal dalam kerjasama mudharabah.

Perselisihan antara pemilik modal dengan mudharib dapat diselesaikan dengan perdamaian/al-shulh dan atau melalui pengadilan.

Kerugian usaha dan kerusakan barang dagangan dalam kerjasama mudharabah yang terjadi bukan karena kelalaian mudharib,

dibebankan pada pemilik modal.

Berakhir dengan sendirinya jika pemilik modal atau mudharib meninggal dunia, atau tidak cakap melakukan perbuatan hukum:

Pemilik modal berhak melakukan penagihan terhadap pihak lain berdasarkan bukti dari mudharib yang telah meninggal dunia.

(61)

Skema Mudharabah

PEMBAGIAN KEUNTUNGAN PROYEK / USAHA

PERJANJIAN BAGI HASIL

KEAHLIAN /

MUDHARIB BANK

MODAL

MODAL 100%

Pembayaran Kewajiban Aplikasi Teknis Perbankan

(62)

PENGERTIAN (Dalam Konteks Pembiayaan) :

Mudharabah Dalam Teknis Perbankan

1. MUDHARABAH adalah akad kerjasama pembiayaan antara bank syariah selaku pemilik dana (shahibul maal) yang menyediakan

semua kebutuhan modal dengan nasabah (mudharib) sebagai pihak yang mempunyai keahlian atau ketrampilan tertentu, untuk mengelola suatu kegiatan usaha yang produktif dan sesuai syariah. 2. Bank tidak mencampuri manajemen usaha, tetapi mempunyai hak

untuk melakukan pengawasan.

3. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati dan pada akhir periode kerjasama, nasabah harus

(63)

PENGERTIAN (Dalam Konteks Pembiayaan) :

Mudharabah Dalam Teknis Perbankan

.

4. Dalam hal terjadi kerugian, akan menjadi tanggungan bank, kecuali bila diakibatkan oleh kelalaian nasabah. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerugian, bank harus memahami karakteristik resiko usaha tersebut dan bekerjasama dengan nasabah untuk mengatasi berbagai

(64)

AL MUDHARABAH

APLIKASI (Dalam Konteks Pembiayaan) :

Mudharabah Dalam Teknis Perbankan

Pembiayaan MODAL KERJA

Modal kerja bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang industri, perdagangan dan jasa.

Pembiayaan INVESTASI

Untuk pengadaan barang-barang modal, aktiva tetap dsb.

Pembiayaan INVESTASI KHUSUS Bank bertindak dan memposisikan diri sebagai arranger yang mempertemukan kepentingan pemilik dana, seperti Yayasan dan

(65)

APLIKASI DALAM AKAD PENYALURAN DANA

Penyaluran dana: (Pasal 7; No.7/46/PBI/05)

Mudharabah Muqayyadah (restricted

investment)

Persyaratan penyaluran dana dalam bentuk

pembiayaan Mudharabah Muqayyadah:

Bank bertindak sebagai agen penyalur dana

investor (chanelling agent) kepada nasabah yang bertindak sebagai pengelola dana untuk kegiatan usaha dengan persyaratan dan jenis kegiatan usaha yang ditentukan oleh investor

Jangka waktu pembiayaan, pengembalian

(66)

Lanjutan ……..!

Bank tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha nasabah tetapi memiliki hak dalam pengawasan dan pembinaan usaha nasabah

Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/atau barang

Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka barang yang diserahkan harus dinilai dengan harga perolehan atau harga pasar

Bank sebagai agen penyaluran dana dapat menerima fee

(imbalan) yang perhitungannya diserahkan kepada kesepakatan para pihak

Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi

dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati antara investor dan nasabah

Bank sebagai agen penyaluran dana milik investor tidak menanggung risiko kerugian usaha yang dibiayai

Investor sebagai pemilik dana mudharabah muqayyadah

menanggung seluruh risiko kerugian kegiatan usaha jika nasabah melakukan kecurangan, lalai, atau menyalahi perjanjian yang

(67)

Referensi

Dokumen terkait

a) Pihak bank islam wajib memberitahukan kepada para pemilik dana mengenai nisbah serta hal-hal yang berkaitan dengan pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian

Deposito mudharabah adalah dana mudharabah pada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu dengan pembagian hasil sesuai dengan nisbah yang

Manfaat pembiayaan mudharabah bagi pemilik modal maupun pengelola usaha adalah (1) bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan nasabah meningkat,

Akad Mudharabah (bagi hasil) adalah transaksi pendanaan dari pemilik dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan suatu kegiatan usaha tertentu

mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik modal) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak

Mudharabah adalah perjanjian antara BPRS sebagai penyedia dana dengan nasabah sebagai pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak

Dengan melihat permasalahan di atas, terjadinya benturan yang ada di teori yaitu kerja sama oleh pemilik modal dan pengelola dalam pembagian keuntungan di bagi setelah keuntungan nyata