• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUPERVISI DAN PENGEMBANGAN STAF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SUPERVISI DAN PENGEMBANGAN STAF"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SUPERVISI DAN PENGEMBANGAN STAF

By AGIL ALI FAHMI

I. PENDAHULUAN

Seiring dengan tantangan pendidikan yang semakin komplek dan kebijakan mutu yang di keluarkan oleh pemerintah, maka para guru dan tenaga kependidikan yang ada di lingkugan pendidikan harus mampu mengembangkan kemampuan dan potensi diri yang dapat menunjang kinerja dan meringankan tugas profesi. Sebagai mana kita ketahui bahwa kualitas atau mutu sebuah lembaga dapat di ukur dari proses pelayanan dan kemampuan lembaga pendidikan untuk men sinergikan seluruh potensi yang ada sehingga tercipta sebuah keunggulan yang menjadi trade mark dari sebuah lembaga pendidikan tersebut. Salah satu poin yang sangat menentukan dalam pemberian layanan dalam sebuah lembaga pendidikan adalah kualitas pemberi layanan yaitu sumber daya manusia yang langsung bersentuhan dengan pengguna layanan pendidikan dalam hal ini adalah guru.

Supervisi pendidikan sangat dibutuhkan untuk menunjang terciptanya pelayanan prima dari sebuah lembaga pendidikan. Selain itu supervisi juga diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dari guru dan bukan menjadi momok dari guru tersebut. Adapun hubungan antara supervisi pembelajaran dan pengembangan sumber daya (staf) manusia kita bahas dalam pembahasan sebagai berikut.

II. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini, saya akan membahas permasalahan tersebut lebih lanjut dengan sub permasalahan sebagai berikut:

A. Apa Supervisi itu?

(2)

III. PEMBAHASAN A. Pengertian Supervisi

Kata supervisi berasal dari bahasa inggris “supervision” yang terdiri dari dua kata “super” dan “vision”. Super berarti atas atau lebih, sedangkan vison berarti melihat atau meninjau. Secara etimologis supervisi berarti melihat atau meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan1.

Supervisi memepunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya didalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya. Dengan kata lain “Supervisi ialah suatu aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai para sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”.

Fungsi pengawasan atau supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekadar kontrol melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah digariskan, tetapi lebih dari itu. Supervisi dalam pendidikan mengandung pengertian yang luas. Kegiatan supervisi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personel maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar-mengajar yang efektif, dan usaha memenuhi syarat-syarat itu.

Dalam dunia pendidikan di Indonesia, perkataan supervisi belum begitu popular. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga sekarang orang

(3)

lebih mengenal kata “inspeksi” daripada supervise. Pengertian “inspeksi” sebagai warisan pendidikan Belanda dulu, cenderung kepada pengawasan yang bersifat otokratis, yang berarti “mencari kesalahan-kesalahan guru dan kemudian menghukumnya”. Sedangkan supervisi mengandung pengertian yang lebih demokratis. Dalam, pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah guru atau pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga bersama guru-guru, bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar mengajar. Jadi, dalam kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlakukan sebagai partner kerja yang memilii ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan.2

Tujuan supervisi ialah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha kearah perbaikan belajar dan mengajar ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal .3

1. Tujuan Supervisi

Adapun tujuan supervisi adalah sebagai berikut: a) Meningkatkan mutu kinerja guru

1) Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut

2) Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.

3) Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.

4) Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya

2 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995. hlm 76-77

(4)

meningkatkan prestasi belajar siswa.

5) Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.

6) Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.

b) Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik.

c) Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa.

d) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan. e) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi

yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.

2. Fungsi dan tujuan supervisi

Istilah fungsi dan tujuan cukup sulit dibedakan seba seringkali satu objek dapat diterangkan dan segi fungsi dan dapat pula dari segi tujuan. Atau fungsi dan tujuan sesuatu dapat berup satu objek. Misalnya yang menjadi objek adalah tamu; tamu itu dapat dihubungkan dengan ruang tamu yang mempunyai fungsi dan sekaligus mempunyai tujuan. Ruang tamu sebagai bagian dari rumah berfungsi memberi tempat tertentu kepada tamu yang berkunjung di rumah. Sementara itu ruang tamu juga memberi tujuan agar para tamu mendapat tempat layak dan merasa senang bertamu. Walaupun sulit dibedakan, dengan bantuan contoh di atas bisa dipahami bahwa fungsi berhubungan dengan sistem (rumah sebagai kesatuan) dan tujuan berhubungan dengan apa yang ingin dijangkau oleh subsistem (ruang tamu) itu4.

Supervisor sebagai fungsi, bila ia dipandang sebagai bagian atau

(5)

organ dan organisasi sekolah. Tetapi bila dipandang dan apa yang ingin dicapai supervisi, maka hal itu merupakan tujuan supervisi. Fungsi dan tujuan supervisi berhubungan erat, keduanya menyangkut hal yang sama. Hal ini dibedakan agar informasi yang diberikan menjadi lebih lengkap. Supervisi hanya sebagai satu fungsi yaitu fungsi manajemen, ialah pengarahan yang terdiri dan inisiatif dan kepemimpinan, pengaturan dan pembimbingan, pemberian motivasi, dan pengawasan. Tetapi literatur lain menunjukkan beraneka ragam fungsi, dengan istilah yang berbeda-beda antara lain tugas, fungsi, pelaksanaan, dan sejenisnya. Fungsi supervisi pendidikan akan disusun secara sistematis sebagai uraian herikut.

Fungsi supervisi dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu: 1. Fungsi utama ialah membantu sekolah yang sekaligus mewakili

pemenintah dalam usaha memcapai tujuan pendi dikan yaitu membantu perkembangan individu para siswa5.

2. Fungsi tambahan ialah membantu sekolah dalam membina guru-guru agar dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan masyarakat dalam rangka menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat serta mempelopori kemajuan masyarakat.

Masing-masing fungsi tersebut di atas diuraikan secara terperinci seperti benikut. Yang termasuk fungsi utama ialah : Pertama,supervisi merupakan teman seperjuangan administrasi, secara fungsional tidak terpisah satu dengan yang lain, keduanya terkoordinasi, berkorelasi, saling melengkapi, dan saling menunjang dalam melaksanakan sistem pendidikan.

Kedua, supervisi mengkoordinasi personalia sekolah terutama guru-guru dan aktivitas-aktivitas sekolah agar tidak jauh menyimpang dan perencanaan semula. Hasil perencanaan pada umumnya tidak dapat dilaksanakan secara tepat sejak awal. Penyimpangan-penyimpangan itu diminimalkan dengan cara mengadakan supervisi kontinu terhadap pengaturan tugas guru dan aktivitas- aktivitas sekolah dengan segala

(6)

aspeknya. Usaha ini merupakan preventif terhadap kemungkinan kekacauan pelaksanaan program sekolah.

Ketiga, sebagai wakil pemerintah, khususnya Pemerintah Indonesia, sekolah berkewajiban memasyarakatkan di kalangan personalia sekolah dan memasyarakatkan di kalangan para siswa, karena keduanya merupakan manifestasi dan falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Karena itu patut menjadi bagian dan kehidupan sehari-hari di sekolah atau sebagai cara bertingkah laku di sekolah. Hal ini dapat dilakukan lebih efektif dengan bantuan supervisi.

Keempat, sebagai wakil pemerintah sekolah akan melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah. Kebijakan Pemerintah Indonesia misalnya ialah menciptakan sekolah sebagai pusat kebudayaan yang didukung oleh ketahanan sekolah, meningkatkan pendidikan humaniora untuk mengimbangi pendidikan intelek, meningkatkan pendidikan Sejarah Indonesia untuk menggalang kecintaan dan semangat bangsa di kalangan para siswa, melayani anak-anak yang berbakat, dan sebagainya. Untuk memahami ke bijakan- kebijakan itu secara lebih mendalam diperlukan bantuan, begitu pula pelaksanaannya membutuhkan monitoring kedua duanya dan pihak supervisor.

Kelima, supervisi memperlancar proses belajar mengajar. Ada beberapa segi dan proses intruksional yang perlu mendapat perhatian para supervisor, yaitu:

1. Perencanaan instruksional yang menyangkut segala aspek belajar mengajar yang akan dilaksanakan oleh para siswa dan guru-guru. Perencanaan perlu disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, situasi sekolah, sumber- sumber pendidikan yang tersedia, dan para siswa yang akan dididik.

(7)

sekolah, dan sebagainya. Setiap model belajar perlu dipertimbangkan keuntungan dan hambatannya.

3. Sarana dan alat-alat pendidikan yang perlu disiapkan, metode belajar dan metode mengajar yang cocok yang perlu dipilih. Tidak ada perlengkapan belajar dan metode mengajar yang cocok untuk semua bidang studi. Setiap bidang studi membutuhkan alat dan metode sendiri-sendiri.

4. Situasi belajar yang bagaimana yang cocok untuk mempelajari bidang studi tertentu. Situasi belajar yang dibutuhkan perlu diciptakan dan dipertahankan selama proses belajar berlangsung.

5. Macam evaluasi yang akan dilakukan dan alat evaluasi program, proses belajar mengajar, dan prestasi belajar. Alat evaluasi bisa bersifat uraian bisa juga bersifat obyektif dengan bermacam-macam bentuk.

Keenam, para supervisor hendaknya mengendalikan usaha untuk mendidik para siswa agar setiap siswa berkembang secara total, yaitu setiap aspek individu anak berkembang seimbang, harmonis, dan optimal. perkembangan seperti ini mencakup logika, estetika, dan praktika. Sedangkan literatur barat menyebutkannya sebagai afeksi, kognisi, psikomotor6.

Ketujuh, setiap siswa dikatakan unik, artinya memiliki minat, bakat, dan kemampuan tersendiri tidak pernah sama dengan individu lain. Perkembangan masing-masing siswa mi perlu di layani dan disalurkan, diberi wadah, dan dibina sesuai dengan minat/bakat dan tingkat kemampuannya. Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi disalurkan ke perguruan tinggi, sedangkan yang mempunyai kemampuan, biasa diarahkan ke dunia kerja sesuai dengan bakat mereka masing-masing. Guru dalam mengatur program dan belajar siswa untuk maksud di atas, sangat membutuhkan bantuan pemikiran supervisor.

Kedelapan, bimbingan karier tersebut di atas sangat erat hubungannya dengan tugas Badan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

(8)

Di samping itu badan ini juga mengurusi kesulitan belajar para siswa dan kesulitan-kesulitan pribadi mereka. Pekerjaan seperti itu bagi guru tidaklah mudah, namun demikian setiap guru pada bakikatnya adalah Guru Pembimbing. Mereka tidak boleh menyerahkan tugas itu semuanya kepada petugas bimbingan dan konseling. Kesulitan para guru ini bisa dikurangi dengan hadimya supervisor di bidang bimbingan dan konseling.

3. Teknik-teknik Supervisi

Ada bermacam-macam teknik supervisi dalam upaya pembinaan kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan petunjuk pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat-sekolah. Sedangkan menurut Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik supervisi individual, danteknik supervisi kelompok.

1. Teknik Supervisi Individual

Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai Teknik-teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri. Berikut ini dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya secara singkat satu persatu7.

a. Kunjungan Kelas

Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang

(9)

diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas.

b. Observasi Kelas

Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usahamemperbaiki proses belajar mengajar c. Pertemuan Individual

Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.

d. Kunjungan Antar Kelas

Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervise secara perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran pengelolaan kelas, dan sebagainya8.

e. Menilai Diri Sendiri

(10)

Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervise pendidikan. Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda pengajarannya dalam mempengaruhi murid Semua ini akan mendorong guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya. 2. Teknik Supervisi Kelompok

Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervise sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut9.

a) Kepanitiaan-kepanitiaan b) Kerja kelompok

c) Laboratorium kurikulum d) Baca terpimpin

e) Demonstrasi pembelajaran f) Darmawisata

g) Kuliah/studi h) Diskusi panel i) Perpustakaan jabatan j) Organisasi profesional k) Buletin supervisi l) Pertemuan guru

m) Lokakarya atau konferensi kelompok

(11)

Teknik supervisi kelompok ini tidak akan dibahas satu persatu, karena sudah banyak buku yang secara khusus membahasnya. Satu hal yang perlu ditekankan di sini bahwa tidak ada satupun di antara teknik-teknik supervisi kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan dan guru di sekolah. Artinya, akan ditemui oleh kepala sekolah adanya satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk membina seorang guru tetapi tidak cocok diterapkan pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru.

Menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang pengawas , selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru.

B. Pengembangan Staf

Di abad sekarang ini, yaitu era globalisasi dimana semuanya serba digital, akses informasi sangat cepat dan persaingan hidup semakin ketat, semua bangsa berusaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Hanya manusia yang mempunyai sumber daya unggul dapat bersaing dan mempertahankan diri dari dampak persaingan global yang ketat. Termasuk sumber daya manusia dalam pendidikan.

 Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Supervisi

(12)

meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional10.

Ada dua metafora untuk menggambarkan pentingnya pengembangan sumber daya guru.Pertama, jabatan guru diumpamakan dengan sumber air. Sumber air itu harus terus menerus bertambah, agar sungai itu dapat mengalirkan air terus-menerus. Bila tidak, maka sumber air itu akan kering. Demikianlah bila seorang guru tidak pernah membaca informasi yang baru, tidak menambah ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, maka ia tidak mungkin memberi ilmu dan pengetahuan dengan cara yang lebih menyegarkan kepada peserta didik.

Kedua, jabatan guru diumpamakan dengan sebatang pohon buah-buahan. Pohon itu tidak akan berbuah lebat, bila akar induk pohon tidak menyerap zat- zat makanan yang berguna bagi pertumbuhan pohon itu. Begitu juga dengan jabatan guru yang perlu bertumbuh dan berkembang. Baik itu pertumbuhan pribadi guru maupun pertumbuhan profesi guru. Setiap guru perlu menyadari bahwa pertumbuhan dan pengembangan profesi merupakan suatu keharusan untuk menghasilkan output pendidikan berkualitas. Itulah sebabnya guru perlu belajar terus menerus, membaca informasi terbaru dan mengembangkan ide- ide kreatif dalam pembelajaran agar suasana belajar mengajar menggairahkan dan menyenangkan baik bagi guru apalagi bagi peserta didik.

Peningkatan sumber daya guru bisa dilaksanakan dengan bantuan supervisor, yaitu orang ataupun instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Perlunya bantuan supervisi terhadap guru berakar mendalam dalam kehidupan masyarakat. Swearingen mengungkapkan latar belakang perlunya supervisi berakar mendalam dalam kebutuhan

10 Sahertian, Piet A.. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

(13)

masyarakat dengan latar belakang sebagai berikut11 : 1. Latar Belakang Kultural

Pendidikan berakar dari budaya arif lokal setempat. Sejak dini pengalaman belajar dan kegiatan belajar-mengajar harus daingkat dari isi kebudayaan yang hidup di masyarakat itu. Sekolah bertugas untuk mengkoordinasi semua usaha dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

2. Latar Belakang Filosofis

Suatu system pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna bila ia berakar mendalam pada nilai-nilai filosofis pandangan hidup suatu bangsa.

3. Latar Belakang Psikologis

Secara psikologis supervisi itu berakar mendalam pada pengalaman manusia. Tugas supervisi ialah menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri.

4. Latar Belakang Sosial

Seorang supervisor dalam melakukan tanggung jawabnya harus mampu mengembangkan potensi kreativitas dari orang yang dibina melalui cara mengikutsertakan orang lain untuk berpartisipasi bersama. Supervisi harus bersumber pada kondisi masyarakat.

5. Latar Belakang Sosiologis

Secara sosiologis perubahan masyarakat punya dampak terhadap tata nilai. Supervisor bertugas menukar ide dan pengalaman tentang mensikapi perubahan tata nilai dalam masyarakat secara arif dan bijaksana.

6. Latar Belakang Pertumbuhan Jabatan

Supervisi bertugas memelihara, merawat dan menstimulasi pertumbuhan jabatan guru. Diharapkan guru menjadi semakin professional dalam mengemban amanat jabatannya dan dapat

(14)

meningkatkan posisi tawar guru di masyarakat dan pemerintah, bahwa guru punya peranan utama dalam pembentukan harkat dan martabat manusia.

Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif.

 Factor yang mempengaruhi pengembangan staf : 1. Meningkatkan kemampuan bawahan

Sebagai seorang yang bertanggung jawab mengelola unit kerja tertentu, ada tiga alternatif dalam memperkerjakan staf. Pertama, mempekerjakan orang yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan pekerjaan dengan berhasil tanpa harus diawasi dengan ketat. Karyawan seperti ini sangat mudah diawasi12.

2. Pengembangan secara bertahap.

Ada kecenderungan supervisor hanya memergoki karyawan yang salah melakukan pekerjaannya. Hal ini timbul dari pemikiran yang keliru bahwa atasan perlu malakukan sesuatu jika terjadi kesalahan, karena melakukan dengan benar adalah kewajiban bawahan.

3. Menangani penurunan kinerja.

Dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi, supervisor pada dasarnya melaksanakan misi pengembangan sumber daya manusia. Supervisor sebagai pengembang sumber daya manusia berusaha mengembangkan tanggung jawab manajemen dalam diri bawahan. Ia membantu bawahan mengembangkan kemampuan agar dapat berbagi manajemen kinerja unit kerjanya.

(15)

IV. ANALISIS

Dari beberapa pengertian dan pemaparan yang berhubungan dengan pelaksanan supervisi diatas kita dapat mengetahui bahwa supervisi adalah merupakan bantuan dalam wujud layanan profesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli dalam rangka peningkatan kemampuan profesional, terutama dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan supervisi adalah perbaikan proses belajar mengajar, yang didalamnya melibatkan pendidik dan siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan, dan arahan. Sedangkan fungsi supervisi adalah menumbuhkan iklim yang kondusif bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap pendidik dalam wujud layanan profesional.

(16)

V. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Demikianlah uraian mengenai supervisi dan pengembangan staf, antara konsep teoritik dan kenyataannya. Pelaksanaan supervisi dan pengembangan staf di lapangan, kenyataannya masih jauh dari konsep teoritik yang dikembangkan di suatu lembaga pendidikan. Untuk mengatasinya, diperlukan sosialisasi dan “tekanan” dari pihak-pihak yang komit terhadap kualitas pendidikan di Indonesia kepada para pengambil kebijakan dan pengelola pendidikan. Hal ini secara bersama-sama harus dilakukan dengan pengembangan budaya mutu dalam pendidikan, yang intinya terletak pada kualitas proses pembelajaran di dalam kelas.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Dharma, Agus, Manajemen Supervisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT Toko Gunung Agung,

1997.

Pidarta, Made.. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1992

Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995.

Sahertian, Piet A.. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Suhertian, Piet A, Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan, Surabaya: Usaha

Nasional, 1981.

Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1986.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bahasa inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”.Science kemudian berkembang menjadi natural science yang dalam bahasa indonesia

Dari segi etimologi yaitu asal usul kata pengangkatan anak berasal dari bahasa Belanda “Adoptie” atau adoption (bahasa Inggris) yang berarti pengangkatan anak. Dalam bahasa

Wisata dalam bahasa Inggris disebut tour yang secara etimologi berasal dari kata torah (ibrani) yang berarti belajar, tornus (bahasa latin) yang berarti alat untuk

Kata spiritual (kata sifat dalam bahasa Inggris) menurut arti leksikelnya berasal dari kata dasar spirit yang berarti antara lain bagian nonmaterial dari manusia,

Ekonomi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu economy .Sementara kata ekonomy itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomike yang berarti pengelolahan

Dalam bahasa Jerman disebut Geschichte, berasal dari kata geschehen yang berarti terjadi, sedangkan dalam bahasa Arab disebut Tarikh, berasal dari akar kata ta’rikh dan

Istilah epistimologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu episteme yang berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos yang berarti kata, pikiran,

RASIONALISME Secara etimologis Rasionalisme berasal dari kata bahasa inggris rationalism.Kata ini berakar dari kata bahasa latin ratio yang berarti “akal” A.R Laccy menambahkan bahwa