Definisi MRP
MRP digunakan untuk perencanaan dan
pengendalian item barang (komponen) yang
tergantung (dependent) ada item-item yang
ada di tingkat (level) lebih tinggi. Jumlah item
yang hendak diproduksi pada tingkat yang
lebih tinggi menentukan jumlah item yang
akan dibuat atau diperlukan pada tingkat di
bawahnya.
Fungsi MRP
Sistem MRP mempunyai tiga fungsi
utama, yaitu:
sebagai kontrol tingkat persediaan,
penugasan komponen berdasar
urutan prioritas,
Dan penentu kebutuhan kapasitas
(capacity requirement) pada tingkat
yang lebih detail daripada proses
Input dan Output MRP
Master Production Schedule
Master Production Schedule
Planned Order Releases
Planned Order Releases
Work Orders
Work
Kemampuan Sistem MRP
Ada empat (4) kemampuan yang menjadi ciri
utama dari sistem MRP :
a. Mampu menentukan kebutuhan pada saat
yang tepat.
b. Membentuk kebutuhan minimal untuk
setiap item.
c. Menentukan pelaksanaan rencana
pemesanan.
d. Menentukan penjadwalan ulang atau
pembatalan atas suatu jadwal yang sudah
direncanakan.
Proses MRP membutuhkan lima sumber informasi
utama yaitu :
1. Master Production Schedule(MPS)
Yang merupakan suatu perencanaan definitif tentang produk akhir yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi, berapa jumlah kuantitas yang dibutuhkan, waktu
dibutuhkan, dan waktu produk itu akan diproduksi. MPS biasanya dinyatakan dalam konfigurasi spesifik.
2. Bill Of Material (BOM)
Merupakan daftar dari semua material, parts, dan
subassemblies , serta kuantitas dari masing–masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk
atau parent assembly.
MRP menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan banyaknya setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu. BOM tidak hanya menspesifikasikan
kebutuhan produksi, tapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. Bila BOM digunakan dengan cara ini, biasanya dinamakan
3. Item
Master Merupakan suatu file yang berisi informasi status persediaan tentang material, parts, subassemblies, dan produk–produk yang menunjukkan kuantitas on-hand , kuantitas yang dialokasikan (allocated quantity).
4. Pesanan – pesanan (orders)
Akan memberitahu tentang berapa banyak dari setiap item yang akan diperoleh sehingga akan meningkatkan stock on hand di masa mendatang.
5. Kebutuhan – kebutuhan (requirements)
Input untuk MRP
Master production schedule
(MPS)
Product structure file (bill of
materials)
Master Production
Schedule
MPS menentukan proses MRP dengan jadwal
pemenuhan produk jadi
MPS menunjukkan jumlah produksi bukan
demand
MPS bisa merupakan kombinasi antara pesanan
langsung konsumen dan peramalan demand
MPS menunjukkan jumlah yang harus diproduksi,
Inventory Master File
Description Inventory Policy Item Board Lead time 2
Item no. 7341 Annual demand5,000 Item type Manuf. Holding cost 1
Product/sales class Ass’y Ordering/setup cost50 Value class B Safety stock 25
Buyer/planner RSR Reorder point 39 Vendor/drawing 07142 EOQ 316
Phantom codeN Minimum order qty 100
Unit price/cost 1.25 Maximum order qty 500 Pegging Y Multiple order qty 100
Output sistem MRP adalah
:
1.
Memberikan catatan tentang
jadwal pemesanan yang harus
dilakukan
2.
Memberikan indikasi bila
diperlukan penjadwalan ulang
3.
Memberikan indikasi untuk
pembatalan atas pemesanan
4.
Memberikan indikasi tentang
Untuk mencapai akurasi Catatan
1.
Penyimpanan yang baik 2. Bangun dan jalankanprosedur pengambilan inventory
3. Catat transaksi inventory
4. Hitung secara reguler jumlah fisik inventory
Mekanisme MRP
1. NETTING (Perhitungan Kebutuhan Bersih)
Kebutuhan Bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari Kebutuhan Kotor (GR) minus Jumlah yang diterima Penerimaan (SR) minus Persediaan Ditangan (OH) Kebutuhan Bersih dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol.
NR=GR-SR-OH
POH : Planned On Hand , yaitu persediaan yang siap digunakan POH =On Hand–Safety Stock– Allocated–Scrap
OH : On Hand , total persediaan ditangan
SS : safety stock , persediaan pengaman
Ditentukan berdasarkan fluktuasi demand ( ), distribusidemand (Z) dan σ
leadtime (LT)
2. LOTTING (Penentuan Ukuran Lot).
Langkah ini bertujuan menentukan
besarnya pesanan individu yang
optimal berdasarkan hasil dari
perhitungan kebutuhan bersih.
Langkah ini ditentukan berdasarkan
teknik lotting/lotsizing yang tepat.
Parameter yang digunakan biasanya
adalah biaya simpan dan biaya pesan.
Metode yang umum dipakai dalam
3. OFFSETTING (Penentuan Waktu
Pemesanan).
Langkah ini bertujuan agar kebutuhan
komponen dapat tersedia tepat pada saat
dibutuhkan dengan memperhitungkan
lead time pengadaan komponen tersebut.
4. EXPLOSION
Langkah ini merupakan proses perhitungan
kebutuhan kotor untuk tingkat item
Netting
Lot size:
LT:
PD
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gross requirements
Scheduled receipts
Projected on hand
Net requirements
Matriks
LLC
◦
low-level-code; level paling rendah suatu item
ditemukan dalam struktur produk
Item
◦
nama atau nomor yang mengidentifikasakan item
terjadwal
Lot size
◦
Ukuran lot
LT (
lead time
)
Matriks
PD (past-due)
◦
orders behind schedule
Gross requirements
◦
Permintaan akan item pada
perioda tertentu
Scheduled receipts
◦
Jumlah dalam on order & receipt
date
Parts Of MRP Matrix
Projected on hand
◦
inventory pada akhir perioda
Net requirements
◦
jumlah bersih yang diperlukan
Planned order receipts
◦
net requirements yang diubah
menjadi ukuran lot
Planned order releases
Teknik Lot-Sizing
Pada contoh di depan penetuan ukuran lot pesanan pada tahapan Lotting menggunakan teknik yang disebut Lot for Lot.
Teknik ini menetapkan besarnya lot pesanan sama dengan besarnya net requirement
Tidak selalu ukuran lot ditentukan dengan menggunakan cara demikian karena:
◦
Memecah lot kemungkinan bisa menghasilkan biaya
persediaan yang lebih murah
Teknik Lot Sizing
Dikembangkan beberapa teknik lot
sizing, antara lain:
◦
Pendekatan
EOQ
◦
Pendekatan
Period Order Quantity
◦
Pendekatan
Least Unit Cost
◦
Pendekatan
Minimum Cost per Period
(Silver Meal)
◦
Pendekatan
Part Period Balancing
Teknik Lot Sizing: contoh ……..
Untuk menjelaskan teknik-teknik lot sizing, lihat MRP Chart di bawah,
yang menunjukkan Gross Requirement (GR) selama 10 minggu
Diketahui:
◦ Biaya simpan: $2/unit/minggu
◦ Biaya set-up (pesan) : $200
Pendekatan Metode EOQ
Menggunakan model EOQ
Rata-rata demand per minggu= 27 unit, maka EOQ:
74
2
200
27
2
2
0
Perbandingan Teknik
Tidak ada teknik yang superior
Penggunaan sangat bergantung dari sifat-sifat:
◦
Fluktuasi demand
◦
Lead time
◦
Waktu antar pesan, dll
Teknik yang umum dipakai adalah Lot for Lot, Fixed
Order Quantity, dan Fixed Period Quantity
Penggunaan yang diinginkan industri adalah teknik
Ketidakpastian
Ketidakpastian
juga muncul dalam
sistem MRP
Sumber
ketidak-pastian dapat
dilihat di samping
Untuk mengatasi
dikenal
safety
lead time
dan
Up-dating Sistem MRP
Adanya ketidakpastian mengakibatkan terjadinya
perubahan-perubahan
Diperlukan up-dating pada sistem sehingga diperoleh
informasi terkini dan membuat pengendalian efektif
Dikenal dua cara up-dating:
◦
Regenerative System
: up-dating dilakukan secara
batch, misalkan mingguan atau bulanan, dll
Manufacturing Resource Planning
Perluasan MRP
Perencanaan seluruh
resources
yang diperlukan
untuk menjalankan perusahaan
Variasi meliputi
◦
Service Requirements Planning (SRP)
◦
Business Requirements Planning (BRP)
MRP II Flowchart
Feasible? Marketing
Plan
Financial Plan Business
Plan
Production Plan
No
mo re
Master production
Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Lanjut
Enterprise Resource Planning (ERP)
◦
Pengembangan MRP II dalam kaitan
client/server
architecture
Manufacturing Execution Systems (MES)
◦
Menghubungkan antara
business planning
&
mgmt
control systems
Customer-Oriented Manufacturing Management Systems (COMMS)
◦
Menyatukan kegiatan produksi dan pemasok untuk
kepentingan konsumen
◦
Perencanaan
multi-plant
,
multi-language
&
Kelemahan MRP(1)
Material requirements plan is first; capacity is an
afterthought
MRP assumes lead times are fixed and known
◦ Dalam kenyataan, beban kerja dan jadwal adalah saling bergantungan
MRP cenderung menentukan lead times lebih panjang ◦ Estimasi konservatif (safe) sehingga inventory
Kelemahan MRP(2)
Transfer lots yang lebih kecil dari
pada
production
lots
perlu
dihindarkan padahal cara ini akan
menurunkan WIP dan
lead time
Butuh sistem pelaporan yang
Prospek MRP/MRP II
Melakukan koordinasi strategi perusahaan di antara departemen/area fungsional
Memberikan respon yang cepat terhadap what-if questions pada berbagai level rinci
BOM, modul-modul pembelian, dan customer order entry adalah persyaratan standar dalam Manufacturing
Information Systems
Membangun kepercayaan (trust), teamwork dan keputusan yang lebih baik