• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAKAN SOSIAL KOMUNITAS TASAWUF UNDERGROUND DI TEBET JAKARTA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAKAN SOSIAL KOMUNITAS TASAWUF UNDERGROUND DI TEBET JAKARTA SELATAN"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAKAN SOSIAL KOMUNITAS TASAWUF

UNDERGROUND DI TEBET JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos)

Oleh:

ISTIQOMAH AISYIYAH NIM. 1113111000044

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/ 1441 H

(2)
(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Istiqomah Aisyiyah

NIM : 1113111000044

Program Studi : Sosiologi

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

Tindakan Sosial Komunitas Tasawuf Underground Di Tebet Jakarta Selatan

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 6 Mei 2020

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi, Pembimbing,

Dr. Cucu Nurhayati Muhammad Ismail, M.Si

(4)

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

TINDAKAN SOSIAL KOMUNITAS TASAWUF UNDERGROUND DI TEBET JAKARTA SELATAN

Oleh

Istiqomah Aisyiyah 1113111000044

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3 Juni 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.

Ketua,

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. NIP. 197609182003122003

Sekretaris,

Dr. Joharatul Jamilah, M.Si. NIP. 196808161997032002 Penguji I,

Prof. Dr. H. Yusron Razak. M.A. NIP. 195910101983031003

Penguji II,

Saifuddin Asrori, M.Si. NIP. 197701192009121001

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 3 Juni 2020 Mengetahui,

Ketua Program Studi Sosiologi FISIP UIN Jakarta

Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. NIP.197609182003122003

(5)

v ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa tindakan sosial yang dilakukan oleh Komunitas

Tasawuf Underground terhadap masyarakat sekitar khususnya terhadap anak punk

dan anak jalanan. Penelitian ini juga menganalisa tentang pemaknaan jama‟ah Komunitas Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran yang diikutinya yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Kerangka teori yang digunakan adalah teori tindakan sosial dan pemaknaan Max Weber. Penelitian ini mengambil lokasi di Tebet, Jakarta Selatan.

Temuan dari penelitian ini adalah bahwa Komunitas Tasawuf Underground merupakan suatu komunitas yang bergerak dalam bidang dakwah keagamaan Islam yang dibuat pertama kali di media sosial. Komunitas Tasawuf Underground tidak hanya aktif di media sosial tetapi juga aktif di luar media sosial, yakni merangkul anak punk dan anak jalanan dengan memberikan pembinaan dan pemberdayaan.

Tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground dapat dikelompokkan dalam teori Max Weber tentang empat tipe tindakan sosial. Pertama, tindakan instrumentalis dapat dilihat dari Komunitas Tasawuf Underground merangkul anak punk dan anak jalanan untuk mengenalkan konsep Peta Jalan Pulang; jalan pulang kepada Allah dan jalan pulang kepada keluarga. Kedua, tindakan berorientasi nilai seperti diberikannya pendidikan moral dan agama.

Ketiga, tindakan tradisional, seperti Komunitas Tasawuf Underground

yang tidak melarang anak punk yang masih mencari nafkah dengan cara mengamen, bersama-sama melakukan kegiatan tahlilan ketika ada yang meninggal, tidak memaksakan anak punk untuk merubah penampilan. Keempat, tindakan afektif seperti menampung beberapa anak punk di rumah singgah dan memberikan pelatihan-pelatihan sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi.

Sedangkan dalam pemaknaan jama‟ah (anggota dan pengurus) Komunitas

Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran yang diikutinya, yakni ajaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) berbeda-beda pada setiap

jama‟ah. Perbedaan tersebut lebih kepada makna yang mengandung nilai positif bagi jama‟ah Komunitas Tasawuf Underground.

(6)

vi

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulisan Skripsi dengan judul: Tindakan

Sosial Komunitas Tasawuf Underground Di Tebet Jakarta Selatan ini dapat

terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan dan idola sesungguhnya, sekaligus sang reformasi sejati kehidupan sosial dan politik hidup umat manusia.

Penulisan skripsi ini dalam prosesnya telah dilakukan secara maksimal, namun penulis menyadari sebagai manusia dengan keterbatasan dan kekurangannya tentu masih jauh dari kata sempurna. Banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi penulis, begitu juga tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak yang dengan ikhlas memberikan bantuannya, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat, diantaranya sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Drs. Ali Munhanif, MA, Ph.D Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M.Si,. selaku Sekretaris Program Studi Sosiologi (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus yang memberikan saya inspirasi dan selalu memberikan informasi tentang keakademikan.

(7)

vii

4. Bapak Muhammad Ismail, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berperan sangat penting dalam proses penyelesaian skripsi ini. Tidak hanya memberikan masukan dan arahan kepada penulis, namun juga selalu memotivasi penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini. 5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi FISIP UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu, motivasi, inspirasi, dan bimbingannya selama masa perkuliahan.

6. Kedua orang tua penulis yang penulis sayangi, Ibu Umi dan Bapak Nur yang telah memberikan motivasi, doa dan dukungannya terhadap penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih Buk, Pak!

7. Teruntuk adik penulis, yaitu Omita Mega Nurtyas (Mita) dan Muhammad Fauzi Atha (Agil) yang telah menyemangati penulis sekaligus menghibur penulis dikala bosan dalam menulis skripsi.

8. Keluarga kedua penulis “Daebak Omo” yaitu Shofia Khoerunisa, Wiqoyatul Amanah, Jita Wanodya dan Titi Tahdinani yang telah menjadi teman terbaik selama masa perkuliahan dari awal hingga saat ini dan memberikan waktunya dan tenaganya untuk berdiskusi serta saling memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. Sukses selalu, guys!

9. Teman-teman terkhusus Faizah Zatul Hilmi, Novia Sari, Nining Nia dan Shofia Khoerunisa yang telah membantu penulis baik dalam mengatasi kendala proses penulisan skripsi maupun pernah membantu penulis di

(8)

viii

lapangan. Juga teman-teman yang lain Mba Luluk, Ariani, Desi dan Anggun yang telah menyemangati penulis.

10. Terima kasih kepada teman-teman Sosiologi B angkatan 2013 yang telah menjadi rekan diskusi selama ini. Salam sosiobest13!

11. Para informan yang telah meluangkan waktu khususnya Ustadz Halim Ambiya selaku pendiri Komunitas Tasawuf Underground, relawan-relawan Komunitas Tasawuf Underground, yaitu Ibu Ani, Ulfa, Dila, Ka Lilis, Ibu Ile dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang bersedia penulis wawancarai, semua yang telah memberikan informasi terkait tema skripsi ini serta bersedia berbagi pengalaman kepada penulis.

Semoga Allah senantiasa membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis dan dicatat sebagai amal shalih dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Aamin ya robbal alamin. Demikian ucapan terimakasih ini penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, bidang studi Sosiologi dan semua pihak yang membutuhkannya. Aamiin.

Jakarta, 6 Mei 2020

(9)

ix DAFTAR ISI

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

LAMPIRAN ... xvi

BAB I: PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Kerangka Teoritis ... 14

F. Metode Penelitian ... 19

G. Sistematika Penulisan ... 26

BAB II: GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Tasawuf di Indonesia ... 27

B. Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) ... 31

C. Sejarah Berdirinya Komunitas Tasawuf Underground ... 40

D. Tujuan Komunitas Tasawuf Underground ... 45

(10)

x

F. Sumber Dana Komunitas Tasawuf Underground ... 47

BAB III: TEMUAN DAN ANALISIS A. Temuan Penelitian ... 48

1. Aktivitas Komunitas Tasawuf Underground di Media Sosial ... 48

2. Tindakan Komunitas Tasawuf Underground di Luar Media Sosial ... 52

3. Bentuk Aktivitas Komunitas Tasawuf Underground ... 61

a. Pembinaan Keagamaan ... 61

b. Pembinaan Sosial Ekonomi ... 69

c. Pembinaan Kesehatan dan Bantuan Hukum ...71

B. Analisis Penelitian ... 74

1. Tindakan Sosial Komunitas Tasawuf Underground ... 74

a. Tindakan Instrumentalis ... 75

b. Tindakan Berorientasi Nilai ... 77

c. Tindakan Tradisional ... 78

d. Tindakan Afektif ... 79

2. Pemaknaan Jama‟ah Komunitas Tasawuf Underground Terhadap Ajaran-Ajaran yang Diikuti ... 81

BAB IV: PENUTUP A. Kesimpulan ...97

B. Saran ...98

Daftar Pustaka ...xiii

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.E.1. Skema Rasionalitas ... 19

Gambar II.A.1. Halaman Tasawuf Underground ... 41

Gambar II.A.2. Acara “Ngaji Kebudiluhuran” di Universitas Budi Luhur ... 42

Gambar III.A.1. Contoh Postingan di Facebook ... 50

Gambar III.A.2. Contoh Postingan di Facebook ... 50

Gambar III.A.3. Contoh Postingan di Instagram ... 51

Gambar III.A.4. Contoh Postingan di Instagram ... 52

Gambar III.A.5. Nongkrong Bareng Anak Punk ... 56

Gambar III.A.6. Menjalin Persahabatan Bersama Anak Punk Dengan Minum Kopi Bersama ... 58

Gambar III.A.7. Anak Punk Shalat Berjamaah Di Masjid ... 63

Gambar III.A.8. Pengajian Rutin Jumat-Sabtu di Tebet Jakarta Selatan ... 64

Gambar III.A.9. Pengajian Rutin Jumat-Sabtu di Tebet Jakarta Selatan ... 65

Gambar III.A.10. Anak Punk dan Anak Jalanan Berdzikir di TQN Center, Rawamangun JakartaTimur ... 66

Gambar III.A.11. Muhasabah Di Dago Pakar, Bandung ... 68

Gambar III.A.12. Anak Punk Menyablon ... 70

Gambar III.A.13. Anak Punk Menjadi Barista ... 71

Gambar III.A.14. Penghapusan Tato Gratis ... 74

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka ... 12 Tabel I.F.1 Daftar Nama Informan Penelitian Tasawuf Underground ... 21

(13)
(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian ini membahas tentang fenomena salah satu komunitas keagamaan di Indonesia terhadap masyarakat sekitar khususnya terhadap anak punk dan anak jalanan. Komunitas keagamaan tersebut adalah Tasawuf Underground. Menariknya, komunitas ini memiliki titik kumpul dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya di Kolong Jembatan Layang (Fly Over) Tebet, tepat berada di depan Stasiun Tebet Jakarta Selatan. Selain itu, peneliti juga membahas tentang pemaknaan jama‟ah Komunitas Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran yang diikutinya.

Membahas soal anak punk dan anak jalanan keduanya memiliki perbedaan meski memang sama-sama hidup di jalanan. Anak punk identik dengan penampilannya. Seperti rambut di mowhak dan di warna-warnai, terkadang dibagian wajah terdapat tindikan seperti di hidung atau di telinganya, tak jarang pula bertato, memakai baju yang ketat dan rantai yang menggelantung.

Dalam perkembangannya jumlah remaja punk di Indonesia tidak diketahui secara pasti, namun sebuah fanzine asal Amerika Profane Existence menulis, negara dengan perkembangan punk yang menempati peringkat teratas di dunia adalah Indonesia dan Bulgaria (Anna dkk, 2016: 20).

Sedangkan definisi dari anak jalanan, Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk

(15)

2

mencari nafkah, berkeliaran di jalanan atau tempat umum lainnya. UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya (Basthit dan Suyanto, 2015).

Anak punk dan anak jalanan seringkali mendapat stigma buruk oleh masyarakat karena dianggap kriminal, berpenampilan tidak seperti orang pada umumnya, perusuh, pemakai, dan sebagainya sehingga meresahkan masyarakat. Namun, berangkat dari stigma buruk itulah Komunitas Tasawuf Underground dalam dakwah keagamaannya merangkul anak punk dan anak jalanan. Kemudian memberikan pembinaan dalam bentuk pendidikan dan pemberdayaan kepada mereka.

Tasawuf Underground merupakan sebuah komunitas yang bergerak dalam

bidang dakwah keagamaan Islam dan pertama kali dibuat di media sosial. Adapun pendiri Komunitas Tasawuf Underground adalah Halim Ambiya atau biasa di sapa dengan Ustadz Halim Ambiya.

Dalam dunia Islam terdapat istilah tasawuf. Tasawuf bukanlah fenomena baru dan asing. Sejak awal, pesatnya perkembangan Islam dan perlembagaannya pada abad ke- 13 - 15 M, komunitas-komunitas Islam yang awal telah mengenal tasawuf sebagai bangunan spiritualitas Islam yang kaya dengan kearifan dan amalan-amalan yang dapat menuntun para penuntut menuju ilmu suluk pemahaman yang mendalam tentang tauhid (Misbah, 2011).

(16)

3

Tasawuf adalah pendekatan diri kepada Allah dengan cara mensucikan hati (tafsiat al-Qalbi). Allah Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh manusia yang suci. Manusia yang suci bukan hanya bias dekat dengan Tuhan, malah dapat melihat Tuhan (al-Makrifat). Jadi, dengan bertasawuflah cara mensucikan hati (Cecep, 2014: 10).

Tasawuf mengalami perkembangan makna, yang semula diamalkan secara individual, seperti yang terjadi di masa awal Islam hingga abad ke- 5. Namun dengan bertambahnya jumlah pengikut tasawuf, maka secara perlahan terjadi tranformasi tasawuf dari semata sebagai doktrin menjadi organisasi (tarekat) sepanjang abad ke- 6 dan hingga saat ini (Hidayat, 2009: 171).

Tarekat inilah yang kemudian diartikan sebagai praktik keagamaan yang mencoba untuk memasuki dunia tasawuf. Secara epistemologi, tarekat berarti menjalankan ajaran Islam dengan hati-hati dan teliti dan melaksanakan

fadlailu-l-a‟mal serta bersungguh-sungguh mengerjakan ibadah seperti mengerjakan shalat

tahajud, shalat sunah rawatib, dan lain-lainnya dan riyadlah seperti aktif berzikir, istighfar, berpuasa sunah pada hari Senin dan Kamis (Said, 2006: 97- 98).

Martin van Bruinessen berpandangan bahwa tarekat tetap bertahan sebagai gejala keagamaan walaupun di wilayah pedesaan bahkan sudah menyebar ke kota (Amir Aziz, 2013: 61). Penyebaran tarekat-tarekat yang sudah memasuki ke wilayah perkotaan inilah yang kemudian bisa dikatakan sebagai fenomena masyarakat Islam untuk belajar tasawuf atau tarekat (Anis, 2013: 1).

Alasan peneliti tertarik menjadikan Komuitas Tasawuf Underground sebagai objek penelitian adalah bahwa komunitas tersebut tidak hanya berdakwah

(17)

4

melalui media sosial saja. Tetapi juga melakukan aktifitas-aktifitas di luar media sosial, yaitu membina anak punk dan anak jalanan.

Sepengetahuan peneliti, komunitas atau kelompok keagamaan yang bergerak dalam dunia tasawuf itu biasanya kebanyakan adalah kelompok-kelompok zikir, atau organisasi-organisasi ketarekatan yang berfokus pada praktik-praktik atau ritual-ritual keagamaannya saja.

Komunitas Tasawuf Underground dalam kegiatannya dibantu oleh para relawan sosial untuk merangkul dan membina anak punk dan anak jalanan. Adapun salah satu kegiatan rutin Tasawuf Underground adalah pengajian setiap hari Jumat dan Sabtu di Kolong Jembatan (Fly Over) Tebet, Jakarta Selatan. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Komunitas Tasawuf Underground atas kemauan anak punk dan anak jalanan yang ingin belajar agama di mulai dari dasar, yaitu dengan mengaji Iqro dan Al Quran.

Salah satu penyebab manusia ingin memenuhi kebutuhan spiritulitasnya adalah modernitas. Sebab modernitas telah memberi ruang bebas kepada manusia untuk memenuhi dan mengejar kebutuhannya (kebutuhan materi), tetapi di sisi lain ada yang hilang seiring ambisi mereka untuk mengumpulkan materi. Sesuatu yang merupakan kebutuhan esensi, kebahagiaan, ketenangan jiwa, dan terasing dari dunianya sendiri. Untuk itulah, diperlukan sentuhan-sentuhan yang mampu mengembalikan kepada "dimensi manusia". Salah satunya adalah dengan sentuhan melalui spiritualitas atau dalam agama Islam dikenal dengan tasawuf (Misbah,2011).

(18)

5

Hal itu yang dirasakan oleh anak punk dan anak jalanan, yakni membutuhkan sentuhan-sentuhan spiritualitas sehingga mereka sendiri yang berkeinginan untuk belajar agama dari dasar dengan cara belajar mengaji dibantu seorang guru. Seperti yang telah dituturkan oleh Pendiri Komunitas Tasawuf

Undergound, yakni Ustadz Halim Ambiya pada sebuah acara talkshow di

Universitas Budi Luhur:

“Ketika dari tiga tahun lalu saya melakukan pendekatan kepada mereka tidak menggunakan jurus atau ilmu kebidikjayaan tingkat tinggi. Karena mereka sudah menemukan Tuhan mereka. Saya datang sebagai sahabat dengan ketulusan hati langsung wellcome. Bukan saya yang nyuruh ngaji, mereka minta ngaji. Karena sebetulnya mereka haus mereka butuh oase yang selama ini sebetulnya tugas masjid, tugas gereja, tugas agama, untuk mendekati, untuk merangkul mereka, tetapi mereka di anak tirikan. (Observasi pada Kamis, 28 Fabruari 2019).”

Pertemuan Komunitas Tasawuf Underground dengan anak punk merupakan seperti suatu kebetulan bagi mereka yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Di mana Komunitas Tasawuf Underground sebagai media dakwah keagamaan yang menjembatani anak punk mengajak mereka kepada jalan yang benar dengan cara belajar agama guna mendekatkan diri kepada Allah yang mungkin sebelumnya mereka jauh dari agamanya.

Melihat fenomena yang telah dipaparkan di atas yang menjadi fokus penelitian ini adalah tentang bagaimana tindakan sosial yang dilakukan oleh Komunitas Tasawuf Underground terhadap masyarakat sekitar melalui media sosial dan di luar media sosial khususnya tindakan yang dilakukan oleh Komunitas Tasawuf Underground terhadap anak punk dan anak jalanan. Selain itu, peneliti juga membahas tentang bagaimana pemaknaan jama‟ah Komunitas

(19)

6

Komunitas Tasawuf Underground baik anggota maupun pengurusnya merupakan jama‟ah yang mengamalkan ajaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah

(TQN).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan adalah tindakan sosial dari Max Weber. Tindakan sosial merupakan suatu tindakan individu yang memiliki arti atau makna (meaning) subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain. Maka dari itu peneliti memberi judul skripsi ini

“Tindakan Sosial Komunitas Tasawuf Underground di Tebet Jakarta Selatan)”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground terhadap masyarakat sekitar di media sosial dan luar media sosial?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki beberapa tujuan dan manfaat yang hendak dicapai, sebagaimana berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mendeskripsikan tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground terhadap masyarakat sekitar di media sosial dan luar media

(20)

7

2. Manfaat dari penelitian ini ialah:

a. Dari aspek akademik penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka diskursus tasawuf dan komunitas terutama bagi peminat kajian dalam bidang ilmu Sosiologi dan perkembanganya.

b. Penelitian ini juga diharapkan berguna untuk pihak-pihak yang terkait yang membutuhkan. Tentang bagaimana tindakan sosial Komunitas

Tasawuf Underground terhadap masyarakat sekitar melalui media sosial

dan di luar media sosial.

D. Tinjauan Pustaka

Dari beberapa hasil kajian berikut penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini baik dari segi permasalahan, konseptual, metodologi, maupun subjek yang diteliti. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Moch Dony Dermawan (2018), yaitu “Ritual Manaqib Pada Pengikut Tarekat

Qadariyyah Wa Naqsabandiyah Al- Uthmaniyyah di Pondok Pesantren Assalafi

Al Fitrah Kedinding Surabaya (Studi Fenomenologi Ritual Manaqiban)”.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Teori yang digunakan yaitu teori Dramaturgi.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa motif pengikut TQN al- Uthmany dalam mengikuti ritual manaqiban bias berupa sebab dan akibat dan diklasifikasikan menjadi dua varian yaitu yang berurusan dengan kelancaran di dunia dan di akhirat. Makna ritual manaqiban bagi pengikut TQN al- Uthmany adalah ritual pendatang berkah. Kehidupan beragama pengikut TQN al- Uthmany

(21)

8

bias dibilang tidak fanatis (tidak monoton terhadap kehidupan akhirat dan mengabaikan kehidupan di dunia).

Kedua, penelitian oleh Kholisoh (2015) yang berjudul “Model Tindakan Sosial Pengikut Tarekat di Tengah Arus Modernisasi (Studi Kasus Jama‟ah Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah di Pondok Pesantren Qashrul „Arifin”.

Penelitian ini menggunakan Teori Tindakan Sosial dan Teori Rasionalitas dari Max Weber.

Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ini menjelaskan bahwa terdapat empat tindakan yang dilakukan oleh pengikut tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah untuk mempertahankan tarekatnya yang berdiri dalam lingkungan yang memiliki banyak perubahan atau modernisasi, yaitu (1) tindakan tradisional; seperti tindakan masyarakat dalam memutuskan menjadi pengikut tarekat. Tindakan tradisional ini merupakan yang paling dominan dalam empat tindakan sosial. (2) tindakan instrumental, (3) tindakan tindakan efektual, (4) tindakan yang berorientasi kepada nilai.

Dapat disimpulkan bahwa pengikut tarekat mampu mengikuti perkembangan zaman meski keberadannya di desa yang jauh dari perkotaan. Pengikut tarekat juga mampu mengimbangi antara tarekat dan modernisasi, dan di era modern ini pengikut tarekat masih sangat membutuhkan tarekat. Tindakan social pengikut tarekat juga dapat dikelompokkan menjadi empat tipe rasionalitas, yaitu rasionalitas praktis, rasional subtantif, rasional formal, dan rasional teoritis.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ach. Shodiqil Hafil (2014) yang

(22)

9

Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah masyarakat urban Muslim Jakarta yang tergabung dalam jama‟ah Tariqah Qadariyah Naqshabandiyah di Rawamangun Jakarta Timur. Fokus penelitiannya adalah tentan gajaran dan amalan zikir dalam Tariqah Qadariyah Naqshabandiyah serta bagaimana masyarakat urban Jakarta yang aktif dalam kegiatan tersebut memaknai nilai-nilai zikir yang diamalkannya.

Dari hasil penelitiannya ternyata masyarakat urban Jakarta yang tergabung dalam Tariqah Qadariyah Naqshabandiyah berbeda dalam memaknai (nilai-nilai) zikir. Ada yang memaknai zikir sebagai ruh dari segala amal ibadah, zikir adalah menyebut Dhat Allah di mana saja dan adapula yang memaknai zikir sebagai kebutuhan batin dan nutrisi bagi jiwa.

Selain itu hasil penelitian ini juga mengatakan bahwa adanya koherensi zikir dalam masyarakat urban Jakarta yang tergabung dalam jemaah Tariqah Qadariyah Naqshabandiyah. Dan yang terakhir terdapat perbedaan pemahaman dan pemaknaan yang cukup signifikan antara jama‟ah dengan tingkat keilmuan yang tinggi dengan jama‟ah yang hanya memiliki pengetahuan sederhana dalam bidang

keagamaan.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi dengan judul Pembinaan

Anak Jalanan Melalui Lembaga Sosial (Studi Kasus Pembinaan Anak Jalanan di Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi di Pasar Minggum Jakarta Selatan). hasil penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif kualitatif ini adalah bahwa Pola pembinaan yang dilakukan Yayasan Bina Anak Pertiwi adalah dengan pendekatan kekeluargaan. Bentuk-bentuk pembinaannya seperti pembinaan

(23)

10

keterampilan dan skill, pembinaan yang melibatkan tokoh masyarakat, pembinaan yang melibatkan kepolisian, pembinaan yang melibatkan dinas kesehatan. Dan terdapatnya perubahan-perubahan yang terjadi pada anak binaan setelah mendapat pembinaan dari Yayasan Bina Anak Pertiwi.

Kelima, Ida Munfarida yang berjudul Nilai-Nilai Tasawuf dan Relevansinya

Bagi Pengembangan Etika Lingkungan Hidup. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dengan datanyanya dari literatur-literatur baik data primer maupun data sekunder. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ajaran tasawuf meliputi beberapa hubungan moralitas yakni hubungan manusia dengan manusia lain, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan alam. Hubungan tersebut didasarkan pada ajaran al-Qur‟an dan al-Sunnah yang merupakan sumber tertinggi yang berasal dari Tuhan.

Selain itu hasil penelitian ini mengatakan bahwa nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran tasawuf bukan hanya sebagai wujud kesalehan individu, melainkan juga dapat dijadikan sebagai kesalehan sosial, seperti kesalehan berlingkungan atau etika lingkungan. Sehingga dapat dikatakan nilai-nilai tasawuf sangat relevan untuk pembinaan etika lingkungan hidup. Nilai-nilai tersebut antara lain; nilai

Illahiyyah, insaniyyah, dan alamiyyah.

Penelitan keenam, Yohanes Tony Suharto dengan judul penelitiannya adalah Tindakan Sosial LSK Bina Bakat Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan di Surakarta (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Tindakan Sosial Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan yang Dilakukan Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat Surakarta). Penelitian ini menggunakan metode wawancara, studi

(24)

11

dokumentasi dan pengamatan lapangan. Teori yang digunakan adalah teori tindakan sosial Max Weber.

Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa tindakan sosial yang dilakukan oleh LSK Bina Bakat dalam pemberdayaan anak jalanan di Surakarta, yakni melalui pembentukan RPSA Putra Bangsa dimana pelaksanaan kegiatan pemberdayaannya terdapat tahap-tahap mulai dari tahap penjangkauan hingga tahap pengakhiran pelayanan. Pada pelaksanaan pemberdayaannya tiap tahan sudah dilakukan dengan baik. Namun, hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan karena program LSK Bina Bakat hanya dilaksanakan dalam satu tahun.

Penelitian terakhir oleh Dani (2019) dengan judul Dakwah Ustaz Halim Ambiya Terhadap Komunitas Anak Punk Kolong Jembatan Tebet Jakarta Selatan di Komunitas Tasawuf Underground. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan teori yang digunakan adalah teori penetrasi sosial. Hasil penelitian ini adalah Langkah Ustaz Halim Ambiya dalam melakukan penetrasi sosial dalam membina anak punk dilakukan dengan baik, melalui sisi elemen penetrasi, yaitu tatap muka langsung dengan anak punk (orientation stage), berbagi kesenangan masing-masing seperti berbagi selera musik (exploration syage). Berbagi pengalaman dan pribadi anak punk (effective

(25)

12

Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka

No Penulis dan Judul Penelitian

Metode Penelitian Teori Hasil Penelitian

1 Moch. Dony

Dermawan

Ritual Manaqib Pada Pengikut Tarekat Qadariyyah Wa Naqsabandiyah Al- Uthmaniyyah di Pondok Pesantren Assalafi Al Fitrah Kedinding Surabaya (Studi Fenomenologi Ritual Manaqiban) Tesis, 2018 − Kualitatif − Pendekatan fenomenologis − Motif pengikut TQN al- Uthmany dalam melakukan ritual manaqiban, makna ritual manaqiban bagi pengikut TQN al- Uthmany dan kehidupan beragama pengikut TQN al- Uthmany

Teori Dramaturgi 1. Motif pengikut TQN al- Uthmany dalam mengikuti ritual manaqiban bisa berupa sebab dan akibat dan diklasifikasikan menjadi dua varian yaitu yang berurusan dengan kelancaran di dunia dan di akhirat.

2. Makna ritual manaqiban bagi pengikut TQN al- Uthmany adalah ritual pendatang berkah. 3. Kehidupan beragama

pengikut TQN al- Uthmany bisa dibilang tidak fanatis (tidak monoton terhadap kehidupan akhirat dan mengabaikan kehidupan di dunia). 2 Kholisoh Model Tindakan Sosial Pengikut Tarekat di Tengah Arus Modernisasi (Studi Kasus Jama‟ah Tarekat Naqsyabandiyah Kholidiyah Di Pondok Pesantren Qashrul „Arifin) Skripsi, 2015 − Kualitatif − Penelitian lapangan, observasi, interview, dan dokumentasi − Fokus penelitian: Model tindakan social pengikut tarekat dan Rasionalitas tindakan social pengikut tarekat dalam proses modernisasi Teori tindakan sosial Max Weber Teori Rasionalitas Max Weber

Pengikut tarekat mampu mengikuti perkembangan zaman meski keberadannya di desa yang jauh dari perkotaan. Pengikut tarekat juga mampu mengimbangi antara tarekat dan modernisasi, dan di era modern ini pengikut tarekat masih sangat membutuhkan tarekat.

3 Ach. Shodiqil Hafil Studi Atas Zikir Tarekat Masyarakat Urban Jemaah TQN di Jakarta

Maraji: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 1, No. 1, September

(tidak dijelaskan) (tidak dijelaskan) Masyarakat urban Jakarta yang tergabung dalam Tariqah Qadariyah Naqshabandiyah berbeda dalam memaknai (nilai-nilai) zikir. Ada yang memaknai zikir sebagai ruh dari segala amal ibadah, zikir adalah menyebut Dhat Allah di mana saja dan adapula yang

(26)

13

2014 memaknai zikir sebagai

kebutuhan batin dan nutrisi bagi jiwa. Selain itu hasil penelitian ini juga mengatakan bahwa adanya koherensi zikir dalam masyarakat urban Jakarta yang tergabung dalam jemaah Tariqah Qadariyah Naqshabandiyah. Dan yang terakhir terdapat perbedaan pemahaman dan pemaknaan yang cukup signifikan antara jemaah dengan tingkat keilmuan yang tinggi dengan jemaah yang hanya memiliki pengetahuan sederhana dalam bidang keagamaan. 4 Kurniadi

Pembinaan Anak Jalanan Melalui Lembaga Sosial (Studi Kasus Pembinaan Anak Jalanan di Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi di Pasar Minggum Jakarta Selatan) Skripsi, 2014 − Deskriptif kualitatif dengan 15 informan − Metode pengambilan informan dengan purposive sampling − Proses pengambilan data dengan wawancara terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Pendidikan demokratis dan pendidikan hadap masalah (problem posing)

Pola pembinaan yang dilakukan Yayasan Bina Anak Pertiwi adalah dengan pendekatan kekeluargaan. Bentuk-bentuk

pembinaannya seperti pembinaan keterampilan dan skill, pembinaan yang melibatkan tokoh masyarakat, pembinaan yang melibatkan kepolisian, pembinaan yang melibatkan dinas kesehatan. Dan terdapatnya perubahan-perubahan yang terjadi pada anak binaan setelah mendapat pembinaan dari Yayasan Bina Anak Pertiwi. 5 Ida Munfarida

Nilai-Nilai Tasawuf dan Relevansinya Bagi Pengembangan Etika Lingkungan Hidup Tesis, 2017 − Penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat analisis filosofis − Sumber datanya adalah literatur − Metode analisis data: deskripsi, interpretasi dan heuristika − Pengambilan kesimpulan menggunakan metode induktif, yaitu penggunaan pola Teori-Teori Etika Lingkungan Hidup (Antroposentrisme, Biosentrisme, Ekosentrisme, dan Ekofeminisme)

Ajaran tasawuf yang meliputi hubungan moralitas (manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan alam).

(27)

14 pemngambilan kaidah-kaidah khusus untuk memperoleh kesimpulan umum. 6 Yohanes Tony Suharto

Tindakan Sosial LSK Bina Bakat dalam Pemberdayaan Anak Jalanan di Surakarta (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Tindakan Sosial Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan yang Dilakukan Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat (LSK Bina Bakat) Surakarta) Skripsi, 2008

Wawancara, studi dokumen, dan pengamatan lapangan.

Tindakan sosial yang dilakukan oleh LSK Bina Bakat dalam pemberdayaan anak jalanan di Surakarta adalah melalui pembentukan RPSA Putra Bangsa dimana pelaksanaan kegiatan pemberdayaannya terdapat tahap-tahap mulai dari tahap penjangkauan hingga tahap pengakhiran pelayanan.

7 Dani

Dakwah Ustaz Halim Ambiya Terhadap Komunitas Anak Punk Kolong Jembatan Tebet Jakarta Selatan di Komunitas Tasawuf Underground Skripsi, 2019 Penelitian kualitatif deskriptif Teori Penetrasi Sosial

Langkah Ustaz Halim Ambiya dalam melakukan penetrasi sosial dalam membina anak punk dilakukan dengan baik, melalui sisi elemen penetrasi, yaitu tatap muka langsung dengan anak punk (orientation stage), berbagi kesenangan masing-masing seperti berbagi selera musik (exploration syage). Berbagi pengalaman dan pribadi anak punk (effective change

stage), dan mengatasi konflik dalam komunitas (depenetration).

E. Kerangka Teoritis

Penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial. Bagi Max Weber, dunia sebagaimana kita saksikan terwujud karena tindakan sosial. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukan itu untuk mencapai apa yang mereka kehendaki. Setelah memilih sasaran, mereka memperhitungkan

(28)

15

keadaan, kemudian memilih tindakan. Struktur sosial adalah produk (hasil) dari tindakan itu; cara hidup adalah produk dari pilihan yang dimotivasi. Keadaan sosial yang tercipta karena tindakan itu menjadi hambatan sebagai kekuatan struktural, tetapi bagaimanapun tindakan sejatinya tetap mental – yang dipilih dalam konteks persepsi pelaku dari hambatan struktural itu. Memahami realitas sosial yang dihasilkan oleh tindakan itu berarti menjelaskan mengapa manusia menentukan pilihan (Jones dkk, 2016: 117).

Tindakan sosial merupakan suatu tindakan individu yang memiliki arti atau makna (meaning) subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain. Weber menemukan bahwa tindakan sosial tidak selalu memiliki dimensi rasional tetapi terdapat berbagai tindakan non rasional yang dilakukan oleh orang termasuk dalam tindakan orang dalam kaitannya dengan berbagai aspek dari kehidupan, seperti politik, sosial, dan ekonomi (Damsar, 2015: 117).

Dikutip oleh Wariner, bahwa:“for Weber, action was behaviour that was

meaningful, social action was action, i.e., meaningful behaviour that was oriented toward others”. Menurut pendapat Weber, tindakan adalah perilaku yang

bermakna, tindakan social adalah tindakan, yakni perilaku bermakna yang diarahkan pada orang lain (Supraja, 2012).

Teori tindakan menekankan pentingnya kebutuhan untuk memusatkan perhatian pada kehidupan sosial tingkat mikro, cara individu berinteraksi satu sama lain dalam kondisi hubungan sosial secara individual, bukan tingkat makro yakni cara seluruh struktur masyarakat memengaruhi perlikaku individu. Bagi teori tindakan, masyarakat adalah hasil akhir dari interaksi manusia, bukan

(29)

16

penyebab. Hanya dengan mengkaji bagaimana manusia dapat berinteraksi dapatlah kita memahami bagaimana keteraturan social diciptakan (Jones dkk, 2016: 25).

Hampir semua tindakan manusia adalah sukarela (voluntary). Tindakan itu adalah produk dari suatu keputusan untuk bertindak, sebagai hasil dari pikiran. Hampir semua yang kita lakukan adalah hasil dari memilih tindakan dengan suatu cara tertentu bukan cara lain. Lebih lanjut, ini adalah pilihan purposif, atau berorientasi pada tujuan, sebagai manusia, kita mampu mengarah kepada tujuan atau hasil dan mengambil tindakan untuk mencapainya. Oleh karena itu, hamper semua tindakan manusia adalah tindakan yang disengaja: kita mewujudkan tindakan tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki (Jones dkk, 2016:26).

Teori tindakan menekankan bahwa kita memutuskan apa yang kita lakukan sesuai dengan interpretasi kita mengenai dunia di sekeliling kita. Menjadi manusia berarti menjadikan masuk akal latar atau situasi di mana kita menemukan diri kita dan mewujudkan tindakan sesuai dengan situasi itu. Menggunakan teori tindakan untuk kepentingan ini berarti kita memilih apa yang dilakukan sesuai dengan “definisi situasi yang bersangkutan” (Jones dkk, 2016: 26).

Weber menemukan empat tipe tindakan sosial, yaitu: (1) Tindakan Tradisional, (2) Tindakan Berorientasi Nilai, (3) Tindakan Berorientasi Tujuan, dan (4) Tindakan Afektif. Pada tindakan tradisional, tindakan ini bertujuan untuk memperjuangkan nilai yang berasal dari tradisi kehidupan masyarakat (Martono, 2011: 47). Tindakan ini juga didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam

(30)

17

mengerjakan sesuatu pada masa lalu saja (Yesmil dan Adang, 2008). Tindakan afektif adalah tindakan yang dibuat-buat, dipengaruhi oleh perasaan emosi aktor (Yesmil dan Adang, 2008).

Tindakan berorientasi nilai adalah tindakan ini merupakan suatu rasionalitas masyarakat yang melihat nilai-nilai absolut tertentu sebagai potensi atau tujuan hidup. Nilai-nilai ini dijadikan suatu kesadaran akan perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya (Ritzer, 2012: 137).

Sedangkan tindakan berorientasi tujuan (rational intrumental) merupakan tindakan yang ditentukan oleh hrapan-harapan perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain, harapan-harapan ini digunakan sebagai syarat atau sarana untuk mencapai tujuan aktor lewat upaya dan perhitungan yang rasional. Dalam tindakan ini manusia tidak hanya menentukan tujuan yang diinginkan agar tercapai, namun ia harus secara rasional telah mampu memilih dan menentukan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut (Ritzer, 2012: 137).

Selain tindakan sosial, dalam penelitian ini juga menggunakan konsep teori pemaknaan Max Weber. Dalam konsep Weber pemaknaan tindakan terdapat dua konsep, yakni: pertama, makna subjektif yang menunjukkan adanya tindakan aktor, menurut Weber makna semacam ini dapat dipahami dengan cara observasi langsung, seperti terlibat langsung di lapangan dan mengamati objek penelitian dalam tindakannya. Kedua, pemahaman motivasional yaitu pemahaman makna yang lebih luas (Nindito, 2005).

(31)

18

Dalam Max Weber terdapat metode Verstehen atau dikenal juga dengan metode pemahaman interpretatif, yaitu suatu cara atau usaha untuk memahami suatu tindakan arti atau makna subjektif bagi dirinya dan dikaitkan dengan orang lain. Ada beberapa cara untuk memahami (verstehen/understanding) makna (Damsar, 2015: 122):

a. Rasional, yaitu sesuatu yang dipahami secara masuk akal. Misalnya, jika air membasahi, maka api membakar; matahari terbit pada sisi sebalah timur, dan akan tenggelam pada sisibarat; atau 1+1=2 bukan yang lain. b. Empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka

berpikir orang lain. Di sini peneliti melibatkan diri secara emosional eksternal. Sering dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan ungkapan berikut: “jika saya Anda, saya akan melakukan hal yang sama.” Itulah merupakan cara empatik untuk memahami suatu tindakan sosial. Misalnya, kalau saya perempuan, sebenarnya saya berkelamin laki-laki, ingin tampil menarik maka saya juga menggunakan lipstick (Damsar, 2015: 121).

c. Apresiatif, adalah cara pemahaman arti subjektif sendiri untuk memahami arti subjektif tindakan orang lain. Di sini peneliti melibatkan diri secara emosional internal. Pemahaman tersebut juga sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia seperti jika kaki kita ter(di)injak terasa sakit, maka demikian pula orang lain merasakan sakit jika kaki mereka ter(di)injak. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati agar kaki orang lain tidak ter(di)injak (Damsar, 2015: 122).

(32)

19

Gambar I.E.I Skema Rasionalitas

Sumber: Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial dalam Perspektif Klasik, Modern,

Posmodern dan Psokolonial. Jakarta: Rajawali. hlm. 56

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Memilih studi kualitatif karena hakikat dari pertanyaan penelitian. Dalam studi kualitatif, pertanyaan penelitian sering dimulai dengan bagaimana atau apa. Dengan demikian, permulaan tersebut memaksa masuk kedalam topik yang mendeskripsikan apa yang sedang berlangsung (Emir, 2010: 9).

Kaitannya dengan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang bagaimana tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground terhadap masyarakat sekitar khususnya terhadap anak punk dan anak jalanan.

Adapun tujuan penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu menyajikan gambaran yang spesifik atau hubungan dengan terperinci dan sangat akurat, menemukan data baru yang bertentangan dengan data lama, menciptakan

rationality rational iratonal Affective rationality Value oriented rationality Instrumental rationality Traditional rationality

(33)

20

serangkaian kategori atau mengklasifikasi jenis, menjelaskan rangkaian tahapan atau langkah, mendokumentasi proses atau mekanisme sebab akibat dan melaporkan latar belakang atau konteks situasi (Neuman, 2013: 44).

2. Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, dalam mengambil data peneliti mengadakan penelitian lapangan. Berdasarkan ruang lingkup permasalahan yang diuraikan diatas, maka lokasi yang dipilih untuk di teliti adalah Kolong Jembatan Layang (Fly Over) Tebet tepat di depan Stasiun Tebet, Jakarta Selatan. Pemilihan tempat ini didasarkan pada titik kumpul kegiatan Komunitas Tasawuf Underground bersama anak punk dan anak jalanan.

3. Objek dan Informan Penelitian

Menjelaskan objek dan informasi kualitatif adalah menjelaskan objek penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkrit tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2015: 78).

Jadi, dalam penelitian ini yang berjudul Tindakan Sosial Komunitas

Tasawuf Underground Di Tebet Jakarta Selatan maka objek penelitiannya

adalah tindakan-tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground terhadap masyarakat sekitar khususnya terhadap anak punk dan anak jalanan. Serta pemaknaan jama‟ah Komunitas Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran yang diikutinya. Sedangkan yang menjadi informan penelitian adalah pengurus

(34)

21

dan anggota Komunitas Tasawuf Underground beserta anak binaannya (anak punk dan jalanan).

Tabel I.F.1

Daftar Nama Informan Penelitian Komunitas Tasawuf Underground

No Nama Informan Status Umur

1 Berlian Relawan 35

2 Lilis Anggota/ Anak Binaan 27

3 Dila Anggota/ Anak Binaan 17

4 Evi Anggota/Anak Binaan 12

5 Ibu Ani Relawan 48

6 Nabila Relawan 45

7 Ibu Ile Relawan 45

8 Ulfa Relawan 23

9 Ustadz Halim Ambiya Pendiri/Direktur 46

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa informan dalam penelitian ini terdiri dari 9 informan. Informan dalam penelitian ini bertempat tinggal berbeda-beda ada yang dari Depok, Jatinegara, Ciputat dan Tebet. Pengambilan jumlah informan tersebut dengan alasan yang mengikuti kegiatan Komunitas Tasawuf

Underground dan terlihat terlibat langsung di lokasi penelitian, yaitu di Kolong

Jembatan (Fly Over) Tebet Jakarta Selatan. 4. Cara Memperoleh Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif terdapat tiga cara prosedur untuk menentukan dan menemukan informan (Bungin, 2015: 107), yaitu prosedur purposif, prosedur kuota dan prosedur snowball. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan prosedur purposif. Contoh dari penggunaan prosedur purposive ini adalah antara lain dengan menggunakan key person. Kunci dasar penggunaan prosedur ini adalah penguasaan informasi dan secara logika bahwa tokoh-tokoh

(35)

22

kunci di dalam proses social selalu langsung menguasai informasi yang terjadi di dalam proses social itu (Bungin, 2015: 108).

Maka dari itu peneliti dalam hal ini memperoleh informan penelitian dengan

key person, seperti pengurus atau relawan Komunitas Tasawuf Underground.

Kemudian kepada anggota-anggotanya seperti anak punk dan anak jalanan yang terlibat langsung dalam kegiatan Komunitas Tasawuf Underground di lokasi penelitian.

5. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan manfaat empiris, bahwa metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen terhadap semua metode pengumpulan data dan teknis analisis data adalah metode wawancara mendalam, observasi partisipasi, bahan dokumenter, serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan internet (Bungin, 2015: 110). Peneliti memilih ketiga metode tersebut dalam penelitian ini karena di rasa metode tersebut sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

a) Metode Wawancara

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2015: 111).

(36)

23

Hal tersebut dirasakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian yang kurang lebih selama 11 bulan di lapangan dengan terlibat langsung dalam kegiatan Komunitas Tasawuf Underground kemudian sambil melakukan wawancara bersama informan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Peneliti melakukan wawancara terbuka maka informan mengetahui keberadaan pewawancara sebagai peneliti di lokasi penelitian. Selain itu, peneliti dalam hal ini juga menggunakan catatan harian berupa catatan-catatan yang ditulis dari segi-segi yang menurut peneliti penting dalam setiap kesempatan wawancara untuk dijadikan evaluasi pada wawancara selanjutnya.

Peneliti juga melakukan wawancara secara daring (online) bersama Pendiri Komunitas Tasawuf Underground melalui email dengan mengirimkan daftar pertanyaan wawancara kemudian peneliti mentranskip hasil jawaban pertanyaan wawancara.

b) Metode Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya (Bungin, 2015: 118).

Peneliti dalam metode observasi memilih metode observasi partisipasi. Observasi partisipasi yang dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama,

(37)

24

merasakan serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan (Bungin, 2015: 78).

Jadi, peneliti terlibat langsung di lokasi penelitian dan ikut dalam kegiatan-kegiatan objek pengamatan, seperti kegiatan rutin pengajian Komunitas Tasawuf Underground bersama anak punk dan anak jalanan di Kolong Jembatan Layang (Fly Over) Tebet, Jakarta Selatan.

Adapun yang di observasi adalah kegiatan yang dilakukan Komunitas Tasawuf Underground terhadap anak-anak binaannya. Untuk mendapatkan data tersebut maka peneliti membangun hubungan baik dengan informan dengan cara ikut membantu di kegiatan pengajian rutin seperti mengajar mengaji dan baca tulis al Qur‟an untuk anak jalanan. Sedangkan untuk anak

punk mendapat bagian bimbingan langsung bersama pendiri Komunitas

Tasawuf Underground yakni, Ustadz Halim Ambiya. Untuk durasi peneliti

dalam berpartisipasi tersebut dalam satu hari kurang lebih 2 jam. Peneliti mencatat hasil observasi tersebut dari lokasi penelitian dalam bentuk catatan lapangan (Field Note).

c) Dokumentasi

Selain observasi dan wawancara peneliti juga melakukan pengumpulan data melalui dokumen dalam menjawab pertanyaan terarah. Apabila tersedia dokumen-dokumen ini dapat menambah pemahaman atau informasi untuk penelitian. Dokumen-dokumen yang mungkin tersedia mencakup: foto, rekaman suara, informasi akun sosial media yang resmi.

(38)

25

6. Metode Analisis Data

Setelah data dan informasi yang didapatkan telah cukup, data yang didapat dan disesuaikan dengan tema serta kondisi pada penelitian ini dengan menggunakan reduksi data, kemudian data yang diperoleh tersebut ditelaah dan diolah dengan menganalisa lebih jauh dengan teknik deskriptif kualitatif yang diikuti teori para ahli. Selanjutnya dengan penyajian data berupa gambar, wawancara informan, tabel dan terakhir penarikan kesimpulan.

(39)

26 G. Sistematika Penulisan

Laporan hasil penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk karya tulis skripsi dengan sistematika penulisan seperti dibawah ini :

Bab I : Pendahuluan. Dalam bab ini berisi pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritis, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II: Gambaran Umum. Dalam bab ini berisi tasawuf di Indonesia,

thariqah qadariyyah wa naqsyabandiyah (TQN). sejarah berdirinya Komunitas

Tasawuf Underground, tujuan, pengurus dan anggota Komunitas Tasawuf

Underground.

Bab III : Temuan hasil penelitian. Dalam bab ini berisi aktivitas Komunitas

Tasawuf Underground di media sosial, tindakan Komunitas Tasawuf

Underground di luar media sosial, bentuk aktivitas Komunitas Tasawuf

Underground, analisis tindakan sosial Komunitas Tasawuf Underground, dan

pemaknaan jama‟ah Tasawuf Underground terhadap ajaran-ajaran yang diikuti. Bab IV : Penutup. Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.

(40)

27 BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Tasawuf Di Indonesia

Memang banyak cara yang dilakukan manusia sejak dahulu hingga kini untuk memenuhi panggilan ruhani, lebih-lebih bagi mereka yang sadar bahwa materi tidak mampu memuaskan batin mereka kendati telah melimpah di tangannya, bahkan bisa jadi limpahan itu mengakibatkan kegalauan dan kehausan. Serupa dengan meneguk air laut. Itu sebabnya misti, tasawuf, atau apa pun namanya dikenal oleh umat manusia demi meraih ketenangan dan menjauh dari keterasingan batinnya (Shihab, 2018: 259).

Tasawuf merupakan bagian integral dari sistem ajaran Islam. Islam tanpa tasawuf bukanlah Islam kaffah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW. Islam kaffah adalah Islam yang di dalamnya terpadu aspek akidah, syariat, dan hakikat. Dari akidah lahir tauhid, dari syariat lahir fikih dan dari hakikat lahir tasawuf yang kemudian melahirkan tarekat (Alba, 2014: 8).

Di antara berbagai pendapat tentang asal-usul “tasawuf”, menurut Ahmad as-Sirbasi, pendapat al-Bustilah yang paling kuat dan rajih, sebab kenyataannya tasawuf itu adalah upaya penyucian hati supaya bisa dekat dengan Allah. Berbeda dengan as-Sirbasi, Ibn Khaldun berpendapat bahwa “tasauf” yang berasal dari akar kata “suf” yang artinya wool kasar adalah lebih rajih dan kuat sebab

kenyataannya pada waktu itu para sufi biasa memakai wool kasar sebagai tanda kesederhanaan (Alba, 2014: 10).

(41)

28

Kesimpulannya, tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara mensucikan hati (tafsiat al-Qalbi). Allah Yang Maha Suci tidak dapat didekati kecuali oleh manusia yang suci. Manusia yang suci bukan hanya bisa dekat dengan Tuhan, malah dapat melihat Tuhan (al-Makrifat). Jadi, dengan bertasawuflah cara mensucikan hati (Alba, 2014: 10).

Sedangkan menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani tasawuf adalah mensucikan hati dan melepaskan hawa nafsu dari pangkalnya dengan kholwat,

riyadah dan terus berdzikir dengan dilandasi iman yang benar, mahabbah, taubah,

dan talqin dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, maka Allah memurnikan amalnya, menyinari hatinya, menghaluskan kulitnya, mensucikan lisannya, memadukan anggota badannya lahir batin, mengangkat amalnya keharibaan-Nya dan Allah mendengar permohonannya (Alba, 2014: 10-11).

Sedangkan ilmu tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui keadaan jiwa manusia, terpuji atau tercela, bagaimana cara-cara menyucikan jiwa dari berbagai sifat yang tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan bagaimana cara mencapai jalan menuju Allah (Alba, 2014: 11).

Akar-akar tasawuf dalam islam merupakan penjabaran dari ihsan. Ihsan sendiri merupakan bagian dari trilogy ajaran islam. Islam adalah satu kesatuan yang utuh dari iman, islam dan ihsan. Islam adalah penyerahan diri kepada Allah secara zahir, iman adalah i‟tikad batin (iman) terhadap hal-hal gaib yang ada dalam rukun iman, sedangkan ihsan adalah komitmen terhadap hakikat zahir dan batin. Hal demikian disebabkan ilmu mesti diamalkan, untuk kesempurnaan amal

(42)

29

mesti harus ikhlas, sedangkan ikhlas adalah seorang hamba dengan ilmu dan amalnya tidak mengharap selain keridaan Allah (Alba,2014: 17).

Mazhab dalam tasawuf disebut tarekat. Harun Nasution memandang tarekat dari sisi institusi. Ia beranggapan bahwa tarekat adalah organisasi para pengamal suatu ajaran tasawuf yang didirikan oleh as-Syaikh Sufi tertentu. Ajaran guru (mursyid) tersebut diamalkan secara konsisten oleh mereka (murid-murid) dan para murid termasuk para pengamal tersebut menghimpun diri dalam organisasi yang mereka sebut tarekat. Sebagai contoh; Tarekat Qadiriyah, Samaniyah,

Sattariyah dan lain-lain (Alba, 2014).

Secara umum tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa melalui pensucian jiwa. Ajaran tasawuf yang harus diamalkan dalam bimbingan seorang guru, itulah yang disebut tarekat. Dengan kata lain dapat dirumuskan bahwa tasawuf adalah seperangkat ilmu mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah suatu system untuk medekatkan diri kepada Allah dengan salah satu unsure pokoknya adalah ilmu tasawuf (Siregar, 2002: 265).

Rumusan ini menunjukkan, bahwa tarekat adalah sistemisasi pembelajaran dan pengamalan seorang sufi. Karenanya ajaran pokok tarekat adalah tasawuf, atau sebahagian dari tasawuf. Hubungan tarekat dengan tasawuf adalah “hubungan simbiosis” hubungan yang saling mengisi dan saling memerlukan.

Tarekat berasal dari tasawuf yang berkembang dalam berbagai aliran (Siregar, 2002: 265)

Tarekat yang masuk ke Indonesia adalah tarekat yang populer di Makkah dan Madinah, dua kota yang saat itu menjadi pusat kegiatan dunia Islam. Salah

(43)

30

satu faktornya adalah karena tarekat-tarekat itu dibawa langsung oleh tokoh-tokoh pengembangnya yang umumnya berasal dari Persia dan India. Kedua negara itu dikenal memiliki hubungan yang khas dengan komunitas Muslim pertama di Indonesia (Thohir, 2002: 28).

Beberapa tarekat yang masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad ke-16 atau abad ke-17 hingga abad ke-19 di antaranya adalah Tarekat Qadiriyah, Syattariyah, Naqsyabandiyah, Khalwatiyah, Samaniyah dan „Alawiyah. Juga ada tarekat yang lebih dikenal dengan sebutan Haddadiyah dan sejenisnya, yang muncul berkat kreativitas umat Islam Indonesia, terutama para habib turunan Arab. Pada periode berikutnya, Tarekat Tijaniyah masuk pada awal abad ke-20, yang dibawa oleh para jamaah haji Indonesia (Thohir, 2002: 28).

Kaitannya dengan penelitian ini dan alasan peneliti memasukkan pembahasan mengenai Tasawuf (tarekat) adalah bahwa sesuai pada temuan di lapangan dan kebetulan Pendiri Komunitas Tasawuf Underground adalah seorang pengamal ajaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) dan beberapa pengurus dan relawannya pun sebagian ada yang juga berlatar belakang sebagai jamaah pengamal Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Yang kemudian menjadi objek penelitian peneliti tentang bagaimana pemaknaan jamaah Komunitas Tasawuf Underground yang termasuk sebagai pengamal Thariqah

Qadiriyah wa Naqsyabandiyah terhadap ajaran-ajaran yang diikutinya. Berikut

penjelasan secara umum tentang Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah TQN) dari berbagai sumber yang peneliti susun.

(44)

31

B. Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN)

Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) muncul sebagai tarekat sufi

sekitar tahun 1850-an atas kreativitas seorang syaikh sufi Kalimantan, yaitu Ahmad Khatib Sambasi yang pernah bermukim di Makkah. Ia menyatukan dan mengembangkan metode spiritual dua tarekat sufi besar, yaitu Qadiriyah dan Naqsyabandiyah menjadi satu tarekat yang saling melengkapi dalam mengantarkan seseorang pada pencapaian spiritual (Thohir, 2002: 28).

Kehadiran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa – sekitar tahun 1870-an, oleh tokoh pengembangnya, Syaikh „Abdul Karim al-Bantani – telah membawa angin segar bagi rakyat

jajahan yang ingin melepaskan pola hidup tertekan. Pada saat itu pula ia memperoleh momentum pengikut yang luar biasa, dan membuat gerakannya mengakar kuat di kalangan rakyat jajahan, dengan isu-isu sentralnya: “jihad fi

sabilillah,” “kolonial kafir yang harus diusir” dan sebagainya. Kondisi ini

memungkinkan terjalinnya ikatan antara kepentingan rakyat jajahan dengan lembaga tarekat; keduanya memberikan muatan yang saling melengkapi. Tarekat, misalnya, bisa tampil sebagai “lembaga” dan “figur” saluran aspirasi politik bagi rakyat terjajah. Dalam waktu yang sangat singkat, seluruh pesantren yang memiliki ikatan dengan tarekat, dengan figur kyai yang karismatik, telah mengubah fungsinya menjadi lembaga-lembaga politik rakyat jajahan (Thohir, 2002: 32).

Adapun ajaran dasar Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dijelaskan secara rinci dalam al-Hikmah yang mencakup tentang kesempurnaan suluk, adab

(45)

32

para murid, dzikir, dan muraqabah. Keempat ajaran inilah yang mampu membentuk citra diri anggota TQN, sehingga menjadi identitas yang membedakan antara pengikut tarekat dengan yang lain; khususnya ajaran-ajaran yang bersifat teknis.

1. Kesempurnaan Suluk

Suluk berarti jalan yang ditentukan bagi orang yang berjalan (salik)

kepada Allah, dengan melalui beberapa batas-batas dan tempat-tempat (maqam) dan naik beberapa martabat yang tinggi yaitu perjalanan ruhani dan nafsani. Para pengikut TQN meyakini bahwa kesempurnaan Suluk tersimpul dalam tiga bingkai dimensi keislaman (trilogy doktrin islam) yaitu syariat, tarekat, dan hakikat. Syari‟at adalah ketentuan yang telah ditetapkan oleh

Allah, melalui Nabi Muhammad Rasulullah SAW, baik berupa perintah maupun larangan. Tarekat merupakan dimensi pengamalan syari‟at tersebut. Sedang hakikat adalah dimensi penghayatan dalam pengamalan tarekat tersebut (Sururin, 2012: 89).

Dalam TQN diajarkan bahwa seorang salik tidak mungkin dapat berhasil tanpa memegangi syari‟at, melaksanakan tarekat dan menghayati hakikat. Ia tidak akan mendapatkan ma‟rifat kepada Allah, tanpa berada dalam syari‟at dan masuk dalam tarekat. Setiap anggota TQN berkeyakinan bahwa tarekat diamalkan justru harus dalam rangka menguatkan syari‟at. Karena bertarekat dengan mengabaikan syari‟at, ibarat bermain di luar sistem. Tidak mungkin mendapatkan sesuatu darinya, kecuali kesia-siaan. Ia tidak mungkin mendapat hakikat yang hakiki. Pemahaman semacam ini biasa digambarkan dengan

(46)

33

sebuah lingkaran, itulah syari‟at. Dan jari-jari yang menghubungkan antara lingkaran dengan porosnya adalah tarekat. Sedangkan titik poros itulah pusat pencarianya itu hakikat (Sururin, 2012: 89).

2. Adab Para Murid

Secara etimologis murid artinya orang yang berkehendak, berkemauan dan mempunyai cita-cita. Murid dalam istilah tarekat adalah orang yang bermaksud menempuh jalan untuk dapat sampai tujuan, yakni keridhaan Allah. Secara institusional murid adalah pengikut suatu aliran tarekat yang menghendaki pengetahuan dan pengalaman tarekat yang bersangkutan. Tahapan-tahapan yang mesti dialami murid adalah; 1) mendengar, 2) memahami, 3) mengetahui, 4) menyaksikan, 5) makrifat (Alba, 2014: 178).

Syihabuddin as-Sukhrowardi menjelaskan ada lima belas macam perilaku (adab) seorang murid di hadapan mursyidnya. Kelima belas adab itu adalah sebagai berikut (Alba, 2014: 178) :

1. Keyakinan penuh pada syekh dalam ajaran, bimbingan, dan penyuciannya atas murid-muridnya.

2. Ketetapan hati yang sempurna untuk mendatangi syekh. 3. Mematuhi perintah syekh.

4. Tidak melawan. Seorang murid baik secara lahir maupun secara batin tidak boleh melawan kewibawaan mursyidnya.

5. Menafikan kehendak dan keinginannya sendiri. 6. Selalu menghargai pemikiran syekh.

(47)

34

7. Mengacu pada pengetahuan syekh dalam menjelaskan makna berbagai macam mimpi.

8. Menghormati ucapan syekh.

9. Merendahkan suara di hadapan syekh.

10. Menahan diri dari tindakan-tindakan di luar batas.

11. Mengetahui waktu yang tepat untuk berbicara dengan syekh. 12. Menjaga batas kehormatannya sendiri.

13. Mampu menjaga rahasia-rahasia syekh.

14. Mengungkapkan berbagai rahasianya sendiri kepada syekh. Setiap keajaiban dan anugerah yang diberikan Allah kepadanya harus segera diceritakan kepada syekhnya untuk memper oleh penjelasan dan penilaian dari syekhnya.

15. Berbicara kepada syekh sesuai dengan kadar pemahaman pendengar lainnya.

3. Dzikir

Dzikir, secara lughawi artinya ingat, mengingat atau eling dalam bahasa Sunda. Dzikir yang dimaksud dalam Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah dzikir bikmakna khas. Dzikir bikmakna khsa adalah “hudurul Qalbi

ma‟allah” (hadirnya hati kita bersama Allah). Dzikir dalam arti khusus ini

terbagi dua, yakni dzikir jahr dan dzikir khafi. Dzikir jahr adalah melafalkan kalimat tayibah yakni “Lailahaillallah” secara lisan dengan suara keras dan dengan cara-cara tertentu. Sedangkan dzikir khafi adalah ingat kepada “Allah”

(48)

35

secara sirr di dalam hati dengan cara-cara yang diterangkan dalam talqin (Cecep, 2014: 99).

Para sufi sepakat bahwa dzikirullah secara istiqamah adalah metode paling efektif untuk membersihkan hati dan mencapai kehadiran Allah. Dengan terus-menerus mengingat Allah akan melahirkan mahabbah (cinta kepada) Allah serta mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia yang fana ini (Cecep, 2014: 99). Mengapa kalimat tayibah yang menjadi amalan TQN? Sebab menurut al-Qur‟an sendiri, demikian juga menurut hadits Nabi, kalimat tayibah adalah kalimat tauhid, kalimat ikhlas, kalimat yang paling agung, paling besar manfaatnya dan paling berbekas kedalam hati manusia yang membacanya (Cecep, 2014: 99).

Rasulullah bersabda yang artinya: “Dzikir yang paling utama ialah

melafalkan Lailahaillallah (Tidak ada tuhan kecuali Allah).”

Baik dzikir jahr maupun dzikir khafi mempunyai landasan yang kuat dari al-Qur‟an dan tradisi Rasulullah SAW. Dalil-dalil dzikir dalam al-Qur‟an:

“Orang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan

dalam keadaan berbaring”. (Q.S. Ali-Imran [3]: 191).

“Maka berdzikirlah kepada-Ku, pasti Aku akan mengingatmu...” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 152).

Dalam kitab Miftah as-Sudur dijelaskan bagaimana cara berdzikir yang benar sebagai amalan TQN, baik dizikir jahr maupun dzikir khafi. Orang yang

(49)

36

berdzikir memulai dengan ucapan Laa dari bawah pusat dan diangkatnya sampai keotak dalam kepala, sesudah itu diucapkan Illallah dari bahu kanan. Lalu memulai lagi mengucapkan Illallah dari bahu kanan dengan menurunkan kepala kepada pangkal dada di sebelah kiri, dan berkesudahan pada hati sanubari di bawah tulang rusuk lambung dengan menghembuskan lafazh nama Allah sekuat mungkin sehingga terasa geraknya pada seluruh badan, seakan-akan di seluruh bagian badan amal yang rusak itu terbakar dan memancarkan Nur Tuhan (Cecep, 2014: 106).

Getaran itu meliputi seluruh bidang latifah, sehingga dengan demikian tercapai makna tahlil yang artinya “Tidak ada yang dimaksudkan melainkan Allah”. Kalimat nafyi melenyapkan seluruh wujud sesuatu yang baru dari pada

pandangan dan ibarat, lalu berubah menjadi pandangan fana dari kalimat isbat ditegakkanlah dengan tegak dalam hati dan kepada Zat Yang Maha Besar, lalu memandang wujud Dzat Allah dengan pandangan yang baqa. Setelah selesai dzikir dengan bilangan ganjil (minimal 165 kali), kemudian mengakhirinya dengan bacaan: Sayyiduna Muhammadun Rasulullaah Shollallahu „alaihiwasallam (Cecep, 2014: 106).

4. Muraqabah

Secara literatur, muraqabah berarti kesadaran, waspada, kontemplasi, meditasi. Dalam TQN muraqabah berarti bahwa hati selalu melihat Tuhan dengan harapan menerima keutamaan fadhilah Tuhan. Ada dua puluh jenis muraqabah dalam TQN untuk perenungan meditasi,

Gambar

Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka ...............................................................................
Tabel I.D.1. Tinjauan Pustaka
Gambar I.E.I Skema Rasionalitas
Gambar II.A.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada sesi ini menjelaskan tentang salah satu tujuan utama dari EA Program dimana tujuannya adalah untuk mendukung dan meningkatkan strategi dari enterprise dan

Uang Rp 6.000.000 tersebut dipotong terlebih dulu oleh Staf Kopontren Nurul Huda Al Hikmah cabang Blora Desa Kutukan untuk biaya administrasi sebesar Rp

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemberdayaan Kaum Marginal Melalui Keterampilan Wirausaha Sablon (Studi Analisis Deskriptif Di Komunitas Tasawuf

Iklan Oskadon Versi Pancen Oye Wayang menggunakan representasi kebudayaan Sunda dari berbagai komponen diantaranya adalah penggunaan bahasa yang digunakan penari seperti

jawab terhadap penyelenggaraan Universitas Lambung Mangkurat. 5) Dekan adalah pimpinan Fakultas yang berwenang dan bertanggung-jawab terhadap

Berdasarkan model yang terbentuk diatas dapat menjelaskan bahwa pada saat persentase tingkat partisipasi angkatan kerja kurang dari 62,53068 artinya adalah jika

Faktor berikutnya yaitu kesehatan dimana kesehatan merupakan penunjang dalam pengentasan kemiskinan, kesehatan sendiri dipengaruhi oleh pengeluaran perkapita jika

In der Arbeit versucht man zu zeigen, was die kindlichen und nicht-kindlichen Erzählelemente in Grimms Märchensammlung sind und ob diese Märchen wirklich für Kinder oder