• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paper Makalah Budidaya Tanaman Wortel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Paper Makalah Budidaya Tanaman Wortel"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA TANAMAN WORTEL (Daucus carota l.)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Wortel (Daucus carota L.) adalah bagian tanaman yang dikonsusmi sebagai buah atau sayur dengan nilai nutrisi tinggi. Wortel dapat dikonsumsi langsung (mentah), diproses terlebih dahulu atau diolah prabrik menjadi produk bervariasi sepertu jus, sup kering, dan makanan bayi. Selain itu, wortel juga dapat dimanfaatkan sebagai makanan yang dibekukan.

Di Indonesia budidaya wortel pada mulanya hanya terkonsentrasi di Jawa Barat yaitu daerah Lembang dan Cipanas. Namun dalam perkembangannya menyebar luas ke daerah-daerah sentra sayuran di Jawa dan Luar Jawa. Berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia (BPS, 2015) luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.

Wortel merupakan bahan pangan (sayuran) yang digemari dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan mengkonsumsi wortel sangat dianjurkan, terutama untuk menghadapi masalah kekurangan vitamin A. Dalam setiap 100 gram bahan mengandung 12.000 S.I vitamin A. Selain sebagai gudang vitamin A, wortel juga berkhasiat untuk penyakit, dan memelihara kecantikan. Wortel mengandung enzim pencernaan dan memilikisifat diuretik. Meminum segelas sari daun wortel segar ditambah garam dan sesendok teh sari jeruk nipis berkhasiat untuk mengantisipasi pembentukkan endapan dalam saluran kencing, memperkuat mata, paru-paru, jantung dan hati. Bahkan dengan hanya mengunyah daun wortel dapat menyembuhkan luka-luka dalam mulut/nafas bau, gusi berdarah dan sariawan.

Pengembangan wortel di Indonesia hingga saat ini masih dititiberatkan pada fungsi tanaman sayur. Wortel sebagai tanaman obat di Indonesia paling banyak dimanfaatkan sebagai jamu atau multivitamin untuk kesehatan mata. Penggunaan

(2)

1.2 Tujuan

i. Mengetahui prospek tanaman wortel di Indonesia

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal Tanaman Wortel

Wortel adalah anggota Apiaceae atau Umbeliferae yang berkembang paling besar. Penyebaran dan kompleks keluarga tanaman termasuk beberapa sayuran lainnya, seperti parnsnip, fennel, seledri, akar parsley, celeriac, arracacha, dan rimpang-rimpangan lainnya (Rubatzky et al., 1999). Seperti tanaman lain dari keluarga ini, biji wortel bersifat aromatik dan telah lama dimanfaatkan sebagai bumbu atau obat herbal. Faktanya, biji wortel ditemukan pada situs tinggal manusia pada awal selama 3000 hingga 500 tahun yang lalu di Switzerland dan Gerrman

(Laufer, 1919).

Bradeen dan Simon (2007) menyatakan bahwa waktu dan cara manusia pertama kali menkonsumsi wortel (Daucus carota L.) masih menjadi perdebatan. Banga (1957) menyebutkan bahwa bukti biologis biji wortel yang terkait dengan masa peninggalan api unggun dan tembikar lobak di Sitzerland dan German bagian selatan sekitar 2000-3000 sebelum masehi. Ia berpendapat bahwa hal tersebut merupakan bukti bahwa manusia jaman dulu dengan sengaja mengumpulkan wortel, bukan membudidayakannya.

(4)

Gambar 1. Wortel Liar.

(Sumber: www2.warwick.ac.uk/knowledge/science/purple-carrots-white-carrots-yellow-carrots-researching-the

genetic-varieties-history-of-the-healthy-orange-snack/)

2.2 Taksonomi

Wortel liar Daucus carota var. carota yang juga dikenal sebagai Tali Ratu, diyakini sebagai nenek moyang woetel. Tanaman ini adalah tanaman setahun yang mudah disilangkan dengan wortel budidaya, sehingga mengkontaminasi produksi benih wortel. Spesies wortel liar lain adalah D. maritimus, D. Commutatis, D. hispanicus, D. gummifer, D. fontanessi, D. bocconei, dan D. major (Rubatzky and Mas, 1998).

Umbi wortel terdapat dalam berbagai ukuran dan bentuk. Wortel primitif memiliki kandungan antosianin dan memiliki jaringan umbi berwarna ungu. Mutan wortel berumbi kuning lebih disukai daripada ungu. Wortel dengan daging berwarna putih atau jingga dapat diperoleh setelah seleksi berulang-ulang dari tipe kuning. Pemuliaan selama abad ke-17 di Belanda meningkatkan kehalusan akar yang

menyebabkan wortel berwarna kuning menjadi kultivar lokasl (landrace) yang dikenal sebagai tipe Long Orange dan tipe Horn. Kulitivar ini merupakan dasar bagi

(5)

Gambar 2. Variasi warna pada beberapa kultivar wortel.

(Sumber: https://australianseed.com/persistent/catalogue_images/products/carrot-colour-mix.jpg)

Pemisahan tipe akar utama diterapkan pada kultivar Eropa dan kultivar Asia. Umumnya, kultivar Eropa bertekstur keras, manis, beraroma tajam, berwarna jingga kekuningan hingga jingga tua, bolting lambat, dan dapat menyesuaikan diri dengan suhu dingin. Kultivar yang ditanam di Asia bertekstur agak lunak, kurang manis, dan beraroma lemah, mudah bolting, beradaptasi dengan suhu panas, dan umbinya sering berwarna merah terang atau jingga kemerahan (Rubatzky and Mas, 1998).

Suhu rendah kurang dari 5C cenderung mempercepat induksi bunga.

Lamanya pemaparan terhadap suhu rendah beragam dari beberapa minggu hingga 12 minggu untuk kultivar yang tahan bolting. Pada beberapa kultivar tropika, bolting dapat diinduksi pada suhu kurang dari 15C. Jika dilakukan secara ketat,

pembuangan tanaman yang berbunga dini dalam produksi benih dapat menurunkan jumlah tanaman berbunga dini pada generasi berikutnya. Umumnya, kultivar zona iklim sedang adalah dua tahunan, sedangkan kultivar tropika menunjukkan pola pertumbuhansetahun dan ditanamm pad kondisi hari pendek. Karena ditanam di daerah lintang rendah, tipe tropika lebih menukai hari pendek (Rubatzky and Mas,

1998).

2.3 Botani

(6)

yang muncul dari batang memiliki tangkai daun panjang yang membesar, dan lir-upih pada pangkal lekatnya. Lembar daunnya tebagi secara berulang dengan segmen lembar daun kecil, sempit, dan sangat terbelah. Tanaman yang memiliki tajuk besar umumnya menghasilkan akar besar, tetapi memerlukan waktu pertumbuhan yang lebih lama, sedangkan kultivar bertajuk kecil menghasilkan akar kecil, tetapi periode pertumbuhannya lebih singkat (Rubatzky and Mas, 1998).

Akar tunggang, awalnya panjang, ramping, tumbuh vertical, mulai memanjang dengan cepat dan mencapai panjang potensialnya dalam waktu 12 – 24 hari setelah berkecambah. Hasil meningkat sesuai dengan panjang akar. Akar yang

panjangnya lebih dari 30 cm sulit dipanen dan ditangani. Akar tunggang terdiri atas jaringan hipokotil dan akar primer. Akar serabut tidak terdapatr pada bagian atas hipokotil dan akar primer. Akar serabut tidak terdapat pada bagian atas hipokotil, tetapi akar serabut yang sangat halus dan amat bercabang, dalam jumlah banyak, tumbuh dari bagian bawah akar tunggang. Beberapa akar tunggang dapat mencapai kedalaman lebih dari 75 cm. Secara anatomis, akar ini terdiri atas jaringan xilem dan floem primer dengan bagian cambium yang menghubunkan keduanya dalam suatu lingkaran. Kambium ini menghasilkan xilem sekunder ke arah dalam dan floem sekunder ke arah luar. Untuk mendapatkan kualitas yang layak pangan yang baik, akar ini idealnya haruse memiliki xilem yang minimum, relatif terhadap korteks (floem), dan dengan perbedaan warna yang minimum antara kedua jaringan ini. Warna jaringan xilem biasanya lebih terang daripada floem (Rubatzky and Mas, 1998).

Pada potongan membujur, peridermis adalah jaringan terluar. Ke arah dalam tumbuh jaringan floem, cambium dan xilem. Kantong minyak dalam ruang antarsel perisikel mengandung minyak esensial yang menyebabkan bau dan aroma khas wortel. Akar tunggang menyimpan sukrosa dan gula lain dalam jumlah yang cukup banyak. Umbi biasanya berbentuk kerucut terbalik, tetapi dapat juga berbentuk

silinder, bundar atau bentuk antaranya. Pada bagian terbesar, diameter umbi beragam dari 1 cm hingga lebih dari 10 cm. Panjang akar berkisar antara 5 cm hingga lebih dari 50 cm; umumnya antara 10 dan 20 cm. Antosianin menyebabkan umbi berwarna

(7)

sedikitnya 50% dari kandungan wortel karatenoid; nisbah alfa- terhadap beta- karoten biasanya sekitar 1 : 2. Warna merah pada kultivar tertentu disebabkan oleh likopen. Karatenoid tidak tersebar merata dalam umbi. Pembentukan karoten berlangsung dari jaringan ujung proksimal ke ujung distal akar tunggang. Jaringan floem biasanya mengandung pigmen sekitar 30% lebih banyak daripada jaringan xilem (Rubatzky and Mas, 1998).

Perbedaan kandungan karoten juga dipengaruhi oleh suhu, kematangan tanaman, dan kultivar. Kandungan karoten pada kultivar wortel yang paling banyak ditanam berkisar dari 60 hingga lebih dari 120 µg/g bobot segar. Jumlah likopen

pada sebagian besar wortel agak rendah, kecuali beberapa kultivar yang dagingnya berwarna merah, seperti tipe kintoki yang terkenal di Jepang (Rubatzky and Mas, 1998).

Pada saat terjadi bolting, batang memanjang dan menghasilkan banyak cabang kaku. Biasanya beberapa tangkai bunga terus tumbuh, tingginya berkisar dari 1 hingga 2 meter. Perbungaan wortel adalah umbel majemuk ujung yang terdiri atas banyak umbelet dengan bunga kecil – kecil berwarna putih. Umbel dikelilingi oleh kelopak bunga panjang bercuping dan umbelet juga dikelilingi oleh kelopak daun. Sebuah umbel besar utama dari suatu tangkai bunga dapat mengandung 50 umbelet, masing – masing dengan satu bunga. Umbel kedua, ketiga, dan keempat secara prograsif lebih kecil dan berkembang belakangan. Umbel keempat kurang produktif, dan bijinya gagal matang secara memadai yang merupakan salah satu penyebab utama rendahnya kualitas benih. Periode perbungaan dapat berlangsung selama lebih dari satu bulan. Bunga biasanya berkelamin ganda dengan perilau protrandrous dan mekar mulai dari bagian terluar ke arah pusat umbel (sentripal) dan penyerbukannya sebagian besar dengan bantuan serangga. Umbel yang mudah terlihat dan bunga bermadu dapat menarik serangga. Umbel yang mudah terlihat dan bunga bermadu dapat menarik serangga. Buah, bertangkap dua (bilocular), adalah suatu skizokarp

( buah yang tersusun ata beberapa buah yang mudah terlepas ) (Rubatzky and Mas, 1998).

Ketika matang, tangkai umbelet terluar melengkung ke dalam dan umbel

(8)

kultivar dua-tahunan, tangkai bunga dan bijinya dihasilkan pada tahun kedua, tetapi dengan perencanaa periode pertumbuhan dan vernalisasi yang tepat, biji dapat dihasilkan dalam 12 hingga 13 bulan (Rubatzky and Mas, 1998).

2.3.1 Tipe Kultivar

Kultivar wortel dikelompokkan ke dalam beberapa tipe yang mencerminkan kesamaan morfologis. Walaupun semua kultivar dapat dijual segar, beberapa kultivar lebih sesuai untuk pengolahan, dan beberapa kultivar lainnya memiliki kegunaan ganda. Gambar berikut ini menggambarkan beberapa bentuk dan ukuran relatif dari

beberapa kutivar terkenal.

Gambar 3. Bentuk dan ukuran relatif bebrapa kultivar wortel. (sumber: http://www.carrotmuseum.co.uk/photos/Carrot%20Shapes.jpg )

(9)

Penggunaan kultivar hibrida dalam perdagangan telah meningkat secara nyata. Khususnya untuk tipe yang dijual segar. Keuntungan utamanya adalah keseragaman ukuran, bentuk, dan warna. Mandul jantan sitoplasmik (cytoplasmic male sterility – CMS) digunakan untuk memproduksi kultivar hibrida. Dua sumber CMS yang biasanya digunakan adalah tanaman dengan benang sari cokelat dan petaloid (struktur bunga yang mengalami modifikasi menyerupai kelopak bunga). Pada benang sari cokelat, kemandulan disebabkan tidak berfungsinya benang sari. Sifat mandul ini dikendalikan oleh sejumlah gen dalam sitoplasma dan sekurang – kurangnya melibatkan dua gen resesif dengan aksi komplementer. Kemandulan

petaloid disebabkan oleh pembentukan struktur lir-kelopak-bunga di tempat benang sari dan juga dikendalikan secara sitoplasmik dan sekurang – kurangnya melibatkan dua gen dominan dengan aksi komplementer(Rubatzky and Mas, 1998).

Selain keseragaman, tujuan utama yang lain untuk memperbaiki kultivar wortel adalah meningkatkan laju pertumbuhan, hasil, kehalusan permukaan umbi, dan ketahanan terhadap retak. Tujuan lain adalah untuk memperbaiki aroma, tekstur, ketahanan, terhadap bolting dan hama, dan adaptasi terhadap suhu tinggi yang lebih baik, khususnya di wilayah subtropika don tropika (Rubatzky and Mas, 1998).

2.3.2 Bolting

Kecuali untuk produksi benih, pembentukan tangkai tidak dikehendaki karena meningkatkan perkembangan serat pada hati umbi (Xilem). Kepekaan terhadap bolting disebabkan oleh suhu, kultivar, dan ukuran umbi. Beberapa kultivar memiliki sifat dua-tahunan yang sangat kuat, dan lebih toleran terhadap suhu rendah yang menginduksi bolting (Rubatzky and Mas, 1998).

Induksi pembungaan ditingkatkan melalui pemaparan terhadap suho 10C

atau lebih rendah selama 6 – 10 minggu. Kepekaan tanaman terhadap vernalisasi

beragam menurut ukuran umbi. Tanaman dengan diameter umbi sedikitnya 6 mm lebih tanggap terhadap induksi suhu rendah, sedangkan kecambah kecil atau juvenile

(10)

biji matang. Kasus bolting dapat dihindari atau dikurangi dengan penjadwalan tanam yang meminimumkan pemaparan tanaman terhadap suhu rendah yang terlalu lama. Kultivar berbunga lambat terbukti dapat mengatasi masalah ini (Rubatzky and Mas, 1998).

2.4 Persyaratan Tumbuh

Tanaman wortel menghendaki suhu udara dingin dan lembab. Pertumbuhan akar, dan daun optium pada suhu 16C – 21C. Pada suhu dibawah 0C pertumbuhan

berlangsung lambat; tanaman yang diaklimatisasi agak toleran terhadap bunga es. Suhu yang lebih tinggi dari 21C cenderung menyebabkan umbi pendek dan keras, sedangkan suhu kurang dari 16C cenderung menghasilkan akar ramping dan

panjang. Fluktuasi suhu harian yang besar mendukung pertumbuhan cepat, dan jika suhu malam cukup dingin, wortel dapat ditanam di daerah tropis. Pertumbuhan daun tidak terlalu terpengaruh dengan suhu, dan lebih toleran dengan suhu tinggi daripada pertumbuhan umbi. Pada suhu lebih tinggi dari 30C, pertumbuhan berkurang dan

aktivitas umbi sangat buruk akibat berkembangnya aroma yang kuat. Pertumbuhan

karoten dipengaruhi oleh suhu dan optimum pada suhu 16 – 25C serta lebih atau

lebih rendah maupun lebih tinggi dari kisaran suhun tersebut. Pembentukan pigmen terjadi setelah pertumbuhan umbi, sehingga umbi muda berwarna pucat. Dengan pertumbuhan yang terus berlangsung karoten terakumulasi dan mencapai konsentrasi maksimum stelah tanaman berumur sekitar 90 – 120 hari. Selanjutnya danpat ajeg atau perlahan berkurang (Rubatzky and Mas, 1998).

Wortel secara normal hanya ditanam di daerah tropika garis lintang lebih tinggi (Taiwan atau Hongkong contohnya) atau pada ketinggian diatas 500 m. Tetapi kultivar – kultivar tertentu dapat memberikan hasil di daratan rendah tropika dengan pengurangan suhu malam sedikit saja (sebagai contoh seperti yang yang dapat

diperoleh akibat terjadinya pendinginan malam katabatik di kawasan terkurung pegunungan) sangat memperbaiki panen. Hasil percobaan varietas wortel di Brunei

pada suhu lingkungannya (rata – rata maksimum dan minimum 35/22C) dan pada suhu malam yang diturunkan (35/17C) adalah umbi wortel dapat tumbuh dengan

(11)

tropika adalah Early Gem, Danvers Half Long, Early Nanters, Short’n/sweet, Royal Cross, dan Early Horn (Williams et al., 1993).

Tanah yang ideal untuk produksi wortel adalah tanah liat berpasir atau gambut yang dalam, remah, subur, dengan drainase yang baik. Wortel, khususnya kultivar yang memiliki akar panjang, terpengaruh buruk oleh sifat tanah dangkal dan padat. Umbi dapat menjadi sangat pendek akibat tanah yang padat; bentuknya juga terpengaruh (Rubatzky and Mas, 1998). Williams et al. (1993) menambahkan bahwa tanah geluh berpasir yang teratus baik dibutuhkan untuk wortel, terutama di dataran rendah. Tanaman wortel juga cocok untuk budidaya di lahan pasir dan hidroponik.

Tanah berat mengakibatkan kematian akar karena kekurangan oksigen, cacat bentuk, pemuntiran, percabangan dan terbelah.

Tipe iklim yang cocok untuk tanaman wortel adalah daerah beriklim A, B, dan C (menurut Schmidt – Fergusson) yaitu curah hujan antara 2000–7000 mm/tahun dengan bulan kering <4,5 bulan/tahun (Putu, 2013). Rubatzky dan Mas (1998) menambahkan bahwa sebagian besar pertanaman wortel memerlukan sekitar 30 – 50 mm air per minggu atau dari 450 hinggga 600 mm selama satu musim tanam. Ketersediaan air yang beragam sangat diperlukan karena kelangasan yang rendah menimbulkan aroma umbi yang terlalu tajam, sedangkan kelengasan tanah yang tinggi dapat menyebaka ubi membelah atau pecah dan cenderung menghambat perkembangan warna. Penyiapan Bahan Tanam

2.5 Bahan Tanam

Wortel secara umum diperbanyak dengan benih (biji). Benih wortel dapat diperoleh dari kios/toko saprodi, dan pada umumnya benih yang dijual adalah benih hibrida. Petani tradisonal di Jawa Barat banyak menggunakan benih wortel non hybrid yang diproduksi sendiri. Kebutuhan benih per ha luas lahan berkisar antara 1,5-3 kg benih (setiap 1 gr benih terdiri atas 200 biji wortel) (Anonim, 2013)

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sumber benih yang menjadi bibit harus memenuhi syarat sebagai berikut (Anonim, 2013):

a) Tanaman tunbuh subur dan kuat

(12)

d) Dari jenis yang berumur pendek e) Berproduksi tinggi

2.6 Teknik Budidaya

2.6.1 Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Lahan yang terlalu padat dan keras perlu diolah sehingga memudahkan proses penanaman dan perkembangan umbi wortel. Mengolah lahan tidak hanya mengubah tekstur tanah menjadi agragat

yang lebih halus dan berstruktur remah (gembur). Akan tetapi, lahan juga perlu dibersihkan dari seresah sisa tanaman sebelumnya, gulma, dll. (Anonim 2013).

Secara garis besar, pengolahan tanah yang baik dilakukan melalui tiga tahap. Pengolahan tahap pertama adalah dengan menggunakan traktor singkal atau alat bajak yang ditarik hewan. Tanah dibajak sedalam 30 cm – 50 cm. Pembajakan tanah berfungsi untuk membalikkan tanah. Kemudian bongkahan tanah diangin-anginkan selama satu minggu agar terkena sinar matahari. Perlakuan tersebut mengakibatkan beralngsungnya proses oksidasi zat beracun dari tanah, termasuk asam sulfida. Selain itu, penyinaran cahaya matahari secara langsung dapat membunuh patogen dan memutuh siklus hidup hama dalam tanah (Anonim 2013).

Pengolahan tahap kedua adalah penggemburan gumpalan hasil pembajakan, dengan cara mencangkul tanah tipis-tipis sampai diperoleh struktur tanah yang remah (gembur). Penggemburan tanah disertai perataan tanah. Setelah itu, tanah dibiarkan lagi selama satu minggu terkena cahaya matahari (Anonim 2013).

Pengolahan tanah tahap ketiga adalah penggemburan tanah ulang dengan cara mencangkul tanah tipis-tipis sedalan 30 cm–40 cm. Pembentukan bedengan-bedengan dan parit juga penting untuk dilakukan. Setelah terbentuk bedengan-bedengan, diakukan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kandang. Tanah dengan

(13)

2.6.2 Penanaman

Benih ditanam sedalam 2 – 20 cm. Takaran penanaman (1 – 3 juta benih/ha)

ditentukan berdasarkan persentase perkecambahan, kejaguran benih, dan pengaruh kondisi lapangan dan lingkungan terhadap kemunculan kecambah yang diperkirakan. Penentuan ini penting karena penjarangan tanaman wortel tidak layak; dengan demikian tujuan kegunaan tanaman menentukan kerapatan tanaman yang digunakan. Untuk wortel yang dijual segar, kerapatan tanaman berkisar dari 80 – 100 umbi per m2. Populasi lapangan untuk kultivar berumbi kecil sebesar , dan kerapatan yang sama juga digunakan dalam produksi umbi untuk diolah minimum, yaitu potong dan kupas, yang secara salah kaprah keduanya disebut wortel bayi. Namun, untuk wortel yang sangat kecil yang dipanen sangat dini, biasanya digunakan kerapatan 5 juta benih/ha. Umbi ini tidak untuk diolah dan hanya diproduksi untuk pasar tertentu. Untuk kultivar berumbi besar, yang biasanya diolah, kerapatan lapangan berkisar dari 40 sampai 70 tanaman per m2. Secara umum, untuk kultivar tertentu, umbi menjadi besar jika populasinya rendah dan kecil jika ditanam sangat rapat (Rubatzky and Mas, 1998).

Penanaman dilakukan dalam baris tunggal maupun baris ganda atau secara acak dalam alur yang sempit. Idealnya, jarak tanam harus menghasilkan jarak

antarumbi yang seragam, tetapi hal ini sulit dicapai walaupun digunakan alat tanam akurat. Untuk menyesuaikan sebagian besar peralatan panen mekanis, jarak antar baris atau antar alur benih biasanya kurang dari 10 atau 12 cm (Rubatzky and Mas, 1998). Tanah kebun dicangkul sedalam 30-40 cm dan digemburkan. Setelah itu di buat bedengan tanaman selebar kurang lebih 100 cm dan dibuat guritan dengan jarak kurang lebih 20 cm.

(14)

2.6.4 Pemiliharaan Tanaman 2.6.4.1 Pemupukan

Tanaman wortel agak toleran terhadap keasaman tanah; pH yang sesuai adalah antara 5,5 da 7,0. Pemupukan biasanya dilakukan dengan dosis 75 – 150 kg/ha N, 50 – 100 kg/ha P, 50 – 200 kg/ha K (wortel umumnya menyerap unsur K lebih banyak). Sebagian besar rekomendasi menganjurkan untuk menghindari kelebihan nitrogen, karena cenderung merangsang pertumbuhan daun daripada pembesara umbi (Rubatzky and Mas, 1998).

Pengaplikasian pupuk dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai

beriktu:

1. Sebarkan pupuk kandang yang telah matang (jadi) sebanyak 15-20 ton/ha di permukaan bedengan, kemudian campurkan dengan lapisan tanah atas secara merata. Pada tanah yang masih subur (bekas kubis atau kentang), pemberian pupuk dapat ditiadakan.

2. Ratakan permukaan bedengan hingga tampak datar dan rapi.

Tanaman wortel (Daucus carota L.) perlu mendapakan unsur hara yang cukup, maka pemupukan terhadap tanaman wortel perlu dilakukan, cara pemupukan yang baik adalah dengan menyebarkan secara merata dalam alur – alur atau garitan – garitan dangkal atau dimasukkan ke dalam lubang pupuk (tugal) sejauh 5-10 cm dari batang wortel, kemudian luang tersebut segera ditutup dengan tanah dan disiram atau diairi hingga cukup basah. Waktu pemberian pupuk susulan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan, yakni pada saat tanaman wortel berumur 1 bulan. Jenis pupuk yang digunakan untuk pemupukan susulan adalah Urea atau ZA (Anonim 2013).

Williams et al. (1993) menganjurkan perlakuan pemberian pupuk dengan dosis 400 kg/ha pupuk majemuk 12:12:17:2 + UM, 300 kg/ha KCl, 150 kg/ha kiserit dan 100 kg/ha Urea yang diberikan dalam dosis tinggi selama enam minggu pertama.

Pemberian pupuk organic hendaknya dihindari pada budidaya dataran rendah, tetapi pupuk berserat yang matang yang memperbaiki pengatusan pada tanah – tanah berat dapat digunakan pada budidaya musim dingin dan di daerah pegunungan (Anonim

(15)

2.6.4.2 Pengapuran

Pengaplikasian Kapur dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut (Anonim 2013):

1. Lakukan pengapuran bila pH tanah asam di bawah 5 dengan cara menaburkan bahan kapur seperti Calcit, Dolomit atau Zeagro 1 secara merata di permukaan tanah. Dosis kapur yang diberikan berkisar antara 0,75-10,24 ton/ha.

2. Campurkan kapur dengan lapisan tanah atas (top soil) sambil dibalikan hingga benar-benar merata. Bila tidak turun hujan, tanah yang telah dikapur

sebaiknya disiram (diairi) hingga cukup basah.

2.6.4.3 Pengairan

Pemeliharaan pertama adalah penyiraman, pada fase awal tanaman wortel (Daucus carota L.) memerlukan air yang memadai, sehingga perlu disiram (diairi) secara rutin 1-2 kali sehari, terutama pada musim kemarau. Cara pengairan (penyiraman) adalah dengan disiram menggunakan alat bantu gembor (embrat). Cara pemberian air yang lain ialah dengan jalan menggenangi parit di antara bedengan. Cara seperti ini dapat dilakukan bila terdapat saluran drainase. Waktu penyiraman sebaiknya pada pagi atau sore hari, saat suhu udara dan terik matahari tidak terlalu tinggi. Bila tanaman wortel (Daucus carota L.) sudah tumbuh besar, maka pengairan dapat dikurangi. Pengairan harus diperhatikan agar tanah tidak mengalami kekeringan (Anonim, 2013).

Hasil dan efisiensi terbaik diperoleh jika pemberian air dilakukan pada saat 40% lengas pada zona perakaran telah habis (Rubatzky and Mas, 1998). William et al. (1993) berpendapat bahwa wortel harus diairi dengan hati – hati dan jarnag – jarang di daerah rendah tropika. Konsumsi airnya relatif rendah dibandingkan tanaman lain. Tanah yang lewat basah akan mengakibatkan akar cacat bentuk.

2.6.4.4 Penjarangan

Tanaman yang telah tumbuh harus segera diseleksi, caranya dengan mencabut

(16)

jarak dalam alur dan menjaga tercukupinya sinar matahari sehingga tanaman tumbuh subur. Penjarangan menghasilkan alur yang rapi berjarak antara 5- 10 cm. Penjarangan tanaman wortel (Daucus carota L.) dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam. (Anonim, 2013).

2.6.4.4 Pembumbunan

Dalam budidaya tanaman wortel, perlu diadakan pembumbunan, yang dilakukan untuk membersihkan gulma yang dapat mengganggu tanaman pokok. Bibit yang masih sangat muda menghendaki perlindungan tumbuhan pengganggu

antara lain gulma. Pembumbunan ini juga akan memperbaiki aerasi tanah. Aerasi berkaitan erat dengan sirkulasi udara dalam tanah. Aerasi tanah yang baik akan menunjang kehidupan organisme dalam tanah terutama organisme yang menguntungkan misalnya dekomposer. Dekomposer akan mengurai bahan-bahan organik tanah sehingga siap digunakan oleh tanaman. Selain itu, pembumbunan akan memperlancar drainase karena ketinggian tanah akan berbeda sehingga tidak ada genangan. Genangan pada sekitar batang tanaman dapat merusak akar karena menyebabkan pembusukan akar tanaman (Anonim , 2013).

2.6.4.5 Penyiangan dan Pendangiran

Tujuan penyiangan adalah agar tanaman tidak terganggu rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh disekitar kebun. Gulma tersebut merupakan pesaing tanaman wortel dalam kebutuhan air, sinar matahari, unsur hara dan lain – lain, sehingga harus disiangi. Waktu penyiangan biasanya saat tanaman wortel berumur 1 bulan, bersamaan dengan penjarangan tanaman dan pemupukan. Cara menyiangi yang baik adalah membersihkan rumput liar dengan alat bantu cangkul atau sekop. Tanah di sekitar digemburkan, kemudian ditimbunkan ke bagian pangkal batang wortel agar kelak umbinya tertutup oleh tanah (Anonim, 2013).

2.6.4.6 Pengendalian Organisme dan Patogen Penyebab Penyakit

Hama dan penyakit tanaman wortel (Daucus carota L.) sangat beragam,

(17)

Serangga dewasa berupa kupu – kupu berwarna coklat tua, bagian sayap depannya

Pengendalian hama secara non kimiawi dapat dilakukan dengan mengumpulkan ulat pada pagi atau siang hari, dari tempat yang dicurigai bekas

serangannya untuk segera dibunuh, menjaga kebersihan kebun, dan pergiliran tanaman. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektida Furadan 3 G atau Indofuran 3 G pada saat tanam atau di semprot Hostthion 40 EC dan lain – lain pada konsentrasi yang dianjurkan. Berikutnya adalah Kutu Daun (Aphid, Aphis spp.) (Cahyono, 2002).

Kutu daun dewasa bewarna hijau sampai hitam, kutu daun ini hidup berkelompok di bawah daun atau pada pucuk tanaman. Hama ini menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun keriting atau abnormal. Kutu daun bersifat polifag, artinya dapat menyerang berbagai jenis tanaman. Serangan paling berat terjadi pada musim kemarau. Pengendalian kutu di antara lain dengan mengatur waktu tanam secara serempak dalam satu hamparan lahan untuk memutuskan siklus hidupnya atau disemprotkan dengan inteksida yang mangkus seperti Decis 2,5 EC dan lain – lain yang tetera di labelnya (Cahyono, 2002).

Contoh berikutnya adalah Lalat atau magot (Psila rosae) Stadium hama yang sering merusak tanaman wortel (Daucus carota L.) adalah larvanya. Larva masuk ke dalam umbi dengan cara menggerek atau melubanginya. Pengendalian hama lalat antara lain dengan cara pergiliran tanaman dengan jenis yang tidak sefamili atau

disemprot inteksida Decis 2,5 EC dan lain – lain (Anonim, 2013).

Penyakit yang sering terdapat pada tanaman wortel adalah Bercak daun Cercospora. Penyebab penyakit bercak daun Cercospora adalah cendawan (jamur)

(18)

pada daun – daun yang sudah tua. Pengendalian yang dapat dilakukan oleh petani adalah disinfeksi benih dengan larutan fungisida yang mengandung tembaga klorida satu permil selama 5 menit, pegiliran tanaman dengan jenis lain yang ridak sefamili, pembersih sisa- sisa tanaman dari sekitar kebun, penyemprotan fungisida yang mangkus dan sangkil seperti Dithane M-45 0,2% (Cahyono, 2002).

Penyakit berikutnya adalah Nematoda bintil akar, penyebabnya adalah mikroorganisme nemtoda Sista (Heterodera carotae). Gejalanya adalah umbi dan akar tanaman wortel menjadi salah bentuk, yakni berbenjol – benjol abnormal. pengendalian nematoda antara lain dengan cara pergiliran tanaman dengan jenis lain

yang tidak sefamili, pemberaan lahan dan penggunaan nematisida seperti Rugby 10 G atau Rhocap 10 G (Cahyono, 2002).

Contoh penyakit pada tanaman wortel berikutnya adalah Busuk Alternaria, disebabkan karena cendawa Alternaria dauci Kuhn. Gejala serangan dapat dilihat pada daun terjadi bercak – bercak, bewarna coklat tua sampai hitam yang di kelilingi oleh jaringan berwarna hijau – kuning (klorotik), pada umbi ada gejala bercak-bercak tidak beraturan bentuknya, kemudian membusuk berwarna hitam sampai hitam kelam. pengendaliannya sama dengan cara yang dilakukan pada Cercospora yaitu disinfeksi benih dengan larutan fungisida yang mengandung tembaga klorida satu permil selama 5 menit, pegiliran tanaman dengan jenis lain yang ridak sefamili, pembersih sisa- sisa tanaman dari sekitar kebun, penyemprotan fungisida yang mangkus dan sangkil seperti Dithane M-45 0,2% (Anonim, 2013).

2.7 Panen dan Pascapanen

Panen wortel tidak ditentukan oleh fase kematangan tanaman tanaman yang jelas. Pada berbagai musim, tanaman sering dipanen ketika umbi belum mencapai ukuran yang diharapkan atau belum memperoleh hasil yang maksimum. Bergantung pada kondisi pertumbuhan dan kultivar, periode dari penanaman hingga panen dapat

kurang dari 70 hari hingga lebih dari 150 hari. Panen dini dapat dicapai dengan ukuran umbi kecil dan/atau laju pertubuhan cepat. Kadang – kadang umbi disimpan di lapangan dan dipanen saat diperlukan. Wortel untuk pengolahan ditanam lebih

(19)

penanganan lebih baik. Namun, penundaan panen yang berkepanjangan sering dibarengi dengan meningkatnya pembentukan serat dan aroma yang kuat (Rubatzky and Mas, 1998).

Panen dengan tangan merupakan pekerjaan yang sulit dan jarang dilakukan kecuali dalam produksi pekarangan atau dalam skala kecil. Pada salah satu tipe panen mekanis, yaitu umbi digali dengan mesin, sabuk penggenggam secara bersamaan mennggenggam daun dan mencabut tanaman dari tanah. Langkah ini diikuti dengan pembuangan daun. Ketika umbi dimasukkan ke dalam wadah besar atau truk. Daun yang sehat dan kuat adalah sifat penting untuk panen yang efisien.

Namun pertumbuhan daun yang berlebihan dapat mengganggu efisiensi panen. Dengan tipe mesin pemanen yang lain, daun terlebih dulu dipotong, kemudian umbi digali dan diangkat dari dalam tanah, sama dengan panen dan penanganan kentang (Rubatzky and Mas, 1998).

Gambar 5 Panen dengan mesin

(Sumber: www2.warwick.ac.uk/knowledge/science/purple-carrots-white-carrots-yellow-carrots-researching-the

genetic-varieties-history-of-the-healthy-orange-snack/)

Karena perkembangan umbi tidak seragam, maka terdapat sebagian besar umbi berukuran kecil dan tak layak jual. Wortel dengan umbi berbentuk kerucut

lebih toleran terhadap kondisi pertumbuhan dan panen yang tidak sesuai daripada umbi berbentuk silinder, karena bentuk kerucut secara fisik lebih tahan menembus tanah selama pertumbuhan dan tidak mudah patah selama dan setelah dipanen. Umbi wortel tanpa tajuk biasanya ditangani secara tumpukan dan kemudian dipilah – pilah untuk diolah atau dikemas untuk dijual segar (Rubatzky and Mas, 1998).

(20)

Wortel yang ditangani dalam tumpukan segar dapat dipasarkan setelah dicuci, kebiasaan yang tidak dilakukan di kebanyakan negara. Wortel yang dicuci dapat dipasarkan setelah dibungkus dengan kantong plastik kecil dan menjadi sangat popular karena bungkusan ini dapat mempertahankan kualitas.. Bungkusan plastik tersebut berisi umbi yang bersih dan relatif seragam (Rubatzky and Mas, 1998).

Gambar 6 Pengemasan ke dalam plastik dan box (sumber: http://www.carrotmuseum.co.uk/cooks.html)

Walau sangat jarang, pemasaran wortel berdaun dalam bentuk ikatan masih sering dilakukan. Tujuan utama dari tidak dibuangnya daun yang sehat dan menarik adalah untuk menunjukan kesegaran umbi. Biasanya tipe produk yang seperti ini bukan untuk dimakan. Selama panen, umbi digali dan dicabut dari dalam tanah dengan tangan. Beberapa tanaman dengan umbi seragam diikat menjadi satu di sekeliling pangkal daun untuk membentuk sebuah ikatan. Setiap ikatan memiliki jumlah dan bobot ombi yang hamper sama. Setelah diikat, umbi dicuci untuk

membersihkan umbi dari tanah yang masih melekat. Beberapa ikatan kemudian diletakkan ke dalam wadah dan didingankan dengan air atau ditambahkan es untuk

menurunkan suhu dan respirasi produk. Wortel harus sesegera mungkin didinginkan hingga 1C atau 2C untuk mempertahankan kualitas. Mengurangi kelayuan

merupakan hal yang sangat penting bagi wortel ikatan (Rubatzky and Mas, 1998)

2.8.1 Penyimpanan

Wortel terbaik disimpan pada suhu 0C dan RH 95%. Gula meningkat selama

(21)

jika kondisi penyimpanannya baik. Dalam kondisi yang baik ini, wortel yang dibungkus plastik dapat bertahan dan kualitasnya tetap baik selama 6 – 7 minggu. Namun, wortel ikatan memiliki daya simpan yang buruk dan kekerasan umbinya mudah menyusut karena kandungan lengasnya terserap oleh daun. Akibatnya, secara nyata umbi daun umur simpannya menurun. Paling lama hanya bertahan hingga 7 hari. Penyimpanan pasca panen wortel yang berbentuk pengolahan minimum dengan dipotong kecil – kecil kemudian dibungkus plastik, biasanya terbatas hingga kurang dari 20 hari (Rubatzky and Mas, 1998).

Wortel Untingan dapat disimpan hingga 4 minggu dengan menjaga suhu berkisar di 32F dengan kelembaban nisbi sebesar 90 – 95 %. Penyimpanan tersebut

berkemungkinan mengakibatkan hilangnya bobot maksimal sebesar 25%. Pada wortel yang dihilangkan pucuknya dapat disimpan dari 20 hingga 24 minggu dengan menjaga suhu berkisar di 32F dengan kelembaban nisbi sebesar 95%. Penyimpanan

tersebut menimbulkan produksi panas pada wortel sebesar 810 BTU/ton-hari dengan kemungkinan kehilangan bobot maksimal sebesar 20 hingga 35% (Pantastico, 1984).

Pemaparan terhadap etilen selama penyimpanan menyebabkan pembentukan rsa pahit oleh senyawa isokumarin. Oleh karena itu, wortel tidak boleh disimpan bersama dengan komoditas lain yang menghasilkan etilen, seperti apel, melon, pisang, dsb (Rubatzky and Mas, 1998).

2.9 Pemanfaatan untuk Obat

Vaksin Hepatitis. Imani et al. (2002) melaporkan adanya produksi permukaan keci antikgen HBV (SHBs) pada wortel transgenik. Tingkat produksi antigen SHBs di wortel, tembakau, tomat, pisang dan tanaman lain dibandingkan. Ekspresi SHBs dilaporkan lebih rendah pada wortel yatu sebesar 225 ng/g f.w. (Kumar et al., 2007). Optimasi transformasi dan teknik ekstraksi protein diikuti

(22)

Vaksin Rabies. Rojas-Anaya et al. (2009) melakukan penelitian dengan mengekspreksikan protein virus rabies G ke wortel. Gen G di-subclone-kan melalui vektor pUCpSSrabG. Gen tersebut digunakan untuk mengubah sel embrionik wortel dengan bom partikel (particle bombardment). Sel wortel sebelumnya telah diseleksi dalam medium cair. Keberadaan sel transgenik diverifikasi menggunakan PCR dan RT-PCR. Dengan western blot, transgen protein G teridentifikasi dalam 93,3% dari akar wortel dewasa. Protein G tersebut diukur menggunakan analisis densitometrik (range 0,4–1,2%). Protein yang terekspresikan bersifat entigenik pada mencit. Hal tersebut membuktikan bahwa wortel adalah suatu sistem yang memadai untuk

ekspreksi antigen. Rojas-Anaya et al. (2009) berkesimpulan bahwa wortel yang merupakan sistem tepat untuk ekspreksi protein G virus rabies dan menjadi calon vaksin rabies subunit.

Obat untuk Gaucher’s Disease. Protallix BioTherapeutics adalah perusahaan publik dengan sekitar 250 pekerja. Perusahaan tersebut menggunakan platform yang disebut ProCellEX untuk menumbuhkan bahan aktif pada sel wortel

dan tembakau transgenik pada bioreaktor sekali pakai. Salah satu produk Protallix adalah obat untuk menyembuhkan Gaucher’s Disease. Gaucher’s Disease adalah kelain metabolik yang diwariskan. Orang dengan kelainan tersebut kekurangan enzim glucocerebrosidase, yang membantu menyingkirkan substansi lemak bernama glucosylceramide. Sembilan puluh lima persen penderita Gaucher’s disease bertipe 1, yaitu mengalami akumulasi lemak yang mengakibatkan pembesaran hati, limpa, luka pada tulang, memar, dan anemia. Terdapat sekitar 45.000 hingga 60.000 orang yang menderita Gaucher’s disease. Penderita kelainan tersebut memerlukan terapi penggantian enzim. Wortel digunakan sebagai pengganti imiglucerase (dari sel ovari hamster China) dan velaglucerase alfa (dari sel manusia) untuk dijadikan produsen protein untuk mengubati Gaucher’s disease. Wortel lebih murah dan memiliki proses lebih singkat serta rendah resiko kontaminasi (Wolfson, 2013).

2.10 Kendala Budidaya Wortel 2.10.1 Bahaya Erosi

(23)

dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan, erosi alur dan erosi parit. Pengharkatn kelerengan disajkan pada Tabel (Djaenudin et.al, 2003):

Gambar 7. Pengharkatan kelerengan

2.10.2 Kesehatan Tanah

Produktivitas wortel mengalami peningkatan sebesar 15.86 t ha-1 pada tahun 2012 dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 14.67 t ha-1 (BPS, 2012). Peningkatan produksi wortel tersebut menjadikan wortel sebagai komoditas dari sektor pertanian yang cukup prospektif untuk dikembangkan di Indonesia, namun kualitas umbi yang dihasilkan didominasi malformasi bentuk pada umbi seperti umbi bercabang (forking) bengkok dan kerdil yang mengakibatkan penurunan nilai ekonomis. Umbi abnormal secara umum disebabkan oleh kondisi tanah yang padat, aerasi buruk

disertai kesehatan tanah yang rendah atau biasa disebut hambatan mekanis tanah. Hambatan mekanis tanah (Mechanical impedance) dipengaruhi oleh mineralogi liat,

(24)
(25)

III. PEMBAHASAN 3.1 Aspek Ekonomi dan Sosial Budaya

3.1.1 Aspek Ekonomi

Wortel merupakan salah satu produk hortikultura yang potensial untuk dikembangkan. Menurut Badan Pusat Statistik (2015), hingga tahun 2014 wortel masih digolongkan sebagai Tanaman Sayuran dan tidak termasuk ke golongan Tanaman Obat. Hal tersebut dikarenakan pemanfaatan wortel yang dilakukan oleh masyarakat mayoritas sebagai pendamping makanan utama (sayuran) atau dimakan mentah (buah).

Pengembangan wortel di Indonesia masih terpusat di pulau Jawa, terutama Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penyebaran lahan untuk budidaya wortel di luar Jawa mayoritas terdapat pada Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Bengkulu. Selain provinsi tersebut, produksi tanaman wortel rendah atau masih belum dikembangkan dengan maksimal

Gambar 8. Grafik Produksi Tanaman Sayuran Wortel (Ton) 2014 (BPS, 2015) Meninjau kandungan serta manfaat wortel sebagai tanaman obat, wortel memiliki potensi untuk dikembangkan. Hal tersebut karena wortel telah dapat

dibudidayakan di Indonesia dengan baik dan masih sedikit pengembangan yang dilakukan. Pemanfaatan wortel sebagai tanaman obat secara modern hanya dilakukan

(26)

Gambar 9. Produk multiviamin olahan wortel (sumber: <http://image.elevenia.co.id/g/1/4/3/5/9/0/14359_B.jpg>)

Untuk megetahui suatu usaha budidaya tanaman menguntungkan atau merugikan, perlu dilakukan analisis usaha tani. Dalam melakukan analisis, diperlukan data-data yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha, misalnya karakteristik petani dan faktor produksi. Tahapan analisis usaha tani digambarkan pada gambar 10.

(27)

Sulandri (2007) melakukan analisis terhadap usaha tani wortel di Karanganyar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa usaha tani wortel bersifat menguntungkan dengan penerimaan petani sebesar Rp 12.217.054,26 per Ha dengan rata-rata pendapatan sebesar 7.456.350,45 per Ha. Perhitungan rasio R/C sebesar 2,75 menunjukkan bahwa usaha tani wortel yag dilakukan petani sudah efisien. Berikut adalah rincian usaha petani wortel di Karanganyar:

Gambar 11. Identitas petani sampel pada usaha tani wortel dikabupaten Karanganyar.

(28)

Gambar 13. Biaya usaha tani wortel per hektar pada musim tanamn oktober-desember 2007 di kabupaten Karanganyar.

3.1.2 Aspek Sosial Budaya

Wortel adalah tanaman yang bagi masyarakat lebih dikenal pemanfaatannya sebagai tanaman sayur. Perubahan cara pemanfaatan wortel tentu akan ikut

mengubah kebiasaan masyarakat baik teknik budidaya maupun perilaku. Budidaya tanaman obat lebih memperhatikan kualitas tanaman daripada budidaya tanaman

sayur. Wortel yang memiliki kecacatan di bagian umbi dengan alasan tertentu tidak dapat digunakan sebagai bahan peracikan obat. Akan tetapi, wortel yang tumbuh abnormal sekali pun dapat tetap dimanfaatkan sebagai sayur asalkan rasa tidak berubah.

Perbedaan tuntutan kualitas stanaman akan memberikan dampak bervariasi bagi petani yang terbiasa menanam tanaman sayur. Petani yang memiliki kebiasaan menggunakan faktor produksi tanaman untuk menghasilkan jumlah produksi setinggi-tingginya tanpa memperhatikan kualitas akan sulit diminta beralih kebiasaan bercocok tanamnya. Hal tersebut dikarenakan meningkatkan kualitas turut meningkatkan biaya produksi dan waktu proses budidaya. Beberapa petani akan menolak karena cara budidaya lebih mudah dan lebih cepat untuk tanaman sayur.

(29)

kebutuhan sayur yang tinggi dapat tidak terpenuhi dan mengakibatkan terjadinya impor.

3.2 Analisis SWOT

3.1.1 Strength (Kekuatan)

Wortel telah menjadi tanaman yang pemnfaatannya telah masuk ke kehidupan masyarakt. Misalnya adalah pembuatan masakan sop yang menggunakan wortel sebagai komposisi utama. Penggunaan wortel sebagai obat secara konvensional berbentuk jamu telah dikenal oleh masyarakat.

Wortel memiliki kandungan vitamin A yang tinggi. Selain itu, wortel juga telah terbukti memiliki fungsi lain seperti vaksin untuk rabies, hepatitis, kelainan Gaucher, serta berpotensi menjadi vaksin untuk penyakit lainnya. Penggunaan wortel sebagai komponen vaksin atau obat-obatan modern terbukti lebih murah daripada penggunaan komponen dari sel manusia atau hewan. Oleh karena itu, budidaya wortel tidak hanya menguntungkan secara ekonomis saja. Akan tetapi juga berperan penting dalam dunia medis.

3.1.2. Weakness (Kelemahan)

Masih banyak petani yang belum dapat beralih kebiasaan bercocok tanam dari tanaman sayur ke tanaman obat. Hal tersbut dikarenakan untuk meningkatkan kualitas butuh biaya operasional dan usaha budidaya yang lebih tinggi. Tanpa adanya pelatihan atau penyuluhan ke petani lebih lanjut, maka pengembangan wortel sebagai tanaman obat tidak dapat tercapai.

3.1.3 Oppurtunities (Kesempatan)

Wortel merupakan tanaman yang telah dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Dalam pengembangannya hanya terpusat pada daerah-daerah tertentu.

Maka dari itu, masih banyak daerah-daerah dengan produksi wortel rendah. Keadaan tersebut menguntungkan untuk dimanfaatkan, karena dengan persediaan tidak banyak, harga wortel di pasar tinggi.

(30)

Selain itu, pasar juga selalu ada, sehingga tidak akan terjadi kerugian karena tidak ada pasar.

3.1.3 Threats (Ancaman)

Adanya substitusi fungsi atau terdapat tanaman lain dengan kegunaan yang sama dan lebih hemat dari wortel. Misalnya adalah dalam pengobatan kanker, sirsak lebih dikenal masyarakat daripada penggunaan wortel. Selain itu, penyempitan lahan pertanian juga menjadi sebuah ancaman bagi pembudidaya wortel. Hal tersebut dapat diatasi dengan teknik buddaya lahan sempit serta penggunaan rumah kaca sebagai

(31)

IV. KESIMPULAN

1. Wortel memiliki prospek yang tinggi dengan penerimaan petani sebesar Rp 12.217.054,26 per Ha, rata-rata pendapatan sebesar 7.456.350,45 per Ha, dan rasio R/C sebesar 2,75 dari luas lahan 0,2451 Ha.

2. Wortel dapat dimanfaatkan sebagai vaksin untuk rabies, hepatitis, kelainan Gaucher, serta berpotensi menjadi vaksin untuk penyakit lainnya.

3. Teknik budidaya wortel sebagai tanaman obat meliputi perisapan bahan tanam, pengolahan lahan, penanaman, pengairan,pemupukan, penyiangan, pendangiran, pembubunan, hingga pengolahan panen dan pascapanen dengan memperhatikan

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. <http://bps.go.id/>. Diakses pada 11 September 2015.

Banga, O. 1957. The development of the original European carrot material. Euphytica 6:64–76.

Bradeen, J. M. and Simon P. W. 1998. Conversion of an AFLP fragment linked to the carrot Y2 locus to a simple, codominant, PCR based marker form. Theor Appl Genet 97:960–967.

Cahyono, B. 2002. Wortel: Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.

Djaenudin, D., Marwan H., Subagio H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk teknis evaluasi lahan untuk komoditi pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Imani, J., A. Berting, S. Nitsche, S. Schaefer, W. H. Gerlich, and K. H. Neuman. 2002. The integration of a major hepatitis B virus gene into cell-cycle synchronized carrot cell suspension cultures and its expression in regenerated carrot plants. Plant Cell 71:157–164.

Imani, J., H. Lorenz, K. H. Kogel, and D. Glebe. 2007. Transgenic carrots: Potensial source of edible vaccines. J. Verbr. Lebensm 1:105.

Kumar, S. G. B., T. R. Ganapathi, and V. A. Bapat. 2007. Poduction of hepatitis B Surface antigen in recombinant plant systems: An update. Biotechnol Prog 23:532–539.

Laufer, B. 1919. Sino-Iranica. Chicago, Field Museum of Natural Hist. Pub. 201. Athropol. Ser. Vol. 15_451–454.

(33)

Putu, I. D. 2013. Budidaya Wortel (Daucus carrota).Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Seumedang.

Rojas-Anaya, E., E. Loza Rubio, M. T. Olivera-Flores, and M. Gomez-Lim. 2009. Expressio of rabies virus G protein in carrot (Daucus carota). Transgenic Res 18:911–919.

Rubatzky, V. E. and Mas Y. 1998. World Vegetables: Principles, Production, and Nutritive Values (Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan Gizi, alih bahasa: Herison). Edisi ke-2. Penerbit ITB, Bandung.

Williams, C. N., J. O. Uzo, and W. T. H. Peregrine. 1993. Vegetables Production in the Tropics (Produksi Sayuran Daerah Tropika, alih bahasa: Ronoprawiro). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2. Variasi warna pada beberapa kultivar wortel.
Gambar 3. Bentuk dan ukuran relatif bebrapa kultivar wortel. (sumber: http://www.carrotmuseum.co.uk/photos/Carrot%20Shapes.jpg  )
Gambar 4 Pembentukan bedengan
Gambar 5 Panen dengan mesin
+7

Referensi

Dokumen terkait

EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN WORTEL (Daucus carota L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

Pemupukan merupakan suatu usaha untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga kebutuhan tanaman tersebut terpenuhi. Pemupukan dilakukan untuk mencukupi

Berdasarkan uraian di atas maka telah dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perendaman Irisan Wortel ( Daucus carota L) dalam Kalsium Klorida (CaCl2) terhadap Karakteristik

Pengaruh pemberiaan jus umbi wortel ( Daucus carota, L.) terhadap penurunan kadar kolesterol total dan trigliserida tikus putih

Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Wortel (Daucus carota L.) Terhadap Propionibacterium acnes

Pengujian Beberapa Dosis Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Wortel (Daucus carota L.).. Rur,

Adapaun judul skripsi ini adalah “ANALISIS PEMASARAN WORTEL (Daucus Carota L) dengan studi kasus di Pasar Induk Kelurahan Lau Cih Kecamatan Medan Tuntungan

UNAIR NEWS – Mahasiswa Fakultas Kedoktean Hewan (FKH) Universitas Airlangga dalam penelitiannya menemukan bahwa wortel (Daucus carota L) dapat digunakan sebagai bahan