PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MASOHI (Penelitian Tindakan Kelas)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Akademik Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Pattimura
OLEH
SAPIA PATTISAHUSIWA 2010-43-124
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
i
Waktu kadang lambat bagi yang menunggu, tetapi terlalu
cepat bagi yang terburu-buru. Terlalu panjang bagi yang gundah,
tetapi terlalu pendek bagi yang berbahagia. Bagi yang selalu
bersyukur, waktu senantiasa adalah kebahagiaan. Bersyukur
membuka kekayaan hidup, bersyukur mengubah apa yang dimiliki
menjadi cukup.
(Penulis)
No one is in control of your happiness but you, therefore,
you have the power to change anything about yourself of your life
that you want to change.
iii
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, rahmat, petunjuk dan bimbingan-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Penggunaan Metode Guided Discovery Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Materi Cahaya Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Masohi”. Sebagai salah satu persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari segala hambatan dan
tantangan yang senantiasa penulis hadapi namun atas berkat dan rahmat dari Allah
SWT, lewat berbagai bantuan dan dorongan dari semua pihak maka skripsi ini
dapat terselesaikan. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih dan
perhargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Th. Lauren M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Pattimura.
2. Dr. E. K. Huliselan M.Pd., selaku ketua jurusan Pendidikan MIPA FKIP
Universitas Pattimura.
3. Dr. I. H. Wenno, M.Pd., selaku ketua program studi pendidikan fisika yang
selama ini membantu dan membimbing penulis dalam perkuliahan.
4. Dra. K. Esomar, M.Pd., selaku mentor dan sekaligus pembimbing I atas
segala bantuan dan bimbingan serta arahannya kepada penulis hingga
iv
dan bimbingan serta arahannya kepada penulis hingga terselesainya skripsi
ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan
pengetahuan serta dorongan kepada penulis selama berada dalam lembaga
pendidikan ini.
7. Kepala SMP Negeri 3 Masohi dan dewan guru serta pegawai yang telah
memberikan waktu dan tempat selama penulis melakukan penelitian.
8. Keluarga besar Polhaupessy, Pattisahusiwa, Patty, dan yang tersayang onco
Lama, Menda dan Ashy buat semangat dan motivasinya.
9. Keluarga tercinta, Ayahanda dan Ibunda yang tersayang yang sejak kecil
membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kesabaran serta
membiayai perkuliahan penulis. Untuk kakakku Umhy, Nur, Adhia, Amat,
Alwan dan adikku Maken terima kasih atas bantuan, dukungan dan doanya.
10. Sahabat-sahabatku Rat, Icha, Rais, Dhino dan Baken atas semangat dan
doanya selama ini, hal yang terindah dalam hidup salah satunya adalah
memiliki kalian.
11. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2010 ( Ligia, Cici, Haris, Isye,
Didi, Mances, Ucha, Emy), adik-adikku angkatan 2011 ( Amha, Ocha, Dwi,
Vhy Dan Idha) dan seluruh mahasiswa fisika yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu atas bantuan yang diberikan kepada penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung selama studi hingga kini.
v
oleh karena itu segala sumbangan pikiran, saran maupun kritikan yang
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini ke dapan.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penulisan ini dapat bermamfaat
bagi kepentingan perkembangan dunia pendidikan, khususnya dunia pengajaran.
Kepada Allah SWT-lah dikembalikan budi baik dari semua pihak yang
vi
Halaman
LEMBARAN MOTTO... i
LEMBAR PERSEMBAHAN……….. ii
KATA PENGANTAR………... iii
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR TABEL……… viii
DAFTAR GAMBAR……… ix
DAFTAR LAMPIRAN... xi
ABSTRAK……….……… xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah……… 3
C. Perumusan Masalah... 4
D. Cara Pemecahan Masalah……… 4
E. Tujuan Penelitian... 5
F. Manfaat Penelitian... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi teoritis... 7
1. Hakikat Belajar... 7
2. Konsep Fisika…...………. 8
3. MetodeGuided Discovery..……… 16
B. Ruang Lingkup Materi………..……… 19
1. Pengertian Cahaya….………. 19
a. Perambatan Cahaya…..………. 20
b. Pemantulan Cahaya.………. 21
2. Pengertian Cermin……….. 23
a. Cermin Datar……… 23
b. Cermin Cekung……… 24
c. Cermin Cembung………. 27
C. Kerangka Berpikir……… 30
vii
B. Lokasi dan Waktu Penelitian…... 32
C. Metode Penelitian... 32
D. Variabel Penelitian... 33
E. Prosedur Penelitian... 33
F. Teknik Pengumpulan Data... 40
G. Teknik Analisis Data... 41
H. IndikatorKeberhasilan………. 43
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 44
B. Pembahasan……….. 62
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan…..……… 69
B. Saran………..……….. 69
DAFTAR PUSTAKA……… 71
LAMPIRAN–LAMPIRAN……….……… 74
viii
2.1 Sintak Metode PembelajaranGuided Discovery……….. 16 3.1 Tingkat Penguasaan Konsep Dan Kualifikasi Gain Skor…………. 42 3.2 Tingkat Penguasaan Dan Kualifikasinya……….…………. 42
4.1 Kualifikasi Dan Skor PencapianSiswa Pada Kemampuan Awal… 44
4.2 Kualifikasi Dan Skor Pencapian Siswa Pada Kemampuan Akhir… 45
4.3 Kualifikasi Dan Peningkatan Penguasaan Konsep Pertemuan Pertama. 47
4.4 Kualifikasi Dan Skor Pencapian Siswa Pada Kemampuan Awal…… 48
4.5 Kualifikasi Dan Skor Pencapian Siswa Pada Kemampuan Akhir… 49
4.6 Kualifikasi Dan Peningkatan Penguasaan Konsep Pertemuan Kedua 51
ix
2.1 Hukum Pemantulan Cahaya……… 21
2.2 Pemantulan Baur………. 22
2.3 Pemantulan Teratur………. 22
2.4 Pemantulan Cermin Datar……….. 24
2.5 Sinar-sinarIstimewa Cermin Cekung……… 25
2.6 Pembentukan Bayangan Pada Cermin Cekung……… 26
2.7 Sinar-sinar Istimewa Cermin Cembung……… 28
2.6 Pembentukan Bayangan Pada Cermin Cembung………. 29
3.1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas………. 42
3.2 Siklus Dalam Penelitian………..……….…………. 42
4.1 Skor Pencapian Siswa Pada Kemampuan Awal……… 45
4.2 Skor Pencapian Siswa Pada Kemampuan Akhir………46
4.3 Peningkatan Penguasaan Konsep ………...48
4.4 Skor Pencapian SiswaPada Kemampuan Awal……… 49
4.5 Skor Pencapian Siswa Pada Kemampuan Akhir……… 50
4.6 Peningkatan Penguasaan Konsep ……… 51
4.7 Peningkatan Penguasaan KonsepSiklus I……….. 52
4.8 Skor Pencapian Siswa Pada Kemampuan Awal……….. 53
4.9 Skor Pencapian Siswa Pada Kemampuan Akhir………. 55
4.10 Peningkatan Penguasaan Konsep ……… 56
4.11 Skor Pencapian Siswa Pada Kemampuan Awal……….. 57
4.12 Skor Pencapian Siswa Pada Kemampuan Akhir………..58
xi
1. Pemetaan SK/KD/INDIKATOR……….. .... 90
2. Silabus ………... 91
3.a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 1… 92 3.b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus IPertemuan 2… 95 3.c Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 1... 98
3.d Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 2... 101
4.a Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1……….. 104
4.b Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2………... 108
4.c Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 1………. 113
4.d Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 2………. 117
5.a Pemerkahan Soal LKS Siklus I Pertemuan 1……….. 121
5.b Pemerkahan Soal LKS SiklusI Pertemuan 2……….. 123
5.c Pemerkahan Soal LKS Siklus II Pertemuan 1……….. 125
5.d Pemerkahan Soal LKS Siklus II Pertemuan 2……….. 126
6.a Soal Tes Awal- Tes Formatif Siklus I pertemuan 1……….. 129
6.b Soal Tes Awal- Tes Formatif Siklus I pertemuan 2……….. 132
6.c Soal Tes Awal- Tes Formatif Siklus IIpertemuan 1………..136
6.d Soal Tes Awal- Tes Formatif Siklus II pertemuan 2………..139
7.a Pemerkahan Soal Tes Awal-Tes Formatif Siklus I Pertemuan 1…….. 142
7.b Pemerkahan Soal Tes Awal-Tes Formatif Siklus I Pertemuan 2…….. 143
7.c Pemerkahan Soal Tes Awal-Tes Formatif Siklus II Pertemuan 1……..144
7.d Pemerkahan Soal Tes Awal-Tes Formatif Siklus II Pertemuan 1……..145
xii
11.a Skor Perolehan Dan Skor Pencapaian siswa Pada Tes Kemampuan
Awal Siklus I………..………. 177
11.b Skor Perolehan Dan Skor Pencapaian siswa Pada Tes Kemampuan AwalSiklus II ……… 178
11.c Rata-Rata Pencapaian Siswa siswa Pada siswa Pada Tes Kemampuan AwalSiklus I Ke Siklus II……….. 179
12.a Skor Perolehan Dan Skor Pencapaian siswa Pada Tes Formatif SiklusI………..……….. 180
12.b Skor Perolehan Dan Skor Pencapaian siswa Pada Tes Formatif Siklus II ……….. 181
12.c Rata-Rata Pencapaian Siswa siswa Pada Tes Formatif Siklus I Ke SiklusII……… 182
13.a Peningkatan Tes Hasil Belajar Siklus I……….. 183
13.b Peningkatan Tes Hasil Belajar Siklus II………. 184
13.c Rata-Rata Peningkatan Tes Hasil Belajar Siklus I……… 185
13.d Rata-Rata Peningkatan Tes HasilBelajar Siklus II……… 186
13.f Rata-Rata Peningkatan Tes Hasil Belajar Siklus I Ke Siklus II …… 187
xiii
PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MASOHI (Penelitian Tindakan Kelas)
SAPIA PATTISAHUSIWA
ABSTRAK
Penelitian dengan metode pembelajaran Guided Discovery bertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika pada materi cahaya. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dua pertemua dan setiap pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII3 SMP Negeri 3 Masohi. Metode analisis yang digunakan adalah deskripsi
prosentase. Data penelitian yang diperoleh adalah data hasil peningkatan penguasaan konsep siswa yang didapat dari ujiGain skorantara nilaipost-testdan pre-testsiswa. Hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II, menunjukkan adanya peningk`atan penguasaan konsep siswa. Dari hasil penelitian diperoleh peningkatan rata-rata penguasaan konsep siswa pada siklus I adalah 0,63 dengan kategori sedang dan 0,80 pada siklus II dengan kategori tinggi.
Dengan demikian penggunaan metode pembelajaran guided discovery tersebut dapat diterapkan oleh guru fisika, karena mampu membantu siswa dalam meningkatkan penguasaan konsep materi pelajaran fisika.
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus dilakukan melalui proses
pembelajaran. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar
mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009: 4).
Pembelajaran merupakan aktivitas yang utama dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan
sistem lingkungan atau kondisi belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan berkaitan
dengan mengajar yang merupakan proses membimbing kegiatan belajar
(Sardiman, 2007: 25).
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru, peserta
didik dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan belajar. Interaksi dan komunikasi timbal balik antara guru dan
peserta didik merupakan ciri dan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar. Proses belajar mengajar ini tidak sekedar hubungan komunikasi antara
guru dan peserta didik, tetapi merupakan interaksi edukatif yang tidak hanya
penyampaian materi pelajaran melainkan juga menanamkan sikap dan nilai pada
diri peserta didik yang sedang belajar ( Nuryani dkk, 2008: 4).
Proses pembelajaran yang sama harus dialami oleh semua mata pelajaran,
Masohi. Khususnya di kelas VIII3 ini materi cahaya termasuk materi yang sulit
karena membutuhkan analisa yang kongkrit dan merupakan materi yang sifatnya
nyata, dan juga merupakan salah satu materi yang pokok bahasan pada materi ini
sering dialami dalam kehidupan sehari-hari. Pada tanggal 23 Desember 2014
penulis melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA-Fisika guna
mengetahui situasi dan kondisi pembelajaran di SMP Negeri 3 Masohi Kabupaten
Maluku Tengah. Adapapun permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran
fisika di SMP Negeri 3 Masohi adalah kurangnya atau rendahnya hasil belajar
siswa. Siswa menghindari dalam mengerjakan tugas fisika baik yang di sekolah
maupun yang di rumah. Selain itu penyajian materi oleh guru tidak menarik dan
tidak efektif, guru sangat terikat pada metode ceramah, dan tanya jawab, metode
yang digunakan guru juga tidak relevan dengan materi yang diajarkan.
Akibat dari situasi di atas siswa menjadi bosan mendengarkan penjelasan
guru, dan siswa tidak tertarik pada mata pelajaran fisika, bahkan siswa benci
dengan pelajaran ini. Situasi ini membuat penulis merasa perlu melakukan
perbaikan pada proses pembelajaran pada kelas VIII3SMP Negeri 3 Masohi.
Melalui analisa pada siswa, dan karakteristik materi serta sarana dan
prasarana yang tersedia, maka penulis menetapkan perbaikan pada proses
pembelajaran. Dan alternatif solusi yang diberikan adalah perbaikan pada
penggunaan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dipilih adalah
Metodeguided discoverymerupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, di mana siswa akan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
sehingga hasil yang diharapkan akan baik, tahan lama dalam ingatan dan tidak
mudah dilupakan. Melalui metode ini siswa belajar menguasai cara kerja ilmiah
yang dapat dikembangkan sendiri, serta siswa belajar berpikir analisis dan
mencoba memecahkan masalah yang dihadapi (Suryosubroto, 2009:177).
Penelitian yang difokuskan pada metodeguided discoveryatau yang dikenal dengan penemuan terbimbing, akan melibatkan siswa dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan guru, dan melakukan discovery, sedangkan guru membimbing kearah yang benar. Dalam metode ini guru perlu memiliki
keterampilan membimbing apabila siswa mengalami kesulitan, dan memberikan
bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi namun tidak berarti guru
menggunakan metode ceramah reflektif (Hamalik, 2003: 188).
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penilitian
mengenai penggunaan metode guided discovery . Penilitian ini berjudul
“Penggunaan Metode Guided Discovery Dalam Meningkatkan Penguasaan
Konsep Fisika Materi Cahaya Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Masohi”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi dari permasalahan dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
1. Hasil belajar IPA (Fisika) siswa kelas VIII3 SMP Negeri 3 Masohi masih
2. Masih terdapat siswa yang tidak mengerjakan tugas baik tugas disekolah
maupun dirumah
3. Siswa tidak aktif dalam mengikuti pembelajara fisika di sekolah
4. Metode pembelajaran yang digunakan guru IPA-Fisika SMP Negeri 3
Masohi kurang mengaktifkan siswa.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah Apakah pembelajaran dengan menggunakan metode guided
discoverydapat meningkatkan penguasaan konsep fisika materi cahaya pada siswa di kelas VIII SMP Negeri 3 Masohi?
D. Cara Pemecahan Masalah
Cara memecahkan masalah adalah cara, prosedur, atau tindakan yang akan
dilakukan dalam pemecahan masalah (Mulyasa, 2009: 63). Dari permasalahan
yang ada maka cara pemecahan masalah yang akan digunakan adalah penggunaan
metode pembelajarangueded discovery,dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pemberian rangsangan yaitu guru mengajukan persoalan atau meminta siswa
mendengarkan masalah yang akan disampaikan oleh guru.
2. Pernyataan/ identifikasi masalah yaitu guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengemukakan pendapat dalam membentuk rumusan masalah
atau hipotesis, guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang
3. Mengumpulkan data yaitu guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan serta hipotesis yang telah
dibuat.
4. Pengolahan data yaitu Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
melalui diskusi.
5. Pembuktian yaitu guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
6. Menarik Kesimpulan yaitu guru membimbing siswa dalam memberi
kesimpulan.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan penguasaan konsep fisika materi cahaya yang diajarkan dengan
menggunakan metode guided discovery pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Masohi.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis.
1. Manfaat teoritis
a. Dengan menggunakan metode pembelajaran guided discovery dapat mendorong siswa unruk berpikir dan bekerja atas inisitif sendiri , objektif,
b. Menjadi bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mendalami
tentang metodeguided discovery. 2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
Penggunaan metodeguided discoverydapat memberikan suasana baru bagi siswa dalam belajar.
b. Bagi guru
Dapat menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran yang digunakan
untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa.
c. Bagi penulis
Penggunaan metode guided discovery diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan strategi belajar dilapangan yang berguna bagi profesi
A. Deskripsi Teoritis 1. Hakikat Belajar
Mengenai teori belajar (Winkel, 2007: 59) berpendapat bahwa belajar
adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung interaktif aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas.
Sedangkan menurut Hilgard berpendapat belajar adalah proses perubahan melalui
kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium ataupun di
dalam lingkungan alamiah. Belajar bukan hanya sekedar mengumpulkan
pengetahuan akan tetapi merupakan proses mental yang terjadi pada diri
seseorang sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.
Menurut Susanto (2013: 4) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas
yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh
suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan
seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir,
merasa, maupun dalam bertindak. Sedangkan menurut Sanjaya (Prastowo, 2013:
49), belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang
bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afektif, maupun
Selanjutnya menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah “suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Hergenhahn dan Olson (2008: 8)
mengemukakan bahwa belajar adalah “perubahan perilaku atau potensi perilaku
yang relatif permanen yang berasal dari pengalaman dan tidak bisa dinisbahkan ke
temporary body states(keadaan tubuh temporer) seperti keadaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan”.
Dari beberapa pendapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku sebagai hasil pengalamannya (mengalami) sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan telah belajar bila telah mengalami
perubahan tingkah laku (behavior). Perubahan tingkah laku tersebut meliputi
perubahan pengetahuan atau pemahaman (cognitive), sikap atau nilai (afective),
dan keterampilan motorik (psichomotorik).
2. Konsep Fisika
Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil
sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan melalui proses asimilasi
dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif
yang terbentuk melalui proses pengalaman (Sanjaya, 2006: 123-124). Asimilasi
adalah proses penyempurnaan skema sedangkan akomodasi adalah proses
mengubah skema yang sudah ada sehingga terbentuk skema baru. Asimilasi dan
Menurut Menurut Gagne (Bell, 1978: 110-111) belajar terjadi dalam empat fase
yang berurutan yaitu:
1. Apprehending phase (fase pemahaman) yaitu fase balajar yang pertama dimana siswa menyadari adanya stimulus atau sekumpulan yang disajikan di
dalam situasi belajar. Kesadaran itu akan mengantarkan siswa untuk
mengerti karakteristik kumpulan stimulus itu. Segala sesuatu yang dipahami
siswatersebut akan di ”kode” kantersendiri oleh setiap individu dan dicatat
dan disimpan dalam ingatan.
2. Acquisition phase (fase penguasaan) merupakan fase belajar kedua dimana siswa sedang memperoleh atau memproses fakta, ketrampilan, konsep atau
prinsip yang dipelajari.
3. Storage phase (fase ingatan) merupakan fase dimana setelah seseorang memperoleh suatu pengetahuan baru, pengtahuan itu harus disimpan atau
diingat.
4. Retrieval phase ( fase pengungkapan kembali) adalah fase belajar dimana kemampuan siswa untuk menyebutkan kembali informasi yang telah
diperoleh dan disimpan dalam ingatan.
Dari uraian fase belajar tersebut, fase penguasaan berada pada urutan nomor
dua atau setelah pemahaman dalam aspek kognitif. Hal ini memberikan
pengertian bahwa untuk menguasai konsep dalam suatu pembelajaran, siswa
diharuskan untuk memahami konsep terlebih dahulu yang selanjutnya siswa dapat
memproses atau terampil menggunakan konsep yang telah dipahami. Menurut
yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
lain. Sedangkan menurut Dahar (Pradina, 2010: 9) menyatakan bahwa penguasaan
konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara
ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Penguasaan konsep merupakan bagian dari hasil dalam komponen
pembelajaran. Konsep, prinsip, dan struktur pengetahuan dan pemecahan masalah
merupakan hasil yang penting pada ranah kognitif. Dengan demikian penguasaan
konsep merupakan bagian dari hasil belajar pada ranah kognitif. Belajar kognitif
bertujuan memperbaiki pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari.
Selanjutnya menurut Pradina (2010: 11) mengungkapkan bahwa penguasaan
konsep diperoleh dari proses belajar, sedangkan belajar merupakan proses kognitif
yang melibatkan tiga proses yang hampir bersamaan yaitu memperoleh informasi
yang baru, transformasi informasi, dan menguji relevansi ketetapan pengetahuan.
Seseorang dikatakan menguasai konsep apabila orang tersebut mengerti benar
konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan
kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Penguasaan
konsep dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengungkapkan
kembali suatu objek tertentu berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh objek
tersebut (Pradina, 2010: 11).
Menurut Bloom ( Gulo, 2004 : 58-69), kemampuan kognitif penguasaan
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan proses untuk mengingat dan memanggil kembali
suatu informasi pada suatu waktu jika dibutuhkan. Pengetahuan
diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
1) Mengetahui sesuatu yang khusus
a) Mengetahui terminologi
Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan mengenal atau
mengingat kembali istilah atau konsep tertentu yang dinyatkan dalam
bentuk simbol, baik berbentuk verbal atau nonverbal.
b) Mengetahui fakta tertentu
Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan untukmengenal
atau mengingat kembali tanggal, peristiwa, orang, tempat, dan lain-lain
2) Pengetahuan tentang cara untuk memproses atau melakukan sesuatu
a) Mengetahui kebiasaan atau cara mengetengahkan ide atau pengalaman
b) Mengetahui urutan atau kecenderungan yaitu prosrs, arah, dan gerakan
suatu gejala atau fenomena pada waktu yang berkaitan
c) Mengetahui penggololongan atau pengkategorian, yaitu mengetahui
kelas, kelompok, perangkat atau susnan yang digunakan dalam bidang
tertentu atau memproses sesuatu
d) Mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi fakta,
prinsip, pendapat atau perlakuan
e) Mengetahui metodolohi, yaitu perangkat cara yang digunakan untuk
f) Mengetahui hal-hal yang universal dan abstrak dalam bidang tertentu,
yaitu ide, bagan dan pola yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu
fenomena atau pikiran
g) Mengetahui prinsip dan generalisasi
h) Mengetahui teori dan struktur
b. Pemahaman (comprehension)
Kemampuan memahami dapat juga disebut dengan istilah ”mengerti”.
Seseorang siswa dikatakan telah mempunyai kemampuan mengerti atau
memahami apabila siswa tersebut dapat menjelaskan sustu konsep tertentu
dengan kata-kata sendiri, dapat membandingkan, dapat membedakan dan dapat
mempertentangkan konsep tersebut dengan konsep lain.
Kemampuan yang tergolong dalam kemampuan mamahami adalah:
1. Translasi, yaitu kemampuan untuk mengubah simbol tertentu menjadi
simbol lain tanpa perubahan makna. Misalnya simbol berupa kata-kata
(verbal) diubah menjadi gambar, bagan atau grafik.
2. Interpretasi, yaitu kemampuan untuk menjelaskan makna yang terdapat di
dalam simbol, baik simbol verbal maupun nonverbal. Misalnya kemampuan
menjelaskan konsep atau prinsip dan tori tertentu.
3. Ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk melihat kecenderungan atau arah atau
kelanjutan dari suatu temuan.
c. Penerapan (application) meliputi kemampuan:
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip,
jika dia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklarifikasikan,
memanfaatkan, menyelesaikan, dan mengidentifikasikan mana yang sama.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguaraikan suatu bahan 9
fenomena atau bahan pelajaran) ke dalam unsur-unsurnya, kemudian
menghubung-hubungkan bagian dengan bagian dengan cara bagaimana dia
disusun dan diorganisasikan. Menurut Bloom, ada tiga jenis kemampuan
analisis yaitu analisis unsur, analisis hubungan dan analisis prinsip-prinsip
yang terorganisasi.
e. Sintesis (synthesis) meliputi:
Sintesis adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan
mengorganisasikan semua unsur atau bagian, sehingga membentuk satu
keseluruhan secara utuh. Dengan kata lain, suatu kemampuan intelektual yang
mengkombinasikan semua unsur yang relevan guna membentuk suatu pola
atau sruktur yang sama sekali baru
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk mengambil keputusan, menyatakan
pendapat atau memberi penilaian berdasarkan kriteria-kriteria baik kualitatif
maupun kuantitatif. Evaluasi dapat dibedakan berdasarkan kriteria pembenaran
yang digunakan, yaitu:
1) Pembenaran berdasarkan kriteria internal dilakukan dengan memperhatikan
didalam obyek yang diamati sehingga seseorang dapat mengambil
keputusan atau memberi penilaian.
2) Pembenaran berdasarkan kriteria eksternal dilakukan berdasarkan
kriteria-kriteria yang bersumber di luar obyek yang diamati.
Dengan demikian, penguasaan konsep fisika merupakan produk dari
suatu kegiatan belajar seseorang untuk mengerti dan memahami suatu
obyek-obyek atau benda-benda melalui pengamatan dan pengalaman seseorang dalam
menyelesaikan masalah fisika, sehingga penguasaan konsep ini menjadi konsep
yang tidak mudah hilang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep
harus didasarkan pada pemahaman konsep. Jika dua hal tersebut dapat
dipahami dan dikuasai maka suatu materi dapat mudah diingat oleh peserta
didik dan jika suatu saat ditanya oleh guru tentang konsep yang telah ia pelajari
maka peserta didik akan mudah untuk mengungkapkannya. Agar siswa dapat
mengingat suatu konsep fisika untuk jangka waktu yang lama maka siswa
harus memperoleh konsep tersebut dengan cara menggunakan kehidupan
sehari-hari yang diformulasikan dengan pembelajaran fisika, tentunya dengan
bantuan guru sebagai fasilitator. Seorang siswa dapat dikatakan menguasai
konsep jika:
a. Mengetahui ciri-ciri suatu konsep
b. Mengenal beberapa contoh dan bukan contoh dari konsep tersebut
c. Mengenal sejumlah sifat-sifat dan esensinya
e. Dapat mengenal hubungan antar konsep
f. Dapat mengenal kembali konsep itu dalam berbagai situasi
g. Dapat menggunakan konsep untuk menyelesaikan masalah fisika
Hal ini akan membawa dampak pada proses berikutnya yaitu siswa dapat
mengolah fakta atau terampil menggunakan suatu konsep fisika dalam
menyelesaikan suatu soal fisika sebagai tolak ukur dalam penguasaan konsep. Jika
hal tersebut di atas sudah dimiliki oleh siswa, maka siswa akan mudah mengingat
dan mengungkapkan kembali apa yang telah ia pelajari karena suatu konsep sudah
tertanam dalam ingatannya dan harus dipertahankan dengan cara menggunakan
konsep tersebut dengan teratur. Dalam pembelajaran fisika, belajar konsep secara
sederhana dapat dilakukan dengan mendengarkan, melihat, menangani, dan
berdiskusi. Dalam belajar konsep dapat juga digunakan media pembelajaran untuk
memperjelas siswa menguasai suatu konsep. Dalam menyampaikan konsep yang
satu dengan konsep yang lain harus tidak bertentangan atau dengan kata lain
disampaikan secara sistematis.
3. Metode PembelajaraGuided Discovery
a. Pengertian Metode PembelajaranGuided Discovery
Metodeguided discovery adalah metode pengajaran yang melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru,siswa melakukan discovery,
sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat dan benar. Pembelajaran
dengan menggunakan metode guided discovery sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru. Selain itu, guru menyediakan kesempatan bimbingan atau
problema, petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat
diberikan guru (Sudirman, 1989: 173).
Gagasan awal diambil dari Rousseau, Dewey, Piaget, dan Bruner. Menurut
Bruner Pembelajaran guided discovery adalah pendekatan kognitif dalam pembelajaran dimana guru menciptakan situasi sehingga, siswa dapat belajar
sendiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan
prinsip-prinsip. Siswa didorong untuk mempunyai pengalaman dan melakukan percobaan
yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi
dirinya. Jadi dalam guided discovery yang sangat penting adalah siswa sungguh terlibat pada persoalannya, menemukan prinsip-prinsip atau jawaban lewat suatu
percobaan (Suparno, 2007: 72).
Sund berpendapat bahwa guided discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental
tersebut misalnya, mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Yang dimaksud konsep
misalnya: segitiga, demokrasi, panas, energi dan sebagainya. Sedangkan prinsip
misalnya: logam apabila dipanasi mengembang, lingkungan berpengaruh terhadap
kehidupan organisme (Roestiyah, 2008: 20).
Metode guided discovery selalu dalam situasi problem solving, dimana pelajar dihadapkan pada pengalaman sendiri dan pengetahuan awal mereka, untuk
menemukan kebenaran atau pengetahuan baru yang harus dipelajari. Anggapan
b. Langkah-langkah Pembelajaran Discovery sebagai berikut:
Guru mengajukan persoalan atau meminta siswa mendengarkan masalah yang akan disampaikan oleh guru.
Problem Statement
(Pernyataan/ identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapat dalam membentuk rumusan masalah atau hipotesis, guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis.
Data Collection
(mengumpulkan data)
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan serta hipotesis yang telah dibuat.
Data processing
( pengolahan data)
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui diskusi.
Verification
(Pembuktian)
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
Generalization (Menarik
Kesimpulan)
Guru membimbing siswa dalam memberi kesimpulan.
c. Kelebihan dan Kekurangan MetodeGuided Discovery Learning
Metode guided discovery mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan sehingga perlu adanya pemahaman dalam melaksanakan metode tersebut.
Suryosubroto (2009: 185) memaparkan beberapa kelebihan metode penemuan
sebagai berikut:
a. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.
b. Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian; retensi, dan transfer.
c. Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan.
d. Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri.
e. Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
f. Metode ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
g. Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.
h. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Selain itu Suryosubroto (2009: 186) juga memaparkan beberapa kelemahan
metode penemuan sebagai berikut:
a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
d. Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan.
e. Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.
f. Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa metode
guided discovery tidak hanya memiliki banyak kelebihan, tetapi juga beberapa kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai
metode ini supaya dalam penerapannya dapat terlaksana dengan efektif.
A. Ruang Lingkup Materi 1. Cahaya.
a. Pengertian Cahaya
Cahaya adalah gelombang elektomagnetik yang merambat lurus
(Tranggono, 2004: 74). Dikatakan Panjang gelombang (λ) cahaya antara 4000À –
7600 À dan dapat merambat tanpa medium atau zat antara. Begitupun cepat
rambat cahaya di ruang hampa adalah 3 x 108m/s.
Benda yang disekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai
benda tersebut (Tranggono, 2004: 75). Dijelaskan bahwa Cahaya yang mengenai
Sehingga semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya.
Adapun sifat yang dimiliki cahaya yaitu merambat lurus, menembus benda, dapat
dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, dan cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik.
Menurut Tranggono (2004: 75) berdasarkan panjang gelombangnya, cahaya
dibedakan menjadi tampak dan cahaya tidak tampak.
1) Cahaya tampak dapat ditangkap mata, dengan panjang gelombang 4 x 10-7–
7 x 10-7m.
2) Cahaya tidak tampak, dengan panjang gelombang di luar kisaran cahaya tampak, misalnya sinar gamma, sionar X, sinar ultraviolet, dan sinar inframerah.
b. Perambatan Cahaya 1. Arah Perambatan Cahaya
Cahaya merambat melalui garis lurus. Misalkan kita menyorotkan senter
pada suatu tempat yang gelap, tampak bahwa cahaya senter merambat lurus.
2. Pebentukan Bayangan
Ketika cahaya merambat lurus dihalangi oleh benda tak tembus cahaya
maka akan terbentuk bayangan dari benda pada layar yang diletakan di belakang
benda.
3. Proses melihat benda
Mata bisa melihat benda di sekitar kita karena benda tersebut dapat
memantulkan cahaya. Cahaya mengenai benda kemudian dipantukan kemata,
sehingga terlihat oleh mata. Benda dapat menghasilkan cahaya disebut sumber
menghasilkan cahaya namun hanya memantukan disebut benda gelap. Benda
gelap dibedakan menjadi 3 (Tranggono, 2004: 79) yaitu :
1) Benda bening adalah benda yang dapat meneruskan hampir selurus cahaya yang datang pada benda tersebut, misalnya kaca.
2) Benda tembus cahaya adalah benda yang meneruskan hanya sebagian cahaya yang datang pada benda tersebut, misalnya kain tipis.
3) Benda tak tembus cahaya adalah benda yang tidak dapat meneruskan seluruh cahaya yang diterimanya, misalnya kayu.
c. Pemantulan Cahaya
Apabila cahaya mengenai suatu permukaan yang mengkilap, cahaya
tersebut umumnya dipantulkan kembali, contoh kaca jam tangan. Dari berbagai
benda yang dapat memantulkan cahaya, cermin merupakan alat yang paling baik
untuk memantulkan cahaya(Tranggono, 2004: 78).
1. Macam-macam Berkas Cahaya
Cahaya biasanya disebut berkas cahaya atau berkas sinar. Berkas cahaya
dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Divergen (berkas cahaya yang memancarkan) yaitu sinar datang dari suatu titik.
2) Konvergen (berkas cahaya yang mengumpulkan) yaitu sinar yang menuju ke satu titik.
3) Paralel yaitu sinar sejujur satu sama lain.
2. Hukum Pemantulan Cahaya
Hukum pemantulan cahaya terdiri dari 2 teori yaitu (Tranggono, 2004: 81):
1) Besarnya sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r) secara matematis ditulis: i = r
Gambar 2.1. Hukum pemantulan cahaya (Puspita,2009: 225)
Berdasarkan bidang pantulnya, pemantulan cahaya di bedakan menjadi dua
(Puspita, 2009: 225):
1) Pemantulan baur adalah pemantulan cahaya yang jatuh pada benda dengan permukaan kasar, cahaya tersebut akan dipantulakan dengan arah yang tidak menentu atau sembarang.
Gambar 2.2. Pemantulan baur
2) Pemantulan teratur adalah pemantulan dari cahaya yang jatuh pada benda dengan permukaannya licin (mengkilap). Cahaya tersebut akan dipantulkan pada arah tertentu secara teratur.
2. Pengertian Cermin
Cermin adalah benda padat yang salah satu sisinya halus dan mengkilap
yang dilapisi amalgam perak sehingga memantulkan seluruh cahaya yang datang
(Karim, 2008: 280). Cermin dibedakan menjadi 3, yaitu : cermin datar, cermin
cekung , dan cermin cembung (Tranggono, 2004: 82).
1. Cermin Datar
Sebuah cermin yang permukaannya datar sempurna disebut cermin datar.
a. Sifat-sifat bayangan pada cermin datar
Sifat-sifat bayangan pada cermin datar menurut Tranggono(2004: 82) adalah:
1) Bayanganya sama dengan bendanya
2) Bayangannya yang terbentuk sama tegak, seperti posisi tegaknya benda di depan cermin.
3) Jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan 4) Banyangan cermin tertukar sisinya
5) Bayangan bersifat maya ( tdak dapat ditangkap oleh layar) 6) Pemantulan pada cermin datar .
b. Pembentukan bayangan pada cermin datar
Ada tiga langkah untuk melukiskan pembentukan cahaya pada cermin datar
1) Lukislah sinar pertama yang datang dari benda pada cermin datar dipantulkan sesuai dengan hukum pemantulan, yaitu sudut datang = sudut pantul
2) Lukislah sinar kedua yang datang dari benda menuju ke cermin dan dipantulkan sesuai hukum pemantulan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melukiskan banyangan pada cermin
datar yaitu:
1) Sinar selalu berasal (datang dari sisi depan cermin atau sisi mengkilat dan dipantulkan kembali kesisi depan
2) Bayangan nyata dibentuk oleh perpotongan langsung sinar-sinar pantul dilukiskan dengan garis utuh, bayangan maya (tidak nyata) dibentuk oleh perpotongan perpanjangan sinar-sinar pantul (dilukiskan dengan garis putus-putus).
Gambar 2.4. Pembentukan bayangan cermin datar (Wasis, 2008: 240)
3. Cermin Cekung
a. Pemantulan pada cermin cekung
Cermin cekung adalah cermin yang bentuknya melengkung seperti bagian
dalam bola (Karim, 2008: 282). Dijelakan bahwa cermin cekung bersifat
konvergen (mengumpulkan sinar), sehingga cermin cekung disebut juga cermin
positif karena jari-jari cermin berada di depan cermin.
Ada tiga aturan yang diperlukan untuk melukiskan pembentukan bayangan
pada cermin cekung (Karim, 2008: 283).
2) Sinar selalu datang dari bagian depan cermin dan dipantulkan juga kebagian depan. Perpanjangan sinar-sinar dibelakang cermin dilukiskan sebagai garis putus-putus.
3) Jika kedua sinar pantul pada butir (1) berpotongan didepan cermin, bayangan yang dihasilkan bersifat nyata dan terbalik jika kedua sinar tersebut tidak berpotongan didepan cermin, melainkan perpotongannya didapat dari perpanjangan sinar pantul dibelakang cermin, bayangan yang dihasilkan bersifat maya, tegak dan dilukiskan dengan garis putus-putus.
b. Bagian-bagian cermin cekung
Bagian-bagian cermin cekung adalah(Karim, 2008: 283):
1) Titik O dinamakan titik pusat bidang cermin. 2) Titik focus (F)
3) Titik pusat kelengkungan (C), yaitu titik pusat kelengkungan bola yang membentuk cermin cekung.
4) Garis normal yang melalui titik C dan O dinamakan sumbu utama. 5) Jarak C ke O adalah jari-jari kelengkungan cermin.
c. Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung
Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung antara lain(Karim, 2008: 284):
1) Sinar datang melalui sumbu utama cermin dipantulakan menuju titik focus 2) Sinar datang melalui titik focus F, akan dipantulkan sejajar sumbuh utama. 3) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan C akan dipantulkan kembali
melalui titik pusat kelengkungan tersebut.
1) Sumbu utama
3) Sumbu utama
Gambar 2. . Sinar-sinar Istimewa cermin cekung (Karim, 2008: 284)
d. Sifat-sifat banyangan yang terbentuk pada cermin cekung
Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cekung yaitu (Puspita, 2009:
30):
1) Terletak antara F dan P: benda terletak setelah titik P sifat banyangan yang terbentuk adalah terbalik, nyata, diperkecil, pembentukan banyanyannya seperti ditunjukan pada Gambar 2.6(a).
2) Benda terletak antara F dan P: sifat bayangan yang terbentuk adalah terbali, nyata, diperbesar, terletak setalh titik P, pembentukan banyangannya seperti ditujukan pada Gambar 2.6(b).
3) Benda terletak pada titik F: Tidak atau akan terbentuk banyangan atau banyangan yang ada di tak hingga pembentukan bayangannya seperti ditujukan pada Gambar 2.6(c).
4) Benda terletak antara F dan O: Sifat bayangan yang terbentuk adalah tegak, maya, diperbesar, terletak sebelum titik, pembentukan bayangannya seperti ditunjukan pada Gambar 2.6(d).
b)
c)
d)
Gambar 2.6. Pembentuk bayangan pada cermin cekung (Puspita, 2009: 30)
Rumus cermincekung………(1)
1 =
1 +
1
Keterangan:
s = Jarak benda (cm) s’= Jarak bayangan (cm) f = Jarak focus (cm)
4. Cermin Cembung
Cermin cembung adalah cermin yang terbuat dari irisan bola yang
permukaan luarnya mengkilap, yang bersifat menyebarkan sinar (divergen)
a. Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung
Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung sebagai berikut(Karim, 2008:
287):
1) Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seakan-akan dari titik focus F, pembetukan bayangannya seperti pada Gambar 2.7(a).
2) Sinar datang seolah-olah menuju titik focus F akan dipantulkan sejajar sumbu utama, pembentukan bayanganya seperti ditujukan pada Gambar 2.7(b).
3) Sinar datang menuju ketitik pusat kelengkungan akan dipantulkan dari titik pusat kelengkungan tersebut, pembentukan bayangannya seperti ditujukan pada Gambar 2.7(c).
a) Sumbu utama
b) Sumbu utama
c) Sumbu utama
Gambar 2.7. Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung(Karim, 2008: 287)
b. Bagian-bagian cermin cembung
Bagian-bagian cermin cembung yaitu (Karim, 2008: 287):
1) Titik O dinamakan pusat bidang cermin 2) Titik F dinamakan titik focus
c. Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cembung
Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cembung yaitu (Karim,
2008: 287):
1) Maya (terletak dibelakang cermin) 2) Tegak
3) Diperkecil
d. Melukis pembentukan bayangan pada cermin cembung
Untuk melukis pembentukan bayangan pada cermin cembung hanya
diperlukan dua buah sinar istimewa, misalnya sinar istimewa. Hasil
pembentukan bayangan ini menunjukan fakta bahwa bayangan yang dibentuk
oleh cermin cembung memiliki sifat yang sama, yaitu maya, tegak, dan lebih
kecil daripada bendanya.
Sumbu utama
Gambar 2.8 Pembentukan bayangan cermin cembung (Karim, 2008: 288)
Rumus cermin cembung………(2)
1 +
1 =
1
Keterangan:
s = Jarak benda (cm) s’= Jarak bayangan (cm) f = Jarak focus (cm)
B. Kerangka Berpikir
Metode pembelajaran Guided Discovery merupakan metode pembelajaran yang mengharuskan siswa mengamati, mengidentifikasi hasil temuan dari
kegiatan pengamatan, mengolah dan mengkomunikasikan jawaban sementara ,
mengumpulkan informasi dari jawaban sementara, menguatkan jawaban siswa
dengan meminta siswa untuk berdiskusi kelompok, mempresentasikan hasil
diskusi, membuktikan benar tidaknya hasil diskusi dengan bimbingan guru, dan
membuat kesimpulan. Dalam hal ini, guru bertugas untuk membimbing siswa agar
menemukan data-data atau kejadian-kejadian yang berhubungan dengan materi
yang akan disampaikan. Hal ini akan menuntun siswa dalam penyelidikan
sehingga ditemukannya sebuah konsep dari suatu pokok bahasan fisika. Melalui
hasil penemuannya sendiri, seorang siswa diharapakan akan jauh lebih menguasai
akan suatu pokok bahasan yang sedang dipelajari. Di samping itu, hasil temuan
yang diperoleh para siswa sendiri diharapkan dan bertahan lebih lama didalam
ingatan dibandingkan hasil yang mereka peroleh dari penjelasan guru secara
langsung, sehingga siswa akan tetap mampu mengingat meteri yang telah
dipelajari.
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
2006: 71). Berdasarkan uraian kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran Fisika menggunakan
dapat meningkatkan penguasaan konsep fisika materi cahaya pada siswa kelas
A. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII3 SMP Negeri 3 Masohi
tahun pelajaran 2014/2015.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian
Penelitian ini di laksanakan di kelas VIII3SMP Negeri 3 Masohi.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada tanggal 18-24
Agustus 2015.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali
diperkenalkan oleh ahli spikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Zainal, 2008: 13). Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tersebut
agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas
secara lebih professional (Basrowi, 2008: 28). Sementara itu PTK menurut
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
b. Tindakan adalah gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian berbentuk siklus kegiatan.
c. Kelas adalah sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi, juga diartikan suatu atribut yang
dianggap mencerminkan atau mengungkapkan pengertian (Wenno, 2010: 46).
Dimana variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep
fisika siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran guided
discovery.
E. Prosedur Penelitian
1. Prosedur Pelaksanan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur
Gambar 3.1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas.
Menurut Taggart (Zainal, 2008: 30) prosedur pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas mencakup:
a. Penetapan fokus permasalahan
1) Merumuskan adanya masalah. 2) Analisis masalah.
3) Perumusan masalah. b. Perencanaan tindakan
1) Membuat skenario pembelajaran.
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan dikelas. 3) Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data mengenai proses dan
hasil tindakan.
Perencanaan I
Refleksi I
Pengamatan I
Pelaksanaan I SIKLUS I
Perencanaan II
SIKLUS II
Pengamatan II
Pelaksanaan II Refleksi II
c. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan yang meliputi siapa melakukan apa, kapan, di mana
dan bagaimana melakukannya. Skenario tindakan yang telah direncanakan,
dilaksanakan pada situasi yang aktual.Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga
disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan
refleksi.
d. Pengamatan
Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses
dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukan pengamatan adalah
mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan
dalam melakukan refleksi.
e. Refleksi
Pada bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan
hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak
pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.
2. Rencana dan pelaksanaan tindakan.
Dalam pelaksanan penelitian tindakan ini penulis melakukan penelitian
dengan dua siklus. Adapun alur penelitian yang dilakukan peneliti sebagai
Gambar. 3.2. Siklus dalam penelitian.
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan peneliti dengan
proses kerja sebagai berikut:
a. Siklus I a. Perencanaan
1. Guru dan peneliti mempersiapkan materi cahaya dengan menggunakan metode pembelajaranguided discovery;
2. Guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi yang telah disiapkan.
pembelajaran pada materi cahaya •Guru memberikan tes awal sebelum tindakan
•Guru melakukan pembelajaran dengan metodeGuided Discovery sesuai dengan RPP yang di buat.
•Peserta didik melakukan tes tertulis I
Pengumpulan data kemudian dianalisis.
Perencanaan II
Mempersiapkan RPP, soal tes, LKS dan perangkat
pembelajaran pada materi sifat bayangan pada cermin. Pelaksanaan II •Guru memberikan tes
awal sebelum tindakan •Guru melakukan
pembelajarn dengan metodeGuided Discoverysesuai dengan RPP yang di buat.
•Peserta didik melakukan tes tertulis II
Pengumpulan data kemudian dianalisis.
3. Guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan alat dokumentasi, lembar observasi, soal-soal tes awal dan tes formatif.
b. Pelaksanaan
1. Memberikan tes awal sebelum pembelajaran dimulai untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal siswa.
2. Memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik.
3. Membentuk kelompok belajar (5-6 peserta didik) dan mengatur tempat duduk peserta didik.
4. Memberikan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap kelompok.
5. Memberikan masalah mengenai materi cahaya untuk dipecahkan oleh peserta didik.
6. Peserta didik diminta melakukan percobaan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan langkah-langkah guided discovery yaitu: mengamati, menggolongkan, memprediksi, mengukur, menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan.
7. Setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya.
8. Memberikan penjelasan dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan oleh peserta didik, serta menambahkan konsep baru yang perlu ditambahkan sehingga pemahaman peserta didik menjadi lebih lengkap. 9. Memberikan tes formatif diakhir pembelajaran untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar setelah diberikan perlakuan. Apabila hasil formatif tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal maka pembelajaran dilanjutkan kembali guna memperbaiki indicator yang belum tuntas. Setelah semua indicator perbaikan telah tuntas maka pembelajaran dilanjutkan ke siklus 2. c. Pengamatan
Pada tahap ini para kolaborator mengobservasi pelaksanaan tindakan untuk
dalam peningkatan hasil belajar siswa. Adapun tugas yang dilakukan kolaborator
pada tahap ini adalah :
1. Kolaborator 1 dan 2 mengamati aktivitas kelompok peserta didik menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan, mulai dari awal sampai akhir pembelajaran.
2. Kolaborator 1 dan 2 mencatat kejadian-kejadian yang terjadi diluar lembar observasi yang dilakukan oleh guru maupun siswa selama proses pembelajaran.
3. Kolaborator 2 mendokumentasi foto dan merekam pembelajaran sebagai dokumentasi
d. Refleksi
1. Secara kolaboratif, kolaborator dan peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi mana yang perlu dipartahankan dan mana yang perlu diperbaiki untuk siklus II nantinya.
2. Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I
3. Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan kegiatan penelitian dalam siklus II.
b. Siklus II a. Perencanaan
1. Guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan materi sifat bayangan pada cermin dengan menggunakan metode pembelajaranguided discovery; 2. Guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) pada materi yang telah disiapkan.
3. Guru dan peneliti secara kolaboratif mempersiapkan alat dokumentasi, lembar observasi, soal-soal tes awal dan tes formatif.
b. Pelaksanaan
2. Memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan tugas yang harus dilaksanakan peserta didik.
3. Membentuk kelompok belajar (5-6 peserta didik) dan mengatur tempat duduk peserta didik.
4. Memberikan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap kelompok.
5. Memberikan masalah mengenai materi cahaya untuk dipecahkan oleh peserta didik.
6. Peserta didik diminta melakukan percobaan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan langkah-langkah guided discovery yaitu: mengamati, menggolongkan, memprediksi, mengukur, menguraikan/menjelaskan, dan menyimpulkan.
7. Setelah percobaan selesai perwakilan kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, kelompok lain memberi tanggapan dan bertanya.
8. Memberikan penjelasan dan kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan oleh peserta didik, serta menambahkan konsep baru yang perlu ditambahkan sehingga pemahaman peserta didik menjadi lebih lengkap. 9. Memberikan tes formatif diakhir pembelajaran untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar setelah diberikan perlakuan. Apabila hasil formatif tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal maka pembelajaran dilanjutkan kembali guna memperbaiki indicator yang belum tuntas.
c. Pengamatan
Pada tahap ini para kolaborator mengobservasi pelaksanaan tindakan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh yang ditimbulkan metode guided discovery dalam peningkatan hasil belajar siswa. Adapun tugas yang dilakukan kolaborator
pada tahap ini adalah :
2. Kolaborator 1 dan 2 mencatat kejadian-kejadian yang terjadi diluar lembar observasi yang dilakukan oleh guru maupun siswa selama proses pembelajaran.
3. Kolaborator 2 mendokumentasi foto dan merekam pembelajaran sebagai dokumentasi.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus IIini dilakukan untuk menyempurnakan pembelajaran
dengan modelgiuded discovery yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara:
a. Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh daftar nama siswa, jumlah siswa, dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami guru maupun siswa saat proses belajar mengajar, serta untuk mendapatkan data awal tentang kemampuan memahami pelajaran fisika dalam materi cahaya sebelum menggunakan metode pembelajaranguided discovery.
b. Pengamatan (observation) dilakukan untuk mengamati aktivitas afektif maupun psikomotorik menggunakan lembar pengamatan yang penilaiannya menggunakan rating scale (skala penilaian) yang berbentuk rentang nilai dari angka 4,3,2,1.
G. Teknik analisa data
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cara membandingkan
hasil belajar peserta didik pada siklus I dan silkus II. Berikut ini dipaparkan
analisa data hasil belajar sebagai berikut:
Hasil belajar peserta didik tiap siklus diperoleh dari nilai tes akhir siklus
berupa tes tertulis. Kemudian dari data yang diperoleh dianalisa nilai ketuntasan
individu dan ketuntasan klasikal. Dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Skor Pencapaian Siswa (SP)
Skor pencapaian siswa untuk tes awal, tes formatif, kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotor siswa tiap tatap muka diperoleh dengan rumus:
= 100………..(3.1)
2. Rata-rata skor pencapaian ( ).
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor diperoleh dengan rumus:
= ...(3.2)
3. Ketuntasan individual
Ketuntasan individual siswa setiap pertemuan, baik dari hasil post test, kemampuan kognitif (LKS), afektif, maupun psikomotor diperoleh dengan cara
membandingkan dengan kriterian ketuntasan minimal (KKM) yang telah di
tetapkan oleh sekolah. Karena KKM mata pelajaran IPA SMP Negeri 3 Masohi
adalah 65, maka jika semua SP dan SP ≥ 65, maka siswa yang bersangkutan
dinyatakan telah tuntas belajar, sedangkan jika SP dan SP< 65, maka siswa
4. Ketuntasan Klasikal (TK)
Ketuntasan klasikal siswa mengacu pada KKM klasikal yang ditetapkan
pada SMP Negeri 3 Masohi adalah 75 %, maka untuk mendapatkan ketuntasan
klasikal siswa diperoleh dengan rumus:
% = 100………(3.3)
Jika % TK≥ 75 %, maka secara klasikal siswa telah tuntas belajar.Jika % TK <
75 % maka secara klasikal siswa belum tuntas belajar.
Tabel 3.1 Tingkat Penguasaan dan Kualifikasinya
Tingkat penguasaan Kualifikasi
85-100 Sangat baik
70-84 Baik
65-69 Cukup
≤-64 Gagal
(Sumber: KKM SMP Negeri 3 Masohi)
5. Peningkatan Penguasaan Konsep (N-Gain)
Untuk mengetahui presentasi peningkatan pemahaman atau penguasaan
konsep fisika siswa kelas VIII3 SMP Negeri 3 Masohi maka digunakan uji
Gain Skor.
Menurut Hake (Sudarso, 2013: 31) Gain adalah selisi antara nilai
post-test dan pre-test, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru. Perbandingan nilai gain
yang dinormalisasi (N-Gain), antara kelompok nilai sebelum (pre-test) dan
sesudah perlakuan (post-test). Gain yang dinormalisasi (N-Gain) dapat dihitung
dengan persamaan:
Tinggi rendahnya nilai gain (N-Gain) dapat dikualifikasikan dalam tiga
kategori yaitu:
Tabel 3.2 Tingkat Penguasaan Konsep dan Kualifikasi Gain Skor
Tinggi penguasaan konsep Kualifikasi
>0,7 Tinggi
0,3< N-G < 0,7 Sedang
<0,3 Rendah
(Sumber: Khanafiah, dkk, 2009: 85)
H. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan
A. Hasil Penelitian 1. Siklus I
a. Pertemuan Pertama
1) Kemampuan Awal Yang Diperoleh Siswa (Pre-Test)
Kondisi awal siswa diketahui dengan memberikan tes kemampuan awal
yang bertujuan untuk mengukur seberapa besar kemampuan yang dimiliki
siswa terhadap materi cahaya. Hasil tes kemampuan awal siswa sebelum
menggunakan metode guided discovery menunjukan bahwa 28 (100%) siswa berada pada kualifikasi gagal hal ini terlihat pada (lampiran 14.a). Dengan
rata-rata skor pencapaian siswa adalah 39,95.
Tabel 4.1 Kualifikasi Dan Skor Pencapaian Siswa Pada Kemampuan Awal
Tingkat pencapaian Frekuensi Presentase (%) Kualifikasi
85-100 - - Sangat baik
70-84 - - Baik
65-69 - - Cukup
≤-64 28 100 Gagal
Rata-rata Skor Pencapaian 39,95 Gagal
(Sumber: data dan hasil penilitian di SMP Negeri 3 Masohi)
Klasifikasi kemampuan awal siswa kelas VIII3 secara individual dapat
Gambar 4.1 Skor Pencapaian Kemampuan Awal
Berdasarkan pada gambar 4.1 diketahui bahwa 28 (100%) siswa masih
berada di bawah kriteria ketuntasan minimal yang telah di tetapkan yaitu 65,
dengan perolehan nilai terendah 25 dan nilai yang tertinggi 56,25.
2) Kemampuan Akhir Yang Diperoleh Siswa (Post-Test)
Data kemampuan akhir siswa dapat dilihat pada hasil tes akhir (lampiran
15.a).tes akhir dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan siswa terhadap materi yang diajarakan dengan menggunakan
metodeguided discovery.
Tabel 4.2 Kualifikasi Dan Skor Pencapaian Siswa Pada Kemampuan Akhir
Tingkat pencapaian Frekuensi Presentase (%) Kualifikasi
85-100 3 10,71 Sangat baik
70-84 15 53,57 Baik
65-69 4 14,29 Cukup
≤-64 6 21,43 Gagal
Rata-rata Skor Pencapaian 72,1 Baik
Berdasarkan data Tabel 4.2 terdapat 3 (10,71) siswa menguasai indikator
pembelajaran dengan kualifikasi sangat baik, 15 (53,57%) siswa menguasai
indikator pembelajaran dengan kualifikasi baik, 4 (14,29%) siswa menguasai
indikator pembelajaran dengan kualifikasi cukup dan 6 (21,43%) belum
menguasai indikator pembelajaran dengan kualifikasi gagal. Rata-rata skor
pencapaian siswa pada kemampuan akhir siklus I pertemuan pertama ini adalah
72,1, berada pada kualifikasi baik. Ketuntasan belajar klasikal adalah 78,57%,
ini berarti pada siklus I pertemuan pertama ini, secara klasikal, siswa telah
tuntas belajar.
Klasifikasi kemampuan akhir siswa kelas VIII3 secara individual dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Skor Pencapaian Kemampuan Akhir Siswa
Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa skor pencapaian kemampuan akhir
seluruh siswa mendapat hasil yang beragam yaitu: 3 siswa menguasai indikator
pembelajaran dengan nilai tertinggi 87,5, 15 siswa menguasai indikator
pembelajaran dengan nilai tertinggi adalah 75, 4 siswa menguasai indikator
dengan nilai tertinggi 68,75 dan 6 siswa belum menguasai indikator
3) Peningkatan Penguasaan Konsep Pertemuan Pertama
Untuk data peningkatan penguasaan konsep pertemuan pertama
(lampiran 16.c) didapat dari perbandingan nilai gain yang dinormalisisikan
(N-Gain) antara hasil tes sebelum dan hasil tes sesudah tindakan siswa dari
pertemuan pertama. Dari tes yang telah dilakukan diperoleh data seperti Tabel
4.3.
Tabel 4.3 Kualifikasi Dan Peningkatan Penguasaan Konsep Pertemuan Pertama
Tinggi penguasaan konsep Frekuensi Presentase (%) Kualifikasi
>0,7 3 10,71 Tinggi
0,3< N-G < 0,7 25 89,29 Sedang
<0,3 - - Rendah
(Sumber : data dan hasil penelitian di SMP Negeri 3 Masohi) Berdasarkan data Tabel 4.3 terlihat bahwa pada pertemuan pertama
sebanyak 3 (10,71%) siswa mengalami peningkatan penguasaan konsep
dengan kualifikasi tinggi, dan 25 (89,29%) siswa mengalami peningkatan
penguasaan konsep dengan kualifikasi sedang. Rata-rata peningkatan
penguasaan konsep pada pertemuan pertama adalah 0,54dengan kualifikasi
sedang.
Klasifikasi peningkatan penguasaan konsep pertemuan pertamasecara