Universitas Halu Oleo
Fakultas Peternakan
Laboratorium Unit Teknologi Hasil Ternak
PANDUAN PRAKTIKUM
DASAR TEKNOLOGI HASIL TERNAK
TIM PENYUSUN :
Prof. Dr. Ir. Harapin Hafid, M.Si.
Ir. Hj. Nuraeni
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
berkat kehendak dan Rahmat-Nya sehingga Penuntun Praktikum Teknologi
Pengolahan Hasil Ternak dapat diwujudkan.
Panduan ini disusun dari berbagai literatur dan text book yang berkaitan
dengan Dasar Teknologi Hasil Ternak yang terdiri dari empat komoditas utama,
seperti daging, telur, susu dan kulit. Kehadiran buku penuntun ini diharapkan
menjadi petunjuk bagi mahasiswa Program Studi Peternakan dalam melaksanakan
praktikum. Dengan demikian pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan lancar
dan terarah.
Kepada Tim Penyusun yang sudah berkerja dengan baik, dengan penuh
kreativitas dan kesungguhan diucapkan terima kasih. Semoga buku penuntun ini
bisa bermanfaat bagi mahasiswa yang menggunakannya, dan segala saran
kontruktif untuk penerbitannya ke depan akan penulis terima dengan senang hati.
Kendari 4 Oktober 2018
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... iv
I. UJI KUALITAS FISIK DAGING A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 1
C. Luaran. ... 2
D. Materi Praktikum ... 2
E. Langkah Kerja dan Jadwal Praktikum ... 2
II. UJI KUALITAS SUSU A. Latar Belakang ... 5
B. Tujuan ... 5
C. Luaran. ... 5
D. Materi Praktikum ... 7
E. Langkah Kerja dan Jadwal Praktikum ... 8
III. UJI KUALITAS TELUR A. Latar Belakang ... 9
B. Tujuan ... 12
C. Luaran. ... 12
D. Materi Praktikum ... 12
E. Langkah Kerja dan Jadwal Praktikum ... 12
IV. PENGAMATAN STRUKTUR KULIT A. Latar Belakang ... 14
B. Tujuan ... 14
C. Luaran. ... 14
D. Materi Praktikum ... 15
E. Langkah Kerja dan Jadwal Praktikum ... 15
DAFTAR PUSTAKA ... 16
1. UJI KUALITAS FISIK DAGING A. Latar Belakang
Karakteristik kualitas daging merupakan karakteristik yang dinilai oleh
konsumen dalam memenuhi palatabilitasnya, berkaitan dengan penilaian sensorik
atau organoleptik. Kualitas daging atau bahan pangan pada umumnya, dinilai oleh
konsumen pada awalnya melalui pendekatan organ-organ panca indera. Sehingga
karakteristik kualitas pada daging menyangkut warna, keempukan, citarasa
(flavour), dan kebasahan (juiciness). Secara organoleptik (sensorik), warna dinilai
oleh organ penglihatan, keempukan dinilai melalui perabaan dan pencicipan (gigi,
tangan, dan lidah), citarasa dinilai melalui pencicipan dan penciuman (lidah dan
hidung), dan kebasahan dinilai oleh pencicipan (lidah). Karakteristik kualitas ini
sering pula disebut sebagaieating quality(kualitas makan). Penilaian karakteristik
kualitas ini yang pada awalnya dinilai oleh konsumen secara organoleptik,
berkembang menjadi penilaian dengan menggunakan peralatan untuk
menghindari subyektifitas. Namun demikian para pakar dibidang organoleptik
menyatakan bahwa justru penilaian dengan menggunakan alatlah yang lebih
subyektif karena alat merupakan imitasi dari organ-organ panca indera yang
digunakan lebih awal dalam penilaian tersebut. Alat yang dipergunakan untuk
menilai keempukan daging diciptakan melalui imitasi dari kemampuan gigi geligi
(geraham) dalam melakukan gigitan pertama dan selama pengunyahan pada
daging. Pendekatan statistik melalui penggunaan sejumlah panelis terlatih dan
pengulangan berulang kali dalam penilaian kualitas secara sensorik/organoleptik
dimaksudkan adalah untuk lebih mengobjektifkan hasil penilaian tersebut.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah mahasiswa dapat
C. Luaran
Luaran yang diharapkan adalah berupa laporan akhir yang ditulis tiap-tiap
mahasiswa yang akan menjadi salah satu sumber pengetahuan yang bermanfaat.
D. Materi Praktikum
a. Uji Daya Ikat Air (DIA) oleh protein daging
Alat
1. Dua plat kaca tebal 5 mm berukuran 20x20 cm;
2. Kertas saring;
3. Plastik sheet dan spidol;
4. Beban pemberat 35 kg
5. Pengukur waktu
Bahan
1. Sampel daging sapi seberat 0,3 kg
E. Langkah Kerja dan Jadwal Praktikum
a. Langkah Kerja
1. Siapkan plat kaca di atas meja datar, di atasnya ditaruh kertas saring
berukuran 12,5 x 12,5 cm
2. Letakkan sampel (0,3 g) di atas kertas saring. Kemudian ditutup dengan
plat kaca yang lain.
3. Kedua plat kaca tersebut dipres dengan beban 35 kg/cm2, selama 5 menit
yang diatur dengan stop wacth.
4. Setelah waktu cukup, angkat beban dengan hati-hati, dan hasil daging
press akan merembeskan cairan daging pada kertas saring, sedangkan
daging padat (solid) akan berbentuk pipih. Dibuat pola/ gambar daging
pipih dan rembesan cairan yang terjadi, dan tentukan luas cairan daging
dan luas daging pipih yang didapat.luas cairan dihiting denan alat bantu
kertas grafik, atau dengan cara grafimetrik.
a. Pola gambar dibuat pada kertas (misalkan HVS), gambar daging pipih
digunting sedemikian rupa sehingga terbentuk pola yang terlubang
ditengah. Prinsipnya adalah digambar cairan daging yang terbentuk
pada kertas saring dipindahkan ke kertas HVS, kemudian ditimbang
(misalnya x g)
b. Dibuang potongan bujur sangkar (10x 10 cm) dari kertas HVS sejenis,
kemudian ditimbang (y g)
c. Luas kertas bujur sangkar adalah 100 cm2
d. Luas gambar sampel dihitung dengan mengkonversikan berat gambar
dengan bujur sangkar dikali 100 cm2. Jadi luas sampel = (x/y) kali 100
cm2
5. Hasil pengukuran luas sampel (4-d) tersebut disubtitusikan ke dalam
rumus Hamm:
Mg air bebas (AB)= ( )
, − 8,0
6. Sampel lain seberat 5 gram di letakkan dalam krusor (mangkok porselin)
yang telah diketahui beratnya, dimasukkan dalam oven 105 oC selama
12-24 jam. Kemudian ditimbang, berat ini adalah berat sampel bebas air.
Dengan pengurangan berat kering terhadap berat sampel akan diketahui
berat air yang terkandung (AT) dan tentukanlah perentase berat air
terhadap berat sampel 0,3 g.
7. Air terikat (%) = air total (AT)(%) –(AB)(%). Hasil ini disebut daya ikat
air oleh protein daging.
b. Cooking loss (susut msak
Alat
1. Penangas air (water bath)
2. Kantung plastik kecil (5 x 10 cm)
3. Timbangan semi analitik
4. Kertas tissue
Bahan
Prosedur kerja
1. Sampel daging ditimbang seberat 5 g, kemudian dimasukkan ke dalam
kantong plastik, diberi label dengan pensil agar tidak larut dalam air panas
2. Buat sampel sebanyak 3-5, sampel dimasukkan ke dalam kantung plastik
dan di beri pemberat agar bisa tenggelam dalam penangas air.
3. Atur suhu penangas menjadi 80 oC selama 30 menit
4. Apabila suhu telah tercapai sampel diambil bersama plastik, setelah itu
didinginkan dibawah air mengalir hingga suhu mencapai 35 oC
5. Selanjutnya ambil sampel dengan hati-hati. Lap sampel dengan tissue
hinga kering
6. Timbang sampel dan akan diperoleh berat masak
7. Berat mentah dikurangi berat masak = berat hilang sewaktu pemasakan,
ditentukan sebagai persentase terhadap berat mentahnya, maka hasil yang
diperoleh adalah susut masak dalam persen
c. Keasaman (pH)
Alat
1. pH meter berelektroda
2. mangkuk plastik kecil
3. kaca pengaduk
4. pisau cacah daging
5. kaca/ talenan
bahan
1. Daging
2. Aquadest
3. 5 mM sodium iodoasetat
Prosedur Kerja
1. Lumatkan daging dengan mencacah diatas talenan/kaca
2. Setelah itu timbang 5 g daging, masukkan dalam mangkuk plastik,
kemudian tambahkan 5 mM sodium iodoasetat, 150 mM KCl dan air
suling (1:1:2), larutan ini diperlukan 5 ml untuk 5g daging (1:1).
3. Aduk dengan kaca pengaduk, dimkan 5 menit
4. Ukur pH sampel daging
b. Jadwal Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada minggu pertama bulan Oktober
2018. Bertempat di Laboratorium Unit Teknologi Hasil Ternak,
II. UJI KUALITAS SUSU A. Latar Belakang
Susu merupakan hasil dari sekresi suatu kelenjar mamae dari ternak yang
sedang laktasi melalui suatu proses pemerahan yang sempurna, tidak termasuk
kolostrum serta tidak ditambahkan atau dikurangi dengan bahan kimia organik
ataupun non organic berupa zat padat, air, dan zat yang larut dalam air.
Sifat susu yang perlu diketahui adalah bahwa susu merupakan media yang
baik sekali bagi pertumbuhan mikrobia sehingga apabila penangannya tidak
baik akan dapatmenimbulkan penyakit yang berbahaya (zoonosis). Disamping
itu susu sangat mudah sekali rusak terutama karena susu merupakan bahan
biologic.
Susu selama di dalam ambing atau kelenjar susu dinyatakan steril, akan
tetapi begitu berhubungan dengan udara susu tersebut patut dicurigai sebagai
sumber penyakit bagi ternak dan manusia.
Susu yang baik dihasilkan oleh proses pemerahan yang baik pula.
Kebersihan sapi, peralatan pemerahan, pemerah, dan lingkungan pemerahan
sangat mempengaruhi kebersihan susu yang dihasilkan.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah mahasiswa dapat
mengetahui cara pengujian kualitas susu.
C. Luaran
Luaran yang diharapkan adalah berupa laporan akhir yang ditulis
tiap-tiap mahasiswa yang akan menjadi salah satu sumber pengetahuan yang
D. Materi dan Metode Praktikum
a. Uji Rebus (Boiling Test)
Alat
1. Tabung reaksi
2. Beker gelas
3. Kompor listrik atau penangas air
Bahan
1. Susu sapi
Metode
1. Masukkan susu ke dalam tabung reaksi
2. Sumbat dengan kapas
3. Rebus dengan penangas air selama 10 menit.
4. Kemudian diamati, apabila terjadi penjendalam akibat destruksi lemak
atau protein, ini menandakan bahwa susu telah rusak
b. Uji Alkohol
Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
Bahan
1. Susu sapi
Metode Praktikum
1. Tabung reasksi berisi susu ditambah alkohol 70% dengan perbandingan
1:1
2. Kocok susu ± 1 menit
3. Apabila terjadi penjendalan, menandakan kualitas susu rendah. Jika
sebaliknya, maka kualitas susu masih baik.
c. Uji viskositas (BJ) susu
Alat :
1. Lactodensimeter
2. Gelas ukur kapasitas 250 ml
Bahan
1. Susu sapi
Cara kerja Kerja
1. Tuang susu sebanyak 200 ml ke dalam alat lactodensimeter. Tunggu
sampai alat mengambang
2. Lihat angka laktodensimeter yang ditunjuk.
Jadwal Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada minggu pertama bulan Oktober
2018. Bertempat di Laboratorium Unit Teknologi Hasil Ternak,
III. PENGAMATAN KUALITAS TELUR A. Latar Belakang
Telur merupakan bahan pangan dengan struktur fisik yang khas tersusun dari
kulit, kantung udara dan isi yang terdiri dari putih telur (albumen) dan kuning telur
(yolk). Kulit telur mempunyai tekstur yang kaku dan cukup kuat untuk melindungi
isi telur dari pengaruh luar. Putih telur dan kuning telur sebenarnya dipersiapkan
sebagai makanan bagi pertumbuhan embrio.
Kulit Telur
Pada kulit telur sebelah dalam terdapat dua lapisan membran yang terpisah
pada ujung telur yang tumpul dan membentuk kantung udara (air shell). Kantung
udara terbentuk segera setelah ditelurkan induknya akibat terlepasnya gas-gas uap
air karena perbedaan suhu. Selama pertumbuhan embrio, kantung udara dapat
digunakan sebagai sumber oksigen.
Kulit telur tersusun dari kutikula, lapisan spongi (bunga karang), lapisan
mammilari dan membran kulit. Kutikula merupakan protein keratin yang
strukturnya sama dengan protein kuku dan rambut yang terhidrolisa atau larut
dalam asam. Kutikula menutupi pori -pori kulit telur sehingga dapat
menghambat keluarnya gas CO2dan uap air serta masuknya bakteri dan kapang.
Dengan demikian adanya kutikula dapat menghambat kerusakan atau penurunan
mutu telur. Sebagian besar kulit telur tersusun dari kalsium. Kulit telur terdiri
dari 94 – 97% kalsium karbonat (CaC03). Komponen lainnya 3– 6% merupakan
bahan-bahan organik dan pigmen. Poro-pori pada kulit telur bervariasi dalam
Isi Telur
Struktur putih telur dan kuning telur sebenarnya cukup kompleks dimana
putih telur sebenarnya tersusun dari tiga lapisan yaitu lapisan encer, lapisan semi
kental dan lapisan kental. Kuning telur dibungkus oleh suatu membran yang
disebut membrana viteline. Kuning telur tersusun dari lapisan gelap (kuning) dan
lapisan terang (putih) secara bergantian. Pada permukaan kuning telur terdapat
blastoderm (bintik tempat pertumbuhan awal embrio). Kuning telur diikat oleh
kalaza sehingga kedudukan kuning telur tetap stabil berada di tengah. Adanya
latebra menyebabkan blastoderm tetap di permukaan sebelah atas kuning telur.
Mutu atau kualitas telur utuh ditentukan berdasarkan kondisi kulit seperti
kebersihan, keretakan, bentuk dan tekstur atau kekerasan, kantung udara
(kedalaman, volume dan posisi) serta isi telur (kejernihan, kekentalan dan
ketegaran). Penentuan mutu telur sering dilakukan dengan cara candling
(peneropongan) sehingga dapat diketahui adanya penyimpangan pada kulit dan isi
telur. Selain dapat ditentukan secara subjektif, mutu telur juga dapat ditentukan
secara objektif dengan mengukur kedalaman kantung udara, indeks putih telur,
indeks albumen, nilai Z dan Indeks Haugh (Haugh Unit). Pengukuran indeks putih
dan kuning telur, indeks Haugh merupakan pengukuran tidak langsung terhadap
ketegaran putih dan kuning telur. Pengukuran ketebalan kulit telur merupakan
pengukuran tidak langsung terhadap tekstur atau kekerasan telur utuh. Dalam
penilaian kuning telur dapat juga dilakukan pengukuran porositas kulit dan warna
kuning telur. Porositas berhubungan dengan kehilangan berat telur selama
penyimpanan. Pengukuran warna kuning telur terkadang merupakan syarat dalam
industri pengolahan teiur dengan menggunakan standar warna dan
spektrofotometer.
Tabel 3. Standar Mutu Telur Menurut USDA
Parameter Kelas
AA A B C
Kulit Bersih, utuh,
normal
Kuning Telur Batas jelas,
ditengah,
Batas jelas Batas hilang
Putih Telur Jernih, kental Jernih, agak
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah mahasiswa dapat
menentukan kualitas telur.
C. Luaran
Luaran yang diharapkan adalah berupa laporan akhir yang ditulis tiap-tiap
mahasiswa yang akan menjadi salah satu sumber pengetahuan yang bermanfaat.
D. Materi Praktikum
Adapun materi yang digunakan untuk mengamati kualitas telur adalah
a. Bahan
1. Telur ayam ras
b. Alat
7. Cawan petri besar
8. Piring ceper
E. Langkah Kerja dan Jadwal Praktikum
a. Langkah Kerja
1. Pengamatan Kualitas Telur Secara Eksternal
Kualitas telur dapat diamati secara eksternal dan internal.
1. Mengukur panjang telur (jarak antara ujung runcing dan ujung tumpul) atau
disebut sumbu panjang
2. Diukur diameter panjang dari sumbu pendek lainnya
3. Menghitung perbandingan antara sumbu pendek dan sumbu panjang, dikali
4. Hitung untuk mengetahui beratnya
2. Pengamatan internal telur
1. Memecakan telur
2. Tinggi albumen diukur dengan menggunakan Vernier calipers. Panjang
elips albumen kental diukur dari sumbu panjang dan pendek dengan alat
yang disebut cutimeter, kemudian dicari rata-ratanya yang digunakan
sebagai lebar rata-rata albumen. Tinggi albumen : lebar rata-rata adalah
nilai indek albumen.
3. Pisahkan albumen dengan yolk menggunakan yolk separator. Indeks yolk =
tinggi yolk : diamater yolk.
4. Nilai pH diukur dengan menggunakan pH meter
5. Tebal kerabang diukur dengan menggunakan shell-egg-thickness (peacock)
6. Diameter rongga udara (air-shell) diukur dengan cutimeter/jangka sorong
7. Warna yolk diukur dengan yolk colour fan
b. Jadwal Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada minggu pertama bulan Oktober 2018.
Bertempat di Laboratorium Unit Teknologi Hasil Ternak, Fakultas
IV. PENGAMATAN STRUKTUR KULIT A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ tunggal yang cukup berat, pada manusia lebih
kurang 16% dari berta tubuh, sedangkan pada ternak sekitar 10%. Pada sapi,
domba dn kambing masing-masing sekitar 6-8%, 12-15% dan 8-12%. Nilai kulit
hanya sekitar 10-15% dari nilai karkas (Soeparnoet. al, 2011).
Fungsi utama kulit adalah untuk melindungi dan menutup organ ataupun
jaringan yang ada di bawahnya dari pengaruh luar tubuh misalnya bakteri,
tekanan fisik dan radiasi sinar ultraviolet (Soeparnoet. al, 2011).
Kulit ternak pada dasarnya sama yaitu tersusun dari jaringan yang secara
histologist terdiri dari epidermis, korium dan dermis, dan jaringan-jaringan lain
yang terdapat didalamnya. Sifat fisik kulit mentah dipengaruhi oleh keadaan
ternak waktu masih hidup, sifat-sifat tersebut dibawah pula setelah kulit
mengalami pengawetan dan penyamakan (Soeparnoet. al, 2011).
Struktur alami kulit ternak sangat penting bagi kulit samak yang
dihasilkan. Histologi kulit segar sangat penting bagi penyamak dan ahli kimia
kulit samak, dan yang lebih penting lagi adalah perubahan-perubahan struktur
yang terjadi ketika kulit diubah menjadi kulit samak. Penggunaan mikroskop dan
gambar potongan melintang kulit pada beberapa proses penyamakan memberikan
pemahaman yang lebih baik (Soeparnoet. al, 2011).
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah mahasiswa
mengetahui histology kulit ternak.
C. Luaran
Luaran yang diharapkan adalah berupa laporan akhir yang ditulis
tiap-tiap mahasiswa yang akan menjadi salah satu sumber pengetahuan yang
D. Materi Praktikum
Alat dan bahan
1. Mikroskop
2. Preparat Awetan
E. Langkah Kerja dan Jadwal Praktikum a. Langkah kerja
1. Mengamati (dengan mikroskop) preparat awetan kulit yang telah disiapkan.
2. Menggambar hasil pengamatan dan memberi keterangan.
b. Jadwal Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada minggu pertama bulan Oktober 2018.
Bertempat di Laboratorium Unit Teknologi Hasil Ternak, Fakultas
DAFTAR PUSTAKA
Soeparno, R.A. Rihastuti., Indratiningsih, S. Triatmojo. 2011. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
FORMAT LAPORAN
B. Tujuan dan Manfaat Praktikum 2sp
III. MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
2,5 sp
2,5 sp
……… ………1,5
sp...
V. KESIMPULAN DAN SARAN
2,5 sp
1. Margins : Top:4, Left :4, Buttom:3, Right: 3 2. Jenis huruf : times new roman