SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 J ur usan Akuntansi
Oleh :
ARIEF SETYABUDI 0913015012 / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJ AKAN DIVIDEN
PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG GO
PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
ARIEF SETYABUDI 0913015012 / EA
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Tituk Diah W, M.Aks NIP. 19670123 199303 200
Tanggal………
Mengetahui Wakil Dekan I
SKRIPSI
ANAL I S I S F R E E C A S H F L O W , PR OF I T A B I L I T A S , L I K UI D I T A S T E R H AD A P K E B I J AK A N D I V I D E N P A D A P E R US AH AA N
OTOMOTIVE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
A R I E F S E T Y A B U D I
091301501 2 / F E / E A
Telah dipertahankan dan diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Pr ogram Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal : 13 J uni 2013
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran J awa Timur
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur dengan judul “ANALISIS FREE CASH FLOW,
PROFITABILITAS, LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK
INDONESIA”
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka
akan sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan dengan hal
itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
mendukung kelancaran penulisan skripsi baik berupa dukungan, doa maupun
bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat yang
mendalam mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Univesitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE. MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.
Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
5. Ibu Dra. Ec. Tituk Diah W. MAKs, selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan bekal
pengetahuan kepada penulis.
7. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan
baik secara moril maupun materiil serta doa yang selalu dipanjatkan
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan lancar.
8. Teman-teman Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur angkatan 2009 yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan
guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap,
penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Surabaya, Juni 2013
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori... 11
2.2.1. Kebijakan Deviden ... 12
2.2.1.1. Pengertian Kebijakan Deviden ... 12
2.2.1.2. Kebijakan Pembagian Dividen ... 14
2.2.1.5. Metode Pembayaran Deviden Kas... 18
2.2.1.6. Syarat Pembayaran Deviden ... 19
2.2.1.7. Kendala Pembagian Deviden ... 19
2.2.2. Free Cash Flow... 20
2.2.3. Profitabilitas ... 22
2.2.4 Likuiditas ... 24
2.2.5 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Deviden 25
2.2.6 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Deviden ... 26
2.2.7 Pengaruh Likuditas Terhadap Kebijakan Deviden... 27
2.3. Kerangka Konseptual ... 28
2.4. Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 30
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 32
3.3.1. Jenis Data... 32
3.3.2. Sumber Data... 32
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis Data ... 33
3.4.1. Teknik Analisis Data ... 33
3.4.1.1. Uji Normalitas ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 39
4.2. Uji Normalitas ... ... 51
4.3. Uji Asumsi Klasik ... 52
4.3.1. Uji Heteroskedastisitas ... 52
4.3.2. Uji Autokorelasi ... 53
4.3.3. Uji Multikolinearitas ... 54
4.4. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 55
4.4.1. Hasil Pengujian Uji F dan Uji T ... 57
4.5. Pembahasan ... 58
4.5.1. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)……… 58
4.5.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)……….……….… 59
4.5.2 Pengaruh Current Ratio terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)……….………...….… 59
4.6. Implikasi Penelitian ... 60
4.7. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 61
5.1. Kesimpulan ... 63
5.2. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.1. Deviden Otomotive di Bursa Efek Indonesia pada Tahun
2009-2011 ... 6
Tabel 4.1. Normalitas Data Masing-masing Variabel ... 52
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 53
Tabel 4.3. Data Autokorelasi ... 54
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Multikolinieritas... 55
Tabel 4.5. Koefisien Regresi ... 56
Tabel 4.6. Hasil Uji F ... 57
Tabel 4.7. Hasil Uji t ... 58
Lampiran 1 Data Variabel Perusahaan... 68
Lampiran 2 Data Tabulasi ... 69
LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJ AKAN DIVIDEN
PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG GO
PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Ar ief Setyabudi
ABSTRAK
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan perusahaa. Perusahaan Otomotive mengalami penurunan dividen. Penurunan tersebut diindikasikan karena ketidakstabilan posisi kas perusahaan tersebut. Meskipun perusahaan dapat memperoleh laba yang tinggi namun apabila posisi kas menunjukkan keadaan yang tidak begitu baik, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividenTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, menguji dan membuktikan secara empiris pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Otomotive yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perusahaan Otomotive yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2011. Teknik penentuan sampel yang dipergunakan dalam penelitian adalah purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan kriteria tertentu dengan jumlah 10 perusahaan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda.
Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Free Cash Flow tidak berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Current Ratio berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio.
1.1.Latar Belakang Masalah
Investor dalam menanamkan sejumlah dana atau modal ke
perusahaan, hal utama yang diharapkan seorang investor adalah adanya
keuntungan yang akan diperoleh di masa datang. Untuk itu investor perlu
melakukan analisis untuk menentukan dasar yang dapat digunakan dalam
menilai kelayakan saham emiten untuk dijadikan sebagai salah satu
alternative investasi.
Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak
cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar
modal dan industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang dalam
bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Dalam
aktivitas di pasar modal, para investor memiliki harapan dari investasi yang
dilakukannya, yaitu berupa dividen.
Pembayaran dividen merupakan salah satu cara untuk mengembalikan
keuntungan perusahaan kepada pemegang saham. Besarnya nilai dividen yang
akan diterima pemegang saham sangat tergantung pada kebijakan dividen
yang bersangkutan. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah
dalam bentuk dividen kepada pemegang saham atau akan ditahan sebagai laba
ditahan untuk pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang
saham dan perusahaan yang membayar dividen para pemegang saham,
umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal
tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari
investasi yang mereka lakukan, dan juga dapat meningkatkan kepercayaan
pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat
meningkat. Bagi perusahaan, pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk
dividen akan mengurangi sumber dana internalnya. Setiap perusahaan selalu
menginginkan adanya pertumbuhan sehingga laba ditahan menjadi sangat
berarti bagi pemenuhan kebutuhan dana intern dan di pihak lain perusahaan
juga ingin tetap dapat membayarkan dividen kepada pemegang saham demi
tercapainya peningkatan nilai perusahaan melalui peningkatan harga saham
perusahaan. Apabila semakin besar tingkat dividen yang dibayarkan, berarti
semakin kecil saldo laba yang ditahan dan sebagai akibatnya dapat
menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan. Jika perusahaan ingin
menahan sebagian besar dari pendapatan agar tetap didalam perusahaan,
berarti jumlah yang tersedia untuk membayar dividen semakin kecil. Oleh
karena itu, manajemen harus memperhatikan kesejahteraan para pemegang
saham, selain harus menjaga pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan
Tujuan pembagian dividen untuk memaksimumkan pemegang saham
atau harga saham dan menunjukkan likuditas perusahaan. Dari sisi investor,
dividen merupakan salah satu motivator untuk menanamkan dana di pasar
modal. Dan investor biasanya lebih memilih dividen berupa kas dibandingkan
capital gain atau modal bersih. Perusahaan membutuhkan suatu keputusan
yang matang dari pihak manajemen. Ini disebut juga dengan kebijakan
dividen. Kebijakan dividen sangat penting bagi mereka, apakah sebagai
keuntungan perusahaan akan lebih banyak digunakan untuk membayar
dividen dibanding retain earning atau sebaliknya. Kebijakan dividen adalah
menentukan berapa proporsi atau rasio dari laba bersih perusahaan yang akan
dibagikan sebagai dividen. Proporsi laba yang akan dibagikan sebagai dividen
disebut divident payout ratio (DPR). Dividen payout ratio adalah
perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang
didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi
dividen payout ratio akan menguntungkan pihak investasi, tetapi pada pihak
perusahaan akan memperlemah internal financial, karena memperkecil laba
ditahan. Tetapi sebaliknya dividen payout ratio semakin kecil akan merugikan
para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin
kuat
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang berhubungan dengan
pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya
laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham, oleh
karenanya kebijakan dividen sangat tergantung pada tingkat profitabilitas
perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin
besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, maka akan semakin
besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang
saham.
Bagi pemegang saham, dividen merupakan tingkat pengembalian
investasi yang berupa saham yang diterbitkan (Suharli, 2007). Kebijakan
dividen yaitu kebijakan dimana perusahaan menetapkan proporsi pendapatan
untuk dibagikan sebagai dividen (Nurmala, 2006). Pembagian dividen yang
besar akan menyebabkan rasio laba ditahan menjadi kecil, akibatnya
pertumbuhan perusahaan akan terhambat. Konsekuensi dari keputusan
tersebut adalah perusahaan harus mencari sumber dana yang berasal dari luar
yaitu emisi saham baru. Pada saat perusahaan menjual saham baru, kinerja
dari manajemen akan diawasi oleh bursa dan penyedia dana, sehingga
manajemen akan bertindak mementingkan pemegang saham dan akan
mengurangi masalah keagenan (Lestari, 2004). Profitabilitas merupakan
kemampuan suatu perusahaan didalam menghasilkan laba (Suharli, 2007).
Profitabilitas berkaitan terhadap kebijakan dividen karena semakin tinggi
rasio profitabilitas maka semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada
investor. Apabila perusahaan tidak menerima laba, maka kemungkinan kecil
bagi perusahaan untuk membagikan dividen. Profitabilitas yang dihasilkan
penjualan kredit akan menimbulkan besarnya piutang perusahaan daripada
cash inflow. Sehingga semakin sedikit cash inflow yang dihasilkan maka akan
semakin sedikit pula dividen yang dibagikan kepada investor. Bila suatu
perusahaan membagikan profitabilitas nya untuk investasi maka akan
mengurangi proporsi dividen yang dibagikan sehingga akan merugikan
pemegang saham dan menimbulkan konflik keagenan. Proksi yang digunakan
adalah proksi perubahan laba sebelum pajak karena dividen yang dibagikan
oleh perusahaan tergantung kepada besar laba di masa yang akan datang
sehingga proksi perubahan laba sangat diperlukan (Rahman, 2009).
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak
kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar,
maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan
akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
(Sartono, 2001).
Tetapi beberapa tahun belakangan perusahaan Otomotive yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia mengalami penurunan dalam pembagian
Tabel 1.1 Deviden Otomotive
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2011
No Perusahaan 2009 2010 2011
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan data diatas, perusahaan Otomotive mengalami penurunan
dividen. Penurunan tersebut diindikasikan karena ketidakstabilan posisi kas
perusahaan tersebut. Meskipun perusahaan dapat memperoleh laba yang tinggi
namun apabila posisi kas menunjukkan keadaan yang tidak begitu baik,
perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen. Misalnya, apabila
perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai
investasinya atau perusahaan tersebut sedang tumbuh sehingga sebagian besar
dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, maka kemampuannya
untuk membayar dividen kas pun sangat terbatas. Jadi, Kebijakan Dividen
merupakan persentase dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun
berjalan. Dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas
membayar dividen. Kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham
adalah suatu free cash flow.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis melakukan
penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul “Analisis Free
Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Otomotive yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai benkut:
1. Apakah Free Cash Flow mempunyai pengaruh positif terhadap
Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Otomotive yang Go Publik di
Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap Kebijakan
Dividen Pada Perusahaan Otomotive yang Go Publik di Bursa Efek
Indonesia?
3. Apakah Likuiditas mempunyai pengaruh positif terhadap Kebijakan
Dividen Pada Perusahaan Otomotive yang Go Publik di Bursa Efek
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh variabel Free Cash Flow terhadap
Kebijakan Dividen pada Perusahaan Otomotive yang Go Publik di
Bursa Efek Indonesia
2. Untuk menganalisis pengaruh variabel Profitabilitas terhadap
Kebijakan Dividen pada Perusahaan Otomotive yang Go Publik di
Bursa Efek Indonesia
3. Untuk menganalisis pengaruh variabel Likuiditas terhadap Kebijakan
Dividen pada Perusahaan Otomotive yang Go Publik di Bursa Efek
Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian ini sangat berguna karena memberikan gambaran,
memperluas wawasan serta untuk dapat membandingkan antara teori
akuntansi tentang Kebijakan Dividen dalam laporan keuangan yang telah
diterima dengan yang terjadi dalam praktek.
2. Bagi universitas
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dan
tambahan referensi penelitian lain tentang materi yang berhubungan
3. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi manajemen
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Parica, 2011, Pengaruh Laba Bersih, Arus Kas Operasi, Likuiditas,
Dan Pr ofitabilitas Ter hadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaan
Automotive And Allied Product Yang Terdaftar di BEI
Penelitian ini bertujuan melakukan kajian empiris terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan, khususnya perusahaan
automotive and allied product yang go public di BEI. Berdasarkan
beberapa pendapat terdahulu yang telah dijelaskan, maka beberapa faktor
yang akan dikaji pengaruhnya terhadap kebijakan dividen dalam penelitian
ini adalah laba bersih, arus kas operasi, likuiditas, dan profitabilitas.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai pengaruh laba
bersih, arus kas operasi, likuiditas, dan profitabilitas terhadap kebijakan
dividen(DPR) pada perusahaan automotive and allied product yang
terdaftar di BEI periode 2007- 2010, maka dapat disimpulkan bahwa dari
hasil pengujian asumsi klasik yang dilakukan terhadap model regresi
menunjukkan bahwa variabel penelitian ini bebas darimultikolinearitas,
tidak terdapat autokorelasi dan tidak terdapatheteroskedastisitas.Serta
hasil pengujian hipotesis Variabel laba bersih ,variabel arus kas operasi ,
variabel liuditas (CR) , variabel profitabilitas ( ROI ) berpengaruh secara
2. Munsa Ipaktr i, 2012 Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Pr ofitabilitas, Likuiditas Dan Arus Kas Bebas Ter hadap Kebijakan
Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bur sa
Efek Indonesia
Tujuan penelitian ini adalah mencari bukti empiris mengenai pengaruh
kepemilikan manajerial, profitabilitas, likuiditas dan arus kas bebas
terhadap kebijakan dividen kas pada perusahaan Otomotive yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan
Otomotive dengan periode penelitian tahun 2006 sampai dengan 2010.
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode
purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang ada maka diperoleh 8
perusahaan yang menjadi sampel penelitian.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan alat analisis regresi
linier berganda. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan
uji asumsi klasik berupa uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedasitas dan uji autokorelasi. Hasil uji secara parsial (Uji t)
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen kas, profitabilitas berpengaruh
positif signifikan terhadap kebijakan dividen kas, likuiditas berpengaruh
positif signifikan terhadap kebijakan dividen kas, dan arus kas bebas tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas. Hasil uji secara
(kepemilikan manajerial, profitabilitas, likuiditas dan arus kas bebas)
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen kas
3. Iwan Kur niawan, 2010, dengan judul : Var iabel - Variabel yang
Mempengar uhi Kebijakan Pembayaran Dividen pada Perusahaan
Industri Otomotif Yang Ter daftar Di Bur sa Efek Indonesia
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai bagaimana faktor – faktor
fundamental seperti Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER),
Return On Assets (ROA), Free Cash Flow (FCF), dan Growth Potential
dapat mempengaruhi kebijakan deviden ( Dividend Payout Ratio) pada
Perusahaan Industri Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Berdasarkan uji t menunjukkan bahwa variabel Current ratio (CR), Debt to
Equity Ratio (DER), dan Free cash Flow (FCF) mempunyai pengaruh
secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Sedangkan variabel
Return of Assets (ROA) dan Growth Potential tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Kebijakan Dividen
2.2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen
Sartono (2001), mendefinisikan kebijakan dividen sebagai:
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam retained
earnings guna membiayai investasi di masa datang”. Sedangkan menurut
Sutrisno (2003) Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang
berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa
penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba
yang ditahan untuk kepentingan perusahaan.
Dividen merupakan adalah pembayaran dari perusahaan kepada
para pemegang saham atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan
dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen
oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen yang akan
dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan
perusahaan (Sutrisno, 2001)
Dalam banyak hal, dividen sering diperlakukan sebagai
pertimbangan terakhir setelah pertimbangan investasi dan pertimbangan
pembiayaan lainnya, sehingga timbul the residual value theory of
dividend. Disamping itu, ada juga yang mempertimbangkan pembagian
dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan. Gitman (2003)
memberikan definisi kebijakan dividen sebagai suatu perencanaan
tindakan perusahaan yang harus dituruti ketika keputusan dividen harus
dibuat. Sedangkan Lee dan Finerty (1990) mengartikan kebijakan dividen
sebagai suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan earnings
Dengan demikian, kebijakan dividen merupakan penggunaan laba
bersih setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham
dan berapa besar bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiaya
investasi perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba
yang diperolehnya dalam bentuk dividen, maka akan mengurangi retained
earnings dan selanjutnya mengurangi total sumber dana internal.
Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang
diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin
besar. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang
menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di
masa mendatang sehingga dapat memaksimumkan harga saham
perusahaan.
2.2.1.2 Kebijakan Pembagian Dividen
Menurut (Sutrisno, 2003) ada beberapa bentuk dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham antara lain:
1. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen
secara tunai terdiri dari beberapa bentuk yaitu:
a) Kebijakan Pemberian Dividen Stabil
b) Kebijakan Dividen Meningkat
c) Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan
d) Kebijakan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra2.
2. Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan
memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan
dalam bentuk saham. Artinya pemegang saham akan diberi tambahan
saham sebagai pengganti cash dividend.
3. Kebijakan Stock Split
Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan
banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. oleh karena
itu perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah
lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham
kedalam nilai nominal yang lebih kecil.
4. Kebijakan Repurchase Stock
Repurcahse stock adalah pembelian kembali saham-saham perusahaan
yang dimiliki oleh pemegang saham atau investor
2.2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi manajemen perusahaan untuk
menetapkan suatu kebijakan dividen, yaitu:
1. Peraturan hukum
2. Posisi Likuiditas
3. Membayar Pinjaman
7. Stabilitas Keuntungan
8. Pasar Modal
9. Kendali Perusahaan
10.Keputusan Kebijakan Dividen
11.Kedudukan Pajak Pemegang Saham
2.2.1.4Teori Kebijakan Dividen
Menurut Brigham (1999) dalam Ambarwati (2010) ada tiga teori dari
preferensi investor yaitu:
1. Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang dikemukakan oleh
Modigliani & Miller (MM) (1961) yang berpendapat bahwa dalam
kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, kebijakan
dividen tidak mempengaruhi shareholder’s wealth maupun value of the
firm. Namun Brigham dan Gapensky, 1999) menolak teori ini karena
menggunakan asumsi yang tidak realistis seperti tidak ada pajak
pendapatan, tidak ada biaya transaksi, leverage keuangan tidak
mempengaruhi biaya modal, investor tidak memiliki informasi yang sama
tentang prospek masa depan perusahaan.
2. Bird in the hand Theory. Menurut Gordon dan Litner (1956) investor lebih
menyukai dividen tunai yang lebih pasti dibandingkan capital gains yang
perusahaan akan membayar dividen yang sebesar - besarnya dengan
anggapan bahwa dividen dapat mempengaruhi harga saham.
3. Tax preference theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
investor lebih menyukai perusahaan yang menahan sebagian besar
labanya karena pendapatan dividen dikenai pajak yang lebih tinggi
dibanding capital gains dan ini dapat mengakibatkan negative wealth
bagi pemegang saham.
Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Jika manajemen percaya dengan teori yang dikemukakan oleh MM, maka
tidak perlu memikirkan berapa besar dividen yang akan dibagi maupun laba
yang akan ditahan. Tapi pada kenyataannya teori ini sangat tidak relevan
karena pasti akan dikenakan pajak.
2. Jika perusahaan akan membagi dividen yang banyak, makan
perilaku manajer mengarah pada bird in the hand theory (Nuringsih, 2005).
3. Jika perusahaan akan membagi dividen dengan jumlah yang rendah
maka perilaku manajer akan mengarah pada tax preference theory.
Menurut Ambarwati (2010) terdapat dua persoalan teoritis
1. Information content or signaling hypothesis
Di dalam teori ini Modigliani dan Miller (1961) berpendapat bahwa
investor menganggap perubahan dividen sebagai sinyal ramalan laba
manajemen. Manajer menggunakan pengumuman dividen untuk
memberikan sinyal tentang ekspektasi mereka mengenai prospek masa
depan perusahaan pada investor.
2. Clientele Effect
Black dan Scholes (1974) dalam Suharli (2006) menyatakan bahwa jika
perusahaan membayar dividen, investor seharusnya mendapatkan
keuntungan dari dividen tersebut untuk menghilangkan konsekuensi
negatif dari pajak.
2.2.1.5Metode Pembayar an Dividen Kas
Menurut Ambarwati (2010) ada beberapa metode pembayaran dividen kas:
1. Declaration Date : Hari dimana dewan direksi perusahaan
mengumumkan pembayaran dividen.
2. Ex-Dividend Date : 2 (dua) hari sebelum tanggal pencatatan,dan
ditetapkan siapa sajayang mendapatkan pembayaran dividen.
3. Date Record : Tanggal pencatatan di mana seluruh pemegang saham harus
tercatat untuk menentukan daftar penerima dividen.
4. Date of Payment : Tanggal di mana cek telah dikirimkan kepada pemegang
2.2.1.6Syar at Pembayaran Dividen
Jika suatu perusahaan mempertimbangkan pembagian dividen, ada
dua persyaratan utama yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Legalitas Dividen
Legalitas dividen dapat ditentukan dengan melihat hukum suatu negara
yang berlaku.
2. Kondisi Keuangan
Pengelolaan perusahaan yang baik memerlukan perhatian yang lebih
daripada legalitaas pembagian dividen. Perimbangan harus diberikan
pada kondisi ekonomi tertentu, terutama likuiditas.
2.2.1.7Kendala Pembagian Dividen
Kendala-kendala dalam pembagian dividen antara lain :
1. Perjanjian Kredit atau Surat Pengakuan Utang
2. Ketidakcukupan Laba
3. Ketersediaan Dana
2.2.2 Free Cash Flow
Menurut Arilaha (2009) Free cash flow merupakan arus kas keluar
kepada pemegang saham dan kreditor karena tidak digunakan untuk modal
kerja (working capital) atau intervestasi pada aktivitas tetap (fixed assest).
Menyatakan free cash flow adalah kelebihan kas atas investment
opportunity atau investasi yang memiliki net present value (NPV) positif.
Semakin kuat posisi kas perusahaan semakin besr kemampuan perusahaan
untuk pembayaran deviden kepada pemegang saham. Semakin banyak free
cash flow yang dimiliki perusahaan maka dividen yang dibayar juga
semakin tinggi.
Jensen (1986) mendefinisikan free cash flow adalah aliran kas yang
merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net
present value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal
yang relevan. Ketika free cash flow tersedia, manajer disinyalir akan
menghamburkan free cash flow tersebut sehingga terjadi inefisiensi dalam
perusahaan atau akan menginvestasikan free cash flow dengan return yang
kecil (Smith & Kim, 1994).
White et al (2003) mendefinisikan free cash flow sebagai aliran kas
diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash flow adalah kas dari
aktivitas operasi dikurangi capital expenditures yang dibelanjakan
perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini. Free cash flow
dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan
pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham baik dalam
bentuk dividen. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu
perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas
yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen.
Ross et al (2000) mendefinisikan free cash flow sebagai kas
perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur atau pemegang saham
yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau investasi
pada aset tetap. Free cash flow menunjukkan gambaran bagi investor
bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar “strategi”
menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Bagi
perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, free cash flow akan
mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan manakah yang masih
mempunyai kemampuan di masa depan dan yang tidak (Uyara dan
Tuasikal, 2003)
Berdasarkan bebarapa pengertian dari para ahli sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa free cash flow dikatakan mempunyai kandungan
informasi bila free cash flow member signal bagi pemegang saham. Dapat
dikatakan pula bahwa free cash flow yang mempunyai kandungan
informasi menunjukkan bahwa free cash flow mampu mempengaruhi
hubungan antara rasio pembayaran dividen dan pengeluaran modal dengan
2.2.3 Pr ofitabilitas
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung
menggunakan hutang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah
memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
(Asuhanrembulan, 2008). Arifin (2001) dalam Asuhanrembulan (2008)
menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap struktur modal.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi
menggunakan utang yang relatif kecil profitabilitas adalah hasil bersih dari
berbagai kebijaksanaan dan keputusan (Riyanto, 1993), sedangkan
Machtoedz (1994) dalam Eko (2006) mendefinisikan profitabilitas sebagai
suatu indicator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola
kekayaan perusahaan (Asuhanrembulan, 2008).
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal
yangdiinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi investor. Myers (1984) dalam Taswan (2003)
menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking order didalam menahan
laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan dengan hutang,
kemudian dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan negatif
antara profitabilitas dengan debt ratio. Hasil studi Moh'd et al (1998),
Myers (1984) dan Jensen et al (1992) menemukan bahwa firm profitability
mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan debt ratio. Menurut
a. menurut Helfert (2003:126) “profitability is the effectiveness with which
management has employed both the total assets and the net assets as
recorded on the balance sheet”,
b. menurut Greuning (2005:29) “profitabilitas adalah suatu indikasi atas
bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan,
modal rata-rata, dan ekuitas saham biasa rata-rata”.
Berdasarkan bebarapa pengertian dari para ahli sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba. Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat
profitabilitas suatu perusahaan.
a. Gross profit margin (GPM). Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari
setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok
penjualan. Semakin tinggi gross profit margin maka semakin baik.
b. Operating profit margin (OPM). Pengukuran ini adalah ukuran persentase
dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain
dikurangi kecuali bunga dan pajak.
c. Net profit margin (NPM). Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur
persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari
pengeluaran termasuk bunga dan pajak.
d. Return on assets (ROA). Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan
e. Return on equity (ROE). Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang
diperoleh pemilik atas invesasi di perusahaan.
2.2.4 Likuiditas
Menurut Mamduh Hanafi dan Abdul Halim (2005 : 79-80). Rasio
likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar
perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini
merupakan kewajiban perusahaan).
Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai
kinerja suatu perusahaan antara lain sebagai berikut:
a) Current Ratio
Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety)
kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang
tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan
yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar
yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi
dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga
tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over
investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang
a) Quick Ratio Rasio
Quick Ratio Rasio ini disebut juga sebagai acid test ratio, yaitu
perbandingkan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang
lancar (Munawir 2001: 74).
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan ukuran kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan, karena menganggap persediaan
memerlukan waktu lama untuk direalisir menjadi kas, walaupun pada
kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid dari piutang. Rasio ini lebih
tajam dari pada current ratio karena hanya membandingkan aktiva yang
sangat likuid. Jika current ratio tinggi tapi quick ratio rendah, hal ini
menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.
Adapun formulasi dari quick ratio adalah sebagai berikut (Munawir
2001:74)
2.2.5 Pengaruh Free Cash Flow Ter hadap Kebijakan Dividen
Brigham dan Houston (2001) mendifinisikan arus kas bebas
sebagai arus kas yang tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh
investor ( pemegang saham dan pemilik utang ) setelah perusahaan
menempatkan semua investasinya pada aktiva tetap, produk-produk
baru dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi
semakin kecil laba perusahaan digunakan untuk membiayai aktiva
perusahaan. Sesuai teori keagenan, apabila perusahaan mempunyai
aliran kas bebas, manajer akan mendapat tekanan dari pemegang
saham untuk membagikannya dalam bentuk dividen. Hal ini dilakukan
untuk mencegah pihak manajemen menggunakan free cash flow untuk
hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan cenderung
merugikan para pemegang saham.
2.2.6 Pengaruh Pr ofitabilitas Ter hadap Kebijakan Dividen
Profitabilitas mempengaruhi kebijakan dividen dikarenakan
profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dan dividen akan dibagi apabila perusahaan tersebut memperoleh laba.
Dari laba setelah pajak tersebut sebagian dibagikan sebagai dividen kepada
para pemegang saham dan sebagian lain ditahan di perusahaan (laba
ditahan). Jika laba yang diperoleh kecil, maka dividen yang akan
dibagikan juga kecil. Agar para pemegang saham dapat menikmati dividen
yang besar, maka manajemen akan berusaha untuk memperoleh laba yang
sebesar-besarnya guna meningkatkan kemampuan membayar dividen.
Semakin besar kemampuan dalam menghasilkan laba maka laba yang
diperoleh perusahaan yang disediakan kepada pemegang saham juga akan
semakin besar. Laba yang disediakan bagi para pemegang saham yang
besar memungkinkan para pemegang saham untuk memperoleh dividen
pemegang saham maka kemakmuran pemegang saham akan meningkat
dengan demikian tujuan perusahaan untuk memakmurkan pemegang
saham dapat tercapai.
2.2.7 Pengaruh Likuditas Ter hadap Kebijakan Dividen
Likuiditas mempengaruhi kebijakan dividen dikarenakan
likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya seperti melunasi utang maupun dalam hal pembayaran
dividen. Hanafi (2004) dan Nurnajamuddin (2004), menyatakan bahwa
likuiditas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan sebelum perusahaan mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para
pemegang saham. Jika posisi likuiditas perusahaan kuat maka kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen adalah besar. Perusahaan yang
banyak mendapatkan laba belum tentu memiliki kas yang memadai, karena
dividen dibayar dengan kas maka untuk dapat membayar dividen harus
memiliki kas yang memadai.Hal ini menunjukkan bahwa posisi likuiditas
langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar
2.3. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Analisis Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori diatas, dapat
disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah :
H1 : Free Cash Flow mempunyai pengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen
Pada Perusahaan Otomotive yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia
H2 : Profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Otomotive yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia
H3 : Likuiditas mempunyai pengaruh positif terhadap Kebijakan Dividen Pada
Perusahaan Otomotive yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia
Free Cash Flow
(X1)
Profitabilitas
(X2)
Kebijakan Dividen
(Y)
Likuiditas
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah :
Variabel Ter ikat :
Kebijakan Dividen adalah bagian dari keuntungan yang dibayarkan oleh
perusahaan kepada pemegang saham. Dan diukur dengan membandingkan
dividen kas per lembar saham terhadap laba yang diperoleh per lembar
saham. Skala yang digunakan adalah skala rasio, dengan satuan persen
(Arilaha (2009)
Variabel Bebas :
a. Free Cash Flow / Arus kas bebas diwakili rasio arus kas bebas dibagi
dengan total aset. Semakin kecil rasio ini menunjukkan bahwa laba yang
diperoleh perusahaan cenderung digunakan untuk membayar dividen,
sehingga laba yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan semakin
kecil. arus kas bebas dihitung dengan rumus (Arilaha (2009):
Arus Kas Operasi - Dividen DPR =
Laba Bersih Perlembar Saham Dividen Tunai Perlembar Saham
b. Profitabilitas diukur melalui Return on Equity (ROE). Profitabilitas
menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal
pemilik (Arilaha (2009) Profitabilitas dihitung dengan rumus:
c. Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai
operasional perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya.
Variabel ini diukur dengan current ratio, dengan formulasi sebagai berikut
(Arilaha (2009):
Current Ratio = Aktiva Lancar
Utang Lancar
3.2.Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri – ciri
atau karakteristik – karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok
subyek atau obyek lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari
hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44)
Yang dipergunakan sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
Perusahaan Otomotive yang go publik di Bursa Efek Indonesia periode tahun
2009-2011, yang berjumlah 17. ROE =
Total Ekuitas
Laba Bersih Setelah Pajak
X 100%
3.2.1. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus
representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45).
Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling
yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi
responden – responden berdasarkan criteria atau sifat khusus yang dimiliki
oleh sampel sebagai bagian dari populasi. Kriteria yang dimaksud adalah:
1. Perusahaan Otomotive di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2009-2011 yang aktif memberikan laporan keuangan pada
periode tersebut.
2. Data perusahaan yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia di
Bursa Efek Bursa Efek Indonesia
3. Perusahaan Otomotive di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode
tahun 2009-2011 yang memberikan dividen
Jadi jumlah sampel perusahaan Otomotive yang go publik di Bursa
Efek Indonesia sebanyak 10 perusahaan.
1. Astra International 2. Astra Otoparts 3. Indo Kordsa
4. Goodyear Indonesia 5. Gajah Tunggal 6. Indospring
9. Tunas Ridean 10.United Tractors
3.3.Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
Data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini
bersumber dari data sekunder yang diambil dari laporan tahunan Perusahaan
Otomotive yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian
ini di peroleh dari Perusahaan Otomotive yang Go Publik di Bursa Efek
Indonesia
3.3.3. Teknik Pengumpulan data
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode
pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi berupa
pengumpulan kertas data. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan
3.4.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis Data
3.4.1. Teknik Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
Linier berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang
untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan
teknik analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian
hipotesis menggunakan uji t dengan hipotesis sebagai berikut :
1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat
berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat
dihitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang
diperlukan untuk analisis.
2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat
Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda
dengan persamaan sebagai berikut :
Y = β 0 + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + ei Keterangan :
Y = Kebijakan Dividen
X1 = Free Cash Flow
X2 = Profitabilitas
X3 = Likuiditas
β 0 = Konstanta
3.4.1.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode
diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk,
dengan mempergunakan program SPSS 17.0 (Sumarsono, 2002 : 40).
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah :
• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi adalah normal.
3.4.1.2 Uji Asumsi Klasik
Pada uji asumsi klasik persamaan regresi harus bersifat BLUE
(Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui
uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang
BLUE maka persamaan regresi harus memenuhi ketiga asumsi klasik ini :
1. Tidak boleh ada heteroskedasitas
2. Tidak boleh ada autokorelasi
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar,
maka persaman regresi yang regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat
BLUE, sehingga pengambilan keputusan malalui uji F dan uji t menjadi
bias.
1. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dalam analisis regresi untuk mendapatkan hasil
yang baik, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah homogenitas
varians yang ditimbulkan oleh koefisien pengganggu (e). Perhitungan
ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara
menentukan formulasi regresi linier berganda dengan menggunakan
residual sebagai indikator terikat (Algifari, 2000 : 87). Uji
heterokedastisitas menggunakan bantuan program SPSS 17.0
2. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinikan sebagai “korelasi antara data observasi
yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data
yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)”(Gujarati,
1999:201). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat
gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Yobservasi–Yprediksi) pada
waktu ke-6 (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode
3. Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti bahwa adanya hubungan linier yang
“sempurna” atau pasti diantaranya beberapa atau semua variabel yang
yang ada. Hubungan antara variabel bebas yang dikatakan memiliki
nilai multikolinieritas jika memiliki nilai VIF (Variance Inflation
Factor) lebih besar daripada 10 (Gujarati, 1995 : 157).
3.4.2 Uji Hipotesis • Uji F
Untuk menguji pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel
terikat secara simultan digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut :
(
2)
Fhitung : F hasil perhitungan
R2 : Koefisien determinasi
k : Jumlah variabel independen
n : Jumlah sampel
a. Ho : b1 = b2 = b3 = 0 ; model regresi linier berganda yang dihasilkan
tidak cocok untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel
H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 ; model regresi linier berganda yang dihasilkan
cocok untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat.
b. Nilai Kritis dalam distribusi F dengan tingkat signifikan (α) 5% = 0,05
c. Kriteria pengujian yang dipakai dalam uji F adalah :
1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima
2. Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak
• Uji t
Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :
thitung = se(bi)
bi
(Sudjana, 1992 :111).
Keterangan :
t hitung : t hasil perhitungan
bi : koefisien regresi
se : standar error
a. Ho : bi = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel
bebas terhadap variabel terikat.
Hi : bi ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat.
c. Kriteria pengujian :
1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Bur sa Efek Indonesia
Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan
Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) sebagai pengelola Bursa pada tahun
1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk
memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha
yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan
oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia
nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swasta/SRO
seperti dewasa ini.
Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun
untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil
mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan
masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa
diswastanisasikan (tahun 1992).
Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong
percepatan pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia
khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori
seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992,
Pemerintah mengalihkan peran Bapepam sebagai penyelenggara Bursa
kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993
Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE)
mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi transaksi
di luar Bursa (over the counter). Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995
BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu
mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan
menengah kecil serta obligasi/ surat utang.
Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan BPI
digabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham, emiten
obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima tahun terakhir (sejak 2002
hingga sekarang) emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan di
bidang instrumen lainnya seperti derivatif dapat dikatakan belum mengalami
kemajuan berarti. Kondisi ini mendorong perlunya perhatian Pemerintah,
dalam hal ini Bapepam dan LK, SRO, dan pelaku pasar, untuk melakukan
sesuatu yang strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah
emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang dapat
diperdagangakan di Bursa. Salah satu pendekatan yang direncanakan oleh
Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal
2005-2009 yaitu penggabungan BES dan BEJ. Penggabungan kedua Bursa ini
pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bur sa Efek Indonesia
a. Visi
Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang
dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan
dalam Master Plan Pasar Modal 2006 - 2009 yaitu adanya suatu
keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel,
kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan
tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:
“To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive
Bourse”.
b. Misi
Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu
menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1. to produce variety of sellable high standard capital market
product.
2. to provide high technology infrastructures.
resource.
Adanya dari Deskripsi penelitian untuk meneliti Obyek perusahaan Manufaktur
bergerak di bidang Otomotiv dalam Bursa Efek Indonesia
Sebagai berikut ;
a) PT Astra Otoparts Tbk
PT Astra Otoparts Tbk (“Perseroan”) didirikan dengan Akta
Notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya,
S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT Federal Adiwiraserasi. Akta
pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
Surat Keputusan No. C2-1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Februari 1992
serta diumumkan dalam Berita Negara No. 39 Tambahan No. 2208 tanggal
15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 68 tanggal 27 Mei 2008 dari
Imas Fatimah, S.H., sehubungan dengan perubahan mengikuti
Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Perubahan anggaran dasar
ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU-46481.AH.01.02. tanggal 31
Juli 2008 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 39 Tambahan No. 13154 tanggal 15 Mei 2009.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang
dalam bidang industri logam, plastik dan suku cadang kendaraan bermotor
b) PT. Astr a Internasional
PT Astra International Tbk ("Perusahaan") didirikan pada
tahun 1957 sebagai PT Astra International Incorporated. Pada tahun 1990,
perusahaan berubah nama menjadi PT Astra International Tbk. Perusahaan
terletak di Jln. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta. Ruang lingkup
kegiatan perusahaan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar
adalah untuk terlibat dalam perdagangan umum, industri, pertambangan,
transportasi, pertanian, konstruksi dan konsultasi layanan. Kegiatan utama
anak perusahaan adalah perakitan dan distribusi mobil, sepeda motor dan
suku cadang terkait, penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan
dan layanan terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan,
infrastruktur, dan teknologi informasi
c) PT. Gajah Tunggal
PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan
akta notaris No. 54 tanggal 24 Agustus 1951 dari Raden Meester
Soewandi, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No.
No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas, dengan akta No. 13
tanggal 22 Nopember 2007 dari Amrul Partomuan Pohan SH, Lex Legibus
Magister, notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusannya No. C-06556.HT.01.04-TH.2007 tanggal 13 Desember
2007.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di
Tangerang dan Serang. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma
Hayam Wuruk, Lantai 10 Jl. Hayam Wuruk 8, Jakarta.
d) PT. Goodyear Indonesia
PT Goodyear Indonesia Tbk (“Perusahaan”) semula didirikan
dengan nama “NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited” pada
tanggal 26 Januari 1917 berdasarkan Akta Notaris Benjamin ter Kuile No.
199, yang kemudian berubah nama menjadi “PT Goodyear Indonesia”
berdasarkan Akta Notaris Eliza Pondaag No. 73 tanggal 31 Oktober 1977
yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
Surat Keputusan No. Y.A.5/250/7 tanggal 25 Juli 1978.
Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk
kendaraan bermotor dan pesawat terbang serta komponen lain yang terkait,
ban pada tahun 1917. Pabrik Perusahaan dibangun pada tahun 1935 di
Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor pusat Perusahaan
berdomisili di Bogor
Pada tanggal 10 Nopember 1980, Perusahaan menawarkan
6.150.000 lembar sahamnya dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000
(Rupiah penuh) per lembar saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek
Jakarta (“BEJ”), efektif mulai 1 Desember 2007 menjadi Bursa Efek
Indonesia
e) PT. Indospring
PT INDOSPRING Tbk. (Perusahaan) berkedudukan di Gresik,
didirikan berdasarkan Akta Notaris No.10 tanggal 5 Mei 1978 dari Notaris
Stefanus Sindunatha, SH dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN). Berdasarkan pada Akta Notaris No 18 tanggal 08 Juli 2008 oleh
Notaris Dyah Ambarwaty Setyoso, S.H., Perusahaan melakukan
perubahan anggaran dasar Perseroan untuk disesuaikan dengan
Undang-undang No 40 tahun 2007. Berdasarkan pada pasal 3 Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup dari aktivitas Perusahaan bergerak dalam
bidang industri spare parts kendaraan bermotor khususnya pegas, yang
berupa leaf spring (pegas daun) dan coil spring (pegas spiral) beralamat di
PT. Indo Kordsa Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka
Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo.
Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 83 tanggal 8 Juli
1981 dari Ridwan Suselo, S.H., notaris di Jakarta, yang diubah melalui
akta notaris No. 288 tanggal 27 November 1981 dan No. 261 tanggal 28
Januari 1982 dari notaris yang sama. Akta-akta pendirian ini disahkan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No.
Y.A.5/88/3 tanggal 2 Maret 1982 serta diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 50 tanggal 22 Juni 1982, Tambahan No. 771.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
terakhir dengan Akta Notaris No. 22 tanggal 10 Desember 2010 dari
Amrul Partomuan Pohan S.H., notaris di Jakarta sehubungan dengan
perubahan atas dewan direksi Perusahaan. Perubahan ini telah diketahui
oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam
surat keputusan No. AHU-AH.01.10-00258 tanggal 4 Januari 2011
Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat dan
pabrik berlokasi di Jl. Pahlawan, Desa Karang Asem Timur, Citeureup,
Bogor
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang manufaktur dan pemasaran
ban, filamen yarn (serai-serat nylon, polyester, rayon), benang nylon untuk
Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, ke Asia dan Timur
Tengah. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan rata-rata 1.769
karyawan untuk tahun 2010 dan 1.470 karyawan untuk tahun 2009.
g) PT. Multistr ada Arah Sar ana
PT Multistrada Arah Sarana Tbk (“Perusahaan”) didirikan di
Republik Indonesia pada tanggal 20 Juni 1988 dengan nama PT Oroban
Perkasa dalam rangka Undangundang Penanaman Modal Dalam Negeri
No. 6 tahun 1968, yang diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun
1970, berdasarkan Akta Notaris Lukman Kirana, S.H., No. 63. Akta
pendirian disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
Surat Keputusan No. C2- 8932.HT.01.01-TH.88 tanggal 20 September
1988, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 41,
Tambahan No. 1877 tanggal 22 Mei 1990. Anggaran Dasar Perusahaan
telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir melalui Akta
Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 21, tanggal 21 Februari 2011,
mengenai perluasan bidang usaha sehingga mencakup pengusahaan dan
pengelolaan Hutan Tanaman Industri serta pengangkatan anggota direksi.
Sampai dengan tanggal 25 Februari 2011, perubahan-perubahan Anggaran
Dasar tersebut masih dalam proses untuk mendapatkan persetujuan dari
pembuatan ban untuk semua jenis kendaraan bermotor. Saat ini
Perusahaan bergerak dalam bidang industri pembuatan ban luar kendaraan
bermotor. Menjalankan kegiatan usaha di bidang pengusahaan dan
pengelolaaan Hutan Tanaman Industri melalui anak perusahaan Perseroan
yang meliputi usaha-usaha penanaman, pemeliharaan, pemungutan,
pengolahan/industry dan pemasaran yang meliputi antara lain :
Acasia/Akasia, Sengon, Meranti, Jati, Gmelina Arborea, Pinus,
Tengkawang, Sungkai, Karet
h) PT. Selamat Sempurna
PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) didirikan pada bulan
Januari 1976. SMSM merupakan bagian dari ADR Group (Automotive
Division) dan merupakan salah satu produsen penyaring (filter) dan
radiator terbesar di Indonesia. SMSM saat ini memiliki total kapasitas
produksi sebesar 96 juta unit per tahun untuk produk penyaring, dan 1,95
juta unit per tahun untuk produk radiator. Produk- produk SMSM terdiri
dari penyaring, radiator, oil cooler, kondensor, pipa rem, pipa bahan
bakar, tangki bahan bakar, sistem pembuangan, dan press parts. SMSM
menjual penyaring dan radiator buatannya dengan merk yang telah
terkenal, yaitu Sakura dan ADR Radiator. Produk SMSM diekspor ke
lebih dari 100 negara dan telah memiliki pendaftaran merk dagang di
lebih dari 90 negara. Oleh karenanya, pendapatan SMSM dari kegiatan