• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Perencanaan Pajak Dalam Usaha Mengetahui Besarnya Pajak Terutang Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Perencanaan Pajak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Perencanaan Pajak Dalam Usaha Mengetahui Besarnya Pajak Terutang Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Perencanaan Pajak."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha i

ABSTRAK

Pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara selain sektor migas, sehingga pajak perlu untuk terus ditingkatkan sehingga pelaksanaan pembangunan nasional dan pelayanan kepada masyarakat oleh Pemerintah dapat dilaksanakan. Dalam pelaksanaannya, pemerintah salah satunya memungut pajak penghasilan badan. Bagi perusahaan pajak penghasilan badan yang dikenakan kepada perusahaan merupakan suatu beban yang akan mengurangi pendapatan perusahaan. Sehingga perusahaan berupaya semaksimal mungkin untuk menekan pajak penghasilan yang dikenakan kepada perusahaan. Salah satu cara adalah dengan melakukan perencanaan pajak. Tetapi perencanaan pajak disini bukan berarti melakukan penggelapan pajak (tax evasion), akan tetapi memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur dalam peraturan perpajakan untuk menghemat pajak terutang perusahaan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptis analitis, yaitu metode yang berusaha mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan serta dibuat rekomendasi yang diperlukan.

Hipotesa yang diambil adalah "Apabila perencanaan pajak dijalankan dengan baik dan benar maka terdapat perbedaan pajak terutang yang signifikan sebelum dan sesudah dilaksanakan perencanaan pajak". Data yang diperoleh berdasarkan penelitian adalah PPh terutang perusahaan sebelum melakukan perencanaan pajak untuk tahun 2004 dan 2005 sebesar Rp1.013.427.914,00 dan PPh terutang perusahaan sesudah melakukan perencanaan pajak untuk tahun 2004 dan 2005 sebesar Rp885.719.174,00. Kemudian data tersebut diolah dengan mengunakan analisis statistik yang dapat menentukan apakah Ho ditolak atau diterima, yaitu dengan menggunakan metodePaired-Sample T test. Dengan taraf nyata 5%.

(2)

Universitas Kristen Maranatha v

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian...1

1.2. Identifikasi Masalah...3

1.3. Tujuan Penelitian...4

1.4. Kegunaan Penelitian...4

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis...5

1.6. Metode Penelitian...7

1.7. Lokasi Penelitian...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengantar...10

2.1.1. Definisi Pajak...10

2.1.2. Karakteristik Pajak...12

2.1.3. Fungsi Pajak...13

2.1.4. Asas-Asas Pemungutan Pajak...13

2.1.5. Pengelompokan Pajak...16

2.1.6. Cara Pemungutan Pajak...18

2.1.7. Tarif Pajak...20

(3)

Universitas Kristen Maranatha vi

2.1.9. Hambatan Pemungutan Pajak...23

2.2. Pajak Penghasilan...24

2.2.1. Subjek Pajak Penghasilan...24

2.2.2. Objek Pajak Penghasilan...29

2.2.3. Tarif Pajak Penghasilan...34

2.2.4. Macam-Macam Pajak Penghasilan...34

2.2.4.1. Pajak Penghasilan Pasal 21...34

2.2.4.2. Pajak Penghasilan Pasal 22...39

2.2.4.3. Pajak Penghasilan Pasal 23...42

2.2.4.4. Pajak Penghasilan Pasal 24...44

2.2.4.5. Pajak Penghasilan Pasal 25...45

2.3. Manajemen Pajak 2.3.1. Pengertian Manajemen Pajak...46

2.3.2. Tujuan Manajemen Pajak...46

2.3.3. Fungsi Manajemen Pajak...46

2.4. Motivasi Dilakukan Perencanaan Pajak...51

2.5. Alasan Dilakukan Perencanaan Pajak...51

2.6. Tahapan Perencanaan Pajak...52

2.7. Efisiensi Pajak Penghasilan Badan...56

BAB III OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian...63

3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan...63

(4)

Universitas Kristen Maranatha vii

3.2. Metoda Penelitian...77

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data...77

3.2.2. Penetapan Variabel Penelitian...78

3.2.3. Analisa Pengujian Hipotesa...79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kebijakan Perusahaan...82

4.1.1. Pengakuan Penghasilan...82

4.1.2. Aktiva Tetap dan Penyusutannya...83

4.1.3. Persediaan...87

4.1.4. Piutang Usaha...87

4.1.5. Fasilitas bagi Karyawan...87

4.2. Perhitungan PPh Badan PT. "X" Sebelum Adanya Perencanaan Pajak...88

4.3. Perhitungan PPh Badan PT. "X" Sesudah Adanya Perencanaan Pajak...98

4.4. Pengaruh Perencanaan Pajak Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Perencanaan Pajak Terhadap PPh Terutang...107

4.5. Analisis Statistik...108

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan...112

5.2. Saran...113 DAFTAR PUSTAKA

(5)

Universitas Kristen Maranatha viii

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 4.1. Tarif Penyusutan Aktiva Tetap...84 Tabel 4.2. Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Perusahaan...84 Tabel 4.3. Tarif Penyusutan Harta berwujud...85 Tabel 4.4. Perhitungan Penyusutan Aktiva Tetap Menurut

(6)

Jenis-jenis Harta Berwujud

Keputusan Menteri Keuangan No.138/KMK.03/2002 tanggal 8 April 2002 yang mengatur tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan, adalah sebagai berikut (sebagai pengganti Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/2000 tanggal 14 Desember 2000):

Jenis-jenis Harta Berwujud yang termasuk dalam Kelompok I Nomor

Urut

Jenis Usaha Jenis Harta

1 Semua jenis usaha a. Mabel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.

b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya.

c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/kaset, video recorder, televisi dan sejenisnya.

d. Sepeda motor, sepeda dan becak. e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi

industri/jasa yang bersangkutan.

f. Alat dapur untuk memasak makanan, dan minuman.

g. Dies, jigs, dan mould. 2 Pertanian,

perkebunan, kehutanan, perikananan

Alat yang digerakkan bukan dengan mesin.

3 Industri makanan dan minuman

Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet dan sejenisnya.

4 Perhubungan, pergudangan dan komunikasi

Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan umum.

5 Industri semi konduktor

(7)

Jenis-jenis Harta Berwujud yang termasuk dalam Kelompok II Nomor

Urut

Jenis Usaha Jenis Harta

1 Semua jenis usaha a. Mabel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, lemari dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.

b. Mobil, bus, truk, speed boat, dan sejenisnya. c. Container dan sejenisnya.

2 Pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan

a. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin bajak, penggaruk, penanaman, penebar benih dan sejenisnya.

b. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan.

3 Industri makanan dan minuman

a. Mesin yang mengolah produk hewan,

unggas dan perikanan, misalnya pabrik susu, pengalengan ikan.

b. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, margarin, penggilingan kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian seperti penggilingan beras, gandum, tapioka.

c. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis.

d. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis.

4 Industri mesin Mesin yang menghasilkan/produksi mesin ringan (misalnya mesin jahit, pompa air). 5 Perkayuan Mesin dan peralatan penebangan kayu

6 Konstruksi Peralatan yang.dipergunakan seperti truk berat, dump truck, crane buldozer dan sejenisnya 7 Perhubungan,

pergudangan dan komunikasi

a. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk peron, truk ngangkang, dan sejenisnya.

(8)

sampai dengan 100 DWT.

c. Kapal yang dibuat khusus untuk menarik atau mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya, yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT.

d. Perahu layar dengan atau tanpa motor yang mempunyai berat sampai dengan 250 DWT. e. Kapal balon.

8 Telekomunikasi a. Perangkat pesawat telepon.

b. Pesawat telegraf termasuk pesawat

pengiriman dan penerimaan radio telegraf dan radio telepon.

9 Industri semi konduktor

Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven, ball shear tester, bipolar test handler (automatic), cleaning machine, coating machine, curing oven, cutting press, dombar cut machine, dicer, die bonder, die shear test, dynamic burn-in system oven, dynamic test handler, eliminator (PGE-01), full otomatic handler, full otomatic mark, hand maker, individual mark, inserter remover machine, laser maker (FUM A-01), logic test system, marker (mark), memory test system, molding, mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester manual, pass oven, pose checker, re-form machine, SMD stocker, taping machine, tiebar cut press, trimming/forming machine, wire bonder, wire pull tester.

Jenis-jenis Harta Berwujud yang termasuk dalam Kelompok III Nomor

Urut

Jenis Usaha Jenis Harta

1 Pertambangan selain minyak dan gas

Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, termasuk mesin-mesin yang mengolah produk pelikan

2 Pemintalan, pertenunan dan pencelupan

a. Mesin yang mengolah/menghasilkan

produk-produk tekstil (misalnya kain katun, sutra, serat-serat buatan, wol dan bulu hewan lainnya, lena rami, permadani, kain-kain bulu, tule).

(9)

3 Perkayuan a. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk-produk kayu, barang-barang dari jerami, rumput dan bahan anyaman lainnya b. Mesin dan peralatan penggergajian kayu. 4 Industri kimia a. Mesin peralatan yang mengolah/

menghasilkan produk industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia (misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan organis dan anorganis dan logam mulia, elemen radioaktif, isotop, bahan kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna, cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-resinoida wangi-wangian, obat kecantikan dan obat rias, sabun, detergen dan bahan organis pembersih lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api, alloy piroforis, barang fotografi dan sinematografi.

b. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya (misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari selulosa, karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat dan kulit mentah).

5 Industri mesin Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin menengah dan berat (misalnya mesin mobil, mesin kapal).

6 Perhubungan dan komunikasi

a. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.

b. Kapal dibuat khusus untuk menarik atau mendorong dorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.

c. Dok terapung.

d. Perahu layar dengan atau tanpa motor yang mempunyai berat di atas 250 DWT.

(10)

7 Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh.

Jenis-jenis Harta Berwujud yang termasuk dalam Kompok IV Nomor

Urut

Jenis Usaha Jenis Harta

1 Konstruksi Mesin berat untuk kontruksi. 2 Perhubungan dan

komunikasi

a. Lokomotif uap dan tender atas rel

b. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan baterai atau dengan tenaga listrik dari sumber luar.

c. Lokomotif atas rel lainnya.

d. Kereta, gerbong penumpang dan barang, termasuk kontainer khusus dibuat dan diperlengkapi untuk ditarik dengan satu alat atau beberapa alat pengangkutan.

e. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus yang dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT. f. Kapal dibuat khusus untuk menarik atau

(11)

Deductible Expenses dan Non Deductible Expenses

Biaya yang boleh mengurangi penghasilan bruto

 Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk

biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;

 Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan

amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun;

 Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan;

 Kerugian karena penjualan atau penagihan harta yang dimiliki dan digunakan

dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

 Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

 Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

 Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:

a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

(12)

perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dengan debitur yang bersangkutan;

c. Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan

d. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktur Jenderal Pajak.

Biaya yang tidak boleh mengurangi penghasilan bruto

 Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti dividen,

termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang

saham, sekutu, atau anggota;

 Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak

tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

 Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

(13)

dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan;  Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham

atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

 Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, kecuali zakat atas

penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;

 Pajak Penghasilan;

 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib

Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;

 Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan firma, atau perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

 Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana

berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan;

 Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang

(14)

Sanksi Perpajakan

Sanksi Administrasi 1. Bunga 2% per bulan

No Masalah

Pembetukan sendiri SPT (SPT tahunan atau SPT masa) tetapi belum diperiksa.

Dari penelitian rutin:

a. PPh Pasa1 25 tidak/kurang dibayar.

b. PPh Pasal 21, 23, 25 dan 26 serta PPh yang terlambat dibayar. c. SKPKB, STP, SKPKBT tidak/kurang atau terlambat dibayar. d. SPT salah tulis/salah hitung.

Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang dibayar (maksimum 24 bulan). Pajak diangsur/ditunda: SKPKB, SKKP, STP.

SPT tahunan PPh ditunda, pajak kurang dibayar.

2. Denda Administrasi

No Masalah Besarnya denda

1

Pembetulan sendiri, SPT tahunan atau SPT masa tetapi belum disidik.

Khusus PPN:

a. Tidak melaporkan usaha. b. Tidak membuat/mengisi

faktur.

c. Melanggar larangan membuat faktur (PKP yang tidak dikukuhkan).

Khusus PBB:

a. SPT, SKPBKB, tidak/kurang atau terlambat dibayar.

b. Dilakukan pemeriksaan, pajak kurang bayar.

Rp 50.000,00 untuk SPT Masa dan Rp 100.000,00 untuk SPT Tahunan Ditambah 200%

Ditambah 2% denda dari dasar pengenaan

(Maksimum 24 bulan) SKPKB + denda administrasi dari selisih pajak yang terutang

3. Kenaikan 50% dan 100%

No Masalah Besarnya denda

(15)

2

3

1. SPT tahunan (PPH 29). 2. SPT tahunan (PPh 21, 23,

26, dan PPN).

b. Tidak menyelenggarakan pembukuan sebagai dimaksud Pasal 28.

c. Buku/dokumen, tidak memberi keterangan, tidak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, sebagaimana dimaksud Pasal 29.

Dikeluarkan SKPKBT karena: Ditemukan data baru, data semula yang belum terungkap setelah dikeluarkan SKPKB. Khusus PPN: Dikeluarkan SKPKB karena pemeriksaan, dimana PKP tidak seharusnya mengkompensasi selisih lebih, menghitung tarif ) 0%, diberi restitusi pajak.

Ditambah kenaikan 50%

SKPKB ditambah kenaikan 100% 50% PPh Pasal 29

100% PPh Pasal 21, 23, 26 dan PPN 50% PPh Pasal 29 100% PPh Pasal 21, 23, 26, dan PPN

Norma Sanksi pidana

1. Wajib Pajak

1. Kealpaan tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi tidak benar/lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar.

2. Sengaja tidak menyampaikan SPT, tidak meminjamkan pembukuan, catatan, atau dokumen lain, dan hal-hal lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 KUP.

Pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun dan denda setinggi-tingginya 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar

a. Pidana penjara selama-lamanya 6 (enam) tahun dan setinggi-tingginya 4 (empat) kali jumlah Pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

b. Ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada huruf a dilipat-duakan apabila seseorang

(16)

2. Pejabat

3. Pihak Ketiga

3. Sengaja tidak menyampaikan SPOP atau menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 24 UU PBB. 4. Dengan sengaja tidak

menyampaikan SPOP,

memperlihatkan/meminjamkan surat/dokumen palsu, dan hal-hal lain sebagaimana diatur dalam Pasal 25 Ayat (1) UU PBB.

1. Kealpaan tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 KUP (tindak

pelanggaran).

2. Sengaja tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagairnana dimaksudkan dalam Pasal 34 KUP (tindak kejahatan).

Sengaja tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan surat atau dokumen lainnya dan/atau tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Ayat (1) huruf d dan e Undang-undang Pajak bumi dan Bangunan.

perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

Pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan/atau denda setinggi-tingginya 2 (dua) kali jumlah pajak terutang.

a. Pidana penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya 5 (lima) kali jumlah pajak yang terutang.

b. Sanksi (a) dilipat-duakan jika sebelum lewat 1 tahun terhitung sejak selesainya menjalani sebagian/seluruh pidana yang dijatuhkan melakukan tindak pidana lagi.

(17)
(18)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dalam Negara Republik Indonesia yang perekonomiannya sebagian besar bercorak agraris, bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penting dalam membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu bagi mereka yang memperoleh manfaat dari bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, wajib secara wajar menyerahkan sebagian dari kenikmatan yang diperolehnya kepada Negara melalui pembayaran pajak.

(19)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 2

Dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat oleh Pemerintah tentulah membutuhkan pembiayaan. Salah satu sumber dana bagi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat dengan memungut pajak, salah satu bentuknya adalah Pajak Penghasilan, yaitu bagi orang pribadi, maupun badan usaha.

Khusus bagi perusahaan atau badan usaha, pajak yang dikenakan terhadap perusahaan atau badan usaha tersebut akan mengurangi pendapatan yang diterima atau diperoleh oleh perusahaan itu. Perusahaan menganggap bahwa pajak penghasilan yang akan dikenakan kepada perusahaan, sebagai beban atau biaya terhadap laba yang akan diperoleh oleh perusahaan yang akan di distribusikan kepada pemerintah.

(20)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 3

Penerapan perencanaan pajak (tax planning) dilakukan dengan merencanakan secara sistematis pembuatan keputusan keuangan atau keputusan-keputusan manajerial, termasuk memanfaatkan kelemahan yang ada di dalam peraturan perpajakan dengan mempelajari dan memahami kemungkinan semua sanksinya. Oleh karena itu dengan adanya penerapan perencanaan pajak yang baik dan benar di dalam perusahaan, maka perusahaan dapat menghindar dari sanksi pajak yang tidak seharusnya terjadi yang dapat mengakibatkan pemborosan sumber daya perusahaan, serta kewajiban membayar pajak penghasilan dalam jumlah yang besar atau berlebihan/banyak secara mendadak ketika melakukan kegiatan usahanya.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul "Peranan Perencanaan Pajak Dalam Usaha Mengetahui Besarnya Pajak Terutang Sebelum Dan Sesudah Pelaksanaan Perencanaan Pajak".

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan perencanan pajak atas pajak penghasilan badan yang dilakukan oleh perusahaan?

(21)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 4

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Untuk mengetahui pengaruh perencanaan pajak atas pajak penghasilan badan sebelum dan sesudah dilakukan perencanaan pajak oleh perusahaan.

1.4. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan diperoleh manfaat-manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan tentang peranan perencanaan pajak terhadap pajak penghasilan badan yang harus dibayarkan kepada pemerintah untuk meminimalkan beban pajak terutang perusahaan. 2. Bagi Penulis

Sebagai tambahan wawasan tentang perencanaan pajak (tax planning) dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh sidang sarjana lengkap (S1) Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

3. Bagi Pembaca

(22)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 5

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor privat (perusahaan) ke sektor publik. Pemindahan sumber daya tersebut akan mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau kemampuan belanja (spending power) dari sektor privat. Agar tidak terjadi gangguan yang serius terhadap jalannya perusahaan, maka pemenuhan kewajiban perpajakan harus dikelola dengan baik.

Bagi Negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi pendapatan laba bersih mereka.

Karena pajak dianggap sebagai beban, maka suatu perusahaan akan berusaha untuk mengurangi jumlah pajak terutangnya. Untuk menghemat atau memperkecil pajak yang dibayar ke kas negara, perusahaan memerlukan sesuatu perencanaan yang baik dan benar terhadap pajak terutang perusahaan. Caranya adalah melalui manajemen pajak yang terdiri dari perencanaan pajak (tax planning), pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation), dan pengendalian pajak (tax control).

(23)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 6

Tahapan pembuatan perencanaan pajak adalah:

 Analisis informasi yang ada (Analysis of the existing data base)

 Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak (Design

of one or more possible tax plans)

 Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak (Evaluating a tax plan)

 Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak

(Debugging the tax plan)

 Memutakhirkan rencana pajak (Updating the tax plan)

Dalam melakukan suatu perencanaan pajak perlu 3 (tiga) hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan

Bila suatu perencanaan pajak (tax planning) ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, buat Wajib Pajak merupakan risiko (tax risk) yang sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak tersebut.

2. Secara bisnis masuk akal

Karena perencanaan pajak (tax planning) itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh (global strategy) perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek, maka perencanaan pajak yang tidak masuk akal akan memperlemah perencanaan pajak itu sendiri.

3. Bukti-bukti pendukungnya memadai

(24)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 7

Perencanaan pajak atau upaya minimalisasikan pajak secara eufimisme merupakan alat yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan dan juga dapat mengatur alokasi biaya-biaya perusahaan yang dapat digunakan untuk menekan basarnya beban pajak sekaligus untuk memaksimalkan laba yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Laba merupakan aliran kemakmuran atau nilai tambah yang ditimbulkan oleh kegiatan operasi perusahaan. Karena itu, laba yang di dapat oleh perusaahaan dalam suatu periode sangat dipengaruhi oleh beban pajak yang harus ditanggung oleh wajib pajak badan atau perusahaan, sehingga dengan suatu perencanaan pajak yang baik dapat meminimalkan pajak terutang dan dapat memaksimalkan laba yang akan diperoleh perusahaan.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas tersebut, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

"Apabila perencanaan pajak dijalankan dengan baik dan benar maka terdapat perbedaan pajak terutang yang signifikan sebelum dan sesudah dilaksanakan perencanaan pajak"

1.6. Metode Penelitian

(25)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 8

Adapun teknik yang digunakan dalam memperoleh data yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

a. Observasi (Observation), merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya. Yaitu pengamatan langsung terhadap objek penelitian untuk memperoleh informasi hal-hal yang menyangkut dengan masalah penelitian.

b. Wawancara (Interview), adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari responden. Yaitu melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang diteliti.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu dalam penelitian ini diperoleh data ilmiah yang bersifat teoritis dari literatur dan buku yang berhubungan dengan pembahasan ini. Informasi ini digunakan sebagai landasan teori untuk menganalisa data-data yang diperoleh dari penelitian di lapangan.

3. Analisis Statistika (Statistic Analysis)

Penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan memakai program SPSS. Dengan menggunakan metodePaired-Sample T test, dimana membandingkan rata-rata dari dua variabel suatu kelompok tunggal, dengan taraf nyata 5%.

(26)

Bab I Pendahuluan

Universitas Kristen Maranatha 9

Keterangan:

t = nilai uji antara pajak terutang perusahaan sebelum dan sesudah perencanaan pajak.

d = rata-rata selisih antara pajak terutang perusahaan sebelum dan sesudah perencanaan pajak.

d = selisih antara pajak terutang perusahaan sebelum dan sesudah perencanaan pajak.

n = jumlah sampel 2 (dua) (pajak terutang sebelum dan sesudah perencanaan pajak tahun 2004 dan 2005).

Hipotesa pengujian:

H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pajak terutang sebelum dan

sesudah dilakukannya perencanaan pajak.

H1: Terdapat perbedaan yang signifikan pajak terutang sebelum dan sesudah

dilakukannya perencanaan pajak.

Kriteria penerimaan atau penolakan H0dalam SPSS:

H0diterima jika t hitung < t tabel dan t hitung > -t tabel

H0ditolak jika t hitung > t tabel dan t hitung < -t tabel

1.7. Lokasi dan Lamanya Penelitian

(27)

Universitas Kristen Maranatha 112

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Pertimbangan untuk berbuat jujur dan membayar pajak secara efisien kepada negara mendorong Wajib Pajak badan atau perusahaan melakukan perencanaan pajak (tax planning) melalui penghindaran pajak (tax avoidance). Berbeda dengan penyeludupan pajak (tax evasion) yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. "X" mengenai peranan perencanaan pajak dalam usaha mengetahui besarnya pajak terutang sebelum dan sesudah pelaksanaan perencanaan pajak, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

1. PT. "X" dalam melaksanakan perencanaan pajak dilakukan terhadap biaya-biaya yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Biaya-biaya-biaya ini yang dalam peraturan perpajakan dianggap sebagai penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan. Sehingga harus dikoreksi karena merupakan biaya yang tidak boleh mengurangi penghasilan bruto (non deductible expenses). Oleh PT. "X" dialihkan sabagai biaya tunjangan sehingga dianggap biaya yang boleh mengurangi penghasilan bruto (deductible expenses) oleh peraturan perpajakan. Dan dalam laporan keuangan fiskal tidak dikoreksi.

(28)

Bab V Simpulan Dan Saran

Universitas Kristen Maranatha 113

terhadap pajak penghasilan terutang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pajak terutang sebelum dan sesudah dilakukannya perencanaan pajak. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat selisih sebesar Rp127.708.740,00 dari PPh terutang yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk tahun 2004 dan 2005 sebesar Rp1.013.427.914,00 sebelum melakukan perencanaan pajak dan PPh terutang yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk tahun 2004 dan 2005 sebesar Rp885.719.174,00 sesudah melakukan perencanaan pajak. Dengan adanya selisih tersebut maka terdapat penghematan PPh terutang oleh perusahaan sebesar Rp127.708.740,00.

5.2. Saran

Berdasarkan teori yang telah dipelajari di kuliah dan referensi-referensi dari buku-buku mengenai perpajakan serta hasil penelitian yang penulis lakukan pada PT. "X" sehubungan dengan peranan perencanaan pajak dalam usaha mengetahui besarnya pajak terutang sebelum dan sesudah pelaksanaan perencanaan pajak, maka penulis mencoba memberikan beberapa saran, yaitu :

1. Dimasa mendatang perusahaan harus lebih banyak lagi memperhatikan tentang peraturan perpajakan agar dapat memanfaatkan peraturan tersebut untuk mengefisiensikan pajak terutang perusahaan. Salah satu caranya adalah dengan memperkerjakan seorang kosultan pajak di perusahaan.

(29)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dadi,Peraturan Perpajakan, Buku 1, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003. Brotodihardjo, R Santoso.,Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT Eresco, Bandung,

1995.

Crumbley D. Larry, Friedman Jack. P, Anders Susan. B., Dictionary of Tax Term, Baron`s Bussines Guides, New York, 1994.

Lyons Susan. M.,International Tax Glosary, 3rdedition, IBFD Publication BV, 1996.

Mardiasmo,Perpajakan, Edisi Revisi 2006, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2006. Modul Praktika Statistika 2, FE Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2001. Nazir, Moh.,Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003. Suandy, Erly,Perencanaan Pajak, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta, 2003. Soemitro, Rochmat, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, PT

Eresco, Bandung, 1992.

Waluyo,Perpajakan Indonesia, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta, 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Profil Penggalian Informasi dan Rekomendasi Pelayanan Swamedikasi Oleh Staf Apotek Terhadap Kasus Diare Anak Di Apotek Wilayah Surabaya.. Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat

Rerata kadar hambatan minimal dan kadar bakterisidal minimal ekstrak batang siwak (Salvadora persica) terhadap Staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel 1.. Konsentrasi

Pemegang Izin/Hak Pengelolaan memiliki rencana penebangan pada areal tebangan yang disahkan oleh pejabat yang

Seseorang dapat dikatakan memiliki Locus of Control Internal bila orang tersebut memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinya dapat dikatakan memiliki Locus of

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa parameter tinggi tanaman dan jumlah daun berpengaruh nyata pada tarah Uji JBD 0,05

Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya direncanakan untuk mencakup empat sektor yaitu Pengembangan Kawasan Permukiman, BinaPenataan Bangunan, Pengembangan Air Minum,

Tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat Desa Minanga untuk mengobati penyakit diabetes melitus adalah daun sambiloto, daun sirih merah, mahkota dewa,

6) Simulasi jelas, menarik, mengena, dan dengan ilustrasi yang tepat. 7) Setting yang cermat, pemilihan materi, istilah, dan demonstrasi operasional yang sesuai. 8)