• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNOLOGI HASIL TERNAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK PRAKTIKUM DASAR TEKNOLOGI HASIL TERNAK"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

1

PETUNJUK PRAKTIKUM

DASAR TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Nama mahasiswa : ………

NIM

: ………

Kelompok

: ………

Disusun oleh:

Tim Dosen Dasar Teknologi Hasil Ternak

BAGIAN TEKNOLOGI HASIL TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021

(2)

2

DOSEN PENGAMPU

Dr. Khotibul Umam Al Awwaly, S.Pt., M.Si Prof. Dr. Ir. Djalal Rosyidi, AP.,MS.,IPU., ASEAN Eng

Prof. Dr. Ir. Lilik Eka Radiati, MS.,IPU Dr. Ir. Imam Thohari, MP., IPM., ASEAN Eng.

Dr. Ir. Manik Eirry Sawitri, MS Dr. Ir. Purwadi, MS Dr. Ir. Mustakim, MP., IPM Dr.

Dr. Agus Susilo, S.Pt., MP., IPM., ASEAN Eng Dr. Herly Evanuarini, S.Pt, MP

Dr. Abdul Manab, S.Pt, MP Mulia Winirsya Apriliyani, S.Pt, M.P Dr. Premy Puspitawati Rahayu, S.Pt, M.P

Ria Dewi Andriani, S.Pt. M.Sc. M.P Dicky Tri Utama, S.Pt., PhD

ASISTEN PENDAMPING

I Putu Angga Mayobhayu Sumertha Rani Sartika

Hikmatun Ni’mah Nabila Adelia Sabrina

(3)

3

PERATURAN PRAKTIKUM Peraturan

1. Semua praktikan wajib datang tepat waktu.

2. Semua praktikan wajib mengikuti semua rangkaian praktikum (presensi 100%).

3. Praktikan wajib mengerjakan dan menyerahkan laporan praktikum tepat pada waktunya. 4. Praktikum akan dilaksanakan melalui Google Classroom dan Zoom.

5. Selama praktikum berlangsung, praktikan wajib menyalakan kamera dan menonaktifkan mikrofon.

6. Praktikan wajib menggunakan pakaian bebas, rapi, dan sopan.

7. Praktikan wajib bergabung ke dalam Zoom 15 menit sebelum praktikum dimulai.

8. Praktikan dapat berkomentar dan bertanya melalui kolom komentar dengan kalimat yang baik dan sopan.

9. Setiap pelanggaran peraturan akan dikenakan sanksi.

Sanksi

1. Bila presensi praktikum kurang dari 100%: nilai praktikum tidak dikeluarkan. 2. Tidak mengerjakan/mengumpulkan tugas: tidak boleh mengikuti praktikum.

3. Terlambat mengumpulkan laporan praktikum: pengurangan nilai praktikum sebesar satu point.

(4)

4

KATA PENGANTAR

Buku Petunjuk Dasar Teknologi Hasil Ternak disusun untuk membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum sehingga dapat memahami materi-materi praktikum yang dilakukan.

Kami sampaikan terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu penyusunan buku penuntun praktikum ini. Kami menyadari bahwa penuntun praktikum ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu dengan senang hati kami menerima kritik serta saran guna perbaikannya.

Semoga buku penuntun praktikum ini dapat berguna bagi mahasiswa yang mempelajari Dasar Teknologi Hasil Ternak.

Malang, 15 April 2021

(5)

5

PRODUK HASIL TERNAK A. SUSU

Susu adalah cairan berwarna putih kekuningan atau putih kebiruan yang merupakan sekresi kelenjar ambing sapi laktasi tanpa ada penambahan atau pengurangan komponen dan belum megalami pengolahan (Purwadi dkk., 2017). Susu memiliki kadar air 88,6%; kadar abu 0,7%; kadar lemak 3,3%; kadar protein 2,9% dan kadar karbohidrat 4,5% (Gulo, 2006). Menurut SNI No. 32-TAN-1997: titik beku susu -0,52 sampai - 0,56˚C.

Susu dapat difermentasi secara spesifik yang menghasilkan produk-produk seperti kefir dan koumiss yang bersifat asam dan mengandung etanol, dengan spesifikasi bulgarian (asam tinggi), acidophilus dan yoghurt (asam sedang), cultured buttermilk, dan cultured cream (asam rendah) (Shavit, 2008 dan Belkaaloul et al., 2010). Yoghurt adalah minuman dibuat dari fermentasi susu segar dan atau susu skim dengan starter yaitu bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dan atau bakteri asam laktat lain yang sesuai. Yoghurt memiliki cita rasa asam yang merupakan akumulasi dari asam laktat dan flavor yang khas (dari komponen asetaldehida, sejumlah kecil diasetil, aseton, asetoin, dan sebagainya) merupakan hasil dari aktivitas starter bakteri (bakteri asam laktat atau BAL) dalam fermentasi susu (Anonim, 2009). Produk lain susu fermentasi adalah kefir. Kefir merupakan susu fermentasi yang berasal dari daerah Kaukasus dan dipercaya mempunyai khasiat pengobatan. Mikroorganisme yang ditambahkan pada pembuatan kefir adalah bakteri asam laktat dan khamir. Penambahan khamir pada pembuatan kefir maka kefir mengandung alkohol sekitar 0,8%. Selain itu susu dapat dipasteurisasi. Pasteurisasi adalah pemanasan susu pada suhu dan waktu tertentu dengan tujuan membunuh bakteri pathogen dan tidak mengubah cita rasa serta komposisi susu. Pasteurisasi biasanya dilakukan dengan metode LTLT (Low Temperature Long Time) dan HTST (High Temperature Short Time). Pasteurisasi LTLT dengan pemanasan dengan suhu 62,2˚- 65˚C selama 30 menit, sedangkan pasteurisasi HTST dengan pemanasan suhu 72˚C selama 15 detik.

B. DAGING

Daging adalah bagian dari hewan yang dipotong dan lazim dikonsumsi manusia, termasuk otak serta isi rongga dada dan rongga perut. Hewan potong yang dimaksud adalah ternak ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing), kuda, dan unggas (ayam, itik, entok, burung dara, kalkun, angsa, burung puyuh, dan belibis) (Gustiani, 2009). Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe, ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik, mineral), dan stres. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging adalah metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH daging, enzim pengempuk, hormon, antibiotik, lemak marbling, metode penyimpanan, metode preservasi, macam otot dan lokasinya. Daging sapi memiliki kadar air 71,93%, kadar lemak 2,50%, dan kadar protein 20,11% (Matulessy, Edi dan Rusman, 2010)

Bahan pangan yang berasal dari daging sangat disukai oleh masyarakat umum karena rasa dan nilai gizi yang terkandung. Asam-asam amino yang lengkap dan seimbang dalam daging memberikan nilai nutrisi yang tinggi. Kandungan nilai gizi daging dari setiap

(6)

6

jenis ternak relatif berbeda, setiap 100 gr daging dapat memenuhi kebutuhan gizi orang dewasa sekitar 10% kalori, 50% protein, dan 35% zat besi (Fe) setiap harinya.

Pengolahan dan pengawetan daging dilakukan untuk memperpanjang masa simpan daging, meningkatkan cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen, serta dapat mempertahankan nilai gizinya. Beberapa bentuk hasil pengolahan daging diantaranya ialah sosis, kornet, dendeng, pindang, abon, bakso, nugget dll. Sedangkan beberapa cara pengawetan yang sering dilakukan ialah dengan cara pembekuan, pelayuan, pengeringan, pengasinan, pengasapan dan pengalengan.

C. TELUR

Telur merupakan bahan pangan yang bergizi dan dibutuhkan oleh manusia. Telur mengandung protein, lemak, mineral, dan vitamin sehingga telur merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia. Komposisi kimia telur ayam terdiri dari air sekitar 73,6%, protein 12,8%, lemak 11,8%, karbohidrat 1,0%, dan komponen lainnya 0,8% (Nova, Tintin dan Veronica, 2014). Mutu telur dan produk olahannya merupakan faktor penting yang berkaitan dengan nilai gizi dan harapan yang dikehendaki oleh konsumen. Selera konsumen terhadap mutu telur utuh yang segar maupun telur awetan dan produk-produk telur seyogyanya terpenuhi dengan menjaga kualitas bahan pangan tersebut.

Mutu telur dapat dilihat dari sisi eksternal dan internal. Mutu eksternal meliputi ukuran telur, bentuk telur, warna cangkang, tekstur cangkang, cacat-cacat (defect) yang ada pada telur, dan kebersihan telur. Sedangkan mutu internal telur dapat dilihat dari besar kecilnya rongga udara telur, isi telur (putih dan kuning telur) belum mengalami perubahan. Pengamatan mutu telur internal dengan mudah dapat dilakukan dengan memecah cangkang telur kemudian diperiksa Indeks putih telur maupun indeks kuning telur.

Telur yang baru keluar dari induk biasanya steril, begitu sudah mengalami penyimpanan biasanya terkontaminasi oleh mikroorganisme. Telur merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, sehingga selama penyimpanan perlu mendapatkan perhatian, misalnya dilakukan pengawetan. Bakteri dan jamur biasanya terdapat pada permukaan cangkang telur, akibat pencemaran dari kotoran feses atau kotoran lain. Jumlah spora jamur pada cangkang telur segar awalnya sekitar 200 – 500 unit, namun akan semakin bertambah dengan cepat tergantung pada lingkungan penyimpanannya. Pengawetan telur segar perlu dilakukan dengan tujuan agar mutu telur dapat dipertahankan, sehingga telur dapat disimpan lebih lama dengan mutu yang masih baik.

D. MADU

Madu merupakan cairan yang dihasilkan lebah madu dengan mengambil nektar yang berasal dari sari bunga tanaman (floral nektar) atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar) atau ekskresi serangga dan umumnya mempunyai rasa manis. Madu dapat dibedakan menjadi dua golongan menurut proses pengambilannya, yaitu madu ekstraksi (extracted honey) dan madu paksa (strained honey). Madu ekstraksi yaitu madu yang didapatkan dengan cara proses ekstraksi yang menggunakan alat ekstraktor dimana sarang lebah tidak rusak. Sedangkan strained honey adalah madu yang berasal dari sarang lebah yang sudah dirusak dengan cara pengepresan, penekanan atau dengan cara lainnya.

(7)

7

Madu bersifat higroskopis, yaitu kemampuan madu untuk menyerap uap air dari udara sekitarnya sampai mencapai kesetimbangan. Jika kelembapan relatif udara (RH) tinggi maka kadar air madu akan tinggi. Standar maksimum kadar air madu di Indonesia adalah 22%. Madu memiliki kadar air 17,2%, kadar protein 0,5%, kadar karbohidrat 82,4%, dan kadar lemak 0,1% (Wulandari, 2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air pada madu adalah pengelolaan saat panen, iklim serta jenis nektar yang dikumpulkan oleh lebah.

E. HASIL SAMPING TERNAK

Hasil samping ternak merupakan produk hasil peternakan selain produk utama (daging, susu, telur) yang dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomis. Pada umumnya hasil samping ternak bersifat sangat mudah rusak (highly perishable) sebagaimana hasil peternakan yang utama seperti daging, susu, dan telur. Sifat fisik dan kimia hasil samping ternak yang memungkinkan berbagai kerusakan baik fisik, mekanik, kimia dan mikrobiologi mudah terjadi. Hasil samping ternak umumnya mempunyai tekstur yang lunak, kadar air tinggi, komponen zat-zat gizi dan sejumlah enzim yang masih aktif. Faktor-faktor ini sangat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan yang akan mengakibatkan kerusakan.

Hasil pemotongan ternak yaitu karkas dan non karkas dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Karkas merupakan hasil utama pemotongan ternak dan dapat mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada non karkas. Bagian non karkas atau yang biasanya disebut offal terdiri atas bagian yang layak dimakan (edible portion) dan bagian yang tidak layak dimakan (inedible portion atau by-product).

Komponen-komponen yang tidak layak dimakan dapat diproses dan dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Beberapa komponen non karkas yang diolah dengan menggunakan teknologi canggih dapat memberikan keuntungan finansial yang besar. Hasil pengolahan komponen non karkas termasuk komponen yang tidak layak dikonsumsi manusia antara lain adalah tepung tulang, tepung hati, tepung darah, tepung daging dan sisa-sisa daging serta alat dalam yang tidak dimakan. Hasil olahan yang berasal dari kulit, tanduk dan kuku juga sangat bermanfaat.

Kulit ternak dapat diolah menjadi produk yang berguna seperti: sepatu, jaket, peralatan olahraga dan seni, cecek, wayang kulit, hiasan dinding, tas, lem, peralatan tidur, dan kerupuk kulit. Kulit memiliki kadar air 64%, kadar protein 28%, kadar lemak 7%, kadar abu 0,5% dan komposisi bahan lain 0,5% (Thohari dkk., 2017). Jeroan ternak banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Jeroan mengandung gizi cukup tinggi dan harganya lebih murah dibanding daging. Secara umum dapat disimpulkan bahwa manfaat yang dapat diperoleh dari pengolahan bagian-bagian non karkas adalah manfaat ekonomi (penghasilan), gizi manusia, kebersihan dan kesehatan masyarakat (lingkungan), sumber pakan dan bahan bakar serta variasi sumber pangan.

(8)

8

ANALISIS PROKSIMAT

Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu bahan pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di Weende, Jerman (Hartadi et al., 1997). McDonald et al. (1995) menjelaskan bahwa analisa proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Pengujian secara proksimat yang diperlukan untuk menganalisis berbagai mutu bahan/produk pangan ini meliputi:

1. Pengujian kadar air 2. Pengujian kadar lemak 3. Pengujian kadar protein 4. Pengujian kadar karbohidrat 5. Pengujian kadar serat 6. Pengujian kadar abu

Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu melakukan analisis proksimat produk hasil ternak yang meliputi: kadar air, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar serat, dan kadar abu.

2. Untuk mengetahui kandungan zat makanan dari bahan pangan yang akan diuji

3. Untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam menganalisis proksimat baik meliputi pengetahuan dasar dan aplikasinya.

(9)

9

UJI KADAR AIR Uji Kadar Air Dengan Pengeringan (Gravimetri) Prinsip

Menguapkan kadar air yang ada dalam bahan pangan (sampel) dengan pemanasan, kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan.

Tujuan

Untuk mengetahui kadar air dalam bahan pangan.

Peralatan

1. Oven 2. Cawan petri 3. Eksikator

4. Timbangan analitik 5. Mortar dan alu 6. Penjepit

Bahan

1. Sampel

Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dioven cawan petri pada suhu 105 ⁰C selama 24 jam. 3. Dimasukkan ke dalam eksikator selama 15-30 menit. 4. Ditimbang cawan petri.

5. Dihaluskan sampel dengan mortar dan alu. 6. Diletakkan sampel dalam cawan petri. 7. Dioven pada suhu 105 ⁰C selama 24 jam. 8. Dimasukkan eksikator selama 15-30 menit. 9. Ditimbang sampel sampai berat konstan. 10. Dihitung dengan rumus:

% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝐵𝑆 − (𝐵𝐶𝑆 − 𝐵𝐶)

𝐵𝑆 𝑥100%

Keterangan:

BS = berat sampel

BCS = berat cawan petri + sampel setelah dioven BC = berat cawan petri

(10)

10

Hasil Praktikum

Sampel Berat cawan

petri Berat sampel

Berat cawan petri + sampel setelah dioven

% Kadar air

(11)
(12)

12

(13)

13

BAB I PENDAHULUAN

(14)

14

BAB II

(15)

15

BAB III PEMBAHASAN

(16)
(17)

17

BAB IV PENUTUP

(18)

18

(19)

19

(20)

20

UJI KADAR LEMAK Uji Lemak Menggunakan Soxhlet

Prinsip

Ekstraksi sampel menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik

Tujuan

Untuk mengetahui kadar lemak pada suatu sampel atau bahan

Peralatan 1. Sohxlet 2. Oven 3. Eksikator 4. Timbangan analitik 5. Penjepit 6. Erlenmeyer 7. Gelas ukur 8. Corong kaca Bahan 1. Sampel Prosedur Kerja

1. Dioven kertas saring dan kapas 105 °C selama 12 jam. 2. Dimasukkan dalam eksikator 15-30 menit.

3. Ditimbang dengan timbangan analitik.

4. Ditambahkan sampel yang telah dilakukan uji kadar air sebanyak l gram. 5. Dibungkus sampel dengan kertas saring dan kapas membentuk silinder.

6. Ditambahkan larutan Petroleum Eter (PE) atau Petroleum Benzene (40 ml diatas, 60 ml di bawah).

7. Diekstraksi sampel selama 2-3 jam. 8. Diambil sampel yang dibungkus tersebut.

9. Diangin-anginkan sebentar, lalu dimasukkan dalam oven 105 oC selama 24 jam. 10. Dimasukkan dalam eksikator 15-30 menit.

11. Ditimbang dengan timbangan analitik.

12. Dihitung kadar lemak tersebut dengan rumus:

% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝐵𝑆(𝐵𝐾𝑆 − 𝐵𝐾)

𝐵𝑆 𝑥100%

Keterangan:

BS = berat sampel

BKS = berat kertas saring + kapas + sampel setelah dioven BK = berat kertas saring

(21)

21

Hasil Pengamatan

Sampel Berat kertas

saring + kapas Berat sampel

Berat kertas saring + kapas + sampel setelah dioven %Kadar lemak Perhitungan

(22)
(23)

23

(24)

24

BAB I PENDAHULUAN

(25)

25

BAB II

(26)

26

BAB III PEMBAHASAN

(27)
(28)

28

BAB IV PENUTUP

(29)

29

(30)

30

(31)

31

(32)

32

UJI KADAR PROTEIN a. Uji Protein Menggunakan Titrasi Formol (N×6,38)

Prinsip

Menetralkan larutan dengan basa NaOH membentuk dimethilol dengan penambahan formaldehid yang mana gugus amino sudah terikat dan tidak mempengaruhi reaksi asam basa NaOH. Indikator yang digunakan adalah PP. Reaksi akhir titrasi akan terjadi perubahan warna pink.

Tujuan

Untuk mengetahui kadar N dalam sampel cair.

Peralatan 1. Erlenmeyer 100 mL 2. Pipet tetes 3. Gelas ukur 10 mL 4. Gelas ukur 100 mL 5. Beaker glass 100 mL 6. Buret 25 mL 7. Corong

8. Klem dan statif

Bahan 1. Sampel 2. Aquadest 3. NaOH 0,1 N 4. Formaldehid 40% 5. K-oksalat jenuh 6. Indikator PP Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditambah 10 mL sampel ke dalam Erlenmeyer. 3. Ditambah aquadest 20 mL.

4. Ditambah K-oksalat jenuh 0,4 mL. 5. Ditambah indicator PP 1 mL. 6. Ditunggu 2 menit.

7. Dititrasi hingga berwarna pink.

8. Ditambah formaldehid 40% sebanyak 2 mL. 9. Dititrasi kembali.

10. Dilakukan prosedur serupa untuk membuat larutan blanko.

(33)

33

%𝑁 =𝑚𝐿 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 14,008

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)𝑥 10 𝑚𝐿/𝐿 𝑥 100%

b. Uji Kadar Protein Menggunakan Metode Kjeldahl (Soedarmadji, Haryono, dan Suhardi, 1997)

Prinsip

Protein dan komponen organik dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion-ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N sampai warnanya menjadi biru atau hijau jernih.

Tujuan

Untuk mengetahui kadar N pada sampel padat

Peralatan

1. Labu Kjeldahl 2. Klem dan statif 3. Timbangan analitik 4. pH meter 5. Alat destilasi 6. Destruktor 7. Buret 8. Gelas ukur 15 ml 9. Pipet tetes 10. Mortar dan alu 11. Erlenmeyer 12. Corong 13. Scrubber 14. Penjepit 15. Labu destilator Bahan 1. Sampel 2. Tablet Kjeldahl 3. H2SO4 pekat 4. NaOH 40% 5. Asam borat 6. H2SO4 0,1 N 7. Aquadest 8. Indikator mix 9. NaOH 0,1 N

(34)

34

Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Ditimbang sampel 0,1 – 1 gram kemudian dihaluskan dengan mortar dan alu. 3. Destruksi

− Dimasukkan sampul ke dalam labu kjeldahl, ditambah H2SO4 pekat 15 ml dan ditambah setengah tablet kjeldahl.

− Didestruksi dengan suhu 375 ˚C selama 53 menit. 4. Destilasi

− Dimasukkan NaOH 40% sebanyak 20 ml, ditambahkan aquadest 50 ml.

− Dimasukkan ke dalam labu destilasi, lalu disiapkan erlenmeyer pada alat destilasi, ditambah H2SO4 0,1 N sebanyak 25 ml dan indikator mix sebanyak 3 tetes. − Dididihkan dengan voltase 7-8 volt selama 15 menit, lalu didiamkan selama 1-2

menit sampai tidak mendidih secara sempurna. 5. Titrasi

− Dititrasi hasil destilasi dengan NaOH hingga warna berubah menjadi biru atau hijau jernih, lalu dibuat larutan blanko dan dihitung volume titrasi.

6. Dihitung kadar N menggunakan rumus:

%𝑁 =(𝑚𝐿 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜) 𝑥 100 𝑥 14,008 𝑥 6,25

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝑔)𝑥 1000 𝑥 100%

Hasil Pengamatan

Sampel mL NaOH N Berat sampel %N

(35)
(36)

36

(37)

37

BAB I PENDAHULUAN

(38)

38

BAB II

(39)

39

BAB III PEMBAHASAN

(40)
(41)

41

BAB IV PENUTUP

(42)

42

(43)

43

(44)

44

UJI KARBOHIDRAT a. Karbohidrat (Laktosa)

Prinsip

Laktosa bersifat reduktor akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+, kelebihan Cu2+ ditetapkan dengan titrasi iodometri. Dengan menetapkan larutan blanko, maka volume natrium tiosulfat yang dibutuhkan untuk menitrasi kelebihan Cu2+ dapat diketahui, dan setara dengan jumlah laktosa yang terdapat dalam sampel.

Tujuan

Untuk mengetahui kadar laktosa dalam suatu sampel dengan metode Luff Schoorl.

Peralatan

1. Alat reflux 2. Hot plate 3. Buret

4. Klem & statif 5. Erlemeyer 6. Beaker glass 7. Batang pengaduk 8. Pipet volume 9. Gelas ukur 10. Corong Bahan 1. Sampel

2. Larutan luff schorl 3. Larutan kalium iodat 4. Natrium Tiosulfat 0,1 N 5. Indikator amilum 1% 6. Al(OH)3

7. H2SO4 26,5%

8. Larutan natrium karbonat 9. HCl 10. NaOH 11. Aquades 12. Kertas saring 13. Indikator amilum 14. ZnSO4 15. KI 20% 16. Na2S2O3

(45)

45

1. 2,5 g CuSO4.5H2O sejauh mungkin bebas besi, dilarutkan dalam 10 mL air 2. 5 g asam sitrat dilarutkan dalam 5 mL air

3. 38,8 g soda murni (Na2CO3.10H2O) dilarutkan dalam 40 mL air mendidih

4. Larutan asam sitratnya dituangkan dalam larutan soda sambil digojog hati – hati, ditambahkan larutan CuSO4, sesudah dingin ditambah air sampai 100 mL. Bila terjadi kekeruhan, didiamkan kemudian disaring.

Pembuatan Larutan ZnSO4

ZnSO4.10H2O 375 gram dilarutkan dalam 2125 mL aquades.

Pembuatan Larutan Pati

1 g pati yang dapat larut dicampur dengan 1mg HgI dan 3mL aquades, ditambahkan pada 100mL aquades yang sedang mendidih.

Pembuatan Bubur Al(OH)3, Tawas

1. Larutkan tawas dalam air (1:20).

2. Masukkan dalam amoniak 10% (1 bagian tawas : 1,1 bagian amoniak 10%).

3. Endapan yang diperoleh dibiarkan mengendap, cairan yang terdapat di atasnya dituang.

4. Endapan ditambah air, diaduk, dibiarkan, kemudian cairan dibuang lagi. Pekerjaan ini diulang kembali sampai cairannya tidak bereaksi basis. Endapannya disimpan sebagai pasta.

Pembuatan Larutan 0,1 N Na2S2O3

1. Untuk menyiapkan larutan 0,1 N Na2S2O3, timbanglah 6,25 g Na2S2O3.5H2O.

1. Pindahkan ke dalam labu ukur 250 mL.

2. Tambahkan 0,075 g Na2CO3 dan encerkan dengan aquades sampai tanda.

3. Larutan ini disimpan tertutup untuk di standarisasi dan dipakai.

Pembuatan Larutan KIO3

1. Timbanglah 25 mg kalium iodat (KIO3), (BM=214,016, berat ekuivalen = 35,67) dan pindahkan ke dalam labu erlenmeyer 50 mL.

2. Larutkan dengan aquades secukupnya. Tambahkan ±2 g KI (padat atau sebagai larutan 10 – 20%). Buatlah 3 kali ulangan.

3. Tambahkan 10 mL 2N HCl. Peringatan: titrasi harus segera dijalankan setelah penambahan HCl ini.

4. Titrasilah larutan iodat ini dengan larutan Na2S2O3 (dalam buret) yang akan di standarisasi sampai warna berubah dari merah bata menjadi kuning pucat.

5. Kemudian tambahkan 1-2 mL larutan pati dan lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang.

Hitunglah normalitas larutan Na2S2O3 dari hasil rata-rata 3 kali ulangan.

𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 = 𝑔 𝐾𝐼𝑂3

(46)

46

Prosedur Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dimasukkan 10 mL sampel ke dalam Erlenmeyer. 3. Ditambah ZnSO4 sebanyak 5 mL.

4. Ditambah NaOH 0,1 N sebanyak 5 mL. 5. Ditambah aquadest hingga volume 50 mL. 6. Ditunggu selama 10 menit hingga mengendap. 7. Difiltrasi dengan corong dan kertas saring.

8. Diambil filtrate 10 mL di bagian paling bawah lalu dibuang.

9. Diambil filtrate 1 mL di bagian atas, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL. 10. Ditambah Luff Schoorl sebanyak 10 mL.

11. Dihomogenkan.

12. Direfluks sampai mendidih selama 2 menit dipertahankan suhunya selama 10 menit. 13. Didinginkan di atas nampan berisi air hingga mencapai suhu ruangan.

14. Ditambah KI 20% sebanyak 10 mL. 15. Ditambah H2SO4 26,5% sebanyak 15 mL. 16. Dihomogenkan.

17. Ditambah amilum 1 mL (10 tetes).

17. Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai warna berubah menjadi putih susu.

18. Dibuat larutan blanko dengan mengganti 10 mL sampel dengan 10 mL aquades. 19. Dihitung kadar laktosa, dengan menggunakan Tabel I.

mL Na2S2O3 (0,1 N) mg Laktosa mL Na2S2O3 (0,1 N) mg Laktosa

1 3,6 11 40,8 2 7,3 12 44,6 3 11,0 13 48,4 4 14,7 14 52,2 5 18,4 15 56,0 6 22,1 16 59,9 7 25,8 17 63,8 8 29,5 18 67,7 9 33,2 19 71,7 10 37,0 20 75,7 Perhitungan Volume X = |𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙| 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 (0,1 𝑁) 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑋 𝑚𝑔 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑜𝑠𝑎 (𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙) 𝑚𝑔 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑜𝑠𝑎 (𝑋) Contoh Soal

Hasil uji karbohidrat

Sampel Vo V1 ΔV

Susu bubuk 1,5 19 17,5

(47)

47 Yoghurt 7 26,5 19,5 Blanko 15 36 21 Susu bubuk: Volume X = |𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙| = |21 − 17,5| = 3,5 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 (0,1 𝑁) 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑋 𝑚𝑔 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑜𝑠𝑎 (𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙) 𝑚𝑔 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑜𝑠𝑎 (𝑋) 4 3,5 14,7 𝑚𝑔 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑜𝑠𝑎 (𝑋) 4 mg laktosa (X) = 51,45 mg laktosa (X) = 51,45 4 = 12,86 mg

b. Karbohidrat Dengan Metode Luff Schoorl

Cara yang digunakan untuk menentukan banyaknya karbohidrat dalam suatu bahan yaitu antara lain dengan cara kimiawi cara fisik, cara enzimatik atau biokimiawi, dan cara kromatografi. Penentuan karbohidrat yang termasuk polisakarida maupun oligosakarida memerlukan perlakuan pendahuluan yaitu hidrolisa lebih dahulu sehingga diperoleh monosakarida. Bahan dihidrolisa dengan asam atau enzim pada suatu keadaan yang tertentu. Penentuan monosakarida yang dihasilkan dapat dengan cara sebagai berikut: Prinsip analisa ini adalah gula direaksikan dengan luff schoorl berlebih. Kelebihan luff dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat. Metode ini prinsip kerjanya adalah titrasi iodium bebas dalam larutan, dengan Na2S2O3 dan natrium sitrat bereaksi

membentuk CuO yang berada dalam suasana basa Na2CO3 seperti reaksi berikut ini.

CuSO4 (aq) + Na2CO3 (aq) → CuCO3 (aq) + Na2SO4 (aq)

CuCO3 (aq) → CuO (aq) + CO2 (aq)

Pada penentuan karbohidrat dengan cara Luff-Schrool yang ditentukan bukannya kupro oksida yang mengendap tetapi dengan menentukan kupri oksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko) dan sesudah direaksikan dengan sampel gula reduksi (titrasi sampel). Penentuannya dengan titrasi menggunakan natrium tiosulfat. Selisih titrasi blanko dengan titrasi sampel ekuivalen dengan kupro oksida yang terbentuk dan juga ekuivalen dengan jumlah gula reduksi yang ada dalam bahan atau larutan. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat cara ini mula-mula kupri oksida yang ada dalam reagen akan membebaskan iod dari garam kalium iodida. Banyaknya iod yang dibebaskan ekuivalen dengan banyaknya kupri oksida. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Natrium tiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indikator amilum. Apabila larutan berubah warnanya dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Agar perubahan warna biru menjadi putih

(48)

48

dapat tepat maka penambahan amilum diberikan pada saat titrasi hampir selesai. Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikoreksi dengan tabel yang sudah tersedia yang menggambarkan hubungan antara banyaknya Natrium tiosulfat dengan banyaknya gula reduksi (Sudarmadji, S.1997).

Kemudian CuO ini bereaksi dengan monosakarida untuk membentuk endapan Cu2O. Endapan Cu2O bereaksi dengan asam kuat menjadi CuSO4 direaksikan dengan KI

menjadi CuI2. karena CuI2 ≈ I2, maka I2 bebas ini kemudian bereaksi dengan Na2S2O3

sampai warna berubah menjadi kuning pucat. Pada saat warna telah menjadi kuning pucat, segera ditambahkan amilum sehingga terbentuk kompleks iod-amilum yang berwarna biru tua.

Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

R-COH(aq) + CuO(aq) → Cu2O(s) + R-COOH

H2SO4(aq) + Cu2O(aq) → CuSO4(aq) + H2O(aq)

CuSO4(aq) + 2KI(aq) → CuI2(aq) + K2SO4(aq)

2CuI2(aq) → Cu2I2(aq) + I2(aq)

I2(aq) + Na2S2O3(aq) → Na2S2O6(aq) + I2(aq)

I2(aq) + amilum → warna biru tua

I2 dititrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang.

Penentuan Kadar Gula Sebelum Inversi

1. Timbang bahan padat yang sudah dihaluskan atau bahan cair sebanyak 2 g tergantung kadar gula reduksinya, dan pindahkan ke dalam labu takar 100 mL, tambahkan 50 mL aquades.

2. Tambahkan bubur Al(OH)3. Penambahan bahan penjernih ini diberikan tetes demi tetes sampai penetesan dari reagensia tidak menimbulkan pengeruhan lagi. Kemudian tambahkan aquades sampai tanda dan disaring.

3. Filtrat ditampung dalam labu takar 250 mL. Kemudian ditambah aquades sampai tanda, di gojog dan disaring.

4. Ambil 5 mL filtrat yang diperkirakan mengandung 15- 60 mg gula reduksi, masukkan dalam erlenmeyer dan tambahkan 15 mL larutan luff schoorl.

5. Dibuat pula perlakuan blanko yaitu 15mL larutan luff schoorl dengan 15 mL aquades. 6. Setelah ditambahkan beberapa butir batu didih, erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik (refluks), kemudian dididihkan. Diusahakan 2 menit sudah mendidih. Pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit.

7. Selanjutnya cepat-cepat didinginkan dan tambahkan 15 mL KI 20% dan dengan hati- hati ditambahkan 25 mL H2SO4 26,5%.

8. Tambahkan indikator pati sebanyak 2-3 mL.

9. Dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0,1 N sampai warna berubah dari coklat menjadi putih susu (untuk memperjelas perubahan warna pada akhir titrasi maka sebaiknya pati diberikan pada saat titrasi hampir berakhir).

Perhitungan kadar gula reduksi (sebelum inversi) a. 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 =

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,1 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3

b. % 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 =𝑊1

(49)

49 Keterangan:

W1= glukosa, mg (yang dihasilkan dari Tabel Luff Schoorl) Fp = faktor pengenceran

W = berat sampel (mg)

Penentuan Kadar Gula Setelah Inversi

1. Ambil 50 mL filtrat dari larutan (dapat diambil dari preparasi sampel yang sebelum inversi), masukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian ditambah dengan 25 mL aquades dan 10 mL HCl 30% (berat jenis 1,15). Panaskan diatas penangas air pada suhu 60- 700 oC selama 10 menit. Kemudian didinginkan cepat-cepat sampai suhu 20 oC. Netralkan dengan NaOH 45%, kemudian diencerkan sampai volume tertentu, sehingga 25 mL larutan mengandung 15-60 mg gula reduksi.

2. Diambil 5 mL larutan dan masukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambah 15 mL larutan Luff Schoorl. Dibuat pula percobaan blanko yaitu 15 mL larutan Luff Schoorl ditambah 15 mL aquades.

3. Tambahkan beberapa butir batu didih, erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian dididihkan. Diusahakan 2 menit sudah mendidih. Pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit.

4. Kemudian cepat-cepat didinginkan. Tambahkan 15 mL KI 20% dan dengan hati-hati ditambahkan 25 mL H2SO4 26,4%.

5. Tambahkan indikator pati sebanyak 2-3 mL.

6. Dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0,1 N sampai warna berubah dari coklat menjadi putih susu (untuk memperjelas perubahan warna pada akhir titrasi maka sebaiknya pati diberikan pada saat titrasi hampir berakhir).

Perhitungan kadar gula reduksi (setelah inversi)

a. 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 =𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,1 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3

b. % 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑟𝑒𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 =𝑊1

𝑊 𝑥 𝐹𝑃 𝑥 100%

Keterangan:

W1= glukosa, mg (yang dihasilkan dari Tabel Luff Schoorl) Fp = faktor pengenceran

W = berat sampel (mg)

% Kadar sakarosa = (% kadar gula setelah inversi - % kadar gula sebelum inversi) x 0,95

Angka Tabel Penetapan Kadar Sakarosa Menurut Luff-Schoorl

mL Na2S2O3 Glukosa Galaktosa Laktosa Maltosa

1 2,4 2,7 3,6 3,9 2 4,8 5,5 7,3 7,8 3 7,2 8,3 11,0 11,7 4 9,7 11,2 14,7 15,6 5 12,2 14,1 18,4 19,6 6 14,7 17,0 22,1 23,5

(50)

50 7 17,2 20,0 25,8 27,5 8 19,8 23,0 29,5 31,5 9 22,4 26,0 33,2 35,5 10 25,0 29,0 37,0 39,5 11 27,6 32,0 40,8 43,5 12 30,0 35,0 44,6 47,5 13 33,0 38,1 48,4 51,6 14 35,7 41,2 52,2 55,7 15 38,5 44,4 56,0 59,8 16 41,3 47,6 59,9 63,9 17 44,2 50,8 63,8 68,0 18 47,1 54,0 67,7 72,2 19 50,0 57,3 71,7 76,5 20 52,1 60,7 75,7 80,9 21 56,1 64,2 79,8 85,4 22 59,1 67,7 83,9 90,0 23 62,2 71,3 88,0 94,6

Sumber: Standar Industri Indonesia, Departemen Perindustrian Republik Indonesia (1975)

c. Kandungan Karbohidrat (Metode by Difference)

Penentuan karbohidrat paling sederhana adalah dengan cara perhitungan kasar (proximate analysis) atau yang dikenal carbohydrate by difference. Pengertian proximate analysis adalah suatu analis dimana kandungan karbohidrat termasuk serat kasar diketahui bukan melalui analisis tetapi perhitungan.

By difference merupakan perhitungan dengan cara mengurangkan 100 % dengan nilai total dari kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Perhitungan kadar karbohidrat dengan metode by difference memiliki kelemahan hasil yang kurang akurat. metode by difference memiliki kesalahan positif karena tidak dapat membedakan komponen non karbohidrat, diantaranya asam organik, tanin, dan lignin sehingga komponen tersebut ikut terhitung sebagai karbohidrat. Berikut ini rumus perhitungan karbohidrat menurut (Winarno 1986):

(51)

51

Hasil Pengamatan

Sampel Volume titrasi Na2S2O3 awal Volume titrasi Na2S2O3 akhir Volume titrasi sampel Blanko

Sampel Volume X mg Laktosa X

(52)
(53)

53

(54)

54

BAB I PENDAHULUAN

(55)

55

BAB II

(56)

56

BAB III PEMBAHASAN

(57)
(58)

58

BAB IV PENUTUP

(59)

59

(60)

60

(61)

61

UJI KADAR ABU Prinsip

Perhitungan kadar abu melalui pembakaran suatu sampel pada suhu tinggi 550-600˚C dan perhitungan pada zat tertinggal

Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar abu dalam suatu sampel

2. Untuk mengetahui baik buruknya pengolahan bahan tersebut

Peralatan 1. Tanur 2. Krus porselin 3. Eksikator 4. Timbangan analitik Bahan 1. Sampel

2. Pasir murni (kuarsa) 3. Gliserol-alkohol 4. Hidrogen peroksida

Prosedur Kerja

1. Dimasukkan porselin ke dalam oven dengan suhu 110 ˚C selama 1 jam. 2. Dimasukkan porselin ke dalam eksikator selama 1 jam.

3. Ditimbang porselin menggunakan timbangan analitik.

4. Ditimbang sampel dan dimasukkan ke dalam porselin (berat sampel 3-4 gram). 5. Ditambahkan zat anti buih.

6. Ditambahkan pasir murni, gliserol-alkohol, dan hydrogen peroksida. 7. Dimasukkan ke dalam tanur suhu 550-600˚C selama 4 jam.

8. Dimasukkan ke dalam eksikator selama 1 jam. 9. Ditimbang porselin dan sampel.

10. Dihitung kadar abu menggunakan rumus: 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (𝑤𝑏) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑏𝑢 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (𝑑𝑏) = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑏𝑢 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100% = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 (𝑤𝑏) 𝑥 100 100−% 𝑎𝑖𝑟

(62)

62

(63)

63

BAB I PENDAHULUAN

(64)

64

BAB II

(65)

65

BAB III PENUTUP

(66)

66

(67)

67

UJI KADAR SERAT Prinsip

Berdasarkan SNI No. 01-2891-1992 ekstraksi sampel dengan asam dan basa maka serat kasar akan terpisah dari bahan lainnya.

Tujuan

Untuk mengetahui kadar serat kasar pada suatu sampel dari hasil olahan pertanian dan peternakan. Peralatan 1. Erlenmeyer 2. Beaker glass 3. Oven 4. Timbangan analitik 5. Desikator 6. Corong 7. Penjepit 8. Reflux Bahan 1. Sampel 2. H2SO4 1,25% 3. NaOH 3,25%

4. Kertas saring whatman 42 5. Alkohol 36%

Prosedur

1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Ditimbang sampel.

3. Dimasukkan sampel ke dalam Erlenmeyer. 4. Dimasukkan 50 ml H2SO4 1,25%.

5. Direflux sampel selama 30 menit.

6. Ditambahkan NaOH 3,25% sebanyak 50 ml. 7. Disaring endapan sampel dengan kertas whatman. 8. Ditambahkan 50 ml alcohol 36%.

9. Ditimbang hasil endapan.

10. Dioven sampel dalam oven dengan suhu 105 ˚C. 11. Dimasukkan sampel ke dalam eksikator selama 1 jam. 12. Ditimbang sampel.

13. Dihitung kadar serat dalam sampel dengan rumus: % 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 = (𝑎 − 𝑏)

𝑐 𝑥 100% Keterangan:

(68)

68

a = berat kertas saring ditambah sampel yang telah dikeringkan (g) b = berat kertas saring (g)

(69)

69

(70)

70

BAB I PENDAHULUAN

(71)

71

BAB II

(72)

72

BAB III PENUTUP

(73)

73

(74)

74

TUGAS-TUGAS MANDIRI

Tulis tugas yang rapi dan bisa dibaca di kertas folio berdasarkan sumber pustaka

1. Ada berapa macam metode pengujian kadar air? Jelaskan! 2. Jelaskan fungsi eksikator pada pengujian kadar air!

3. Ada berapa macam metode pengujian kadar lemak? Jelaskan! 4. Jelaskan fungsi petroleum eter pada pengujian kadar lemak? 5. Ada berapa macam metode pengujian protein? Jelaskan!

6. Mengapa pengujian protein yoghurt menggunakan metode pengujian titrasi formol? Jelaskan!

7. Mengapa perhitungan protein menggunakan % N? Jelaskan!

8. Jelaskan secara singkat fungsi dari bahan-bahan berikut pada uji laktosa! a. ZnSO4

b. NaOH

c. Larutan luff schoorl d. H2SO4

e. KI f. Amilum g. Batu didih h. Na2S2O3

9. a. Jelaskan prinsip pengujian laktosa secara rinci dengan metode Luf Schoorl!

b. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses inversi! Bahan kimia apakah yang dapat digunakan untuk proses inversi?

10. Jelaskan secara singkat fungsi dari bahan-bahan berikut pada uji serat kasar! a. H2SO4 1,25%

b. NaOH 3,25%

c. Kertas saring whatman 42 d. Alkohol 36%

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

denizcilerinin Hint Okyanusu'nun hırçın ve sert dalgalarına yenik düşmelerinin en önemli nedeni, Akdeniz gibi nisbeten sakin ve kapalı bir deniz için yapılmış olan

GUI Model Script Function Class Lainnya:.... Menurut pendapat anda, aplikasi bidang keislaman apa saja yang dapat dibuat menggunakan Matlab? Boleh pilih lebih dari

Hal ini seperti yang ada di pondok pesantren Millinium yakni pendidikan anak usia dini yaitu mulai dari santri-santri balita, anak-anak, dan pendidikan pemberdayaan

Korupsi atau rasuah 1bahasa "atin  corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok2 adalah tindakan pejabat

Bank Umum Syariah periode 2014-2018. Hal ini mengindikasikan bahwa sebanyak apapun dana yang disalurkan tidak akan memicu terjadinya financial distress karena selama

Keerhasilan penetasan uatan tergantung an)ak faktor/ antara lain telur  tetas/ mesin tetas/ !an tatalaksana penetasan 74upri,atna !kk/ 2008 'alau pun  pa!a kon!isi

Pembayaran sistem deposit ini adalah membayar sebagian dari seluruh harga sebelum acara selesai atau beberapa hari sesudahnya. Staff waiter berdiri tegak dengan

Tujuan penelitian ini ialah untuk mempelajari keragaman karakteristik tanah dari data pemboran dengan intensitas pengamatan yang tinggi dan mencari hubungan spasial