• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah tugas PDF 1 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah tugas PDF 1 1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KELOMPOK

MERINGKAS PRAKTIS MATERI AKM I

“POKOK BAHASAN: FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS”

SUMBER BUKU: Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, & Terry D. Warfield. 2014. Intermediate

Accounting: IFRS Edition. Ed. 2. China: John Wiley & Sons, Inc.

Biswan& Mahrus. 2017. PraktikAkuntansiKeuanganMenengah, BukuSatu. PKNSTANPress.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2, dengan anggota:

No Nama Mahasiswa NPM

No. Urut Daftar

Hadir

Paraf 1 Akbar Reyformatio Zakky Widiato 1302160229 2

2 Andi Muhammad Al-Fayed 1302160204 5

3 Yeni Hasari Putri 1302160215 35

4 Zepha 1302160234 37

KELAS 3-02 PRODI D-III AKUNTANSI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sebagai salah satu syarat memenuhi tugas meringkas praktis AKM I pada Politeknik Keuangan Negara STAN tahun 2017.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan terselesaikan pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Ali Tafriji Baswan selaku dosen pembimbing AKM I yang telah memberikan arahan dan masukan pada penulis dalam penyusunan makalah.

2. Teman-teman kelompok kelas 3-02 D III Akuntansi yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah.

3. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini tentunya masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perkembangan selanjutnya dari makalah ini, dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak yang membaca.

Tangerang Selatan, 7 September 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... II DAFTAR ISI... III

BAB I WALL STREET STOCK MARKET CRASH...1

BAB II KASUS ENRON... 2

BAB III KONVERGENSI MENUJU IFRS... 4

BAB IV PSAK IAI... 5

BAB V SOAL DAN PEMBAHASAN... 7

(4)

BAB I

WALL STREET STOCK MARKET CRASH

Wall street stock market crash atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan “Runtuhnya saham Wall Street”. Kejadian ini terjadi pada tahun 1929. Wall Street stock market crash adalah kejadian dimana jatuhnya bursa saham di Amerika yang menandakan dimulainya era depresi besar (Great Depression). Peristiwa ini merupakan kehancuran pasar bursa terbesar bagi Amerika.

Salah satu kota di Amerika, yaitu New York pada saat itu sedang bertumbuh menjadi kota finansial utama dan metropolis. New York Stock Exchange (NYSE) merupakan salah satu pasar bursa terbesar di dunia kala itu. Pada Kamis, 24 Oktober 1929 tiba-tiba harga saham di NYSE jatuh dan terus terjatuh dalam kurun waktu satu bulan berikutnya sehingga mencapai nilai terendah yang sebelumnya belum pernah terjadi. Lalu semua orang menjual saham-saham mereka. Kejadian tersebut dikenal sebagai Black Thursday (Kamis Hitam) . Setelah keruntuhan tersebut, Dow Jones Industrial Average (DJIA) pulih lebih awal pada tahun 1930, lalu jatuh kembali mencapai titik terendah pada tahun 1932. Hingga akhir tahun 1954, pasar bursa tidak pernah kembali seperti pada saat sebelum tahun 1929 dan berada pada titik terendahnya 8 Juli 1932 sejak tahun 1800an.

“Siapapun yang membeli saham pada pertengahan tahun 1929 dan menyimpannya maka ia akan melewati masa tuanya tanpa pernah melihat harga sahamnya kembali pada harga sewaktu saham tersebut dibelinya.” – Richard M. Salsman.

Kehancuran tersebut terjadi setelah ledakan spekulatif yang terjadi pada periode tahun 1920an di mana jutaan warga Amerika melakukan investasi besar-besaran pada bursa saham, hingga menggunakan dana pinjaman guna membeli saham. Pada bulan Agustus 1929, para pialang secara teratur memberikan pinjaman bagi investor kecil melebihi dari 2/3 nilai saham yang dibeli investor kecil tersebut. Sebanyak 8,5 miliar USD disalurkan sebagai pinjaman, lebih besar dari jumlah uang yang beredar di Amerika saat itu. Meningkatnya harga saham merangsang orang untuk melakukan investasi , mereka berharap harga saham akan meningkat lebih tingi lagi. Spekulasi inilah yang menjadi pemicu dari kenaikan harga saham pada saat itu dan menciptakan "gelembung ekonomi" (economic bubble). Rata-rata nilai P/E (price to earnings ratio) dari saham komposit S&P adalah 32.6 pada bulan September 1929 yang jelas-jelas di atas dari angka normal dalam catatan sejarah.

Pada tanggal 24 Oktober 1929 (di mana Dow barusan mencapai puncaknya pada tanggal 3 September di angka 381.17), pasar kembali berbalik arah menukik tajam lagi dan panik jual melanda bursa kembali. 12.894.650 saham ditransaksikan pada hari itu di mana orang-orang telah mengalami rasa putus asa untuk mencoba meredakan situasi ini. Penjualan massal menjadi suatu faktor pendukung dari terjadinya Great Depression. Bagaimanapun juga para ahli ekonomi dan sejarah terus menerus memiliki perbedaan pandangan tentang makna kehancuran ini bagi Great Depression

Pada tahun 1931, dibentuklah suatu komisi oleh senat Amerika yang diberi nama Pecora Commission guna melakukan studi kasus atas kehancuran bursa yang terjadi. Kemudian Kongres Amerika mengeluarkan Glass-Steagall Act pada tahun 1933, yang memberi mandat bagi pemisahan antara bank komersial, yang menerima deposito dan memberikan pinjaman dengan bank investasi, yang menjadi penjamin emisi, penerbit, dan distribusi saham, obligasi, dan sekuriti.

(5)

BAB II KASUS ENRON

Latar Belakang :

Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi. Enron memiliki konsultan manajemen, yaitu Arthur Endersen yang merupakan perusahaan akuntan publik yang juga mengaudit laporan keuangan Enron.

Pada tanggal 2 Desember 2001, Enron, industri terbesar ketujuh di Amerika, merupakan perusahaan energi perdagangan terbesar di Amerika menyatakan kebangkrutannya. Kebangkrutan tersebut bukan dikarenakan perekonomian dunia yang sedang melemah, melainkan disebabkan oleh kesalahan fatal dalam sistem akuntan mereka. Enron dan KAP Arthur Endersen bekerjasama memanipulasi laporan keuangan Enron.

Kejadian :

Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik dalam melaksanakan tugasnya. Selama tujuh tahun terakhir, Enron dan KAP Arthur Endersen bekerjasama untuk melebih-lebihkan laba dan menutupi hutang-hutang Enron. Hal ini dimaksudkan agar investor tetap melirik saham Enron yang sempat menjadi primadona perekonomian dunia. Kasus ini sangat merugikan berbagai pihak, baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari dalam perusahaan Enron.

Selain bekerjasama dalam memanipulasi laporan keuangan Enron, Enron dan KAP Arthur Endersen melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen yang terkait dengan investigasi atas kebangkrutan Enron sehingga menghambat proses pengadilan.

Kasus memalukan ini juga ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat sehingga menambah kompleks kasus Enron karena diketahui banyak sekali pejabat tinggi gedung putih dan politisi di Senat Amerika Serikat yang pernah menerima kucuran dana politik dari perusahaan ini, serta selama lima tahun terakhir, walaupun memiliki laba bersih miliaran dolar, Enron tidak membayar pajak sepeser pun.

Dampak :

Kasus Enron berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia serta akibat kebangkrutan Enron pada tahun 2001 para karyawan Enron dan investor kecil-kecilan juga dirugikan karena simpanan hari tua mereka yang musnah. Banyak lembaga keuangan internasional juga ikut menderita kerugian akibat bangkrutnya Enron dan banyak sekali tenaga kerja kini harus menjadi pengangguran. Dampak bagi Enron sendiri, yaitu Enron mengalami kebangkrutan dengan meninggalkan hutang hampir senilai US $ 31,2 milyar. Serta sertifikat saham mereka tak memiliki nilai sehingga para investor tidak tertarik untuk menanamkan modalnya di Enron lagi. Sedangkan dampak bagi KAP Arthur Andersen, yaitu Arthur Andersen akhirnya bubar bukan karena tuntutan hukum saja, tetapi karena para klien juga meninggalkannya. Lalu, agar kasus ini tidak terulang lagi maka Pemerintah Amerika memberikan larangan untuk melakukan jasa konsultan bersamaan dengan audit keuangan serta menerbitkan Undang-Undang Sarbanes Oxley tahun 2002 yang berdampak pada seluruh manajemen perusahaan di Amerika dan bedampak pada akuntan publik. Pemerintah Amerika menerbitkan Undang-Undang Sarbanes Oxley tahun 2002 untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik.

Kasus Enron Menodai Praktik Akuntansi

KAP Arthur Andersen telah melanggar kode etik profesi akuntan dengan memberikan dua jasa sekaligus, yaitu sebagai auditor dan konsultan bisnis. Pemberian dua jasa sekaligus mengindikasikan tidak adanya independensi seorang akuntan publik dalam profesinya. KAP Arthur Andersen lebih mengutamakan keuntungan berupa fee ganda dari pemberian dua jasa dibanding kode etiknya sebagai akuntan publik.

(6)

dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah mengingkari sikap profesionallisme sebagai akuntan publik independen dengan melakukan tindakan menerbitkan laporan audit yang salah dan menyesatkan sehingga memusnahkan bukti-bukti yang menunjukkan mereka telah menerbitkan laporan audit yang salah.

(7)

BAB III

KONVERGENSI MENUJU IFRS

IFRS (International Financial Reporting Standard) merupakan pedoman penyusunan laporan keuangan yang diterima secara global. Jika sebuah negara menggunakan IFRS, berarti negara tersebut telah mengadopsi sistem pelaporan keuangan yang berlaku secara global sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti tentang laporan keuangan perusahaan di negara tersebut.

Indonesia perlu IFRS dikarenakan dunia yang semakin tanpa batas ini maka konvergensi menuju IFRS tidak dapat terelakkan lagi. Pastinya jika Indonesia ingin memperluas market sharenya di dunia internasional maka Indonesia sangatlah perlu menganut IFRS yang mana IFRS merupakan standar akuntansi dunia. Tidak cukup dengan PSAK lokal karena tentu akan menyebabkan banyak kesulitan seperti tidak samanya informasi akuntansi, efisiensi biaya bisnis jika bekerja sama dengan pihak yang memiliki standar berbeda, kesulitan ekspansi bisnis, dan lain-lain. Oleh sebab itu, IFRS sangat diperlukan karena dengan adanya IFRS memungkinkan dalam pertukaran informasi secara universal. Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan serta penting dalam stabilitas perekonomian. Konvergensi IFRS diharapkan akan mengurangi hambatan-hambatan investasi, meningkatkan transparansi perusahaan, dan mengurangi biaya yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan.

Penerapan IFRS memberikan manfaat besar bagi terpenuhinya keterbandingan (comparability) laporan keuangan dan peningkatan transparasi. Dengan adanya konvergensi menuju IFRS ini maka relevansi laporan keuangan akan meningkat, praktik off-balance sheet semakin terbatas, dan principle-base standard membutuhkan professional judgement. Namun, konvergensi ini juga memiliki tantangan seperti kompleksitas struktur standar akuntansi internasional, adanya ketidaksesuaian dengan peraturan perundang-undangan negara, terkendala dalam menerjemahkan bahasa, dan tidak applicable untuk usaha kecil dan menengah. IFRS memiliki kelebihan dan juga kekurangan sebagai berikut

Kelebihan :

 Efisiensi biaya bisnis dapat diwujudkan karena diterapkannya sistem akuntansi global konsisten dan seragam,

 akses ke pendanaan internasional lebih terbuka,

 investor akan mengandalkan informasi keuangan manapun asal berdasarkan standar yang sama, dan

 memberi peluang ekspansi ekonomi yang lebih besar. Kekurangan :

 Memungkinkan terjadinya ketidakakuratan informasi jika SDMnya kurang kompeten,  dapat mempermudah dalam manipulasi laporan keuangan karena tidak terlalu ketat,

(8)

BAB IV PSAK IAI

No. PSAK Nomor Tanggal Pengesahan Mulai berlaku/Per Mengatur Tentang 1 PSAK 1 28 Oktober 2015 1 Januari 2015 Penyajian Laporan Keuangan

2 PSAK 2 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Laporan Arus Kas

3 PSAK 3 28 September 2016 1 Januari 2017 Laporan Keuangan Interim 4 PSAK 4 18 November 2015 1 Januari 2015 Laporan Keuangan Tersendiri

5 PSAK 5 18 November 2015 1 Januari 2015 Segmen Operasi

6 PSAK 7 18 November 2015 1 Januari 2015 Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi

7 PSAK 8 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Peristiwa Setelah Periode Pelaporan

8 PSAK 10 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing

9 PSAK 13 18 November 2015 1 Januari 2015 Properti Investasi

10 PSAK 14 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Persediaan

11 PSAK 15 18 November 2015 1 Januari 2016 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama

12 PSAK 16 18 November 2015 1 Januari 2016 Aset Tetap

13 PSAK 18 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya

14 PSAK 19 18 November 2015 1 Januari 2016 Aset Takberwujud 15 PSAK 22 18 November 2015 1 Januari 2016 Kombinasi Bisnis

16 PSAK 23 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Pendapatan

17 PSAK 24 28 September 2016 1 Januari 2017 Imbalan Kerja

18 PSAK 25 18 November 2015 1 Januari 2016 Kebijakan Akuntansi,Perubahan Estimasi Akuntansi, dan

Kesalahan

19 PSAK 26 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Biaya Pinjaman

20 PSAK 28 11 Desember 2012 1 Januari 2013 Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian

21 PSAK 30 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Sewa

22 PSAK 34 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Kontrak Konstruksi

23 PSAK 36 11 Desember 2012 1 Januari 2013 Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa 24 PSAK 38 11 September 2012 1 Januari 2013 Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali

(9)

27 PSAK 46 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Pajak Penghasilan 28 PSAK 48 29 April 2014 1 Januari 2015 Penurunan Nilai Aset

29 PSAK 50 29 April 2014 1 Januari 2015 Instrumen Keuangan: Penyajian 30 PSAK 53 18 November 2015 1 Januari 2016 Pembayaran Berbasis Saham 31 PSAK 55 29 April 2014 1 Januari 2015 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran 32 PSAK 56 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Laba Per Saham

33 PSAK 57 18 November 2015 1 Januari 2016 Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi 34 PSAK 58 28 September 2016 1 Januari 2017 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang

Dihentikan

35 PSAK 60 28 September 2016 1 Januari 2017 Instrumen Keuangan: Pengungkapan

36 PSAK 61 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Peme rintah

37 PSAK 62 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Kontrak Asuransi

38 PSAK 63 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi 39 PSAK 64 27 Agustus 2014 1 Januari 2015 Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi Pada Pertambangan Sumber Daya

Mineral

40 PSAK 65 18 November 2015 1 Januari 2016 Laporan Keuangan Konsolidasian 41 PSAK 66 18 November 2015 1 Januari 2016 Pengaturan Bersama

42 PSAK 67 18 November 2015 1 Januari 2016 Pengungkapan Kepentingan dalamEntitas Lain 43 PSAK 68 18 November 2015 1 Januari 2016 Pengukuran Nilai Wajar

(10)

BAB V

(11)

BAB V REFERENSI

“Enron”. https://id.wikipedia.org/wiki/Enron. Wikipedia. 26 Januari 2017.

Hadiyanti, Hafika. “Sejarah Kasus Enron”. https://hafikahadiyanti.wordpress.com/2013/09/10/sejarah-kasus-enron/. 10 Januari 2013

Kusmayadi, Dedi. “Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen”. https://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/. 14 November 2009.

Biswan, Ali Tafriji, dkk. 2010. Info Artha Jurnal Informasi Keuangan dan Akuntansi. Jakarta: STAN Press. “SAK Efektif per 1 Januari 2017”. http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/sak-efektif-3-sak-efektif-per-1-januari-2017. Ikatan Akuntan Indonesia. 1 Januari 2017.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Dari hasil penelitian ini adalah analisis kinerja keuangan Koperasi Simpan Pinjam Sarana Aneka Jasa dinilai dari Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Aktivitas

(2011) menemukan bahwa faktor-faktor yang terdiri dari ukuran perusahaan, profitability, jaminan dan reputasi auditor berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi,

Hak Asasi Manusia memiliki sebuah wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia yaitu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNASHAM). Kasus

Telah dapat dibuat suatu aplikasi untuk simulasi tata-letak departemen berorientasi proses sebagai bagian dari sistem informasi manufaktur yang memiliki kemampuan untuk

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia tentang Standar

Adapun tujuan dari skripsi ini adalah penulis ingin mengetahui layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekoalah MAN 12 dan bagaimana kesehatan mental (prilaku) siswa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012